Anda di halaman 1dari 14

TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

TEORI PENGOLAHAN INFORMASI DAN APLIKASI DALAM


PEMBELAJARAN

Dosen Pengampu: ESKAR DENATARA, S.Pd., M.Pd

Salahuddina Al' Ayubi 202010625010


Muhamad Septia Nurrohman 202010625013
Muhammad Taufiqul Rahman 202010625003

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “Teori
Pengolahan Informasi & Aplikasi dalam Pembelajaran” dalam penulisan
makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan
demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Akhirnya penulis berharap
semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah
memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai
ibadah serta makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Amiin Robbal
Alamiin.

Penyusun
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penulisan
B. PEMBAHASAN
1. Teori Pemerosesan Informasi Pembelajaran
2. Model Pembelajaran Pengolahan/Pemrosesan Informasi
3. Pembelajaran Berdasarkan Teori Pengolah Informasi
C. SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan
2. Saran

DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pengolahan informasi menitik beratkan usahanya pada pelacakan dan pemberian


urutan operasi pikiran dan hasilnya, yang berupa informasi dalam pelaksanaan
tugas kognitif tertentu ( Anderson,1980, hlm.13). bidang lain yang termasuk
dalam psikologi kognitif ialah sub ranah bahasa perumpamaan, memori, persepsi,
intelegensi buatan, dan perkembangan kognitif. Istilah “pengolahan Informasi”
mengandung pengertian adanya pandangan tertentu kearah studi individu. Pusat
perhatiannya adalah cara bagaimana orang mempersepsi, mengorganisasi, dan
mengingat sejumlah besar informasi yang diterima setiap hari dari lingkungan
sekeliling.

Model pemrosesan informasi ditekankan pada pengambilan, penguasaan, dan


pemrosesan informasi. Model ini lebih memfokuskan pada fungsi kognitif peserta
didik. Model ini didasari oleh teori belajar kognitif (Piaget) dan berorientasi pada
kemampuan peserta didik memproses informasi yang dapat memperbaiki
kemampuannya. Pemrosesan Informasi merujuk pada cara
mengumpulkan/menerima stimuli dari lingkungan, mengorganisasi data,
memecahkan masalah, menemukan konsep, dan menggunakan simbol verbal dan
visual.

Teori pemrosesan informasi/kognitif dipelopori oleh Robert Gagne (1985).


Asumsinya adalah pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam
perkembangan. Perkembangan merupakan hasil komulatif dari pembelajaran.
Dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi yang kemudian diolah
sehingga menghasilkan output dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan
informasi terjadi interaksi antara kondisi internal (keadaan individu, proses
kognitif) dan kondisi-kondisi eksternal (rangsangan dari lingkungan). Interaksi
antar keduanya akan menghasilkan hasil belajar. Pembelajaran merupakan
keluaran dari pemrosesan informasi yang berupa kecakapan manusia (human
capitalities) yang terdiri dari: (1) informasi verbal, (2) kecakapan intelektual, (3)
strategi kognitif, (4) sikap, dan (5) kecakapan motorik.

2. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian model Pengolahan Informasi Pembelajaran?


2. Bagaimana Langkah – langkah Model Pengolahan Pembelajaran
Informasi ?
3. Apa saja Model-model Pengolahan informasi dalam pembelajaran?

 
3. Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Pengertian model Pengolahan Informasi


Pembelajaran.
2. Untuk Mengetahui Langkah – langkah Model Pengolahan Pembelajaran
Informasi.
3. Untuk Mengetahui Model-model Pengolahan informasi dalam
pembelajaran

  
BAB II

PEMBAHASAN

Teori Pemrosesan Informasi dalam Pembelajaran

Teori pembelajaran pemrosesan informasi adalah bagian dari teori belajar


sibernetik. Secara sederhana pengertian belajar menurut teori belajar sibernetik
adalah pengolahan informasi. Dalam teori ini, seperti psikologi kognitif mengkaji
proses belajar penting dari hasil belajar namun yang lebih penting dari kajian
proses belajar itu sendiri adalah sistem informasi, sistem informasi inilah yang
pada akhirnya akan menentukan proses belajar.

