Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Teori-Teori Belajar dalam Psikologi Pendidikan

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Sokip, M.Pd.I

Disusun oleh :

Muhammad Hakam Baihaqi (126202202054)

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH ILMU DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
OKTOBER 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nyasehingga
penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Hubungan Negara dengan warga negara“
ini dengan lancar. Selawat sertasalam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad
saw. yang telah membimbing umatnya ke jalan yang diridhai.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas semester ganjil mata Pendidikan
Kewarganegaraan. Pada kesempatan ini, penyusun berterima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Maftukhin, M. Ag., selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
(IAIN)Tulungagung yang telah memberi ijin penulis untuk menimba ilmu di kampus
tercinta ini.
2. Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung yang mendukung dan memberi ijin
atas studi yang penulis jalani di fakultas ini.
3. Prof. Dr. Sokip, M.Pd.I selaku ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Arab Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung yang selalu memberi bimbingan dan
dukungan selama penulis menjalani studi di Jurusan Pendidikan Bahasa Arab.
4. Prof. Dr. Sokip, M.Pd.I selaku dosen Psikologi Pendidikan yang telah
memberikan pengarahan dalam penyusunan makalah ini sampai selesai.

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah


ini. Oleh sebab itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna menjadi
acuan untuk masa yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat dan menambah
wawasan bagi pembaca pada umumnya.

Tulungagung, 18 Oktober 2020

Penyusun

DAFTAR ISI
2
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................4
C. Tujuan Pembahasan...................................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
A. Teori Belajar Behavioristik........................................................................................................6
B. Aplikasi Teori Belajar Behavioristik dalam Pembelajaran.........................................................9
C. Teori Belajar Kognitif..............................................................................................................10
D. Aplikasi Teori Belajar Kognitif dalam Pembelajaran..............................................................13
E. Teori Belajar Konstruktifistik..................................................................................................13
F. Aplikasi Teori Belajar Konstruktifistik dalam Pembelajaran...................................................14
BAB III................................................................................................................................................15
PENUTUP...........................................................................................................................................15
A. Kesimpulan..............................................................................................................................15
B. Saran........................................................................................................................................16

BAB I

3
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Psikologi Pendidikan adalah sebuah disiplin psikologi yang menyelidiki masalah


psikologis yang terjadi dalam dunia pendidikan. Sedangkan menurut ensiklopedia amerika,
Pengertian psikologi pendidikan adalah ilmu yang lebih berprinsip dalam proses pengajaran
yang terlibat dengan penemuan – penemuan dan menerapkan prinsip – prinsip dan cara untuk
meningkatkan keefisienan di dalam pendidikan

Salah satu upaya dalam meningkatkan keefisienan di dalam pendidikan adalah dengan
mengetahui dan memahami macam-macam Teori belajar supaya dapat menerapkannya dalam
pembelajaran dengan situasi dan kondisi yang berbeda. Teori belajar dapat dipahami sebagai
prinsip-prinsip umum atau kolaborasi antara prinsip-prinsip yang saling berhubungan. Teori
belajar merupakan upaya untuk mendeskripsikan bagaimana manusia belajar, sehingga
membantu kita semua memahami proses yang kompleks dari belajar

Teori Belajar,Setidaknya dapat dikelompokkan ke dalam 3 kategori,yaitu teori belajar


behavioristic,kognitif, konstruktivistik.Untuk lebih jelasnya terkait maksud serta aplikasi dari
ketiga kategori teori tersebut dalam pembelajaran,penjelasannya akan saya paparkan pada
makalah yang berjudul”Teori-Teori Belajar dalam Psikologi Pendidikan

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan teori belajar behavioristic?


2. Apa aplikasi teori belajar behavioristic dalam kegiatan pembelajaran?
3. Apa yang dimaksud dengan teori belajar kognitif ?
4. Apa aplikasi aplikasi teori belajar kognitif dalam kegiatan pembelajaran?
5. Apa yang dimaksud dengan teori belajar konstruktivistik ?
6. Apa aplikasi teori belajar konstruktivistik dalam kegiatan pembelajaran?

