Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH TEORI BELAJAR PEMROSESAN

INFORMASI

Nama Kelompok:

1. Anggi Atika Sari (024)


2. Ilham Arasy (048)
3. Nur Izzatul Islamiyah (051)
4. Anisa Nur Aini (061)
5. Dewi Safina (096)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu teori kognitif yang menjelaskan proses belajar pada diri seseorang yang
berkenaan dengan tahap-tahap proses pengolahan informasi adalah teori pemrosesan informasi.
Menurut teori ini proses belajar tidak berbeda halnya dengan proses menerima, menyimpan dan
mengungkapkan kembali dengan informasi-informasi yang telah diterima sebelumnya. Genjala-
gejala tentang belajar dapat dijelaskan jika proses belajar itu dianggap sebagai proses transformasi
masukan menjadi keluaran.
Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk
kemudian diolah, sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan
informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal
individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil
belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah
rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
Adapun beberapa hal yang berkaitan dengan pemrosesan informasi yaitu perhatian,
memori, keahlian dan matakognisi. Perhatian adalah memfokuskan sumber mental. Perhatian
disini dalam proses pemrosesan informasi berfungsi sebagai memusatkan pikiran kepada informasi
yang diterima. Sedangkan memori dalam proses pemrosesan informasi berfungsi sebagai tempat
penyimpanan informasi. Kemudian keahlian yang berfungsi sebagai kemampuan kita untuk
mengingat informasi. Serta yang terakhir adalah metakognisi yang berfungsi sebagai suatu model
pemrosesan informasi yang efektif dengan mendorong mereka memeriksa apa yang mereka
ketahui tentang cara pikiran mereka memproses informasi.
Berbagai pemahaman tentang belajar telah benyak dikemukakan oleh para ahli dari
berbagai aliran. Paparan ini mencoba menyajikan pemahaman tentang belajar dari sudut pandang
pendekatan pemrosesan informasi.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka rumusan maslah yang dapat diambil adalah:
1. Bagaimana sifat pendekatan pemrosesan informasi?
2. Bagaimana cara kerja memori dalam pemrosesan memori?
3. Bagimana hubungan keahlian dengan pemrosesan informasi dalam pembelajaran?
4. Bagimana pemaparan metakognisi?

C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk:
1. Untuk memahami sifat pendekatan pemrosesan informasi?
2. Untuk memahami cara kerja memori dalam pemrosesan memori?
3. Untuk memahami hubungan keahlian dengan pemrosesan informasi dalam pembelajaran?
4. Untuk memahami bagimana pemaparan metakognisi?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sifat Pendekatan Pemrosesan Informasi


Pendekatan pemrosesan informasi menyatakan bahwa murid mengolah informasi,
memonitornya, dan menyusun strategi berkenaan dengan informasi tersebut. Inti pendekatan ini
adalah proses memori dan proses berpikir (thinking). Menurut pendekatan pemrosesan informasi,
anak secara berthap mengembangkan kapasitas untuk memproses informasi, dan karenanya sedar
berthap pula mereka bisa mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang kompleks.
Beberapa pendekatan pemrosesan informasi memilki kecenderungan yang lebih konstruktivis
ketembang pendekatan lainnya. Mereka mempunyai kecenderungan konstruktivis memandang
guru sebagai pembimbing kognitif untuk tugas akademik dan murid sebagai pelajar yang berusaha
memahami tugas tersebut (Mayer, 2001, 2002).
1. Pandangan Siegler
Robert Siegler (1998) mendeskripsikan tiga karakteristik utama dari pendekatan
pemrosesan informasi: proses berpikir, mekanisme pengubah, dan modifikasi diri.
a. Pemikiran
Menurut pendapat Siegler (2002), berpikir (thinking) adalah pemrosesan informasi.
Dalam hal ini Siegler memberikan perspektif luas tentang apa itu penyandian (encoding),
merepre-sentasikan, dan menyimpan informasi dari dunia sekelilingnya, mereka sedang
melakukan proses berpikir. Siegler percaya bahwa pikiran adalah sesuatu yang sangat
fleksibel, yang menyebabkan individu bisa beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan
perubahan dalam lingkungan, tugas, dan tujuan. Tetapi, ada batas kemampuan berpikir
manusia ini. Individu hanya dapat memerhatikan sejumlah informasi yang terbatas pada
satu waktu, dan kecepatan untuk memproses informasi juga terbatas.

b. Mekanisme Pengubah
Siegler (2002) berpendapat bahwa dalam pemrosesan informasi fokus utamanya adalah
pada peran mekanisme pengubah dan perkembangan. Dia percaya bahwa ada empat
mekanisme yang bekerja sama menciptakan perubahan dalam keterampilan kognitif anak:
encoding (penyandian), otomatisasi, konstruksi strategi, dan generalisasi.
a) Encoding
Encoding adalah proses memasukkan informasi ke dalam memori. Siegler
mengatakan bahwa aspek utama dari pemecahan problem adalah menyandikan
informasi yang relavan dan mengabaikan informasi yang tidak relevan. Karena
biasanya dibutuhkan waktu dan usaha untuk menyusun strategi baru, anak harus
melatihnya untuk melaksanakan peyandian secara otomatis maksimalkan
efektivitasnya.
b) Otomatisitas
Istilah otomatisitas (automaticity) adalah kemampuan untuk memproses informasi
dengan sedikit atau tanpa usaha. Seiring dengan bertambahnya usia dan pengalaman,
pemrosesan informasi menjadi makin otomatis, dan anak bisa mendeteksi hubungan-
hubungan baru antara ide dan kejadian (Kail, 2002).
c) Strategi
Mekanisme ketiga adalah kontruksi strategi yaitu penemuan prosedur baru untuk
memproses informasi. Siegler (2001) mengatakan bahwa anak perlu menyadikan
informasi kunci untuk suatu problem dan mengoordinasikan informasi tersebut dengan
pengetahuan sebelumnya yang relavan untuk memecahkan masalah.
d) Generalisasi
Agar mendapat manfaat penuh dari strategi baru itu, diperlukan generalisasi. Anak
perlu melakukan generalisasi, atau mengaplikasikan, strategi pada problem lain.
Transfer terjadi saat anak mengaplikasikan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya
untuk mempelajari atau memecahkan problem dalam situasi yang baru.

c. Modifikasi Diri
Pendekatan pemrosesan informasi kontemporer menyatakan bahwa, seperti dalam teori
perkembangan kognitif Piaget, anak memainkan peran Aktif dalam perkembangan mereka.
Mereka menggunakan pengetahuan dan strategi yang telah mereka pelajari untuk
menyesuaikan respons pada situasi pembelajaran yang baru. Dengan cara ini, anak
membangun respons baru dan lebihcanggih berdasarkan pengetahuan dan strategi
saebelumnya. Arti penting modifikasi diri dalam pemrosesan informasi
dicontohkan metakognisi, yang berarti kognisi tentang kognisi, atau “mengetahui tentang
mengetahui” (Flavell, 199; Flavell Miller, & Miller, 2002).

B. Memori
Memori atau ingatan adalah retensi informasi. Para psikologi pendidikan memepelajari
bagaimana informasi diletakan atau disimpan dalam memori, bagaimana ia dipertahnakan atau
disimpan setelah disediakan(encoded), dan bagaimana ia ditemukan atau diungkap kembali untuk
tujuan tertentu dikemudian hari. Memori membuat diri kita terasa berkesinambungan. Tnapa
memori, anda tidak akan mampu menghubungkan apa yang terjdai kemarin dengan apa yang anda
alami sekrang. Dewasa ini, para psikolog pendidikan menyatakan bahwa adalah penting untuk
tidak memandang memori dari segi bagaimana anak menambahkan sesutu kedalam ingatan, tetapi
harus dilihat dari segi bagaimana anak menyusun memori mereka (Schacter, 2001)
1. Enconding
Dalam bahasa sehari-hari, encoding banyak kemiripan dengan atensi dan pembelajaran.
Saat murid mendengarakan guru bicara, menonton film, mendengarkan musik, atau bicara
dengan kawan, dia sedang menyediakan informasi kedalam memori. Ada enam konsep yang
berhubungan dengan encoding, yakni atensi, pengulangan, pemrosesan mendalam, elaborasi,
mengkonstruksi citra (imaji), dan penatann organisasi)
a. Atensi
Atansi adalah mengonsentrasikan dan memfokuskan sumber daya mental. Salah
satu keahlian penting dalam memerhatikan adalah seleksi. Atensi bersifat selektif
karena sumber daya otak terbatas (Mangels, Piction, & Craik, 2001).
Kemampuan berpindah dari satu aktivitas ke aktifias yang lain secara tepat adalah
tantangan lain yang berhubungan dengan atensi. Misalnya, belajar menulis cerita yang
bagus membuuthkan kemampuan unutk berpindah-pindah dari aktivitas mneulis huruf,
menata kalimat, menyuun paragraf, dan menyampaikan cerita secara keseluruhan.
Kamampuan meggeser atensi anak yang lebih tua dan orang dewasa lebih baik
ketimbang anak yang lebih muda dan anak kecil.

b. Pengulangan (rehearsal)
Pengulangan (rehearsal) adalah repitisi informasi dari waktu ke waktu agar
informasi lebih lama berada di dalam memori. Pengulangan akan bekerja dengan baik
apabila murid perlu menyandikan dan mengingat daftar item untuk periode waktu yang
singkat. Saat mereka mempertahamkan informasi untuk jangka waktu yang panjang,
seperti saat mereka belajar untuk ujian yang akan dilakukan lebih dari seminggu lagi,
maka lebih dilakukan strategi selain pengulangan. Alasan utama kenapa cara
pengulangan tidak bisa bekerja baik untuk mempertahankan imformasi untuk jangka
panjang adalah karena pengulangan sering kali hanya berupa mengulang-ulang
informasi tanpa memberikan makna pada informasi itu. Ketika murid mengkonstruksi
memori mereka dengan cara yang bermakna, mereka kan bisa mengingat dengan lebih
baik. Seperti yang kan kita lihat nanti, mereka juga mengingat dengan lebih baik jika
mereka memeproses materi secara mendalam dan mengelaborasinya.
c. Perosesan mendalam
Setelah diketahui bahwa pengulangan (rehearsal) bukan cara yang efisien untuk
menye-diakan informasi untuk memori jangka panjang (Fergus Craik dan Robert
Lockhart 1972) menagtakan bahwa kita dapat memproses informasi pada berbagai
level. Teori mereka, yakni teori level pemrosesan, menyatakan bahwa pemrosesan
memori terjadi pada kontinum dari dangkal ke dalam, dimana pemrosesan yang
mendalam akan menghasilkan memori yang lebih baik. Ciri indrawi atau fisik dari
suatu stimuli akan dianalisis terlebih dahulu pada level dangkal. Ini dialkukan dengan
mendeteksi garis, sudut, garis, dan kontur (countur) dari huruf cetak atau frekuensi,
durasi, dan kekrasan suara. Para peneliti telah menemukan bhwa individu mengingat
informasi dengan lebih baik jika mereka memprosesnya pada level yang lebih dalam
(Otten, Henson, & Rugg, 2001)

d. Elaborasi
Elaborasi adalah ekstensivitas pemrosesan memori dalam penyandian. Jadi saat
anda menyajikan konsep demokrasi kepad murid, mereka kemungkinan mengingatnya
dengan lebih baik jika mereka diberi contoh lebih bagus dari demokrasi. Mencari
contoh adalah cara yang bagus utuk mengelaborasi informasi. Misalnya, referensi
diri (self-reference) adalah cara yang efektif untuk mngelaborasi informasi.
Penggunaan elaborasi berubah seiring dengan perkembangan (Schneider &
Pressley, 1997). Remaja lebih mungkin menggunakan elaborasi secara spontan
ketimbang anak-anak. Anak SD bisa diajari menggunakan elaborasi pada satu tugas
belajarnya, tetapi jika dibandingkan dengan remaja, mereka mungkin tidak
menggunakan elaborasi untuk tugas belajar lain. walaupun demikian, elaborasi verbal
dapat menjadi strategi memori yang efektif bahkan untuk anak-anak SD. Salah satu
alasan kenapa elaborasi bisa bekerja dengan baik dalam menyediakan informasi adalah
karena elaborasi menambahkan perbedaan dalam kode memori (Ellis, 1987). Untuk
mengingat satu informasi, seperti nama, pengalaman atau fakta geografi, murid perlu
mencari satu kode yang memuat informasi di natara berbagai kode dalam memori
jangka panjang mereka. Proses pencarian itu akan lebih mudah apabila kode
memorinya unik (Hunt & Kelly, 1996)
e. Mengkonstruksi citra (imaji)
Ketika kita mengkonstruksi citra dari sesuatu, kita sedang mengelaborasi informasi.
Allan Paivio (1971, 1986) percaya bahwa memori disimpan melalui satu atau dua cara:
sebagai kode verbal atau sebagi kode citra/imaji. Paivio mengatakan bahwa semakin
detail dan unik dari suatu kode citra, maka semakin baik memori anda dalam menginbat
informasi itu. Para peneliti telah menemukan bahwa mengajak anak untuk
menggunakan imaji guna mengingat informasi verbal adalah cara yang baik bagi anak
yang lebih tua ketimbang anak yang lebih muda (Schneider & pressley, 1997).

