Anda di halaman 1dari 3

KETERBAGIAN

A. Pengertian Keterbagian

Definisi 2.1
Diketahui a,bZ. Bilangan b adalah habis dibagi oleh a  0 , jika terdapat suatu bilangan bulat
x sehingga b = ax, dituliskan dengan a|b. Jika b tidak habis dibagi oleh a maka dituliskan sebagai
a∤b.

Notasi ”a|b” dibaca ”a membagi b”, berarti a adalah pembagi dari b, dikatakan bahwa b adalah
kelipatan dari a. Jika a|b dan 0  a  b, maka a disebut pembagi sejati dari b. Selanjutnya a|b tidak
didefinisikan untuk a = 0, dan k|0 berlaku untuk setiap k  0 dan kZ. Notasi ” a∤b” dibaca ”a
tidak membagi b”.

Dalil 2.1 :
(a) a|b maka a|bc untuk setiap bilangan bulat c.
(b) a|b dan b|c, maka a|c.
(c) a|b dan b|a, maka a=  b (a = b atau a = -b).
(d) Jika a|b dan a|c, maka a|(b  c).
(e) a|b dan a|c, maka a|(bx+cy) untuk setiap bilangan bulat x dan y.
(f) a|b, dengan a>0, b>0, maka a  b.
(g) a|b ma|mb untuk semua m  Z dan m  0.
(h) Jika a|b dan a|(b+c) maka a|c.

Bukti :
a) Akan dibuktikan: a|b  a|bc untuk semua c  Z
a|b berarti ada x  Z sehingga b = ax (definisi).
b= ax  bc = axc untuk semua c  Z
Misalkan t = xc, maka bc = at.
Karena x,c  Z maka t = xc  Z
Dengan demikian terdapat t  Z sehingga bc = at, dan menurut definisi berarti a|bc.
Jadi a|b  a|bc (terbukti)

b) Akan dibuktikan : a|b dan b|c maka a|c


a|b berarti ada x  Z sehingga b = ax
b|c berarti ada y  Z sehingga c = by
selanjutnya
c = by = (ax)y = a(xy) = ak, dengan k = xy.
Karena x,y  Z maka k = xy  Z
Dengan demikian terdapat k  Z sehingga c = ak, dan menurut definisi berarti a|c
Jadi a|b dan b|c, maka a|c (terbukti).

c) Adib : a|b dan b|a maka a = b atau a = - b


a|b maka ada x  Z sehingga b = ax.
b|a maka ada y  Z sehingga a = by
akibatnya b = (by)x = b(yx) atau b = b(yx) atau b-b(yx) = 0 atau
b(1-yx) = 0
Karena b  0 maka 1-yx = 0 atau yx = 1
Persamaan terakhir dipenuhi untuk x = y = 1 atau x = y = -1
Untuk y = 1  a = b dan untuk y = -1  a = -b
Jadi a =  b (terbukti)

d) Adib : a|b dan a|c maka a|(bx  cy), untuk x,y  Z


a|b berarti b = ak, untuk suatu k  Z, sehingga bx = akx, untuk x Z
a|c berarti c = ah, untuk suatu h  Z, sehingga cy = ahy, untuk y Z
selanjutnya diperoleh
bx + cy = (ak)x + (ah)y
= a ( kx + hy)
= ad untuk setiap d = kx + hy.
x,y,k,h  Z maka kx  Z dan hy Z sehingga d = kx + hy  Z
Ternyata terdapat bilangan bulat d sehingga bx +cy = ad
Jadi a|(bx+cy) ……………………………………………………………..(1)
bx – cy = (ak)x – (ah)y
= a ( kx - hy)
= ap untuk suatu p = kx - hy.
Karena x,y,k,h  Z maka kx  Z dan hy  Z sehingga p = kx - hy  Z
Ternyata ada bilangan bulat p sehingga bx - cy = ap
Jadi a|(bx-cy) ……………………………………………………………..(2)
Dari (1) dan (2) diperoleh a|( bx  cy).
Jadi jika a|b dan a|c maka a|( bx  cy), untuk setiap x,y  Z.

Pembuktian bagian (e) sampai dengan (h) diserahkan kepada pembaca.

Dalil 2.2 (Algoritma Pembagian)

Jika a>0 dan a,b  Z maka ada bilangan-bilangan q,r  Z yang masing-masing tunggal sehingga
b = qa + r dengan 0  r  a .
Jika a Ɨ b maka r memenuhi pertidaksamaan 0<r<a

Untuk memahami dalil 2.2 tersebut, perhatikan contoh berikut.