4
C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui maksud dari teori belajar behavioristic


2. Untuk mengetahui aplikasi teori belajar behavioristic dalam kegiatan
pembelajaran
3. Untuk mengetahui maksud dari teori belajar kognitif
4. Untuk mengetahui aplikasi aplikasi teori belajar kognitif dalam kegiatan
pembelajaran
5. Untuk mengetahui maksud dari teori belajar konstruktivistik
6. Untuk mengetahui aplikasi teori belajar konstruktivistik dalam kegiatan
pembelajaran

BAB II

5
PEMBAHASAN

A. Teori Belajar Behavioristik

Teori Behavioristik merupakan teori belajar tentang perubahan tingkah laku yang
terjadi karena pengalaman yang dialami peserta didik. Teori ini memandang orang yang
belajar sebagai individu yang pasif. Menurut teori ini, dalam belajar yang penting adalah
input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang
diberikan guru kepada pembelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan
pembelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara
stimulus dan respon tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah
stimulus dan respon, oleh karena itu stimulus dan respon harus dapat diamati dan diukur.

Teori ini sesuai diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan
dominansi peran orang dewasa dalam proses belajar. Implikasi teori ini dalam situasi
pembelajaran mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang menjadikan guru sebagai
central yang bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan
menentukan apa yang harus dipelajari murid. Pada prakteknya dalam pembelajaran, pendidik
menjadi pihak yang lebih aktif sebab pendidik yang dominan memberikan stimulus dan
peserta didik hanya memberi respon saja, semua berjalan sesuai kehendak pendidik

Konsep Teori Pembelajaran Behaviorisme

a. Pembelajaran sebagai satu perubahan dalam frekuensi bentuk atau tingkah laku.

b. Dalam bentuk pendekatan behavioral, tingkah Iaku pelajar dinilai sebelum memulakan
pengajaran.

c. Pembelajaran memerlukan penyusunan (stimuli) rangsangan dalam persekitaran supaya


belajar dapat respons dan diberi pengukuran.

d. Manusia belajar menggunakan kaedah coba dan ralat.

e. Ganjaran dan denda faktor penting membantu pembelajaran manusia.

f. Pembelajaran manusia berlaku mengikut hubungan antara ransangan dan gerak balas.

g. Motivasi, ganjaran dan denda amat penting dalam proses pembelajaran.

6
Menurut pandangan ini manusia dapat dimanipulasi, tingkah lakunya dapat dikontrol.
Caranya adalah dengan mengontrol stimulus-stimulus yang ada dalam lingkungannya.
Hukum hukum yang berlaku bagi alam pada umumnya berlaku bagi manusia Pandangan
seperti ini dikenal dengan Behavioristik,dengan ciri cirinya:
a. Mementingkan pengaruh lingkungan
b. Mementingkan bagian bagian
c. Mementingkan peranan reaksi
d. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar
e. Mementingkan sebab sebab diwaktu yang lain
f. Mementingkan pembentukan kebiasaan
g. Dalam pemecahan masalah, ciri khasnya trial and error

Teori belajar yang dikelompokkan ke dalam teori behavioristik adalah:conecsionisme


(Thorndike); classical conditioning (Pavlov, Watson); systematic behavior theory (Hull,
Spence); contigous conditioning (Guthrie), dan descriptive behavorism atau operenat
conditioning (Skinner). Berikut ini diuraikan teori belajar behavioristik meliputi teori
conecsionisme, classical conditioning, dan operant conditioning

1. Conecsionisme (E. L. Thorndike)

Menurut teori conecsionisme (koneksionisme), belajar pada hewan dan manusia


prinsipnya memiliki kesamaan. Pada dasarnya terjadinya belajar adalah pembentukan asosiasi
(bond, conection) antara kesan pancaindera (sense impression) dengan kecenderungan untuk
bertindak (impuls to action). Proses belajar itu disifatkan sebagai learning by selecting and
connecting atau lazimnya disebut trial and error learning,dan berlangsung menurut hukum-
hukum tertentu.
2. Classical Conditioning (Ivan Pavlov dan J. B. Watson)

