INFORMASI
Nama Kelompok:
A. Latar Belakang
Salah satu teori kognitif yang menjelaskan proses belajar pada diri seseorang yang
berkenaan dengan tahap-tahap proses pengolahan informasi adalah teori pemrosesan informasi.
Menurut teori ini proses belajar tidak berbeda halnya dengan proses menerima, menyimpan dan
mengungkapkan kembali dengan informasi-informasi yang telah diterima sebelumnya. Genjala-
gejala tentang belajar dapat dijelaskan jika proses belajar itu dianggap sebagai proses transformasi
masukan menjadi keluaran.
Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk
kemudian diolah, sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan
informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal
individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil
belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah
rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
Adapun beberapa hal yang berkaitan dengan pemrosesan informasi yaitu perhatian,
memori, keahlian dan matakognisi. Perhatian adalah memfokuskan sumber mental. Perhatian
disini dalam proses pemrosesan informasi berfungsi sebagai memusatkan pikiran kepada informasi
yang diterima. Sedangkan memori dalam proses pemrosesan informasi berfungsi sebagai tempat
penyimpanan informasi. Kemudian keahlian yang berfungsi sebagai kemampuan kita untuk
mengingat informasi. Serta yang terakhir adalah metakognisi yang berfungsi sebagai suatu model
pemrosesan informasi yang efektif dengan mendorong mereka memeriksa apa yang mereka
ketahui tentang cara pikiran mereka memproses informasi.
Berbagai pemahaman tentang belajar telah benyak dikemukakan oleh para ahli dari
berbagai aliran. Paparan ini mencoba menyajikan pemahaman tentang belajar dari sudut pandang
pendekatan pemrosesan informasi.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka rumusan maslah yang dapat diambil adalah:
1. Bagaimana sifat pendekatan pemrosesan informasi?
2. Bagaimana cara kerja memori dalam pemrosesan memori?
3. Bagimana hubungan keahlian dengan pemrosesan informasi dalam pembelajaran?
4. Bagimana pemaparan metakognisi?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk:
1. Untuk memahami sifat pendekatan pemrosesan informasi?
2. Untuk memahami cara kerja memori dalam pemrosesan memori?
3. Untuk memahami hubungan keahlian dengan pemrosesan informasi dalam pembelajaran?
4. Untuk memahami bagimana pemaparan metakognisi?
BAB II
PEMBAHASAN
b. Mekanisme Pengubah
Siegler (2002) berpendapat bahwa dalam pemrosesan informasi fokus utamanya adalah
pada peran mekanisme pengubah dan perkembangan. Dia percaya bahwa ada empat
mekanisme yang bekerja sama menciptakan perubahan dalam keterampilan kognitif anak:
encoding (penyandian), otomatisasi, konstruksi strategi, dan generalisasi.
a) Encoding
Encoding adalah proses memasukkan informasi ke dalam memori. Siegler
mengatakan bahwa aspek utama dari pemecahan problem adalah menyandikan
informasi yang relavan dan mengabaikan informasi yang tidak relevan. Karena
biasanya dibutuhkan waktu dan usaha untuk menyusun strategi baru, anak harus
melatihnya untuk melaksanakan peyandian secara otomatis maksimalkan
efektivitasnya.
b) Otomatisitas
Istilah otomatisitas (automaticity) adalah kemampuan untuk memproses informasi
dengan sedikit atau tanpa usaha. Seiring dengan bertambahnya usia dan pengalaman,
pemrosesan informasi menjadi makin otomatis, dan anak bisa mendeteksi hubungan-
hubungan baru antara ide dan kejadian (Kail, 2002).
c) Strategi
Mekanisme ketiga adalah kontruksi strategi yaitu penemuan prosedur baru untuk
memproses informasi. Siegler (2001) mengatakan bahwa anak perlu menyadikan
informasi kunci untuk suatu problem dan mengoordinasikan informasi tersebut dengan
pengetahuan sebelumnya yang relavan untuk memecahkan masalah.
d) Generalisasi
Agar mendapat manfaat penuh dari strategi baru itu, diperlukan generalisasi. Anak
perlu melakukan generalisasi, atau mengaplikasikan, strategi pada problem lain.
