Oleh:
Kelompok 2
1. Hafid Alzain (2013021001)
2. Lintang Hapsari (2013021003)
3. Desta Amelia Sari (2013021033)
4. Eka Dwi Puspitasari (2013021059)
Dosen Pengampu:
Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd.
Santy Setiawati, S.Pd., M.Pd.
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat serta rahmat-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis
Aplikasi Teori Ausubel dalam Pembelajaran Matematika” tepat waktu. Makalah ini
disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran Matematika. Selain
itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.
Tujuan dari disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Strategi Pembelajaran Matematika, dengan dosen pengampu yaitu Dr. Sri Hastuti
Noer, M.Pd. dan Tia Agnesa, S.Pd., M.Pd. Selain diperuntukan untuk pemenuhan
tugas, makalah ini juga bertujuan untuk melatih dan menambah wawasan kami
dalam menganalisis keterkaitan materi dengan video pembelajaran.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd. dan Tia
Agnesa, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pengampu. Kami juga mengucapkan terima kasih
pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini. Kami
menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu komponen pendidikan yang sangat penting dan tidak dapat
dipisahkan dari pendidikan itu sendiri adalah belajar. Kegiatan belajar sangat
dipengaruhi berbagai faktor, salah satunya metode dan strategi belajar.
Keberhasilan siswa mencapai suatu tahap hasil belajar memungkinkannya
untuk belajar lebih lancar dalam mencapai tahap selanjutnya. Strategi
pembelajaran tidak terlepas dari teori belajar yang dihasilkan oleh pakar-
pakar pendidikan. Teori belajar yang bersumber dari pakar pendidikan atau
pakar psikologi pendidikan banyak macamnya, misalnya teori pembelajaran
Davis Ausubel.
1
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian teori Ausubel.
2. Untuk mengetahui bentuk implementasi teori Ausubel dalam
pembelajaran matematika.
3. Untuk mengetahui proses belajar dan keterkaitan teori Ausubel pada
video pembelajaran yang berjudul “Video Pembelajaran #Menemukan
Rumus Luas Permukaan Bola” kelas IX Semester Ganjil.
2
BAB II
KAJIAN TEORI
3
otomatis. Seorang siswa dihadapkan pada suatu persoalan yang sering
ditemuinya akan segera melakukan tanggapan secara cepat sesuai
dengan pengalamannya pada waktu sebelumnya. Kenyataan
menunjukkan bahwa pengulangan yang akan memberikan dampak
positif adalah pengulangan yang frekuensinya teratur, bentuk
pengulangannya tidak membosankan dan kegiatannya disajikan
dengan cara yang menarik. Sebagai contoh untuk mengajarkan konsep
pemetaan pada siswa, guru menguji apakah siswa sudah benar-benar
menguasai konsep pemetaan. Untuk itu guru menanyakan apakah
semua relasi yang diperlihatkannya itu termasuk pemetaan atau tidak.
Jika tidak, siswa diminta untuk menjelaskan alasan atau sebab-sebab
kriteria pemetaan tidak dipenuhi. Penguatan konsep lewat cara ini
dilakukan dengan pengulangan. Namun tidak berarti bahwa
pengulangan dilakukan dengan bentuk pernyataan dan informasi yang
sama, melainkan dalam bentuk informasi yang dimodifikasi, sehingga
siswa tidak merasa bosan.
4
jawaban yang dia berikan adalah benar. Anggapan ini akan
mengakibatkan jawaban yang tetap salah di saat siswa mengikuti tes.
