Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TEORI PEMROSESAN INFORMASI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Teori Belajar Dan Pembelajaran

Dosen Pengampu
Dyah Afifah Andari, M. Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 6

Dina Salwa Aidira : 2286232053


Ilham wahyu Saputra : 2286232055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH


IBTIDA’IYAH FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM QOMARUL HUDA BAGU
2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillahirabbil’alamin.
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Yang Maha Esa karena
atas berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Teori
Pemrosesan Informasi”. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah
Teori Belajar Dan Pembelajaran. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada
baginda Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman
kebodohan menuju zaman dimana kita dapat membedakan mana yang hak dan mana
yang batil.
Kami harap makalah ini dapat memberikan pemahaman yang luas mengenai
teori pemrosesan informasi. Melalui kesempatan ini kami mengucapkann terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah
ini, segala upaya telah kami lakukan untuk menyempurnakan makalah ini namun,
bukan tidak mungkin dalam penulisan makalah ini masih terdapat kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat
dijadikan masukan dalam menyempurnakan makalah lain dimasa yang akan datang.
Semoga makalah ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita
semua serta menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan,
khususnya bagi kami sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

Bagu, 8 Desember 2023

Penyusun

DAFTAR IS

i
IKATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3

A. Pengertian Teori Belajar Pemrosesan Informasi................................................3


B. Teori Belajar Pemrosesan Informasi Menurut Alhi...........................................4
C. Tahap-Tahap Pemrosesan Informasi..................................................................6
D. Karakteristik Teori Pemrosesan Informasi.........................................................7
E. Implikasi Teori Pemrosesan Informasi.............................................................11
F. Kelebihan Dan Kekurangan Teori Pembelajaran Informasi.............................14

BAB III PENUTUPAN...............................................................................................16

A. Kesimpulan.......................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar adalah kunci yang paling utama dalam setiap usaha pendidikan. Jadi
tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan.perubahan serta kemampuan
untuk berubah adalah batasan serta makna yang terkandung di dalam belajar. Konsep
dasar belajar merupakan kegiatan yang berproses dalam memaknai unsur yang
fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Hal ini
berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan itu amat
bergantung pada proses belajar siswa saat disekolah maupun lingkungan keluarga
(Isti’adah, 2020). Tujuan belajar adalah untuk mendapatkan ilmu pengetahuan,
menanamkan konsep keterampilan dan membentuk sikap (Suzana dan Jayanto, 2020).
Teori merupakan kumpulan prinsip-prinsip yang disusun secara sistematis.
Prinsip tersebut berusaha menjelaskan hubungan-hubungan antara fenomena-
fenomena yang ada. Teori adalah suatu kerangka kerja konseptual untuk mengatur
pengetahuan. Dengan adanya teori belajar dan pembelajaran guru dapat
memanfaatkan teori belajar dan pembelajaran untuk menjadi guru yang professional.
Misalnya dalam merumuskan tujuan pembelajaran yang tepat, emilih strategi yang
sesuai, memberikan bimbingan atau konseling, memfasilitasi dan memotivasi belajar
peserta didik, menciptakan iklim belajar yang kondusif, berintraksi dengan siswa
secara tepat dan memberi penilaian secara adil terhadap hasil pembelajaran. Setiap
masalah tidak dapat dipecahkan oleh teori tetapi tanpa adanya teori, kita tidak akan
tahu arah kemana dan di mana harus dimulai. Ada berbagai macam teori belajar yang
dikemukakan oleh ahli. Dalam hal ini, penulis akan mengkaji salah satu teori belajar,
yaitu teori belajar pemerosesan informasi.

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah
pada makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian dari teori pemrosesan informasi?


2. Bagaimana konsep teori belajar pemrosesan informasi menurut ahli?
3. Bagaimana tahap-tahap teori belajar pemrosesan informasi?
4. Bagaimana karakteristik teori belajar pemrosesan informasi?
5. Apa kelebihan dan kelemahan teori belajar pemrosesan informasi?
6. Bagaimana penerapan teori belajar pemrosesan informasi dalam proses
pembelajaran?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penulisan dalam makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengertian dari teori belajar pemrosesan informasi


2. Untuk mengetahui konsep teori belajar pemrosesan informasi menurut para
ahli
3. Untuk mengetahui tahap-tahap teori belajar pemrosesan informasi
4. Untuk mengetahui karakteristik teori belajar pemrosesan informasi
5. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan teori belajar pemrosesan
informasi
6. Untuk mengetahui penerapan teori belajar pemrosesan informasi dalam proses
pembelajaran

