Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“Teori Pengolahan Informasi”

Disusun untuk Memenuhi Matakuliah Belajar dan Pembelajaran


Dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Syaad Patmanthara, M.Pd.

Disusun Oleh :
Kelompok 4
Adaniar Rizki Dianturi 170533628585
Dzurriyyatul ‘Ulya 170533628594
Feisal Nugraha 170533628542

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA

FEBRUARI 2019

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah
Teori Pengolahan Informasi ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari beberapa sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.

Malang, 11 Februari 2019

PENYUSUN

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................... 1
1.3 Tujuan....................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Teori Pengolahan Informasi....................................................................................2


2.2 Asumsi-Asumsi Dalam Teori Pengolahan Informasi..............................................2
2.3 Sistem Memori Manusia .........................................................................................3
2.4 Komponen Belajar ..................................................................................................4
2.5 Aplikasi Teori Pengolahan Informasi Dalam Belajar..............................................5

BAB III PENUTUP

Kesimpulan............................................................................................................................8

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan,
maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau
tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa mempelajari sesuatu
yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadan
alam, benda-benda atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar.
Tindakan belajar dari suatu hal tersebut nampak sebagai perilaku belajar yang nampak
dari luar. Pengertian dari belajar sangat beragam, banyak dari para ahli yang
mengartikan secara berbeda-beda definisi dari belajar. Sebagaimana kita ketahui
bahwa belajar merupakan hal yang penting dalam bidang pendidikan. Tentu saja
dalam proses belajar terdapat teori – teori yang memunculkan adanya belajar.

Dari zaman dahulu, para ilmuwan terus mengembangkan teori – teori belajar
sebagai temuan mereka untuk mengembangkan pemikiran belajar mereka. Era
globalisasi telah membawa berbagai perubahan yang memunculkan adanya teori –
teori belajar yang baru guna menyempurnakan teori – teori yang telah ada
sebelumnya. Akan tetapi, kita sebagai insan tak bisa bertolak dengan adanya teori
belajar yang telah ada sebelumnya. Adapun teori belajar selalu bertolak dari sudut
pandangan psikologi belajar tertentu.
Maka psikologi dalam pendidikan menjadi berkembang sangat pesat. Dengan
bermunculnya teori – teri yang baru akan menyempurnakan teori – teori yang
sebelumnya. Berbagai teori belajar dapat dikaji dan diambil manfaat dengan adanya
teori tersebut. tentunya setiap teori belajar memiliki keistimewaan tersendiri. Bahkan,
tak jarang dalam setiap teori belajar juga terdapat kritikan – kritikan untuk
penyempurnaan teori tersebut. dalam hal ini, penulis akan mengkaji salah teori belajar
pengolahan informasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud teori pengolahan informasi?
2. Asumsi-asumsi apa yang melandasi teori pengolahan informasi ?
3. Apa yang dimaksud sistem memori manusia ?
4. Bagaimanakah komponen belajar ?
5. Apa saja aplikasi teori pengolahan informasi dalam belajar ?

1.3 Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan
Pembelajaran serta untuk menambah wawasan pengetahuan tentang Teori Pengolahan
Informasi

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori Pengolahan Informasi
Pengolahan informasi mengandung pengertian tentang bagaimana seorang
individu mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi yang
diterima individu dari lingkungan. Hal yang demikian juga dapat dikatakan bahwa
penggolahan informasi dapat dikatakan sebagai bagaimana respon individu terhadap
informasi yang di berikan oleh lingkungan di sekitarnya.

Pengolahan informasi merupakan perluasan dari bidang kajian ranah psikologi


kognitif. Dimana dalam ranah psikologi kognitif ini sebagai upaya untuk memahami
mekanisme dasar yang mengatur cara berpikirnya orang. Dalam teori pengolahan
informasi memiliki sutu perbedaan dengan teori belajar yaitu pada derajat penekanan
pada soal belajar. Teori pengolahan informasi tidak memberlakukan belajar sebagai
titik pusat penelitian yang utama melainkan juga melihat sisi lainnya, seperti pada
informasi yang diperoleh ataupun melihat kemampuan memori seorang individu.