Demikian pula siswa yang telah mengikuti ulangan dan mendapat
nilai jelek, perlu diberitahukan kekeliruan yang dilakukannya pada
saat siswa diberi tes berulang, namun hasilnya tetap buruk. Ada
kemungkinan konsep yang dipegangnya itu dianggap sebagai jawaban
yang benar. Penguatan seperti ini akan sangat merugikan siswa. oleh
karena itu perlu dihilangkan. Dari hukum akibat ini dapat disimpulkan
bahwa jika terdapat asosiasi yang kuat antara pertanyaan dan jawaban,
maka bahan yang disajikan akan tertanam lebih lama dalam ingatan
siswa. selain itu banyaknya pengulangan akan sangat menentukan
lamanya konsep diingat siswa. Makin sering pengulangan dilakukan
akan semakin kuat konsep tertanam dalam ingatan siswa.
5
Kondisi operasional ini meliputi ganjaran (reward) dan penguatan
(reinforcement). Terdapat perbedaan antara ganjaran dan penguatan.
Ganjaran merupakan respon yang sifatnya menggembirakan dan merupakan
tingkah laku yang sifatnya subyektif, sedangkan penguatan merupakan suatu
yang mengakibatkan meningkatnya kemungkinan suatu respon dan lebih
mengarah kepada hal-hal yang sifatnya dapat diamati dan diukur.
Penguatan positif akan berbekas pada diri siswa. Tanggapan yang dihargai
akan cenderung diulangi. Mereka yang mendapat pujian setelah berhasil
menyelesaikan tugas atau menjawab pertanyaan dengan benar biasanya akan
berusaha memenuhi tugas berikutnya dengan penuh semangat. Penguatan
yang berbentuk hadiah atau pujian akan memotivasi siswa untuk rajin belajar
dan mempertahankan prestasinya. Penguatan negatif adalah bentuk stimulus
yang lahir akibat dari respon siswa yang kurang atau tidak diharapkan.
Contoh penguatan negatif yaitu pemberian alasan untuk terlambat
mengerjakan pekerjaan rumah akan membuat seseorang tidak tepat waktu
menyampaikan pekerjaan rumah yang lain. Bentuk-bentuk penguatan negatif
antara lain, menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas
tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening
berkerut, muka kecewa dan lain lain).
6
Kelebihan dan Kekurangan Teori Skinner adalah sebagai berikut:
a) Kelebihan
Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak
didiknya. Hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem
hukuman. Hal itu didukung dengan adanya pembentukan lingkungan
yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya
kesalahan.
b) Kekurangan
1) Tanpa adanya sistem hukuman akan dimungkinkan dapat
membuat anak didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah
kedisiplinan. Hal tersebut akan menyulitkan lancarnya kegiatan
belajar mengajar.
2) Beberapa kekeliruan dalam penerapan teori Skinner adalah
penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk
mendisiplinkan siswa. Menurut Skinner hukuman yang baik
adalah anak merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya.
Misalnya anak perlu mengalami sendiri kesalahan dan merasakan
akibat dari kesalahan. Penggunaan hukuman verbal maupun fisik
seperti: kata-kata kasar, ejekan, cubitan, jeweran justru berakibat
buruk pada siswa.
3) Selain itu kesalahan dalam reinforcement positif juga terjadi
didalam situasi pendidikan seperti penggunaan rangking Juara di
kelas yang mengharuskan anak menguasai semua mata pelajaran.
Sebaliknya setiap anak diberi penguatan sesuai dengan
kemampuan yang diperlihatkan sehingga dalam satu kelas
terdapat banyak penghargaan sesuai dengan prestasi yang
ditunjukkan para siswa: misalnya penghargaan di bidang bahasa,
matematika, fisika, menyanyi, menari atau olahraga.
7
pengembangan belajar bermakna dapat dilakukan dengan pemberian masalah
yang kontekstual dan dekat dengan kehidupan sehari-hari.
8
Faktor-faktor utamanya yang mempengaruhi belajar bermakna adalah
struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam
suatubidang studi tertentu dan pada waktu tertentu.