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Belajar Pemrosesan Informasi

Teori pemrosesan (information processing theory) mencangkup aspek


lingkungan, yaitu sebagai hal yang memiliki peran yang sangat peting dalam tahap
pembelajaran. Teori ini di defenisikan oleh Byrnes yaitu belajar sebagai untuk
mendapatkan serta penyimpanan informasi dengan memori jangka pendek dan
memori jangka panjang dalam hal ini belajar terjadi secara internal dalam diri peserta
didik (Muhammad Yaumi, 2012).
Teori belajar penggolahan informasi juga mencangkup pada toeri kognitif
yang menjelaskan tentang belajar merupakan tahap yang ada dalam diri yang tidak
bisa dilihat secara langsung serta merupakan berubahnya sebuah kemampuan dalam
hal merespon keadaan. Akan tetapi kemampuan daya tampung ingatan kerja manusia
terbatas. Agar terkurangnya beban pada memori kerja, serta lebih fokus pada
kemampuan belajar, dan urutan pembelajaran. Kemampuan dalam menerima
rangsangan dari lingkungan pada pengorganisasi data serta pemecahan masalah,
mencari menemukan konsep memakai simbol verbal serta nonverbal disebut sebagai
pemrosesan informasi. Teori terkaitan pada kemampuan berpikir yang baik serta
kemampuan intelektual secara umum (Aminah Rehalat, 2014). Berikut dasar penting
teori pemrosesan informasi yaitu:

a. Pengetahuan awal
b. Tujuan dari sebuah rancagan yang mengacu pada kognitif
c. Terjadinya respon balik (feedback)

3
Komponen pemrosesan informasi dipilah berdasarkan perbedaan fungsi,
kapasitas, bentuk informasi, serta proses terjadinya lupa. Ketiga komponen tersebut
adalah :

1. Sensory Receptor (SR)


SR adalah sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar. Di dalam SR
informasi ditangkap dalam bentuk aslinya, informasi hanya bertahan dalam
waktu yang sangat singkat dan mudah tergangu atau berganti.
2. Working Memory (WM)
WM diasumsikan mampu menangkap informasi yang mendapat perhatian
individu, perhatian dipengaruhi oleh persepsi. Karakteristik WM yaitu
memiliki kapasitas terbatas (informasi hanya bertahan selama 15 detik) dan
informasi dapat disandi dalam bentuk yang berbeda dari stimulus aslinya.
Artinya agar informasi dapat bertahan dalam WM, upayakan jumlah
informasi tidak melebihi kapasitas disamping melakukan pengulangan.
3. Long Term Memory (LTM)
LTM diasumsikan: 1) berisi semua pengetahuan yang telah dimiliki oelh
individu, 2) mempunyai kapasitas tidak terbatas, dan 3) bahwa sekali
informasi disimpan di dalam LTM, ia tidak akan pernah terhapus atau hilang.
Sedangkan lupa adalah proses gagalnya memunculkan kembali informasi
yang diperlukan.

B. Teori Belajar Pemrosesan Informasi Menurut Alhi

1. Robert Mills Gagne


Robert Mills Gagne merupakan ilmuan psikologi yang lahir pada
tahun 1916 di North Andover, MA dan meninggal pada tahun 2002. Tahun
1937 Gagne mendapatkan gelar A.B. dari Yale serta tahun 1940 gelar Ph.D.

4
pada bidang psikologi dari Brown University gelar Prof. Didapatkan ketika
mengajar di Connecticut Collage For Women dari tahun 1940-1949.
Demikian juga ketika di Penn State University dari tahun 1945-1946 dan
terakhir diperolehnya dari Florida State University. (Suryana et al., 2022).
Menurut Warsita dalam Zulfah dan Mukhoiyaroh, (2022) Robert M.
Gagne mendefinisikan belajar sebagai mekanisme di mana seorang menjadi
anggota masyarakat yang berfungsi kompleks. Kompetensi tersebut meliputi
keterampilan, pengetahuan, sikap (perilaku) dan nilai-nilai yang dibutuhkan
manusia, sehingga belajar merupakan hasil dari berbagai perilaku yang
selanjutnya disebut kompetensi. Siswa memproleh kemampuan tersebut
melalui rangsangan dan lingkungan, proses kognitif.
Robert M. Gagne menjelaskan ada beberapa cara dalam proses belajar
berlangsung dari pemrosesan informasi ini:
a. Informasi ditangkap dan diterima oleh panca indera, kemudian diteruskan
ke pusat saraf dan diproses sebagai informasi.
b. Ada proses penyaringan sehingga informasi yang diproses disimpan secara
singkat. Ada yang menjadi memori jangka panjang, bahkan ada yang
terbuang sia-sia.
c. Informasi yang masuk kedalam ingatan mengalami pencampuran dengan
ingatan yang sudah ada sebelumnya, dan setelah itu pengelaman tersebut
dapat diungkapkan kembali setelah mengalami pengolahan (Budi, 2022).

Gagne, lebih lanjut menjelaskan bahwa dalam proses pemerosesan


informasi dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal yang dimaksud adalah suatu keadaan di mana seorang individu
mengalami proses tertentu yang ia butuhkan untuk mencapai hasil belajar
melalui proses yang terjadi dalam kognisinya. Sedangkan kondisi eksternal
adalah faktor lingkungan yang turut menstimulasi dirinya dalam proses

5
belajarnya. Teori ini menyakini bahwa belajar merupakan sisitem mengelola
informasi, namun demikian sistem informasi yang dimaksud menjadi bahan
yang akan dipelajari oleh sisiwa sehingga ia menjadi lebih penting (Zulfah
dan Mukhoiyaroh, 2022).

2. Atkison
Menurut Atkison dalam Suryana et al., (2022), orang mengambil
informasi melalui panca indra. Menerima informasi pertama melalui indera
yang disebut memori sensorik (sensory memory). Informasi dari indera visual
berlangsung kurang dari 1 detik dalam memori sensorik, sedangkan informasi
dari indera pendengaran berlangsung selama 3-4 detik. Jika kita mengabaikan
informasi tersebut, maka informasi itu akan hilanh. Namun, dngan hati-hati,
informasi tersebut diteruskan ke dalam memori jangka pendek dan dapat
disimpan hingga 15 detik. Jika kita tidak mengulanginya kita akan kehilangan
informasi yang akan kita peroleh. Namun ketika pengulangan terjadi,
informasi dapat diteruskan ke memori jangka panjang (long-term memory).

C. Tahap-Tahap Pemrosesan Informasi

Sebelum memberikan respon dinamis terhadap stimulus, informasi dianalisis sebagai


berikut:

1. Identifikasi stimulus sebagai persepsi


Fase identifikasi stimulus adalah fase persepsi yang menganalisis informasi
dari sumber seperti penglihatan, pendengaran, sentuhan, dan penciuman.
Identifikasi rangsangan merupakan awal dari rangkaian persepsi rangsangan
yang diperoleh seseorang dengan memberikan analisis lingkungan dari suatu
sumber. Stimulus ini adalah bentuk khas untuk memilih spons yang
memberikan bentuk stimulus.(Slamet Riyadi, 2011)

6
2. Seleksi respon sebagai keputusan
Pada fase seleksi terdapat berbagai kemungkinan pilihan respon yang perlu
diberikan terhadap stimulus, dan pilihan respon tersebut disesuaikan dengan
kondisi lingkungan. Berbagai kemungkinan bentuk gerakan diprogram untuk
merespon rangsangan yang terjadi. Fase pemilihan respon dimulai ketika fase
pertama memberikan informasi tentang jenis stimulus yang masuk. Selain itu,
tugas memilih respons ini adalah menentukan gerakan yang akan dilakukan
sesuai dengan stimulus. Tahap ini mirip dengan mekanisme konversi antara
input sensorik dan output motorik.
3. Pemrograman respon sebagai aksi
Dalam pemrograman reaksi, organisasi tugas sistem motorik adalah dasar
dari reaksi dinamis. Sebelum memicu respons dinamis dalam respons,
program respons memperhitungkan bentuk stimulus yang diidentifikasi pada
langkah sebelumnya. Saat tahapan proses pemrosesan informasi berlangsung,
pola rencana perjalanan terbentuk dalam ingatan. Pola perencanaan yang
berinteraksi dengan lingkungan yang merangsang pada akhirnya menjadi
respon motorik, seperti yang ditunjukkan individu.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam penerapan teori


pemrosesan informasi, terdapat tahapan kognitif rangsang indrawi dalam proses
pengolahan informasi, dan tahapan seleksi reaksi pertama dimulai setelah proses
kognitif oleh rangsang sensorik. Fase ini memberikan informasi tentang jenis
stimulus yang dimasukkan oleh program respons, dengan mempertimbangkan jenis
stimulus yang diidentifikasi pada tahap sebelumnya. Saat tahapan proses pemrosesan
informasi berlangsung, pola rencana perjalanan terbentuk dalam ingatan.

