Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

TEORI BELAJAR KOGNITIF DAN INFORMASI PROCESSING


DOSEN PENGAMPU : AZKIYA MILFA LAENSADI S.PD., M.SI

DI SUSUN OLEH :

Kelompok 7
Muhammad sendy kalaudy ( 204220094 )
Rossy neliyana ( 204220016 )
Tiara legiani ( 204220028 )
Pauziyah ( 204220026 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayahnya
sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Teori belajar Kognitif dan
Processing” dalam bentuk yang sangat sederhana agar dapat menjadikan acuan bagi para
pembaca untuk menerapkannya.

Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Azkiya Milfa
Laensadi,S.Pd.,M.Pd sebagai dosen pengampu mata kuliah Psikologi pendidikan yang telah
menyalurkan ilmu untuk menyelesaikan tugas makalah ini.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan
bagi pembaca terutama mahasiswa. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini
masih banyak kekurangan dari segala aspek. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas
kesalahan yang di temukan dalam makalah ini serta mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk kesempurnaan makalah.

Jambi, 1 April 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................

a. Latar Belakang.........................................................................................................
b. Rumusan Masalah....................................................................................................
c. Tujuan Penulisan.....................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

a. Konsep teori belajar kognitif...................................................................................


b. Information processing............................................................................................
c. Penerapan teori kognitif dan information processing dalam pembelajaran............

BAB III PENUTUP...........................................................................................................

a. Kesimpulan..............................................................................................................
b. Saran........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Banyak negara mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan persoalan yang
pelik. Negara sebagai lembaga yang mengupayakan kecerdasan kehidupan bangsa merupakan
tugas negara yang amat penting. Namun, dinegara-negara berkembang adopsi sistem
pendidikan sering menjadi kritik. Adanya perubahan sistem pendidikan setiap adanya
perubahan mentri pendidikan juga turut mempengaruhi kualitas pendidikan yang ada di
Indonesia.

Teori kognitif lebih menekankan bahwa belajar lebih banyak ditentukan karena
adanya usaha dari setiap individu dalam upaya menggali ilmu pengetahuan melalui dunia
pendidikan. Penata kondisi tersebut bukan sebagai penyebab terjadinya proses belajar bagi
anak didik, tetapi melalui penggalian ilmu pengetahuan secara pribadi ini diarahkan untuk
memudahkan anak didik dalam proses belajar. Aktivitas mandiri merupakan salah satu faktor
untuk mencapai hasil yang maksimal dalam belajar. Para pendidik (Guru) dan para perancang
pendidikan serta pengembang program-program pembelajaran perlu menyadari pentingnya
pemahaman terhadap hakikat belajar dan pembelajaran. Teori belajar dan pembelajaran
seperti teori kognitif penting untuk dimengerti dan diterapkan sesuai dengan kondisi dan
konteks pembelajaran yang dihadapi. Pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi,
untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam
pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-
kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang
diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu.
Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi
individu dalam proses pembelajaran. Asumsinya adalah pembelajaran merupakan faktor yang
sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil komulatif dari
pembelajaran. Dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi yang kemudian
diolah sehingga menghasilkan output dalam bentuk hasil belajar. Pembelajaran merupakan
keluaran dari pemrosesan informasi yang berupa kecakapan manusia (human capitalities).

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis mengemukakan rumusan masalah


adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana konsep teori belajar kognitif ?


b. Apa itu information processing?
c. Bagaimana penerapan teori kognitif dan information processing dalam pembelajaran?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penulis mengemukakan tujuan penulisan


adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui konsep teori belajar kognitif


b. Untuk mengetahui information processing
c. Untuk mengetahui penerapan teori kognitif dan information processing dalam
pembelajaran