Penjelasan lebih lanjut dari Bambang Warsita, bahwa berdasarkan kondisi internal
dan eksternal ini, Gagne menjelaskan bagaimana proses belajar itu terjadi. Model
proses belajar yang dikembangkan oleh Gagne didasarkan pada teori pemrosesan
informasi, yaitu sebagai berikut :

1. Rangsangan yang diterima panca indera akan disalurkan ke pusat syaraf dan
diproses sebagai informasi.

2. Informasi dipilih secara selektif, ada yang dibuang, ada yang disimpan dalam
memori jangka pendek, dan ada yang disimpan dalam memori jangka panjang.

3. Memori-memori ini tercampur dengan memori yang telah ada sebelumnya,


dan dapat diungkap kembali setelah dilakukan pengolahan.

Seperangkat proses yang bersifat internal yang dimaksud oleh Gagne adalah
kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk
mencapai hasil belajar dan terjadinya proses kognitif dalam diri individu.
Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang
mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.

Teori pemrosesan informasi bermula dari asumsi bahwa pembelajaran


merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan
salah satu hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut teori ini, belajar
merupakan proses mengelola informasi, namun teori ini menganggap sisitem
informasi yang diproses yang nantinya akan dipelajari siswa adalah yang lebih
penting. Karena informasi inilah yang akan menentukan proses dan bagaimana
proses belajar akan berlangsung akan sangat oleh sistem informasi yang
dipelajari.
Robert Gagne seorang ahli psikologi pendidikan mengembangkan teori belajar
yang mencapai kulminasinya (titik uncak) pada “The Condition of Learning”.
Banyak gagasan Gagne tentang teori belajar, seperti belajar konsep dan model
pemrosesan informasi, pada bukunya “The Condition of Learning”
mengemukakan bahwa: Learning is change in human disposition or capacity, wich
persists over a period time, and which is not simply ascribable to process a
groeth.

Dalam bukunya Robert M. Gagne disebutkan bahwa : A very special kind of


intellectual skill, of particular in probelem solving, is called a cognitive strategy. In
term of modern learning theory, a cognitive strategy is a control process. An
internal process by means of which thinking.[6] Gagne mengemukakan delapan
fase dalam satu tindakan belajar. Fase-fase itu merupakan kejadian-kejadian
eksternal yang dapat distrukturkan oleh siswa atau guru. Setiap fase dipasangkan
dengan suatu proses yang terjadi dalam pikiran siswa. Kejadian-kejadian belajar
itu akan diuraikan dibawah ini, yaitu:

1. Fase motivasi : siswa yang belajar harus diberi motivasi untuk memanggil
informasi yang telah dipelajari sebelumnya.

2. Fase pengenalan : siswa harus memberikan perhatian pada bagian-bagian


yang esensial dari suatu kejadian instruksional, jika belajar akan terjadi.

3. Fase perolehan : apabila siswa memperhatikan informasi yang relevan, maka


ia telah siap untuk menerima pelajaran.

4. Fase retensi : informasi baru yang diperoleh harus dipindahkan dari memori
jangka pendek ke memori jangka panjang. Ini dapat terjadi melalui penggulangan
kembali

5. Fase pemanggilan : pemanggilan dapat ditolong dengan memperhatikan


kaitan-kaitan antara konsep khususnya antara pengetahuan baru dengan
pengetahuan sebelumnya.

6. Fase generalisasi : biasanya informasi itu kurang nilainya, jika tidak dapat
diterapkan diluar konteks di mana informasi itu dipelajari.

7. Fase penampilan : tingkah laku yang dapat diamati. Belajar terjadi apabila
stimulus mempengaruhi individu sedemikan rupa sehingga performancenya
berubah dari situasi sebelum belajar kepada situasi sesudah belajar.
8. Fase umpan balik : para siswa harus memperoleh umpan balik tentang
penampilan mereka yang menunjukkan apakah mereka telah atau belum
mengerti tentang apa yang diajarkan.

Penerapan teori yang salah dalam situasi pembelajaran mengakibatkan terjadinya


proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru
sebagai sentral bersikap otoriter, komunikasi berlangsung dalam satu arah, guru
melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid. Penggunaan hukuman
yang sangat dihindari para tokoh behavioristik dianggap metode paling efektif
untuk menertibkan siswa.

