Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN


“TEORI BELAJAR SIBERNETIK”

Dosen Pembimbing:
Dr. Ulfia Rahmi, M.Pd

Mutiara Felicita Amsal,S.Pd.I, M.Pd

OLEH
M. YUSUF (18004080)

KURIKULUM TEKNOLOGI PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah swt. yang telah memberi rahmat sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Teori Belajar Sibernetik”, guna
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran. Sholawat salam dan doa
penulis haturkan kepada nabi Muhammad saw. kepada keluarga dan para sahabatnya.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah ikut berperan
dalam menyelesaikan makalah ini,.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Padang, Mei 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................... i


Daftar Isi ............................................................................................................. ii
Bab 1 Pendahuluan ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 1
C. Tujuan Dan manfaat ................................................................................ 1
Bab 2 Pembahasan .............................................................................................. 2
A. Pengertian Belajar Menurut Aliran Sibernetik ....................................... 2
B. Teori Belajar Menurut Beberapa Tokoh Aliran Sibernetik .................... 4
C. Aplikasi Teori Belajar Sibernetik dalam Pembelajaran .......................... 6
D. Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Sibernetik .............................. 9
E. Model Pembelajaran yang Sesuai dengan Aliran Sibernetik .................. 10
Bab 3 Penutup ..................................................................................................... 12
A. Kesimpulan ............................................................................................. 12
B. Saran ....................................................................................................... 12
Referensi ............................................................................................................. 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru di bandingkan
dengan teori-teori belajar yang sudah dibahas sebelumnya. Teori ini berkembang sejalan
dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Hakekat manajemen pembelajaran
berdasarkan teori belajar sibernetik adalah usaha guru untuk membantu siswa mencapai
tujuan belajarnya secara efektif dengan cara memfungsikan unsur-unsur kognisi siswa,
terutama unsur pikiran untuk memahami stimulus dari luar melalui proses pengolahan
informasi.
“Teaching as organising students activity” berikut pernyataan Ramsden (dalam
Arqam: 2010). Pernyataan ini adalah satu di antara 3 konsep teori mengajar dan praktik
mengajar yang diyakini, bahwa mengajar pada dasarnya mengorganisasikan kegiatan
peserta didik dalam melakukan serangkaian aktifitas yang melahirkan pengalaman
belajar. Mengajar dipandang sebagai proses supervisi dengan sejumlah teknik tertentu
sehingga peserta didik dapat belajar dengan optimal seperti yang diharapkan.
Secara eksistensial, persoalan pendidikan dan manusia bagaikan hubungan antara jiwa
dan raga manusia. Jika jiwa berpotensi menggerakan raga manusia, maka kehidupan
manusiapun digerakan oleh pendidikan ke arah pencapaian tujuan akhir.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Belajar Menurut Aliran Sibernetik?
2. Bagaimana Teori Belajar Menurut Beberapa Tokoh Aliran Sibernetik?
3. Bagaimana Aplikasi Teori Belajar Sibernetik dalam Pembelajaran?
4. Apa Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Sibernetik?
5. Bagaimana Model Pembelajaran yang Sesuai dengan Aliran Sibernetik?

C. Tujuan dan Manfaat


1. Mengetahui Pengertian Belajar Menurut Aliran Sibernetik
2. Mengetahui Teori Belajar Menurut Beberapa Tokoh Aliran Sibernetik
3. Mengetahui Aplikasi Teori Belajar Sibernetik dalam Pembelajaran
4. Mengetahui Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Sibernetik
5. Mengetahui Model Pembelajaran yang Sesuai dengan Aliran Sibernetik

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Belajar Menurut Aliran Sibernetik

Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru dibandingkan dengan
teori-teori belajar yang sudah dibahas sebelumnya. Teori ini berkembang sejalan dengan
perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Menurut teori sibernetik, belajar adalah
pengolahan informasi. Seolah-olah teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yaitu
mementingkan proses belajar daripada hasil belajar. Proses belajar memang penting dalam
teori sibernetik, namun yang lebih penting lagi adalah sistem informasi yang diproses yang
akan dipelajari siswa (Budiningsih, 2008: 81).
Asumsi lain dari teori sibernetik adalah bahwa tidak ada satu proses belajarpun yang
ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Sebab cara belajar sangat
ditentukan oleh sistem informasi. Sebuah informasi mungkin akan dipelajari oleh seorang
siswa dengan satu macam proses belajar, dan informasi yang sama mungkin akan dipelajari
siswa lain melalui proses belajar yang berbeda.
Hakekat manajemen pembelajaran berdasarkan teori belajar sibernetik adalah usaha
guru untuk membantu siswa mencapai tujuan belajarnya secara efektif dengan cara
memfungsikan unsur-unsur kognisi siswa, terutama unsur pikiran untuk memahami stimulus
dari luar melalui proses pengolahan informasi. Proses pengolahan informasi adalah sebuah
pendekatan dalam belajar yang mengutamakan berfungsinya memory. Model proses
pengolahan informasi memandang memori manusia seperti komputer yang mengambil atau
mendapatkan informasi, mengelola dan mengubahnya dalam bentuk dan isi, kemudian
menyimpannya dan menampilkan kembali informasi pada saat dibutuhkan.
Dalam upaya menjelaskan bagaimana suatu informasi (pesan pengajaran) diterima,
disandi, disimpan, dan dimunculkan kembali dari ingatan serta dimanfaatkan jika diperlukan,
telah dikembangkan sejumlah teori dan model pemrosesan informasi oleh Snowman (1986);
Baine (1986); dan Tennyson (1989). Teori-teori tersebut umumnya berpijak pada asumsi:
a) Bahwa antara stimulus dan respon terdapat suatu seri tahapan pemrosesan
informasi dimana pada masing-masing tahapan dibutuhkan waktu tertentu.
b) Stimulus yang diproses melalui tahapan-tahapan tadi akan mengalami perubahan
bentuk ataupun isinya.

2
c) Salah satu dari tahapan mempunyai kapasitas yang terbatas (Budiningsih, 2005:
82).
Dari ketiga asumsi tersebut, dikembangkan teori tentang komponen struktural dan
pengatur alur pemrosesan informasi (proses kontrol) antara lain:
a) Sensory Receptor (SR)
Sensory Receptor (SR) merupakan sel tempat pertama kali informasi diterima
dari luar. Didalam SR informasi ditangkap dalam bentuk asli, informasi hanya
dapat bertahan dalam waktu yang sangat singkat, dan informasi tadi mudah
terganggu atau berganti.
b) Working Memory (WM)
Working Memory(WM) diasumsikan mampu menangkap informasi yang
diberikan perhatian (attention) oleh individu. Pemberian perhatian ini dipengaruhi
oleh peran persepsi. Karakter WM adalah bahwa:
 Ia memiliki kapasitas yang terbatas, lebih kurang 7 slots. Informasi
didalamnya hanya mampu bertahan kurang lebih 15 detik apabila tanpa
pengulangan.
 Informasi dapat disandi dalam bentuk yang berbeda dari stimulus aslinya.
c) Long Term Memory (LTM)
Long Term Memory (LTM) diasumsikan: 1) berisi semua pengetahuan yang
telah dimiliki oleh individu, 2) mempunyai kapasitas tidak terbatas, dan 3) bahwa
sekali informasi disimpan dalam LTM ia tidak akan pernah terhapus atau hilang.
Persoalan “lupa” pada tahapan ini disebabkan oleh kesulitan atau kegagalan
memunculkan kembali informasi yang diperlukan. Ini berarti, jika informasi
ditata dengan baik maka akan memudahkan proses penelusuran dan pemunculan
kembali informasi jika diperlukan. Dikemukakan oleh Howard (1983) bahwa
informasi disimpan didalam LTM dalam dalam bentuk prototipe, yaitu suatu
struktur representasi pengetahuan yang telah dimiliki yang berfungsi sebagai
kerangka untuk mengkaitkan pengetahuan baru. Dengan ungkapan lain,
Tennyson (1989) mengemukakan bahwa proses penyimpanan informasi
merupakan proses mengasimilasikan pengetahuan baru pada pengetahuan yang
dimiliki, yang selanjutnya berfungsi sebagai dasar pengetahuan (Budiningsih,
2005: 84).