f. Penataan
Apabila murid menata (mengorganisasikan) informasi ketika mereka
menyediakanya, maka memori mereka akan banyak terbantu. Semakin tertata
imformasia yang disampaikan, semakin mudah untuk mengingatnya. Ini terutama
berlaku jika menata imformasi secara hierarkis atau
menjelaskannya. Chunking (“pengemasan”) adalah strategi penataan memori yang
baik, yakni dapat mengelompokan atau “mengepak” informasi menjadi unit-unit
“higherorder” yang dapat diingat sebagai satu tunggal. Chunking dilakukan dengan
membuat sejumlah besar informasi menjadi lebih mudah dikelola dan lebih bermakna.

2. Penyimpanan
Setelah murid menyandikan informasi, mereka perlu mempertahankan atau menyimpan
informasi. Di antara aspek paling menonjol dari penyimpanan memori adalah tiga simpanan
utama, yang berhubungan dengan tiga kerangka waktu yang berbeda, memori sensori,working
memory (atau memori jangka pendek), dan memori jangka panjang.

a. Kerangka waktu memori


Anak-anak mengingat beberpa imformasi selam kurang dari satu detik, beberapa
informasi diingat selama setengah menit, dan informasi lainnya diingat bebrpa menit,
jam, tahun, bahkan seumur hidup. Tiga tipe memori yang sesuai dengan kerangka
waktunya adalah memori sensoris (yang berlangsung hanya beberpa detik); memori
jangka pendek (juga disebut working memory, bertahan sekitar 30 detik); dan memori
jangka panjang (bertahan samapi seumur hidup).
a) Memori sensoris
Memori sensoris atau sensory memory mempertahankan informasi dari dunia
dalam bentuk sensoris aslinya hanya selama beberapa saat, atau lebih lama
ketimbang waktu murid menerima sensasi visual, suara, dan sesnsai lainnya. Murid
mempunyai memori sensori untuk suara lama beberapa detik, kurang lebih seperti
lamanya suatu gema suara. Akan tetapi, memeori sensoris untuk gambar visual
bertahan hanya sekitar seperempat detik. Karena informasi sensosri bertahan hanya
sesaat, adalah penting bagi murid untuk memperhatikan informasi sensoris yang
penting bagi pemebelajaran mereka.
b) Memori jangka pendek
Memori jangka pendek adalah sistem memori berkapasitas terbatas di mana
informasi diperthankan sekitar 30 detik, kecuali informasi itu di ulangi atau
diproses lebih lanjut, di mana dalam kasus itu daya tahan simpanannya dapat lebih
lama. Dibandingkan dengan memori sensoris, memeori jangka pendek
kapasitasnya terbatas tetepi durasinya relatif lebih panjang. Keterbatasan
kapasitasnya menarik perhatian George Miller (1956), yang mendiskripsikan dalam
sebuah paper yang berjudul menarik “The Megical Number Seven, Plus or Minus
Two”. Miller menujukkan bahwa terbatasanya kemempuan murid dalam
menyimpan informasi tanpa bantuan eksternal. Biasanya batasan itu pada
kisaran 7 ± 2 item.
Berkaitan dengan memori jangka pendek ini, psikologi inggris Alan Badelley
(1993, 1998, 2000, 2001) mengemukan bahwa working memory adalah sistem tiga
bagian yang secara temporer mempetehankan informasi saat orang melakukan
tugas. Working memory adalah semcam meja kerja mental di mana informasi
dikelola atau dimanipulasi dan dipadukan untuk membantu kita membuat
keputusan, memecah maslah, dan memahami bahasa tulis dan lisan. Perhatikan
bahwa working memory tidak seperti toko pasif dengn rak-rak penyimpan
informasi sampai dia pindah ke memori jngka panjang. Sebaliknaya, working
memory adalahsistem memory yang sangat aktif (Engle, 2002).
 Phenological loop dikhususkan untuk menyimpan suara bahasa dari informasi
pembicaraan. Bagian ini memuat dua komponen terpisah: kode akustik (suara)
yang menghilang setelah beberapa detik, dan pengulangan (rehearsal), yang
mambuat individu dapat mengulangi kata dalam gudang fonologi ini.
 Visual-spatial working memory menyimpan informasi visual dan spesial,
termasuk imaji visual. Seperti phenological loop, memory visual-spetial ini
berkapasitas terbatas. Kedua memory ini berfungsi secsrs
terpisah (independen). Anda bisa mngulang-ulang angka angka dalam
phenological-loop sembari membuat susunan spasialdari angka-angka itu
dalam visual-spatial working memori.
 Cental executive bukan hanya mengintegrasikan informasi dariphenomological
loop dan visual spatial working memory, tetapi juga dari memori jangka
panjang. Menurut Baddeley, cental ececutiv memainkan peran penting dalam
atensi, perencanaan, dan pengorganisasian perilaku. Central
executive bertindak seperti penyelia (supervisor), yang memonitor informasi
dan isu mana yang layak mendapat perhatian dan mana yang sebaiknya
diabaikan. Ia juga memilih strategi mana yang dipakai untuk memeproses
informasi dan memecehakn problem. Sebagaiman halnya dengan dua
komponen lainnya, phenomological loop dan visual-spatial working
memory, executive central punya kemampuan terbatas.
c) Memory jangka panjang
Memory jangka panjang adalah tipe memori yang menyimpan banyak
informasi selam periode waktu yang lama secara relatif permanen. Kapasitas
memori jangka panjang manusia sungguh mengherakan. Ilmuan komputer John
von Neumann menyebutkan ukuran 2,8 x 10 (280 kuin triliun) bit, yang berarti
bahwa kapasitas penyimpanan memori jangka panjang pada dasarnya tidak
terbatas. Bahkan yang lebih mengesankan adalah efisiensi yang yang dilakukan
sesorang untuk mengmbila informasi.
d) Model Tiga Simpanan Memori
Konsep memori tiga tahap yang telah kita deskripsikan di atas dikembangkan
oleh Richar Atkinson dan Richard Shiffrin (1968). Menurut Model Atkinson-
Shiffrin, memori melibatkan sekuensi tahap memory sensoris, memori jangka
pendek, dan meori jangka panjang Seperti kita telah lihat, banyak informasi; hanya
beda pada tahap memori sensoris, seperti suara dan penglihatan. Informasi ini
hanya disimpan sebentar. Akan tetapi, ada beberapa informasi, teutama yang kita
perhatikan, ditransfer ke memori jangka pendek, di mana ia bisa dipertahankan
selama 30 detik (atau lebih dengan bantuan pengulangan). Atkinson dan Shiffrin
mengatakan bahwa semakin lama informasi dipertahankan dalam memori jangka
pendek dengan bantuan pengulangan, semakin besar kemungkinannya untuk
masuk ke memori jangka panjang. Perhatikan gambar di bawah ini, bahwa
informasi di memori jangka panjang bisa juga ditarik kembali ke memori jangka
pendek.

