Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “Teori
Pengolahan Informasi & Aplikasi dalam Pembelajaran” dalam penulisan
makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan
demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Akhirnya penulis berharap
semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah
memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai
ibadah serta makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Amiin Robbal
Alamiin.
Penyusun
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penulisan
B. PEMBAHASAN
1. Teori Pemerosesan Informasi Pembelajaran
2. Model Pembelajaran Pengolahan/Pemrosesan Informasi
3. Pembelajaran Berdasarkan Teori Pengolah Informasi
C. SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
Penjelasan lebih lanjut dari Bambang Warsita, bahwa berdasarkan kondisi internal
dan eksternal ini, Gagne menjelaskan bagaimana proses belajar itu terjadi. Model
proses belajar yang dikembangkan oleh Gagne didasarkan pada teori pemrosesan
informasi, yaitu sebagai berikut :
1. Rangsangan yang diterima panca indera akan disalurkan ke pusat syaraf dan
diproses sebagai informasi.
2. Informasi dipilih secara selektif, ada yang dibuang, ada yang disimpan dalam
memori jangka pendek, dan ada yang disimpan dalam memori jangka panjang.
Seperangkat proses yang bersifat internal yang dimaksud oleh Gagne adalah
kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk
mencapai hasil belajar dan terjadinya proses kognitif dalam diri individu.
Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang
mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
1. Fase motivasi : siswa yang belajar harus diberi motivasi untuk memanggil
informasi yang telah dipelajari sebelumnya.
4. Fase retensi : informasi baru yang diperoleh harus dipindahkan dari memori
jangka pendek ke memori jangka panjang. Ini dapat terjadi melalui penggulangan
kembali
6. Fase generalisasi : biasanya informasi itu kurang nilainya, jika tidak dapat
diterapkan diluar konteks di mana informasi itu dipelajari.
7. Fase penampilan : tingkah laku yang dapat diamati. Belajar terjadi apabila
stimulus mempengaruhi individu sedemikan rupa sehingga performancenya
berubah dari situasi sebelum belajar kepada situasi sesudah belajar.
8. Fase umpan balik : para siswa harus memperoleh umpan balik tentang
penampilan mereka yang menunjukkan apakah mereka telah atau belum
mengerti tentang apa yang diajarkan.
Menurut surya (2004) dalam syaiful sagalas (2012: 74) memiliki beberapa rumpun
model pemrosesan informasi, yaitu: (1) model berpikir induktif, (2) Model latihan
inkuiri, (3) inkuiri ilmiah, (4) penemuan konsep, (5) pertumbuhan konsep, (6)
Model piñata lanjutan, (7) memori. Macam-macam model pemrosesan informasi
di atas akan dibahas secara lengkap sebagai berikut.
1. Berpikir induktif
Model ini merupakan karya besar Hilda taba. Ia juga termasuk salah satu pencetus
model pengembangan kurikulum yang bernama model pengembangan kurikulum
Hilda taba. Model berpikir induktif ini beranggapan bahwa kemampuan berpikir
seseorang itu tidak dengan sendirinya berkembang dengan baik jika proses
pembelajaran dikembangkan tanpa memperhatikan kesesuaian dengan
kebutuhan berpikir seseorang. Kemampuan berpikir harus diajarkan melalui
pendekatan khusus yang memungkin peserta didik terampil dalam berpikir.
Model berpikir induktif ini merupakan suatu strategi mengajar yang
dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik mengubah
informasi. Kemudian model ini dikembangkan atas dasar, (1) kemampuan berpikir
dapat diajarkan, (2) berpikir merupakan suatu transaksi aktif antara individu
dengan data, dan (3) proses berpikir merupakan suatu urutan tahapan yang
beraturan.
