TEORI BELAJAR
Di Susun Oleh
Nama : Supriadi
NIM : 2286203003
Indonesia Makassar
2023/2024
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, di mana atas segala rahmat dan izin-nya, saya dapat
menyelesaikan makalah tentang strategi belajar mengajar.
Sholawat serta salam tak lupa saya hanturkan kepada jujungan kita Nabi Muhammad SAW,
keluarga,sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Akhir kata saya mengucapkan banyak terimakasih, semoga segala upaya yang telah kita
curahkan mendapat berkah dari Allah SWT. Aamiin
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………………..
Daftar Isi………………………………………………………………………………….
BAB 1 Pendahuluan……………………………………………………………………...
BAB II Pembahasan……………………………………………………………………...
A. Teori Behavioristik…………………………………………………………….
B. Teori Kognitif…………………………………………………………………..
A. Kesimpulan……………………………………………………………………...
Daftar Pustaka……………………………………………………………………………
BAB 1
PENDAHULUAN
PEMBAHASA
A. Teori Behavioristik
1. Pengertian Teori Belajar Behavioristik
Teori belajar behavioristik adalah teori belajar yang mengedepankan perubahan
perilaku peserta didik sebagai hasil proses pembelajaran. Terjadinya perubahan tingkah
laku diakibatkan oleh adanya interaksi antara stimulus dan respon. Teori belajar ini
berorientasi pada perilaku yang lebih baik.
2. Prinsip Teori Belajar Behavioristik
Seperti Bapak/Ibu ketahui bahwa teori belajar behavioristik menekankan pada
perubahan perilaku peserta didik. Namun, penerapan teori tersebut dalam pembelajaran
harus mengacu pada prinsip yang ada. Menurut Mukinan, prinsip teori belajar
behavioristik adalah sebagai berikut. Apabila seseorang sudah mampu menunjukkan
perubahan perilaku, maka dikatakan sudah belajar. Artinya, kegiatan belajar yang tidak
membawa perubahan perilaku tidak dianggap belajar menurut teori ini. Hal yang paling
penting pada teori ini adalah stimulus dan respon karena bisa diamati. Hal-hal selain
stimulus dan respon tidak dianggap penting karena tidak bisa diamati. Adanya
penguatan (reinforcement), yaitu hal-hal yang bisa memperkuat respon. Penguatan bisa
berupa penguatan positif dan negatif.
3. Hukum pada Teori Belajar Behavioristik
Hergenhahn dan Matthew menyatakan bahwa teori belajar ini mencakup empat hukum,
yaitu sebagai berikut.
Hukum kesiapan
Hukum kesiapan berarti bahwa kegiatan pembelajaran akan memberikan hasil yang
diinginkan jika ada kesiapan, baik kesiapan oleh pendidik maupun peserta didik.
Hukum latihan
Hukum latihan memiliki arti bahwa semakin banyak latihan, semakin besar peluang
untuk berhasil. Artinya, kegiatan pembelajaran akan berhasil jika peserta didik
dibiasakan untuk latihan secara kontinu dan terukur.
Hukum efek
Hukum efek berarti bahwa efek yang dirasakan oleh peserta didik setelah belajar
akan memotivasi dirinya untuk terus belajar. Contohnya, seorang peserta didik
mendapatkan hadiah berupa buku paket Matematika karena berhasil mendapatkan
nilai sempurna di ujian tulis Matematika. Efek yang dirasakan adalah bangga dan
bahagia. Efek itu diharapkan bisa memotivasi peserta didik tersebut untuk terus
belajar.
Hukum sikap
Hukum sikap berarti sikap yang terbentuk setelah melakukan pembelajaran.
Perubahan sikap dipengaruhi oleh hal-hal yang ia dapatkan selama kegiatan
pembelajaran berlangsung.