Beberapa pakar memori kontemporer percaya bahwa model Atkinson


Shiffrin terlau sederhana (Bartlett, 2001). Mereka mengatakan bahwa memori tidak
selalu bekerja dalam urutan tiga tahap yang rapi seperti dalam model Atkinson dan
Shiffrin. Misalnya, para pakar ini menekankan bahwa working
memory menggunakan isi memori jangka panjang secara lebih fleksibel ketimbang
hanya sekadar mengambil informasi darinya. Walaupun mengandung masalah,
model ini berguna untuk menjelaskan beberapa komponen memori.

b. Isi memori jangka panjang


Sebagaimanan tipe memori dapat dibedakan berdasarkan berapa lama memori itu
disimpan, demikian pula memori dapat dibedakan ber dasarkan isinya. Banyak
psikolog kontemporer sependapat bahwa ada hierarki isi memori jangka panjang,
seperti ditunjukkan dalam gambar di bawah ini (Bartlett, 2001; Squire 1987). Dalam
hierarki ini, memori jangka panjang dibagi menjadi subtipe memori deklaratif dan
memori prosedural. Memori deklaratif dibagi lagi menjadi memori episodik dan
memori semantik.
a) Memori deklaratif
Memori deklaratif adalah rekoleksi atau pengingatan kembali informasi secara
sadar, seperti fakta spesifik atau kejaidan yang dapat dikomunikasikansecara
verbal. Memori deklaratif pernah disebut sebagai “mengetahui bahwa”, dan
belakangan ini diberi label “memori eksplisit”. Bentuk memori deklaratif murid
misalnya penjelasan ulang atas kejadian yang telah mereka saksikan atau
mendeskripsikan prinsip dasar matematika. Akan tetapi, murid tidak perlu bicara
untuk menggunakan memori deklaratif. Apabila murid duduk dan merenungkan
pengalamannya, maka memori deklaratif mereka sudah bekerja. Psikolog kognitif
Endel Tulving (1972, 2000) membedakan dua subjek subtipe memori deklaratif;
episodik dan semantik.
b) Memori episodik
Memori episodik adalah retensi informasi tentang dimana dan kapan terjadinya
suatu peristiwa dalam hidup. Kenangan murid tentang masa-masa awal sekolah,
dengan siapa mereka makan siang, atau tamu yang datang di kelas mereka
seminggu yang lalu, merupakan memori episodic.
c) Memori semantik adalah pengetahuan umum murid tentang dunia. Memori ini
mencakup:
 Pengetahuan tentang pelajaran di sekolah (seperti pengetahuan geometri).
 Pengetahuan tentang bidang keahlian yang berbeda (seperti pengetahuan catur
dari pemain catur berumur 15 tahun).
 Pengetahuan “sehari-hari” tentang makna kata, orang terkenal, tempat-tempt
penting, dan hal-hal umum (seperti apa arti kata gaul atau siapa itu Nelson
Mandela atau Gus Dur)
d) Memori procedural
Memori procedural adalah pengetahuan non deklaratif dalam bentuk
keterampilan dan operasi kognitif. Memori procedural tidak dapat secara sadar
diingat kembali, setidaknya dalam bentuk fakta atau kejadian spesifik. Ini membuat
memori procedural menjadi sulit, jika bukannya mustahil, untuk dikomunikasikan.
Memori procedural terkadnag dinamakanmengetahui bagaimana, dan belakangan
ini juga disebut sebagai “memori implicit” (Schacter, 2000). Ketika murid
mengaplikasikan kemampuan mereka untuk menari, naik sepeda, atau mengetik di
komputer, maka mereka menggunakan memori procedural. Memori ini juga
bekerja ketika mereka bicara dengan tata bahasa yang benar tanpamemikirkan
bagiamana cara melakukannya.

c. Mempresentasikan informasi dalam memori


Bagaimana murid memperesentasikan informasi dalam memori? Ada dua teori
untuk menjawab pertanyaan ini: teori jaringan dan teori skema.
a) Teori jaringan
Teori jaringan (network theories) mendeskripsikan bagiamana informasi di
memori diorganisir dan dihubungkan. Teori ini memerhatikan titik-
titik simpul (nodes) dalam jaringan memori. Misalkan konsep “burung”. Salah satu
teori jaringan yang paling awal mendeskripsikan representasi memori sebagai
representasi yang disusun secara hierarkis dengan konsep yang lebih konkret
(misalnya “kenari”) diletakkan di bawah konsep yang lebih abstrak (seperti
“burung”). Tetapi, kemudian disadari bahwa jaringan hierarki itu terlalu rapi untuk
mendeskripsikan secara akurat bagaimana kerja representasi memori actual.
Mislanya, murid membutuhkan waktu lebih lama untuk menjawab pertanyaan,
“apakah kenari termasuk burung?” Jadi, para peneliti memori dewasa ini
membayangkan jaringan memori lebih sebagai jaringan yang tidak teratur. Burung
tertentu, seperti kenari, lebih dekat dengan titik simbul atau pusat kategori “burung”
ketimbang burung unta.
b) Teori skema
Teori skema menyatakan bahwa ketika kita merekonstruksi informasi, kita
menyesuaikannya dengan informasi yang sudah ada di bena kita.
Sebuah skema adalah informasi konsep, pengetahuan, info rmasi tentang kejadian
yang sudah eksis dalampikiran seseorang. Anda ingat kembali deskripsi skema
dalam teori Piaget? Skema dari pengetahuan sebelumnya memengaruhi cara kita
menyandikan, membuat informasi, dan mengambil informasi. Berbeda dengan
teori jaringan, yang berasumsi bahwa pengambilan informasi melibatkan fakta
spesifik, teori skema menyatakan bahwa pencarian di emori jangka panjang tidak
melibatkan fata yang sangat tepat. kita sering tak menemukan secara tepat apa yang
kau inginkan, dan kita harus mengkonstruksikan fata lainnya. Ketika diminta
mengambil informasi dari memori, kita seringkali mengisi gap antara memori
kitayang berfragmentasi dengan bermacam-macam fakta yang akurat dan tidak
akurat.
Teori skema muncul dalam studi Frederick Bartlett (1932) tentang bagaimana
orang mengingat cerita. Bartlett memerhatikan tentang bagaimana latar belakang
seseorang, yang disandikan dalam skema, akan mengungkapkan dirinya dalam
rekonstruksi seseorang (modifikasi dan distorsi) atas isi cerita.
Kita punya skema untuk segala jenis informasi. Jika anda mengisahkan cerita
di kelas Anda, seperti War of The Ghosts atau cerita lainnya, dan kemudian
menyuruh murid menuliskan cerita itu, kemungkinan anda akan memperoleh
banyak versi yang berbeda. Artinya, murid Adan tidak akan mengingat setiap detail
dari cerita.
Ringkasnya, teori skema secara akurat memprediksi bahwa orang tidak selalu
menyimpan dan mengambil data seperti komputer mengambil data (Schacter,
2001). Pikiran juga dapat mendistorisi kejadian saat ia menyandikan dan
menyimpan kesan dan realitas.
script adalah skema untuk suatu kejadian. Script sering kali mengandung
informasi tentang cirri fisik, orang dan kejadian tertentu. Jenis informasi ini amat
membantu ketika guru dan murid perlu mencari tahu apa yang terjadi di sekitar
mereka. Dalam satu script untuk aktivitas seni, murid mungkin mengingat bahwa
anda akan menyuruh mereka untuk menggambar, bahwa mereka harus menghiasi
baju mereka, bahwa mereka harus mencari kertas gambar dan melukis dengan kuas,
bahwa mereka harusm embersihkan kuas setelah selesai, dan seterusnya. Misalnya,
murid yang datang terlambat mungkin akan tetap tahu apa yang harus mereka
lakukan karena dia punya script aktivitas seni.
3. Mengambil kembali dan melupakan
a. Pengambilan kembali
Ketika kita mengambil sesuatu dari “gudang data” mental, kita menelusuri gudang
memori kita untuk mencari informasi yang relevan. Seperti halnya dengan penyandian,
pencarian ini bisa otomatis atau bisa juga membutuhkan beberapa usaha. Misalnya, jika
Anda bertanya pada murid bulan apa sekarang. Jawabannya mungkin muncul segera.
Artinya, pengambilan kembali ini bersifat otomatis. Tetapi, jika Anda bertanya kepada
murid Anda nama tamu yang datang ke kelas dua bulan lalu, maka proses pengambilan
informasinya mungkin membutuhkan lebih banyak usaha.
Posisi item dalam suatu daftar juga memengaruhi tingkat kemudahan dan kesulitan
dalam mengingat. Efek Posisi Serial berarti bahwa orang lebih mudah mengingat item
yang ada di awal dan akhir dari suatu daftar ketimbang item yang ada ditengah. Misalnya,
saat Anda memberi petunjuk pada murid arah untuk mendapatkan bantuan tutoring. Anda
mengatakan, “Belok kiri di Rawamangun, belok kanan di Monas” ketimbang “Belok kanan
di tugu tani.” Primacy effect berarti item di awal suatu daftar cenderung akan lebih
diingat. Recency effect berarti bahwa item yang berada di akhir daftar juga cenderung
lebihdiingat.
Efek posisi serial bukan hanya berlaku untuk datar, tetapi juga pada kejadian-kejadian.
Jika anda memberikan pelajaran sejarah selama seminggu, dan kemudian menanyakannya
kepada murid pada hari sEnin minggu berikutnya, mereka mungkin akan dapat mengingat
apa yang anda katakana pada hari Jum’at minggu sebelumnya dan kurang bisa mengingat
apa yang anda katakana pada hari Rabu minggu sebelumnya.
Faktor lain yang memengaruhi pengambilan ini adalah sifat dari petunjuk yang
digunakan orang untuk mendongkrak memori mereka (Allan, dkk., 2001). Murid dapat
menciptakan petunjuk yang efektif. Misalnya, apabila murid menghadapi “rintangan”
untukmengingat nama tamu yang datang ke kelas dua bulan lalu, dia mungkin bisa
menggunakan alphabet, menciptakan nama untuk masing-masing huruf. Apabila berhasil
“tersandung” pad nama yang benar, kemungkinan dia akan mengenalinya.
Ketika seseorang diminta untuk mengingat serangkaian kata, kata yang terakhir
biasanya paling diingat, kemudian kata diurutan pertama juga mudah diingat, sedangkan
kata di tengah-tengah kurang bisa diingat secara efisien.
Konsisdensi lain dalam memahami pengambilan informasi adalah prinsip spesifitas
penyandian (encoding specifity principle), yaitu bahwa asosiasi yang dibentuk saat
penyandian atau pembelajaran cenderung akan menjadi petunjuk yang efektif untuk
pengambilan kembali (Hannon & Craik, 2001). Misalnya, bayangkan seorang anak umur
13 tahun menyandikan informasi tentang Bunda Teresa: Dia lahir di Albania,
menghabiskan sebagian besar hidupnya di India, menjadi biarawati Katolik Romawi, sedih
melihat ornag-orang sakit dan sekarat di jalan-jalan di Calcutta, dan memenangkan Hadiah
Nobel kemanusiaankarena membantu orang-orang miskin dan menderita. Kata-kata seperti
Hadiah Nobel Calcutta, dan kemanusiaan dapat dipakai sebagai petunjuk saat anak itu
berusaa mengingat namanya, Negara tempat dia tinggal, dan agamanya. Konsep spesifitas
penyandian sesuai dengan diskusi elaborasi kita di atas: semakin banyak anak melakukan
elaborasi dalam menyandikan informasi, semakin baik mereka dalam mengingat informasi.
Spesifisitas penyandian dan elaborasi mengungkapkanbetapa saling terkaitnya penyandian
dan pengambilan informasi tersebut.
Masih ada aspek pengambilan lain, yakni sifat dari tugas pengambilan itu sendiri
(Nobel & Shiffrin, 2001). Mengingat (recall) adalah tugas memori di mana individu harus
mengambil informasi yang telah dipelajari, seperti ketika murid harus mengisi soal atau
menjawab pertanyaan. Rekognisi atau pengenalan (recognition) adalah sebab memori di
mana individu hanya harus mengidentifikasi (“mengenali”) informasi yang telah dipelajari,
seperti dalam soal ujian pilihan berganda. Banyak murid lebih suka pilihan berganda sebab
soal seperti itu memberi mereka petunjuk sedangkan soal isian tidak memberikan petunjuk
apa pun.

b. Melupakan
Salah satu bentuk melupakan melibatkan petunjuk atau isyarat (cue) yang baru saja kita
diskusikan. Cue dependent forgetting adalah kegagalan dalam mengambil kembali
informaso karena kurangnya petunjuk pengambilan yang efektif (Nairne, 2000).
Gagsaan cue dependent forgetting ini dpapat menjelaskan mengapa murid mungkin gagal
untuk mengambil fakta yang dibutuhkan untuk ujian bahkan saat dia merasa yakin
“mengetahui” informasi tersebut (Williams & Zacks, 2001). Misalnya, jika Anda belajar
untuk menghadapi tes psikologi pendidikan dan diberi pertanyaan tentang perbedaan antara
mengingat dan mengenalli dalam pengambilan informasi, anda mungkinakan bisa
mengingat perbedaan itu dengan lebih baik apabila anda punya petunjuk “isilah titik-titik
dan “pilihan berganda”.
Prinsip cue dependent forgetting sesuai dengan teori interferensi, yang menyatakan
bahwa kita lupa bukan karena kita kehilangan memori dari tempat penyimpanan, tetapi
karena ada informasi lain yang menghambat upaya kita untuk mengingat informasi yang
kita inginkan. Bagimurid yang belajar untuk ujian biologi, kemudian untuk ujian sejarah,
dan kemudian dia menempuh ujian biologi dahulu, maka informasi tentang sejarah akan
mencampuri ingatan tentang biologi. Jadi, teori interferensi mengimplikasikan bahwa
strategi belajar yang baik adalah mempelajari lebih dahulu ujian yang akandiberikan
terakhir. Jadi dalam contoh di atas, murid akan lebih baik belajar sejarah dahulu dan
kemudian belajar biologi. Strategi ini juga sesuai dengan recendy effect yang telah kita
diskusikan di muka. Strategi ini juga sesuai dengan recency effect yang telah kita
diskusikan di muka. Renungkan bagiamana pengetahuan teori interferensi ini bisamemantu
anda saat anda mereview rencana anda untuk memberikan ujian bagi murid anda.
Sumber lupa lainnya adalah penurunan memori. Menurut decay theory, pembelajaran
baru akan melibatkan pembentukan “jejak memori” neurokimia, yang akan terpecah. Jadi,
teori ini menyatakan bahwa berlalunya waktu bisa membuat orang menjadi lupa. Peneliti
memori Daniel Schacter (2001) menyebut pelupaan yang terjadi karena berlalunya waktu
sebagai transience. Penurunan memori berlangsung pada kecepatan yang berbeda-beda.
Beberapa memori tetap kuat dan bertahan selama periode waktu yang panjang, terutama
jika itu punya kaitan emosional.

C. Keahlian
Keahlian disini berhubungan dengan kemampuan kita untuk mengingat informasi baru tentang
subjek. Kemampuan kita untuk mengingat informasi suatu subjek bergantung apa yang telah kita
ketahui tentangnya (Carver & Klahr, 2001; Ericson & yang lainnya, 2006; Keil 2006). Sebagai
contoh, kemampuan seorang siswa untuk menceritakan apa yang ia lihat ketika ia berada di
perpustakaan sebagian besar ditentukan oleh apa yang telah ia ketahui tentang perpustakaan,
seperti dimanakah letak buku dengan topic tertentu dan cara meminjam buku. Apabila
pengetahuannya akan perpustakaan sangat sedikit, siswa tersebut akan memiliki lebih banyak
kesulitan dalam meceritakan apa yang ada di sana. Salah satu alasan mengapa anak mengingat
lebih sedikit ketimbang orang deawasa adalah karena mereka kurang ahli dalam banyak bidang.

1. Keahlian dan Pembelajaran


Mempelajari perilaku dan proses pikiran para ahli bisa memberikan kita wawasan tentang
cara membimbing para siswa untuk menjadi pelajar yang lebih efektif. Menurut National
Reserch Council (1999), mereka lebih baik dari pada pemula dalam: Cara yang anda bisa
gunakan untuk membantu siswa – siswa anda mempelajari dan mengingat ketrampilan –
ketrampilan yang digunakan para ahli:
 Mendeteksi fitur – fitur dan pola informasi yang bermakna.
 Mengakumulasi lebih banyak pengetahuan materi dan mengukurnya dalam cara yang
menunjukkan pemahaman topic.
 Mendapatkan kembali aspek pengetahuan yang penting dengan sedikit usaha.
 Menyesuaikan satu pendekatan untuk situasi baru.
 Menggunakan stratetegi yang efektik.
a. Pola Organisasi yang Bermakna
Di dalam mendeteksi fitur dan pola organisasi yang berarti ini para ahli lebih baik
dalam memperhatikan fitur – fitur penting dari masalah dan konteks yang mungkin
diabaikan oleh para pemula (Bransford & yang lainnya, 2006). Para ahli juga memiliki
pengingatan kembali yang lebih baik akan informasi dalam bidang keahlian mereka. Proses
chunking, yang telah kita bahas sebelumnya, merupakan satu cara mereka mencapai
pengingatan kembali yang unggul ini.

b. Organisasi dan Kedalaman Pengetahuan


Pengetahuan para ahli diatur di sekitar idea tau konsep penting lebih baik bila
dibandingkan dengan pengetahuan para pemula (National Research Council, 1999). Ini
memberi para ahli pemahaman yang jauh lebih mendalam akan pengetahuan dibandingkan
yang dimiliki para pemula (Bransford &yang lainnya, 2006; Simon, 2001; Voss & yang
lainnya, 1984). Para ahli bidang tertentu biasanya memiliki jaringan informasi yang jauh
lebih terelaborasi tentang bidang tersebut dibandingkan para pemula. Informasi yang
mereka hadirkan dalam memori mempunyai lebih banyak titik temu, lebih banyak
keterkaitan, dan organisasi hierarki yang lebih baik.

c. Pemanggilan Cepat
Pengambilan kembali informasi yang relevan dapat dilakukan dengan banyak usaha,
sedikit usaha, atau tanpa usaha sama sekali (National Research Council, 1999). Para ahli
mendapatkan mendapatkan kembali informasi dalam cara yang hamper tanpa usaha dan
otomatis, sementara para pemula mengembangkan banyak usaha untuk mendapatkan
kembali informasi. Sebagai contoh, para pembaca yang sudah ahli bisa dengan cepat
menandai kata2 dari sebuah kalimat dan paragraph, namun kemampuan para pembaca yang
masih pemula untuk mengkodekan kata – kata masih belum lancar, sehingga mereka harus
mengalokasikan banyak perhatian dan waktu untuk pekerjaan ini.

d. Keahlian Adaptif
Pertanyaan penting lainnya adalah apakah beberapa cara dalam menata pengetahuan
adalah lebih baik ketimbang cara lainnya dalam rangka membantu orang lebih fleksibel
dan beradaptai dengan situasi baru (National Research Council, 1999). Pakar adaptif
mampu untuk memahami situasi baru secara fleksibel, tidak acara kaku atau tetap (Hatano,
1990).

2. Strategi
Para ahli menggunakan strategi yang efektif dalam memahami informasi dalam bidang
keahlian mereka dan dalam mengajukannya. Sebelumnya kita membahas mengenai strategi
yang bisa digunakan siswa untuk mengingat informasi. Adapun beberapa strategi efektif yang
bisa dikembangkan siswa – siswi untuk menjadi ahli dalam pembelajaran:
a. Menyebarkan dan mengonsolidasi pembelajaran
Proses belajar murid akan banyak tertolong apabila guru bicara dengan mereka tentang
arti penting dari review atas apa yang telah mereka pelajari. Contohnya seperti
pembelajaran yang membutuhkan periode yang lebih lama seperti mempersiapkan ujian
nasional. Anak – anak yang mepersiapkan ujian akan mendapatkan manfaat dari distribusi
pembelajaran selama periode yang lebih lama daripada hanya pembelajaran yang tergesa
– gesa yang cenderung menghasilkan memori jangka pendek yang diproses secara dangkal,
bukanya secara mendalam.
b. Mengajukan pertanyaan untuk diri sendiri
Strategi pengajuan pertanyaan untuk diri sendiri ini bisa membantu anak dalam
mengingat informasi. Ketika anak – anak menanyai diri mereka sendiri tentang apa yang
telah mereka baca atau tentang satu aktivitas, mereka memperluas jumlah asosiasi
informasi yang perlu mereka dapatkan kembali.
c. Mencatat dengan baik
Mencatat ini juga adalah strategi yang bagus untuk menjadikan anak ahli dalam
pembelajaran karena hal ini akan memberikan manfaat untuk mereka. Adapun beberapa
strategi pencatatan yang bagus yaitu ringkasan, menulis garis besar, peta konsep. Ketiga
strategi pencatatan tersebut membantu anak – anak memgevaluasi ide yang paling penting
untuk diingat.
d. Menggunakan sistem studi
Sistem studi yang baru dikembangkan untuk menjadikan anak ahli dalam pembelajaran
adalah PQ4R yang merupakan singkatan dariPreview, Question, Read, Reflect,
Recite dan Review.
a) Preview adalah memberitahu siswa – siswi untuk secara singkat menyurvei materi
guna mendapatkan organisasi secara keseluruhan.
b) Question berarti mendorong siswa mananyai diri mereka sendiri tentang materi
tersebut.
c) Read berarti mendorong siswa – siswi untuk membaca dan menjadi pembaca yang
aktif.
d) Reflect berarti mendorong siswa – siswi untuk bersikap analitis dalam belajar.
e) Recite berarti Mendorong anak untuk membuat pertanyaan mengenai materi tersebut.
f) Review berarti memeberitahu siswa – siswi untuk membaca lagi seluruh materi dan
mengevaluasi apa yang mereka ketahui.
3. Memperoleh Keahlian
Dalam memperoleh kehlian, maka ada dua hala yang harus menjadi perhatian, yaitu:
a. Latihan dan motivasi
Salah satu pandangan mengenai keahlian menyatakan bahwa latihan yang disengaja
adalah syarat untuk menjadi seorang ahli atau pakar. Ini bukan hanya satu jenis latihan. Ini
meliputi latihan tugas pada level kesulitan yang tepat untuk individual, memberikan umpan
balik informasi, mengizinkan kesempatan untuk repitisi, dan mengizinkan koreksi
kesalahan (Ericson, 1996). Latihan yang panjang itu membutuhkan motivasi yang besar.
Murid yang tidak termotivasi untuk latihan berjam-jam biasanya tidak akan menjadi pakar
dalam area tertentu.

b. Bakat
Sejumlah psikolog yang mempelajari keahlian, berpendapat bahwa keahlian bukan
hanya membutuhkan latihan dan motivasi (bloom, 1985; Shiffrin, 1996; Stenberg & Ben-
Zeev, 2001), tetapi harus ada bakat yang dibawa sejak lahir. Hereditas memang penting,
meskipun demikian bakat yang dibawa tidak akan berhasil tanpa adanya motivasi dan
latihan ekstensif. Bakat saja tidak cukup membuat orang menjadi pakar.

D. Metakognisi
Pengetahuan metakognitif bisa dibedakan dari aktivitas metakognitif. Pengetahuan
metakognitif melibatkan pemantauan dan refleksi pemikiran terbaru seseorang. Ini mencakup
pengetahuan factual, seperti pengetahuan tentang tugas, tujuan diri sendiri dan pengetahuan
strategis, seperti bagaimana kita menggunakan prosedur tersebut dalam menyelesaikan suatu
masalah. Aktivitas metakognitif terjadi ketika para siswa secara sadar menyesuaikan dan mengatur
strategi pemikiran mereka selama menyelesaikan permasalahan dan pemikiran yang memiliki
maksud tertentu (Ferrari & Sternberg, 1998; Khun dan lainnya, 1995).
Seorang ahli dalam pemikiran anak-anak, Denna Khun berpendapat bahwa metakognisi seharusnya
merupakan fokous dari upaya-upaya untuk membantu anak-anak pemikir kritis yang lebih baik,
terutama dalam tingkat menengah pertama dam menengah atas. Ketrampilan kognitif urutan
pertama memungkinkan anak-anak untuk mengetahui tentang dunia (dan telah merupakan fokus
utama dari program pemikran kritis), dan ketrampilan kognitif urutan kedua-ketrampilan meta
pengetahuan- yang melibatkan pengetahuan tentang diri sendiri dan orang lain.
1. Perubahan Developmental
Banyak studi developmental yang diklasifikasikan sebagai “metakognitif” memfokuskan
pada meta memori, atau pengetahuan tentang mamori. Ini mencakup pengetahuan umum
tantang memori, seperti pengtahuan bahwa tes pengenalan lebih mudah ketimbang tes
mengingat. Ini juga mencakup pengtahuan tentang memori seseorang, seprti kamampuan
murid memonitor apakah dirinya sudah cukup belajar untuk menghadapi ujian yang akan
dilangsungkan minggu depan. Pada usia lima atau enam tahun, anak biasnya mengetahui
bahwa item yang familiar labih mudah unutk dipelajari ketimbang item yang kurang dikenal,
bahwa daftar pendek lebih mudah ketimabnag menginagat dan bahwa lupa lebih mungkin
terjadi seiring dengan berjalannya waktu (lyon & Flavell, 1993).
2. Model Pemrosesan Informasi yang Baik
Para ahli yakin bahwa ada tiga langkah utama untuk menjadikan kognisi anak-anak
menjadi baik, yaitu:
a. Anak-anak diajari oleh orang atau guru untuk menggunakan strategi tertentu. Semakin
sering anak-anak diberikan stimulasi intelektual baik disekolah maupun dirumah maka
akan memperbanyak strategi spesifik yang akan mereka temui dan mereka pelajari.
b. Guru mungkin menuujukkan persamaan dan perbedaan dalam banyak strategi dalam
bidang tertentu.
c. Siswa mengenali manfaat umum dari penggunaan strategi yang nantinya menghasilkan
pengetahuan strategi umum. Mereka berusaha menggabungkan hasil pembelajaran yang
dirasa berhasil dengan hasil pembelajaran dengan usaha yang mereka kerahkan dalam
mengevaluasi, memilih dan memantau penggunaan strategi (pengetahuan dan aktivitas
metakognitif).

3. Strategi dan Regulasi Metakognitif


Kunci dari pendidikan adalah membantu para siswa mempelajari strategi yang kaya yang
nantinya dapat menghasilkan solusi dari sebuah masalah. Pemikir yang baik pasti tahu kapan
dan dimana harus menggunakan strategi yang dimilikinya. Pressely berpendapat bahwa ketika
para siswa diberikan pembelajaran tentang strategi yang efektif, mereka cenderung dapat
menggunakan strategi yang belum pernah mereka dapatkan sebelumnya. Ia menekankan
bahwa siswa mendapatkan manfaat ketika guru mempraktekkan strategi yang sesuai.
Mempelajari cara menggunakan strategi dengan efektif seringkali membutuhkan waktu yang
lama. Awalnya, dibutuhkan waktu untuk menjalankan strategi tersebut, dan dibutuhkan
bimbingan serta dukungan dari para guru. Dengan latihan, para siswa belajar untuk
menjalankan strategi tersebut dengan lebih mudah dan lebih cepat. Latihan berarti para siswa
meggunakan strategi yang efektif secara terus menerus sampai mereka benar-benar dapat
melakukannya secara otomatis. Untuk menjalankan strategi dengan efektif mereka harus
menyimpan strategi tersebut dalam jangka panjang, dan latihan. Para pelajar juga harus
termotivasi untuk menjalankan strategi ini, jadi implikasi yang penting untuk membantu para
siswa mengembangkan strategi adalah setelah strategi dipelajari, mereka biasanya
membutuhkan lebih banyak waktu untuk mempelajarinya sebelum dapat menggunakannya
secara efisien.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Robert Siegler mendeskripsikan tiga karakteristik utama dari pendekatan pemrosesan
informasi, yaiutu: proses berpikir, mekanisme pengubah, dan modifikasi diri.
2. Menurut Gagne bawa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk
kemudian diaolah, sehingga menghasilkan keluaran dalam hasil belajar.
3. Adapun beberapa hal yang berhubungan dengan pemrosesan informasi yaitu perhatian,
memori, keahlian, dan metakognisi.
4. Perlu adanya cara yang bisa digunakan untuk membantu siswa meningkatkan perhatian,
memori, keahlian, dan metakognisi, sehingga siswa dapat memroses informasi secara lebih
efektif dalam proses belajar dan pembelajaran di kelas.
DAFTAR PUSTAKA

Muhtar, Zulkifli. 2011. Teori Pemrosesan Informasi. Online[Tersedia]:


http://blogzulkifli.wordpress.com/2011/06/08/teori-pemrosesan-informasi/. Di akses tanggal 7
Januari 2013 pukul 21.30

Anda mungkin juga menyukai