Model latihan inkuiri dicetuskan oleh richard suchman. Menurutnya bahwa model
ini digunakan untuk melatih peserta didik agar bisa melakukan penelitian,
menjelaskan fenomena, dan memecahkan masalah secara alamiah (saiful sagalas,
2014: 76). Tujuan utama model ini adalah bagaimana agar peserta didik agar bisa
memformulasikan masalah yang menarik, misterius, serta menantang agar
peserta didik bisa berpikir ilmiah.
Kemudian menurut suchman dalam Uno (2009: 14) bahwa peserta didik: (1)
secara alamiah manusia memiliki kecendrungan untuk selalu mencari tahu akan
segala sesuatu yang menarik perhatiannya; (2) manusia akan menyadari rasa
keingintahuan segala sesuatu tersebut dan akan belajar untuk mengalisis strategi
berpikirnya; (3) srtategi baru dapat diajarkan secara langsung dan ditambahkan
atau digabungkan dengan strategi lama yang telah dimiliki oleh peserta didik; (4)
penelitian kooperatif dapat memperkaya kemampuan berpikir dan membantu
peserta didik belajar tentang suatu ilmu yang senantiasa bersifat tentative dan
belajar menghargai penjelasan atau solusi alternative.
3. Inkuri ilmiah
Model inkuri ilmiah ini dipelopori oleh Josep J. Schwab. Model Inkuiri Ilmiah
bertujuan agar peserta didik agar bisa meneliti, menjelaskan fenomena dan
memecahkan masalah secara ilmiah serta mengajarkan bagaimana cara
melakukan pencarian dan perenungan tentang pilihan-pilihan dan alternative-
alternatif yang harus dihadapi manakala memmikirkan makna pendidikan, hakikat
sains, dan karakter pemikiran pendidikan.
Model penemuan konsep ini dipelopori oleh Jerome Bruner. Model ini berangkat
dari suatu pandangan bahwa lingkungan memiliki manusia yang beragam. Peserta
didik harus bisa membedakan, mengkatagorikan, dan menamakan semua itu
sehingga menemukan suatu konsep. Jadi model penemuan konsep adalah suatu
pendekatan yang bertujuan membantu siswa memahami konsep tertentu. Model
ini bisa diterapkan pada semua umur, mulai dari anak-anak sampai pada dewasa
Menurutnya bahwa belajar memiliki tiga proses, yaitu: (1) memperoleh informasi
baru; (2) mentransformasi pengetahuan; (3) menguji relevansi dan ketepatan ilmu
pengetahuan.
5. Pertumbuhan kognitif
Model ini dipelopori oleh jean piaget dkk. Model ini menegaskan bahwa
perkembangan kognitif sebagian besar dipengaruhi oleh manipulasi dan interaktif
aktif peserta didik dengan lingkungannya dimana pengetahuan datang dari
tindakannya. Melalui interaksi dengan lingkungan, struktur kognitif akan selalu
berkembangan pengalaman dan berubah terus menerus selama interaksi itu
belangsung. Cara ini akan membantu peserta didik agar meninmgkatkan
pertumbuhan intelektualnya yang dimulai dari proses reflektif sampai pada
peserta didik mampu memikirkan kejadian potensial dan secara mental mampu
mengeksplorasi kemungkinan akibatnya.
PEMBELAJARAN BERDASARKAN TEORI PENGOLAH INFORMASI
Penerapan teori pengolah informasi dalam pembelajaran berasal dari asumsi
bahwa memori manusia itu suatu system yang aktif, yang menyeleksi,
mengorganisasi dan mengubah menjadi sandi informasi dan keterampilan bagi
penyimpannya untuk dipelajari. Para ahli teori kognitif berasumsi bahwa belajar
yang berhasil sangat bergantung pada tindakan belajar daripada hal-hal yang ada
dilingkungan.