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep teori belajar kognitif

Teori kognitif pada hakikatnya adalah teori yang menjelaskan hal-hal yang
berhubungan dengan kemampuan manusia dalam memahami berbagai pengalamannya
sehingga mengandung makna bagi manusia tersebut. Kognitif adalah proses yang terjadi
secara internal didalam pusat susunan saraf pada waktu manusia sedang berpikir
(Gagne,1976:71). Teori kognitif menekankan peranan struktur ingatan dan pengetahuan atau
scemata terhadap proses penerimaan, pemrosesan penyimpanan, pemanggilan kembali
informasi yang telah ada didalam memori, atau tidak dapat memanggil kembali informasi
yang telah ada dipusat memori atau lupa, selanjutnya menjelaskan tentang proses pengolahan
informasi. Dengan demikian kognitivisme belajar bukan sekedar menjelaskan kegiatan yang
berkaitan dengan latihan dan penguatan atau reward.

Kognitivisme meyakini bahwa belajar adalah hasil dari usaha individu dalam
memaknai pengalamn-pengalamannya yang berkaitan dengan dunia disekitarnya. Oleh sebab
itu, belajar adalah proses yang melibatkan individu secara aktif. Untuk melakukan hal
tersebut, seluruh kemampuan mental digunakan secara optimal. Hal ini tercermin dari cara
berpikir yang digunakan individu dalam menghadapi situasi tertentu, selanjutnya harapan-
harapan yang dirasakan individu yang bersangkutan mempengaruhi cara ia belajar. Teori-
teori kognitif memberikan penekanan pada cara menstruktur pengetahuan yang didalam
memori yang menjadi dasar operasi mental pada waktu kegiatan berpikir berlangsung.

Berikut Teori belajar kognitif menurut para ahli :

1. Teori kognitif Gestalt

Pokok pandangan gestalt bahwa objek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai suatu
keseluruhan yang terorganisasi. Pandangan gestalt lebih menekankan kepada perilaku molar.
Implementasi teori gestalt dalam pembelajaran, antara lain:

 Pengalaman tilikan ( insight), adalah kemampuan mengenali keterkaitan unsur-unsur


dalam peristiwa

3
 Pembelajaran bermakna (meaningful learning), kebermaknaan unsur-unsur yang
terkait dalam proses pembelajaran akan semakin efektif sesuatu yang dipelajari, hal
ini akan sangat penting dalam pemecahan masalah.
 Perilaku bertujuan (purposive behavior), maknanya perilaku terarah pada tujuan.
Proses pembelajaran akan sangat efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin
dicapai dari suatu proses pembelajaran tersebut.
 Prinsip ruang hidup (life space), bahwa perilaku individu memilii keterkaitan dengan
lingkungan dimana ia berada. Materi pembelajaran hendaknya memiliki keterkaitan
dengan situasi dan kondisi lingkungan ditempat siswa tinggal dan hidup.
  Transfer dalam belajar , tansfer dalam belajar akan terjadi apabila peserta didik telah
menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu masalah dan menemukan generalisasi
untuk kemudian digunakan dalam pemecahan masalah.

2. Jean Piaget, teorinya disebut “Cognitive Developmental”

Dalam teorinya, Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual
dan fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak. Dalam teorinya, Piaget memandang
bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari konkret menuju
abstrak. Piaget adalah ahli psikolog developmentat karena penelitiannya mengenai tahap
tahap perkembangan pribadi serta perubahan umur yang mempengaruhi kemampuan belajar
individu. Menurut Piaget, pertumbuhan kapasitas mental memberikan kemampuan-kemapuan
mental yang sebelumnya tidak ada. Pertumbuhan intelektuan adalah tidak kuantitatif,
melainkan kualitatif. Dengan kata lain, daya berpikir atau kekuatan mental anak yang berbeda
usia akan berbeda pula secara kualitatif. Menurut Suhaidi Jean Piaget mengklasifikasikan
perkembangan kognitif anak menjadi empat tahap:

 Tahap sensory – motor. yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 0-2
tahun, Tahap ini diidentikkan dengan kegiatan motorik dan persepsi yang masih
sederhana.
 Tahap pre – operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 2-
7 tahun. Tahap ini diidentikkan dengan mulai digunakannya symbol atau bahasa
tanda, dan telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak
abstrak.