Asumsi yang mendasari teori-teori pemrosesan informasi menjelaskan tentang (1)


hakekat sistem memori manusia, dan (2) cara bagaimana pengetahuan
digambarkan dan disimpan dalam memori. Konsepsi lama mengenai memori
manusia adalah bahwa memori itu semata-mata hanya tempat penyimpanan
untuk menyimpan informasi dalam waktu yang lama, sehingga memori diartikan
sebagai koleksi potongan-potongan kecil informasi yang terlepas-lepas atau saling
tidak ada kaitannya. Akan tetapi pada tahun 1960-an memori manusia mulai
dipandang sebagai suatu struktur yang rumit yang mengolah dan mengorganisasi
semua pengetahuan manusia

Metode ini sangat cocok untuk pemerolehan kemampuan yang membutuhkan


praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur kecepatan spontanitas
kelenturan daya tahan. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak
yang masih membutuhkan peran orang tua. Kekurangan metode ini adalah
pembelajaran siswa yang berpusat pada guru bersifat mekanistis dan hanya
berorientasi pada hasil. Murid dipandang pasif, murid hanya mendengarkan,
menghafal penjelasan guru sehingga guru sebagai sentral dan bersifat otoriter.
 

Model Pembelajaran Pengolahan Informasi

Menurut surya (2004) dalam syaiful sagalas (2012: 74) memiliki beberapa rumpun
model pemrosesan informasi, yaitu: (1) model berpikir induktif, (2) Model latihan
inkuiri, (3) inkuiri ilmiah, (4) penemuan konsep, (5) pertumbuhan konsep, (6)
Model piñata lanjutan, (7) memori. Macam-macam model pemrosesan informasi
di atas akan dibahas secara lengkap sebagai berikut.

1. Berpikir induktif

Model ini merupakan karya besar Hilda taba. Ia juga termasuk salah satu pencetus
model pengembangan kurikulum yang bernama model pengembangan kurikulum
Hilda taba. Model berpikir induktif ini beranggapan bahwa kemampuan berpikir
seseorang itu tidak dengan sendirinya berkembang dengan baik jika proses
pembelajaran dikembangkan tanpa memperhatikan kesesuaian dengan
kebutuhan berpikir seseorang. Kemampuan berpikir harus diajarkan melalui
pendekatan khusus yang memungkin peserta didik terampil dalam berpikir.
Model berpikir induktif ini merupakan suatu strategi mengajar yang
dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik mengubah
informasi. Kemudian model ini dikembangkan atas dasar, (1) kemampuan berpikir
dapat diajarkan, (2) berpikir merupakan suatu transaksi aktif antara individu
dengan data, dan (3) proses berpikir merupakan suatu urutan tahapan yang
beraturan.

2. Latihan inkuiri (inkuiri training)

Model latihan inkuiri dicetuskan oleh richard suchman. Menurutnya bahwa model
ini digunakan untuk melatih peserta didik agar bisa melakukan penelitian,
menjelaskan fenomena, dan memecahkan masalah secara alamiah (saiful sagalas,
2014: 76). Tujuan utama model ini adalah bagaimana agar peserta didik agar bisa
memformulasikan masalah yang menarik, misterius, serta menantang agar
peserta didik bisa berpikir ilmiah.

Kemudian menurut suchman dalam Uno (2009: 14) bahwa peserta didik: (1)
secara alamiah manusia memiliki kecendrungan untuk selalu mencari tahu akan
segala sesuatu yang menarik perhatiannya; (2) manusia akan menyadari rasa
keingintahuan segala sesuatu tersebut dan akan belajar untuk mengalisis strategi
berpikirnya; (3) srtategi baru dapat diajarkan secara langsung dan ditambahkan
atau digabungkan dengan strategi lama yang telah dimiliki oleh peserta didik; (4)
penelitian kooperatif dapat memperkaya kemampuan berpikir dan membantu
peserta didik belajar tentang suatu ilmu yang senantiasa bersifat tentative dan
belajar menghargai penjelasan atau solusi alternative.

3. Inkuri ilmiah

Model inkuri ilmiah ini dipelopori oleh Josep J. Schwab. Model Inkuiri Ilmiah
bertujuan agar peserta didik agar bisa meneliti, menjelaskan fenomena dan
memecahkan masalah secara ilmiah serta mengajarkan bagaimana cara
melakukan pencarian dan perenungan tentang pilihan-pilihan dan alternative-
alternatif yang harus dihadapi manakala memmikirkan makna pendidikan, hakikat
sains, dan karakter pemikiran pendidikan.