4. Ciri-Ciri Teori Belajar Behavioristik
Teori belajar ini dianggap sudah kuno oleh sebagian kalangan. Namun, sampai saat ini
teori ini masih sering digunakan di Indonesia. Memangnya, apa ciri yang membedakan
teori ini dengan teori belajar yang lain? Mengutamakan pengaruh lingkungan. Hasil
pembelajaran fokus pada terbentuknya perilaku yang diinginkan. Mementingkan
pembentukan reaksi atau respon. Bersifat mekanistis atau dilakukan dengan mekanis
tertentu, misalnya meminta maaf. Menganggap latihan itu adalah hal yang penting
dalam proses pembelajaran.
5. Contoh Penerapan Teori Belajar Behavioristik
Teori belajar behavioristik ini adalah teori belajar yang umum digunakan di Indonesia.
Hal itu bisa dilihat dari beberapa contoh berikut. Guru menyusun materi atau bahan ajar
secara lengkap, mulai materi sederhana sampai kompleks. Selama mengajar, guru lebih
banyak memberikan contoh berupa instruksi. Jika guru menjumpai adanya kesahalan,
baik pada materi maupun pada peserta didik maka akan segera diperbaiki. Guru lebih
aktif memberikan latihan agar terbentuk kebiasaan yang diinginkan. Guru memberikan
evaluasi berdasarkan perilaku yang terlihat. Guru harus mampu memberikan penguatan
(reinforcement), baik dari sisi positif dan negatif.
6. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Behavioristik
Produk yang dibuat oleh manusia selalu memiliki dua sisi yang saling berkebalikan,
yaitu kelebihan dan kekurangan. Begitu juga dengan teori belajar behavioristik. Adapun
kelebihan dan kekurangan teori belajar ini adalah sebagai berikut.
Kelebihan
Peserta didik dibiasakan untuk latihan dan praktik yang di dalamnya memuat unsur
kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks, dan daya tahan. Mampu mendorong
peserta didik untuk berpikir linier dan konvergen. Memudahkan peserta didik untuk
mencapai suatu target tertentu dalam pembelajaran.
Kekurangan
Membatasi kreatifitas, produktifitas, dan imajinasi peserta didik. Pembelajaran
hanya berpusat pada guru, sehingga peserta didik terkesan pasif. Berpotensi
menimbulkan hukuman verbal dan fisik, seperti memberi hukuman peserta didik
yang melanggar aturan atau bahkan menjewer. Hukuman semacam itu justru bisa
berakibat buruk pada perubahan perilaku peserta didik. Timbul kesulitan untuk
menjelaskan kondisi belajar yang kompleks karena hanya beracuan pada stimulus
dan respon.
B. Teori Kognitif
1. Pengertian Kognitif
Kognitif adalah semua aktivitas mental yang membuat suatu individu mampu
menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu peristiwa, sehingga individu
tersebut mendapatkan pengetahuan setelahnya. Kognitif ini erat sekali dengan tingkat
kecerdasan seseorang. Contoh kognitif bisa ditunjukkan ketika seseorang sedang
belajar, membangun sebuah ide, dan memecahkan masalah.
2. Pengertian Menurut Para Ahli
Adapun pengertiannya menurut para ahli adalah sebagai berikut. Menurut Williams dan
Susanto, yaitu cara individu bertingkah laku, bertindak, dan cepat lambatnya individu
saat memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Menurut Neisser, yaitu perolehan,
penataan, dan penggunaan pengetahuan. Menurut Gagne, yaitu proses internal yang
terjadi di dalam pusat susunan saraf ketika manusia sedang berpikir. Menurut Drever,
yaitu istilah umum yang melingkupi metode pemahaman, yakni persepsi, penilaian,
penalaran, imajinasi, dan penangkapan makna. Menurut Piaget, yaitu bagaimana anak
beradaptasi dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian disekitarnya.
3. Fungsi Kognitif
Adanya fungsi kognitif ini membuat seseorang bisa dengan mudah bergaul satu sama
lain. Adapun fungsinya yang harus Bapak/Ibu ketahui, check this out!
Perhatian
Perhatian merupakan penyeleksi rangsangan yang nantinya menjadi fokus perhatian
dan bisa diabaikan secara bersamaan. Rangsangan yang dimaksud bisa berupa bau,
suara, maupun gambar.