4
 Tahap concrete – operational, yang terjadi pada usia 7-11 tahun. Tahap ini dicirikan
dengan anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis. Anak
sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik perseptual pasif.
 Tahap formal – operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada
usia 11-15 tahun. Ciri pokok tahap yang terahir ini adalah anak sudah mampu berpikir
abstrak dan logis dengan menggunakan pola pikir “kemungkinan”.

Menurut Piaget perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi yaitu


organisasi dan adaptasi.

 Organisasi memberikan setiap organisme kemampuan untuk mengestimasikan atau


mengorganisasi proses-proses fisik atau psikologis menjadi sistem-sistem yang teratur
dan berhubungan.
 Adaptasi, terhadap lingkungan dilakukan melalui dua proses yaitu asimilasi dan
akomodasi.

Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep


ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya.
Asimilasi dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan
mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan baru dalam skema yang telah ada. Proses
asimilasi ini berjalan terus. Asimilasi tidak akan menyebabkan perubahan/pergantian skemata
melainkan perkembangan skemata. Asimilasi adalah salah satu proses individu dalam
mengadaptasikan dan mengorganisasikan diri dengan lingkungan baru pengertian orang itu
berkembang.

Akomodasi. Dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru seseorang tidak


dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan skema yang telah dipunyai.
Pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok dengan skema yang telah ada.
Dalam keadaan demikian orang akan mengadakan akomodasi. Akomodasi tejadi untuk
membentuk skema baru yang cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema
yang telah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu.

Bagi Piaget adaptasi merupakan suatu kesetimbangan antara asimilasi dan akomodasi.
Bila dalam proses asimilasi seseorang tidak dapat mengadakan adaptasi terhadap
lingkungannya maka terjadilah ketidakseimbangan (disequilibrium). Akibat
ketidakseimbangan itu maka terjadilah akomodasi dan struktur kognitif yang ada akan

5
mengalami perubahan atau munculnya struktur yang baru. Pertumbuhan intelektual ini
merupakan proses terus menerus tentang keadaan ketidakseimbangan dan keadaan setimbang
(disequilibrium–equilibrium). Tetapi bila terjadi kesetimbangan maka individu akan berada
pada tingkat yang lebih tinggi daripada sebelumnya.

Ada beberapa konsep yang perlu dimengerti agar lebih mudah memahami teori
perkembangan kognitif atau teori perkembangan Piaget, yaitu;

 Intelegensi.
Piaget mengartikan intelegensi secara lebih luas, juga tidak mendefinisikannya secara
ketat. Ia memberikan definisi umum yang lebih mengungkap orientasi biologis.
Menurutnya, intelegensi adalah suatu bentuk ekuilibrium ke arah di mana semua
struktur yang menghasilkan persepsi, kebiasaan, dan mekanisme sensiomotor
diarahkan.
 Organisasi.
Organisasi adalah suatu tendensi yang umum untuk semua bentuk kehidupan guna
mengintegrasikan struktur, baik yang psikis ataupun fisiologis dalam suatu sistem
yang lebih tinggi.
 Skema.
Skema adalah suatu struktur mental seseorang dimana ia secara intelektual
beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Skema akan beradaptasi dan berubah
selama perkembangan kognitif seseorang.
 Asimilasi.
Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep
atau pengalaman baru kedalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya.
 Akomodasi.
Akomodasi adalah pembentukan skema baru atau mengubah skema lama sehingga
cocok dengan rangsangan yang baru, atau memodifikasi skema yang ada sehingga
cocok dengan rangsangan yang ada.
 Ekuilibrasi.
Ekuilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sedangkan
diskuilibrasi adalah keadaan dimana tidak seimbangnya antara proses asimilasi dan

6
akomodasi, ekuilibrasi dapat membuat seseorang menyatukan pengalaman luar
dengan struktur dalamnya.