Percobaan Pavlov mengenai fungsinya kelenjar ludah pada anjing, merupakan contoh
klasik bagaimana perilaku tertentu dapat dibentuk melalui pengaturan dan manipulasi
lingkungan. Proses pembentukan perilaku semacam itu disebut proses pensyaratan
(conditioning process). Air liur anjing yang secara alami banyak hanya keluar apabila ada
makanan, pada akhirnya dengan proses pensyaratan air liur dapat keluar sekalipun tidak ada
makanan. Kesimpulannya, dalam percobaan Pavlov terhadap ditemukan anjing belajar bahwa
cahaya lampu ataupun bunyi bel itu mula-mula sebagai datangnya makanan (pembentukan

7
conditioned respons / CR), kemudian ia belajar bahwa cahaya lampu atau bunyi bel sebagai
pertanda tidak ada makanan (penghilang CR).

Iversen (1978) menggunakan prinsip yang sama itu untuk menjelaskan perilaku
manusia. Anak yang semula tidak takut pada tikus putih dapat dibuat takut pada tikus
tersebut, kemudian ketakutan itu dapat dihilangkan. Di dalam kehidupan sehari-hari hal yang
serupa terjadi. Orang yang semula tidak takut kucing pada akhirnya takut kucing, kalau dia
sering diganggu atau dicoba digigit kucing. Pada dasarnya menurut teori ini adalah perilaku
dapat dibentuk dengan secara berulang-ulang, perilaku itu dipancing dengan sesuatu yang
memang menimbulkan perilaku itu. Sehingga dapat diketahui bahwa aspek pengulangan
merupakan hal penting dalam mempengaruhi perilaku anak.

3. Operant Conditioning (B. F. Skinner)

Sebagaimana Pavlov dan Watson, Skinner juga memikirkan perilaku sebagai


hubungan antara perangsang dan respon, tetapi berbeda dengan ke dua ahli yang terdahulu.
Skinner membuat rincian lebih jauh yang membedakan adanya dua respons, yaitu: respondent
response (relexive response) dan operant response (instrumental response). Respondent
response (relexive response) yaitu respons yang ditimbulkan oleh perangsang-perangsang
tertentu. Perangsang-perangsang yang demikian itu disebut eliciting stimuli, menimbulkan
respons-respons yang secara relatif menetap, misalnya makanan yang menimbulkan
keluarnya air liur. Pada umumnya perangsang-perangsang yang demikian itu mendahului
respons yang ditimbulkannya.

Operant response (instrumental response) yaitu respons yang ditimbulkan dan


berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu. Perangsang yang demikian itu
disebut reinforcing stimuli atau reinforcer, karena perangsang-perangsang tersebut
memperkuat respons yang telah dilakukan oleh organisme. Dengan kata lain, perangsang
yang demikian itu mengikuti (dan karenanya memperkuat) sesuatu perilaku yang telah
dilakukan. Apabila seorang anak belajar (telah melakukan tindakan), kemudian ia mendapat
hadiah, maka ia akan belajar menjadi lebih giat (respons menjadi lebih intensif/kuat).

8
Kekurangan dan Kelebihan Teori Behaviorisme

a). Kekurangan :

» Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning), bersifat
mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur.

» Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang

didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang tidak efektif

b). Kelebihan :

» Sangat sesuai untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan
yang mengandung unsur unsur seperti kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks, dan daya
tahan. Contoh : Percakapan bahasa Asing, menari, mengetik, olah raga, dll.

» Sesuai diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran

orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan

bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi hadiah atau pujian.

» Dapat clikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat

untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak


menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.

D. Aplikasi Teori Belajar Behavioristik dalam Pembelajaran

Aliran psikologi belajar yang sangat besar yang mempengaruhi arah pengembangan
teori dan praktek pendidikkan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik.
Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori
behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar
sebagai individu yang pasif. Respons atau perilaku tertentu dapat dibentuk karena dikondisi
dengan cara tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya
perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement, dan akan menghilang bila dikenai
hukuman hukuman.

Belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara
stimulus dan respon. Perubahan perilaku dapat berwujud sesuatu yang konkret atau yang non

9
konkret, berlangsung secara mekanik memerlukan penguatan. Aplikasi teori belajar
behaviorisme dalam. pembelajaran, tergantung dari beberapa hal seperti tujuan pembelajaran,
sifat · materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.
Adapun contoh aplikasi teori belajar behaviorisme menurut Pavlov adalah pada awal tatap
muka antara guru dan murid dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru menunjukkan
sikap yang ramah dan memberi pujian terhadap murid-muridnya, sehingga para murid merasa
terkesan dengan sikap yang ditunjukkan gurunya.

E. Teori Belajar Kognitif

Teori belajar kognitif berpendapat bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan
antara stimulus dan respon, lebih dari itu belajar dianggap melibatkan proses berpikir yang
sangat kompleks. Teori belajar kognitif lebih menekankan arti penting proses internal mental
manusia. Teori ini berpendapat bahwa belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman dan
bukan sekedar perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Tingkah laku manusia yang tidak
tampak, tak dapat diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses mental, seperti : motivasi,
kesengajaan, keyakinan dan sebagainya.
Asumsi dasar teori ini adalah setiap orang telah mempunyai pengalaman dan
pengetahuan dalam dirinya. Pengetahuan dan pengalaman ini tertata dalam struktur kognitif.
Menurut teori ini, proses belajar akan berjalan baik bila materi pelajaran yang baru diadaptasi
dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa. Implikasi teori ini dalam
pembelajaran mengharuskan guru untuk memusatkan perhatian pada cara berpikir atau proses
mental anak, tidak sekedar hasilnya. Guru wajib mengutamakan peran siswa supaya mereka
aktif dalam kegiatan belajar dan saling berinteraksi. Guru harus memaklumi adanya
perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan.
Pada hakekatnya manusia bebas untuk membuat pilihan dalam setiap situasi, titik paut
kebebasan adalah kesadaran.Tingkah laku manusia adalah ekspresi yang dapat diamati dan
akibat dari pada dunia eksistensi internal yang pada hakekatnya bersifat pribadi. Pandangan
ini melahirkan teori kognitif yaitu mempelajari manusia, tingkah laku dan kesadaran dirinya.
Ciri ciri teori Kognitif adalah:
1. Mementingkan apa yang ada pada pelajaran
2. Mementingkan keseluruhan
3. Mementingkan peranan fungsi kognitif
4. Mementingkan keseimbangan dalam diri si pelajar
5. Mementingkan kondisi yang ada pada waktu itu
6. Mementingkan pembentukan struktur kognitif
7. Dalam pemecahan problemanya ciri khasnya intringht
Teori-teori yang dapat dikelompokkan ke dalam teori belajar kognitif adalah: Teori
Gestalt (Kofka, 1935; Kohler, 1968; Wertheimer, 1945); Teori Medan (Lewin, 1942); Teori
Organismik (Wheeler, 1940); Teori Perkembangan Kognitif (Jean Piaget); Teori Belajar
Bruner; Teori Belajar Ausubel; Teori Belajar Gagne (Robert M. Gagne); dan Teori Belajar