3
Menurut Ausubel (dalam Budiningsih, 2005:84) sejalan dengan teori pemrosesan
informasi, perolehan pengetahuan baru merupakan fungsi struktur kognitif yang telah
dimiliki individu. Reigeluth dan Stein juga mengatakan bahwa pengetahuan ditata didalam
struktur kognitif secara hirarkis. Ini berarti, pengetahuan yang lebih umum dan abstrak yang
diperoleh lebih dulu oleh individu dapat mempermudah perolehan pengetahuan baru yang
lebih rinci.

B. Teori Belajar Menurut Beberapa Tokoh Aliran Sibernetik


1. Teori Belajar Menurut Landa
Landa membedakan dua macam proses berfikir, yaitu proses berfikir algoritmik dan
proses berfikir heuristik.
a. Proses berfikir algoritmik, yaitu proses berfikir yang sistematis, tahap demi tahap,
linier, konvergen, lurus menuju kesatu tujuan tertentu.
b. Proses berfikir heuristik, yaitu cara berfikir devergen, menuju kebeberapa target
tujuan sekaligus (Budiningsih, 2005: 87).
Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran yang hendak dipelajari
atau masalah yang hendak di pecahkan diketahui ciri-cirinya. Materi pelajaran tertentu akan
lebih tepat disajikan dalam urutan yang teratur, linier, sekuensial, sedangkan materi pelajaran
lainnya akan lebih tepat bila disajikan dalam bentuk “terbuka” dan memberi kebebasan
kepada siswa untuk berimajenasi dan berfikir.
Misalnya, agar siswa mampu memahami suatu rumus matematika, mungkin akan lebih
efektif jika presentasi informasi tentang rumus tersebut disajikan secara algoritmik.
Alasannya, karena suatu rumus matematika biasanya mengikuti aturan tahap demi tahap yang
sudah teratur dan mengarah ke satu target tertentu. Namun untuk memahami makna suatu
konsep yang lebih luas dan banyak mengandung intrepetasi, misalnya konsep keadilan atau
demokrasi, akan lebih baik jika proses berfikir siswa dibimbing kearah yang “menyebar”
atau berfikir heuristik, dengan harapan pemahaman mereka terhadap konsep itu tidak tunggal,
monoton, dogmatik, atau linier.

4
2. Teori Belajar Menurut Pask dan Scott
Pask dan scott juga termasuk penganut teori sibernetik. Menurut mereka ada dua
macam cara berfikir, yaitu cara berfikir serialis dan cara berfikir wholist atau menyeluruh.
Pendekatan serialis yang dikemukakannya memiliki kesamaan dengan pendekatan
algoritmik. Namun apa yang dikatakan sebagai cara berfikir menyeluruh (wholist) tidak sama
dengan cara berfikir heuristik. Bedanya, cara berfikir menyeluruh adalah berfikir yang
cenderung melompat kedepan, langsung ke gambaran lengkap sebuah sistem informasi.
Ibarat melihat lukisan, bukan detail-detail yang diamati lebih dahulu, melainkan seluruh
lukisan itu sekaligus baru sesudah itu ke bagian-bagian yang lebih detail. Sedangkan cara
berfikir heuristik yang dikemukakan oleh Landa adalah cara berfikir devergen mengarah
kebeberapa aspek sekaligus (Budiningsih, 2005: 88).
Siswa tipe wholist atau menyeluruh biasanya dalam mempelajari sesuatu cenderung
dilakukan dari tahap yang paling umum kemudian bergerak ke yang lebih khusus atau detail.
Sedangkan siswa tipe serialist dalam mempelajari sesuatu cenderung menggunakan cara
berfikir secara algoritmik.
Teori sibernetik sebagai teori belajar sering kali dikritik karena tidak secara langsung
membahas tentang proses belajar sehingga menyulitkan dalam penerapan. Ulasan teori ini
cenderung ke dunia psikologi dan informasi dengan mencoba melihat mekanisme kerja otak.
Karena pengetahuan dan pemahaman akan mekanisme ini sangat terbatas maka terbatas pula
kemampuan untuk menerapkan teori ini. Teori ini memandang manusia sebagai pengolah
infomasi, pemikir, dan pencipta. Berdasarkan pandangan tersebut maka diasumsikan bahwa
manusia merupakan mahluk yang mampu mengolah, menyimpan, dan mengorganisasikan
informasi.
Asumsi diatas direfleksikan dalam model belajar dan pembelajaran yang
menggambarkan proses mental dalam belajar yang terstuktur membentuk suatu sistem
kegiatan mental. Dari model ini dikembangkan prinsip-prinsip belajar seperti:
 Proses mental dalam belajar terfokus pada pengetahuan yang bermakna.
 Proses mental tersebut mampu menyandi informasi secara bermakna.
 Proses mental bermuara pada pengorganisasian pengaktulisasian informasi.

5
C. Aplikasi Teori Belajar Sibernetik dalam Pembelajaran
Teori belajar pengolahan informasi termasuk dalam lingkup teori kognitif yang
mengemukakan bahwa belajar adalah proses internal yang tidak dapat diamati secara
langsung dan merupakan perubahan kemampuan yang terikat pada situasi tertentu. Namun
memori kerja manusia mempunyai kapasitas yang terbatas, oleh karena itu untuk mengurangi
muatan memori kerja, perlu memperhatikan kapabilitas belajar, peristiwa pembelajaran, dan
pengorganisasian atau urutan pembelajaran. Belajar bukan sesuatu yang bersifat alamiah,
namun terjadi dengan kondisi-kondisi tertentu, yaitu kondisi internal dan kondisi eksternal.
Sehubungan hal tersebut, maka pengelolaan pembelajaran dalam teori belajar sibernetik,
menuntut pembelajaran untuk diorganisir dengan baik yang memperhatikan kondisi internal
dan kondisi eksternal.
Kondisi internal peserta didik yang mempengaruhi proses belajar melalui proses
pengolahan informasi, dan yang sangat penting untuk diperhatikan oleh seorang guru dalam
mengelola pembelajaran antara lain:
1. Kemampuan awal peserta didik
Kemampuan awal peserta didik yaitu peserta didik telah memiliki pengetahuan, atau
keterampilan yang merupakan prasyarat sebelum mengikuti pembelajaran. Dengan adanya
kemampuan prasyarat ini peserta didik diharapkan mampu mengikuti proses pembelajaran
dengan baik. Kemampuan awal peserta didik dapat diukur melalui tes awal, interview, atau
cara-cara lain yang cukup sederhana seperti melontarkan pertanyaan-pertanyaan.
2. Motivasi
Motivasi berperan sebagai tenaga pendorong yang menyebabkan adanya tingkah laku
ke arah tujuan tertentu. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik lebih menguntungkan karena
dapat bertahan lebih lama. Kebutuhan untuk berprestasi yang bersifat intrinsik cenderung
relatif stabil, mereka ini berorientasi pada tugas-tugas belajar yang memberikan tantangan.
Pendidik yang dapat mengetahui kebutuhan peserta didik untuk berprestasi dapat
memanipulasi motivasi dengan memberikan tugas-tugas yang sesuai untuk peserta didik.
3. Perhatian
Perhatian merupakan strategi kognitif untuk menerima dan memilih stimulus yang
relevan untuk diproses lebih lanjut diantara sekian banyak stimulus yang datang dari luar.
Perhatian dapat membuat peserta didik mengarahkan diri ketugas yang diberikan, melihat
masalah-masalah yang akan diberikan, memilih dan memberikan fokus pada masalah yang
akan diselesaikan, dan mengabaikan hal-hal lain yang tidak relevan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi perhatian seseorang adalah faktor internal yang mencakup: minat, kelelahan,