Komponen belajar menurut teori pengolah informasi seperti dipaparkan bada
bagain awal bahwa komponen belajar adalah sebagai berikut :
1. Perhatian ditujukan pada stimulus
2. Pengkodean stimulus
3. Penyimpanan dan mendapatkan kembali (retrival).
Atas dasar komponen komponen belajar tersebut selanjutnya hal yang esensial
dari pembelajaran yang dapat dilakukan adalah :
b. Memperlancar Mengkode
Selama belajar, fungsi pengkodean adalah untuk menyiapakn informasi baru
untuk disimpan ke dalam memori jangka panjang. Proses ini, menghendaki
transformasi informasi menjadi kode ringan untuk memudahkan mengingat
kembali diwaktu kemudian. Ada dua rancangan yang berbeda yang dapat
memudahkan pengkodean yaitu dengan memberkan pengisyarat, elaborasi, dan
cara titian ingatan (mneumonik) sebagai pembantu untuk menyusun sandi,
ancangan ini disebut bantuan berbasis pembelajaran.
Ancangan yang lain adalah untuk memberikan kesempatan bagi terjadinya
elaborasi yang dihasilkan peserta didik, ancangan ini disebut bantuan berbasis
peserta didik. Bantuan berbasis pembelajaran misalnya penggunaan sinonim
untuk kata-kata yang sulit, ihtisar bab, pertanyaan ulangan, dan akronim untuk
belajar asosiasi yang sembarang sifatnya. Teknik yang kurang dikenal yang bisa
memudahkan pengkodean dari buku pelajaran ialah memberikan tanda petunjuk.
Tanda-tanda petunjuk misalnya, judul paragraph, priview, kata-kata petunjuk
seperti “ayangnya, “yang penting” dan seterusnya.
Bantuan yang berbasis peserta didik, pengisarat baik visual maupun verbal yang
berasal dari peserta didik itu sendiri dapat membantunya memperoleh asosiasi
yang sembarang saja sifatnyas misalnya sebuah daftar, metode loci dan
sebagainya.
Penerapan khusus pengisarat dari peserta didik disebut metode kata penting atau
kata kunci untuk belajar bahasa asing. Metode katas-kata penting berguna untuk
informasi yang kurang inheren organisasi atau asosiasinya, tetapi elaborasi oleh
peserta didik dapat juga memudahkan pengkodean untuk materi-materi
pembelajaran, misalnya menggaris bawahi bacaan dan membuat catatan.
Proses pemunculan kembali apa yang telah disimpan dalam ingatan dianalogikan
dengan mekanisme penelusuran. Norman dan Bobrow (dalam Degeng 1989)
Mengemukakan dau tahap dalam melaksanakan penelusuran. Tahapan pertama
adalah untuk menetapkan informasi yang diinginkan (yang ingin dimunculkan dari
dalam ingatan). Tahapan kedua adalah untuk penelusuran yang sebenarnya, yaitu
mencakup tindakan peninjauan kembali struktur ingatan sebenarnya, yaitu yang
mencakup tindakan peninjauan kembali struktur ingatan dan informasi-informasi
yang terkati di dalamnya, sampai informasi yang diinginkan didapatkan.
Asumsi yang dipakai dalam penelusuran informasi dalam ingatan adalah bahwa
ingatan terdiri dari struktur informasi yang terorganisasi dan proses
penelusurannya bergerak secra hirarkis, dari informasi yang paling umum dan
inklusif ke informasi yang umum dan rinci, sampai informasi yang diinginkan
diperoleh.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Saran
Dalam makalah ini hanya menyajikan secara singkat rumpun model pembelajaran
pemrosesan informasi. Dalam tiap rumpun model ini, mempunyai pembahasan
yang sangat luas dan mendalam. Oleh karena itu, pembaca diharapkan agar bisa
mendalaminya lagi.
Daftar Pustaka
https://www.google.com/amp/s/rizkayuni01.wordpress.com/2015/07/02/teori-belajar-
pengolahan-informasi/amp/
https://www.google.com/amp/s/hafiizhramadan.wordpress.com/2017/12/28/pengolahan-
informasi-pembelajaran-dalam-perspektif-psikologi-pendidikan/amp/
http://makalahpendidikanislamlengkap.blogspot.com/2015/06/teori-pemrosesan-informasi-
robert-mills.html?m=1