3. Jerome Bruner Dengan Discovery Learningnya

Bruner menekankan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan,
atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupan. Bruner meyakini
bahwa pembelajaran tersebut bisa muncul dalam tiga cara atau bentuk, yaitu: enactive,iconic
dan simbolic.Pembelajaran enaktif mengandung sebuah kesamaan dengan kecerdasan
inderawi dalam teori Piaget. Pengetahuan enaktif adalah mempelajari sesuatu dengan
memanipulasi objek – melakukan pengatahuan tersebut daripada hanya memahaminya.
Anak-anak didik sangat mungkin paham bagaimana cara melakukan lompat tali “melakukan‟
kecakapan tersebut), namun tidak terlalu paham bagaimana menggambarkan aktifitas tersebut
dalam kata-kata, bahkan ketika mereka harus menggambarkan dalam pikiran. Pembelajaran
ikonik merupakan pembelajaran yang melalui gambaran dalam bentuk ini, anak-anak
mempresentasikan pengetahuan melalui sebuah gambar dalam benak mereka. Anak-anak
sangat mungkin mampu menciptakan gambaran tentang pohon mangga dikebun dalam benak
mereka, meskipun mereka masih kesulitan untuk menjelaskan dalam kata-kata. Pembelajaran
simbolik, ini merupakan pembelajaran yang dilakukan melalui representasi pengalaman
abstrak (seperti bahasa) yang sama sekali tidak memiliki kesamaan fisik dengan pengalaman
tersebut. Sebagaimana namanya, membutuhkan pengetahuan yang abstrak, dan karena
simbolik pembelajaran yang satu ini serupa dengan operasional formal dalam proses berpikir
dalam teori Piaget. Jika dikorelasikan dengan aplikasi pembelajaran, Discoveri learningnya
Bruner dapar dikemukakan sebagai berikut:

 Belajar merupakan kecenderungan dalam diri manusia, yaitu Self-curiousity


(keingintahuan) untuk mengadakan petualangan pengalaman.
 Belajar penemuan terjadi karena sifat mental manusia mengubah struktur yang ada.
Sifat mental tersebut selalu mengalir untuk mengisi berbagai kemungkinan
pengenalan.
 Kualitas belajar penemuan diwarnai modus imperatif kesiapan dan kemampuan secara
enaktif, ekonik, dan simbolik.
 Penerapan belajar penemuan hanya merupakan garis besar tujuan instruksional
sebagai arah informatif.

7
 Kreatifitas metaforik dan creative conditioning yang bebas dan bertanggung jawab
memungkinkan kemajuan.

4. Teori Belajar Bermakna Ausubel.

Belajar bermakna menurut Ausubel adalah suatu proses belajar di mana peserta didik
dapat menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya dan agar
pembelajaran bermakna, diperlukan 2 hal yakni pilihan materi yang bermakna sesuai tingkat
pemahaman dan pengetahuan yang dimiliki siswa dan situasi belajar yang bermakna yang
dipengaruhi oleh motivasi. Dengan demikian kunci keberhasilan belajar terletak pada
kebermaknaan bahan ajar yang diterima atau yang dipelajari oleh siswa. Ausubel tidak setuju
dengan pendapat bahwa kegiatan belajar penemuan (discovery learning) lebih bermakna
daripada kegiatan belajar penerimaan (reception learning). Sehingga dengan ceramahpun,
asalkan informasinya bermakna bagi peserta didik, apalagi penyajiannya sistematis, akan
dihasilkan belajar yang baik.