 Jika a = 3 dan b = 7 maka 7 = 2.3 + 1
Sehingga diperoleh q = 2 dan r = 1 sehingga 0  1  3
 Jika a = 7 dan b = 3 maka 3 = 0.7 + 3
Sehingga diperoleh q = 0 dan r = 3 sehingga 0  3  7

Bukti dalil 2.2

Misal a, b  Z, maka dapat dibentuk suatu barisan aritmatika b – na, n  Z, yaitu:


..., b –3a, b – 2a, b-a, b, b + a, b + 2a, ....
Barisan di atas mempunyai bentuk umum b – na.
Misalkan S adalah suatu himpunan yang unsur-unsurnya suku yang bernilai positip dari barisan
b – na, sehingga:
S = { (b – na) │n  Z, dan b – na > 0 }
Menurut prinsip urutan, maka S mempunyai unsur terkecil, sebut saja r.
Karena r  S, maka r dapat dinyatakan sebagai r = b – qa, dengan q  Z.
Dari r = b – qa dapat diperoleh b = qa + r.
Jadi jika a > 0 dan a,b  Z maka ada q,r  Z sedemikian sehingga b = qa + r.
Untuk menunjukkan bahwa 0  r < a, maka digunakan bukti tidak langsung sebagai berikut:
Anggaplah bahwa 0  r < a tidakbenar, maka r  a dan dalam hal ini r tidak mungkin negatip
karena r  S.
Jika r  a maka r – a  0.
r = b – qa  r – a = b – qa – a
= b – ( q +1) a.
r – a 0 dan r-a = b – ( q + 1 ) a  0.

r – a  0 dan r – a mempunyai bentuk b – na, maka r – a  S.
Karena a > 0 maka r – a < r sehingga r – a merupakan unsur terkecil dari S dan lebih kecil dari
r. Hal ini bertentangan dengan pengambilan r sebagai unsur terkecil S. Jadi haruslah 0  r < a.
Untuk menunjukkan ketunggal q dan r, dimisalkan q dan r tidak tunggal yaitu q1, q2, r1, r2  Z
dan memenuhi hunbungan persamaan
b = q1a + r1
b = q2a + r2
Sehingga berlaku q1a+ r1 = q2a+ r2
 ( q1 - q2 ) a + ( r1 - r2 ) = 0 .
 ( r1 - r2 ) = ( q2 – q1 )a
 a │ ( r1 - r2 )
 a │ ( r1 - r2 ) → r1 - r2 = 0 atau r1 - r2 ≥ a ( a ≤ r1 - r2 )
r1 - r2 = 0  r1 = r2 → (q1 - q2 ) a = 0 → q1 = q2
r1 - r2 ≥ a > 0, r1 > 0 , r2 > 0 → r1 ≥ a = 0.
Jadi r1 = r2 dan q1 = q2 yaitu q dan r masing-masing adalah tunggal.
Selanjutnya jika a ┼ b, maka tidak ada q  Z sehingga b = qa. Hal ini berarti b  qa atau b
= qa + r dengan 0 < r < a. ( r  0, sebab jika r = 0 diperoleh b = qa).

Catatan: b : a = q sisa r
Jika b = qa + r dengan 0 ≤ r < a, maka:
b disebut bilangan yang dibagi (devidend)
a disebut bilangan pembagi (divisor/factor)
q disebut bilangan hasil bagi (quotient), dan
r disebut bilangan sisa (remainder/residu)

Jika a = 2 dan b adalah sebarang bilangan bulat, maka menurut dalil sebelumnya b dapat di-
nyatakan dengan b = 2q + r, dengan 0 ≤ r < 2. Hal ini berarti bahwa nilai-nilai b dapat ditentukan
oleh nilai-nilai r yang mungkin yaitu r = 0 dan r = 1.

Untuk r = 0 maka b = 2q + r = 2q + 0.
b = 2q, dengan q  Z.
Nilai b yang dapat dinyatakan dengan 2q, dengan q  Z , disebut bilangan bulat genap (even
integer).
Untuk r = 1, b = 2q + r = 2q + 1 dengan q  Z disebut bilangan bulat ganjil atau gasal (odd
integer).

Anda mungkin juga menyukai