Anda di halaman 1dari 58

PENDEKATAN PEMROSESAN INFORMASI

KELOMPOK 13

PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Dosen Pengampu: Dr. Yuzarion., S.Psi., M.Si

OLEH:

RONALDO NASARIO MAGANG 210704406


FERIHANA 2107044009
ILHAMSYAH MUHAMMAD N 210704411

MAGISTER PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah. Segala puji hanya untuk Allah, Rabb semesta alam. Shalawat
serta salam semoga selalu Allah curahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Atas pertolongan dan karunia Allah, makalah yang berjudul “Pendekatan
Pemrosesan Sebuah informasi” ini dapat terselesaikan.
Makalah ini merupakah tugas yang diberikan dalam kuliah Psikologi Pendidikan,
yang diampu oleh Bapak Dr. Yuzarion, S.Ag., S.Si., M.Psi. Semoga Allah senantiasa
menjaga dan memberkahi beliau dimanapun berada.
Topik yang dibahas pada makalah ini adalah seputar Perkembangan Agama,
lengkap dengan pembahasan seputar sejarah dan tahapannya. Selain itu pula, di dalam
makalah ini diterangkan telaah psikologis dan syariat Islam terkait perkembangan
Agama.
Tentunya, makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.
Oleh karenanya, penulis sangat terbuka untuk menerima saran dan masukan yang
konstruktif. Demikianlah sekilas kata pengantar ini. Semoga makalah ini bermanfaat
dan dapat digunakan sebgaimana mestinya.

Yogyakarta, 21 Oktober 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2. Tujuan 5
BAB II PEMBAHASAN 5
2.1 Teori Pendekatan Pemrosesan Sebuah informasi 5
2.2 Tahapan Pendekatan Pemrosesan Sebuah informasi 9
BAB III PEMBAHASAN 13
3. Pemrosesan Sebuah informasi dalam Perspektif Islam 5
BAB IV PENUTUP 17
3.1. Kesimpulan 17
3.2. Penutup 17
DAFTAR PUSTAKA 18
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu teori kognitif yang menjelaskan sebuah proses belajar pada diri seseorang yang
berkenaan dengan tahap-tahap sebuah proses pengolahan sebuah informasi ialah teori
pemrosesan sebuah informasi. Menurut teori ini sebuah proses belajar tidak berbeda halnya
dengan sebuah proses menerima, menyimpan dan mengungkapkan kembali dengan sebuah
informasi-sebuah informasi yang telah diterima sebelumnya. Genjala-gejala tentang belajar dapat
dijelaskan jika sebuah proses belajar itu dianggap sebagai sebuah proses transformasi masukan
menjadi keluaran.

Menurut Gagne bahwasanya dalam pembelajaran terjadi sebuah proses penerimaan sebuah
informasi, untuk kemudian diolah, sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar.
Dalam pemrosesan sebuah informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan
kondisi-kondisi eksternal seseorang. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri seseorang yang
perlu adanya untuk mencapai hasil belajar dan sebuah proses kognitif yang terjadi dalam
seseorang. Sedangkan kondisi eksternal ialah stimulus dari lingkungan yang mempengaruhi
seseorang dalam sebuah proses pembelajaran.

Banyak hal terkait pemrosesan sebuah informasi yaitu perhatian, ingatan (penyimpanan data),
keahlian dan matakognisi. Perhatian ialah memfokuskan sumber mental. Pointnya disini adalah
sebuah proses pemrosesan sebuah informasi berfungsi sebagai memusatkan pikiran kepada
sebuah informasi yang diterima. Sedangkan ingatan (penyimpanan data) dalam sebuah proses
pemrosesan sebuah informasi berfungsi sebagai tempat penyimpanan sebuah informasi.
Kemudian keahlian yang berfungsi sebagai kemampuan kita untuk mengingat sebuah informasi.
Adapun metakognisi yang berfungsi sebagai suatu model pemrosesan sebuah informasi yang
efektif dengan mendorong mereka memeriksa apa yang mereka ketahui tentang cara pikiran
mereka memsebuah proses sebuah informasi.
Bnayak teori belajar disampaikan para ahli dari berbagai aliran. Paparan ini mencoba menyajikan
pemahaman tentang belajar dari sudut pandang pendekatan pemrosesan sebuah informasi.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, maka rumusan maslah yang dapat diambil ialah:

1. Apa pengertian dari pendekatan pemrosesan sebuah informasi?

2. Apa pengertian dari ingatan (penyimpanan data)?

3. Apa pengertian dari keahlian?

4. Apa pengertian dari metakognisi?

C. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini ialah untuk:

1. Mendeskripsikan pendekatan pemrosesan sebuah informasi.

2. Mendeskripsikan ingatan (penyimpanan data).

3. Mendeskripsikan keahlian.

4. Mendeskripsikan metakognisi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sifat Pendekatan Pemrosesan Sebuah informasi

Pendekatan pemrosesan Informasi menyatakan bahwasanya “murid mengolah sebuah informasi,


memonitornya, dan menyusun strategi berkenaan dengan sebuah informasi tersebut. Inti
pendekatan ini ialah sebuah proses ingatan (penyimpanan data) dan sebuah proses
berpikir (thinking)”. Menurut pendekatan pemrosesan sebuah informasi, anak secara berthap
mengembangkan kemampuan untuk memsebuah proses sebuah informasi, dan karenanya sedar
berthap pula mereka bisa mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang kompleks. Beberapa
pendekatan pemrosesan informasip memilki kecenderungan yang lebih konstruktivis ketembang
pendekatan lainnya. Mereka mempunyai kecenderungan konstruktivis memandang guru sebagai
pembimbing kognitif untuk tugas akademik dan murid sebagai pelajar yang berusaha memahami
tugas tersebut (Mayer, 2001, 2002).

1. Pandangan Siegler

Robert Siegler (1998) mendeskripsikan tiga karakteristik utama dari pendekatan pemrosesan
sebuah informasi : sebuah proses berpikir, mekanisme pengubah, dan modifikasi diri.

a. Pemikiran

Menurut pendapat Siegler (2002), berpikir (thinking) ialah pemrosesan sebuah informasi. Dalam
hal ini Siegler memberikan perspektif luas tentang apa itu penyandian (encoding), merepre-
sentasikan, dan menyimpan sebuah informasi dari dunia sekelilingnya, mereka sedang
melakukan sebuah proses berpikir. Siegler mempercayai bahwa bahwasanya pikiran ialah
sesuatu yang sangat fleksibel, yang menyebabkan seseorang bisa beradaptasi dan menyesuaikan
diri dengan perubahan dalam lingkungan, tugas, dan tujuan. Tetapi, ada batas kemampuan
berpikir manusia ini. Seseorang hanya dapat memerhatikan sejumlah sebuah informasi yang
terbatas pada satu waktu, dan kecepatan untuk memsebuah proses sebuah informasi juga
terbatas.

b. Mekanisme Pengubah

Siegler (2002) berpendapat bahwasanya dalam pemrosesan sebuah informasi fokus utamanya
ialah pada peran mekanisme pengubah dan perkembangan. Dia mempercayai bahwa bahwasanya
ada empat mekanisme yang bekerja sama menciptakan perubahan dalam keterampilan kognitif
anak: encoding (penyandian), otomatisasi, konstruksi strategi, dan generalisasi.

1) Encoding

Encoding ialah sebuah proses memasukkan sebuah informasi ke dalam ingatan (penyimpanan
data). Siegler mengatakan bahwasanya aspek utama dari pemecahan problem ialah menyandikan
sebuah informasi yang relavan dan mengabaikan sebuah informasi yang tidak relevan. Karena
biasanya dibutuhkan waktu dan usaha untuk menyusun strategi baru, anak harus melatihnya
untuk melaksanakan peyandian secara otomatis maksimalkan efektivitasnya.

2) Otomatisitas

Istilah otomatisitas (automaticity) ialah “kemampuan untuk memproses sebuah informasi


dengan sedikit atau tanpa usaha. Seiring dengan bertambahnya usia dan pengalaman, pemrosesan
sebuah informasi menjadi makin otomatis, dan anak bisa mendeteksi hubungan-hubungan baru
antara ide dan kejadian” (Kail, 2002).

3) Kontruksi Strategi

Mekanisme ketiga ialah kontruksi strategi yaitu penemuan prosedur baru untuk memsebuah
proses sebuah informasi. Siegler (2001) mengatakan bahwasanya anak perlu menyadikan sebuah
informasi kunci untuk suatu problem dan mengoordinasikan sebuah informasi tersebut dengan
pengetahuan sebelumnya yang relavan untuk memecahkan masalah.
4) Generalisasi

Agar mendapat manfaat penuh dari strategi baru itu, perlu adanya generalisasi. Anak perlu
melakukan generalisasi, atau mengaplikasikan, strategi pada problem lain. Transfer terjadi saat
anak mengaplikasikan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya untuk mempelajari atau
memecahkan problem dalam situasi yang baru.

2. Modifikasi Diri

Pendekatan pemrosesan sebuah informasi kontemporer menyatakan bahwasanya, seperti dalam


teori perkembangan kognitif Piaget, anak memainkan peran Aktif dalam perkembangan mereka.
Mereka menggunakan pengetahuan dan strategi yang telah mereka pelajari untuk menyesuaikan
respons pada situasi pembelajaran yang baru. Dengan cara ini, anak membangun respons baru
dan lebihcanggih berlandaskan pada pengetahuan dan strategi saebelumnya. Arti penting
modifikasi diri dalam pemrosesan sebuah informasi dicontohkan metakognisi, yang berarti
kognisi tentang kognisi, atau “mengetahui tentang mengetahui” (Flavell, 199; Flavell Miller, &
Miller, 2002).

B. Ingatan (penyimpanan data)

Ingatan (penyimpanan data) atau ingatan ialah retensi sebuah informasi. Para psikologi
pendidikan memepelajari bagaimana sebuah informasi diletakan atau disimpan dalam ingatan
(penyimpanan data), bagaimana ia dipertahnakan atau disimpan setelah disediakan (encoded),
dan bagaimana ia ditemukan atau diungkap kembali untuk tujuan tertentu dikemudian hari.
Ingatan (penyimpanan data) membuat diri kita terasa berkesinambungan. Tnapa ingatan
(penyimpanan data) , anda tidak akan mampu menghubungkan apa yang terjdai kemarin dengan
apa yang anda alami sekrang. Dewasa ini, para psikolog pendidikan menyatakan bahwasanya
ialah penting untuk tidak memandang ingatan (penyimpanan data) dari segi bagaimana anak
menambahkan sesutu kedalam ingatan, tetapi harus dilihat dari segi bagaimana anak menyusun
ingatan (penyimpanan data) mereka (Schacter, 2001)
1. Enconding

Dalam bahasa sehari-hari, encoding banyak kemiripan dengan atensi dan pembelajaran. Saat
murid mendengarakan guru bicara, menonton film, mendengarkan musik, atau bicara dengan
kawan, dia sedang menyediakan sebuah informasi kedalam ingatan (penyimpanan data). Ada
enam konsep yang berhubungan dengan encoding, yakni atensi, pengulangan, pemrosesan
mendalam, elaborasi, mengkonstruksi citra (imaji), dan penatann organisasi)

a. Atensi

Atansi ialah “mengonsentrasikan dan memfokuskan sumber daya mental. Salah satu keahlian
penting dalam memerhatikan ialah seleksi. Atensi bersifat selektif karena sumber daya otak
terbatas” (Mangels, Piction, & Craik, 2001).

Kemampuan berpindah dari satu aktivitas ke aktifias yang lain secara tepat ialah tantangan lain
yang berhubungan dengan atensi. Misalnya, belajar menulis cerita yang bagus membuuthkan
kemampuan unutk berpindah-pindah dari aktivitas mneulis huruf, menata kalimat, menyuun
paragraf, dan menyampaikan cerita secara keseluruhan. Kamampuan meggeser atensi anak yang
lebih tua dan orang dewasa lebih baik ketimbang anak yang lebih muda dan anak kecil.

b. Pengulangan (rehearsal)

Pengulangan (rehearsal) ialah repitisi sebuah informasi dari waktu ke waktu agar sebuah
informasi lebih lama berada di dalam ingatan (penyimpanan data). Pengulangan akan bekerja
dengan baik apabila murid perlu menyandikan dan mengingat daftar item untuk periode waktu
yang singkat. Saat mereka mempertahamkan sebuah informasi untuk jangka waktu yang
panjang, seperti saat mereka belajar untuk ujian yang akan dilakukan lebih dari seminggu lagi,
maka lebih dilakukan strategi selain pengulangan. Alasan utama kenapa cara pengulangan tidak
bisa bekerja baik untuk mempertahankan imformasi untuk jangka panjang ialah karena
pengulangan sering kali hanya berupa mengulang-ulang sebuah informasi tanpa memberikan
makna pada sebuah informasi itu. Ketika murid mengkonstruksi ingatan (penyimpanan data)
mereka dengan cara yang bermakna, mereka kan bisa mengingat dengan lebih baik. Seperti yang
kan kita lihat nanti, mereka juga mengingat dengan lebih baik jika mereka memesebuah proses
materi secara mendalam dan mengelaborasinya.

c. Perosesan mendalam

Setelah diketahui bahwasanya pengulangan (rehearsal) bukan cara yang efektif untuk menye-
diakan sebuah informasi untuk ingatan (penyimpanan data) jangka panjang (Fergus Craik dan
Robert Lockhart 1972) menagtakan bahwasanya “kita dapat memsebuah proses sebuah informasi
pada berbagai level. Teori mereka, yakni teori level pemrosesan, menyatakan bahwasanya
pemrosesan ingatan (penyimpanan data) terjadi pada kontinum dari dangkal ke dalam, dimana
pemrosesan yang mendalam akan menghasilkan ingatan (penyimpanan data) yang lebih baik.
Ciri indrawi atau fisik dari suatu stimuli akan dianalisis terlebih dahulu pada level dangkal. Ini
dialkukan dengan mendeteksi garis, sudut, garis, dan kontur (countur) dari huruf cetak atau
frekuensi, durasi, dan kekrasan suara. Para peneliti telah menemukan bhwa seseorang mengingat
sebuah informasi dengan lebih baik jika mereka memsebuah prosesnya pada level yang lebih
dalam” (Otten, Henson, & Rugg, 2001)

d. Elaborasi

Elaborasi ialah ekstensivitas pemrosesan ingatan (penyimpanan data) dalam penyandian. Jadi
saat anda menyajikan konsep demokrasi kepad murid, mereka kemungkinan mengingatnya
dengan lebih baik jika mereka diberi contoh lebih bagus dari demokrasi. Mencari contoh ialah
cara yang bagus utuk mengelaborasi sebuah informasi. Misalnya, referensi diri (self-
reference) ialah cara yang efektif untuk mngelaborasi sebuah informasi.

Penggunaan elaborasi berubah seiring dengan perkembangan (Schneider & Pressley, 1997).
“Remaja lebih mungkin menggunakan elaborasi secara spontan ketimbang anak-anak. Anak SD
bisa diajari menggunakan elaborasi pada satu tugas belajarnya, tetapi jika dibandingkan dengan
remaja, mereka mungkin tidak menggunakan elaborasi untuk tugas belajar lain. walaupun
demikian, elaborasi verbal dapat menjadi strategi ingatan (penyimpanan data) yang efektif
bahkan untuk anak-anak SD. Salah satu alasan kenapa elaborasi bisa bekerja dengan baik dalam
menyediakan sebuah informasi ialah karena elaborasi menambahkan perbedaan dalam kode
ingatan (penyimpanan data) (Ellis, 1987). Untuk mengingat satu sebuah informasi, seperti nama,
pengalaman atau fakta geografi, murid perlu mencari satu kode yang memuat sebuah informasi
di natara berbagai kode dalam ingatan (penyimpanan data) jangka panjang mereka. Sebuah
proses pencarian itu akan lebih mudah apabila kode ingatan (penyimpanan data)nya unik” (Hunt
& Kelly, 1996)

e. Mengkonstruksi citra (imaji)

“Ketika kita mengkonstruksi citra dari sesuatu, kita sedang mengelaborasi sebuah informasi.
Allan Paivio (1971, 1986) mempercayai bahwasanya ingatan (penyimpanan data) disimpan
melalui satu atau dua cara: sebagai kode verbal atau sebagi kode citra/imaji. Paivio mengatakan
bahwasanya semakin detail dan unik dari suatu kode citra, maka semakin baik ingatan
(penyimpanan data) anda dalam menginbat sebuah informasi itu. Para peneliti telah menemukan
bahwasanya mengajak anak untuk menggunakan imaji guna mengingat sebuah informasi verbal
ialah cara yang baik bagi anak yang lebih tua ketimbang anak yang lebih muda”. (Schneider &
pressley, 1997).

f. Penataan

Apabila murid menata (mengorganisasikan) sebuah informasi ketika mereka menyediakanya,


maka ingatan (penyimpanan data) mereka akan banyak terbantu. Semakin tertata imformasia
yang disampaikan, semakin mudah untuk mengingatnya. Ini terutama berlaku jika menata
imformasi secara hierarkis atau menjelaskannya. Chunking (“pengemasan”) ialah strategi
penataan ingatan (penyimpanan data) yang baik, yakni dapat mengelompokan atau “mengepak”
sebuah informasi menjadi unit-unit “higherorder” yang dapat diingat sebagai satu
tunggal. Chunking dilakukan dengan membuat sejumlah besar sebuah informasi menjadi lebih
mudah dikelola dan lebih bermakna.

2. Penyimpanan
Setelah murid menyandikan sebuah informasi, mereka perlu mempertahankan atau menyimpan
sebuah informasi. Di antara aspek paling menonjol dari penyimpanan ingatan (penyimpanan
data) ialah tiga simpanan utama, yang berhubungan dengan tiga kerangka waktu yang berbeda,
ingatan (penyimpanan data) sensoris, working memory (atau ingatan (penyimpanan data) jangka
pendek), dan ingatan (penyimpanan data) jangka panjang.

a. Kerangka waktu ingatan (penyimpanan data)

Anak-anak mengingat beberpa imformasi selam kurang dari satu detik, beberapa sebuah
informasi diingat selama setengah menit, dan sebuah informasi lainnya diingat bebrpa menit,
jam, tahun, bahkan seumur hidup. Tiga tipe ingatan (penyimpanan data) yang sesuai dengan
kerangka waktunya ialah ingatan (penyimpanan data) sensoris (yang berlangsung hanya beberpa
detik); ingatan (penyimpanan data) jangka pendek (juga disebut working memory, bertahan
sekitar 30 detik); dan ingatan (penyimpanan data) jangka panjang (bertahan samapi seumur
hidup).

1) Ingatan (penyimpanan data) sensoris

Ingatan (penyimpanan data) sensoris atau sensory memory mempertahankan sebuah informasi
dari dunia dalam bentuk sensoris aslinya hanya selama beberapa saat, atau lebih lama ketimbang
waktu murid menerima sensasi visual, suara, dan sesnsai lainnya. Murid mempunyai ingatan
(penyimpanan data) sensori untuk suara lama beberapa detik, kurang lebih seperti lamanya suatu
gema suara. Akan tetapi, memeori sensoris untuk gambar visual bertahan hanya sekitar
seperempat detik. Karena sebuah informasi sensosri bertahan hanya sesaat, ialah penting bagi
murid untuk memperhatikan sebuah informasi sensoris yang penting bagi pemebelajaran mereka.

2) Memeori jangka pendek

Ingatan (penyimpanan data) jangka pendek ialah sistem ingatan (penyimpanan data)
berkemampuan terbatas di mana sebuah informasi diperthankan sekitar 30 detik, kecuali sebuah
informasi itu di ulangi atau disebuah proses lebih lanjut, di mana dalam kasus itu daya tahan
simpanannya dapat lebih lama. Dibandingkan dengan ingatan (penyimpanan data) sensoris,
memeori jangka pendek kemampuannya terbatas tetepi durasinya relatif lebih panjang.
Keterbatasan kemampuannya menarik perhatian George Miller (1956), yang mendiskripsikan
dalam sebuah paper yang berjudul menarik “The Megical Number Seven, Plus or Minus Two”.
Miller menujukkan bahwasanya terbatasanya kemempuan murid dalam menyimpan sebuah

informasi tanpa bantuan eksternal. Biasanya batasan itu pada kisaran 7 ± 2 item.

Berkaitan dengan ingatan (penyimpanan data) jangka pendek ini, psikologi inggris Alan
Badelley (1993, 1998, 2000, 2001) mengemukan bahwasanya “working memory ialah sistem tiga
bagian yang secara temporer mempetehankan sebuah informasi saat orang melakukan
tugas. Working memory ialah semcam meja kerja mental di mana sebuah informasi dikelola atau
dimanipulasi dan dipadukan untuk membantu kita membuat keputusan, memecah maslah, dan
memahami bahasa tulis dan lisan. Perhatikan bahwasanya working memory tidak seperti toko
pasif dengn rak-rak penyimpan sebuah informasi sampai dia pindah ke ingatan (penyimpanan
data) jngka panjang. Sebaliknaya, working memory ialahsistem memory yang sangat aktif”.
(Engle, 2002). Gambar di bawah ini memperlihatkan pandangan: phonological loop, visual
spatial memory, dan central executive. Ini bisa dianalogikan satu eksekutif (central
executive) dengan dua sistem (phonological loop dan visual-spatial memory) yang membantu
dalam mengerjakan tugas.

 Phenological loop dikhususkan untuk menyimpan suara bahasa dari sebuah informasi
pembicaraan. Bagian ini memuat dua komponen terpisah: kode akustik (suara) yang
menghilang setelah beberapa detik, dan pengulangan (rehearsal), yang mambuat
seseorang dapat mengulangi kata dalam gudang fonologi ini.

 Visual-spatial working memory menyimpan sebuah informasi visual dan spesial,


termasuk imaji visual. Seperti phenological loop, memory visual-spetial ini
berkemampuan terbatas. Kedua memory ini berfungsi secsrs terpisah (independen). Anda
bisa mngulang-ulang angka angka dalam phenological-loop sembari membuat susunan
spasialdari angka-angka itu dalam visual-spatial working ingatan (penyimpanan data).

 Cental executive bukan hanya mengintegrasikan sebuah informasi dari phenomological


loop dan visual spatial working memory, tetapi juga dari ingatan (penyimpanan data)
jangka panjang. Menurut Baddeley, cental ececutiv memainkan peran penting dalam
atensi, perencanaan, dan pengorganisasian perilaku. Central executive brtindak seperti
penyelia (supervisor), yang memonitor sebuah informasi dan isu mana yang layak
mendapat perhatian dan mana yang sebaiknya diabaikan. Ia juga memilih strategi mana
yang dipakai untuk memesebuah proses sebuah informasi dan memecehakn problem.
Sebagaiman halnya dengan dua komponen lainnya, phenomological loop dan visual-
spatial working memory, executive central punya kemampuan terbatas.

3) Memory jangka panjang

Memory jangka panjang ialah tipe ingatan (penyimpanan data) yang menyimpan banyak sebuah
informasi selam periode waktu yang lama secara relatif permanen. Kemampuan ingatan
(penyimpanan data) jangka panjang manusia sungguh mengherakan. Ilmuan komputer John von
Neumann menyebutkan ukuran 2,8 x 10 (280 kuin triliun) bit, yang berarti bahwasanya
kemampuan penyimpanan ingatan (penyimpanan data) jangka panjang pada dasarnya tidak
terbatas. Bahkan yang lebih mengesankan ialah efektifsi yang yang dilakukan sesorang untuk
mengmbila sebuah informasi.

1. Model Tiga Simpanan Ingatan (penyimpanan data)

“Konsep ingatan (penyimpanan data) tiga tahap yang telah kita deskripsikan di atas
dikembangkan oleh Richar Atkinson dan Richard Shiffrin (1968). Menurut Model Atkinson-
Shiffrin, ingatan (penyimpanan data) melibatkan sekuensi tahap memory sensoris, ingatan
(penyimpanan data) jangka pendek, dan meori jangka panjang Seperti kita telah lihat, banyak
sebuah informasi; hanya beda pada tahap ingatan (penyimpanan data) sensoris, seperti suara dan
penglihatan. Sebuah informasi ini hanya disimpan sebentar. Akan tetapi, ada beberapa sebuah
informasi, teutama yang kita perhatikan, ditransfer ke ingatan (penyimpanan data) jangka
pendek, di mana ia bisa dipertahankan selama 30 detik (atau lebih dengan bantuan pengulangan).
Atkinson dan Shiffrin mengatakan bahwasanya semakin lama sebuah informasi dipertahankan
dalam ingatan (penyimpanan data) jangka pendek dengan bantuan pengulangan, semakin besar
kemungkinannya untuk masuk ke ingatan (penyimpanan data) jangka panjang. Perhatikan
gambar di bawah ini, bahwasanya sebuah informasi di ingatan (penyimpanan data) jangka
panjang bisa juga ditarik kembali ke ingatan (penyimpanan data) jangka pendek.
Beberapa pakar ingatan (penyimpanan data) kontemporer mempercayai bahwa
bahwasanya model Atkinson Shiffrin terlau sederhana” (Bartlett, 2001). Mereka mengatakan
bahwasanya ingatan (penyimpanan data) tidak selalu bekerja dalam urutan tiga tahap yang rapi
seperti dalam model Atkinson dan Shiffrin. Misalnya, para pakar ini menekankan
bahwasanya working memory menggunakan isi ingatan (penyimpanan data) jangka panjang
secara lebih fleksibel ketimbang hanya sekadar mengambil sebuah informasi darinya. Walaupun
mengandung masalah, model ini berguna untuk menjelaskan beberapa komponen ingatan
(penyimpanan data).

a. Isi ingatan (penyimpanan data) jangka panjang

Sebagaimanan tipe ingatan (penyimpanan data) dapat dibedakan berlandaskan pada berapa lama
ingatan (penyimpanan data) itu disimpan, demikian pula ingatan (penyimpanan data) dapat
dibedakan ber dasarkan isinya. Banyak psikolog kontemporer sependapat bahwasanya ada
hierarki isi ingatan (penyimpanan data) jangka panjang, seperti ditunjukkan dalam gambar di
bawah ini (Bartlett, 2001; Squire 1987). Dalam hierarki ini, ingatan (penyimpanan data) jangka
panjang dibagi menjadi subtipe ingatan (penyimpanan data) deklaratif dan ingatan (penyimpanan
data) prosedural. Ingatan (penyimpanan data) deklaratif dibagi lagi menjadi ingatan
(penyimpanan data) episodik dan ingatan (penyimpanan data) semantik.

1) Ingatan (penyimpanan data) deklaratif

Ingatan (penyimpanan data) deklaratif ialah rekoleksi atau pengingatan kembali sebuah
informasi secara sadar, seperti fakta spesifik atau kejaidan yang dapat dikomunikasikansecara
verbal. Ingatan (penyimpanan data) deklaratif pernah disebut sebagai “mengetahui bahwasanya”,
dan belakangan ini diberi label “ingatan (penyimpanan data) eksplisit”. Bentuk ingatan
(penyimpanan data) deklaratif muridmisalnya penjelasan ulang atas kejadian yang telah mereka
saksikan atau mendeskripsikan prinsip dasar matematika. Akan tetapi, murid tidak perlu bicara
untuk menggunakan ingatan (penyimpanan data) deklaratif. Apabila murid duduk dan
merenungkan pengalamannya, maka ingatan (penyimpanan data) deklaratif mereka sudah
bekerja. Psikolog kognitif Endel Tulving (1972, 2000) membedakan dua subjek subtipe ingatan
(penyimpanan data) deklaratif; episodik dan semantik.
a) Ingatan (penyimpanan data) episodik ialah retensi sebuah informasi tentang dimana dan
kapan terjadinya suatu peristiwa dalam hidup. Kenangan murid tentang masa-masa awal sekolah,
dengan siapa mereka makan siang, atau tamu yang datang di kelas mereka seminggu yang lalu,
merupakan ingatan (penyimpanan data) episodic.

b) Ingatan (penyimpanan data) semantik ialah pengetahuan umum murid tentang dunia.
Ingatan (penyimpanan data) ini mencakup :

· Pengetahuan tentang pelajaran di sekolah (seperti pengetahuan geometri).

· Pengetahuan tentang bidang keahlian yang berbeda (seperti pengetahuan catur dari
pemain catur berumur 15 tahun).

· Pengetahuan “sehari-hari” tentang makna kata, orang terkenal, tempat-tempt penting, dan
hal-hal umum (seperti apa arti kata gaul atau siapa itu Nelson Mandela atau Gus Dur)

2) Ingatan (penyimpanan data) procedural

“Ingatan (penyimpanan data) procedural ialah pengetahuan non deklaratif dalam bentuk
keterampilan dan operasi kognitif. Ingatan (penyimpanan data) procedural tidak dapat secara
sadar diingat kembali, setidaknya dalam bentuk fakta atau kejadian spesifik. Ini membuat ingatan
(penyimpanan data) procedural menjadi sulit, jika bukannya mustahil, untuk dikomunikasikan.
Ingatan (penyimpanan data) procedural terkadnag dinamakanmengetahui bagaimana, dan
belakangan ini juga disebut sebagai ingatan (penyimpanan data) implicit”. (Schacter, 2000).
Ketika murid mengaplikasikan kemampuan mereka untuk menari, naik sepeda, atau mengetik di
komputer, maka mereka menggunakan ingatan (penyimpanan data) procedural. Ingatan
(penyimpanan data) ini juga bekerja ketika mereka bicara dengan tata bahasa yang benar
tanpamemikirkan bagiamana cara melakukannya.

b. Mempresentasikan sebuah informasi dalam ingatan (penyimpanan data)

Bagaimana murid memperesentasikan sebuah informasi dalam ingatan (penyimpanan data)? Ada
dua teori untuk menjawab pertanyaan ini: teori jaringan dan teori skema.
1) Teori jaringan

Teori jaringan (network theories) mendeskripsikan bagiamana sebuah informasi di ingatan


(penyimpanan data) diorganisir dan dihubungkan. Teori ini memerhatikan titik-
titik simpul (nodes) dalam jaringan ingatan (penyimpanan data). Misalkan konsep”burung”.
Salah satu teori jaringan yang paling awal mendeskripsikan representasi ingatan (penyimpanan
data) sebagai representasi yang disusun secara hierarkis dengan konsep yang lebih konkret
(misalnya “kenari”) diletakkan di bawah konsep yang lebihabstrak (seperti “burung”). Tetapi,
kemudian disadari bahwasanya jaringan hierarki itu terlalu rapi untuk mendeskripsikan secara
akurat bagaimana kerja representasi ingatan (penyimpanan data) actual. Mislanya, murid
membutuhkan waktu lebih lama untuk menjawab pertanyaan, “apakah kenari termasuk burung?”
Jadi, para peneliti ingatan (penyimpanan data) dewasa ini membayangkan jaringan ingatan
(penyimpanan data) lebih sebagai jaringan yang tidak teratur. Burung tertentu, seperti kenari,
lebih dekat dengan titik simbul atau pusat kategori “burung” ketimbang burung unta.

2) Teori skema

Ingatan (penyimpanan data) jangka panjang telah lama dibandingkan dengan perpustakaan.
Idenya menyatakan bahwasanya ingatan (penyimpanan data) kita menyimpan sebuah informasi
seperti halnya perpustakaan atau toko buku. Dalam analogi ini, cara murid mengambil sebuah
informasi di katakan sama dengan sebuah proses saat mereka mencari dan memeriksa buku.
Akan tetapi, sebuah proses pemgambilan sebuah informasi dari ingatan (penyimpanan data)
jangka panjang tidak sama persis dengan analogi perpustakaan ini. Saat kita mencari sesuatu di
gudang ingatan (penyimpanan data) jangka panjang kita, kita tidak selalu menemukan “buku”
tepat seperti yang kita inginkan, atau mungkin kita menemukan “buku” itu tetapi hanya
menemukan “beberapa halaman” saja yang utuh kita harus merekonstruksi halaman lainnya.

Teori skema menyatakan bahwasanya “ketika kita merekonstruksi sebuah informasi, kita
menyesuaikannya dengan sebuah informasi yang sudah ada di bena kita. Sebuah skema ialah
sebuah informasi konsep, pengetahuan, sebuah informasi tentang kejadian yang sudah eksis
dalampikiran seseorang. Anda ingat kembali deskripsi skema dalam teori Piaget? Skema dari
pengetahuan sebelumnya memengaruhi cara kita menyandikan, membuat sebuah informasi, dan
mengambil sebuah informasi. Berbeda dengan teori jaringan, yang berasumsi bahwasanya
pengambilan sebuah informasi melibatkan fakta spesifik,teori skema menyatakan bahwasanya
pencarian di emori jangka panjang tidak melibatkan fata yang sangat tepat. kita sering tak
menemukan secara tepat apa yang kau inginkan, dan kita harus mengkonstruksikan fata lainnya.
Ketika diminta mengambil sebuah informasi dari ingatan (penyimpanan data), kita seringkali
mengisi gap antara ingatan (penyimpanan data) kitayang berfragmentasi dengan bermacam-
macam fakta yang akurat dan tidak akurat”.

Teori skema muncul dalam studi Frederick Bartlett (1932) “tentang bagaimana orang mengingat
cerita. Bartlett memerhatikan tentang bagaimana latar belakang seseorang, yang disandikan
dalam skema, akan mengungkapkan dirinya dalam rekonstruksi seseorang (modifikasi dan
distorsi) atas isi cerita”.

Kita punya skema untuk segala jenis sebuah informasi. Jika anda mengisahkan cerita di kelas
Anda, seperti War of The Ghosts atau cerita lainnya, dan kemudian menyuruh murid menuliskan
cerita itu, kemungkinan anda akan memperoleh banyak versi yang berbeda. Artinya, murid Adan
tidak akan mengingat setiap detail dari cerita. Misalkan anda menceritakan tentang dua lelaki dan
dua wanita yang mengalami kecelakaan kereta api di Perancis. Seorang murid mungkin akan
merekonstruksi cerita itu dengan mengatakan b ahwa mereka tewas dalam kecelakaan pesawat,
atau yang lainnya mungkin menyebut ketiga wanita dan tiga lelaki, atau mungkin laainnya
mengatakan kecelakaan itu terjadi di jerman, dan sebagianya. Rekonstruksi dan distorsi ingatan
(penyimpanan data) tampak lebih jelas dalam ingatan (penyimpanan data) orang yang terlibat
dalam pengadilan. Dalam pengadilan kriminas seperti kasus O.J. Simpson, variasi ingatan
(penyimpanan data) orang tentang apa yang terjadi menjelaskan bagaimana kita merekonstruksi
masa lalu di mana kita tidak menjelaskan masa lalu sama persis dengan kejadian sebenarnya.

“Ringkasnya, teori skema secara akurat memprediksi bahwasanya orang tidak selalu menyimpan
dan mengambil data seperti komputer mengambil data” (Schacter, 2001). Pikiran juga dapat
mendistorisi kejadian saat ia menyandikan dan menyimpan kesan dan realitas.

script ialah skema untuk suatu kejadian. Script sering kali mengandung sebuah informasi
tentang cirri fisik, orang dan kejadian tertentu. Jenis sebuah informasi ini amat membantu ketika
guru dan murid perlu mencari tahu apa yang terjadi di sekitar mereka. Dalam satu script untuk
aktivitas seni, murid mungkin mengingat bahwasanya anda akan menyuruh mereka untuk
menggambar, bahwasanya mereka harus menghiasi baju mereka, bahwasanya mereka harus
mencari kertas gambar dan melukis dengan kuas, bahwasanya mereka harusm embersihkan kuas
setelah selesai, dan seterusnya. Misalnya, murid yang datang terlambat mungkin akan tetap tahu
apa yang harus mereka lakukan karena dia punya script aktivitas seni.

c. Mengambil kembali dan melupakan

1) Pengambilan kembali

Ketika kita mengambil sesuatu dari “gudang data” mental, kita menelusuri gudang ingatan
(penyimpanan data) kita untuk mencari sebuah informasi yang relevan. Seperti hslnya dengan
penyandian, pencarian ini bisa otomatis atau bisa juga membutuhkan beberapa usaha. Misalnya,
jika Anda bertanya pada murid bulan apa sekarang,. Jawabannya mungkin muncul segera.
Artinya, pengambilan kembali ini bersifat otomatis. Tetapi, jika Anda bertanya kepada murid
Anda nama tamu yang datang ke kelas dua bulan lalu, maka sebuah proses pengambilan sebuah
informasinya mungkin membutuhkan lebih banyak usaha.

Posisi item dalam suatu daftar juga memengaruhi tingkat kemudahan dan kesulitan dalam
mengingat. Efek Posisi Serial berarti bahwasanya orang lebih mudah mengingat item yang ada di
awal dan akhir dari suatu daftar ketimbang item yang ada ditengah. Misalnya, saat Anda
memberi petunjuk pada murid arah untuk mendapatkan bantuan tutoring. Anda mengatakan,
“Belok kiri di Rawamangun, belok kanan di Monas” ketimbang “Belok kanan di tugu
tani.” Primacy effect berarti item di awal suatu daftar cenderung akan lebih diingat. Recency
effect berarti bahwasanya item yang berada di akhir daftar juga cenderung lebihdiingat.

“Efek posisi serial bukan hanya berlaku untuk datar, tetapi juga pada kejadian-kejadian. Jika
anda memberikan pelajaran sejarah selama seminggu, dan kemudian menanyakannya kepada
murid pada hari sEnin minggu berikutnya, mereka mungkin akan dapat mengingat apa yang anda
katakana pada hari Jum’at minggu sebelumnya dan kurang bisa mengingat apa yang anda
katakana pada hari Rabu minggu sebelumnya. Faktor lain yang memengaruhi pengambilan ini
ialah sifat dari petunjuk yang digunakan orang untuk mendongkrak ingatan (penyimpanan data)
merek”.a (Allan, dkk., 2001). Murid dapat menciptakan petunjuk yang efektif. Misalnya, apabila
murid menghadapi “rintangan” untukmengingat nama tamu yang datang ke kelas dua bulan lalu,
dia mungkin bisa menggunakan alphabet, menciptakan nama untuk masing-masing huruf.
Apabila berhasil “tersandung” pad nama yang benar, kemungkinan dia akan mengenalinya.
Ketika seseorang diminta untuk mengingat serangkaian kata, kata yang terakhir biasanya paling
diingat, kemudian kata diurutan pertama juga mudah diingat, sedangkan kata di tengah-tengah
kurang bisa diingat secara efektif.

“Konsisdensi lain dalam memahami pengambilan sebuah informasi ialah prinsip spesifitas
penyandian (encoding specifity principle), yaitu bahwasanya asosiasi yang dibentuk saat
penyandian atau pembelajaran cenderung akan menjadi petunjuk yang efektif untuk pengambilan
Kembali” (Hannon & Craik, 2001). Misalnya, “bayangkan seorang anak umur 13 tahun
menyandikan sebuah informasi tentang Bunda Teresa: Dia lahir di Albania, menghabiskan
sebagian besar hidupnya di India, menjadi biarawati Katolik Romawi, sedih melihat ornag-orang
sakit dan sekarat di jalan-jalan di Calcutta, dan memenangkan Hadiah Nobel kemanusiaankarena
membantu orang-orang miskin dan menderita. Kata-kata seperti Hadiah Nobel Calcutta, dan
kemanusiaan dapat dipakai sebagai petunjuk saat anak itu berusaa mengingat namanya, Negara
tempat dia tinggal, dan agamanya. Konsep spesifitas penyandian sesuai dengan diskusi elaborasi
kita di atas: semakin banyak anak melakukan elaborasi dalam menyandikan sebuah informasi,
semakin baik mereka dalam mengingat sebuah informasi. Spesifisitas penyandian dan elaborasi
mengungkapkanbetapa saling terkaitnya penyandian dan pengambilan sebuah informasi tersebut.
Masih ada aspek pengambilan lain, yakni sifat dari tugas pengambilan itu sendiri”. (Nobel &
Shiffrin, 2001). Mengingat (recall) ialah tugas ingatan (penyimpanan data) di mana seseorang
harus mengambil sebuah informasi yang telah dipelajari, seperti ketika murid harus mengisi soal
atau menjawab pertanyaan. Rekognisi atau pengenalan (recognition) ialah sebab ingatan
(penyimpanan data) di mana seseorang hanya harus mengidentifikasi (“mengenali”) sebuah
informasi yang telah dipelajari, seperti dalam soal ujian pilihan berganda. Banyak murid lebih
suka pilihan berganda sebab soal seperti itu memberi mereka petunjuk sedangkan soal isian tidak
memberikan petunjuk apa pun.

2) Melupakan

“Salah satu bentuk melupakan melibatkan petunjuk atau isyarat (cue) yang baru saja kita
diskusikan. Cue dependent forgetting ialah kegagalan dalam mengambil kembali informaso
karena kurangnya petunjuk pengambilan yang efektif (Nairne, 2000). Gagsaan cue dependent
forgetting ini dpapat menjelaskan mengapa murid mungkin gagal untuk mengambil fakta yang
dibutuhkan untuk ujian bahkan saat dia merasa yakin “mengetahui” sebuah informasi tersebut”.
(Williams & Zacks, 2001). Misalnya, jika Anda belajar untuk menghadapi tes psikologi
pendidikan dan diberi pertanyaan tentang perbedaan antara mengingat dan mengenalli dalam
pengambilan sebuah informasi, anda mungkinakan bisa mengingat perbedaan itu dengan lebih
baik apabila anda punya petunjuk “isilah titik-titik dan “pilihan berganda”.

Prinsip cue dependent forgetting sesuai dengan teori interferensi, yang menyatakan bahwasanya
kita lupa bukan karena kita kehilangan ingatan (penyimpanan data) dari tempat penyimpanan,
tetapi karena ada sebuah informasi lain yang menghambat upaya kita untuk mengingat sebuah
informasi yang kita inginkan. Bagimurid yang belajar untuk ujian biologi, kemudian untuk ujian
sejarah, dan kemudian dia menempuh ujian biologi dahulu, maka sebuah informasi tentang
sejarah akan mencampuri ingatan tentang biologi. Jadi, teori interferensi mengimplikasikan
bahwasanya strategi belajar yang baik ialah mempelajari lebih dahulu ujian yang akandiberikan
terakhir. Jadi dalam contoh di atas, murid akan lebih baik belajar sejarah dahulu dan kemudian
belajar biologi. Strategi ini juga sesuai dengan recendy effect yang telah kita diskusikan di muka.
Strategi ini juga sesuai dengan recency effect yang telah kita diskusikan di muka. Renungkan
bagiamana pengetahuan teori interferensi ini bisamemantu anda saat anda mereview rencana
anda untuk memberikan ujian bagi murid anda.

Sumber lupa lainnya ialah penurunan ingatan (penyimpanan data). Menurut decay
theory, pembelajaran baru akan melibatkan pembentukan “jejak ingatan (penyimpanan data)”
neurokimia, yang akan terpecah. Jadi, teori ini menyatakan bahwasanya berlalunya waktu bisa
membuat orang menjadi lupa. Peneliti ingatan (penyimpanan data) Daniel Schacter (2001)
menyebut pelupaan yang terjadi karena berlalunya waktu sebagai transience. Penurunan ingatan
(penyimpanan data) berlangsung pada kecepatan yang berbeda-beda. Beberapa ingatan
(penyimpanan data) tetap kuat dan bertahan selama periode waktu yang panjang, terutama jika
itu punya kaitan emosional. Kita sering mengingat ingatan (penyimpanan data) “yang terang” ini
dengan akurasi yang tepat dan jelas. Misalnya, anda baru saja menyaksikan kecelakaan, atau
mengalami kecelakaan, menjalani acara pesta kelulusan sekolah, mengalami pengalaman
romantic, dan anda mendengar tentang runtuhnya world trade center. Kemungkinan besar anda
akan mampu mengambil atau mengingat sebuah informasi ini bertahun-tahun sesudah kejadian
tersebut terjadi.
C. KEAHLIAN

Keahlian disini berhubungan dengan kemampuan kita untuk mengingat sebuah informasi baru
tentang subjek. Kemampuan kita untuk mengingat sebuah informasi suatu subjek bergantung apa
yang telah kita ketahui tentangnya (Carver & Klahr, 2001; Ericson & yang lainnya, 2006; Keil
2006). Sebagai contoh, kemampuan seorang siswa untuk menceritakan apa yang ia lihat ketika ia
berada di perpustakaan sebagian besar ditentukan oleh apa yang telah ia ketahui tentang
perpustakaan, seperti dimanakah letak buku dengan topic tertentu dan cara meminjam buku.
Apabila pengetahuannya akan perpustakaan sangat sedikit, siswa tersebut akan memiliki lebih
banyak kesulitan dalam meceritakan apa yang ada di sana. Salah satu alasan mengapa anak
mengingat lebih sedikit ketimbang orang deawasa ialah karena mereka kurang ahli dalam banyak
bidang.

1. Keahlian dan Pembelajaran

Mempelajari perilaku dan sebuah proses pikiran para ahli bisa memberikan kita wawasan tentang
cara membimbing para siswa untuk menjadi pelajar yang lebih efektif. Menurut National
Reserch Council (1999), mereka lebih baik dari pada pemula dalam: Cara yang anda bisa
gunakan untuk membantu siswa – siswa anda mempelajari dan mengingat ketrampilan –
ketrampilan yang digunakan para ahli:

a. Mendeteksi fitur – fitur dan pola sebuah informasi yang bermakna.

b. Mengakumulasi lebih banyak pengetahuan materi dan mengukurnya dalam cara yang
menunjukkan pemahaman topic.

c. Mendapatkan kembali aspek pengetahuan yang penting dengan sedikit usaha.

d. Menyesuaikan satu pendekatan untuk situasi baru.

e. Menggunakan stratetegi yang efektik.

2. Pola Organisasi yang Bermakna


“Di dalam mendeteksi fitur dan pola organisasi yang berarti ini para ahli lebih baik dalam
memperhatikan fitur – fitur penting dari masalah dan konteks yang mungkin diabaikan oleh para
pemula” (Bransford & yang lainnya, 2006). Para ahli juga memiliki pengingatan kembali yang
lebih baik akan sebuah informasi dalam bidang keahlian mereka. Sebuah proses chunking, yang
telah kita bahas sebelumnya, merupakan satu cara mereka mencapai pengingatan kembali yang
unggul ini.

3. Organisasi dan Kedalaman Pengetahuan

“Pengetahuan para ahli diatur di sekitar idea tau konsep penting lebih baik bila dibandingkan
dengan pengetahuan para pemula (National Research Council, 1999). Ini memberi para ahli
pemahaman yang jauh lebih mendalam akan pengetahuan dibandingkan yang dimiliki para
pemula”. (Bransford &yang lainnya, 2006; Simon, 2001; Voss & yang lainnya, 1984). Para ahli
bidang tertentu biasanya memiliki jaringan sebuah informasi yang jauh lebih terelaborasi tentang
bidang tersebut dibandingkan para pemula. Sebuah informasi yang mereka hadirkan dalam
ingatan (penyimpanan data) mempunyai lebih banyak titik temu, lebih banyak keterkaitan, dan
organisasi hierarki yang lebih baik.

4. Pemanggilan Cepat

Pengambilan kembali sebuah informasi yang relevan dapat dilakukan dengan banyak usaha,
sedikit usaha, atau tanpa usaha sama sekali (National Research Council, 1999). Para ahli
mendapatkan mendapatkan kembali sebuah informasi dalam cara yang hamper tanpa usaha dan
otomatis, sementara para pemula mengembangkan banyak usaha untuk mendapatkan kembali
sebuah informasi. Sebagai contoh, para pembaca yang sudah ahli bisa dengan cepat menandai
kata2 dari sebuah kalimat dan paragraph, namun kemampuan para pembaca yang masih pemula
untuk mengkodekan kata – kata masih belum lancar, sehingga mereka harus mengalokasikan
banyak perhatian dan waktu untuk pekerjaan ini.

5. Keahlian Adaptif
“Pertanyaan penting lainnya ialah apakah beberapa cara dalam menata pengetahuan ialah lebih
baik ketimbang cara lainnya dalam rangka membantu orang lebih fleksibel dan beradaptai
dengan situasi baru” (National Research Council, 1999). “Pakar adaptif mampu untuk
memahami situasi baru secara fleksibel, tidak acara kaku atau tetap”. (Hatano, 1990).

6. Strategi

Para ahli menggunakan strategi yang efektif dalam memahami sebuah informasi dalam bidang
keahlian mereka dan dalam mengajukannya. Sebelumnya kita membahas mengenai strategi yang
bisa digunakan siswa untuk mengingat sebuah informasi. Adapun beberapa strategi efektif yang
bisa dikembangkan siswa – siswi untuk menjadi ahli dalam pembelajaran:

a. Menyebarkan dan mengonsolidasi pembelajaran

Sebuah proses belajar murid akan banyak tertolong apabila guru bicara dengan mereka tentang
arti penting dari review atas apa yang telah mereka pelajari. Contohnya seperti pembelajaran
yang membutuhkan periode yang lebih lama seperti mempersiapkan ujian nasional. Anak – anak
yang mepersiapkan ujian akan mendapatkan manfaat dari distribusi pembelajaran selama periode
yang lebih lama daripada hanya pembelajaran yang tergesa – gesa yang cenderung menghasilkan
ingatan (penyimpanan data) jangka pendek yang disebuah proses secara dangkal, bukanya secara
mendalam.

b. Mengajukan pertanyaan untuk diri sendiri

Strategi pengajuan pertanyaan untuk diri sendiri ini bisa membantu anak dalam mengingat
sebuah informasi. Ketika anak – anak menanyai diri mereka sendiri tentang apa yang telah
mereka baca atau tentang satu aktivitas, mereka memperluas jumlah asosiasi sebuah informasi
yang perlu mereka dapatkan kembali.

c. Mencatat dengan baik

Mencatat ini juga ialah strategi yang bagus untuk menjadikan anak ahli dalam pembelajaran
karena hal ini akan memberikan manfaat untuk mereka. Adapun beberapa strategi pencatatan
yang bagus yaitu ringkasan, menulis garis besar, peta konsep. Ketiga strategi pencatatan tersebut
membantu anak – anak memgevaluasi ide yang paling penting untuk diingat.
d. Menggunakan sistem studi

Sistem studi yang baru dikembangkan untuk menjadikan anak ahli dalam pembelajaran ialah
PQ4R yang merupakan singkatan dari Preview, Question, Read, Reflect, Recite dan Review.

1) Preview ialah memberitahu siswa – siswi untuk secara singkat menyurvei materi guna
mendapatkan organisasi secara keseluruhan.

2) Question berarti mendorong siswa mananyai diri mereka sendiri tentang materi tersebut.

3) Read berarti mendorong siswa – siswi untuk membaca dan menjadi pembaca yang aktif.

4) Reflect berarti mendorong siswa – siswi untuk bersikap analitis dalam belajar.

5) Recite berarti Mendorong anak untuk membuat pertanyaan mengenai materi tersebut.

6) Review berarti memeberitahu siswa – siswi untuk membaca lagi seluruh materi dan
mengevaluasi apa yang mereka ketahui.

7. Memperoleh Keahlian

Dalam memperoleh kehlian, maka ada dua hala yang harus menjadi perhatian, yaitu:

a. Latihan dan motivasi

“Salah satu pandangan mengenai keahlian menyatakan bahwasanya latihan yang disengaja ialah
syarat untuk menjadi seorang ahli atau pakar. Ini bukan hanya satu jenis latihan. Ini meliputi
latihan tugas pada level kesulitan yang tepat untuk seseorangal, memberikan umpan balik sebuah
informasi, mengizinkan kesempatan untuk repitisi, dan mengizinkan koreksi kesalahan”
(Ericson, 1996). Latihan yang panjang itu membutuhkan motivasi yang besar. Murid yang tidak
termotivasi untuk latihan berjam-jam biasanya tidak akan menjadi pakar dalam area tertentu.

b. Bakat

Sejumlah psikolog yang mempelajari keahlian, berpendapat bahwasanya keahlian bukan hanya
membutuhkan latihan dan motivasi (bloom, 1985; Shiffrin, 1996; Stenberg & Ben-Zeev, 2001),
tetapi harus ada bakat yang dibawa sejak lahir. Hereditas memang penting, meskipun demikian
bakat yang dibawa tidak akan berhasil tanpa adanya motivasi dan latihan ekstensif. Bakat saja
tidak cukup membuat orang menjadi pakar.
D. METAKOGNISI

Pengetahuan metakognitif bisa dibedakan dari aktivitas metakognitif. “Pengetahuan metakognitif


melibatkan pemantauan dan refleksi pemikiran terbaru seseorang. Ini mencakup pengetahuan
factual, seperti pengetahuan tentang tugas, tujuan diri sendiri dan pengetahuan strategis, seperti
bagaimana kita menggunakan prosedur tersebut dalam menyelesaikan suatu masalah. Aktivitas
metakognitif terjadi ketika para siswa secara sadar menyesuaikan dan mengatur strategi
pemikiran mereka selama menyelesaikan permasalahan dan pemikiran yang memiliki maksud
tertentu” (Ferrari & Sternberg, 1998; Khun dan lainnya, 1995).
Seorang ahli dalam pemikiran anak-anak, Denna Khun berpendapat bahwasanya metakognisi
seharusnya merupakan fokous dari upaya-upaya untuk membantu anak-anak pemikir kritis yang
lebih baik, terutama dalam tingkat menengah pertama dam menengah atas. Ketrampilan kognitif
urutan pertama memungkinkan anak-anak untuk mengetahui tentang dunia (dan telah merupakan
fokus utama dari program pemikran kritis), dan ketrampilan kognitif urutan kedua-ketrampilan
meta pengetahuan- yang melibatkan pengetahuan tentang diri sendiri dan orang lain.

1. Perubahan Developmental

Banyak studi developmental yang diklasifikasikan sebagai “metakognitif” memfokuskan pada


meta ingatan (penyimpanan data), atau pengetahuan tentang mamori. Ini mencakup pengetahuan
umum tantang ingatan (penyimpanan data), seperti pengtahuan bahwasanya tes pengenalan lebih
mudah ketimbang tes mengingat. Ini juga mencakup pengtahuan tentang ingatan (penyimpanan
data) seseorang, seprti kamampuan murid memonitor apakah dirinya sudah cukup belajar untuk
menghadapi ujian yang akan dilangsungkan minggu depan. “Pada usia lima atau enam tahun,
anak biasnya mengetahui bahwasanya item yang familiar labih mudah unutk dipelajari
ketimbang item yang kurang dikenal, bahwasanya daftar pendek lebih mudah ketimabnag
menginagat dan bahwasanya lupa lebih mungkin terjadi seiring dengan berjalannya waktu”.
(lyon & Flavell, 1993).
2. Model Pemrosesan Sebuah informasi yang Baik

Para ahli yakin bahwasanya ada tiga langkah utama untuk menjadikan kognisi anak-anak
menjadi baik, yaitu:

a. Anak-anak diajari oleh orang atau guru untuk menggunakan strategi tertentu. Semakin
sering anak-anak diberikan stimulasi intelektual baik disekolah maupun dirumah maka akan
memperbanyak strategi spesifik yang akan mereka temui dan mereka pelajari.

b. Guru mungkin menuujukkan persamaan dan perbedaan dalam banyak strategi dalam
bidang tertentu.

c. Siswa mengenali manfaat umum dari penggunaan strategi yang nantinya menghasilkan
pengetahuan strategi umum. Mereka berusaha menggabungkan hasil pembelajaran yang dirasa
berhasil dengan hasil pembelajaran dengan usaha yang mereka kerahkan dalam mengevaluasi,
memilih dan memantau penggunaan strategi (pengetahuan dan aktivitas metakognitif).

3. Strategi dan Regulasi Metakognitif

Kunci dari pendidikan ialah membantu para siswa mempelajari strategi yang kaya yang nantinya
dapat menghasilkan solusi dari sebuah masalah. Pemikir yang baik pasti tahu kapan dan dimana
harus menggunakan strategi yang dimilikinya. Pressely berpendapat bahwasanya ketika para
siswa diberikan pembelajaran tentang strategi yang efektif, mereka cenderung dapat
menggunakan strategi yang belum pernah mereka dapatkan sebelumnya. Ia menekankan
bahwasanya siswa mendapatkan manfaat ketika guru mempraktekkan strategi yang sesuai.
Mempelajari cara menggunakan strategi dengan efektif seringkali membutuhkan waktu yang
lama. Awalnya, dibutuhkan waktu untuk menjalankan strategi tersebut, dan dibutuhkan
bimbingan serta dukungan dari para guru. Dengan latihan, para siswa belajar untuk menjalankan
strategi tersebut dengan lebih mudah dan lebih cepat. Latihan berarti para siswa meggunakan
strategi yang efektif secara terus menerus sampai mereka benar-benar dapat melakukannya
secara otomatis. Untuk menjalankan strategi dengan efektif mereka harus menyimpan strategi
tersebut dalam jangka panjang, dan latihan. Para pelajar juga harus termotivasi untuk
menjalankan strategi ini, jadi implikasi yang penting untuk membantu para siswa
mengembangkan strategi ialah setelah strategi dipelajari, mereka biasanya membutuhkan lebih
banyak waktu untuk mempelajarinya sebelum dapat menggunakannya secara efektif.

BAB III

PENUTUP

4. Kesimpulan

Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan:

1. Robert Siegler mendeskripsikan tiga karakteristik utama dari pendekatan pemrosesan


sebuah informasi, yaiutu: sebuah proses berpikir, mekanisme pengubah, dan modifikasi diri.
2. Menurut Gagne bawa dalam pembelajaran terjadi sebuah proses penerimaan sebuah
informasi, untuk kemudian diaolah, sehingga menghasilkan keluaran dalam hasil belajar.

3. Adapun beberapa hal yang berhubungan dengan pemrosesan sebuah informasi yaitu
perhatian, ingatan (penyimpanan data), keahlian, dan metakognisi.

4. Perlu adanya cara yang bisa digunakan untuk membantu siswa meningkatkan perhatian,
ingatan (penyimpanan data), keahlian, dan metakognisi, sehingga siswa dapat memroses sebuah
informasi secara lebih efektif dalam sebuah proses belajar dan pembelajaran di kelas.

DAFTAR PUSTAKA

John. W Santrock. 2007. Educational Psychologi, 2nd Edition. Dialihbahasakan oleh Tri Wibowo
B. S. Kencana: Jakarta

Ilma Ef Hidayati. 2012. Pemrosesan Sebuah informasi.


Online. [Tersedia]: http://teknologipendidikan11086ilmaefha.wordpress.com/2012/05/27/
pemrosesan-sebuah informasi-2/. Diakses tanggal 7 Januari 2013 pukul 21.10
Muhtar, Zulkifli. 2011. Teori Pemrosesan Sebuah informasi.
Online [Tersedia]:http://blogzulkifli.wordpress.com/2011/06/08/teori-pemrosesan-sebuah
informasi/. Di akses

Pendekatan Pemrosesan Sebuah informasi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu teori kognitif yang menjelaskan sebuah proses belajar pada diri seseorang yang
berkenaan dengan tahap-tahap sebuah proses pengolahan sebuah informasi ialah teori
pemrosesan sebuah informasi. Menurut teori ini sebuah proses belajar tidak berbeda halnya
dengan sebuah proses menerima, menyimpan dan mengungkapkan kembali dengan sebuah
informasi-sebuah informasi yang telah diterima sebelumnya. Genjala-gejala tentang belajar dapat
dijelaskan jika sebuah proses belajar itu dianggap sebagai sebuah proses transformasi masukan
menjadi keluaran.

Menurut Gagne bahwasanya dalam pembelajaran terjadi sebuah proses penerimaan sebuah
informasi, untuk kemudian diolah, sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar.
Dalam pemrosesan sebuah informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan
kondisi-kondisi eksternal seseorang. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri seseorang yang
perlu adanya untuk mencapai hasil belajar dan sebuah proses kognitif yang terjadi dalam
seseorang. Sedangkan kondisi eksternal ialah stimulus dari lingkungan yang mempengaruhi
seseorang dalam sebuah proses pembelajaran.

Adapun beberapa hal yang berkaitan dengan pemrosesan sebuah informasi yaitu perhatian,
ingatan (penyimpanan data), keahlian dan matakognisi. Perhatian ialah memfokuskan sumber
mental. Perhatian disini dalam sebuah proses pemrosesan sebuah informasi berfungsi sebagai
memusatkan pikiran kepada sebuah informasi yang diterima. Sedangkan ingatan (penyimpanan
data) dalam sebuah proses pemrosesan sebuah informasi berfungsi sebagai tempat penyimpanan
sebuah informasi. Kemudian keahlian yang berfungsi sebagai kemampuan kita untuk mengingat
sebuah informasi. Serta yang terakhir ialah metakognisi yang berfungsi sebagai suatu model
pemrosesan sebuah informasi yang efektif dengan mendorong mereka memeriksa apa yang
mereka ketahui tentang cara pikiran mereka memsebuah proses sebuah informasi.

Berbagai pemahaman tentang belajar telah benyak dikemukakan oleh para ahli dari berbagai
aliran. Paparan ini mencoba menyajikan pemahaman tentang belajar dari sudut pandang
pendekatan pemrosesan sebuah informasi.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, maka rumusan maslah yang dapat diambil ialah:

1. Apa pengertian dari pendekatan pemrosesan sebuah informasi?

2. Apa pengertian dari ingatan (penyimpanan data)?

3. Apa pengertian dari keahlian?

4. Apa pengertian dari metakognisi?

C. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini ialah untuk:

1. Mendeskripsikan pendekatan pemrosesan sebuah informasi.

2. Mendeskripsikan ingatan (penyimpanan data).

3. Mendeskripsikan keahlian.

4. Mendeskripsikan metakognisi.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Sifat Pendekatan Pemrosesan Sebuah informasi

Pendekatan pemrosesan sebuah informasi menyatakan bahwasanya murid mengolah sebuah


informasi, memonitornya, dan menyusun strategi berkenaan dengan sebuah informasi tersebut.
Inti pendekatan ini ialah sebuah proses ingatan (penyimpanan data) dan sebuah proses
berpikir (thinking). Menurut pendekatan pemrosesan sebuah informasi, anak secara berthap
mengembangkan kemampuan untuk memsebuah proses sebuah informasi, dan karenanya sedar
berthap pula mereka bisa mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang kompleks.

Beberapa pendekatan pemrosesan sebuah informasi memilki kecenderungan yang lebih


konstruktivis ketembang pendekatan lainnya. Mereka mempunyai kecenderungan konstruktivis
memandang guru sebagai pembimbing kognitif untuk tugas akademik dan murid sebagai pelajar
yang berusaha memahami tugas tersebut (Mayer, 2001, 2002).

1. Pandangan Siegler

Robert Siegler (1998) mendeskripsikan tiga karakteristik utama dari pendekatan pemrosesan
sebuah informasi : sebuah proses berpikir, mekanisme pengubah, dan modifikasi diri.

a. Pemikiran

Menurut pendapat Siegler (2002), berpikir (thinking) ialah pemrosesan sebuah informasi. Dalam
hal ini Siegler memberikan perspektif luas tentang apa itu penyandian (encoding), merepre-
sentasikan, dan menyimpan sebuah informasi dari dunia sekelilingnya, mereka sedang
melakukan sebuah proses berpikir. Siegler mempercayai bahwa bahwasanya pikiran ialah
sesuatu yang sangat fleksibel, yang menyebabkan seseorang bisa beradaptasi dan menyesuaikan
diri dengan perubahan dalam lingkungan, tugas, dan tujuan. Tetapi, ada batas kemampuan
berpikir manusia ini. Seseorang hanya dapat memerhatikan sejumlah sebuah informasi yang
terbatas pada satu waktu, dan kecepatan untuk memsebuah proses sebuah informasi juga
terbatas.
b. Mekanisme Pengubah

Siegler (2002) berpendapat bahwasanya dalam pemrosesan sebuah informasi fokus utamanya
ialah pada peran mekanisme pengubah dan perkembangan. Dia mempercayai bahwa bahwasanya
ada empat mekanisme yang bekerja sama menciptakan perubahan dalam keterampilan kognitif
anak: encoding (penyandian), otomatisasi, konstruksi strategi, dan generalisasi.

1) Encoding

Encoding ialah sebuah proses memasukkan sebuah informasi ke dalam ingatan (penyimpanan
data). Siegler mengatakan bahwasanya aspek utama dari pemecahan problem ialah menyandikan
sebuah informasi yang relavan dan mengabaikan sebuah informasi yang tidak relevan. Karena
biasanya dibutuhkan waktu dan usaha untuk menyusun strategi baru, anak harus melatihnya
untuk melaksanakan peyandian secara otomatis maksimalkan efektivitasnya.

2) Otomatisitas

Istilah otomatisitas (automaticity) ialah kemampuan untuk memsebuah proses sebuah informasi
dengan sedikit atau tanpa usaha. Seiring dengan bertambahnya usia dan pengalaman, pemrosesan
sebuah informasi menjadi makin otomatis, dan anak bisa mendeteksi hubungan-hubungan baru
antara ide dan kejadian (Kail, 2002).

3) Kontruksi Strategi

Mekanisme ketiga ialah kontruksi strategi yaitu penemuan prosedur baru untuk memsebuah
proses sebuah informasi. Siegler (2001) mengatakan bahwasanya anak perlu menyadikan sebuah
informasi kunci untuk suatu problem dan mengoordinasikan sebuah informasi tersebut dengan
pengetahuan sebelumnya yang relavan untuk memecahkan masalah.

4) Generalisasi

Agar mendapat manfaat penuh dari strategi baru itu, perlu adanya generalisasi. Anak perlu
melakukan generalisasi, atau mengaplikasikan, strategi pada problem lain. Transfer terjadi saat
anak mengaplikasikan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya untuk mempelajari atau
memecahkan problem dalam situasi yang baru.
2. Modifikasi Diri

Pendekatan pemrosesan sebuah informasi kontemporer menyatakan bahwasanya, seperti dalam


teori perkembangan kognitif Piaget, anak memainkan peran Aktif dalam perkembangan mereka.
Mereka menggunakan pengetahuan dan strategi yang telah mereka pelajari untuk menyesuaikan
respons pada situasi pembelajaran yang baru. Dengan cara ini, anak membangun respons baru
dan lebihcanggih berlandaskan pada pengetahuan dan strategi saebelumnya. Arti penting
modifikasi diri dalam pemrosesan sebuah informasi dicontohkan metakognisi, yang berarti
kognisi tentang kognisi, atau “mengetahui tentang mengetahui” (Flavell, 199; Flavell Miller, &
Miller, 2002).

B. Ingatan (penyimpanan data)

Ingatan (penyimpanan data) atau ingatan ialah retensi sebuah informasi. Para psikologi
pendidikan memepelajari bagaimana sebuah informasi diletakan atau disimpan dalam ingatan
(penyimpanan data), bagaimana ia dipertahnakan atau disimpan setelah disediakan (encoded),
dan bagaimana ia ditemukan atau diungkap kembali untuk tujuan tertentu dikemudian hari.
Ingatan (penyimpanan data) membuat diri kita terasa berkesinambungan. Tnapa ingatan
(penyimpanan data) , anda tidak akan mampu menghubungkan apa yang terjdai kemarin dengan
apa yang anda alami sekrang. Dewasa ini, para psikolog pendidikan menyatakan bahwasanya
ialah penting untuk tidak memandang ingatan (penyimpanan data) dari segi bagaimana anak
menambahkan sesutu kedalam ingatan, tetapi harus dilihat dari segi bagaimana anak menyusun
ingatan (penyimpanan data) mereka (Schacter, 2001)

1. Enconding

Dalam bahasa sehari-hari, encoding banyak kemiripan dengan atensi dan pembelajaran. Saat
murid mendengarakan guru bicara, menonton film, mendengarkan musik, atau bicara dengan
kawan, dia sedang menyediakan sebuah informasi kedalam ingatan (penyimpanan data). Ada
enam konsep yang berhubungan dengan encoding, yakni atensi, pengulangan, pemrosesan
mendalam, elaborasi, mengkonstruksi citra (imaji), dan penatann organisasi)
a. Atensi

Atansi ialah mengonsentrasikan dan memfokuskan sumber daya mental. Salah satu keahlian
penting dalam memerhatikan ialah seleksi. Atensi bersifat selektif karena sumber daya otak
terbatas (Mangels, Piction, & Craik, 2001).

Kemampuan berpindah dari satu aktivitas ke aktifias yang lain secara tepat ialah tantangan lain
yang berhubungan dengan atensi. Misalnya, belajar menulis cerita yang bagus membuuthkan
kemampuan unutk berpindah-pindah dari aktivitas mneulis huruf, menata kalimat, menyuun
paragraf, dan menyampaikan cerita secara keseluruhan. Kamampuan meggeser atensi anak yang
lebih tua dan orang dewasa lebih baik ketimbang anak yang lebih muda dan anak kecil.

b. Pengulangan (rehearsal)

Pengulangan (rehearsal) ialah repitisi sebuah informasi dari waktu ke waktu agar sebuah
informasi lebih lama berada di dalam ingatan (penyimpanan data). Pengulangan akan bekerja
dengan baik apabila murid perlu menyandikan dan mengingat daftar item untuk periode waktu
yang singkat. Saat mereka mempertahamkan sebuah informasi untuk jangka waktu yang
panjang, seperti saat mereka belajar untuk ujian yang akan dilakukan lebih dari seminggu lagi,
maka lebih dilakukan strategi selain pengulangan. Alasan utama kenapa cara pengulangan tidak
bisa bekerja baik untuk mempertahankan imformasi untuk jangka panjang ialah karena
pengulangan sering kali hanya berupa mengulang-ulang sebuah informasi tanpa memberikan
makna pada sebuah informasi itu. Ketika murid mengkonstruksi ingatan (penyimpanan data)
mereka dengan cara yang bermakna, mereka kan bisa mengingat dengan lebih baik. Seperti yang
kan kita lihat nanti, mereka juga mengingat dengan lebih baik jika mereka memesebuah proses
materi secara mendalam dan mengelaborasinya.

c. Perosesan mendalam

Setelah diketahui bahwasanya pengulangan (rehearsal) bukan cara yang efektif untuk menye-
diakan sebuah informasi untuk ingatan (penyimpanan data) jangka panjang (Fergus Craik dan
Robert Lockhart 1972) menagtakan bahwasanya kita dapat memsebuah proses sebuah informasi
pada berbagai level. Teori mereka, yakni teori level pemrosesan, menyatakan bahwasanya
pemrosesan ingatan (penyimpanan data) terjadi pada kontinum dari dangkal ke dalam, dimana
pemrosesan yang mendalam akan menghasilkan ingatan (penyimpanan data) yang lebih baik.
Ciri indrawi atau fisik dari suatu stimuli akan dianalisis terlebih dahulu pada level dangkal. Ini
dialkukan dengan mendeteksi garis, sudut, garis, dan kontur (countur) dari huruf cetak atau
frekuensi, durasi, dan kekrasan suara. Para peneliti telah menemukan bhwa seseorang mengingat
sebuah informasi dengan lebih baik jika mereka memsebuah prosesnya pada level yang lebih
dalam (Otten, Henson, & Rugg, 2001)

d. Elaborasi

Elaborasi ialah ekstensivitas pemrosesan ingatan (penyimpanan data) dalam penyandian. Jadi
saat anda menyajikan konsep demokrasi kepad murid, mereka kemungkinan mengingatnya
dengan lebih baik jika mereka diberi contoh lebih bagus dari demokrasi. Mencari contoh ialah
cara yang bagus utuk mengelaborasi sebuah informasi. Misalnya, referensi diri (self-
reference) ialah cara yang efektif untuk mngelaborasi sebuah informasi.

Penggunaan elaborasi berubah seiring dengan perkembangan (Schneider & Pressley, 1997).
Remaja lebih mungkin menggunakan elaborasi secara spontan ketimbang anak-anak. Anak SD
bisa diajari menggunakan elaborasi pada satu tugas belajarnya, tetapi jika dibandingkan dengan
remaja, mereka mungkin tidak menggunakan elaborasi untuk tugas belajar lain. walaupun
demikian, elaborasi verbal dapat menjadi strategi ingatan (penyimpanan data) yang efektif
bahkan untuk anak-anak SD. Salah satu alasan kenapa elaborasi bisa bekerja dengan baik dalam
menyediakan sebuah informasi ialah karena elaborasi menambahkan perbedaan dalam kode
ingatan (penyimpanan data) (Ellis, 1987). Untuk mengingat satu sebuah informasi, seperti nama,
pengalaman atau fakta geografi, murid perlu mencari satu kode yang memuat sebuah informasi
di natara berbagai kode dalam ingatan (penyimpanan data) jangka panjang mereka. Sebuah
proses pencarian itu akan lebih mudah apabila kode ingatan (penyimpanan data)nya unik (Hunt
& Kelly, 1996)

e. Mengkonstruksi citra (imaji)


Ketika kita mengkonstruksi citra dari sesuatu, kita sedang mengelaborasi sebuah informasi.
Allan Paivio (1971, 1986) mempercayai bahwa bahwasanya ingatan (penyimpanan data)
disimpan melalui satu atau dua cara: sebagai kode verbal atau sebagi kode citra/imaji. Paivio
mengatakan bahwasanya semakin detail dan unik dari suatu kode citra, maka semakin baik
ingatan (penyimpanan data) anda dalam menginbat sebuah informasi itu. Para peneliti telah
menemukan bahwasanya mengajak anak untuk menggunakan imaji guna mengingat sebuah
informasi verbal ialah cara yang baik bagi anak yang lebih tua ketimbang anak yang lebih muda
(Schneider & pressley, 1997).

f. Penataan

Apabila murid menata (mengorganisasikan) sebuah informasi ketika mereka menyediakanya,


maka ingatan (penyimpanan data) mereka akan banyak terbantu. Semakin tertata imformasia
yang disampaikan, semakin mudah untuk mengingatnya. Ini terutama berlaku jika menata
imformasi secara hierarkis atau menjelaskannya. Chunking (“pengemasan”) ialah strategi
penataan ingatan (penyimpanan data) yang baik, yakni dapat mengelompokan atau “mengepak”
sebuah informasi menjadi unit-unit “higherorder” yang dapat diingat sebagai satu
tunggal. Chunking dilakukan dengan membuat sejumlah besar sebuah informasi menjadi lebih
mudah dikelola dan lebih bermakna.

2. Penyimpanan

Setelah murid menyandikan sebuah informasi, mereka perlu mempertahankan atau menyimpan
sebuah informasi. Di antara aspek paling menonjol dari penyimpanan ingatan (penyimpanan
data) ialah tiga simpanan utama, yang berhubungan dengan tiga kerangka waktu yang berbeda,
ingatan (penyimpanan data) sensoris, working memory (atau ingatan (penyimpanan data) jangka
pendek), dan ingatan (penyimpanan data) jangka panjang.

a. Kerangka waktu ingatan (penyimpanan data)


Anak-anak mengingat beberpa imformasi selam kurang dari satu detik, beberapa sebuah
informasi diingat selama setengah menit, dan sebuah informasi lainnya diingat bebrpa menit,
jam, tahun, bahkan seumur hidup. Tiga tipe ingatan (penyimpanan data) yang sesuai dengan
kerangka waktunya ialah ingatan (penyimpanan data) sensoris (yang berlangsung hanya beberpa
detik); ingatan (penyimpanan data) jangka pendek (juga disebut working memory, bertahan
sekitar 30 detik); dan ingatan (penyimpanan data) jangka panjang (bertahan samapi seumur
hidup).

1) Ingatan (penyimpanan data) sensoris

Ingatan (penyimpanan data) sensoris atau sensory memory mempertahankan sebuah informasi
dari dunia dalam bentuk sensoris aslinya hanya selama beberapa saat, atau lebih lama ketimbang
waktu murid menerima sensasi visual, suara, dan sesnsai lainnya. Murid mempunyai ingatan
(penyimpanan data) sensori untuk suara lama beberapa detik, kurang lebih seperti lamanya suatu
gema suara. Akan tetapi, memeori sensoris untuk gambar visual bertahan hanya sekitar
seperempat detik. Karena sebuah informasi sensosri bertahan hanya sesaat, ialah penting bagi
murid untuk memperhatikan sebuah informasi sensoris yang penting bagi pemebelajaran mereka.

2) Memeori jangka pendek

Ingatan (penyimpanan data) jangka pendek ialah sistem ingatan (penyimpanan data)
berkemampuan terbatas di mana sebuah informasi diperthankan sekitar 30 detik, kecuali sebuah
informasi itu di ulangi atau disebuah proses lebih lanjut, di mana dalam kasus itu daya tahan
simpanannya dapat lebih lama. Dibandingkan dengan ingatan (penyimpanan data) sensoris,
memeori jangka pendek kemampuannya terbatas tetepi durasinya relatif lebih panjang.
Keterbatasan kemampuannya menarik perhatian George Miller (1956), yang mendiskripsikan
dalam sebuah paper yang berjudul menarik “The Megical Number Seven, Plus or Minus Two”.
Miller menujukkan bahwasanya terbatasanya kemempuan murid dalam menyimpan sebuah

informasi tanpa bantuan eksternal. Biasanya batasan itu pada kisaran 7 ± 2 item.

Berkaitan dengan ingatan (penyimpanan data) jangka pendek ini, psikologi inggris Alan
Badelley (1993, 1998, 2000, 2001) mengemukan bahwasanya working memory ialah sistem tiga
bagian yang secara temporer mempetehankan sebuah informasi saat orang melakukan
tugas. Working memory ialah semcam meja kerja mental di mana sebuah informasi dikelola atau
dimanipulasi dan dipadukan untuk membantu kita membuat keputusan, memecah maslah, dan
memahami bahasa tulis dan lisan. Perhatikan bahwasanya working memory tidak seperti toko
pasif dengn rak-rak penyimpan sebuah informasi sampai dia pindah ke ingatan (penyimpanan
data) jngka panjang. Sebaliknaya, working memory ialahsistem memory yang sangat aktif
(Engle, 2002).

 Phenological loop dikhususkan untuk menyimpan suara bahasa dari sebuah informasi
pembicaraan. Bagian ini memuat dua komponen terpisah: kode akustik (suara) yang
menghilang setelah beberapa detik, dan pengulangan (rehearsal), yang mambuat
seseorang dapat mengulangi kata dalam gudang fonologi ini.

 Visual-spatial working memory menyimpan sebuah informasi visual dan spesial,


termasuk imaji visual. Seperti phenological loop, memory visual-spetial ini
berkemampuan terbatas. Kedua memory ini berfungsi secsrs terpisah (independen). Anda
bisa mngulang-ulang angka angka dalam phenological-loop sembari membuat susunan
spasialdari angka-angka itu dalam visual-spatial working ingatan (penyimpanan data).

 Cental executive bukan hanya mengintegrasikan sebuah informasi dari phenomological


loop dan visual spatial working memory, tetapi juga dari ingatan (penyimpanan data)
jangka panjang. Menurut Baddeley, cental ececutiv memainkan peran penting dalam
atensi, perencanaan, dan pengorganisasian perilaku. Central executive brtindak seperti
penyelia (supervisor), yang memonitor sebuah informasi dan isu mana yang layak
mendapat perhatian dan mana yang sebaiknya diabaikan. Ia juga memilih strategi mana
yang dipakai untuk memesebuah proses sebuah informasi dan memecehakn problem.
Sebagaiman halnya dengan dua komponen lainnya, phenomological loop dan visual-
spatial working memory, executive central punya kemampuan terbatas.

3) Memory jangka panjang

Memory jangka panjang ialah tipe ingatan (penyimpanan data) yang menyimpan banyak sebuah
informasi selam periode waktu yang lama secara relatif permanen. Kemampuan ingatan
(penyimpanan data) jangka panjang manusia sungguh mengherakan. Ilmuan komputer John von
Neumann menyebutkan ukuran 2,8 x 10 (280 kuin triliun) bit, yang berarti bahwasanya
kemampuan penyimpanan ingatan (penyimpanan data) jangka panjang pada dasarnya tidak
terbatas. Bahkan yang lebih mengesankan ialah efektifsi yang yang dilakukan sesorang untuk
mengmbila sebuah informasi.

1. Model Tiga Simpanan Ingatan (penyimpanan data)

Konsep ingatan (penyimpanan data) tiga tahap yang telah kita deskripsikan di atas
dikembangkan oleh Richar Atkinson dan Richard Shiffrin (1968). Menurut Model Atkinson-
Shiffrin, ingatan (penyimpanan data) melibatkan sekuensi tahap memory sensoris, ingatan
(penyimpanan data) jangka pendek, dan meori jangka panjang Seperti kita telah lihat, banyak
sebuah informasi; hanya beda pada tahap ingatan (penyimpanan data) sensoris, seperti suara dan
penglihatan. Sebuah informasi ini hanya disimpan sebentar. Akan tetapi, ada beberapa sebuah
informasi, teutama yang kita perhatikan, ditransfer ke ingatan (penyimpanan data) jangka
pendek, di mana ia bisa dipertahankan selama 30 detik (atau lebih dengan bantuan pengulangan).
Atkinson dan Shiffrin mengatakan bahwasanya semakin lama sebuah informasi dipertahankan
dalam ingatan (penyimpanan data) jangka pendek dengan bantuan pengulangan, semakin besar
kemungkinannya untuk masuk ke ingatan (penyimpanan data) jangka panjang. Perhatikan
gambar di bawah ini, bahwasanya sebuah informasi di ingatan (penyimpanan data) jangka
panjang bisa juga ditarik kembali ke ingatan (penyimpanan data) jangka pendek.

Beberapa pakar ingatan (penyimpanan data) kontemporer mempercayai bahwa


bahwasanya model Atkinson Shiffrin terlau sederhana (Bartlett, 2001). Mereka mengatakan
bahwasanya ingatan (penyimpanan data) tidak selalu bekerja dalam urutan tiga tahap yang rapi
seperti dalam model Atkinson dan Shiffrin. Misalnya, para pakar ini menekankan
bahwasanya working memory menggunakan isi ingatan (penyimpanan data) jangka panjang
secara lebih fleksibel ketimbang hanya sekadar mengambil sebuah informasi darinya. Walaupun
mengandung masalah, model ini berguna untuk menjelaskan beberapa komponen ingatan
(penyimpanan data).

a. Isi ingatan (penyimpanan data) jangka panjang


Sebagaimanan tipe ingatan (penyimpanan data) dapat dibedakan berlandaskan pada berapa lama
ingatan (penyimpanan data) itu disimpan, demikian pula ingatan (penyimpanan data) dapat
dibedakan ber dasarkan isinya. Banyak psikolog kontemporer sependapat bahwasanya ada
hierarki isi ingatan (penyimpanan data) jangka panjang, seperti ditunjukkan dalam gambar di
bawah ini (Bartlett, 2001; Squire 1987). Dalam hierarki ini, ingatan (penyimpanan data) jangka
panjang dibagi menjadi subtipe ingatan (penyimpanan data) deklaratif dan ingatan (penyimpanan
data) prosedural. Ingatan (penyimpanan data) deklaratif dibagi lagi menjadi ingatan
(penyimpanan data) episodik dan ingatan (penyimpanan data) semantik.

1) Ingatan (penyimpanan data) deklaratif

Ingatan (penyimpanan data) deklaratif ialah rekoleksi atau pengingatan kembali sebuah
informasi secara sadar, seperti fakta spesifik atau kejaidan yang dapat dikomunikasikansecara
verbal. Ingatan (penyimpanan data) deklaratif pernah disebut sebagai “mengetahui bahwasanya”,
dan belakangan ini diberi label “ingatan (penyimpanan data) eksplisit”. Bentuk ingatan
(penyimpanan data) deklaratif muridmisalnya penjelasan ulang atas kejadian yang telah mereka
saksikan atau mendeskripsikan prinsip dasar matematika. Akan tetapi, murid tidak perlu bicara
untuk menggunakan ingatan (penyimpanan data) deklaratif. Apabila murid duduk dan
merenungkan pengalamannya, maka ingatan (penyimpanan data) deklaratif mereka sudah
bekerja. Psikolog kognitif Endel Tulving (1972, 2000) membedakan dua subjek subtipe ingatan
(penyimpanan data) deklaratif; episodik dan semantik.

a) Ingatan (penyimpanan data) episodik ialah retensi sebuah informasi tentang dimana dan
kapan terjadinya suatu peristiwa dalam hidup. Kenangan murid tentang masa-masa awal sekolah,
dengan siapa mereka makan siang, atau tamu yang datang di kelas mereka seminggu yang lalu,
merupakan ingatan (penyimpanan data) episodic.

b) Ingatan (penyimpanan data) semantik ialah pengetahuan umum murid tentang dunia.
Ingatan (penyimpanan data) ini mencakup :

· Pengetahuan tentang pelajaran di sekolah (seperti pengetahuan geometri).

· Pengetahuan tentang bidang keahlian yang berbeda (seperti pengetahuan catur dari
pemain catur berumur 15 tahun).
· Pengetahuan “sehari-hari” tentang makna kata, orang terkenal, tempat-tempt penting, dan
hal-hal umum (seperti apa arti kata gaul atau siapa itu Nelson Mandela atau Gus Dur)

2) Ingatan (penyimpanan data) procedural

Ingatan (penyimpanan data) procedural ialah pengetahuan non deklaratif dalam bentuk
keterampilan dan operasi kognitif. Ingatan (penyimpanan data) procedural tidak dapat secara
sadar diingat kembali, setidaknya dalam bentuk fakta atau kejadian spesifik. Ini membuat ingatan
(penyimpanan data) procedural menjadi sulit, jika bukannya mustahil, untuk dikomunikasikan.
Ingatan (penyimpanan data) procedural terkadnag dinamakanmengetahui bagaimana, dan
belakangan ini juga disebut sebagai “ingatan (penyimpanan data) implicit” (Schacter, 2000).
Ketika murid mengaplikasikan kemampuan mereka untuk menari, naik sepeda, atau mengetik di
komputer, maka mereka menggunakan ingatan (penyimpanan data) procedural. Ingatan
(penyimpanan data) ini juga bekerja ketika mereka bicara dengan tata bahasa yang benar
tanpamemikirkan bagiamana cara melakukannya.

b. Mempresentasikan sebuah informasi dalam ingatan (penyimpanan data)

Bagaimana murid memperesentasikan sebuah informasi dalam ingatan (penyimpanan data)? Ada
dua teori untuk menjawab pertanyaan ini: teori jaringan dan teori skema.

1) Teori jaringan

Teori jaringan (network theories) mendeskripsikan bagiamana sebuah informasi di ingatan


(penyimpanan data) diorganisir dan dihubungkan. Teori ini memerhatikan titik-
titik simpul (nodes) dalam jaringan ingatan (penyimpanan data). Misalkan konsep”burung”.
Salah satu teori jaringan yang paling awal mendeskripsikan representasi ingatan (penyimpanan
data) sebagai representasi yang disusun secara hierarkis dengan konsep yang lebih konkret
(misalnya “kenari”) diletakkan di bawah konsep yang lebihabstrak (seperti “burung”). Tetapi,
kemudian disadari bahwasanya jaringan hierarki itu terlalu rapi untuk mendeskripsikan secara
akurat bagaimana kerja representasi ingatan (penyimpanan data) actual. Mislanya, murid
membutuhkan waktu lebih lama untuk menjawab pertanyaan, “apakah kenari termasuk burung?”
Jadi, para peneliti ingatan (penyimpanan data) dewasa ini membayangkan jaringan ingatan
(penyimpanan data) lebih sebagai jaringan yang tidak teratur. Burung tertentu, seperti kenari,
lebih dekat dengan titik simbul atau pusat kategori “burung” ketimbang burung unta.

2) Teori skema

Ingatan (penyimpanan data) jangka panjang telah lama dibandingkan dengan perpustakaan.
Idenya menyatakan bahwasanya ingatan (penyimpanan data) kita menyimpan sebuah informasi
seperti halnya perpustakaan atau toko buku. Dalam analogi ini, cara murid mengambil sebuah
informasi di katakan sama dengan sebuah proses saat mereka mencari dan memeriksa buku.
Akan tetapi, sebuah proses pemgambilan sebuah informasi dari ingatan (penyimpanan data)
jangka panjang tidak sama persis dengan analogi perpustakaan ini. Saat kita mencari sesuatu di
gudang ingatan (penyimpanan data) jangka panjang kita, kita tidak selalu menemukan “buku”
tepat seperti yang kita inginkan, atau mungkin kita menemukan “buku” itu tetapi hanya
menemukan “beberapa halaman” saja yang utuh kita harus merekonstruksi halaman lainnya.

Teori skema menyatakan bahwasanya ketika kita merekonstruksi sebuah informasi, kita
menyesuaikannya dengan sebuah informasi yang sudah ada di bena kita. Sebuah skema ialah
sebuah informasi konsep, pengetahuan, sebuah informasi tentang kejadian yang sudah eksis
dalampikiran seseorang. Anda ingat kembali deskripsi skema dalam teori Piaget? Skema dari
pengetahuan sebelumnya memengaruhi cara kita menyandikan, membuat sebuah informasi, dan
mengambil sebuah informasi. Berbeda dengan teori jaringan, yang berasumsi bahwasanya
pengambilan sebuah informasi melibatkan fakta spesifik,teori skema menyatakan bahwasanya
pencarian di emori jangka panjang tidak melibatkan fata yang sangat tepat. kita sering tak
menemukan secara tepat apa yang kau inginkan, dan kita harus mengkonstruksikan fata lainnya.
Ketika diminta mengambil sebuah informasi dari ingatan (penyimpanan data), kita seringkali
mengisi gap antara ingatan (penyimpanan data) kitayang berfragmentasi dengan bermacam-
macam fakta yang akurat dan tidak akurat.

Teori skema muncul dalam studi Frederick Bartlett (1932) tentang bagaimana orang mengingat
cerita. Bartlett memerhatikan tentang bagaimana latar belakang seseorang, yang disandikan
dalam skema, akan mengungkapkan dirinya dalam rekonstruksi seseorang (modifikasi dan
distorsi) atas isi cerita.
Kita punya skema untuk segala jenis sebuah informasi. Jika anda mengisahkan cerita di kelas
Anda, seperti War of The Ghosts atau cerita lainnya, dan kemudian menyuruh murid menuliskan
cerita itu, kemungkinan anda akan memperoleh banyak versi yang berbeda. Artinya, murid Adan
tidak akan mengingat setiap detail dari cerita. Misalkan anda menceritakan tentang dua lelaki dan
dua wanita yang mengalami kecelakaan kereta api di Perancis. Seorang murid mungkin akan
merekonstruksi cerita itu dengan mengatakan b ahwa mereka tewas dalam kecelakaan pesawat,
atau yang lainnya mungkin menyebut ketiga wanita dan tiga lelaki, atau mungkin laainnya
mengatakan kecelakaan itu terjadi di jerman, dan sebagianya. Rekonstruksi dan distorsi ingatan
(penyimpanan data) tampak lebih jelas dalam ingatan (penyimpanan data) orang yang terlibat
dalam pengadilan. Dalam pengadilan kriminas seperti kasus O.J. Simpson, variasi ingatan
(penyimpanan data) orang tentang apa yang terjadi menjelaskan bagaimana kita merekonstruksi
masa lalu di mana kita tidak menjelaskan masa lalu sama persis dengan kejadian sebenarnya.

Ringkasnya, teori skema secara akurat memprediksi bahwasanya orang tidak selalu menyimpan
dan mengambil data seperti komputer mengambil data (Schacter, 2001). Pikiran juga dapat
mendistorisi kejadian saat ia menyandikan dan menyimpan kesan dan realitas.

script ialah skema untuk suatu kejadian. Script sering kali mengandung sebuah informasi
tentang cirri fisik, orang dan kejadian tertentu. Jenis sebuah informasi ini amat membantu ketika
guru dan murid perlu mencari tahu apa yang terjadi di sekitar mereka. Dalam satu script untuk
aktivitas seni, murid mungkin mengingat bahwasanya anda akan menyuruh mereka untuk
menggambar, bahwasanya mereka harus menghiasi baju mereka, bahwasanya mereka harus
mencari kertas gambar dan melukis dengan kuas, bahwasanya mereka harusm embersihkan kuas
setelah selesai, dan seterusnya. Misalnya, murid yang datang terlambat mungkin akan tetap tahu
apa yang harus mereka lakukan karena dia punya script aktivitas seni.

c. Mengambil kembali dan melupakan

1) Pengambilan kembali

Ketika kita mengambil sesuatu dari “gudang data” mental, kita menelusuri gudang ingatan
(penyimpanan data) kita untuk mencari sebuah informasi yang relevan. Seperti hslnya dengan
penyandian, pencarian ini bisa otomatis atau bisa juga membutuhkan beberapa usaha. Misalnya,
jika Anda bertanya pada murid bulan apa sekarang,. Jawabannya mungkin muncul segera.
Artinya, pengambilan kembali ini bersifat otomatis. Tetapi, jika Anda bertanya kepada murid
Anda nama tamu yang datang ke kelas dua bulan lalu, maka sebuah proses pengambilan sebuah
informasinya mungkin membutuhkan lebih banyak usaha.

Posisi item dalam suatu daftar juga memengaruhi tingkat kemudahan dan kesulitan dalam
mengingat. Efek Posisi Serial berarti bahwasanya orang lebih mudah mengingat item yang ada di
awal dan akhir dari suatu daftar ketimbang item yang ada ditengah. Misalnya, saat Anda
memberi petunjuk pada murid arah untuk mendapatkan bantuan tutoring. Anda mengatakan,
“Belok kiri di Rawamangun, belok kanan di Monas” ketimbang “Belok kanan di tugu
tani.” Primacy effect berarti item di awal suatu daftar cenderung akan lebih diingat. Recency
effect berarti bahwasanya item yang berada di akhir daftar juga cenderung lebihdiingat.

Efek posisi serial bukan hanya berlaku untuk datar, tetapi juga pada kejadian-kejadian. Jika anda
memberikan pelajaran sejarah selama seminggu, dan kemudian menanyakannya kepada murid
pada hari sEnin minggu berikutnya, mereka mungkin akan dapat mengingat apa yang anda
katakana pada hari Jum’at minggu sebelumnya dan kurang bisa mengingat apa yang anda
katakana pada hari Rabu minggu sebelumnya.

Faktor lain yang memengaruhi pengambilan ini ialah sifat dari petunjuk yang digunakan orang
untuk mendongkrak ingatan (penyimpanan data) mereka (Allan, dkk., 2001). Murid dapat
menciptakan petunjuk yang efektif. Misalnya, apabila murid menghadapi “rintangan”
untukmengingat nama tamu yang datang ke kelas dua bulan lalu, dia mungkin bisa menggunakan
alphabet, menciptakan nama untuk masing-masing huruf. Apabila berhasil “tersandung” pad
nama yang benar, kemungkinan dia akan mengenalinya.

Ketika seseorang diminta untuk mengingat serangkaian kata, kata yang terakhir biasanya paling
diingat, kemudian kata diurutan pertama juga mudah diingat, sedangkan kata di tengah-tengah
kurang bisa diingat secara efektif.

Konsisdensi lain dalam memahami pengambilan sebuah informasi ialah prinsip spesifitas
penyandian (encoding specifity principle), yaitu bahwasanya asosiasi yang dibentuk saat
penyandian atau pembelajaran cenderung akan menjadi petunjuk yang efektif untuk pengambilan
kembali (Hannon & Craik, 2001). Misalnya, bayangkan seorang anak umur 13 tahun
menyandikan sebuah informasi tentang Bunda Teresa: Dia lahir di Albania, menghabiskan
sebagian besar hidupnya di India, menjadi biarawati Katolik Romawi, sedih melihat ornag-orang
sakit dan sekarat di jalan-jalan di Calcutta, dan memenangkan Hadiah Nobel kemanusiaankarena
membantu orang-orang miskin dan menderita. Kata-kata seperti Hadiah Nobel Calcutta, dan
kemanusiaan dapat dipakai sebagai petunjuk saat anak itu berusaa mengingat namanya, Negara
tempat dia tinggal, dan agamanya. Konsep spesifitas penyandian sesuai dengan diskusi elaborasi
kita di atas: semakin banyak anak melakukan elaborasi dalam menyandikan sebuah informasi,
semakin baik mereka dalam mengingat sebuah informasi. Spesifisitas penyandian dan elaborasi
mengungkapkanbetapa saling terkaitnya penyandian dan pengambilan sebuah informasi tersebut.

Masih ada aspek pengambilan lain, yakni sifat dari tugas pengambilan itu sendiri (Nobel &
Shiffrin, 2001). Mengingat (recall) ialah tugas ingatan (penyimpanan data) di mana seseorang
harus mengambil sebuah informasi yang telah dipelajari, seperti ketika murid harus mengisi soal
atau menjawab pertanyaan. Rekognisi atau pengenalan (recognition) ialah sebab ingatan
(penyimpanan data) di mana seseorang hanya harus mengidentifikasi (“mengenali”) sebuah
informasi yang telah dipelajari, seperti dalam soal ujian pilihan berganda. Banyak murid lebih
suka pilihan berganda sebab soal seperti itu memberi mereka petunjuk sedangkan soal isian tidak
memberikan petunjuk apa pun.

2) Melupakan

Salah satu bentuk melupakan melibatkan petunjuk atau isyarat (cue) yang baru saja kita
diskusikan. Cue dependent forgetting ialah kegagalan dalam mengambil kembali informaso
karena kurangnya petunjuk pengambilan yang efektif (Nairne, 2000). Gagsaan cue dependent
forgetting ini dpapat menjelaskan mengapa murid mungkin gagal untuk mengambil fakta yang
dibutuhkan untuk ujian bahkan saat dia merasa yakin “mengetahui” sebuah informasi tersebut
(Williams & Zacks, 2001). Misalnya, jika Anda belajar untuk menghadapi tes psikologi
pendidikan dan diberi pertanyaan tentang perbedaan antara mengingat dan mengenalli dalam
pengambilan sebuah informasi, anda mungkinakan bisa mengingat perbedaan itu dengan lebih
baik apabila anda punya petunjuk “isilah titik-titik dan “pilihan berganda”.
Prinsip cue dependent forgetting sesuai dengan teori interferensi, yang menyatakan bahwasanya
kita lupa bukan karena kita kehilangan ingatan (penyimpanan data) dari tempat penyimpanan,
tetapi karena ada sebuah informasi lain yang menghambat upaya kita untuk mengingat sebuah
informasi yang kita inginkan. Bagimurid yang belajar untuk ujian biologi, kemudian untuk ujian
sejarah, dan kemudian dia menempuh ujian biologi dahulu, maka sebuah informasi tentang
sejarah akan mencampuri ingatan tentang biologi. Jadi, teori interferensi mengimplikasikan
bahwasanya strategi belajar yang baik ialah mempelajari lebih dahulu ujian yang akandiberikan
terakhir. Jadi dalam contoh di atas, murid akan lebih baik belajar sejarah dahulu dan kemudian
belajar biologi. Strategi ini juga sesuai dengan recendy effect yang telah kita diskusikan di muka.
Strategi ini juga sesuai dengan recency effect yang telah kita diskusikan di muka. Renungkan
bagiamana pengetahuan teori interferensi ini bisamemantu anda saat anda mereview rencana
anda untuk memberikan ujian bagi murid anda.

Sumber lupa lainnya ialah penurunan ingatan (penyimpanan data). Menurut decay
theory, pembelajaran baru akan melibatkan pembentukan “jejak ingatan (penyimpanan data)”
neurokimia, yang akan terpecah. Jadi, teori ini menyatakan bahwasanya berlalunya waktu bisa
membuat orang menjadi lupa. Peneliti ingatan (penyimpanan data) Daniel Schacter (2001)
menyebut pelupaan yang terjadi karena berlalunya waktu sebagai transience. Penurunan ingatan
(penyimpanan data) berlangsung pada kecepatan yang berbeda-beda. Beberapa ingatan
(penyimpanan data) tetap kuat dan bertahan selama periode waktu yang panjang, terutama jika
itu punya kaitan emosional. Kita sering mengingat ingatan (penyimpanan data) “yang terang” ini
dengan akurasi yang tepat dan jelas. Misalnya, anda baru saja menyaksikan kecelakaan, atau
mengalami kecelakaan, menjalani acara pesta kelulusan sekolah, mengalami pengalaman
romantic, dan anda mendengar tentang runtuhnya world trade center. Kemungkinan besar anda
akan mampu mengambil atau mengingat sebuah informasi ini bertahun-tahun sesudah kejadian
tersebut terjadi.

C. KEAHLIAN

Keahlian disini berhubungan dengan kemampuan kita untuk mengingat sebuah informasi baru
tentang subjek. Kemampuan kita untuk mengingat sebuah informasi suatu subjek bergantung apa
yang telah kita ketahui tentangnya (Carver & Klahr, 2001; Ericson & yang lainnya, 2006; Keil
2006). Sebagai contoh, kemampuan seorang siswa untuk menceritakan apa yang ia lihat ketika ia
berada di perpustakaan sebagian besar ditentukan oleh apa yang telah ia ketahui tentang
perpustakaan, seperti dimanakah letak buku dengan topic tertentu dan cara meminjam buku.
Apabila pengetahuannya akan perpustakaan sangat sedikit, siswa tersebut akan memiliki lebih
banyak kesulitan dalam meceritakan apa yang ada di sana. Salah satu alasan mengapa anak
mengingat lebih sedikit ketimbang orang deawasa ialah karena mereka kurang ahli dalam banyak
bidang.

1. Keahlian dan Pembelajaran

Mempelajari perilaku dan sebuah proses pikiran para ahli bisa memberikan kita wawasan tentang
cara membimbing para siswa untuk menjadi pelajar yang lebih efektif. Menurut National
Reserch Council (1999), mereka lebih baik dari pada pemula dalam: Cara yang anda bisa
gunakan untuk membantu siswa – siswa anda mempelajari dan mengingat ketrampilan –
ketrampilan yang digunakan para ahli:

a. Mendeteksi fitur – fitur dan pola sebuah informasi yang bermakna.

b. Mengakumulasi lebih banyak pengetahuan materi dan mengukurnya dalam cara yang
menunjukkan pemahaman topic.

c. Mendapatkan kembali aspek pengetahuan yang penting dengan sedikit usaha.

d. Menyesuaikan satu pendekatan untuk situasi baru.

e. Menggunakan stratetegi yang efektik.

2. Pola Organisasi yang Bermakna

Di dalam mendeteksi fitur dan pola organisasi yang berarti ini para ahli lebih baik dalam
memperhatikan fitur – fitur penting dari masalah dan konteks yang mungkin diabaikan oleh para
pemula (Bransford & yang lainnya, 2006). Para ahli juga memiliki pengingatan kembali yang
lebih baik akan sebuah informasi dalam bidang keahlian mereka. Sebuah proses chunking, yang
telah kita bahas sebelumnya, merupakan satu cara mereka mencapai pengingatan kembali yang
unggul ini.

3. Organisasi dan Kedalaman Pengetahuan

Pengetahuan para ahli diatur di sekitar idea tau konsep penting lebih baik bila dibandingkan
dengan pengetahuan para pemula (National Research Council, 1999). Ini memberi para ahli
pemahaman yang jauh lebih mendalam akan pengetahuan dibandingkan yang dimiliki para
pemula (Bransford &yang lainnya, 2006; Simon, 2001; Voss & yang lainnya, 1984). Para ahli
bidang tertentu biasanya memiliki jaringan sebuah informasi yang jauh lebih terelaborasi tentang
bidang tersebut dibandingkan para pemula. Sebuah informasi yang mereka hadirkan dalam
ingatan (penyimpanan data) mempunyai lebih banyak titik temu, lebih banyak keterkaitan, dan
organisasi hierarki yang lebih baik.

4. Pemanggilan Cepat

Pengambilan kembali sebuah informasi yang relevan dapat dilakukan dengan banyak usaha,
sedikit usaha, atau tanpa usaha sama sekali (National Research Council, 1999). Para ahli
mendapatkan mendapatkan kembali sebuah informasi dalam cara yang hamper tanpa usaha dan
otomatis, sementara para pemula mengembangkan banyak usaha untuk mendapatkan kembali
sebuah informasi. Sebagai contoh, para pembaca yang sudah ahli bisa dengan cepat menandai
kata2 dari sebuah kalimat dan paragraph, namun kemampuan para pembaca yang masih pemula
untuk mengkodekan kata – kata masih belum lancar, sehingga mereka harus mengalokasikan
banyak perhatian dan waktu untuk pekerjaan ini.

5. Keahlian Adaptif

Pertanyaan penting lainnya ialah apakah beberapa cara dalam menata pengetahuan ialah lebih
baik ketimbang cara lainnya dalam rangka membantu orang lebih fleksibel dan beradaptai
dengan situasi baru (National Research Council, 1999). Pakar adaptif mampu untuk memahami
situasi baru secara fleksibel, tidak acara kaku atau tetap (Hatano, 1990).
6. Strategi

Para ahli menggunakan strategi yang efektif dalam memahami sebuah informasi dalam bidang
keahlian mereka dan dalam mengajukannya. Sebelumnya kita membahas mengenai strategi yang
bisa digunakan siswa untuk mengingat sebuah informasi. Adapun beberapa strategi efektif yang
bisa dikembangkan siswa – siswi untuk menjadi ahli dalam pembelajaran:

a. Menyebarkan dan mengonsolidasi pembelajaran

Sebuah proses belajar murid akan banyak tertolong apabila guru bicara dengan mereka tentang
arti penting dari review atas apa yang telah mereka pelajari. Contohnya seperti pembelajaran
yang membutuhkan periode yang lebih lama seperti mempersiapkan ujian nasional. Anak – anak
yang mepersiapkan ujian akan mendapatkan manfaat dari distribusi pembelajaran selama periode
yang lebih lama daripada hanya pembelajaran yang tergesa – gesa yang cenderung menghasilkan
ingatan (penyimpanan data) jangka pendek yang disebuah proses secara dangkal, bukanya secara
mendalam.

b. Mengajukan pertanyaan untuk diri sendiri

Strategi pengajuan pertanyaan untuk diri sendiri ini bisa membantu anak dalam mengingat
sebuah informasi. Ketika anak – anak menanyai diri mereka sendiri tentang apa yang telah
mereka baca atau tentang satu aktivitas, mereka memperluas jumlah asosiasi sebuah informasi
yang perlu mereka dapatkan kembali.

c. Mencatat dengan baik

Mencatat ini juga ialah strategi yang bagus untuk menjadikan anak ahli dalam pembelajaran
karena hal ini akan memberikan manfaat untuk mereka. Adapun beberapa strategi pencatatan
yang bagus yaitu ringkasan, menulis garis besar, peta konsep. Ketiga strategi pencatatan tersebut
membantu anak – anak memgevaluasi ide yang paling penting untuk diingat.

d. Menggunakan sistem studi

Sistem studi yang baru dikembangkan untuk menjadikan anak ahli dalam pembelajaran ialah
PQ4R yang merupakan singkatan dari Preview, Question, Read, Reflect, Recite dan Review.
1) Preview ialah memberitahu siswa – siswi untuk secara singkat menyurvei materi guna
mendapatkan organisasi secara keseluruhan.

2) Question berarti mendorong siswa mananyai diri mereka sendiri tentang materi tersebut.

3) Read berarti mendorong siswa – siswi untuk membaca dan menjadi pembaca yang aktif.

4) Reflect berarti mendorong siswa – siswi untuk bersikap analitis dalam belajar.

5) Recite berarti Mendorong anak untuk membuat pertanyaan mengenai materi tersebut.

6) Review berarti memeberitahu siswa – siswi untuk membaca lagi seluruh materi dan
mengevaluasi apa yang mereka ketahui.

7. Memperoleh Keahlian

Dalam memperoleh kehlian, maka ada dua hala yang harus menjadi perhatian, yaitu:

a. Latihan dan motivasi

Salah satu pandangan mengenai keahlian menyatakan bahwasanya latihan yang disengaja ialah
syarat untuk menjadi seorang ahli atau pakar. Ini bukan hanya satu jenis latihan. Ini meliputi
latihan tugas pada level kesulitan yang tepat untuk seseorangal, memberikan umpan balik sebuah
informasi, mengizinkan kesempatan untuk repitisi, dan mengizinkan koreksi kesalahan (Ericson,
1996). Latihan yang panjang itu membutuhkan motivasi yang besar. Murid yang tidak
termotivasi untuk latihan berjam-jam biasanya tidak akan menjadi pakar dalam area tertentu.

b. Bakat

Sejumlah psikolog yang mempelajari keahlian, berpendapat bahwasanya keahlian bukan hanya
membutuhkan latihan dan motivasi (bloom, 1985; Shiffrin, 1996; Stenberg & Ben-Zeev, 2001),
tetapi harus ada bakat yang dibawa sejak lahir. Hereditas memang penting, meskipun demikian
bakat yang dibawa tidak akan berhasil tanpa adanya motivasi dan latihan ekstensif. Bakat saja
tidak cukup membuat orang menjadi pakar.

D. METAKOGNISI
Pengetahuan metakognitif bisa dibedakan dari aktivitas metakognitif. Pengetahuan metakognitif
melibatkan pemantauan dan refleksi pemikiran terbaru seseorang. Ini mencakup pengetahuan
factual, seperti pengetahuan tentang tugas, tujuan diri sendiri dan pengetahuan strategis, seperti
bagaimana kita menggunakan prosedur tersebut dalam menyelesaikan suatu masalah. Aktivitas
metakognitif terjadi ketika para siswa secara sadar menyesuaikan dan mengatur strategi
pemikiran mereka selama menyelesaikan permasalahan dan pemikiran yang memiliki maksud
tertentu (Ferrari & Sternberg, 1998; Khun dan lainnya, 1995).
Seorang ahli dalam pemikiran anak-anak, Denna Khun berpendapat bahwasanya metakognisi
seharusnya merupakan fokous dari upaya-upaya untuk membantu anak-anak pemikir kritis yang
lebih baik, terutama dalam tingkat menengah pertama dam menengah atas. Ketrampilan kognitif
urutan pertama memungkinkan anak-anak untuk mengetahui tentang dunia (dan telah merupakan
fokus utama dari program pemikran kritis), dan ketrampilan kognitif urutan kedua-ketrampilan
meta pengetahuan- yang melibatkan pengetahuan tentang diri sendiri dan orang lain.

1. Perubahan Developmental

Banyak studi developmental yang diklasifikasikan sebagai “metakognitif” memfokuskan pada


meta ingatan (penyimpanan data), atau pengetahuan tentang mamori. Ini mencakup pengetahuan
umum tantang ingatan (penyimpanan data), seperti pengtahuan bahwasanya tes pengenalan lebih
mudah ketimbang tes mengingat. Ini juga mencakup pengtahuan tentang ingatan (penyimpanan
data) seseorang, seprti kamampuan murid memonitor apakah dirinya sudah cukup belajar untuk
menghadapi ujian yang akan dilangsungkan minggu depan. Pada usia lima atau enam tahun,
anak biasnya mengetahui bahwasanya item yang familiar labih mudah unutk dipelajari
ketimbang item yang kurang dikenal, bahwasanya daftar pendek lebih mudah ketimabnag
menginagat dan bahwasanya lupa lebih mungkin terjadi seiring dengan berjalannya waktu (lyon
& Flavell, 1993).

2. Model Pemrosesan Sebuah informasi yang Baik

Para ahli yakin bahwasanya ada tiga langkah utama untuk menjadikan kognisi anak-anak
menjadi baik, yaitu:
a. Anak-anak diajari oleh orang atau guru untuk menggunakan strategi tertentu. Semakin
sering anak-anak diberikan stimulasi intelektual baik disekolah maupun dirumah maka akan
memperbanyak strategi spesifik yang akan mereka temui dan mereka pelajari.

b. Guru mungkin menuujukkan persamaan dan perbedaan dalam banyak strategi dalam
bidang tertentu.

c. Siswa mengenali manfaat umum dari penggunaan strategi yang nantinya menghasilkan
pengetahuan strategi umum. Mereka berusaha menggabungkan hasil pembelajaran yang dirasa
berhasil dengan hasil pembelajaran dengan usaha yang mereka kerahkan dalam mengevaluasi,
memilih dan memantau penggunaan strategi (pengetahuan dan aktivitas metakognitif).

3. Strategi dan Regulasi Metakognitif

Kunci dari pendidikan ialah membantu para siswa mempelajari strategi yang kaya yang nantinya
dapat menghasilkan solusi dari sebuah masalah. Pemikir yang baik pasti tahu kapan dan dimana
harus menggunakan strategi yang dimilikinya. Pressely berpendapat bahwasanya ketika para
siswa diberikan pembelajaran tentang strategi yang efektif, mereka cenderung dapat
menggunakan strategi yang belum pernah mereka dapatkan sebelumnya. Ia menekankan
bahwasanya siswa mendapatkan manfaat ketika guru mempraktekkan strategi yang sesuai.
Mempelajari cara menggunakan strategi dengan efektif seringkali membutuhkan waktu yang
lama. Awalnya, dibutuhkan waktu untuk menjalankan strategi tersebut, dan dibutuhkan
bimbingan serta dukungan dari para guru. Dengan latihan, para siswa belajar untuk menjalankan
strategi tersebut dengan lebih mudah dan lebih cepat. Latihan berarti para siswa meggunakan
strategi yang efektif secara terus menerus sampai mereka benar-benar dapat melakukannya
secara otomatis. Untuk menjalankan strategi dengan efektif mereka harus menyimpan strategi
tersebut dalam jangka panjang, dan latihan. Para pelajar juga harus termotivasi untuk
menjalankan strategi ini, jadi implikasi yang penting untuk membantu para siswa
mengembangkan strategi ialah setelah strategi dipelajari, mereka biasanya membutuhkan lebih
banyak waktu untuk mempelajarinya sebelum dapat menggunakannya secara efektif.
BAB III

PANDANGAN ISLAM

Para ahli pendidikan Islam menyadari sepenuhnya bahwa pengajaran merupakan hal yang
sangat unik dan kompleks, sebagaimana profesi-profesi lain yang menuntut dimilikinnya
persyaratan-persyaratan tertentu oleh orang yang menekuninya. Ibnu Abdun berkata,
“sesungguhnya pengajaran itu merupakan profesi yang membutuhkan pengetahuan, ketrampilan
dan kecermatan, karana ia sama halnya dengan pelatihan kecakapan yang memerlukan kiat,
strategi dan ketelatenan sehingga menjadi cakap dan professional.
Pembiasaan adalah suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis tanpa direncanakan
terlebih dahulu dan berlaku begitu saja tanpa dipikirkan lagi. Dengan pembiasaan pendidikan
memberikan kesempatan kepada siswa terbiasa dalam mengamalkan ajaran agamanya, baik
secara individual maupun secara berkelompok dalam kehidupan sehari-hari. Dalam surat Al
Ghasiyat ayat 17: ‘’Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan”
dan dalam surat Muhammad ayat 24 : “Maka apakah mereka tidak memperhatikan al Qur’an
ataukah hati mereka terkunci?”.
Para pendidik Muslim sejak zaman permulaan - perkembangan Islam telah mengetahui
betapa pentingnya pendidikan keterampilan berupa pengetahuan praktis dan latihan kejuruan.
Mereka menganggapnya fardhu kifayah, sebagaimana diterangkan dalam surat Hud ayat 37 :
“Dan buatlah bahtera itu dibawah pengawasan dan petunjuk wahyu kami, dan jangan kau
bicarakan dengan aku tentang orang-orang yang dzalim itu karena mereka itu akan
ditenggelamkan”.
Menurut al Syaibani, tujuan pendidikan Islam adalah :
1. Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa pengetahuan, tingkah
laku masyarakat, tingkah laku jasmani dan rohani dan kemampuan-kemampuan yang harus
dimiliki untuk hidup di dunia dan di akhirat.
2. Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku masyarakat, tingkah laku
individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat, memperkaya pengalaman
masyarakat.
3. Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni,
sebagai profesi, dan sebagai kegiatan masyarakat.
Berlandaskan pada hal tersebut diatas nampak sekali bahwa pendidikan Islam berfungsi
untuk menghasilkan manusia yang dapat menempuh kehidupan yang indah di dunia serta
ditegaskan atas dasar yang sama dan berpangkal dari pandangan Islam secara filosofis terhadap
jagad raya, manusia, masyarakat, ilmu pengetahuan dan tingkah laku. Pandangan Islam terhadap
masalah-masalah tersebut melahirkan berbagai prinsip dalam pendidikan Islam.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan:

1. Robert Siegler mendeskripsikan tiga karakteristik utama dari pendekatan pemrosesan


sebuah informasi, yaiutu: sebuah proses berpikir, mekanisme pengubah, dan modifikasi diri.

2. Menurut Gagne bawa dalam pembelajaran terjadi sebuah proses penerimaan sebuah
informasi, untuk kemudian diaolah, sehingga menghasilkan keluaran dalam hasil belajar.

3. Adapun beberapa hal yang berhubungan dengan pemrosesan sebuah informasi yaitu
perhatian, ingatan (penyimpanan data), keahlian, dan metakognisi.
4. Perlu adanya cara yang bisa digunakan untuk membantu siswa meningkatkan perhatian,
ingatan (penyimpanan data), keahlian, dan metakognisi, sehingga siswa dapat memroses sebuah
informasi secara lebih efektif dalam sebuah proses belajar dan pembelajaran di kelas.

DAFTAR PUSTAKA

John. W Santrock. 2007. Educational Psychologi, 2nd Edition. Dialihbahasakan oleh Tri Wibowo
B. S. Kencana: Jakarta

Ilma Ef Hidayati. 2012. Pemrosesan Sebuah informasi.

Muhtar, Zulkifli. 2011. Teori Pemrosesan Sebuah informasi.

Ramayulis, 2002. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia.

Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo
Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar, Jakarta : Raja Grapindo Persada

Anda mungkin juga menyukai