Transfer terjadi saat anak mengaplikasikan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya
untuk mempelajari atau memecahkan problem dalam situasi yang baru.
c. Modifikasi Diri
Pendekatan pemrosesan informasi kontemporer menyatakan bahwa, seperti dalam teori
perkembangan kognitif Piaget, anak memainkan peran Aktif dalam perkembangan mereka.
Mereka menggunakan pengetahuan dan strategi yang telah mereka pelajari untuk
menyesuaikan respons pada situasi pembelajaran yang baru. Dengan cara ini, anak
membangun respons baru dan lebihcanggih berdasarkan pengetahuan dan strategi
saebelumnya. Arti penting modifikasi diri dalam pemrosesan informasi
dicontohkan metakognisi, yang berarti kognisi tentang kognisi, atau “mengetahui tentang
mengetahui” (Flavell, 199; Flavell Miller, & Miller, 2002).
B. Memori
Memori atau ingatan adalah retensi informasi. Para psikologi pendidikan memepelajari
bagaimana informasi diletakan atau disimpan dalam memori, bagaimana ia dipertahnakan atau
disimpan setelah disediakan(encoded), dan bagaimana ia ditemukan atau diungkap kembali untuk
tujuan tertentu dikemudian hari. Memori membuat diri kita terasa berkesinambungan. Tnapa
memori, anda tidak akan mampu menghubungkan apa yang terjdai kemarin dengan apa yang anda
alami sekrang. Dewasa ini, para psikolog pendidikan menyatakan bahwa adalah penting untuk
tidak memandang memori dari segi bagaimana anak menambahkan sesutu kedalam ingatan, tetapi
harus dilihat dari segi bagaimana anak menyusun memori mereka (Schacter, 2001)
1. Enconding
Dalam bahasa sehari-hari, encoding banyak kemiripan dengan atensi dan pembelajaran.
Saat murid mendengarakan guru bicara, menonton film, mendengarkan musik, atau bicara
dengan kawan, dia sedang menyediakan informasi kedalam memori. Ada enam konsep yang
berhubungan dengan encoding, yakni atensi, pengulangan, pemrosesan mendalam, elaborasi,
mengkonstruksi citra (imaji), dan penatann organisasi)
a. Atensi
Atansi adalah mengonsentrasikan dan memfokuskan sumber daya mental. Salah
satu keahlian penting dalam memerhatikan adalah seleksi. Atensi bersifat selektif
karena sumber daya otak terbatas (Mangels, Piction, & Craik, 2001).
Kemampuan berpindah dari satu aktivitas ke aktifias yang lain secara tepat adalah
tantangan lain yang berhubungan dengan atensi. Misalnya, belajar menulis cerita yang
bagus membuuthkan kemampuan unutk berpindah-pindah dari aktivitas mneulis huruf,
menata kalimat, menyuun paragraf, dan menyampaikan cerita secara keseluruhan.
Kamampuan meggeser atensi anak yang lebih tua dan orang dewasa lebih baik
ketimbang anak yang lebih muda dan anak kecil.
b. Pengulangan (rehearsal)
Pengulangan (rehearsal) adalah repitisi informasi dari waktu ke waktu agar
informasi lebih lama berada di dalam memori. Pengulangan akan bekerja dengan baik
apabila murid perlu menyandikan dan mengingat daftar item untuk periode waktu yang
singkat. Saat mereka mempertahamkan informasi untuk jangka waktu yang panjang,
seperti saat mereka belajar untuk ujian yang akan dilakukan lebih dari seminggu lagi,
maka lebih dilakukan strategi selain pengulangan. Alasan utama kenapa cara
pengulangan tidak bisa bekerja baik untuk mempertahankan imformasi untuk jangka
panjang adalah karena pengulangan sering kali hanya berupa mengulang-ulang
informasi tanpa memberikan makna pada informasi itu. Ketika murid mengkonstruksi
memori mereka dengan cara yang bermakna, mereka kan bisa mengingat dengan lebih
baik. Seperti yang kan kita lihat nanti, mereka juga mengingat dengan lebih baik jika
mereka memeproses materi secara mendalam dan mengelaborasinya.