10
Self-regulated Learning. Berikut ini diuraikan beberapa teori belajar, yakni: (1) Teori Gestalt
dari Kofka, Kohler, dan Wertheimer; (2) Teori Belajar menurut Jean Piaget; (3) Teori Belajar
menurut J. Bruner; (4) Teori Belajar Bermakna Ausubel; (5) Teori Belajar Robert M. Gagne;
dan (6) Teori Self Regulated Learning menurut Zimmerman.
1. Teori Gestalt dari Kofka, Kohler, dan Wertheimer
Gestalt artinya susunan (konfigurasi) atau bentuk pemahaman atas situasi
perangsangnya. Teori Kohler menekankan pentingnya proses mental yang didasarkan pada
anggapan bahwa subjek itu beraksi pada keseluruhan yang bermakna. Kohler mengemukakan
adanya hukum transformasi dan hukum organisasi persepsi yang merupakan kunci untuk
memahami belajar. Di samping itu, Kohler juga mengemukakan konsep pemahaman
(insight). Belajar dirumuskan sebagai konstelasi stimulus, oganisasi, dan reaksi.
2. Teori Belajar menurut Jean Piaget
Teori belajar yang dipopulerkan oleh Jean Piaget dikenal dengan sebutan teori
perkembangan Kognitif. Piaget sebagai salah seorang pakar psikologi Kognitif menemukan
teori mengenai belajar berdasar pada kesannya atas sikap para peserta didik dalam memahami
dunianya. Mereka memiliki kebutuhan belajar dalam dirinya, yaitu senantiasa berperan aktif
dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Interaksi antara diri dan lingkungannya secara
terus menerus akan menumbuhkan suatu pengetahuan.
Piaget mempelajari perkembangan inteligensi atau kecerdasan individu mulai lahir
sampai dewasa. Perkembangan kognit/if - berpikir - sejalan dengan pertumbuhan biologisnya.
Artinya struktur kognitif individu bukan suatu ketentuan yang sudah ada sebelumnya dan
bersifat statis, melainkan tumbuh dan berkembang bersamaan dengan bertambahnya usia
melalui proses adaptasi dan interaksi dengan lingkungannya. Semakin dewasa seseorang,
makin banyak pengetahuannya, karena telah banyak memperoleh pengalaman, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Dengan kata lain, belajar merupakan pengetahuan sebagai
akibat atau hasil adaptasi dan interaksi dengan lingkungan.
3. Teori Belajar menurut J. Bruner
Bruner dalam memandang proses belajar, menekankan adanya pengaruh kebudayaan
terhadap tingkah laku seseorang. Bruner dalam teorinya free discovery learning, menyatakan
bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman
melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Perkembangan kognitif
seseorang menurut Bruner dapat ditingkatkan dengan cara menyusun materi pelajaran dan
menyajikannya sesuai dengan tahap perkembangan orang tersebut.
Model pemahaman dari konsep Bruner (1977) menjelaskan bahwa pembentukan
konsep dan pemahaman konsep merupakan dua kegiatan mengkategori yang berbeda yang
menuntut proses berpikir yang berbeda pula. Menurut Bruner, pembelajaran yang selama ini
diberikan di sekolah banyak menekankan pada perkembangan kemampuan analisis, kurang
mengembangkan kemampuan berpikir intuitif. Padahal berpikir intuitif sangat penting untuk
mempelajari bidang sains, sebab setiap disiplin mempunyai konsep-konsep, prinsip, dan
prosedur yang harus dipahami sebelum seseorang dapat belajar. Cara yang baik untuk belajar

11
adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif dan akhirnya sampai
pada suatu kesimpulan (discovery learning).
4. Teori Belajar Bermakna Ausubel
Belajar menurut Ausubel seharusnya merupakan asimilasi yang bermakna bagi siswa.
Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengtahuan yang telah
dimiliki siswa dalam bentuk strukur kognitif. Teori ini banyak memusatkan perhatiannya
pada konsepsi bahwa perolehan dan retensi pengetahuan baru merupakan fungsi dari struktur
kognitif yang telah dimiliki siswa. Hakikat belajar menurut teori kognitif merupakan suatu
aktivitas belajar yang berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perceptual, dan
proses internal. Dengan kata lain, belajar merupakan persepsi dan pemahaman, yang tidak
selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati atau diukur. Dengan asumsi bahwa setiap
orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk struktur
kognitif yang dimilkinya. Proses belajar dapat berjalan dengan baik jika materi pelajaran atau
informasi baru beradaptasi dengan struktur kognitif tang telah dimiliki seseorang.
5. Teori Belajar Robert M. Gagne
Gagne dan Briggs (1979) menyatakan belajar merupakan kegiatan yang kompleks.
Seseorang dengan belajar akan memperolehketerampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai.
Semua ini merupakan tingkah laku sebagai hasil belajar yang disebut dengan kapabilitas.
Kapabilitas ini timbul melalui stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif
yang dilakukan oleh orang yang belajar. Dengan demikian belajar dapat diartikan sebagai
proses kognitif yang mengubah sikap stimulasi lingkungan melalui pengolahan informasi
menjadi kapabilitas baru. Lebih lanjut Gagne dan Briggs (1979) menyatakan bahwa belajar
melibatkan tiga komponen, yaitu kondisi internal, kondisi eksternal, dan hasil belajar. Belajar
merupakan interaksi antara kondisi internal peserta didik yang berupa potensi dengan kondisi
eksternal yang berupa stimulus dari lingkungan melalui proses kognitif peserta didik. Dengan
proses kognitif ini akan terbentuklah kapabilitas atau kecakapan (kemampuan) sebagai hasil
belajar yang meliputi informasi verbal, keterampilan intelektual, siasat kognitif, keterampilan
motorik, dan sikap.
6. Teori Self Regulated Learning menurut Zimmerman
Self regulated learning adalah kemampuan untuk menjadi partisipan yang aktif secara
metakognisi, motivasi, dan perilaku (behavior) di dalam proses belajar (Zimmerman, 1989).
Secara metakognisi, self-regulated learner ialah merencanakan, mengorganisasi,mengarahkan
diri, memonitor diri, dan mengevaluasi diri pada tingkatan-tingkatan yang berbeda dari apa
yang mereka pelajari. Secara motivasi, mereka merasa diri mereka sendiri kompeten, self-
eicacy, dan mandiri (autonomous). Secara perilaku (behavior), mereka memilih, menyusun,
dan membuat lingkungan mereka untuk belajar yang optimal.