Memori atau Daya Ingat
Memori atau daya ingat berkaitan dengan tingkat kefokusan seseorang. Semakin
fokus, semakin baik memori atau daya ingat. Hal ini menunjukkan bagaimana suatu
informasi akan ditransfer dan disimpan di dalam otak.
Fungsi Eksekutif
Fungsi eksekutif merupakan fungsi yang mengarahkan manusia untuk menjadi
perencana dan melaksanakan sesuatu yang telah ia rencanakan. Nah, dari sinilah
seseorang terlihat bagaimana cara menyelesaikan setiap permasalahan.
Kemampuan berbahasa
Kemampuan bahasa berkaitan dengan bagaimana seseorang mampu menyusun kata-
kata saat berkomunikasi dengan orang lain. Setiap orang memiliki kemampuan
bahasa yang berbeda-beda, bergantung dari fungsi kognitifnya.
Merasakan dan mengenali
Kehadiran fungsi kognitif membuat seseorang bisa merasakan dan mengenali segala
sesuatu di sekitarnya. Misalnya membedakan antara jeruk dan lemon, semangka dan
melon, dan seterusnya.
Teori Piaget mengelompokkan perkembangan kognitif anak ke dalam empat tahapan, yaitu
sebagai berikut.
1. Tahap sensorimotor (18-24 bulan)
Pada tahap ini, bayi mulai mampu mengembangkan akalnya untuk memahami dunia luar
melalui indra sensorik dan kegiatan motoriknya.
2. Tahap praoperasional (2-7 tahun)
Pada tahap ini, anak belum bisa mengoptimalkan kemampuan kognitif tersebut. Artinya,
anak belum bisa melogika sesuatu.
3. Tahap operasional konkret (7-11 tahun)
Pada tahap ini, anak mulai bisa berpikir secara rasional dan terorganisir. Artinya, anak
sudah mulai berpikir secara logis saat mengalami atau melihat sesuatu di sekitarnya.
4. Tahap operasional formal (12 tahun ke atas)
Tahap keempat ini menandakan seorang anak sudah bisa berpikir secara lebih luas,
menalar dan menganalisis sesuatu, memanipulasi ide di pikirannya, dan tidak tergantung
dengan manipulasi konkret.
Level Kognitif
Di pembahasan sebelumnya, Quipper Blog sudah membahas hal-hal terkait pengertian dan
hal-hal terkait kognitif. Nah, lantas bagaimana penerapannya dalam pembelajaran?
Membahas masalah kognitif, tentu tak bisa dilepaskan dari bagaimana peserta didik dalam
menghadapi soal-soal ujian yang dibebankan padanya. Oleh karena itu, sebelum membuat
soal seorang guru harus mempertimbangkan level kognitifnya.
Level kognitif ini dibagi menjadi tiga level, yaitu sebagai berikut.
Level 1
Level ini menunjukkan tingkat kemampuan yang paling rendah karena hanya menuntut
pengetahuan dan pemahaman peserta didik. Jika mengacu pada taksonomi Bloom, soal
level 1 ini mencakup soal C1 (mengingat) dan C2 (memahami).
Level 2
Pada level ini, tingkat kemampuannya tentu lebih tinggi daripada level 1 karena menuntut
peserta didik untuk mampu menerapkan. Jika mengacu pada taksonomi Bloom, soal level
2 mencakup soal C3 (mengaplikasikan).
Level 3
Tingkat kemampuan soal pada level 3 ini paling tinggi di antara dua level sebelumnya
karena menuntut peserta didik untuk bisa menganalisis, menyintesis, dan mengevaluasi.
Jika mengacu pada taksonomi Bloom, soal level 3 ini mencakup soal C4 (menganalisis),
C5 (mengevaluasi), dan C6 (mencipta).
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori belajar behavioristik adalah teori belajar yang mengedepankan perubahan
perilaku peserta didik sebagai hasil proses pembelajaran. Terjadinya perubahan tingkah
laku diakibatkan oleh adanya interaksi antara stimulus dan respon. Teori belajar ini
berorientasi pada perilaku yang lebih baik.