4. Model penemuan konsep

Model penemuan konsep ini dipelopori oleh Jerome Bruner. Model ini berangkat
dari suatu pandangan bahwa lingkungan memiliki manusia yang beragam. Peserta
didik harus bisa membedakan, mengkatagorikan, dan menamakan semua itu
sehingga menemukan suatu konsep. Jadi model penemuan konsep adalah suatu
pendekatan yang bertujuan membantu siswa memahami konsep tertentu. Model
ini bisa diterapkan pada semua umur, mulai dari anak-anak sampai pada dewasa

Menurutnya bahwa belajar memiliki tiga proses, yaitu: (1) memperoleh informasi
baru; (2) mentransformasi pengetahuan; (3) menguji relevansi dan ketepatan ilmu
pengetahuan.

5. Pertumbuhan kognitif

Model ini dipelopori oleh jean piaget dkk. Model ini menegaskan bahwa
perkembangan kognitif sebagian besar dipengaruhi oleh manipulasi dan interaktif
aktif peserta didik dengan lingkungannya dimana pengetahuan datang dari
tindakannya. Melalui interaksi dengan lingkungan, struktur kognitif akan selalu
berkembangan pengalaman dan berubah terus menerus selama interaksi itu
belangsung. Cara ini akan membantu peserta didik agar meninmgkatkan
pertumbuhan intelektualnya yang dimulai dari proses reflektif sampai pada
peserta didik mampu memikirkan kejadian potensial dan secara mental mampu
mengeksplorasi kemungkinan akibatnya.
PEMBELAJARAN BERDASARKAN TEORI PENGOLAH INFORMASI
Penerapan teori pengolah informasi dalam pembelajaran berasal dari asumsi
bahwa memori manusia itu suatu system yang aktif, yang menyeleksi,
mengorganisasi dan mengubah menjadi sandi informasi dan keterampilan bagi
penyimpannya untuk dipelajari. Para ahli teori kognitif berasumsi bahwa belajar
yang berhasil sangat bergantung pada tindakan belajar daripada hal-hal yang ada
dilingkungan.
Komponen belajar menurut teori pengolah informasi seperti dipaparkan bada
bagain awal bahwa komponen belajar adalah sebagai berikut :
1. Perhatian ditujukan pada stimulus
2. Pengkodean stimulus
3. Penyimpanan dan mendapatkan kembali (retrival).
Atas dasar komponen komponen belajar tersebut selanjutnya hal yang esensial
dari pembelajaran yang dapat dilakukan adalah :

a. Membimbing peserta didik dalam penerimaan stimulus


System memori manusia dapat melakukan proses seleksi atas stimulus-stimulus
yang akan diperhatikannya. Kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan
berkaitan dengan memberikan bimbingan perhatian peserta didik terhadap
penerimaan stimulus antara lain:
1) Memusatkan perhatian ke stimulus-stimulus tertentu yang dipilih
2) Mengenali secara awal stimulus dengan kode-kode tertentu.

b. Memperlancar Mengkode
Selama belajar, fungsi pengkodean adalah untuk menyiapakn informasi baru
untuk disimpan ke dalam memori jangka panjang. Proses ini, menghendaki
transformasi informasi menjadi kode ringan untuk memudahkan mengingat
kembali diwaktu kemudian. Ada dua rancangan yang berbeda yang dapat
memudahkan pengkodean yaitu dengan memberkan pengisyarat, elaborasi, dan
cara titian ingatan (mneumonik) sebagai pembantu untuk menyusun sandi,
ancangan ini disebut bantuan berbasis pembelajaran.
Ancangan yang lain adalah untuk memberikan kesempatan bagi terjadinya
elaborasi yang dihasilkan peserta didik, ancangan ini disebut bantuan berbasis
peserta didik. Bantuan berbasis pembelajaran misalnya penggunaan sinonim
untuk kata-kata yang sulit, ihtisar bab, pertanyaan ulangan, dan akronim untuk
belajar asosiasi yang sembarang sifatnya. Teknik yang kurang dikenal yang bisa
memudahkan pengkodean dari buku pelajaran ialah memberikan tanda petunjuk.
Tanda-tanda petunjuk misalnya, judul paragraph, priview, kata-kata petunjuk
seperti “ayangnya, “yang penting” dan seterusnya.
Bantuan yang berbasis peserta didik, pengisarat baik visual maupun verbal yang
berasal dari peserta didik itu sendiri dapat membantunya memperoleh asosiasi
yang sembarang saja sifatnyas misalnya sebuah daftar, metode loci dan
sebagainya.
Penerapan khusus pengisarat dari peserta didik disebut metode kata penting atau
kata kunci untuk belajar bahasa asing. Metode katas-kata penting berguna untuk
informasi yang kurang inheren organisasi atau asosiasinya, tetapi elaborasi oleh
peserta didik dapat juga memudahkan pengkodean untuk materi-materi
pembelajaran, misalnya menggaris bawahi bacaan dan membuat catatan.