Menurut Ausubel (Dahar, 2011: 99) ada beberapa prasyarat yang harus
dipenuhi dalam pelaksanaan belajar bermakna, yaitu:
1) Materi yang diajarkan harus bermakna secara potensial. Dua faktor
yang mempengaruhi suatu materi bermakna atau tidak yaitu:
a) Materi harus bermakna logis
b) Gagasan yang relevan harus terdapat pada struktur kognitif
siswa.
9
Belajar menerima yang bermakna yaitu apabila materi atau
informasi yang disajikan disusun secara logis kemudian diberikan
kepada siswa dalam bentuk final. Hal ini berarti siswa hanya
diharuskan menerima materi yang diberikan dan mengaitkannya
dengan struktur kognitif yang dimiliki.
b. Belajar menerima yang tidak bermakna
Belajar menerima yang bermakna yaitu apabila materi atau
informasi yang disajikan disusun secara logis kemudian diberikan
kepada siswa dalam bentuk final. Tetapi pada belajar menerima
yang tidak bermakna ini, peserta didik hanya diharuskan untuk
menghafal, tidak mengaitkan dengan struktur kognitif yang
dimiliki.
2) Penemuan
a. Belajar dengan penemuan yang bermakna
Belajar penemuan yang bermakna berarti peserta didik mencari
sendiri informasi atau materi yang akan dipelajari. Kemudian dari
informasi yang didapat sendiri tersebut dihubungkan denga
struktur kognitif yang dimiliki.
b. Belajar dengan penemuan tidak bermakna
Belajar penemuan yang tidak bermakna berarti peserta didik
mencari sendiri informasi atau materi yang akan dipelajari. Tetapi
belajar menemukan yang tidak bermakna ini, peserta didik hanya
diharuskan untuk menghafal, tidak mengaitkan dengan struktur
kognitif yang dimiliki.
10
Belajar superodinat dapat terjadi apabila konsep-konsep yang sudah
dipelajari dikenal sebagai unsur dari suatu konsep yang lebih luas.
4) Penyesuaian Integratif
Menurut Ausubel (Dahar, 1988: 148) tidak hanya urutan berdasarkan
diferensiasi progresif saja yang harus diperhatikan, melainkan juga
harus diperlihatkan bagaimana konsep-konsep baru dihubungkan
dengan konsep yang superodinat. Sesuai dengan prinsip ini guru
diharuskan memperlihatkan bagaimana arti-arti baru jika
dibandingkan dengan arti-arti yang sudah dipelajari dan bagaimana
konsep yang lebih tinggi mengambil alih arti baru. Sehingga dalam
penyusunan materi juga disusun sedemikian rupa sehingga dapat
digerakkan hierarki-hierarki ke atas dan ke bawah selama informasi
disajikan.
Selanjutnya kelebihan dan kelemahan dari teori Ausubel itu sendiri yaitu:
1. Kelebihan
a. Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama diingat.
b. Informasi yang dipelajari secara bermakna memudahkan proses
belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip.
c. Informasi yang dipelajari secara bermakna mempermudah belajar
hal-hal yang mirip walaupun telah terjadi lupa.
2. Kelemahan
a. Informasi yang dipelajari secara hafalan tidak lama diingat.
b. Jika peserta didik berkeinginan untuk mempelajari sesuatu tanpa
mengaitkan hal yang satu dengan hal yang lain yang sudah
diketahuinya maka baik proses maupun hasil pembelajarannya
dapat dinyatakan sebagai hafalan dan tidak akan bermakna.
11
2.4 Teori Gagne
2.4.1 Batasan dan Komponen Belajar
R. Gagne adalah seorang ahli psikologi pendidikan berkebangsaan
amerika Ia mengembangkan konsep terpakai dari teori
instruksionalnya untuk mendisain pelatihan berbasis komputer dan
belajar berbasis multimedia. Teori Gagne banyak dipakai untuk
mendisain software instruksional. R. Gagne mengembangkan teori
belajarnya berdasarkan asumsi–asumsi sbb:
1. Pertumbuhan dan perkembangan individu merupakan akibat dari
belajar.