Menurut Anderson, 1980 “belajar itu hanyalah merupakan salah satu proses yang
diselidiki dan antara kegiatan belajar dan sub-sub ranah lain dari psikologi kognitif
yang sifatnya tetap dan mempunyai arah yang tidak jelas”.
Namun demikian, penelitian pengolahan informasi memberikan sumbangan atas
pengertian proses belajar. Dari pernyataan Anderson tersebut dapat kita simpulkan
bahwa antara belajar dan pengolahan informasi adalah dua aspek yang saling
melengkapi.

2.2 Asumsi-asumsi Dalam Teori Pengolahan Informasi


Teori pengolahan informasi memiliki beberapa asumsi diantaranya adalah sebagai
berikut :

1. Informasi yang tersedia yang berasal dari lingkungan diproses oleh


serangkaian sistem pengolahan informasi seperti perhatian, persepsi, dan
memori jangka pendek.
2. Sistem pengolahan informasi ini mengubah bentuk informasi ke dalam bentuk
yang lebih sistematis.
3. Adapun yang menjadi tujuan penelitian yang dilakukan oleh para ahli adalah
untuk mengidentifikasi proses dan struktur yang mendasari penampilan
kognitif.
4. Sistem pengolahan informasi pada manusia sama dengan sistem pengolahan
informasi pada komputer.

2
2.3 Sistem Memori Manusia

Konsepsi lama tentang memori manusia adalah bahwa memori itu semata-mata
hanya tempat penyimpanan informasi dalam waktu yang lama. Jadi memori adalah
koleksi potongan-potongan kecil informasi yang terlepas-lepas dan tidak saling
berkaitan. Berdasar penjelasan-penjelasan tersebut kita dapat berpandangan bahwa
memori itu adalah sebuah wadah yang berisi data-data, dimana data-data tersebut belum
tentu saling berkaitan.
Di mulai tahun 1960-an memori manusia dipandang sebagai suatu struktur yang
rumit untuk mengolah dan mengorganisasi semua pengetahuan, demikian menurut
Naisser, 1967. Ada juga yang mengatakan memori adalah merupan gudang yang pasif,
tetapi merupakan suatu yang aktif memilih data penginderaan mana yang akan di
olahnya, mengubah data data menjadi informasi yang bermakna dan menyimpan
infotmasi itu untuk digunakan di waktu kemudian. Hal ini berarti memori juga dapat
dikatankan sebagai suatu alat yang berfungsi untuk menangkap, mengolah dan
menggunakannya di lain waktu ketika di butuhkan. Memori merupakan suatu sistem
yang rumit dengan banyak tahapannya dan saling berinteraksi. Ini berarti dalam memori
terdapat interaksi-interaksi antara data-data dan lapisan-lapisan atau tahapan-tahapan
yang ada di dalamnya.
Sebagian besar model-model yang dikembangkan tahun 1960-an mengajukan tiga
struktur memori yaitu:
1. Pencatatan penginderaan (Sensoric Memori)
Rangsangan yang diterima oleh indera yang kemudian akan diteruskan sebagai
informasi ke sistem memori selanjutnya. Informasi yang terdapat pada stimulus
atau rangsangan dari luar akan diterima manusia melalui panca inderanya.
Informasi tersebut akan tersimpan di dalam ingatan selama tidak lebih dari satu
detik saja. Ingatan tersebut akan hilang lagi tanpa disadari dan akan diganti
dengan informasi lainnya. Ingatan sekilas atau sekelebat yang didapat melalui
panca indera ini biasanya disebut ’sensory memory’ atau ‘ingatan inderawi’.
Berdasar pada apa yang dipaparkan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa,
seperti yang telah sering dialami para guru dan telah dinyatakan dua orang
siswa di bagian awal tulisan ini, pesan atau keterangan yang disampaikan
seorang guru dapat hilang seluruhnya dari ingatan para siswa jika pesan atau
keterangan tersebut terkategori sebagai pencatatan pengideraan. Alasanya,
seperti sudah dipaparkan tadi, pencatatan pengideraan hanya dapat bertahan di
dalam pikiran manusia selama tidak lebih dari satu detik saja.

2. Penyimpanan Jangka Pendek (working memory)


Suatu informasi baru yang mendapat perhatian siswa, tentunya akan berbeda
dari informasi yang tidak mendapatkan perhatian dari mereka. Suatu informasi
baru yang mendapat perhatian seorang siswa lalu terkategori sebagai
penyimpanan jangka pendek. Jelaslah bahwa penyimpanan jangka pendek
adalah setiap Ingatan Inderawi yang stimulusnya mendapat perhatian dari
seseorang.

3
Dengan kata lain, penyimpanan jangka pendek tidak akan terbentuk di dalam
otak siswa tanpa adanya perhatian dari siswa terhadap informasi tersebut.
Penyimpanan jangka pendek ini dapat bertahan relatif jauh lebih lama lagi,
yaitu estimasi waktur yang ada sekitar 20 detik.
Sebagai akibatnya, pengetahuan tentang perbedaan antara kedua ingatan ini lalu
menjadi sangat penting untuk diketahui para guru dan diharapkan akan dapat
dimanfaatkan selama proses pembelajaran di kelasnya. Sekali lagi, perhatian
para siswa terhadap informasi atau masukan dari para guru akan sangat
menentukan diterima tidaknya suatu informasi yang disampaikan para guru
tersebut. Karenanya, untuk menarik perhatian para siswa terhadap bahan yang
disajikan, di samping selalu memotivasi siswanya, seorang guru pada saat yang
tepat sudah seharusnya mengucapkan kalimat seperti: “Anak-anak, bagian ini
sangat penting.” Tidak hanya itu, aksi diam seorang guru ketika siswanya ribut,
mencatat hal dan contoh penting di papan tulis, memberi kotak ataupun garis
bawah dengan kapur warna untuk materi essensial, menyesuaikan intonasi
suara dengan materi, memukul rotan ke meja, sampai menjewer telinga
merupakan usaha-usaha yang patut dihargai dari seorang guru selama proses
pembelajaran untuk menarik perhatian siswanya. Namun hal yang lebih penting
lagi adalah bagaimana menumbuhkan kemauan dan motivasi dari dalam diri
siswa sendiri, sehingga para siswa akan mau belajar dan memperhatikan para
gurunya selama proses pembelajaran sedang berlangsung.

3. Penyimpanan Jangka Panjang (Long Term Memory)


Suatu proses penyimpanan informasi yang permanen. Memori jangka panjang
ini berasal dari memori jangka pendek yang selalu diulang-ulang dan berkesan
bagi individu sehingga informasi yang ia terima dapat bersifat permanen dan
bila suatu saat ia butuhkan maka akan teringat lagi. Informasi yang sudah
tersimpan di dalam penyipanan jangka panjang ini sulit untuk hilang, sehingga
dapat diingat dengan mudah. Jelaslah bahwa penyimpanan jangka panjang
adalah penyimpanan jangka pendek yang mendapat pengulangan. Kata lainnya,
penyimpanan jangka panjang tidak akan terbentuk tanpa adanya pengulangan.
Sehingga dapat disimpulkan sekarang bahwa pengulangan merupakan kata
kunci dalam proses pembelajaran.

2.4 Komponen Belajar


Penerapan teori pengolahan informasi dalam belajar ada tiga tahapan yaitu sebagai
berikut:
1. Perhatian ke Stimulus
Pengolahan system informasi dalam memori manusia di awali ketika isyarat
fisik diterima pencatat sensor melalui indera (Visual, audio, maupun
kenestetik). Isyarat fisik ini, disimpan sebentar untuk diolah dalam system
memori.
2. Mengkode Stimulus

4
Apakah stimulus akan diolah sebagai informasi aktif atau akan lebih lanjut atau
tidak sampai memori jangka panjang sebagai memori inaktif, maka diperlukan
pengolahan lebih lanjut. Proses inilah yang disebut dengan pengkodean yaitu
mengubah stimulus sehingga dapat disimpan sehingga pada waktu lain dapat di
munculkan kembali dengan mudah.
3. Penyimpanan dan Retrival
Pengkodean dimaksudkan untuk menyimpan informasi guna disimpan dalam
memori jangka panjang untuk dapat diingat sewaktu-waktu diperlukan. Untuk
proses ini, sangat bergantung pada bagaimana informasi itu disimpan dan
bagaimana hubungan informasi itu dengan informasi sebelumnya dari memori
jangka panjang.

2.5 Aplikasi Teori Pengolahan Informasi Dalam Belajar


Melihat dari komponen tersebut sudah pasti ketiganya merupakan suatu satu
kesatuan yang harus dilakukan secara berutan dan akan selalu mempengaruhi hasil
yang akan di dapat atau hasil belajar dari peserta didik itu sendiri.
1. Membimbing peserta didik dalam penerimaan stimulus
Sistem memori dapat melakukan proses seleksi atas stimulus-stimulus yang
akan diperhatikannya, ini juga dapat dikatakan bahwa sistem memori manusia
memiliki suatu aplikasi filterasi terhadap stimulus-stimulus yang di
perhatikannya. Kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan berkaitan dengan
memberikan bimbingan perhatian peserta didik terhadap penerimaan stimulus
antara lain:
a) Memusatkan perhatian ke stimulus-stimulus tertentu yang di pilih. Dalam hal ini
pendidik akan memberikan perhatian khusus terhadap siswa mengenai stimulus-
stimulus yang akan dipilih. Jadi dengan demikian siswa/peserta didik akan lebih
terkosentrasi pada stimulus yang telah ditentukan.
b) Mengenali secara awal stimulus dengan kode-kode tertentu. Dalam pengenalan
awal stimulus melalui pengkodean yaitu bagaimana individu mengubah stimulus
yang ada sehingga dapat di simpan dan pada waktu yang lain dapat dimunculkan
kembali dengan mudah. Dalam pengkodean ini akan terjadi proses pengulangan
dan menghubungkan dengan informasi lama yang sudah tertanam dalam
memori manusia.
Hal penting agar kegiatan menyajikan fokus adalah dengan memudahkan peserta
didik dalam menerima informasi yang cermat dan lengkap. Atau dengan ungkapan
lain apakah informasi yang diberikan itu diterima di dalam memori kinirja peserta
didik. Untuk memudahkan penerimaan informasi untuk tujuan behavioral dapat
dilakukan dengan organise muka (advance organize), yaitu merupakan konsep-
konsep paying bagi bahan baru.
Tujuan dengan pemberian kerangka ini atau advance organize yaitu untuk
membantupeserta didik untuk mengetahui dan memperhatikan hal-hal penting dari
material atau bahan pelajaran yang baru. Adapun yang mengatakan bahwa advance

5
organizer juga berguna untuk memberikan kerangka konseptual untuk belajar. Selain
itu melalui advance organizer akan menjadi suatu penghubung antara simpanan
informasi peserta didik pada waktu sekarang dengan dengan belajar yang baru.
Melalui hal ini juga dapat di gunakan sebagai jembatan antara kognitif lama dan
struktur kognitif yang akan diperoleh, sehingga melalui advance organizer dapat
memperlancar proses mengkode pada peserta didik.

Membahas mengenai advance organizer, ada dua jenis organizer yang disampaikan
(mayer: 19979) yaitu:
a) Organizer Ekspositorik yaitu memberikan mekanisme untuk membuat hubungan
logis dalam materi baru. Dalam hal ini yang menjadi titik pusatnya adalah
bagaimana membuat hubungan yang singkron/ masuk akal antara informasi yang
di miliki peserta didik dengan informasi yang akan di peroleh saat proses belajar.
b) Organizer komparatif yaitu memberikan mekanisme untuk menghunbungkan
informasi yang baru dan tidak di kenal dengan pengetahuan yang sudah ada.
Dalam hal ini dapat diartikan juga bahwa melalui organizer ini, peserta didik
akan dibantu untuk memahami informasi yang sama sekali belum dikenal dan
belum ada pada informasi yang sudah dimilikinya. Hal ini akan di lakukan oleh
pendidik melalui pengenalan sederhana mengenai informasi baru tersebut dan
setelah itu akan diperinci. Selain dari pada itu pendidik juga akan memberikan
motivasi pada peserta didik agar mampu untuk memahami informasi baru
tersebut, motivasi yang di berikan dapat berupa data-data pendukung dan
penanaman rasa percaya diri kepada siswa bahwa ia mampu untuk mengkode
dan memunculkan kembali pada waktu yang berbeda (masa datang).

2. Memperlancar pengkodean
Pengkodean berfungsi untuk menyiapkan informasi baru untuk di simpan
kedalam memori jangka panjang.proses ini menghendaki adanya tranformasi
informasi menjadi kode ringkasan guna memudahkan dan mengingat kembali di
waktu kemudian mengenai informasi tersebut. Ada dua rancangan yang berbeda
yang dapat memudahkan pengkodean yaitu dengan memberikan pengisyaratan,
elaborasi, dan cara titian ingatan sebagai pembantu untuk menyusun sandi atau
kode-kode guna memudahkan dalam proses penyimpanan pada memori kerja
peserta didik. Rancangan ini disebut bantuan berbasis pembelajaran, contohnya:
penggunaan sinonim untuk kata-kata yang sulit pertanyaan ulangan, akronim
untuk belajar asosiasi yang sifatnya sembarang. Teknik yang kurang dikenal
juga akan di lakukan pengkodean melalui pemberian petunjuk yang dapat
berupa judul paragraf atau kata-kata yang berhubungan.
Rancangan yang lain adalah berfungsi untuk memberikan kesempatan bagi
terjadinya elaborasi(pengubahan) yang dihasilkan peserta didik, rancangan ini
disebut bantuan berbasis peserta didik. Dalam hal ini peserta didik diberikan
suatu kesempatan untuk mengubah atau melakukan peengubahan dengan
caranya sendiri terhadap informasi agar bagaimana mudah untuk di ingat dan
melakukan retrival (memunculkan kembali). Memperoleh Pada bantuan yang

6
berbasis peserta didik yaitu berupa pengisyaratan baik visual maupun verbal
yang berasal dari peserta didik itu sendiri, yang dapat membantunya belajar
memperoleh asosiasi yang sembarangsaja sifatnya misalnya; sebuah daftar,
methode dan sebagainya.

3. Memperlancar penyimpanan dan retrival


Suatu taktik atau siasat pengkodean sangat penting karena hal ini dapat
meningkatkan kemampuan mengingat kembali pada waktu yang akan datang. Ini
dapat ditujukan berupa: irama bunyi,sajak, kata-kata pokok, citra visual dan
sebagainya, yang semuanya memberikan pengisyaratan untuk maksud retrival
bagi peserta didik dalam proses belajar. Elaborasi berbasis pembelajaran dan
peserta didik keduanya juga memberikan sumbangan yang besardalam proses
mengingat kembali terhadap informasi yang sudah tersimpan dalam memori
menusia.
Proses pemunculan kembali apa yang telah tersimpan atau dsimpan dalam
memori manusia dianalogikan dengan mekanisme penelusuran. Maksud dari hal
itu juga dapat dikatakan bahwa retrival dikatakan sebagai suatu proses
pemunculan informasi yang tersimpan dalam long term memori ( ingatan jangka
panjang) melalui suatu penelusuran dan penyeleksian terhadap informasi yang
akan dimunculkan
Menanggapi penjelasan di atas Norman dan Bobrow, mengemukakan dua
tahapan dalam melaksanakan penelusuran, yaitu:
 Tahap pertama : menetapkan informasi yang diinginkan atau yang ingin
dimunculkan dari dalam ingatan (retrival). Berarti dalam tahap ini individu
melakukan suatu peenyeleksian terhadap informasi-informasi yang ada pada
memorinya dan memilih sesuai apa yang akan di munculkan.
 Tahap kedua : penelusuran yang sebenarnya yaitu dapat dikatakan hal yang
mencakup tindakan peninjauan kembali struktur ingatan dan informasi-
informasi yang terkait di dalamnya, sampai informai yang diinginkan
didapatkan atau di munculkan kembali.asumsi yang di pakai dalam hal ini
adalah bahwa ingatan terdiri dari struktur informasi yang terorganisasi dan
dan proses penelusurannya bergerak secara herarkis, dari informasi yang
paling umum dan eksklusif ke informasi yang umum dan rinci, sampai pada
informasi yang ingin diinginkan atau di munculkan kembali dapat
didapatkan oleh individu.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada penjelasan-penjelasan di atas kami dapat menarik beberapa
kesimpulan antaranya:
1. Pengolahan informasi mengandung pengertian tentang bagaimana seorang
individu mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi
yang diterima individu dari lingkungan.
2. Dalam teori pengolahan informasi terdapat asumsi-asumsi tentang apa,
bagaimana, dimana bisa terjadi teori tersebut.
3. Terdapat tiga unsur struktur memori yaitu: Pencatatan penginderaan (Sensoric
Memori), Penyimpanan Jangka Pendek (working memory), dan Penyimpanan
Jangka Panjang (Long Term Memory).
4. Terdapat tiga tahapan belajar dalam teoti pengolahan informasi yaitu; Perhatian
ke stimulus, Mengkode stimulus, dan memperlancar penyimpanan dan retrival.

Anda mungkin juga menyukai