Penerapan teori belajar behavioristik dalam pembelajaran harus mengacu pada prinsip
yang ada. Menurut Mukinan, prinsip teori belajar behavioristik adalah sebagai berikut.
Apabila seseorang sudah mampu menunjukkan perubahan perilaku, maka dikatakan sudah
belajar. Artinya, kegiatan belajar yang tidak membawa perubahan perilaku tidak dianggap
belajar menurut teori ini. Hal yang paling penting pada teori ini adalah stimulus dan
respon karena bisa diamati. Hal-hal selain stimulus dan respon tidak dianggap penting
karena tidak bisa diamati. Adanya penguatan (reinforcement), yaitu hal-hal yang bisa
memperkuat respon. Penguatan bisa berupa penguatan positif dan negatif.
Teori belajar behavioristik ini adalah teori belajar yang umum digunakan di Indonesia.
Hal itu bisa dilihat dari beberapa contoh berikut. Guru menyusun materi atau bahan ajar
secara lengkap, mulai materi sederhana sampai kompleks. Selama mengajar, guru lebih
banyak memberikan contoh berupa instruksi. Jika guru menjumpai adanya kesahalan, baik
pada materi maupun pada peserta didik maka akan segera diperbaiki. Guru lebih aktif
memberikan latihan agar terbentuk kebiasaan yang diinginkan. Guru memberikan evaluasi
berdasarkan perilaku yang terlihat. Guru harus mampu memberikan penguatan
(reinforcement), baik dari sisi positif dan negatif.
Teori belajar kognitif adalah teori belajar yang mementingkan proses belajar daripada
hasilnya. Teori ini menyatakan bahwa pada proses belajar, seseorang tidak hanya
cenderung pada hubungan antara stimulus dan respon, melainkan juga bagaimana perilaku
seseorang dalam mencapai tujuan belajarnya.
Prinsip teori belajar kognitif dalam pembelajaran adalah sebagai berikut. Proses
belajar lebih penting daripada hasil. Persepsi dan pemahaman dalam mencapai tujuan
belajar menunjukkan tingkah laku seorang individu. Materi belajar dipisahkan menjadi
komponen kecil, lalu dipelajari secara terpisah. Keaktifan peserta didik saat pembelajaran
merupakan suatu keharusan. Pada kegiatan belajar, dibutuhkan proses berpikir yang
kompleks.
Pendekatan kognitif merupakan suatu istilah yang menyatakan bahwa melalui tingkah
lakulah seorang individu akan mengalami proses mental yang nantinya bisa meningkatkan
kemampuan menilai, membandingkan, atau menanggapi stimulus sebelum terjadinya
reaksi. Pendekatan ini memberikan penekanan terhadap isi pikiran manusia agar manusia
tersebut mendapatkan pengalaman, pemahaman, standar moral, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Yulaelawati, Ella. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran Filosofi, Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Pakar Raya.
Anidar, Jum. “Teori Belajar Menurut Aliran Kognitif serta Implikasinya dalam
Pembelajaran.” Jurnal Al-Taujih: Bingkai Bimbingan dan Konseling Islami 3, no. 2
(December 20, 2017): 8-16, Accessed November 22, 2022.
https//ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/attaujih/article/view/528.
Daryanto. Panduan Proses Pembelajaran Kreatif & Inovatif. Jakarta: Publisher, 2009.
Jusmiana, A., Susilawati, S., & Basir, F. (2016). Deskripsi Trajektori Berpikir Siswa Dalam
Menyelesaikan Masalah Literasi Matematika. Prosiding, 2(1).
Jusmiana, A., & Nursakiah, N. (2016). Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa antara
Model Pembelajaran Langsung dengan Model Pembelajaran Make a Match Dengan
Memperhitungkan Kemampuan Awal Siswa. Saintifik, 2(2), 68-73.
Herianto, H., & Hamid, N. (2020). Analisis Proses Berpikir Kreatif Dalam pemecahan
Masalah Geometri Berdasarkan Gaya Kognitif Reflektif Dan Impulsif Siswa. Pedagogy:
Jurnal Pendidikan Matematika, 5(2), 38-49.