c. Perosesan mendalam
Setelah diketahui bahwa pengulangan (rehearsal) bukan cara yang efisien untuk
menye-diakan informasi untuk memori jangka panjang (Fergus Craik dan Robert
Lockhart 1972) menagtakan bahwa kita dapat memproses informasi pada berbagai
level. Teori mereka, yakni teori level pemrosesan, menyatakan bahwa pemrosesan
memori terjadi pada kontinum dari dangkal ke dalam, dimana pemrosesan yang
mendalam akan menghasilkan memori yang lebih baik. Ciri indrawi atau fisik dari
suatu stimuli akan dianalisis terlebih dahulu pada level dangkal. Ini dialkukan dengan
mendeteksi garis, sudut, garis, dan kontur (countur) dari huruf cetak atau frekuensi,
durasi, dan kekrasan suara. Para peneliti telah menemukan bhwa individu mengingat
informasi dengan lebih baik jika mereka memprosesnya pada level yang lebih dalam
(Otten, Henson, & Rugg, 2001)
d. Elaborasi
Elaborasi adalah ekstensivitas pemrosesan memori dalam penyandian. Jadi saat
anda menyajikan konsep demokrasi kepad murid, mereka kemungkinan mengingatnya
dengan lebih baik jika mereka diberi contoh lebih bagus dari demokrasi. Mencari
contoh adalah cara yang bagus utuk mengelaborasi informasi. Misalnya, referensi
diri (self-reference) adalah cara yang efektif untuk mngelaborasi informasi.
Penggunaan elaborasi berubah seiring dengan perkembangan (Schneider &
Pressley, 1997). Remaja lebih mungkin menggunakan elaborasi secara spontan
ketimbang anak-anak. Anak SD bisa diajari menggunakan elaborasi pada satu tugas
belajarnya, tetapi jika dibandingkan dengan remaja, mereka mungkin tidak
menggunakan elaborasi untuk tugas belajar lain. walaupun demikian, elaborasi verbal
dapat menjadi strategi memori yang efektif bahkan untuk anak-anak SD. Salah satu
alasan kenapa elaborasi bisa bekerja dengan baik dalam menyediakan informasi adalah
karena elaborasi menambahkan perbedaan dalam kode memori (Ellis, 1987). Untuk
mengingat satu informasi, seperti nama, pengalaman atau fakta geografi, murid perlu
mencari satu kode yang memuat informasi di natara berbagai kode dalam memori
jangka panjang mereka. Proses pencarian itu akan lebih mudah apabila kode
memorinya unik (Hunt & Kelly, 1996)
e. Mengkonstruksi citra (imaji)
Ketika kita mengkonstruksi citra dari sesuatu, kita sedang mengelaborasi informasi.
Allan Paivio (1971, 1986) percaya bahwa memori disimpan melalui satu atau dua cara:
sebagai kode verbal atau sebagi kode citra/imaji. Paivio mengatakan bahwa semakin
detail dan unik dari suatu kode citra, maka semakin baik memori anda dalam menginbat
informasi itu. Para peneliti telah menemukan bahwa mengajak anak untuk
menggunakan imaji guna mengingat informasi verbal adalah cara yang baik bagi anak
yang lebih tua ketimbang anak yang lebih muda (Schneider & pressley, 1997).
f. Penataan
Apabila murid menata (mengorganisasikan) informasi ketika mereka
menyediakanya, maka memori mereka akan banyak terbantu. Semakin tertata
imformasia yang disampaikan, semakin mudah untuk mengingatnya. Ini terutama
berlaku jika menata imformasi secara hierarkis atau
menjelaskannya. Chunking (“pengemasan”) adalah strategi penataan memori yang
baik, yakni dapat mengelompokan atau “mengepak” informasi menjadi unit-unit
“higherorder” yang dapat diingat sebagai satu tunggal. Chunking dilakukan dengan
membuat sejumlah besar informasi menjadi lebih mudah dikelola dan lebih bermakna.
2. Penyimpanan
Setelah murid menyandikan informasi, mereka perlu mempertahankan atau menyimpan
informasi. Di antara aspek paling menonjol dari penyimpanan memori adalah tiga simpanan
utama, yang berhubungan dengan tiga kerangka waktu yang berbeda, memori sensori,working
memory (atau memori jangka pendek), dan memori jangka panjang.
b. Melupakan
Salah satu bentuk melupakan melibatkan petunjuk atau isyarat (cue) yang baru saja kita
diskusikan. Cue dependent forgetting adalah kegagalan dalam mengambil kembali
informaso karena kurangnya petunjuk pengambilan yang efektif (Nairne, 2000).
Gagsaan cue dependent forgetting ini dpapat menjelaskan mengapa murid mungkin gagal
untuk mengambil fakta yang dibutuhkan untuk ujian bahkan saat dia merasa yakin
“mengetahui” informasi tersebut (Williams & Zacks, 2001). Misalnya, jika Anda belajar
untuk menghadapi tes psikologi pendidikan dan diberi pertanyaan tentang perbedaan antara
mengingat dan mengenalli dalam pengambilan informasi, anda mungkinakan bisa
mengingat perbedaan itu dengan lebih baik apabila anda punya petunjuk “isilah titik-titik
dan “pilihan berganda”.
Prinsip cue dependent forgetting sesuai dengan teori interferensi, yang menyatakan
bahwa kita lupa bukan karena kita kehilangan memori dari tempat penyimpanan, tetapi
karena ada informasi lain yang menghambat upaya kita untuk mengingat informasi yang
kita inginkan. Bagimurid yang belajar untuk ujian biologi, kemudian untuk ujian sejarah,
dan kemudian dia menempuh ujian biologi dahulu, maka informasi tentang sejarah akan
mencampuri ingatan tentang biologi. Jadi, teori interferensi mengimplikasikan bahwa
strategi belajar yang baik adalah mempelajari lebih dahulu ujian yang akandiberikan
terakhir. Jadi dalam contoh di atas, murid akan lebih baik belajar sejarah dahulu dan
kemudian belajar biologi. Strategi ini juga sesuai dengan recendy effect yang telah kita
diskusikan di muka. Strategi ini juga sesuai dengan recency effect yang telah kita
diskusikan di muka. Renungkan bagiamana pengetahuan teori interferensi ini bisamemantu
anda saat anda mereview rencana anda untuk memberikan ujian bagi murid anda.
Sumber lupa lainnya adalah penurunan memori. Menurut decay theory, pembelajaran
baru akan melibatkan pembentukan “jejak memori” neurokimia, yang akan terpecah. Jadi,
teori ini menyatakan bahwa berlalunya waktu bisa membuat orang menjadi lupa. Peneliti
memori Daniel Schacter (2001) menyebut pelupaan yang terjadi karena berlalunya waktu
sebagai transience. Penurunan memori berlangsung pada kecepatan yang berbeda-beda.
Beberapa memori tetap kuat dan bertahan selama periode waktu yang panjang, terutama
jika itu punya kaitan emosional.
C. Keahlian
Keahlian disini berhubungan dengan kemampuan kita untuk mengingat informasi baru tentang
subjek. Kemampuan kita untuk mengingat informasi suatu subjek bergantung apa yang telah kita
ketahui tentangnya (Carver & Klahr, 2001; Ericson & yang lainnya, 2006; Keil 2006). Sebagai
contoh, kemampuan seorang siswa untuk menceritakan apa yang ia lihat ketika ia berada di
perpustakaan sebagian besar ditentukan oleh apa yang telah ia ketahui tentang perpustakaan,
seperti dimanakah letak buku dengan topic tertentu dan cara meminjam buku. Apabila
pengetahuannya akan perpustakaan sangat sedikit, siswa tersebut akan memiliki lebih banyak
kesulitan dalam meceritakan apa yang ada di sana. Salah satu alasan mengapa anak mengingat
lebih sedikit ketimbang orang deawasa adalah karena mereka kurang ahli dalam banyak bidang.
c. Pemanggilan Cepat
Pengambilan kembali informasi yang relevan dapat dilakukan dengan banyak usaha,
sedikit usaha, atau tanpa usaha sama sekali (National Research Council, 1999). Para ahli
mendapatkan mendapatkan kembali informasi dalam cara yang hamper tanpa usaha dan
otomatis, sementara para pemula mengembangkan banyak usaha untuk mendapatkan
kembali informasi. Sebagai contoh, para pembaca yang sudah ahli bisa dengan cepat
menandai kata2 dari sebuah kalimat dan paragraph, namun kemampuan para pembaca yang
masih pemula untuk mengkodekan kata – kata masih belum lancar, sehingga mereka harus
mengalokasikan banyak perhatian dan waktu untuk pekerjaan ini.
d. Keahlian Adaptif
Pertanyaan penting lainnya adalah apakah beberapa cara dalam menata pengetahuan
adalah lebih baik ketimbang cara lainnya dalam rangka membantu orang lebih fleksibel
dan beradaptai dengan situasi baru (National Research Council, 1999). Pakar adaptif
mampu untuk memahami situasi baru secara fleksibel, tidak acara kaku atau tetap (Hatano,
1990).
2. Strategi
Para ahli menggunakan strategi yang efektif dalam memahami informasi dalam bidang
keahlian mereka dan dalam mengajukannya. Sebelumnya kita membahas mengenai strategi
yang bisa digunakan siswa untuk mengingat informasi. Adapun beberapa strategi efektif yang
bisa dikembangkan siswa – siswi untuk menjadi ahli dalam pembelajaran:
a. Menyebarkan dan mengonsolidasi pembelajaran
Proses belajar murid akan banyak tertolong apabila guru bicara dengan mereka tentang
arti penting dari review atas apa yang telah mereka pelajari. Contohnya seperti
pembelajaran yang membutuhkan periode yang lebih lama seperti mempersiapkan ujian
nasional. Anak – anak yang mepersiapkan ujian akan mendapatkan manfaat dari distribusi
pembelajaran selama periode yang lebih lama daripada hanya pembelajaran yang tergesa
– gesa yang cenderung menghasilkan memori jangka pendek yang diproses secara dangkal,
bukanya secara mendalam.
b. Mengajukan pertanyaan untuk diri sendiri
Strategi pengajuan pertanyaan untuk diri sendiri ini bisa membantu anak dalam
mengingat informasi. Ketika anak – anak menanyai diri mereka sendiri tentang apa yang
telah mereka baca atau tentang satu aktivitas, mereka memperluas jumlah asosiasi
informasi yang perlu mereka dapatkan kembali.
c. Mencatat dengan baik
Mencatat ini juga adalah strategi yang bagus untuk menjadikan anak ahli dalam
pembelajaran karena hal ini akan memberikan manfaat untuk mereka. Adapun beberapa
strategi pencatatan yang bagus yaitu ringkasan, menulis garis besar, peta konsep. Ketiga
strategi pencatatan tersebut membantu anak – anak memgevaluasi ide yang paling penting
untuk diingat.
d. Menggunakan sistem studi
Sistem studi yang baru dikembangkan untuk menjadikan anak ahli dalam pembelajaran
adalah PQ4R yang merupakan singkatan dariPreview, Question, Read, Reflect,
Recite dan Review.
a) Preview adalah memberitahu siswa – siswi untuk secara singkat menyurvei materi
guna mendapatkan organisasi secara keseluruhan.
b) Question berarti mendorong siswa mananyai diri mereka sendiri tentang materi
tersebut.
c) Read berarti mendorong siswa – siswi untuk membaca dan menjadi pembaca yang
aktif.
d) Reflect berarti mendorong siswa – siswi untuk bersikap analitis dalam belajar.
e) Recite berarti Mendorong anak untuk membuat pertanyaan mengenai materi tersebut.
f) Review berarti memeberitahu siswa – siswi untuk membaca lagi seluruh materi dan
mengevaluasi apa yang mereka ketahui.
3. Memperoleh Keahlian
Dalam memperoleh kehlian, maka ada dua hala yang harus menjadi perhatian, yaitu:
a. Latihan dan motivasi
Salah satu pandangan mengenai keahlian menyatakan bahwa latihan yang disengaja
adalah syarat untuk menjadi seorang ahli atau pakar. Ini bukan hanya satu jenis latihan. Ini
meliputi latihan tugas pada level kesulitan yang tepat untuk individual, memberikan umpan
balik informasi, mengizinkan kesempatan untuk repitisi, dan mengizinkan koreksi
kesalahan (Ericson, 1996). Latihan yang panjang itu membutuhkan motivasi yang besar.