2. Belajar merupakan proses yang kompleks sifatnya. (Bell E
Greadler, 1994: 231)
Gagne membagi belajar konsep atas dua bagian, yaitu belajar konsep
kongkrit dan belajar konsep terdefenisi. Belajar konsep kongkrit
adalah belajar memahami kebersamaan sifat-sifat dari benda-benda
kongkrit atau peristiwa-peristiwa untuk di kelompokkan menjadi satu
jenis. Sedangkan belajar konsep terdefenisi adalah kemampuan
mendemonstrasikan makna dari kelas tertentu tentang objek-objek,
kejadian-kejadian, atau hubungan-hubungan, dan mampu
12
menunjukkan komponen-komponen dalam konsep tersebut. Dalam hal
belajar konsep kondisi internal dan kondisi eksternal dipaparkan sbb:
1. Konsep konsep kongkrit
Menurut Gagne (1979: 65) kondisi internal dan kondisi eksternal
yang dibutuhkan dalam belajar konsep konkrit adalah
a. Kondisi Internal
Siswa dapat membedakan secara cermat contoh suatu konsep.
Dengan demikian kemampuan memahami konsep konkrit ini
tergantung pada kemampuan siswa dalam mengadakan
diskriminasi.
b. Kondisi Eksternal
Mencakup kejelasan dalam ciri-ciri fisik pada objek yang
harus dikelompokkan. Ini berarti belajar konsep konkrit dapat
dipercepat dengan bantuan isyarat-isyarat, dan penyajian
beberapa contoh.
2. Konsep-konsep terdefinisi
Menurut Gagne (1979:67) kondisi internal dan kondisi eksternal
yang dibutuhkan dalam belajar konsep terdefinisi adalah
a. Kondisi internal
Untuk memperoleh konsep terdefinisi, siswa harus
mengeluarkan atau menghubungkan semua kompenen-
kompenen konsep yang terdapat dalam definisi,
termasuk hubungan antar konsep.
b. Kondisi eksternal
Suatu konsep terdefinisi dapat dipelajari dengan meminta
siswa mengamati suatu demonstrasi atau skema/bagan dari
komponen atau melalui pernyataan verbal.
13
akan disimpan dalam system saraf pusat dalam waktu yang sangat
singkat. Menurut Sperling (dalam Ratna, 1989: 34) informasi itu
hanya disimpan selama seperempat detik.
14
dalam analisis terhadap hal belajar, Gagne menemukan Sembilan
tahapan pengolahan yang esensial bagi belajar dan harus dilaksanakan
secara berurutan, kesembilan tahapan tersebut dinamakan fase-fase
belajar. Uraian masing- masing fase tersebut sbb:
1. Persiapan untuk belajar
Persiapan untuk belajar memuat 3 (tiga) fase, yaitu :
a. Fase Attending (Mengarahkan Perhatian)
Fase ini untuk menyadarkan siswa akan adanya stimulus dan
menangkap stimulus yang relevan, stimulus yang
dimaksudkan dapat berupa komunikasi verbal (lisan atau
tulisan), gambar diam dll. Menarik perhatian siswa dapat
dilakukan dengan mengajukan pertanyaan yang merangsan
minat, menceritakan kejadian yang lain dari biasanya, atau
membangkitkan minat tertentu.
b. Fase Pengharapan
Fase pengharapan berfungsi mengantar siswa untuk
mengetahui tujuan belajar, orientasi tujuan yang sudah
terbentuk pada tahap ini membuat siswa dapat memilih hasil
apa yang sesuai pada setiap fase berikutnya dalam
pengolahan informasi (Gagne, 1977:61). Arahan yang
diberikan pada fase pertama akan menimbulkan harapan
untuk mengetahui sajian yang akan diajarkan, dan sekaligus
menimbulkan rasa keingintahuan siswa terhadap pelajaran
yang akan diberikan.
c. Fase Retrival (Mendapatkan Kembali)
Fase ini berfungsi untuk mengingat kembali kapabilitas
prasyarat esensial untuk kegiatan belajar yang baru, proses
menggali ingatan dapat dipengaruhi oleh stimulus eksternal.
Pada proses ini kemungkinan peserta didik akan kehilangan
hubungan dengan informasi yang ada dalam ingatan jangka
panjang. Dalam keadaan demikian, pengajar harus
memberikan stimulus eksternal, misalnya memberikan sedikit
informasi yang relevan kemudian meminta peserta didik
untuk mencari kaitannya.
15
terhadap stimulus yang datang, informasi yang relevan
dengan pelajaran yang akan disajikan dipanggil dari ingatan
jangka panjang maupun ingatan jangka pendek untuk diberi
kode.
e. Fase Semantic Econding (Sandi Semantik)
Fase ini merupakan fase pengkodean, yaitu memberikan kode
pada ciri-ciri stimulus dengan kerangka kerja konseptual atau
bermakna dan disimpan dalam memori jangka panjang.
Proses ini merupakan tahap sentral dan kritis dalam belajar
dan tanpa tahap ini belajar tidak akan terjadi (Gagne, 1977:
66). Sandi yang disimpan dapat berupa konsep, proposisi,
atau organisasi lain yang bermakna.
f. Fase Retrival dan Respon
Fase ini berfungsi mengembalikan informasi yang disimpan
ke pembangkit respons orang dan mengaktifkan respons.
Pada fase ini siswa mendapatkan kembali sandi yang baru
saja disimpan pada memori jangka panjang.
g. Fase Reinforcement (Penguatan)
Fase ini berfungsi mengkorfirmasikan pengharapan siswa
tentang tujuan belajar. pada fase ini siswa mendapatkan
pengukuhan atas diperolehnya kapabilitas baru.
3. Alih belajar
Alih belajar memuat 2 (dua) fase terakhir, yaitu:
h. Fase Pengisyaratan Untuk Retrival
Fase ini berfungsi memberikan isyarat tambahan untuk
mengingat kembali kapabilitas yang sesuai dari memori
jangka panjang.
i. Fase Generalisasi
Fase ini berfungsi meningkatkan kemampuan alih belajar
kesituasi baru.
16
2.4.5 Rancangan Pembelajaran
Berdasarkan analisisnya tentang pengelolaan esensial dalam belajar
yang disusun dalam 9 fase seperti dipaparkan diatas, maka Gagne
merancang suatu model pembelajaran dengan asumsi-asumsi sbb:
1. Pembelajaran mesti direncanakan agar memperlancar belajar
siswa secara individu.
2. Fase pendek dan fase panjang hendaknya masuk dalam
rancangan.
3. Perencanaan hendaknya tidak asal jadi,dan tidak sekedar
menyiapkan lingkungan asuh saja.
4. Usaha pembelajaran mesti dirancang dengan menggunakan
analisis system.
5. Pembelajaran harus dikembangkan berdasarkan pengetahuan
tentang cara belajar. (Gagne, 1979:5)
17
belajar dapat mempengaruhi perilaku yang selama ini disangka refleksif dan
tidak dapat dikendalikan, seperti pengeluaran air liur. Berangkat dari
pengalamannya, Pavlov mencoba melakukan eksperimen dalam bidang
psikologi dengan menggunakan anjing sebagi subjek penyelidikan.
3. Pemilahan (discrimination)
18
Diskriminasi yang dikondisikan ditimbulkan melalui penguatan dan
pemadaman yang selektif. Diskriminasi berlaku apabila individu
berkenaan dapat membedakan atau mendiskriminasi antara
rangsangan yang dikemukakan dan memilih untuk tidak bertindak
atau bergerak balas.
19
mempunyai bahasa dan hal ini akan mempengaruhi tingkah laku
manusia.
20
BAB III
HASIL ANALISIS
Tiap kelompok diminta mengupas kulit jeruk kemudian memotong kulit jeruk
mejadi bagian yang kecil-kecil. Pada lembar kerja terdapat empat buah
lingkaran, tiap kelompok diminta menempelkan bagian bagian kulit jeruk
tersebut sampai habis menutup empat lingkaran tersebut. Setelah itu salah
satu kelompok diminta mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, sehingga
diperoleh pemahaman para siswa tentang luas permukaan bola dimana luas
permukaan bola diperoleh melalui empat luas lingkaran.
21
menemukan rumus luas permukaan bola, dimana dimulai dengan
mengaitkan buah jeruk sebagai contoh konkrit dari bola hingga berhasil
untuk menyimpulkan rumus luas permukaan bola.
3) Menunjukkan persamaan dan perbedaan antara bahan baru dengan bahan
lama. Persamaan antara bahan baru dengan bahan lama pada video
adalah sama-sama mempunyai permukaan berbentuk lingkaran hanya
saja untuk bahan baru (bola) memiliki 4 kali luas dari permukaan
lingkaran. Sehingga perbedaannya terdapat pada rumus akhir yang
diperoleh.
4) Mengusahakan agar ide yang telah ada dikuasai sepenuhnya sebelum ide
yang baru disajikan. Dalam video, kondisi ini terdapat dalam pertanyaan
guru kepada peserta didik. Dimana guru bertanya “apakah sudah
mengetahui rumus permukaan lingkaran yang sudah dipelajari
sebelumnya?” kemudian dengan serempak peserta didik menjawab
“sudah” dilanjutkan dengan menyebutkan rumus permukaan lingkaran
yaitu πr2. Karena peserta didik sudah mampu menjawab dengan benar,
maka dapat disimpulkan bahwa konsep sebelummnya telah dikuasai.
Karena keempat ciri-ciri belajar bermakna terdapat dalam video, maka dapat
dikatakan bahwa video pembelajaran 1 menerapkan proses belajar
bermakna. menganut teori Ausubel.
22
Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik sudah sesuai dengan
struktur kognitif peserta didik sehingga peserta didik tersebut dapat
mengasimilasi bahan baru secara bermakna. Hal ini terdapat dalam proses
menghubungkan bahan pelajaran yang terdahulu (rumus luas lingkaran)
dengan bahan baru yang sedang dipelajari (luas permukaan bola), sehingga
peserta didik mampu menemukan rumus luas permukaan bola dengan
menggunakan konsep rumus luas lingkaran.
Karena ketiga syarat diatas terpenuhi, maka peserta didik disimpulkan sudah
memenuhi prasyarat belajar bermakna.
1) Advance Organizer
23
Advance Organizer mengarahkan para siswa ke materi yang akan
dipelajari dan mengingatkan siswa pada materi sebelumnya yang dapat
digunakan dalam membantu menanamkan pengetahuan baru. Dalam
video hal ini sudah dilakukan sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya
pada subbab kondisi-kondisi belajar bermakna poin ke-4.
2) Diferensiasi Progresif
Selama belajar bermakna berlangsung perlu terjadi pengembangan
konsep dari umum ke khusus. Hal ini sudah terdapat dalam video
sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya pada subbab kondisi-kondisi
belajar bermakna poin ke-2.
3) Belajar Superordinat
Belajar superordinat dapat terjadi apabila konsep-konsep yang telah
dipelajari sebelumnya dikenal sebagai unsur-unsur dari suatu konsep
yang lebih luas. Hal ini telah dilakukan dalam video yaitu dengan
menyatakan luas permukaan bola (konsep yang lebih luas) adalah 4 kali
luas dari permukaan lingkaran (konsep yang telah dipelajari
sebelumnya).
4) Penyesuaian Integratif (Rekonsiliasi Integratif)
Menurut Ausubel (Dahar, 1988: 148), selain urutan menurut diferensiasi
progresif yang harus diperhatikan dalam mengajar, juga harus
diperlihatkan bagaimana konsep-konsep baru dihubungkan dengan
konsep-konsep yang superordinat. Dalam video terlihat bahwa peserta
didik sudah mampu menghubungkan rumus luas lingkaran untuk
menemukan rumus luas permukaan bola.
24
2) Mendiagnosis latar belakang pengetahuan siswa. Karena konsep
materi yang telah dipelajari sebelumnya berkaitan dengan materi
baru, maka guru dapat dibuat diagnosis bahwa peserta didik dapat
dengan baik menyerap materi baru yang akan diajarkan. Diagnosis
tersebut sesuai dengan yang ada dalam video karena peserta didik
mampu menemukan rumus luas permukaan bola dengan benar.
3) Membuat struktur materi, membuat struktur materi secara hierarkis
merupakan salah satu pendukung untuk melakukan rekonsiliasi
integratif dari teori Ausubel. Hal terdapat dalam video, dimana
salah satu siswa membacakan prosedur atau langkah-langkah
pengerjaan untuk menemukan rumus luas permukaan bola. Maka
dapat dikatakan bahwa struktur materi telah dibuat secara hierarkis.
4) Memformulasikan Advance Organizer, menurut Eggen(1979: 277),
Advance Organizer dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a. mengkaitkan atau menghubungkan materi pelajaran dengan
struktur pengetahuan siswa. Hal ini terdapat dalam video
sebagaimana yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya,
yaitu kemampuan menghubungkan rumus luas lingkaran untuk
menemukan rumus luas permukaan bola.
b. mengorganisasikan materi yang dipelajari siswa. Hal ini sesuai
dengan prinsip teori belajar Ausubel bagian belajar
superordinat.
Fase pelaksanaan
Setelah fase perencanaan, guru menyiapkan pelaksanaan dari model
Ausubel ini. Untuk menjaga agar siswa tidak pasif miaka guru harus
dapat mempertahankan adanya interaksi dengan siswa melalui tanya
jawab. Hal ini terlihat dalam video dimana saat pelaksanaan guru
memulainya dengan membacakan standar kompetensi, indikator
keberhasilan, dan manfaat mempelajari materi tersebut. Kemudian
dilanjutkan dengan tanya jawab mengenai pemahaman peserta didik
terhadap materi yang telah dipeljari sebelumnya. Selanjutnya, belajar
mengajar dilanjutkan dengan proses diskusi dan guru berkeliling ke
setiap kelompok untuk menanyakan progres dan kendala serta
memberikan arahan terkait tugas yang sedang dikerjakan. Fase
pelaksanaan diakhiri dengan presentasi hasil kerja oleh salah satu
kelompok didepan kelas dan dilanjutkan evaluasi atau umpan balik oleh
guru untuk semua kelompok terkait klarifikasi konsep yang telah
diperoleh peserta didik.
25
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan kajian teori serta analisis terhadap video pembelajaran 1 tentang
menemukan luas permukaan bola, terlihat bahwa video tersebut menerapkan
teori belajar Ausubel.
4.2 Saran
Dengan adanya hasil analisis video ini tentang menemukan luas permukaan
bola, penulis mengharapkan pembaca untuk dapat menggunakan dan
26
mengaplikasikanya dalam kehidupan sehari-hari terutama untuk
permasalahan terkait luas permukaan bola. Selain itu, disarankan juga untuk
guru dan calon guru untuk bisa membuat perencanaan pembelajaran dengan
matang.
27
DAFTAR PUSTAKA
Zaini, Rifnon. (2014). Studi atas Pemikiran B.F Skinner tentang Belajar. Terampil:
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Dasar Vol. 1, No. 1, hlm. 118-129.
28
29