D. Karakteristik Teori Pemrosesan Informasi

7
Menurut Robert S. Siegler ada tiga karakteristik utama pendekatan
pemrosesan informasi, yaitu :

1. Proses Berpikir (Thinking)


Menurut pendapat Siegler (2002), berpikir (thinking) adalah pemrosesan
informasi. Dalam hal ini Siegler memberikan perspektif luas tentang apa itu
penyandian (encoding), merepre-sentasikan, dan menyimpan informasi dari
dunia sekelilingnya, mereka sedang melakukan proses berpikir. Siegler
percaya bahwa pikiran adalah sesuatu yang sangat fleksibel, yang
menyebabkan individu bisa beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan
perubahan dalam lingkungan, tugas, dan tujuan. Tetapi, ada batas kemampuan
berpikir manusia ini. Individu hanya dapat memerhatikan sejumlah informasi
yang terbatas pada satu waktu, dan kecepatan untuk memproses informasi
juga terbatas.
2. Mekanisme Pengubah (Change Mechanism)
Siegler (2002) berpendapat bahwa dalam pemrosesan informasi fokus
utamanya adalah pada peran mekanisme pengubah dan perkembangan. Dia
percaya bahwa ada empat mekanisme yang bekerja sama menciptakan
perubahan dalam keterampilan kognitif anak: encoding (penyandian),
otomatisasi, konstruksi strategi, dan generalisasi.
a. Encoding (penyandian)
Encoding adalah proses memasukkan informasi ke dalam memori . Seperti
halnya teori Gagne yang menyatakan informasi dipilih secara selektif,
maka dalam encoding menyandikan informasi yang relevan dengan
mengabaikan informasi yang tidak relevan adalah aspek utama dalam
problem solving. Namun, anak membutuhkan waktu dan usaha untuk
melatih encoding ini, agar dapat menyandi secara otomatis.
Ada enam konsep yang dikenal dalam encoding, yaitu :

8
1) Atensi
Atensi adalah mengonsentrasikan dan memfokuskan sumber daya
mental. Salah satu keahlian penting dalam memerhatikan adalah
seleksi. Atensi bersifat selektif karena sumber daya otak terbatas
(Mangels, Piction, & Craik, 2001).
2) Pengulangan (rehearsal)
Pengulangan (rehearsal) adalah repitisi informasi dari waktu ke waktu
agar informasi lebih lama berada di dalam memori. Pengulangan akan
bekerja dengan baik apabila murid perlu menyandikan dan mengingat
daftar item untuk periode waktu yang singkat.
3) Pemrosesan mendalam
Setelah diketahui bahwa pengulangan (rehearsal) bukan cara yang
efisien untuk menye-diakan informasi untuk memori jangka panjang
(Fergus Craik dan Robert Lockhart 1972) menyatakan bahwa kita
dapat memproses informasi pada berbagai level.
4) Elaborasi
Elaborasi adalah ekstensivitas pemrosesan memori dalam penyandian.
Jadi saat anda menyajikan konsep demokrasi kepada murid, mereka
kemungkinan mengingatnya dengan lebih baik jika mereka diberi
contoh lebih bagus dari demokrasi. Mencari contoh adalah cara yang
bagus utuk mengelaborasi informasi. Misalnya, referensi diri (self-
reference) adalah cara yang efektif untuk mngelaborasi informasi.
5) Mengkonstruksi citra (imaji)
Ketika kita mengkonstruksi citra dari sesuatu, kita sedang
mengelaborasi informasi. Allan Paivio (1971, 1986) percaya bahwa
memori disimpan melalui satu atau dua cara: sebagai kode verbal atau
sebagi kode citra/imaji. Paivio mengatakan bahwa semakin detail dan
unik dari suatu kode citra, maka semakin baik memori anda dalam

9
mengigat informasi itu. Para peneliti telah menemukan bahwa
mengajak anak untuk menggunakan imaji guna mengingat informasi
verbal adalah cara yang baik bagi anak yang lebih tua ketimbang anak
yang lebih muda (Schneider & pressley, 1997).
6) Penataan
Apabila murid menata (mengorganisasikan) informasi ketika mereka
menyediakanya, maka memori mereka akan banyak terbantu. Semakin
tertata imformasi yang disampaikan, semakin mudah untuk
mengingatnya. Ini terutama berlaku jika menata imformasi secara
hirarkis atau menjelaskannya. Chunking (“pengemasan”) adalah
strategi penataan memori yang baik, yakni dapat mengelompokan atau
“mengepak” informasi menjadi unit-unit “higherorder” yang dapat
diingat sebagai satu tunggal. Chunking dilakukan dengan membuat
sejumlah besar informasi menjadi lebih mudah dikelola dan lebih
bermakna.
b. Otomatisasi
Otomatisasi adalah kemampuan untuk memproses informasi dengan
sedikit atau tanpa usaha . Peristiwa ini terjadi karena pertambahan usia
dan pengalaman individu sehingga otomatis dalam memproses informasi,
yaitu cepat dalam mendeteksi kaitan atau hubungan dari peristiwa-
peristiwa yang baru dengan peristiwa yang sudah tersimpan pada memori
dan akhirnya akan menemukan ide atau pengetahuan baru dari setiap
kejadian.
c. Konstruksi Strategi
Konstruksi strategi adalah penemuan prosedur baru untuk memproses
informasi. Dalam hal ini Siegler menyatakan bahwa anak perlu
menyandikan informasi kunci untuk suatu problem dan

10
mengkoordinasikan informasi tersebut dengan pengetahuan sebelumnya
yang relevan untuk memecahkan masalah.
d. Generalisasi
Untuk melengkapi mekanisme pengubah, maka manfaat dari langkah
ketiga yaitu konstruksi strategi akan terlihat pada proses generalisasi, yaitu
kemampuan anak dalam mengaplikasikan konstruksi strategi pada
permasalahan lain. Pengaplikasian itu melalui proses transfer, yaitu suatu
proses pada saat anak mengaplikasikan pengalaman dan pengetahuan
sebelumnya untuk mempelajari atau memecahkan problem dalam situasi
yang baru.
3. Modifikasi Diri
Modifikasi diri dalam pemrosesan informasi secara mendalam tertuang dalam
metakognisi, yang berarti kognisi atau kognisi atau mengetahui tentang
mengetahui, yang di dalamnya terdapat dua hal yaitu pengetahuan kognitif
dengan aktivitas kognitif.
Pengetahuan kognitif melibatkan usaha monitoring dan refleksi pada
pemikiran seseorang pada saat sekarang, sedangkan aktivitas kognitif terjadi
saat murid secara sadar menyesuaikan dan mengelola strategi pemikiran
mereka pada saat memecahkan masalah dan memikirkan suatu tujuan.
Berkaitan dengan modifikasi diri Deanna Kuhn mengatakan metakognisi
harus lebih difokuskan pada usaha untuk membantu anak menjadi pemikir
yang lebih kritis, terutama di sekolah menengah. Baginya ketrampilan
kognitif terbagi dua, yaitu mengutamakan kemampuan murid untuk
mengenali dunia, dan ketrampilan untuk mengetahui pengetahuannya sendiri.
Michael Pressly dan rekan - rekannya seperti yang telah dikutip Santrock,
mereka telah mengembangkan model metakognitf yang disebut model
pemrosesan informasi yang baik. Model ini menyatakan bahwa kognisi yang
kompeten adalah hasil dari sejumlah faktor yang saling berinteraksi.

11
E. Implikasi Teori Pemrosesan Informasi

Teori pemrosesan informasi melihat aspek lingkungan sebagai peran penting


dalam pembelajaran. Belajar sebagai usaha untuk mengolah, menyimpan, dan
menyimpan informasi melalui ingatan jangka pendek (short-term memory) dan
ingatan jangka panjang (long term memory). Dalam hal ini pembelajaran berlangsung
di dalam diri siswa.(Ummu Kalsum Yunus, 2019). Pengolahan informasi mengacu
pada metode mengumpulkan/menerima rangsangan dari lingkungan,
mengorganisasikan data, memecahkan masalah, menemukan konsep dan
memecahkan masalah, serta menggunakan simbol-simbol linguistik dan
nonlinguistik. Teori ini berkaitan dengan pemecahan masalah dan keterampilan
berpikir produktif serta kemampuan intelektual umum.
Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari belajar. Belajar melibatkan
penerimaan informasi dan pengolahannya untuk menghasilkan hasil berupa hasil
belajar. Dalam pengolahan informasi, terjadi interaksi antara kondisi internal (situasi
individu, proses kognitif) dan kondisi eksternal (stimulasi dari lingkungan), dan
interaksi antara keduanya mengarah pada hasil belajar. Pembelajaran merupakan hasil
pengolahan informasi berupa human capital, yang terdiri dari informasi linguistik,
kemampuan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motorik. Menurut
Robert M. Gagne, tindakan belajar terdiri dari delapan tahap. Fase adalah peristiwa
eksternal yang dapat dirancang oleh siswa atau guru. Setiap fase dipasangkan dengan
proses yang berlangsung dalam pikiran siswa. Peristiwa pembelajaran tersebut
diuraikan sebagai berikut:(Aminah Rehalat, 2014)

a. Motivasi, tahap awal belajar dengan dorongan bertindak untuk mencapai


tujuan tertentu (motivasi intrinsik dan ekstrinsik)
b. Understanding, yaitu individu menerima dan memahami informasi yang
diperoleh melalui belajar. Pemahaman datang dari memperhatikan

12
c. Akuisisi, yaitu individu memberi makna atau mempersepsikan semua
informasi yang sampai kepadanya sehingga terjadi proses penyimpanannya
dalam ingatan siswa.
d. Penahanan yaitu menahan informasi atau hasil belajar untuk penggunaan
jangka panjang. Ini adalah proses memori jangka panjang
e. Memori, d. H. Melepaskan kembali informasi yang tersimpan ketika ada
stimulus
f. Generalisasi, yaitu menggunakan hasil belajar untuk tujuan tertentu
g. Reifikasi perubahan perilaku individu akibat perlakuan yaitu belajar
h. Umpan balik, yaitu orang yang melakukannya. Implikasi teori yang tidak
benar dalam keadaan pembelajaran memberikan akibat sebuah tahap
pembelajaran kurang menyenangkan untuk peserta didik tersebut yaitu guru
sebagai peran utama dalam memberikan ilmu, serta memiliki hubungan
komunikasi langsung dalam satu arah, agar terlatihnya dalam menentukan apa
yang hendak dipelajari oleh siswa.

Berikut pengaplikasian teori pemrosesan informasi terhadap kegiatan pembelajaran


adalah sebagai berikut:(Yovan, 2008).

a. Model pemrosesan informasi dari belajar dan ingatan mempunyai pengaruh


yang besar bagi desain pembelajaran di dunia Pendidikan. Diawali dengan
memberikan masukan stimulasi dari pendidik dan ditutup dengan dengan
respon balik yang mengikuti pertujukan pembelajaran. ada beberapa tahapan
dari pemrosesan di dalam. Pembelajaran tidak untuk melaksanakan tahap
sederhana dari penyajian stimulus, namun juga merupakan komposisi dari
bermacam bentuk stimulasi dari luar yang berbeda, ini mampu memberi
pengaruh pada tahap belajar yang berbeda.

13
b. Stimulasi menyeluruh yang diberikan kepada siswa selama belajar memiliki
fungsi mampunya mendukung apa yang terjadi di dalam pembelajaran.
Kejadian diluar lingkungan mampu memberikan dukungan proses dalam diri
dengan menghidupkan keadaan mental yang memberikan pengaruh terhadap
perhatian dalam persepsi selektif. Hal yang terjadi diluar mampu memberikan
peningkatan tahap dari dalam dengan memberikan hal yang terencana yang
diciptakan oleh pendidik. Disini guru juga menetapkan. Pengopersian dalam
proses mengambil tindakan, seperti harapan akan hasil belajar.

Pada pemrosesan informasi kognitif menfokuskan bermacam bagian


pembelajaran serta bagaimana aspek itu mampu memberikan tempat bagi ruang
pembelajaran serta memori. Teori ini mengutamakan untuk menggunakan strategi
yang fokus terhadap perhatian siswa, mendorong proses memberi kode pada
mendapatkan kembali informasi serta menyediakan pengaplikasian dalam
pembelajaran yang efektif.