Murid yang tidak termotivasi untuk latihan berjam-jam biasanya tidak akan menjadi pakar
dalam area tertentu.
b. Bakat
Sejumlah psikolog yang mempelajari keahlian, berpendapat bahwa keahlian bukan
hanya membutuhkan latihan dan motivasi (bloom, 1985; Shiffrin, 1996; Stenberg & Ben-
Zeev, 2001), tetapi harus ada bakat yang dibawa sejak lahir. Hereditas memang penting,
meskipun demikian bakat yang dibawa tidak akan berhasil tanpa adanya motivasi dan
latihan ekstensif. Bakat saja tidak cukup membuat orang menjadi pakar.
D. Metakognisi
Pengetahuan metakognitif bisa dibedakan dari aktivitas metakognitif. Pengetahuan
metakognitif melibatkan pemantauan dan refleksi pemikiran terbaru seseorang. Ini mencakup
pengetahuan factual, seperti pengetahuan tentang tugas, tujuan diri sendiri dan pengetahuan
strategis, seperti bagaimana kita menggunakan prosedur tersebut dalam menyelesaikan suatu
masalah. Aktivitas metakognitif terjadi ketika para siswa secara sadar menyesuaikan dan mengatur
strategi pemikiran mereka selama menyelesaikan permasalahan dan pemikiran yang memiliki
maksud tertentu (Ferrari & Sternberg, 1998; Khun dan lainnya, 1995).
Seorang ahli dalam pemikiran anak-anak, Denna Khun berpendapat bahwa metakognisi seharusnya
merupakan fokous dari upaya-upaya untuk membantu anak-anak pemikir kritis yang lebih baik,
terutama dalam tingkat menengah pertama dam menengah atas. Ketrampilan kognitif urutan
pertama memungkinkan anak-anak untuk mengetahui tentang dunia (dan telah merupakan fokus
utama dari program pemikran kritis), dan ketrampilan kognitif urutan kedua-ketrampilan meta
pengetahuan- yang melibatkan pengetahuan tentang diri sendiri dan orang lain.
1. Perubahan Developmental
Banyak studi developmental yang diklasifikasikan sebagai “metakognitif” memfokuskan
pada meta memori, atau pengetahuan tentang mamori. Ini mencakup pengetahuan umum
tantang memori, seperti pengtahuan bahwa tes pengenalan lebih mudah ketimbang tes
mengingat. Ini juga mencakup pengtahuan tentang memori seseorang, seprti kamampuan
murid memonitor apakah dirinya sudah cukup belajar untuk menghadapi ujian yang akan
dilangsungkan minggu depan. Pada usia lima atau enam tahun, anak biasnya mengetahui
bahwa item yang familiar labih mudah unutk dipelajari ketimbang item yang kurang dikenal,
bahwa daftar pendek lebih mudah ketimabnag menginagat dan bahwa lupa lebih mungkin
terjadi seiring dengan berjalannya waktu (lyon & Flavell, 1993).
2. Model Pemrosesan Informasi yang Baik
Para ahli yakin bahwa ada tiga langkah utama untuk menjadikan kognisi anak-anak
menjadi baik, yaitu:
a. Anak-anak diajari oleh orang atau guru untuk menggunakan strategi tertentu. Semakin
sering anak-anak diberikan stimulasi intelektual baik disekolah maupun dirumah maka
akan memperbanyak strategi spesifik yang akan mereka temui dan mereka pelajari.
b. Guru mungkin menuujukkan persamaan dan perbedaan dalam banyak strategi dalam
bidang tertentu.
c. Siswa mengenali manfaat umum dari penggunaan strategi yang nantinya menghasilkan
pengetahuan strategi umum. Mereka berusaha menggabungkan hasil pembelajaran yang
dirasa berhasil dengan hasil pembelajaran dengan usaha yang mereka kerahkan dalam
mengevaluasi, memilih dan memantau penggunaan strategi (pengetahuan dan aktivitas
metakognitif).