12
F. Aplikasi Teori Belajar Kognitif dalam Pembelajaran

Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktivitas belajara yang
berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi persepsual, dan prosese intelektual.
Kegiatan pembelajaran yang berpijak pada teori belajar kognitif ini sudah banyak digunakan.
Dalam merumuskan tujuan pembelajaran, mengembangkan strategi dan tujuan pembelajaran,
tidak lagi mekanistik sebagaimana yang dilakukan dalam pendekatan behavioristic.
Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar amat diperhitungkan,
agara belajar lebih bermakana bagi siswa. Sedangkan kegiatan pembelajarannya mengikuti
prinsip-prinsip sebagai berikut:
a) Siswa bukan sebagai orang dewasa yang muda dalam proses berpikirnya. Mereka
mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu.
b) Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik,
terutama jika menggunakan benda-benda kongkrit.
c) Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya dengan
mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan
pengalaman dapat terjadi dengan baik.
d) Untuk menarik minat dan menigkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan pengalaman
atau informasi beru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki si belajar.
e) Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun dengan
menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks.
f) Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada belajar menghafal. Agar makna
informasi baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah
g) Adanya perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena faktor ini
sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Perbedaan tersebut misalnya pada
motivasi, persepsi, kemampuan berpikir, pengetahuan awal dan sebagainya

B. Teori Belajar Konstruktifistik

Teori Belajar Konstruktifistik secara konseptual memandang proses belajar sebagai


pemberian makna oleh siswa kepada pengalamanya melalui proses asimilasi dan akomodasi
yang bermuara pada pemutahkiran struktur kognitifnya. Asimilasi merupakan proses kognitif
dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep, ataupun pengalaman baru ke dalam
skema yang sudah ada dalam pikirannya. Akomodasi yakni membentuk skema baru yang
dapat cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang ada sehingga
cocok dengan rangsangan tersebut.

Menurut teori ini, manusia dapat mengetahui sesuatu dengan menggunakan inderanya
melalui interaksinya dengan lingkungannya. Semakin banyak seseorang berinteraksi dengan
lingkungannya, pengetahuan dan pemahamannya akan objek dan lingkungan tersebut akan
meningkat dan lebih rinci. Pendidik berperan membantu agar proses pengkonstruksian

13
pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Guru hanya membantu siswa untuk membentuk
pengetahuannya sendiri. Guru dituntut lebih memahami jalan pikiran atau cara pandang siswa
dalam belaajar. Peserta didik harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep
dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Yang akhirnya paling
menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa sendiri atau dapat dikatakan
bahwa hakekatnya kendali belajar sepenuhnya ada pada siswa

Belajar pada hakikatnya adalah aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam aspek pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, nilai, dan sikap. Belajar pada hakikatnya adalah memberikan
kepada seorang siswa sejumlah besar bantuan selama tahap-tahap awal pembelajaran dan
kemudian mengurangi bantuan tersebut serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia mampu mengerjakan
sendiri. Teori belajar konstruktivitik yang dipaparkan pada bagian ini adalah teori belajar
Vygotsky.