F. Kelebihan Dan Kekurangan Teori Pembelajaran Informasi

1. Kelebihan Teori Pemrosesan Informasi Dalam teori ini membantu agar siswa
dapat meningkatkan efektifnya dalam mengolah informasi serta berpikir pada
saat pembelajaran. Dalam teori ini guru maupun siswa meski memiliki
kreatifan saat memberikan pelajaran kepada siswa. Dengan teori ini membuat
suasana belajar menjadi lebih menarik sehingga siswa akan mudah mengingat
maupun mengerti dari pembelajaran yang di sampaikan.(Slamet Riyadi,
2011).
2. Kelemahan Teori Pemrosesan Informasi

14
a. Penyampaian pembelajaran melalui teori ini meski menggunakan alat agar
terbantu yang bisa menarik perhatian siswa pada saat pembelajaran agar
tidak merasa jenuh serta memudahkan siswa mengingat.
b. Dalam hal ini siswa tidak menyeluruh mengingat maka meski di latih
agar bisa meninggat maupun berpikir dengan maksimal
c. Pada kemampuan siswa dalam memahami berbeda-beda.

15
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Dalam pemrosesan informasi memliki beberapa para ahli salah satunya yaitu
Robert Gagne, dia mendefenisikan belajar asalah sebuah bagian dari proses yang
sifatnya terdapat dalam diri seseorang setiap individu ini adalah hasiil dari perubahan
sebuah rangsangan berasal dari sebuah kejadian diluar dari lingkungan seseorang
tersebut. Teori pemrosesan informasi ini mengatakan bahwa beberapa informasi bisa
di Kelola dalam ingatan kerja setiap saat.
Dan terdapat bagian-bagian yang memberikan beban terhadap memori kerja
ini dapat menyebabkan turunnya dari efektif nya pengolahan informasi. Jika sebagai
yang menerima meski memberikan perhatian dalam menghubungkan secara mental
dua maupun lebih dari informasi yang terkait contoh, teks dan diagram, tahap itu
memungkinkan meletakkan suatu hal yang tak seharunya ada dalam memori kerja
yang terbatas serta akan terhambatnya mendapatkan informasi. Proses pemanggilan
kembali informasi dalam memori diawali dengan proses penyediaan informasi
(encoding), dilanjutkan dengan penyimpanan informasi (stroge) dan diakhiri dengan
pengungkapan kembali informasi yang tersimpan dalam memori (retrival). Dan
proses ini lebih kepada mengatur tahap tahap yang terdapat pada memori. membuat
daya pengingat menjadi dua, ingatan waktu pendek serta ingatan lebih panjang.
Kemudian tampak bahwa dalam sebuah memori hanya ada yang mampu menampung
informasi untuk jangka waktu tertentu. Semua informasi yang diperoleh bisa
tersimpan dalam ingatan. Akan tetapi tidak segala informasi itu bisa bertahan lama
dalam ingatan atau hilang karena ada beberapa yang mempengaruhinya. Saat

16
seseorang mendapatkan informasi, secara tidak langsung otak akan memproses
informasi itu.

DAFTAR PUSTAKA

Aminah Rehalat. (2014). Model Pembelajaran Pemrosesan Informasi. Jurnal


Pendidikan Ilmu Sosial, 23, No.2.
Anas Suprapto. (2015). Pengembangan Metodologi Pembelajaran PAI melalui teori
pemrosesan informasi dan teori neuroscience. J-PAI: Jurnal Pendidikan Agama Islam,
2.No. 1.
Arif Mustofa. (2012). Belajar dan Pembelajaran: Pengembangan Wacana dan Praktik
Pembelajaran dalam Pengembangan Nasional.
Ar-Ruzz Media. Bruce Joyce. (2009). Models Of Teaching, Cet. I. Pustaka Pelajar.
Harahap N. (2014). Penelitian Kepustakaan. Jurnal Iqra, Vol 8.
Muhammad Yaumi. (2012). Desain Pembelajaran Efektif. Alaudin University Press.
Muhammad Yaumi. (2013). Prinsip-prinsip Desain Pembelajaran Disesuaikan dengan
kurikulum 2013, Cet. II. Kencana.
Rusman. (2016). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru, Cet VI. PT. Raja Grafindo Persada.
Slamet Riyadi. (2011). Pemrosesan Informasi dalam Belajar Gerak. Jurnal Ilmiah
SPIRIT, ISSN:1411-83191, No. 2.
Slameto. (2010). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, Cet. V. Rineka
Cipta.

17

Anda mungkin juga menyukai