6
dan karakteristik pribadi. Sedangkan faktor eksternal mencakup: intensitas stimulus, stimulus
yang baru, keragaman stimulus, warna, gerak dan penyajian stimulus secara berkala dan
berulang-ulang.
4. Persepsi
Persepsi merupakan proses yang bersifat kompleks yang menyebabkan orang dapat
menerima atau meringkas informasi yang diperoleh dari lingkungannya. Persepsi sebagai
tingkat awal struktur kognitif seseorang. Untuk membentuk persepsi yang akurat mengenai
stimulus yang diterima serta mengembangkannya menjadi suatu kebiasaan perlu adanya
latihan-latihan dalam bentuk berbagai situasi. Persepsi seseorang menjadi lebih mantap
dengan meningkatnya pengalaman.
5. Ingatan
Ingatan adalah suatu sistem aktif yang menerima, menyimpan, dan mengeluarkan
kembali yang telah diterima seseorang. Ingatan sangat selektif, yang terdiri dari tiga tahap,
yaitu ingatan sensorik, ingatan jangka pendek, dan ingatan jangka panjang yang relatif
permanen. Penyimpanan informasi dalam jangka panjang dilakukan dalam berbagai bentuk,
yaitu melalui kejadian-kejadian khusus (episodic), gambaran (image), atau yang berbentuk
verbal bersifat abstrak. Daya ingat sangat menentukan hasil belajar yang diperoleh peserta
didik.
6. Lupa
Lupa merupakan hilangnya informasi yang telah disimpan dalam ingatan jangka
panjang. Seseorang dapat melupakan informasi yang telah diperoleh karena memang tidak
ada informasi yang menarik perhatian, kurang adanya pengulangan atau tidak ada
pengelompokan informasi yang diperoleh, mengalami kesulitan dalam mencari kembali
informasi yang telah disimpan, ingatan telah aus dimakan waktu atau rusak, ingatan tidak
pernah dipakai, materi tidak dipelajari sampai benar-benar dikuasai, adanya gangguan dalam
bentuk informasi lain yang menghambatnya untuk mengingat kembali.
7. Retensi
Retensi adalah apa yang tertinggal dan dapat diingat kembali setelah seseorang
mempelajari sesuatu, jadi kebalikan lupa. Apabila seseorang belajar, setelah beberapa waktu
apa yang dipelajarinya akan banyak dilupakan, dan apa yang diingatnya akan berkurang
jumlahnya. Ada tiga faktor yang mempengaruhi retensi, yaitu: materi yang dipelajari pada
permulaan (original learning), belajar melebihi penguasaan (over learning), dan pengulangan
dengan interval waktu (spaced review).

7
8. Transfer
Transfer merupakan suatu proses yang telah pernah dipelajari, dapat mempengaruhi
proses dalam mempelajari materi yang baru. Transfer belajar atau transfer latihan berarti
aplikasi atau pemindahan pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, sikap, atau respon-respon
lain dari satu situasi kesituasi lain.

Kondisi eksternal yang sangat berpangaruh terhadap proses belajar dengan proses
pengolahan informasi antara lain:
1. Kondisi belajar
Kondisi belajar dapat menyebabkan adanya modifikasi tingkah laku yang dapat dilihat
sebagai akibat dari adanya proses belajar. Cara yang ditempuh pendidik untuk mengelola
pembelajaran sangat bervariasi tergantung pada kondisi belajar yang diharapkan. Gagne
(dalam Budiningsih, 2008: 89) mengklasifikasikan ada lima macam hasil belajar, yakni: (a)
keterampilan intelektual, atau pengetahuan prosedural yang mencakup belajar diskriminasi,
konsep, prinsip, dan pemecahan masalah yang diperoleh melalui materi yang disajikan dalam
pembelajaran di kelas. (b) strategi kognitif, kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah
baru dengan jalan mengatur proses internal masing-masing individu dalam memperhatikan
belajar, mengingat, dan berfikir. (c) informasi verbal, kemampuan untuk mendeskripsikan
sesuatu dengan kata-kata dengan jalan mengatur informasi-informasi yang relevan. (d)
keterampilan motorik, kemampuan untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan gerakan-
gerakan yang berhubungan dengan otot. (e) sikap, suatu kemampuan internal yang
mempengaruhi perilaku seseorang, dan didasari oleh emosi, kepercayaan, serta faktor
intelektual.
2. Tujuan belajar
Tujuan belajar merupakan komponen sistem pembelajaran yang sangat penting, sebab
komponen-komponen lain dalam pembelajaran harus bertolak dari tujuan belajar yang
hendak dicapai dalam proses belajarnya. Tujuan belajar yang dinyatakan secara spesifik dapat
mengarahkan proses belajar, dapat mengukur tingkat ketercapaian tujuan belajar, dan dapat
meningkatkan motivasi belajar.
3. Pemberian umpan balik
Pemberian umpan balik merupakan suatu hal yang sangat penting bagi peserta didik,
karena memberikan informasi tentang keberhasilan, kegagalan, dan tingkat kompetensinya.

8
Berdasarkan deskripsi proses pengolahan informasi yang terjadi merupakan interaksi
faktor internal dan eksternal dari peserta didik, maka aplikasi pengelolaan kegiatan
pembelajaran berbasis teori sibernetik yang baik untuk dilakukan bagi pendidik agar dapat
memperlancar proses belajar peserta didik adalah sebagai berikut:
 Menarik perhatian.
 Memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa.
 Merangsang ingatan pada prasyarat belajar.
 Menyajikan bahan perangsang.
 Memberikan bimbingan belajar.
 Mendorong unjuk kerja.
 Memberikan balikan informatif.
 Menilai unjuk kerja.
 Meningkatkan retensi dan alih belajar (Budiningsih, 2008: 90).
Menurut Suciati dan Irawan (dalam Budiningsih, 2008: 92) aplikasi teori belajar
sibernetik dalam kegiatan pembelajaran baik diterapkan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran.
2) Menentukan materi pembelajaran.
3) Mengkaji sistem informasi yang terkandung dalam materi pelajaran.
4) Menentukan pendekatan belajar yang sesuai dengan sistem informasi tersebut.
5) Menyusun materi pelajaran dalam urutan yang sesuai dengan sistem informasinya.
6) Menyajikan materi dan membimbing siswa belajar dengan pola yang sesuai dengan
urutan materi pelajaran.

D. Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Sibernetik


Kelebihan strategi pembelajaran yang berpijak pada teori pemrosesan informasi adalah:
1. Cara berfikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol.
2. Penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis.
3. Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap.
4. Adanya keterarahan seluruh kegiatan belajar kepada tujuan yang ingin dicapai.
5. Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya.
6. Kontrol belajar memungkinkan belajar sesuai dengan irama masing-masing
individu.

9
7. Balikan informatif memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk kerja
yang telah dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan.
Sedangkan kelemahan dari teori ssibernetik adalah terlalu menekankan pada sistem
informasi yang dipelajari, dan kurang memperhatikan bagaimana proses belajar.

E. Model Pembelajaran yang Sesuai dengan Aliran Sibernetik


Menurut teori sibernetik dikatakan proses belajar sangat ditentukan oleh sistem
informasi yang dipelajari.
Hal ini diasumsikan bahwa tidak ada satu proses belajarpun yang ideal untuk segala
situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sisitem
informasi.
Maka dari itu pemilihan model sebagai sarana pengolahan informasi harus melihat
karakteristik siswa yang dihadapi.
Contoh : Materi segiempat (SMP kelas VIII) diajarkan menggunakan model Jigsaw jika
karakter peserta didik bisa bekerja secara mandiri, namun lebih baik menggunakan STAD
jika siswanya belum bisa bekerja secara mandiri.
Model pembelajaran yang sesuai dengan aliran sibernetik, antara lain:
1) Model pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
Pembelajaran kooperatif, guru memberikan stimulus berupa kuis atau pertanyaan-
pertanyaan sebagai tes kemampuan prasyarat siswa, sehingga siswa aktif berfikir.
Dan belajar menurut sibernetik adalah pengolahan informasi oleh siswa.
Pengolahan informasi ini terjadi karena adanya stimulus dari guru yang berupa
informasi.
2) Model pembelajaran open ended
Tujuan dari pembelajaran open-ended menurut Nohda (dalam Suherman, 2003:
124) ialah untuk membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir
matematis siswa melalui problem solving secara simultan. Dengan kata lain,
kegiatan kreatif dan pola pikir matematis siswa harus dikembangkan semaksimal
mungkin sesuai dengan kemampuan setiap siswa. Hal yang harus digarisbawahi
adalah perlunya memberi kesempatan siswa untuk berfikir dengan bebas sesuai
dengan minat dan kemampuannya. Aktivitas kelas yang penuh dengan ide-ide
matematika ini pada gilirannya akan memacu kemampuan berfikir tingkat tinggi
siswa.

10
Ini sejalan dengan hakekat manajemen pembelajaran berdasarkan teori belajar
sibernetik adalah usaha guru untuk membantu siswa mencapai tujuan belajarnya secara
efektif dengan cara memfungsikan unsur-unsur kognisi siswa, terutama unsur pikiran untuk
memahami stimulus dari luar melalui proses pengolahan informasi

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Menurut teori sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi.
2. Asumsi lain dari teori sibernetik adalah bahwa tidak ada satu proses belajarpun
yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa.
3. Teori tentang komponen struktural dan pengatur alur pemrosesan informasi
(proses kontrol) antara lain Sensory Receptor (SR), Working Memory (WM),
Long Term Memory (LTM).
4. Kelebihan strategi pembelajaran yang berpijak pada teori pemrosesan informasi
adalah cara berfikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol.
5. Kelemahan dari teori ssibernetik adalah terlalu menekankan pada sistem informasi
yang dipelajari, dan kurang memperhatikan bagaimana proses belajar.
B. Saran

Situasi stimulus yang hendak direspon oleh siswa harus disampaikan sedekat mungkin
waktunya dengan respon yang diinginkan atau keterdekatan. Situasi stimulus dan responnya
perlu diulang-ulang atau dipraktekkan agar belajar dapat diperbaiki dan meningkatkan retensi
belajar atau pengulangan.

12
Referensi
Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Budiningsih, Asri. 2008. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Husamah, Pantiwati, Y, Restian, A & Sumarsono, P. 2016. Belajar dan Pernbelajaran.
Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Suciati dan Irwan, P.2001.Teori Belajar dan Motivasi.Jakarta : Depdiknas, Dirjen PT, PAU.
Suherman, Erman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.
Teori belajar sibernetik https://id.scribd.com/doc/83789234/Teori-Sibernetik . Diakses : 20
Mei 2019 (03.00 A.M).
Thobroni M. 2015. Belajar dan Pembelajaran teori dan praktik. Yogyakarta : Ar-ruzz media.

13

Anda mungkin juga menyukai