Disusun Oleh :
Kelompok 4
Adaniar Rizki Dianturi 170533628585
Dzurriyyatul ‘Ulya 170533628594
Feisal Nugraha 170533628542
FEBRUARI 2019
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah
Teori Pengolahan Informasi ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari beberapa sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.
PENYUSUN
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
Kesimpulan............................................................................................................................8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan,
maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau
tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa mempelajari sesuatu
yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadan
alam, benda-benda atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar.
Tindakan belajar dari suatu hal tersebut nampak sebagai perilaku belajar yang nampak
dari luar. Pengertian dari belajar sangat beragam, banyak dari para ahli yang
mengartikan secara berbeda-beda definisi dari belajar. Sebagaimana kita ketahui
bahwa belajar merupakan hal yang penting dalam bidang pendidikan. Tentu saja
dalam proses belajar terdapat teori – teori yang memunculkan adanya belajar.
Dari zaman dahulu, para ilmuwan terus mengembangkan teori – teori belajar
sebagai temuan mereka untuk mengembangkan pemikiran belajar mereka. Era
globalisasi telah membawa berbagai perubahan yang memunculkan adanya teori –
teori belajar yang baru guna menyempurnakan teori – teori yang telah ada
sebelumnya. Akan tetapi, kita sebagai insan tak bisa bertolak dengan adanya teori
belajar yang telah ada sebelumnya. Adapun teori belajar selalu bertolak dari sudut
pandangan psikologi belajar tertentu.
Maka psikologi dalam pendidikan menjadi berkembang sangat pesat. Dengan
bermunculnya teori – teri yang baru akan menyempurnakan teori – teori yang
sebelumnya. Berbagai teori belajar dapat dikaji dan diambil manfaat dengan adanya
teori tersebut. tentunya setiap teori belajar memiliki keistimewaan tersendiri. Bahkan,
tak jarang dalam setiap teori belajar juga terdapat kritikan – kritikan untuk
penyempurnaan teori tersebut. dalam hal ini, penulis akan mengkaji salah teori belajar
pengolahan informasi.
1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan
Pembelajaran serta untuk menambah wawasan pengetahuan tentang Teori Pengolahan
Informasi
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori Pengolahan Informasi
Pengolahan informasi mengandung pengertian tentang bagaimana seorang
individu mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi yang
diterima individu dari lingkungan. Hal yang demikian juga dapat dikatakan bahwa
penggolahan informasi dapat dikatakan sebagai bagaimana respon individu terhadap
informasi yang di berikan oleh lingkungan di sekitarnya.
Menurut Anderson, 1980 “belajar itu hanyalah merupakan salah satu proses yang
diselidiki dan antara kegiatan belajar dan sub-sub ranah lain dari psikologi kognitif
yang sifatnya tetap dan mempunyai arah yang tidak jelas”.
Namun demikian, penelitian pengolahan informasi memberikan sumbangan atas
pengertian proses belajar. Dari pernyataan Anderson tersebut dapat kita simpulkan
bahwa antara belajar dan pengolahan informasi adalah dua aspek yang saling
melengkapi.
2
2.3 Sistem Memori Manusia
Konsepsi lama tentang memori manusia adalah bahwa memori itu semata-mata
hanya tempat penyimpanan informasi dalam waktu yang lama. Jadi memori adalah
koleksi potongan-potongan kecil informasi yang terlepas-lepas dan tidak saling
berkaitan. Berdasar penjelasan-penjelasan tersebut kita dapat berpandangan bahwa
memori itu adalah sebuah wadah yang berisi data-data, dimana data-data tersebut belum
tentu saling berkaitan.
Di mulai tahun 1960-an memori manusia dipandang sebagai suatu struktur yang
rumit untuk mengolah dan mengorganisasi semua pengetahuan, demikian menurut
Naisser, 1967. Ada juga yang mengatakan memori adalah merupan gudang yang pasif,
tetapi merupakan suatu yang aktif memilih data penginderaan mana yang akan di
olahnya, mengubah data data menjadi informasi yang bermakna dan menyimpan
infotmasi itu untuk digunakan di waktu kemudian. Hal ini berarti memori juga dapat
dikatankan sebagai suatu alat yang berfungsi untuk menangkap, mengolah dan
menggunakannya di lain waktu ketika di butuhkan. Memori merupakan suatu sistem
yang rumit dengan banyak tahapannya dan saling berinteraksi. Ini berarti dalam memori
terdapat interaksi-interaksi antara data-data dan lapisan-lapisan atau tahapan-tahapan
yang ada di dalamnya.
Sebagian besar model-model yang dikembangkan tahun 1960-an mengajukan tiga
struktur memori yaitu:
1. Pencatatan penginderaan (Sensoric Memori)
Rangsangan yang diterima oleh indera yang kemudian akan diteruskan sebagai
informasi ke sistem memori selanjutnya. Informasi yang terdapat pada stimulus
atau rangsangan dari luar akan diterima manusia melalui panca inderanya.
Informasi tersebut akan tersimpan di dalam ingatan selama tidak lebih dari satu
detik saja. Ingatan tersebut akan hilang lagi tanpa disadari dan akan diganti
dengan informasi lainnya. Ingatan sekilas atau sekelebat yang didapat melalui
panca indera ini biasanya disebut ’sensory memory’ atau ‘ingatan inderawi’.
Berdasar pada apa yang dipaparkan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa,
seperti yang telah sering dialami para guru dan telah dinyatakan dua orang
siswa di bagian awal tulisan ini, pesan atau keterangan yang disampaikan
seorang guru dapat hilang seluruhnya dari ingatan para siswa jika pesan atau
keterangan tersebut terkategori sebagai pencatatan pengideraan. Alasanya,
seperti sudah dipaparkan tadi, pencatatan pengideraan hanya dapat bertahan di
dalam pikiran manusia selama tidak lebih dari satu detik saja.
3
Dengan kata lain, penyimpanan jangka pendek tidak akan terbentuk di dalam
otak siswa tanpa adanya perhatian dari siswa terhadap informasi tersebut.
Penyimpanan jangka pendek ini dapat bertahan relatif jauh lebih lama lagi,
yaitu estimasi waktur yang ada sekitar 20 detik.
Sebagai akibatnya, pengetahuan tentang perbedaan antara kedua ingatan ini lalu
menjadi sangat penting untuk diketahui para guru dan diharapkan akan dapat
dimanfaatkan selama proses pembelajaran di kelasnya. Sekali lagi, perhatian
para siswa terhadap informasi atau masukan dari para guru akan sangat
menentukan diterima tidaknya suatu informasi yang disampaikan para guru
tersebut. Karenanya, untuk menarik perhatian para siswa terhadap bahan yang
disajikan, di samping selalu memotivasi siswanya, seorang guru pada saat yang
tepat sudah seharusnya mengucapkan kalimat seperti: “Anak-anak, bagian ini
sangat penting.” Tidak hanya itu, aksi diam seorang guru ketika siswanya ribut,
mencatat hal dan contoh penting di papan tulis, memberi kotak ataupun garis
bawah dengan kapur warna untuk materi essensial, menyesuaikan intonasi
suara dengan materi, memukul rotan ke meja, sampai menjewer telinga
merupakan usaha-usaha yang patut dihargai dari seorang guru selama proses
pembelajaran untuk menarik perhatian siswanya. Namun hal yang lebih penting
lagi adalah bagaimana menumbuhkan kemauan dan motivasi dari dalam diri
siswa sendiri, sehingga para siswa akan mau belajar dan memperhatikan para
gurunya selama proses pembelajaran sedang berlangsung.
4
Apakah stimulus akan diolah sebagai informasi aktif atau akan lebih lanjut atau
tidak sampai memori jangka panjang sebagai memori inaktif, maka diperlukan
pengolahan lebih lanjut. Proses inilah yang disebut dengan pengkodean yaitu
mengubah stimulus sehingga dapat disimpan sehingga pada waktu lain dapat di
munculkan kembali dengan mudah.
3. Penyimpanan dan Retrival
Pengkodean dimaksudkan untuk menyimpan informasi guna disimpan dalam
memori jangka panjang untuk dapat diingat sewaktu-waktu diperlukan. Untuk
proses ini, sangat bergantung pada bagaimana informasi itu disimpan dan
bagaimana hubungan informasi itu dengan informasi sebelumnya dari memori
jangka panjang.
5
organizer juga berguna untuk memberikan kerangka konseptual untuk belajar. Selain
itu melalui advance organizer akan menjadi suatu penghubung antara simpanan
informasi peserta didik pada waktu sekarang dengan dengan belajar yang baru.
Melalui hal ini juga dapat di gunakan sebagai jembatan antara kognitif lama dan
struktur kognitif yang akan diperoleh, sehingga melalui advance organizer dapat
memperlancar proses mengkode pada peserta didik.
Membahas mengenai advance organizer, ada dua jenis organizer yang disampaikan
(mayer: 19979) yaitu:
a) Organizer Ekspositorik yaitu memberikan mekanisme untuk membuat hubungan
logis dalam materi baru. Dalam hal ini yang menjadi titik pusatnya adalah
bagaimana membuat hubungan yang singkron/ masuk akal antara informasi yang
di miliki peserta didik dengan informasi yang akan di peroleh saat proses belajar.
b) Organizer komparatif yaitu memberikan mekanisme untuk menghunbungkan
informasi yang baru dan tidak di kenal dengan pengetahuan yang sudah ada.
Dalam hal ini dapat diartikan juga bahwa melalui organizer ini, peserta didik
akan dibantu untuk memahami informasi yang sama sekali belum dikenal dan
belum ada pada informasi yang sudah dimilikinya. Hal ini akan di lakukan oleh
pendidik melalui pengenalan sederhana mengenai informasi baru tersebut dan
setelah itu akan diperinci. Selain dari pada itu pendidik juga akan memberikan
motivasi pada peserta didik agar mampu untuk memahami informasi baru
tersebut, motivasi yang di berikan dapat berupa data-data pendukung dan
penanaman rasa percaya diri kepada siswa bahwa ia mampu untuk mengkode
dan memunculkan kembali pada waktu yang berbeda (masa datang).
2. Memperlancar pengkodean
Pengkodean berfungsi untuk menyiapkan informasi baru untuk di simpan
kedalam memori jangka panjang.proses ini menghendaki adanya tranformasi
informasi menjadi kode ringkasan guna memudahkan dan mengingat kembali di
waktu kemudian mengenai informasi tersebut. Ada dua rancangan yang berbeda
yang dapat memudahkan pengkodean yaitu dengan memberikan pengisyaratan,
elaborasi, dan cara titian ingatan sebagai pembantu untuk menyusun sandi atau
kode-kode guna memudahkan dalam proses penyimpanan pada memori kerja
peserta didik. Rancangan ini disebut bantuan berbasis pembelajaran, contohnya:
penggunaan sinonim untuk kata-kata yang sulit pertanyaan ulangan, akronim
untuk belajar asosiasi yang sifatnya sembarang. Teknik yang kurang dikenal
juga akan di lakukan pengkodean melalui pemberian petunjuk yang dapat
berupa judul paragraf atau kata-kata yang berhubungan.
Rancangan yang lain adalah berfungsi untuk memberikan kesempatan bagi
terjadinya elaborasi(pengubahan) yang dihasilkan peserta didik, rancangan ini
disebut bantuan berbasis peserta didik. Dalam hal ini peserta didik diberikan
suatu kesempatan untuk mengubah atau melakukan peengubahan dengan
caranya sendiri terhadap informasi agar bagaimana mudah untuk di ingat dan
melakukan retrival (memunculkan kembali). Memperoleh Pada bantuan yang
6
berbasis peserta didik yaitu berupa pengisyaratan baik visual maupun verbal
yang berasal dari peserta didik itu sendiri, yang dapat membantunya belajar
memperoleh asosiasi yang sembarangsaja sifatnya misalnya; sebuah daftar,
methode dan sebagainya.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada penjelasan-penjelasan di atas kami dapat menarik beberapa
kesimpulan antaranya:
1. Pengolahan informasi mengandung pengertian tentang bagaimana seorang
individu mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi
yang diterima individu dari lingkungan.
2. Dalam teori pengolahan informasi terdapat asumsi-asumsi tentang apa,
bagaimana, dimana bisa terjadi teori tersebut.
3. Terdapat tiga unsur struktur memori yaitu: Pencatatan penginderaan (Sensoric
Memori), Penyimpanan Jangka Pendek (working memory), dan Penyimpanan
Jangka Panjang (Long Term Memory).
4. Terdapat tiga tahapan belajar dalam teoti pengolahan informasi yaitu; Perhatian
ke stimulus, Mengkode stimulus, dan memperlancar penyimpanan dan retrival.