G. Aplikasi Teori Belajar Konstruktifistik dalam Pembelajaran

Aplikasi Teori Belajar Konstruktivistik dalam proses belajar pembelajaran dapat


menggunakan beberapa metode belajar, seperti penjelasan/ceramah, tanya jawab, diskusi,
penugasan, bermain peran. Pada teknik penjelasan/ceramah, guru menjelaskan tentang suatu
materi pelajaran kepada siswa agar siswa mengetahui apa yang akan dipelajarinya. Pada
teknik tanya jawab, sebelum kegiatan inti dalam suatu pembelajaran berlangsung, guru dan
siswa dapat melakukan tanya jawab yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan.
Hal ini berguna untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi tersebut
dengan memanfaatkan pengetahuan awal (dasar) yang dimilikinya. Pada teknik diskusi, siswa
mendiskusikan dengan siswa lainnya dan guru mengenai materi pelajaran tersebut. Metode
penugasan merupakan suatu cara dalam proses belajar mengajar dengan jalan memberi tugas
kepada siswa. Penggunaan metode ini memerlukan pemberian tugas dengan baik, baik ruang
lingkup maupun bahannya. Pelaksanaannya dapat diberikan secara individual maupun
kelompok. Metode pemberian tugas ini juga dapat dipergunakan untuk mendukung metode
pembelajaran yang lainnya.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Teori Behavioristik merupakan teori belajar tentang perubahan tingkah laku yang terjadi
karena pengalaman yang dialami peserta didik. Menurut teori ini, dalam belajar yang penting
adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja
yang diberikan guru kepada pembelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan
pembelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Implikasi teori ini dalam
situasi pembelajaran mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang menjadikan guru
sebagai central yang bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan
menentukan apa yang harus dipelajari murid

Teori belajar kognitif berpendapat bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara
stimulus dan respon, lebih dari itu belajar dianggap melibatkan proses berpikir yang sangat
kompleks. Teori belajar kognitif lebih menekankan arti penting proses internal mental
manusia. Teori ini berpendapat bahwa belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman dan
bukan sekedar perubahan tingkah laku yang bisa diamati.

Teori Belajar Konstruktifistik secara konseptual memandang proses belajar sebagai


pemberian makna oleh siswa kepada pengalamanya melalui proses asimilasi dan akomodasi
yang bermuara pada pemutahkiran struktur kognitifnya. Asimilasi merupakan proses kognitif
dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep, ataupun pengalaman baru ke dalam
skema yang sudah ada dalam pikirannya. Akomodasi yakni membentuk skema baru yang
dapat cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang ada sehingga
cocok dengan rangsangan tersebut.

H. Saran

15
Demikianlah pembahasan mengenai Teori-Teori Belajar dalam Psikologi Pendidikan dari
saya untuk teman-teman semua. Pastilah di dalam makalah ini banyak kekurangan karena
memang hanya Allahlah yang maha sempurna. Atas segala kesalahan dan kekurangan saya
minta maaf dan mohon kritik dan saran yang membangun.Harapan kami setelah teman-teman
tahu maksud dari ketiga teori belajar tersebut(Behavioristik,Kognitif,Konstruktifistik) beserta
aplikasinya dalam pembelajaran,kita bisa menerapkan Teori Belajar yg tepat untuk
pembelajaran yang memiliki situasi kondisi serta pelaku belajar yg berbeda-beda

DAFTAR PUSAKA

16
Mustika, Juitaning. 2016. Psikologi Pendidikan. Metro: STKIP Kumala Lampung

Rahman, Ulfiani. 2014. Memahami Psikologi dalam Pendidikan. Makassar:Alaudin


University Pres.

Hidayah, Nur dkk. 2017. Psikologi Pendidikan. Malang: Universitas Negeri Malang

Mardianto. 2012. Psikologi Pendidikan Landasan untuk Pengembangan Strategi


Pembelajaran. Medan: Perdana Publishing

17

Anda mungkin juga menyukai