2.2 Information processing

Information processing atau proses penerimaan informasi merupakan salah satu


bentuk pendekatan berdasarkan kognitivisme. Pendekatan ini memandang peroses belajar
yang terjadi dalam diri individu sebagai suatu proses penerimaan informasi. Hal ini dapat
dianalogikan dengan proses yang terjadi dalam komputer. Belajar dimulai dari input yang
datang dari lingkungan diterima oleh pancaindera, kemudian diproses dan disimpan didalam
memori dan output dari pembelajaran adalah berbagai kemampuan atau competencies.

Pada dasarnya, proses penerimaan informasi adalah usaha pencarian makna yang
dapat menjelaskan hubungan antara observeble stimuli atau stimulus yang ditangkap oleh
pancaindera atau input, yang dilihat, didengan, dirasa, dicium, dan disentuh dengan respon
atau output yang sesuai. Komponen penerimaan informasi terdiri atas berikut ini :

 Penerimaan input sensori dipengaruhi oleh orientasi individu, yaitu hal-hal yang
berkaitan dengan penerimaan dan pemilihan input sensori yang akan diperhatikannya.
 Mengorganisasi pola ingatan dan scemata yang berkaitan dengan pemilihan input
sensori yang menjadi perhatian.
 Dalam mengorganisasi pola ingatan, ingatan jangka panjang merupakan sumber
informasi yang dibutuhkan, yang diwujudkan dalam bentuk mengingat kembali

8
informasi yang berkaitan dengan pengetahuan, perasaan dan keterampilan yang dicari
untuk disusun kembali sesuai dengan kebutuhan.
 Hasil penyusunan tersebut menjadi ingatan aktif yang digunakan untuk memberikan
respon yang sesuai.

Maka dapat disimpulkan bahwa pemrosesan informasi berkaitan dengan cara yang
diterimanya dari lingkungannya, proses mengirimkan informasi tersebut kedalam pikirannya,
mengolah dan menyimpan informasi sebagai ingatan, mentransformasikan serta memanggil
kembali informasi yang telah disimpan dalam ingatan dan menjadikannya ingatan aktif yang
digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi individu tersebut.

Kecepatan pemrosesan bukanlah fungsi eksekutif . Tetapi ketika anak-anak memiliki


kecepatan pemrosesan yang lambat ,itu memengaruhi seberapa baik mereka dapat
menggunakan keterampilan eksekutif mereka. Pemikiran yang fleksibel memungkinkan kita
mengubah arah ketika kondisi berubah. Memori kerja memungkinkan kita mengingat
informasi untuk digunakan selama tugas. Dan pengendalian diri membuat kita melambat dan
mengambil keputusan dengan hati-hati Anak-anak mungkin memiliki keterampilan eksekutif
yang kuat. Tetapi jika mereka memproses informasi dengan lambat, mereka tidak dapat
menggunakan keterampilan itu secepat yang mereka butuhkan. Dan itu bisa menimbulkan
masalah. Mereka tidak punya cukup waktu untuk melewati semua langkah yang diperlukan
untuk memahami masalah, memikirkannya, dan menggunakan keterampilan eksekutif
mereka untuk memilih respons. Mereka akhirnya merespons dengan cara yang tidak
dipikirkan.

Kecepatan pemrosesan yang lambat dapat memengaruhi semua area fungsi eksekutif.
Berikut beberapa contohnya: Menggunakan memori kerja. Bayangkan sebuah kelas anak-
anak yang diminta membaca cerita pendek dan bersiaplah untuk menjawab pertanyaan
tentangnya. Seorang anak yang bermasalah dengan memori kerja mungkin tidak dapat
mengingat informasi dan mungkin tidak dapat menjawab pertanyaan. Anak-anak dengan
kecepatan pemrosesan yang lambat (tetapi tidak memiliki masalah memori kerja) mungkin
juga tidak dapat menjawab pertanyaan. Tapi itu bukan masalah melupakan informasi. Itu
karena informasinya tidak diproses cukup cepat untuk diingat dan digunakan. Berikut
beberapa macam ingatan yang sering dibahas oleh beberapa ahli, yaitu:

 Semua informasi baru yang diterima indera harus menjalani pemberhentian singkat di
register sensorik, gerbang masuk ke dalam memori. Register sensorik mencakup

9
beberapa subsistem memori yang memiliki jumlah yang sama dengan jumlah indera
yang kita miliki. Kesan visual akan tetap berada dalam subsistem sedikit lebih lama
dari subsistem visual, yakni kira-kira selama dua detik
 Memori Jangka pendek sebagai komponen dasar kedua dalam sistem Atkinson dan
Shiffrin adalah bersifat terbatas baik dalam kapasitas maupun durasi. Informasi akan
hilang dalam waktu 20-30 detik jika tidak diulang. Memori jangka pendek di
butuhkan ketika kita menyelesaikan sebagian besar tugas-tugas kognitif
mencerminkan peran penting memori jangka pendek sebagai sebuah memori kerja
(working memory) yang menjaga dan memanipulasi informasi.
 Memori jangka panjang adalah suatu tipe memori yang relatif tetap dan tidak terbatas.
Memori jangka panjang bertambah seiring bertambahnya usia selama masa
pertengahan dan akhir kanak-kanak. Sistem memori jangka panjang memungkinkan
kita hidup dalam dua dunia, yaitu masa lalu dan masa sekarang. Kemampuan untuk
dapat mengingat masa lalu dan menggunakan informasi tersebut untuk dimanfaatkan
saat ini merupakan fungsi dari memori jangka panjang

2.3 Penerapan teori kognitif dan information processing dalam pembelajaran

 Interaksi anak dengan teman-teman sebayanya adalah perlu karena melalui kegiatan
bermain, anak akan melakukan berbagai kegiatan positif, seperti melakukan
eksplorasi, dan melakukan berbagai hal yang baru atau discovery. Semua aktivitas
tersebut memperkaya pengalaman empirik, logika-matematika, dan sosial anak.
 Dalam proses pembelajaran, guru perlu mempertimbangkan strategi mengajar yang
menghadapkan anak pada peristiwa yang mengandung konflik dan ketidakpastian,
sehingga anak akan memiliki kesadaran terhadap konflik dan ketidakpastian sehingga
proses asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrium dapat terjadi.
 Memusatkan perhatian pada cara berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar
hasilnya. Guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada
hasil tersebut
 Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam
kegiatan belajar.

10
 Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan.
Teori kognitif mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan
perkembangan yang sama.
 Lingkungan pendidikan sebaiknya menyediakan berbagai kegiatan yang mendorong
perkembangan kognitif anak.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Teori belajar kognitif lebih menekankan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh
persepsi pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Teori
ini lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Ilmu pengetahuan dibangun
dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang berkesinambungan. Sedangkan
Information processing atau proses penerimaan informasi merupakan salah satu bentuk
pendekatan berdasarkan kognitivisme.

3.2 Saran

Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca

11
DAFTAR PUSTAKA

Dalyono, M, Psikologi Pendidikan, Jakarta, Rineka Cipta, 2015.

E.Slavin, Robert, Psikologi Pendidikan Teori Dan Praktik, Jakarta, PT indeks, 2011.

http://aristwn.staff.iainsalatiga.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2014/09/Teori-Belajar-
Kognitif.pdf

Jamaris, Martini, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pendidikan, Bogor, Penerbit Ghalia


Indonesia, 2015.

Peg.Rosen.2020.The connection between slow processing speed and executive function.


https://www.understood.org/en/articles/the-connection-between-slow-processing-
speed-and-executive-function . diakses pada 1 April 2023 pukul 13.00 wib

Rehalat, A. (2016). Model Pembelajaran Pemrosesan Informasi. Jurnal Pendidikan Ilmu


Sosial, 23(2)

Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Bandung, PT Remaja Rosdakarya Offset, 2016.

Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan, Jakarta, Rineka Cipta, 1990.

12
13

Anda mungkin juga menyukai