c. Memperlancar penyimpanan dan retrival


Siasat pengkodean penting karena dapat meningkatkan kemampuan mengingat
kembali kelak. Irama bunyi, akronim, sajak, kata-kata pokok, citra visual,
semuanya memberikan pengisaratan untuk maksud retrival bagi peserta didik
dalam belajar. Elaborasi berbasis pembelajaran dan elaborasi basis peserta didik
kedua memberikan sumbangan dalam mengingat kembali.

Proses pemunculan kembali apa yang telah disimpan dalam ingatan dianalogikan
dengan mekanisme penelusuran. Norman dan Bobrow (dalam Degeng 1989)
Mengemukakan dau tahap dalam melaksanakan penelusuran. Tahapan pertama
adalah untuk menetapkan informasi yang diinginkan (yang ingin dimunculkan dari
dalam ingatan). Tahapan kedua adalah untuk penelusuran yang sebenarnya, yaitu
mencakup tindakan peninjauan kembali struktur ingatan sebenarnya, yaitu yang
mencakup tindakan peninjauan kembali struktur ingatan dan informasi-informasi
yang terkati di dalamnya, sampai informasi yang diinginkan didapatkan.
Asumsi yang dipakai dalam penelusuran informasi dalam ingatan adalah bahwa
ingatan terdiri dari struktur informasi yang terorganisasi dan proses
penelusurannya bergerak secra hirarkis, dari informasi yang paling umum dan
inklusif ke informasi yang umum dan rinci, sampai informasi yang diinginkan
diperoleh.
BAB III

PENUTUP

Simpulan

Model pembelajaran adalah suatu konseptual yang melukiskan prosedur yang


sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar. Model pembelajaran berlandaskan pada prinsip-prinsip pendidikan, teori-
teori psikologis, sosiologis, psikiatri, analisis sistem, atau teori-teori lainnya.
Khususnya model pembejaran pemrosesan informasi berlandaskan teori belajar
kognitif yang dimana berorientasi pada kemampuan siswa memproses informasi
dan sistem-sistem yang dapat memperbaiki kemampuannya.

Model pembelajaran pada umumya mempunyai beberapa cici-ciri, yakni (1)


berlandaskan teori belajar, (2) mempunyai tujuan, (3) sebagai pedoman dalam
memperbaiki proses belajar, (4) terdiri dari bagian (sintaks, prinsip reaksi, sistem
social serta pendukung lainnya), (5) adanya dampak, serta (6) sebagai pedoman
dalam mendesain pembelajaran.

Model pembelajaran pemrosesan informasi adalah model pembelajaran yang


bertujuan agar peserta didik agar bisa berpikir logis, berkreasi, produktif serta
agar bisa memecahkan memecahkan masalah yang sedang dan akan dihadapinya
dalam kehidupan sehari-hari.

Saran

Dalam makalah ini hanya menyajikan secara singkat rumpun model pembelajaran
pemrosesan informasi. Dalam tiap rumpun model ini, mempunyai pembahasan
yang sangat luas dan mendalam. Oleh karena itu, pembaca diharapkan agar bisa
mendalaminya lagi.
Daftar Pustaka

https://www.google.com/amp/s/rizkayuni01.wordpress.com/2015/07/02/teori-belajar-
pengolahan-informasi/amp/

https://www.google.com/amp/s/hafiizhramadan.wordpress.com/2017/12/28/pengolahan-
informasi-pembelajaran-dalam-perspektif-psikologi-pendidikan/amp/

http://makalahpendidikanislamlengkap.blogspot.com/2015/06/teori-pemrosesan-informasi-
robert-mills.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai