Tentunya bagi para guru sudah mempersiapkan senjatanya jauh-jauh hari sebelumnya, baik
dari Silabus, Prota (program tahunan), Promes (Program semester), Menganalisis KI dan KD,
membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), Kaldik (Kalender Pendidikan),
menghitung minggu dan hari efektif, Rancangan penilaian, Program remidial dan Program
Pengayaan,dan lain sebagainya. Di dalam membuat perangkat pembelajaran seperti yang
tersebut di atas, pemahaman akan istilah-istilah menjadi cukup penting sebagai landasan
berpijak dalam mengaplikasikannya. Satu hal yang ingin saya soroti dan sering saya temukan
adalah rancunya penyebutan antara strategi pembelajaran, pendekatan, metode, teknik, dan
model pembelajaran di dalam RPP yang dibuat oleh Bapak-Ibu Guru.
Berikut ini akan saya kutipkan pengertian-pengertian dari strategi pembelajaran, pendekatan,
metode, teknik, dan model pembelajaran dengan harapan nantinya dalam pembuatan RPP
tidak salah kaprah lagi.
STRATEGI PEMBELAJARAN
Strategi Pembelajaran adalah suatu pola umum pembelajaran siswa yang tersusun secara
sistematis berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan, psikologi, didaktik, dan komunikasi dengan
mengintegrasikan struktur (urutan langkah pembelajaran) pembelajaran, metode pembelajaran,
media pembelajaran/alat peraga, pengelolaan kelas, evaluasi, dan waktu yang diperlukan agar
siswa dapat mencapai tujuan-tujuan pemeblajaran secara efektif dan efisien
Strategi terkait dengan kebijaksanaan guru dalam memilih pendekatan, metode, teknik
pembelajaran, dan model pembelajaran
MODEL PEMBELAJARAN
Model adalah suatu bentuk tiruan (replika) dari suatu benda yang sesungguhnya
Suatu contoh konseptual atau prosedural dari suatu program,sistem, atau proses yang dapat
dijadikan acuan atau pedoman dalam mencapai tujuan.
Model Pembelajaran adalah contoh pola atau struktur pembelajaran siswa yang didesain,
diterapkan, dan dievaluasi secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Dalam pengertian lain Model Pembelajaran adalah suatu contoh bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas.
Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa dengan
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran
PENDEKATAN PEMBELAJARAN
Pendekatan adalah suatu rangkaian tindakan yang terpola atau terorganisir berdasarkan
prinsip-prinsip tertentu (filosofis, psikologis, didaktis dan ekologis) yang terarah secara
sistematis pada tujuan-tujuan yang hendak dicapai
Pendekatan pembelajaran adalah suatu rangkaian tindakan pembelajaran yang dilandasi oleh
prinsip dasar tertentu (filosofis, psikologis, didaktis dan ekologis) yang mewadahi,
menginspirasi, menguatkan dan melatari metode pembelajaran tertentu.
METODE PEMBELAJARAN
Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah-langkah dan cara yang digunakan guru
dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
Metode adalah jabaran dari pendekatan. Satu pendekakatan bisa dijabarkan ke dalam
berbagai metode pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan prosedur pembelajaran yang
difokuskan pada pencapaian tujuan pembelajaran
TEKNIK PEMBELAJARAN
Teknik Pembelajaran adalah cara-cara konkrit yang dipakai saat proses pembelajaran
berlangsung. Guru dapat berganti-ganti teknik pembelajaran meskipun dalam koridor metode
yang sama. Satu metode dapat diaplikasikan melalui berbagai teknik pembelajaran
Contoh Penerapan
Pendekatan : Contextual Teaching and Learning
Metode : Cooperative Learning
Teknik : Diskusi Kelompok, Inquiry Kepustakaan, Tanya Jawab
Model : Jigsaw
Pendekatan : PAKEM
Metode : Tanya Jawab
Teknik : Siswa membuat dan menjawab pertanyaan sendiri
Model : Snowball Throwing
Di dalam Kurikulum 2013 yang sekarang mulai diterapkan di sebagian sekolah-sekolah piloting
ada dikenal namanya istilah Pendekatan Saintifik. Secara Istilah pengertian dari pendekatan
saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik
secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati
(untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data,
menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.
Langkah-langkah pada Proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintik sering
dikenal dengan pendekatan 5M terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu:
a. mengamati;
b. menanya;
c. mengumpulkan informasi;
d. mengasosiasi; dan
e. mengkomunikasikan.
Kegiatan belajar dalam mengamati antara lain : Membaca, mendengar, menyimak, melihat
(tanpa atau dengan alat).
Kegiatan belajar dalam menanya antara lain : Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang
tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan
tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat
hipotetik)
Kegiatan belajar dalam mengumpulkan informasi antara lain : melakukan eksperimen,
membaca
sumber
lain
selain
buku
teks,
mengamati
objek/
kejadian/
aktivitas, dan wawancara dengan nara sumber.
Kegiatan belajar dalam mengasosiasi antara lain : mengolah informasi yang sudah
dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen mau pun hasil dari
kegiatan
mengamati
dan
kegiatan
mengumpulkan
informasi.
Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan
kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai
sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan antar fakta,
fakta dengan konsep, konsep dengan konsep.
Kegiatan belajar dalam menyimpulkan antara lain : Menyampaikan hasil pengamatan,
kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.
Demikianlah sedikit uraian tentang perbedaan istilah-istilah strategi pembelajaran, pendekatan,
metode, teknik, dan model pembelajaran serta sedikit penjelasan tentangPendekatan saintifik di
dalam Kurikulum 2013
ceramah
dan
41
model
DUA
TAMU (TWO
STRAY
TWO
STRAY)
Pengertian
Model Pembelajaran Example Non Example atau juga biasa di sebut example
and non-example merupakan model pembelajaran yang menggunakan
gambar sebagai media pembelajaran. Metode Example non Example adalah
metode yang menggunakan media gambar dalam penyampaian materi
pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa untuk belajar berfikir kritis
dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung
dalam
contoh-contoh
gambar
yang
disajikan.
Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat
menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat
mengenai apa yang ada didalam gambar. Penggunaan Model Pembelajaran
Example Non Example ini lebih menekankan pada konteks analisis siswa.
Biasa yang lebih dominan digunakan di kelas tinggi, namun dapat juga
digunakan di kelas rendah dengan menenkankan aspek psikoligis dan tingkat
perkembangan siswa kelas rendah seperti :
a. kemampuan berbahasa tulis dan lisan,
b. kemampuan analisis ringan, dan
c. kemampuan berinteraksi dengan siswa lainnya
Model Pembelajaran Example Non Example menggunakan gambar dapat
melalui OHP, Proyektor, ataupun yang paling sederhana adalah poster.
Gambar yang kita gunakan haruslah jelas dan kelihatan dari jarak jauh,
sehingga anak yang berada di belakang dapat juga melihat dengan jelas.
B. Ciri-ciri
Metode Example non Example juga merupakan metode yang mengajarkan
pada siswa untuk belajar mengerti dan menganalisis sebuah konsep. Konsep
pada umumnya dipelajari melalui dua cara. Paling banyak konsep yang kita
pelajari di luar sekolah melalui pengamatan dan juga dipelajari melalui
definisi konsep itu sendiri. Example and Nonexample adalah taktik yang
dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep.
Strategi yang diterapkan dari metode ini bertujuan untuk mempersiapkan
siswa secara cepat dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari example
dan non-example dari suatu definisi konsep yang ada, dan meminta siswa
untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada.
Example memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan
suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan
non-example memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh
dari suatu materi yang sedang dibahas.
Metode Example non Example penting dilakukan karena suatu definisi
konsep adalah suatu konsep yang diketahui secara primer hanya dari segi
Langkah-langkah :
1.
2.
3.
4.
Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar
tersebut dicatat
pada kertas
5.
6.
7.
Kesimpulan
4. Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain
5. Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai
KESIMPULAN
Model pembelajaran Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang
menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis.
Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan.
Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses
pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses
pembelajaran.
Menurut Johnson & Johnson , prinsip dasar dalam model pembelajaran
kooperatif picture and picture adalah sebagai berikut:
1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu
yang
dikerjakan
dalam
kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua
anggota
kelompok
mempunyai
tujuan
yang
sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung
jawab
yang
sama
di
antara
anggota
kelompoknya.
4.
Setiap
anggota
kelompok
(siswa)
akan
dikenai
evaluasi.
5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan
membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses
belajarnya.
6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan
secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Picture and Picture adalah
sebagai
berikut:
1.
Guru
menyampaikan
kompetensi
yang
ingin
dicapai
2.
Menyajikan
materi
sebagai
pengantar.
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan
dengan
materi.
4. Guru menunjuk siswa secara bergantian untuk mengurutkan gambargambar
secara
logis
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan
konsep/materi
sesuai
dengan
7. Kesimpulan/rangkuman
kompetensi
yang
ingin
dicapai.
1.
Hasil
belajar
akademik
stuktural
Pengakuan
adanya
keragaman
latar
Pengembangan
untuk
yang
keterampilan
mengembangkan
dimaksud
belakang.
antara
lain
keterampilan
berbagi
tugas,
social
sosial
aktif
siswa.
bertanya,
menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja
dalam kelompok dan sebagainya.
Setiap
siswa
menjadi
siap
semua
Dapat
melakukan
diskusi
dengan
sungguh-sungguh.
Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan
waktu
yang
lama..
Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen
dalam
Ibrahim
(2000:
29),
dengan
tiga
langkah
yaitu
:
a)
Pembentukan
kelompok;
b)
Diskusi
masalah;
c)
Tukar
jawaban
antar
kelompok
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29)
menjadi enam langkah sebagai berikut :
Langkah
1.
Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat
Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Langkah
2.
Pembentukan
kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok
yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap
siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang
dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial,
ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam
pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar
dalam menentukan masing-masing kelompok.
Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket
atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau
masalah yang diberikan oleh guru.
Langkah
4.
Diskusi
masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai
bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir
bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang
mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau
pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari
yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.
Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap
kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan
jawaban kepada siswa di kelas.
Langkah
6.
Memberi
kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan
yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT
terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren
dalam
Ibrahim
(2000:
18),
antara
lain
adalah
:
Rasa
harga
diri
menjadi
lebih
tinggi
1.
Memperbaiki
kehadiran
2.
Penerimaan
terhadap
individu
menjadi
3.
Perilaku
mengganggu
menjadi
4.
Konflik
antara
pribadi
5.
Pemahaman
yang
lebih
6.
Meningkatkan
kebaikan
budi,
kepekaan
7. Hasil belajar lebih tinggi
lebih
lebih
dan
besar
kecil
berkurang
mendalam
toleransi
KESIMPULAN
Model pembelajaran ini baik digunakan karena model ini mengajarkan
kepada siswa untuk lebih siap dalam menguasai materi serta belajar
menerima keanekaragaman dengan kelompok lain, karna dalam model ini
siswa dituntut untuk berdiskusi untuk memecahkan suatu masalah.
Pada dasarnya tidak ada model pembelajaran yang cocok untuk setiap pokok
bahasan, karena setia model atau metode mengajar masing-masing memiliki
kelebihan dan kekurangan oleh karenanya guru dituntut untuk pandai
memilih model pembelajaran yang sesuai.
Metode Belajar Cooperative script
metode belajar Cooperative script
2.
Guru membagikan wacana / materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat
ringkasan.
3.
Guru
dan
siswa
menetapkan
siapa
yang
pertama
berperan
sebagai
mungkin,
dengan
Pembicara
memasukkan
membacakan
ide-ide
pokok
ringkasannya
dalam
selengkap
ringkasannya.
Sementara
pendengar
6.
Kesimpulan guru.
7.
Kelebihan:
Kekurangan:
Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi
hanya sebatas pada dua orang tersebut).
Pengertian
Untuk mengembangkan potensi to live together salah satunya melalui model
pembelajaran kooperatif. Aktivitas pembelajaran kooperatif menekankan pada
kesadaran siswa perlu belajar untuk mengaplikasikan pengetahuan, konsep,
keterampilan kepada siswa yang membutuhkan atau anggota lain dalam
kelompoknya, sehingga belajar kooperatif dapat saling menguntungkan antara
siswa yang berprestasi rendah dan siswa yang berprestasi tinggi.
Langkah
langkah
Kepala
bernomor
struktur
TEAMS-
ACHIEVEMENT
DIVISIONS
1.
Menurut wina (2008:242) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan model pembelajaran menggunakan sistem pengelompokkan atau
tim kecil,yaitu antara 4-5 orang yang mempunyai latar belakang kemampuan
akademik,jenis kelamin,ras atau suku yang berbeda (heterogen)
2.
Johnson (dalam Etin Solihatin,2005 :4 ) menyatakan bahwa
:pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam
pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja sama.
3.
Slavin (
dalam
Wina,2008:242)
mengemukakan
dua
alasan
bahwa : pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang
dapat memperbaiki pembelajaran selama ini. Pertama,beberapa penelitian
membuktikan
bahwa
penggunaan
pembelajaran
kooperatif
dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat menngkatkan
kemampuan hubungan sosial,menumbuhkan sikap menerima kekurangan
diri
dan
orang
lain,serta
dapat
meningkatkan
harga diri.kedua,pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan
(siswa)
berbagi
kepemimpinan
dan
(siswa)
akan
diminta
Indikator
Langkah 1
Menyampaikan tujuan
dan
Guru menyampaikan
tujuan
pembelajaran
dan
mengkomunikasikan
kompetensi dasar
memotivasi siswa
yang
serta
siswa
Menyajikan informasi
Langkah 2
akan
dicapai
memotivasi
Guru
informasi
siswa
menyajikan
kepada
Langkah 3
Mengorganisasikan
siswa ke
Guru
menginformasikan
pengelom-pokkan
dalam
kelompokkelompok belajar
Siswa
Membimbimg
kelompok belajar
Langkah 4
Guru
mengevaluasi
hasil belajar tentang
Evaluasi
Langkah 5
materi pembelajaran
yang
telah
dilaksanakan
Guru
memberi
penghargaan
hasil
belajar
Langkah 6
Memberikan
penghargaan
individual
kelompok
dan
Model
pembelajaran STAD dikembangkan
oleh
Robert
Slavin
dan
temantemannya di Universitas John Hopkins. Siswa dalam suatu kelas
tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap
kelompok haruslah heterogen, terdiri atas laki-laki dan perempuan, berasal
dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran
yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling
membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui diskusi
dan kuis.
Sintaks model Pembelajaran STAD dalam Chotimah (2007) antara lain :
a. Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen.
b. Guru menyajikan pelajaran.
c. Guru memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh anggotaanggota kelompok
d. Peserta didik yang bisa mengerjakan tugas/soal menjelaskan kepada
anggota kelompok
lainnya sehingga semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
e. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada saat
menjawab
kuis/pertanyaan peserta didik tidak boleh saling membantu.
f. Guru memberi penghargaan (rewards) kepada kelompok yang memiliki
nilai/poin
g. Guru memberikan evaluasi.
h. Penutup.
Dalam STAD, penghargaan kelompok didasarkan atas skor yang didapatkan
oleh
kelompok dan skor kelompok ini diperoleh dari peningkatan individu dalam
setiap kuis.
Sumbangan poin peningkatan siswa terhadap kelompoknya didasarkan atas
ketentuan
pada tabel 2.2 berikut.
Tabel 2.2 Kriteria Pemberian Skor Peningkatan STAD
Skor Kuis
Poin
peningkatan
10
20
30
30
Nilai Perkembangan
Excellent
22,6 30
15,1 22,5
Good teams
7,6 15,0
General teams
7,5
A)
b)
c)
Meningkatkan komitmen
d)
e)
f)
B)
a)
b)
c)
Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena
peran anggota yang pandai lebih dominan.
1.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaranstudent-teams.html#ixzz2uZXKTNWl
Model Pembelajaran Jigsaw
Model Pembelajaran Jigsaw
1.
Pengertian
pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat
pertemuan di kelompok ahli.Para kelompok ahli harus mampu untuk
membagi pengetahuan yang di dapatkan saat melakuakn diskusi di
kelompok ahli, sehingga pengetahuan tersebut diterima oleh setiap anggota
pada kelompok asal. Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependence setiap
siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan.
Artinya para siswa harus memiliki tanggunga jawab dan kerja sama yang
positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan
memecahkan masalah yang biberikan.
1.
Awal
kegiatan
pembelajaran
a.
Persiapan
1.
Melakukan
Pembelajaran
Pendahuluan
Guru dapat menjabarkan isi topik secara umum, memotivasi siswa dan
menjelaskan
tujuan
dipelajarinya
topik
tersebut.
2.
Materi
Membagi
oleh
Siswa
Ke
Dalam
siswa.
Kelompok
Asal
Dan
Ahli
sosialnya
Menentukan
Skor
Awal
Skor awal merupakan skor rata-rata siswa secara individu pada kuis sebelumnya
atau nilai akhir siswa secara individual pada semester sebelumnya.
2.
Rencana
Kegiatan
anggota
ahli
yang
akan
bergabung
dalam
kelompok
ahli.
Sistem
Dalam
1.
evaluasi
Mengerjakan
2.
Membuat
Evaluasi
ada
kuis
tiga
individual
laporan
cara
yang
yang
mencaukup
mandiri
3.
dapat
atau
dilakukan:
semua
topik.
kelompok.
Presentasi
Materi
Evaluasi
Kelebihan
model
Kelemahan
BERBASIS
MASALAH
(PROBLEM
BASED
7.
meningkatkan
motivasi
belajar
siswa
8. membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi
baru
B. Prinsip-Prinsip Metode Pembelajaran Berbasis Masalah
Berdasar pada pandangan psikologi kognitif
pembelajaran yang berkaitan dengan PBL
terdapat
tiga
prinsip
3.
Daftar
apa
yang
dikenal.
Buat pos berjudul Apa yang kita ketahui? pada selembar kertas. Kemudian
temukan informasi yang terkandung dalam skenario.
4.
Mengembangkan
sebuah
pernyataan
masalah.
Suatu pernyataan masalah harus berasal dari analisis Anda apa yang Anda
ketahui. Dalam satu atau dua kalimat Anda harus dapat menjelaskan apa
yang grup Anda sedang mencoba untuk menyelesaikan, memproduksi,
menanggapi, tes, atau mencari tahu. Pernyataan masalah mungkin harus
direvisi sebagai informasi baru ditemukan dan dibawa ke menanggung pada
situasi.
5.
Daftar
apa
yang
dibutuhkan.
Siapkan daftar pertanyaan Anda pikir perlu dijawab untuk memecahkan
masalah. Rekam mereka di bawah daftar kedua berjudul: Apa yang kita
perlu tahu? Beberapa jenis pertanyaan yang mungkin sesuai. Beberapa
orang mungkin alamat konsep atau prinsip-prinsip yang perlu dipelajari
untuk mengatasi situasi. Pertanyaan lain mungkin dalam bentuk permintaan
untuk informasi lebih lanjut. Pertanyaan-pertanyaan ini akan membimbing
pencarian yang mungkin akan terjadi on-line, di perpustakaan, atau dalam
pencarian out-of-kelas yang lain.
6.
Daftar
tindakan
yang
mungkin.
Daftar rekomendasi, solusi, atau hipotesis di bawah judul: Apa yang harus
kita lakukan?. Daftar rencana Anda untuk penyelidikan. Rencana ini
mungkin termasuk mempertanyakan ahli, mendapatkan data online, atau
mengunjungi perpustakaan.
7.
Mengumpulkan
dan
Menganalisis
informasi.
Bagilah tanggung jawab untuk mengumpulkan, mengorganisir, menganalisis,
dan menafsirkan informasi dari banyak sumber. Menganalisis informasi yang
anda kumpulkan. Anda mungkin perlu merevisi pernyataan masalah. Anda
dapat mengidentifikasi laporan masalah yang lebih. Pada titik ini, grup Anda
mungkin akan merumuskan dan menguji hipotesis untuk menjelaskan
masalah. Beberapa masalah mungkin tidak memerlukan hipotesis, bukan
solusi yang dianjurkan atau pendapat (berdasarkan data riset Anda) mungkin
tepat.
8.
Menyajikan
temuan-temuannya.
Siapkan laporan di mana Anda membuat rekomendasi, prediksi, kesimpulan,
atau solusi lainyang tepat untuk masalah berdasarkan data Anda dan latar
belakang. Bersiaplah untuk mendukung rekomendasi Anda. Jika sesuai,
pertimbangkan presentasi multimedia dengan menggunakan gambar, grafik,
atau suara.
Pelaksanaan Pembelajaran Bedasarkan Masalah
Pierce
dan
Jones
(Ratnaningsih,
2003)
Mereka mengemukakan bahwa kejadian-kejadian yang harus muncul pada
waktu pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:
a. Keterlibatan (engagement) meliputi mempersiapkan siswa untuk berperan
sebagai pemecah masalah yang bisa bekerja sama dengan pihak lain,
menghadapkan siswa pada situasi yang mendorong untuk mampu
menemukan masalah dan meneliti permasalahan sambil mengajukkan
dugaan
dan
rencana
penyelesaian.
b. Inkuiri dan investigasi (inquiry dan investigation) yang mencakup kegiatan
mengeksplorasi
dan
mendistribuskan
informasi.
c.
Performansi
(performnace)
yaitu
menyajikan
temuan.
d. Tanya jawab (debriefing) yaitu menguji keakuratan dari solusi dan
melakukan refleksi terhadap proses pemecahan masalah.
A.
Tugas
Perencanaan.
Pembelajaran Bedasarkan Masalah memerlukan banyak perencanaan seperti
halnya model-model pembelajaran yang berpusat pada siswa lainnya.
1.
Penetapan
Tujuan.
Pertama mendiskripsikan bagaimana pembelajaran berdasarkan masalah
direncanakan untuk membantu tercapainya tujuan-tujuan tertentu misalnya
ketrampilan menyelidiki, memahami peran orang dewasa dn membantu
siswa menjadi pebelajar yang mandiri Hendaknya difikirkan dahulu dengan
matang tujuan yang hendak dicapai sehingga dapat dikomunikasikan dengan
jelas kepada siswa
2.
Merancang
situasi
masalah
yang
sesuai
Dalam pembelajaran berdasarkan masalah guru memberikan kebebasan
siswa untuk memilih masalah yang akan diselidiki, karena cara ini
meningkatkan motivasi siswa. Masalah sebaiknya otentik ( berdasarkan pada
pengalaman dunia nyata siswa ), mengandung teka-teki dan tidak
terdefinisikan secara ketat, memungkinkan kerjasama, bermakna bagi siswa
dan konsisten dengan tujuan kurikulum.
3.
Organisasi
sumber
daya
dan
rencana
logistik.
Dalam pembelajaran berdasarkan masalah guru mengorganisasikan sumber
daya dan merencanakan kebutuhan untuk penyelidikan siswa karena dalam
model pembelajaran ini dimungkinkan siswa bekerja dengan beragam
material dan peralatan, pelaksanaan dapat dilakukan didalam maupun diluar
kelas.
B.
Tugas
interaktif
1.
Orientasi
siswa
pada
masalah.
Siswa perlu memahami bahwa pembelajaran berdasarkan masalah tidak
untuk memperoleh informasi baru dalam jumlah besar, tetapi pembelajaran
ini adalah kegiatan penyelidikan terhadap masalah-masalah yang penting
dan untuk menjadi pelajar yang mandiri. Oleh karena itu cara yang baik
dalam menyajikan masalah adalah dengan menggunakan kejadian-kejadian
yang mencengangkan dan menimbulkan misteri sehingga merangsang untuk
memecahkan masalah tersebut.
2.
Mengorganisasikan
siswa
untuk
belajar.
Dalam pembelajaran berdasarkan masalah siswa memerlukan bantuan guru
untuk
merencanakan
penyelidikan
dan
tugas-tugas
pelaporan.
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif juga
diperlukan pengembangan ketrampilan kerja sama di anatara siswa dan
saling membantu untuk menyelidiki masalah secara bersama.
3.
Membantu
penyelidikan
mandiri
dan
kelompok.
a. guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai
sumber, siswa diberi pertanyaan yang membuat siswa memimikirkan
masalah dan jenis informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah
2.
Kurangnya
waktu
pembelajaran.
3. Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi
mereka
untuk
belajar.
4. Seorang guru sulit menjadi fasilitator yang baik.
Pengertian
a.
Catatan Biasa
b.
c.
d.
e.
f.
Statis
Mind mapping :
a.
Peta pikiran
b.
c.
Berwarna warni
d.
e.
f.
Dari uraian tersebut, peta pikiran (mind mapping) adalah satu teknik
mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual. Peta pikiran
memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam
diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka kan
memudahkan seserorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk
informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi
warna, simbol, bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam menyerap
informasi yang diterima.Peta pikiran yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi
setiap hari. Hal ini disebabkan karena berbedanya emosi dan perasaan yang
terdapat dalam diri siswa setiap harinya. Suasana menyenangkan yang
diperoleh siswa ketika berada di ruang kelas pada saat proses belajar akan
mempengaruhi penciptaan peta pikiran. Tugas guru dalam proses belajar
adalah menciptakan suasana yang dapat mendukung kondisi belajar siswa
terutama dalam proses pembuatan mind mapping.(Sugiarto,Iwan. 2004.
Mengoptimalkan Daya Kerja Otak Dengan Berfikir.)
Cara membuat mind mapping, terlebih dahulu siapkan selembar kertas
kosong yang diatur dalam posisi landscape kemudian tempatan topik yang
akan dibahas di tengah-tengah halaman kertas dengan posisi horizontal.
Usahakan menggunakan gambar, simbol atau kode pada mind mapping
yang dibuat. Dengan visualisasi kerja otak kiri yang bersifat rasional,
numerik dan verbal bersinergi dengan kerja otak kanan yang bersifat
imajinatif, emosi, kreativitas dan seni. Dengan ensinergikan potensi otak kiri
dan kanan, siswa dapat dengan lebih mudah menangkap dan menguasai
materi pelajaran.
2.
3.
Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan
dua orang.
4.
Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi
yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat
catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok
lainnya.
5.
Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil
wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah
menyampaikan hasil wawancaranya.
6.
Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang kiranya belum
dipahami siswa.
7.
2.
Kesimpulan/penutup.
Prinsip Dasar Mind Mapping
Merencana
b.
Berkomunikasi
c.
Menjadi Kreatif
d.
Menghemat Waktu
e.
Menyelesaikan Masalah
f.
Memusatkan Perhatian
g.
h.
i.
j.
b.
Teknik dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul
dikepala anda
c.
d.
b.
c.
KESIMPULAN
Jadi
model
pembelajaran
mind
pembelajaran untuk menempatkan
mengambilnya kembali ke luar otak.
sebuah jalan di kota yang mempunyai
Mind Mapping sangat baik digunakan
untuk menemukan alternatif jawaban.
secara berpasangan ( 2 orang ).
mapping
adalah
suatu
model
informasi ke dalam otak dan
Bentuk mind mapping seperti peta
banyak cabang. Model pembelajaran
untuk pengetahuan awal siswa atau
Dipergunakan dalam kerja kelompok
b.
Teknik dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul
dikepala anda
c.
d.
Kekurangan :
a.
b.
c.
adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau
topik dalam suasana yang menyenangkan. Langkah-langkah penerapan
metode
make
a
match
sebagai
berikut:
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik
yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya
kartu
jawaban.
2. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.
3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
4. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya.
Misalnya: pemegang kartu yang bertuliskan bela negara akan berpasangan
dengan kartu yang bertuliskan soal sikap dan perilaku warga negara yang
dijiwai oleh kecintaannya kepada negara dalam menjamin kelangsungan
hidup
bangsa
dan
negara
.
5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu
diberi
poin.
6. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya
(tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan
hukuman,
yang
telah
disepakati
bersama.
7. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu
yang
berbeda
dari
sebelumnya,
demikian
seterusnya.
8. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang
memegang
kartu
yang
cocok.
9. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi
pelajaran.
Pada penerapan metode make a match, diperoleh beberapa temuan bahwa
metode make a match dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab
pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang yang ada di tangan mereka,
proses pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih
antusias mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali
pada saat siswa mencari pasangan kartunya masing-masing. Hal ini
merupakan suatu ciri dari pembelajaran kooperatif seperti yang dikemukan
oleh Lie (2002:30) bahwa, Pembelajaran kooperatif ialah pembelajaran yang
menitikberatkan pada gotong royong dan kerja sama kelompok.
3.
KELEBIHAN
DAN
KEKURANGAN
Pembelajaran kooperatif metode make a match memberikan manfaat bagi
siswa,
di
antaranya
sebagai
berikut:
1. Mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan
2. Materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa
3. Mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan
belajar
secara
klasikal
87,50%
.
4. Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran (Let them
move)
5.
Kerjasama
antar
sesama
siswa
terwujud
dengan
dinamis.
6. Munculnya dinamika gotong royong yang merata di seluruh siswa.
Tak ada gading yang tak retak , begitu pula pada metode ini. Di samping
manfaat yang dirasakan oleh siswa, pembelajaran kooperatif metode make a
match berdasarkan temuan di lapangan mempunyai sedikit kelemahan yaitu:
1. Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan
2. Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak
bermain-main
dalam
proses
pembelajaran.
3.
Guru
perlu
persiapan
bahan
dan
alat
yang
memadai.
4. Pada kelas yang gemuk (<30 siswa/kelas) jika kurang bijaksana maka
yang muncul adalah suasana seperti pasar dengan keramaian yang tidak
terkendali. Tentu saja kondisi ini akan mengganggu ketenangan belajar kelas
di kiri kanannya. Apalagi jika gedung kelas tidak kedap suara. Tetapi hal ini
bisa diantisipasi dengan menyepakati beberapa komitmen ketertiban dengan
siswa sebelum pertunjukan dimulai. Pada dasarnya menendalikan kelas itu
tergantung bagaimana kita memotivasinya pada langkah pembukaan.
4.
KESIMPULAN
Berdasarkan pada kegiatan belajar mengajar penggunaan metode make a
match, siswa nampak lebih aktif mencari pasangan kartu antara jawaban
dan soal. Dengan metode pencarian kartu pasangan ini siswa dapat
mengidentifikasi permasalahan yang terdapat di dalam kartu yang
ditemukannya dan menceritakannya dengan sederhana dan jelas secara
bersama-sama.
Pada penerapan metode make a match, diperoleh beberapa temuan bahwa
metode make a match dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab
pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang yang ada di tangan mereka,
proses pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih
Pengertian
Strategi think pair share ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif
dan waktu tunggu. Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan
Koleganya di universitas Maryland sesuai yang dikutip Arends
(1997),menyatakan bahwa think pair share merupakan suatu cara yang
efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi
bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk
mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan
dalam think pair share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir,
untuk merespon dan saling membantu. Guru memperkirakan hanya
melengkapi penyajian singkat atau siswa membaca tugas, atau situasi yang
menjadi
tanda
tanya
.
Sekarang
guru
menginginkan
siswa
mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah dijelaskan dan dialami
.Guru memilih menggunakan think-pair-share untuk membandingkan tanya
jawab kelompok keseluruhan.
1.
Langkah-langkah
untuk
berfikir
tentang
materi/permasalahan
yang
1.
Memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan
saling membantu satu sama lain.
2.
3.
Lebih banyak kesempatan untuk konstribusi masing-masing anggota
kelompok.
4.
5.
6.
Seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling
menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan
kelas.
7.
Dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi
kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas.
8.
Siswa dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab
dalam komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling
membantu dalam kelompok kecil.
9.
Siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu
materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang
lainnya, membuat kesimpulan (diskusi) serta mempresentasikan di depan
kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran
yang telah dilakukan.
10. Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaanpertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung
memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh
kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan.
11. Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan
pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam
memecahkan masalah.
12. Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya
dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang.
13. Siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan
diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar.
hasil
14. Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses
pembelajaran.
15. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Penggunaan metode
pembelajaran TPS menuntut siswa menggunakan waktunya untuk
mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan yang diberikan oleh guru di
awal pertemuan sehingga diharapkan siswa mampu memahami materi
dengan baik sebelum guru menyampaikannya pada pertemuan selanjutnya.
16. Memperbaiki kehadiran. Tugas yang diberikan oleh guru pada setiap
pertemuan selain untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran juga dimaksudkan agar siswa dapat selalu berusaha hadir
pada setiap pertemuan. Sebab bagi siswa yang sekali tidak hadir maka siswa
tersebut tidak mengerjakan tugas dan hal ini akan mempengaruhi hasil
belajar mereka.
17. Angka putus sekolah berkurang. Model pembelajaran TPS diharapkan
dapat memotivasi siswa dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa
dapat lebih baik daripada pembelajaran dengan model konvensional.
18. Sikap
apatis
berkurang.
Sebelum
pembelajaran
dimulai,
kencenderungan siswa merasa malas karena proses belajar di kelas hanya
mendengarkan apa yang disampaikan guru dan menjawab semua yang
ditanyakan oleh guru. Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses
belajar mengajar, metode pembelajaran TPS akan lebih menarik dan tidak
monoton dibandingkan metode konvensional.
19. Penerimaan terhadap individu lebih besar. Dalam model pembelajaran
konvensional, siswa yang aktif di dalam kelas hanyalah siswa tertentu yang
benar-benar rajin dan cepat dalam menerima materi yang disampaikan oleh
guru sedangkan siswa lain hanyalah pendengar materi yang disampaikan
oleh guru. Dengan pembelajaran TPS hal ini dapat diminimalisir sebab
semua siswa akan terlibat dengan permasalahan yang diberikan oleh guru.
20. Hasil belajar lebih mendalam. Parameter dalam PBM adalah hasil belajar
yang diraih oleh siswa. Dengan pembelajaran TPS perkembangan hasil
belajar siswa dapat diidentifikasi secara bertahap. Sehingga pada akhir
pembelajaran hasil yang diperoleh siswa dapat lebih optimal.
21. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Sistem kerjasama
yang diterapkan dalam model pembelajaran TPS menuntut siswa untuk
dapat bekerja sama dalam tim, sehingga siswa dituntut untuk dapat belajar
berempati, menerima pendapat orang lain atau mengakui secara sportif jika
pendapatnya tidak diterima.
1.
1.
2.
3.
Peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu
pengajaran yang berharga. Untuk itu guru harus dapat membuat
perencanaan yang seksama sehingga dapat meminimalkan jumlah waktu
yang terbuang.
4.
5.
6.
7.
8.
Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada saat pembentukan
kelompok, karena ada satu siswa tidak mempunyai pasangan.
9.
Ketidaksesuaian
pelaksanaannya.
antara
waktu
yang
direncanakan
dengan
ESL).
Negara-negara yang terkenal dengan tim debatnya antara lain Inggris,
Australia, Irlandia, dan Amerika Serikat. Di Asia, negara yang dianggap relatif
kuat
antara
lain
Filipina
dan
Singapura.
1.
Debat
kompetitif
di
Indonesia
Di Indonesia, debat kompetitif sudah mulai berkembang, walaupun masih
didominasi oleh kompetisi debat berbahasa Inggris. Kejuaraan debat
parlementar pertama di tingkat universitas adalah Java Overland Varsities
English Debate (JOVED) yang diselenggarakan tahun 1997 di Universitas
Katolik Parahyangan, Bandung, dan diikuti oleh tim-tim dari berbagai wilayah
di P. Jawa. Kejuaraan debat se-Indonesia yang pertama adalah Indonesian
Varsity English Debate (IVED) 1998 di Universitas Indonesia. Hingga kini
(2006), kedua kompetisi tersebut diselenggarakan setiap tahun secara
bergilir
di
universitas
yang
berbeda.
Sejak 2001, Indonesia telah mengirimkan delegasi ke WSDC. Delegasi
tersebut dipilih setiap tahunnya melalui Indonesian Schools Debating
Championship (ISDC) yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan
Nasional bekerjasama dengan Association for Critical Thinking (ACT).
2.
Berbagai
gaya
debat
parlementer
Dalam debat kompetitif, sebuah format mengatur hal-hal antara lain:
1.
jumlah
tim
dalam
satu
debat
2.
jumlah
pembicara
dalam
satu
tim
3.
giliran
berbicara
4. lama waktu yang disediakan untuk masing-masing pembicara
5.
tatacara
interupsi
6.
mosi
dan
batasan-batasan
pendefinisian
mosi
7.
tugas
yang
diharapkan
dari
masing-masing
pembicara
8.
hal-hal
yang
tidak
boleh
dilakukan
oleh
pembicara
9.
jumlah
juri
dalam
satu
debat
10.
kisaran
penilaian
Selain itu, berbagai kompetisi juga memiliki aturan yang berbeda mengenai:
Penentuan topik debat (mosi) apakah diberikan jauh hari sebelumnya atau
hanya
beberapa
saat
sebelum
debat
dimulai
(impromptu)
Lama waktu persiapan untuk debat impromptu, waktu persiapan berkisar
antara
15
menit
(WUDC)
hingga
1
jam
(WSDC)
Perhitungan hasil pertandingan beberapa debat hanya menggunakan
victory point (VP) untuk menentukan peringkat, namun ada juga yang
menghitung selisih (margin) nilai yang diraih kedua tim atau jumlah vote juri
(mis. untuk panel beranggotakan 3 juri, sebuah tim bisa menang 3-0 atau 21)
Sistem kompetisi sistem gugur biasanya hanya digunakan dalam babak
elimiasi (perdelapan final, perempat final, semifinal dan final); dalam babak
penyisihan, sistem yang biasa digunakan adalah power matching
Format debat parlementer sering menggunakan peristilahan yang biasa
dipakai di debat parlemen sebenarnya:
Topik
debat
disebut
mosi
(motion)
Tim Afirmatif (yang setuju terhadap mosi) sering disebut juga Pemerintah
(Government), tim Negatif (yang menentang mosi) disebut Oposisi
(Opposition)
Pembicara pertama dipanggil sebagai Perdana Menteri (Prime Minister), dan
sebagainya
Pemimpin/wasit debat (chairperson) dipanggil Speaker of The House
Penonton/juri dipanggil Members of the House (Sidang Dewan yang
Terhormat)
Interupsi disebut Points of Information (POI)
a.
Australian
Parliamentary/Australasian
Parliamentary
(Australs)
Gaya debat ini digunakan di Australia, namun pengaruhnya menyebar
hingga ke kompetisi-kompetisi yang diselenggarakan di Asia, sehingga
akhirnya disebut sebagai format Australasian Parliamentary. Dalam format
ini, dua tim beranggotakan masing-masing tiga orang berhadapan dalam
satu debat, satu tim mewakili Pemerintah (Government) dan satu tim
mewakili
Oposisi
(Opposition),
dengan
urutan
sebagai
berikut:
Pembicara
pertama
pihak
Pemerintah
7
menit
Pembicara
pertama
pihak
Oposisi
7
menit
Pembicara
kedua
pihak
Pemerintah
7
menit
Pembicara
kedua
pihak
Oposisi
7
menit
Pembicara
ketiga
pihak
Pemerintah
7
menit
Pembicara
ketiga
pihak
Oposisi
7
menit
Pidato
penutup
pihak
Oposisi
5
menit
Pidato penutup pihak Pemerintah 5 menit
Pidato penutup (Reply speech) menjadi ciri dari format ini. Pidato penutup
dibawakan oleh pembicara pertama atau kedua dari masing-masing tim
(tidak boleh pembicara ketiga). Pidato penutup dimulai oleh Oposisi terlebih
dahulu,
baru
Pemerintah.
Mosi dalam format ini diberikan dalam bentuk pernyataan yang harus
didukung oleh pihak Pemerintah dan ditentang oleh Pihak Oposisi, contoh:
(This House believes that) Globalization marginalizes the poor.
(Sidang Dewan percaya bahwa) Globalisasi meminggirkan masyarakat
miskin.
Mosi tersebut dapat didefinisikan oleh pihak Pemerintah dalam batasanbatasan tertentu dengan tujuan untuk memperjelas debat yang akan
dilakukan. Ada aturan-aturan yang cukup jelas dalam hal apa yang boleh
dilakukan sebagai bagian dari definisi dan apa yang tidak boleh dilakukan.
Tidak
ada
interupsi
dalam
format
ini.
Juri (adjudicator) dalam format Australs terdiri atas satu orang atau satu
panel berjumlah ganjil. Dalam panel, setiap juri memberikan voting-nya
tanpa melalui musyawarah. Dengan demikian, keputusan panel dapat
bersifat
unanimous
ataupun
split
decision.
Di Indonesia, format ini termasuk yang pertama kali dikenal sehingga cukup
berbicara
Minister
of
the
Prome
Leader
of
of
the
of
the
adalah
sebagai
7
Opposition
7
Minister
7
the
Opposition
7
Government
7
Opposition
berikut:
menit
menit
menit
menit
menit
menit
Government
Whip
Opposition Whip 7 menit
menit
8
menit
Pembicara
pertama
Oposisi
8
menit
Pembicara
kedua
Proposisi
8
menit
Pembicara
kedua
Oposisi
8
menit
Pembicara
ketiga
Proposisi
8
menit
Pembicara
ketiga
Oposisi
8
menit
Pidato
penutup
Oposisi
4
menit
Pidato penutup Proposisi 4 menit
Pidato penutup (reply speech) dibawakan oleh pembicara pertama atau
kedua masing-masing tim (tidak boleh pembicara ketiga) dan didahului oleh
pihak
Oposisi
dan
ditutup
oleh
pihak
Proposisi.
Aturan untuk interupsi (Points of Information POI) mirip dengan format BP.
POI hanya dapat diberikan antara menit ke-1 dan ke-7 pidato utama dan
tidak
ada
POI
dalam
pidato
penutup.
Di Indonesia, format ini digunakan dalam kejuaraan Indonesian Schools
Debating Championship (ISDC). Beberapa SMU di Indonesia yang pernah
mengadakan kompetisi debat juga menggunakan format ini.
e.
American
Parliamentary
Debat parlementer di Amerika Serikat diikuti oleh dua tim untuk setiap
debatnya
dengan
susunan
sebagai
berikut:
Government
Prime
Minister
(PM)
Member
of
the
Government
(MG)
Opposition
Leader
of
the
Opposition
(LO)
Member of the Opposition (MO)
Debat parlementer diadakan oleh beberapa organisasi berbeda di Amerika
Serikat di tingkat pendidikan menengah dan tinggi. National Parliamentary
Debate Association (NPDA), American Parliamentary Debate Association
(APDA), dan National Parliamentary Tournament of Excellence (NPTE)
menyelenggarakan debat parlementer tingkat universitas dengan susunan
pidato
sebagai
berikut:
Prime
Minister
7
menit
Leader
of
the
Opposition
8
menit
Member
of
the
Government
8
min
Member
of
the
Opposition
8
min
Leader
of
the
Opposition
Rebuttal
4
min
Prime Minister Rebuttal 5 min
California High School Speech Association (CHSSA) dan National
Parliamentary Debate League (NPDL) menyelenggarakan debat parlementer
tingkat sekolah menengah dengan susunan pidato sebagai berikut:
Prime
Leader
Member
of
of
Minister
the
the
Opposition
Government
7
7
menit
menit
menit
Member
of
the
Opposition
Leader
of
the
Opposition
Rebuttal
Prime Minister Rebuttal 5 menit
menit
menit
negeri
maupun
dari
luar
negeri.
Efektif atau tidaknya suatu model pembelajaran diterapkan, tidak ditentukan
oleh kecanggihan suatu model pembelajaran saja, karena pada prinsipnya
tidak ada satu model pembelajaran pun yang terbaik. Model pembelajaran
yang terbaik adalah model pembelajaran yang relevan dengan tujuan yang
hendak dicapai. Dari sekian model pembelajaran, berikut penulis sampaikan
salah satu contoh model pembelajaran yakni model pembelajaran Artikulasi.
1. Pengertian Model Pembelajaran Artikulasi
Model pembelajaran Artikulasi merupakan model yang prosesnya seperti
pesan berantai, artinya apa yang telah diberikan Guru, seorang siswa wajib
meneruskan menjelaskannya pada siswa lain (pasangan kelompoknya). Di
sinilah keunikan model pembelajaran ini. Siswa dituntut untuk bisa berperan
sebagai penerima pesan sekaligus berperan sebagai penyampai pesan.
Model pembelajaran artikulasi merupakan model pembelajaran yang
menuntut siswa aktif dalam pembelajaran dimana siswa dibentuk menjadi
kelompok kecil yang masing-masing siswa dalam kelompok tersebut
mempunyai tugas mewawancarai teman kelompoknya tentang materi yang
baru dibahas. Konsep pemahaman sangat diperlukan dalam mode
pembelajaran
ini.
2.
Langkah-langkah
Model
Pembelajaran
Artikulasi
1.
Guru
menyampaikan
kompetensi
yang
ingin
dicapai.
2.
Guru
menyajikan
materi
sebagaimana
biasa.
3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan
dua
orang.
4. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang
baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat
catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok
lainnya.
5. Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil
wawancaranya dengan teman pasangannya sampai sebagian siswa sudah
menyampaikan
hasil
wawancaranya.
6. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum
dipahami
siswa.
7.
Kesimpulan/penutup.
3.
Kelemahan
dan
kelebihan
Pembelajaran
Artikulasi
Kelemahan dan kelebihan dari pembelajaran artikulasi ini antara lain:
A.
Kelemahannya:
a.
Untuk
mata
pelajaran
tertentu
b.
Waktu
yang
dibutuhkan
banyak
c.
Materi
yang
didapat
sedikit
d.
Banyak
kelompok
yang
melapor
dan
perlu
dimonitor
e.
Lebih
sedikit
ide
yang
muncul
f. Jika ada perselisihan tidak ada penengah
B.
Kelebihannya:
a.
Semua
siswa
terlibat
(mendapat
peran)
b.
Melatih
kesiapan
siswa
c.
Melatih
daya
serap
pemahaman
dari
orang
lain
d.
Cocok
untuk
tugas
sederhana
e.
Interaksi
lebih
mudah
f.
Lebih
mudah
dan
cepat
membentuknya
g. Meningkatkan partisipasi anak
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaranartikulasi.html#ixzz2uZYtdYcN
Model Pembelajaran Role Playing
Model Pembelajaran Role Playing
A.
Metode
Role
Playing
adalah
suatu
cara
penguasaan
bahan-bahan
pelajaran
melalui
pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi
dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh
hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari
satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan.
B.
Tujuan
pembelajaran
Role
Playing
Menurut Zuhaerini (1983: 56), model ini digunakan apabila pelajaran
dimaksudkan untuk: (a) menerangkan suatu peristiwa yang di dalamnya
menyangkut orang banyak, dan berdasarkan pertimbangan didaktik lebih
baik didramatisasikan daripada diceritakan, karena akan lebih jelas dan
dapat dihayati oleh anak; (b) melatih anak-anak agar mereka mampu
menyelesaikan masalah-masalah sosial-psikologis; dan (c) melatih anak-anak
agar mereka dapat bergaul dan memberi kemungkinan bagi pemahaman
terhadap orang lain beserta masalahnya.
C.
langkah-langkah
model
pembelajaran
role
playing
Langkah-langkah model pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan scenario
pembelajaran, menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario
tersebut, pembentukan kelompok siswa, penyampaian kompetensi,
menunjuk siswa untuk melakonkan skenario yang telah dipelajarinya,
kelompok siswa membahas peran yang dilakukan oleh pelakon, presentasi
hasil kelompok, bimbingan penyimpulan dan refleksi.
D. Pengertian dan ciri-ciri pembelajaran Role Playing
Bermain peran pada prinsipnya merupakan pembelajaran untuk
menghadirkan peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu
pertunjukan peran di dalam kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan
sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian terhadap .
Misalnya: menilai keunggulan maupun kelemahan masing-masing peran
tersebut, dan kemudian memberikan saran/ alternatif pendapat bagi
pengembangan peran-peran tersebut. Pembelajaran ini lebih menekankan
terhadap masalah yang diangkat dalam pertunjukan, dan bukan pada
kemampuan
pemain
dalam
melakukan
permainan
peran
.
Role playing adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan,
aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang (Jill Hadfield, 1986). Dalam
role playing murid dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun
saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas, dengan menggunakan bahasa
Inggris. Selain itu, role Playing sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk
aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada di
luar kelas dan memainkan peran orang lain (Basri Syamsu, 2000).
Dalam role playing murid diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara
aktif melakukan praktik-praktik berbahasa (bertanya dan menjawab dalam
bahasa Inggris) bersama teman-temannya pada situasi tertentu. Belajar
efektif dimulai dari lingkungan yang berpusat pada diri murid (Departemen
Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah,
2002). Lebih lanjut prinsip pembelajaran PKn standar kompetensi memahami
kebebasan berorganisasi, dan menghargai keputusan bersama, murid akan
lebih berhasil jika mereka diberi kesempatan memainkan peran dalam
bermusyawarah, melakukan pemungutan suara terbanyak dan bersikap mau
menerima kekalahan sehingga dengan melakukan berbagai kegiatan
tersebut dan secara aktif berpartisipasi, mereka akan lebih mudah
menguasai apa yang mereka pelajari (Boediono, 2001). Jadi, dalam
pembelajaran murid harus aktif, karena tanpa adanya aktivitas, maka proses
pembelajaran
tidak
mungkin
terjadi
.
Sementara itu, sesuai dengan pengalaman penelitian sejenis yang telah
dilakukan, manfaat yang dapat diambil dari role playing adalah: Pertama,
role playing dapat memberikan semacam hidden practise, dimana murid
tanpa sadar menggunakan ungkapan-ungkapan terhadap materi yang telah
dan sedang mereka pelajari. Kedua, role playing melibatkan jumlah murid
yang cukup banyak, cocok untuk kelas besar. Ketiga, role playing dapat
memberikan kepada murid kesenangan karena role playing pada dasarnya
adalah permainan. Dengan bermain murid akan merasa senang karena
bermain adalah dunia siswa. Masuklah ke dunia siswa, sambil kita antarkan
dunia
kita
(Bobby
DePorter,
2000:
12)
E. kelebihan dan kekurangan role playing
Kelebihan Metode Role Playing
Kelebihan metode Role Playing melibatkan seluruh siswa berpartisipasi,
mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerja
sama. Siswa juga dapat belajar menggunakan bahasa dengan baik dan
benar. Selain itu, kelebihan metode ini adalah, sebagai berikut:
1) Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
2) Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan
dalam
situasi
dan
waktu
yang
berbeda.
3) Guru dapat mengevaluasi pengalaman siswa melalui pengamatan pada
waktu
melakukan
permainan.
4) Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa.
Disamping merupakan pengaman yang menyenangkan yang saling untuk
dilupakan
5) Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi
dinamis
dan
penuh
antusias
6) Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta
menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi
7) Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat
memetik butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya dengan
penghayatan
siswa
sendiri
8) Dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan profesional siswa, dan
dapat menumbuhkan / membuka kesempatan bagi lapangan kerja
Kelemahan Metode Role Playing
Hakekatnya sebuah ilmu yang tercipca oleh manusia tidak ada yang
sempurna,semua ilmu ada kelebihan dan kekurangan.Jika kita melihat
metode Role Playing dalam dalam cakupan cara dalam prooses mengajar
dan belajar dalam lingkup pendidikan tentunya selain kelebihan terdapat
kelemahan.
Kelemahan metode role palying antara lain:
1. Metode bermain peranan memelrukan waktu yang relatif panjang/banyak
2. Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru
maupun
murid.
Dan
ini
tidak
semua
guru
memilikinya
3. Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk
memerlukan
suatu
adegan
tertentu
4. Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain pemeran mengalami
kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus
berarti
tujuan
pengajaran
tidak
tercapai
5. Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaranrole-playing.html#ixzz2uZYxvua6
MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION
Rencana Kooperatif.
Peran Guru.
Guru menyediakan sumber dan fasilitator. Guru memutar diantara kelompokkelompok memperhatikan siswa mengatur pekerjaan dan membantu siswa
mengatur pekerjaannya dan membantu jika siswa menemukan kesulitan
dalam interaksi kelompok.
Para guru yang menggunakan metode GI umumnya membagi kelas menjadi
beberapa kelompok yang beranggotakan 5 sampai 6 siswa dengan
karakteristik yang heterogen, (Trianto, 2007:59). Pembagian kelompok dapat
juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap
suatu topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki,
melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang telah dipilih,
kemudian menyiapkan dan mempresentasikan laporannya di depan kelas.
1.
Seleksi topik
Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum
yang biasanya digambarkan lebih dulu oleh guru. Para siswa selanjutnya
diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas
(task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi
kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan
akademik.
2.
Merencanakan kerjasama
Implementasi
Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b).
pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan
variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai
sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara
terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan
jika diperlukan.
4.
Evaluasi
Tahap I
Mengidentifikasi topik
dan membagi siswa ke
dalam kelompok.
Tahap II
Merencanakan tugas.
Tahap III
Membuat penyelidikan.
Siswa
mengumpulkan,
menganalisis
dan
mengevaluasi informasi, membuat kesimpulan dan
mengaplikasikan bagian mereka ke dalam
pengetahuan baru dalam mencapai solusi masalah
kelompok.
Tahap IV
Mempersiapkan
akhir.
tugas
Tahap V
Mempresentasikan
tugas akhir.
Tahap VI
1.
2.
3.
4.
adanya motivasi yang mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai
dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
5.
lebih
efektif,
membangkitkan
kerjasama
semangat
kelompok
siswa
untuk
dalam
pembelajaran
memiliki
ini
keberanian
dapat
dalam
2.
3.
4.
Model pembelajaran
group investigation
memiliki
Memotivasi dan mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari
tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
temannya
untuk
mencarikan
jawabnya.
Solusinya mengurangi poin pada siswa yang membantu dan dibantu.
5.
Contoh
model
pembelajarannya
Pada Kompetensi Dasar (KD) Menaati Peraturan Perundang-undangan
Nasional. misalnya siswa dibagi menjadi beberapa kelompok masing masing
mempunyai tugas berbeda. Misalnya mempelajari sikap kritis terhadap
peraturan perundangan yang tidak mengakomodasi aspirasi rakyat , sikap
patuh
terhadap
peraturan
perundangan
nasional.
Kemudian masing-masing anggota kelompok membentuk kelompok
baru,sehingga kelompok baru tersebut tersebut berisi siswa dari grup sikap
kritis
dan
sikap
patuh
dan
seterusnya.
Dalam kelompok baru tersebut setiap siswa menerangkan apa yang
telah dipelajari.Adapenilaian antar siswa dalam kelompok baru tersebut.
Meliputi keaktivan, dalam diskusi serta kemampuan menerangkan dan
kemampuan menjawab pertanyaan.
KESIMPULAN
Dari
uraian-uraian
di
atas
dapat
kita
simpulkan
bahwa
:
Model pembelajaran Bertukar Pasangan termasuk pembelajaran dengan
tingkat mobilitas cukup tinggi, di mana siswa akan bertukar pasangan
dengan pasangan lainnya dan nantinya harus kembali ke pasangan
semula/pertamanya.
Dan model pembelajaran bertukar pasangan ini merupakan salah satu
pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran yang dikembangkan dari teori
kontruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif untuk membangun
pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional (Rustaman et al., 2003: 206).
Dan ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif (Dalam model Pembelajaran Bertukar
Pasangan) Muslim Ibrahim (dalam Depdiknas, 2005 : 46) mengemukakan
ciri-ciri
pembelajaran
kooperatif
sebagai
berikut:
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan
materi
belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang
dan
rendah.
c. Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis
kelamin
yang
d. Penghargaan lebih berorientasi pada individu.
berbeda.
Langkah-langkah
pembelajarannya
:
1. Siswa dibentuk berkelompok secara berpasangan/2 orang (guru bisa
menunjuk pasangannya atau siswa memilih sendiri pasangannya).
2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan
pasangannya.
3. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan dari
kempok
yang
lain.
4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang
baru ini saling menanyakan dan mencari kepastian jawaban mereka.
5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan
kepada
pasangan
semula.
6.
Kesimpulan.
7. Penutup.
Keunggulan :
1.
Setiap
siswa
termotivasi
untuk
menguasai
materi.
2. Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak pintar.
3. Mendorong siswa tampil prima karena membawa nama baik kelompok
lamanya
4. Tercipta suasana gembira dalam belajar. Dengan demikian meskipun saat
pelajaran menempati jam terakhir pun,siswa tetap antusias belajar.
Kelemahan
:
1. Ada siswa yang takut diintimidasi bila memberi nilai jelek kepada
anggotanya (bila kenyataannya siswa lain kurang kurang mampu menguasai
materi)
Solusinya
,
lembar
penilaian
tidak
diberi
nama
si
penilai.
2. Ada siswa yang mengambil jalan pintas ,dengan meminta tolong pada
temannya
untuk
mencarikan
jawabnya.
Solusinya mengurangi poin pada siswa yang membantu dan dibantu.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaranbertukar-pasangan.html#ixzz2uZZWKdYa
materi
yang
akan
disajikan.
Kelebihan:
1.
Melatih
kesiapan
siswa.
2.
Saling
memberikan
pengetahuan.
Kekurangan:
1. Penngetahuan tidak luas hanya berkutat pada pengetahuan sekitar siswa.
2. Tidak efektif.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaransnowball-throwing.html#ixzz2uZZZU5Zc
Pengertian Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining
Pengertian Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining
Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan model
pembelajaran dimana siswa/peserta didik belajar mempresentasikan
ide/pendapat pada rekan peserta didik lainnya. Model pembelajaran ini
efektif untuk melatih siswa berbicara untuk menyampaikan ide/gagasan atau
pendapatnya
sendiri.
Model pembelajaran ini akan relevan apabila siswa secara aktif ikut serta
dalam merancang materi pembelajaran yang akan dipresentasikan. Untuk itu
pembelajaran pada apresiasi drama akan lebih sesuai dikarenakan siswa
secara aktif ikut serta baik itu dalam kegiatan apresiasi maupun bisa berupa
ekspresi sastra sebagai pelakunya.
Langkah-langkah
pembelajarannya
:
1.
Guru
menyampaikan
kompetensi
yang
ingin
dicapai/KD.
2.
Guru
mendemonstrasikan/menyajikan
garis-garis
besar
materi
pembelajaran.
3. Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya,
misalnya melalui bagan/peta konsep. Hal ini bisa dilakukan secara bergiliran
4.
Guru
menyimpulkan
ide/pendapat
dari
siswa.
5. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
6.
Penutup
Kelebihan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining
siswa diajak untuk dapat menerangkan kepada siswa lain, dapat
ada
dipikirannya
sehingga
lebih
dapat
Pengertian
pasif
nilainya
disamakan
Sumber:
:http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/modelpembelajaran-course-review-horay.html#ixzz2uZZtkw00
dengan
siswa.
cepat.
Kekurangan:
Membuat siswa gelisah, gundah gulana dan lain2 (becanda).
D. Kesimpulan
1. talking stick dipakai sebagai tanda seseorang mempunyai hak suara
(berbicara)
yang
diberikan
secara
bergiliran/bergantian.
2. Model pembelajaran ini membuat anak didik ceria, senang, dan melatih
mental anak didik untuk siap pada kondisi dan siatuasi apapun
Sumber:
:http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-
pembelajaran-talking-stick.html#ixzz2uZZyAQpF
Metode Demonstrasi
1. Pengertian Metode Demonstrasi
Yang di maksud dengan Metode Demonstrasi ialah metode mengajar
dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau
untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan
tertentu pada siswa.
Untuk memperjelas pengertian tersebut dalam prakteknya dapat di
lakukan oleh guru atau anak didik itu sendiri. Metode Demonstran cukup
baik apabila di gunakan dalam penyampaian bahan pelajaran fiqih,
misalnya bagaiamana cara berwudu, shalat, memandikan orang mati,
tawaf pada waktu haji,dan yang lainnya.
2. prinsip-prinsip metode demonstrasi sebagai berikut:
Dapat
menambah
pengalaman
anak
didik
Bisa membantu siswa ingat lebih lama tentang materi yang di sampaikan
Memerlukan
waktu
yang
cukup
banyak
Apabila terjadi kekurangan media, metode demonstrasi menjadi kurang
efesien
Memerlukan biaya yang cukup mahal, terutama untuk membeli bahanbahannya
Memerlukan
tenaga
yang
tidak
sedikit
Apabila siswa tidak aktif maka metode demonstran menjadi tidak efektif.
5. Adapun langkah-langkah dalam penerapan metode demonstrasi adalah:
a.
Perencanaan
Dalam
perencanaan
hal-hal
yang
dilakukan
ialah
;
a. Merumuskan tujuan yang baik dari sudut kecakapan atau kegiatan yang
di harapkan dapat tercapai setelah metode demontrasi berakhir
b. Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan
di
laksanakan
c.
Memperhitungkan
waktu
yang
di
butuhkan
d. Selama demonstrasi berlangsung guru haru intropeksi diri apakah:
Keterangan-keterangan dapat di dengar dengan jelas oleh siswa
Apakah semua media yang di gunaka telah di tempatkan pada posisi
yang baik, hingga semua siswa dapat melihat semuanya dengan jelas
Siswa di sarankan membuat catatan yang dianggap perlu
e. Menetapkan rencana penilaian terhadap kemampuan anak didik
b.
Pelaksanaannya:
Hal-hal
yang
mesti
di
lakukan
adalah:
1. Memeriksa hal-hal tersebut di atas untuk kesekian kalinya
2.
Melakukan
demonstrasi
dengan
menarik
perhatian
siswa
3. Mengingat pokok-pokok materi yang akan di demonstrasikan agar
mencapai
sasaran
4. Memperhatikan kedaan siswa, apakah semuanya mengikuti demonstrasi
dengan
baik
5.
Memberikan
kesempatan
pada
siswa
untuk
aktif
6. Menghindari ketegangan
6. Evaluasi:
Dalam kegiatan evaluasi ini dapat berupa pemberian tugas, seperti
membuat laporan,menjawab pertanyaan, mengadakan latihan lebih lanjut,
baik di sekolah ataupun di rumah.
7. Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam penggunaan metode
demonstrasi
tersebut
adalah:
Rumuskan secara spesific yang dapat di capai oleh siswa.
Susun langkah-langkah yag akan dilakukan dengan demontrasi secara
teratur
sesuai
dengan
skenario
yang
telah
di
rencanakan.
Menyipkan peralatan yang di butuhkan sebelum demonstrasi dimulai.
Usahakan dalam melakukan demonstrasi tersebut sesuai dengan
kenyataan sebenarnya.
B. Metode Eksperimen
Langkah-langkah
Menerangkan
metode
Metode
eksperimen
Eksperimen
dan
kekurangan
Metode
Eksperimen
ialah:
Kesimpulan
Metode demonstrasi adalah salah satu metode mengajar dengan
menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk
memperlihatkan
bagaimana
melakukan
sesuatu
dengan
jalan
mendemonstrasikan
terlebih
dulu
kepada
siswa
Metode ini dapat menghilangkan varbalisme sehingga siswa akan semakin
memahami materi pelajaran. Akan tetapi ada beberapa hal yang perlu di
perhatikan agar metode ini dapat berjalan dengan efektif dan efesien.
Metode Eksperimen adalah suatu metode di mana murid melakukan
pekerjaan akademis dalam mata pelajaran tertentu dengan menyaksikan
peragaan-peragaan
tersebut.
Namun yang perlu di perhatikan oleh guru tentang Metode Demonstrasi
dan Eksperimen ialah karna kedua metode ini memiliki kekurangan dan
kelebihan.
Sumber:
:http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/metode-demonstrasi-dan-
eksperimen.html#ixzz2uZaOCi2m
Pengertian
Sumber:
:http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-
pembelajaran-explicit-instruction.html#ixzz2uZaSlNPM
MODEL PEMBELAJARAN
Composition)
CIRC
(Cooperative,
Integrated,
Reading,
and
A.
Pengertian
Model
Pembelajaran
CIRC
Terjemahan bebas dari CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan
menulis
secara
koperatif
kelompok.
Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition-CIRC
(Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis) merupakan model pembelajaran
khusus Mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam rangka membaca dan
menemukan ide pokok, pokok pikiran atau,tema sebuah wacana/kliping.
Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
ini
dapat
dikategorikan
pembelajaran
terpadu.
Menurut Fogarty (1991), berdasarkan sifat keterpaduannya, pembelajaran
terpadu
dapat
dikelompokkan
menjadi:
1) model dalam satu disiplin ilmu yang meliputi model connected
(keterhubungan)
dan
model
nested
(terangkai);
2) model antar bidang studi yang meliputi model sequenced (urutan), model
shared (perpaduan), model webbed (jaring laba-laba), model theaded
(bergalur)
dan
model
integreted
(terpadu);
3) model dalam lintas siswa.
Dalam pembelajaran CIRC atau pembelajaran terpadu setiap siswa
bertanggung jawab terhadap tugas kelompok. Setiap anggota kelompok
saling mengeluarkan ide-ide untuk memahami suatu konsep dan
menyelesaikan tugas (task), sehingga terbentuk pemahaman yang dan
pengalaman belajar yang lama. Model pembelajaran ini terus mengalami
perkembangan mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga sekolah
menengah. Proses pembelajaran ini mendidik siswa berinteraksi sosial
dengan lingkungan.
Prinsip belajar terpadu ini sejalan dengan empat pilar pendidikan yang
digariskan UNESCO dalam kegiatan pembelajaran. Empat pilar itu adalah
belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk berbuat
(learning to do), belajar untuk menjadi diri sendiri (learning to be), dan
Langkah
Pembelajaran
CIRC
Langkah-langkah
pembelajarannya
sebagai
berikut
:
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang siswa secara heterogen.
2. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran.
3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan
memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas.
4.
Mempresentasikan/membacakan
hasil
kelompok.
5.
Guru
dan
siswa
membuat
kesimpulan
bersama.
6.
Penutup.
Dari setiap fase tersebut di atas dapat kita perhatikan dengan jelas sebagai
berikut:
a. Fase Pertama, Pengenalan konsep. Fase ini guru mulai mengenalkan
tentang suatu konsep atau istilah baru yang mengacu pada hasil penemuan
selama eksplorasi. Pengenalan bisa didapat dari keterangan guru, buku
paket,
atau
media
lainnya.
b. Fase Kedua, Eksplorasi dan aplikasi. Fase ini memberikan peluang pada
siswa untuk mengungkap pengetahuan awalnya, mengembangkan
pengetahuan baru, dan menjelaskan fenomena yang mereka alami dengan
bimbingan guru minimal. Hal ini menyebabkan terjadinya konflik kognitif
pada diri mereka dan berusaha melakukan pengujian dan berdiskusi untuk
menjelaskan hasil observasinya. Pada dasarnya, tujuan fase ini untuk
membangkitkan minat, rasa ingin tahu serta menerapkan konsepsi awal
siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan memulai dari hal yang
kongkrit. Selama proses ini siswa belajar melalui tindakan-tindakan mereka
sendiri dan reaksi-reaksi dalam situasi baru yang masih berhubungan, juga
terbukti menjadi sangat efektif untuk menggiring siswa merancang
eksperimen,
demonstrasi
untuk
diujikannya.
c. Fase Ketiga, Publikasi. Pada fase ini Siswa mampu mengkomunikasikan
hasil temuan-temuan, membuktikan, memperagakan tentang materi yang
dibahas. Penemuan itu dapat bersifat sebagai sesuatu yang baru atau
sekedar membuktikan hasil pengamatannya.. Siswa dapat memberikan
pembuktian terkaan gagasan-gagasan barunya untuk diketahui oleh teman-
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajarancirc-cooperative.html#ixzz2uZamkHzS
MODEL PEMBELAJARAN INSIDE OUTSIDE CIRCLE (LINGKARAN BESAR
LINGKARAN
KECIL)
Teknik mengajar lingkaran besar dan lingkaran kecil (inside outside circle)
dikembangkan oleh Spencer Kagan untuk memberikan kesempatan pada
siswa agar saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan.
Bahan pelajaran yang paling cocok digunakan dengan teknik ini adalah
bahan yang membutuhkan pertukaran pikiran dan informasi antar siswa.
Salah satu keunggulan teknik ini adalah adanya struktur yang jelas yang
memungkinkan siswa untuk berbagi dengan pasangan yang berbeda dengan
singkat danteratur. Selain itu siswa bekerja dengan sesama siswa dalam
suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk
mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Langkah-langkah
:
1. Separuh kelas (atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak) berdiri
membentuk
lingkaran
kecil
dan
menghadap
ke
luar.
2. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran diluar lingkaran pertama
menghadap
ke
dalam.
3.
Dua
siswa
yang
berpasangan
dari
lingkaran
kecil
danhttp://www.scribd.com/doc/50827028/73/INSIDE-OUTSIDE-CIRCLELINGKARAN-KECIL-LINGKARAN-BESAR besar berbagi informasi. Pertukaran
informasi bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang
bersamaan.
4. Kemudian siswa yang di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa
yang di lingkaran besar bergeser, satu atau dua langkah searah jarum jam.
5. Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi
demikian seterusnya.
Siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan dengan
pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur.
Kelebihan
Mendapatkan
informasi
yang
berbeda
pada
saat
yang
:
bersamaan.
Kekurangan
:
Membutuhkan
ruang
kelas
yang
besar.
Terlalu lama sehingga tidak konsentrasi dan disalahgunakan untuk bergurau,
juga rumit untuk dilakukan.
Materi
yang
cocok
dengan
model
pembelajaran.
1.
IPA
kelas
5
Bab
V
Penyesuaian
Makhluk
Hidup
a.
Penyesuaian
diri
pada
hewan
1.
Penyesuaian
diri
untuk
memperoleh
makanan.
2.
Penyesuaian
diri
untuk
melindungi
diri
dari
musuhnya.
b.
Penyesuaian
diri
pada
tumbuhan
1.
Penyesuaian
diri
tumbuhan
dengan
lingkungan
tertentu.
2. Penyesuaian diri untuk melindungi diri dari musuhnya.
Alasan
:
Pada pembelajaran dengan menggunakan model outside inside circle
(lingkaran besar lingkaran kecil) ini. Terlebih dahulu guru menyampaikan
informasi dengan menjelaskan isi materi (penyesuaian makhluk hidup).
Menurut saya materi penyesuaian makhluk hidup sangat cocok untuk model
outside inside circle (lingkaran besar lingkaran kecil). Karena materi ini
sering ditemui anak dalam kehidupan sehari-hari, melalui penjelasan dari
guru tentang penyesuaian makhluk hidup maka anak memadukan apa yang
dilihatnya dalam kehidupan sehari-hari dengan informasi yang disampaikan
oleh guru, sehingga pada saat anak membentuk lingkaran besar dan
lingkaran kecil yang selanjutnya anak akan menyampaikan informasi, anak
mudah mengingat informasi yang akan dia sampaikan kepada teman
pasangannya, materi ini juga memiliki cakupan isi/materi yang cukup banyak
sehingga memudahkan guru untuk membagi materi sesuai dengan siswa
yang membentuk lingkaran, karna masing masing-masing anak membawa
informasi yang berbeda untuk teman pasangannya.
2.
IPA
Sumber
a.
Sumber
1.
Sumber
Kelas
Daya
daya
Daya
Alam
di
alam
yang
Bab
XIV
Alam
Lingkungan
Sekitar
dapat
diperbaharui
2.
Sumber
daya
alam
yang
tidak
dapat
b.
Penggunaan
Sumber
Daya
1.
2. Kegiatan manusia yang mengubah permukaan bumi
diperbaharui
Alam
Mineral
Alasan
:
Pada pembelajaran menggunakan model outside inside circle (lingkaran
besar lingkaran kecil). saya materi ini cocok untuk model inside (outside
circle) (lingkaran besar lingkaran kecil) karena materinya dapat
dikembangkan oleh anak berdasarkan pengetahuan dan pengalaman
mereka. Misalnya : materi tentang kegiatan manusia yang mengubah
permukaan bumi, jika guru menggunakan soal pertanyaan dalam pertukaran
pikiran dan informasi untuk setiap anak, maka mempermudah pekerjaan
guru dalam membuat pertanyaan, pertanyaan yang sama dapat diberikan
kepada beberapa anak, karena kemungkinan jawaban yang akan mereka
dapat dari teman pasangannya berbeda. Dengan model pembelajaran
outside inside circle materi akan mudah dipahami oleh anak karena
materi ini dapat disampaikan dengan singkat dan eratur, misalnya berkaitan
dengan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, dan tidak dapat
diperbaharui, sehingga dengan model pembelajaran outside inside circle
ini cakupan materi yang cukup luas dapat dipahami dan dikembangkan oleh
anak.
3.
Pendidikan
kewarganegaraan
kls
XI
Semester
II
Pentingnya
nilai
dalam
kehidupan
Pentingnya
nilai
dalam
kehidupan
bangsa
Pancasila
sebagai
sumber
nilai
a.
Pancasila
sebagai
sumber
nilai
hokum
b.
Pancasila
sebagai
sumber
nilai
etik
Menurut saya materi ini cocok dan bias digunakan dalam model
pembelajaran IOC dikarnakan materi yang disampaikan tidak terlalu sulit dan
melatih tingkat pemikiran siswa karna yang dibahas dalam materi ini
menyangkut kehidupan sehari-hari dan bangsa.
Contoh RPP model pembelajaran ini :
Rencana
Pelaksanaan
Model pembelajaran IOC
Mata
Pelajaran
:
Kelas
/
semester
Hari
/
Alokasi Waktu : 2 JP x 40 menit
Pembelajaran
Pendidikan
:
XI
tanggal
RPP
Kewarganegaraan
/
(dua)
:
St
standar
Kompetisi
Menganalisis pentingnya nilai dalam kehidupan
K
kompetisi
Dasar
Mendiskripsikan
pentingnya
nilai
dalam
kehidupan
Mendeskripsiskan
pancasila
sebagai
sumber
Mendeskripsikan
nilai
pancasila
sebagai
sumber
norma
Mendeskripsikan nilai pancasila sebagai sumber norma etik
A.
Indikator
Menjelaskan pentingnya nilai pancasila dalam kehidupan
:
bangsa
nilai
hokum
B.
Tujuan
pembelajaran
:
1.
memahami
pentingnya
nilai
dalam
kehidupan
2. Mengetahui pentingnya nilai pancasila sebagai norma hukum
3. Mengetahui pentingnya pancasila sebagai sumber nilai etik
C.
Materi
pembelajaran
:
LKS Pendidikan kewarganegaran untu SMA kelas XI semeeter II
Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa
yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Sebagai
contoh, orang menanggap menolong memiliki nilai baik, sedangkan mencuri
bernilai buruk. Woods mendefinisikan nilai sosial sebagai petunjuk umum
yang telah berlangsung lama, yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan
dalam
kehidupan
sehari-hari.
pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional membawa
konsekuensi logis bahwa nilai-nilai pancasila dijadikan landasan pokok,
landasan
fundamental
bagi
penyelenggaraan
negara
Indonesia.
F.
Sumber
bahan
:
Buku paket buku paket pendidikan kewarganegaraan kelas XI semester II
LKS Pendidikan kewarganegaran untu SMA kelas XI semeeter II
Kliping tentang pentingnya nilai dalm kehidupan berbangsa dan bernegara
G.
Tes lisan
Test
perbuatan
dalam
Penilaian
kegiatan
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaraninside-outside.html#ixzz2uZauLNPm
MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING (TEBAK KATA)
MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING (TEBAK KATA)
A.
Pengertian
Metode ini berguna untuk kelas yang aktif dalam kelas. Pengertian aktif
terdapat
2
(dua)
macam,
yaitu:
1. aktif dalam arti selalu atau suka berbicara meski tidak dalam
pembelajaran,
2. aktif dalam arti siswa mau dan mampu berfikir dan bertanya jika
menemukan kesulitan.
Dalam buku Cooperative Learning PAIKEM oleh Agus Suprijono menjelaskan
pembelajaran aktif yaitu; Pembelajaran adalah proses belajar dengan
menempatkan peserta didik sebagai center stage performance, dengan
proses pembelajaran yang menarik sehingga siswa dapat merespon
pemelajaran dengan suasana yang menyenangkan. Sedangkan aktif adalah
siswa atau peserta didik mampu dan dapat bertanya, mempertanyakan, dan
mengemukakan
gagasan.
Maka dari itu, berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas dengan
lingkungan sekitar atau tidak terbatas pada empat dinding kelas. Melainkan
pembelajaran dapat terlaksana dengan pendekatan lingkungan menghapus
kejenuhan dan menciptakan peserta didik yang cinta terhadap lingkungan
sekitar. Sedikit contoh metode Pembelajaran Aktif yaitu dengan Metode
Tebak
kata.
CONTOH
KARTU:
BERDASARKAN
SIKAP
YANG
DITUNJUKKAN.
tidak memandang perbedaan sebagai usaha mencari alternatif
yang dicari adalah kambing hitam bukan peraturannya yang mungkin
salah.
TIPE BUDAYA POLITIK APAKAH AKU?
JAWABAN:
TIPE BUDAYA POLITIK MILITAN
B.
Prinsip
atau
Ciri-Ciri
Pembelajaran
berlangsung
menyenangkan
Siswa
diarahkan
untuk
aktif
Menggunakan
media
kartu
C.
Kelebihan
dan
Kekurangan
dalam
Pemanfaatannya
Kelebihannya
:
a.
anak
akan
mempunyai
kekayaan
bahasa.
b.
Sangat
menarik
sehingga
setiap
siswa
ingin
mencobanya.
c.
Siswa
menjadi
tertarik
untuk
belajar
d. memudahkan dalam menanamkan konsep pelajaran dalam ingatan siswa.
Kekurangannya
:
a. memerlukan waktu yang lama sehingga materi sulit tersampaikan.
b. Bila siswa tidak menjawab dengan benar maka tidak semua siswa dapat
maju
karena
waktu
terbatas.
D.
Kesimpulan
Jadi, mopdel pembelajaran Tebak Kata merupakan salah satu model
pembelajaran Cooperative Lerning, dengan proses pembelajaran yang
menarik agar siswa menjadi berminat atau tertarik untuk belajar,
mempermudah dalam menanamkan konsep-konsep dalam ingatan siswa.
Selain itu siswa juga diarahkan untuk aktif, yaitu siswa atau peserta didik
mampu dan dapat bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan
gagasan.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajarancooperative-learning.html#ixzz2uZaxj99D
Pengertian
1.
2.
3.
Siswa menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai
jawaban secara vertikal, horizontal maupun diagonal.
4.
CONTOH SOALNYA :
1.
Asas dalam menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan
tempat orang tersebut dilahirkan disebut asas
2.
Negara Indonesia memakai
keturunan yang disebut asas ius
asas
kewarganegaraan
berdasarkan
3.
Seseorang yang mempunyai dua kewarganegaraan dari dua Negara
yang berbeda disebut
4.
Hak dimiliki seseorang untuk memilih kewarganegaraannya disebut
hak
5.
3.
4.
2.
3.
Siswa tidak dapat mengembangkan
kemampuan atau potensi yang dimilikinya.
materi
yang
ada
dengan
scramble
kritis
lainnya
siswa
Langkah-langkah
Model
pembelajaran
scramble
:
1. Guru menyajikan materi sesuai topic, misalnya guru menyajikan materi
pelajaran
tentang
Tata
Surya
2. Setelah selesai menjelaskan tentang Tata Surya, guru membagikan lembar
kerja
dengan
jawaban
yang
diacak
susunannya.
3. Media yang digunakan dalam model pembelajaran scramble :
4.
Buat
pertanyaan
yang
sesuai
dengan
TPK
5. Buat jawaban yang diacak hurufnya
Media
:
Buatlah pertanyaan yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
Buat
jawaban
yang
diacak
hurufnya
Langkah-langkah
pembelajarannya
sebagai
berikut
:
Guru menyajikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.
Membagikan
lembar
kerja
sesuai
contoh.
Susunlah huruf-huruf pada kolom B sehingga merupakan kata kunci
(jawaban) dari pertanyaan pada kolom A!
Kolom A
digunakan
sebagai
alat
pembayaran
yang
sah
3.
Uang
saat
ini
banyak
dipalsukan
4.
Nilai
bahan
pembuatan
uang
disebut
nilai
6. Nilai perbandingan uang dalam negeri dengan mata uang asing disebut
7.
Nilai
yang
tertulis
pada
uang
disebut
nilai
3.
TRASEK
4.
KISTRINI
5.
LIRI
6.
SRUK
7.
MINALON
.
8.
SAKSITRAN
9. KEC
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaranscramble.html#ixzz2uZbB3HCM
MODEL PEMBELAJARAN
1.
informasi.
Kelemahan:
Bila informasi yang disampaikan siswa kurang tepat (salah) maka informasi
a)
b)
Setiap kartu berisi nama siswa, bahan belajar (sub materi) dan
nama yang diberi informasi, kompetensi dan sajian materi.
1.
Contoh Kartu :
NAMA SISWA :
SUB MATERI :
NAMA YANG DIBERI :
3. dst.
1.
Langkah-langkah Umum
2.
3.
4.
5.
Kemudian guru meminta semua siswa berdiri dan mencari teman pasangan
untuk saling menginformasikan materi yang telah diterimanya. Tiap siswa harus
mencatat nama teman pasangannya pada kartu yang sudah diberikan.
6.
7.
8.
9.
1.
Materi
Pemilihan materi yang sesuai untuk model pembelajaran take and give
adalah materi yang mengandung informasi yang singkat, jelas dan padat.
Hal ini dikarenakan model pembelajaran ini lebih menekankan pada unsur
ingatan dengan materi yang ringan dan mudah serta membutuhkan
pemahaman yang cepat. Pembelajaran model ini pun tidak memerlukan
pemahaman materi dengan teknik pelajaran praktek maupun diskusi.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajarantake-and-give.html#ixzz2uZbEwKLz
MODEL PEMBELAJARAN CONSEPT SENTENCE
Seberapa
baik
tingkat
pencapaian
tujuan
kelompok
Bagaimana
mereka
saling
membantu
satu
sama
lain
Bagaimana mereka bersikap dan bertingkah laku positif untuk
memungkinkan setiap individu dan kelompok secara keseluruhan menjadi
berhasil,
dan
Apa yang mereka butuhkan untik melakukan tugas-tugas yang akan
datang supaya lebih berhasil.
Ciri-ciri
Siswa dibentuk kelompok heterogen dan membuat kalimat dengan minimal 4
kata
kunci
sesuai
materi
yang
disajikan.
Langkah-langkah:
1.
Guru
menyampaikan
tujuan.
2.
Guru
menyajikan
materi
secukupnya.
3. Guru membentuk kelompok yang anggotanya kurang lebih 4 orang secara
heterogen.
4. Menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi/ topik yang disajikan.
5. Tiap kelompok disuruh membuat beberapa kalimat dengan menggunakan
minimal
4
kata
kunci
setiap
kalimat.
6. Hasil diskusi kelompok didiskusikan lagi secara pleno yang dipandu guru.
7.
Kesimpulan.
Kelebihan:
1.
Pengertian
Model pembelajaran complete sentence adalah model pembelajaran mudah
dan sederhana di mana siswa belajar melengkapi paragraf yang belum
sempurna dengan menggunakan kunci jawaban yang tersedia.
Langkah-langkah
pembelajarannya
sebagai
berikut
:
1.
Guru
menyampaikan
kompetensi
yang
ingin
dicapai.
2. Guru Menyampaikan materi secukupnya atau siswa disuruh membacakan
buku
atau
modul
dengan
waktu
secukupnya.
3. Guru membentuk kelompok 2 atau 3 orang secara heterogen.
4. Guru membagikan lembar kerja berupa paragraf yang kalimatnya belum
lengkap.
5. Siswa berdiskusi untuk melengkapi kalimat dengan kunci jawaban yang
tersedia.
6.
Siswa
berdiskusi
secara
berkelompok.
7. Setelah jawaban didiskusikan, jawaban yang salah diperbaiki. Tiap peserta
membaca
sampai
mengerti
atau
hafal.
8. Kesimpulan.A
2.
Prinsip/
ciri-ciri
Complete
sentence
a. Soal yang disampaikan berupa kalimat yang belum lengkap, sehingga
makna/
arti
kalimat
tersebut
belum
dapat
dimengerti
b. Kalimat yang banyak dan saling berkaitan dalam sebuah paragrap, dan
belum
sempurna
serta
belum
dimengerti
maknanya
c. Kalimat dapat dilengkapi dengan pilihan kata yang disediakan
d. Harus diisi dengan kata-kata tertentu, misal istilah keilmuan/ kata asing.
e. Jawaban dari kalimat yang belum lengkap itu sudah disediakan
3.
Kelebihan/kekurangan
model
pembelajaran
complete
sentence
a.
Kelebihan
1. Mudah dibuat guru, hanya dengan menghilangan satu kata dalam kalimat
2. Siswa tidak perlu menjelaskan jawabannya, hanya perlu memadukan
rumpang/tidak
jawabannya.
3. Siswa diajarkan untuk mengerti dan hafal mengenai materi
b.
Kekurangan
1.
Guru
kurang
kreatif
dan
inovasi
dalam
membuat
soal
2. Siswa kurang terpacu mencari jawaban karena hanya cukup menebak
kata,
karena
biasanya
hanya
kata
hubung.
3. Kurang cocok untuk dipergunakan dalam setiap bidang studi.
4.
Kesimpulan
Model pembelajaran complete sentence adalah model pembelajaran yang
sederhana di mana siswa belajar melengkapi paragraf yang belum sempurna
dengan menggunakan kunci jawaban yang tersedia. Model pembelajaran ini
sebenarna mempermudah guru namun terkadang gurunya kurang inovatif
dan kreatif dalam membuat soalnya. Dan siswanya kurang terpacu untuk
mencari jawabannya karena hanya tinggal menebak kaata-kata yang
rumpang yang jawabannya telah disediakan.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajarancomplete-sentence.html#ixzz2uZbQhplK
PEMBELAJARAN TIME TOKEN
PEMBELAJARAN TIME TOKEN
1.
Kelebihan
Model
Time
Token
Arends
Mendorong siswa untuk meningkatkan inisiatif dan partisipasinya.
Siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali
Siswa
menjadi
aktif
dalam
kegiatan
pembelajaran
Meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi (aspek berbicara)
Melatih
siswa
untuk
mengungkapkan
pendapatnya.
Menumbuhkan kebiasaan pada siswa untuk saling mendengarkan,
berbagi, memberikan masukan dan keterbukaan terhadap kritik
Mengajarkan siswa untuk menghargai pendapat orang lain.
Guru dapat berperan untuk mengajak siswa mencari solusi bersama
terhadap
permasalahan
yang
ditemui.
Tidak
memerlukan
banyak
media
pembelajaran.
Kekurangan
Model
Time
Token
Arends
Hanya dapat digunakan untuk mata pelajaran tertentu saja.
Tidak bisa digunakan pada kelas yang jumlah siswanya banyak.
Memerlukan banyak waktu untuk persiapan dan dalam proses
pembelajaran, karena semua siswa harus berbicara satu persatu sesuai
jumlah
kupon
yang
dimilikinya.
Siswa yang aktif tidak bisa mendominasi dalam kegiatan pembelajaran
Model Pembelajaran Time Token sangat tepat untuk pembelajaran struktur
yang dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial, untuk
menghindari siswa mendominasi pembicaraan atau siswa diam sama
sekali.
Model pembelajaran time token adalah model pembelajaran yang
digunakan dengan tujuan agar siswa aktif berbicara. Dalam pembelajaran
diskusi, time token digunakan agar siswa aktif bertanya dalam berdiskusi.
Dengan membatasi waktu berbicara misalnya 30 detik, diharapkan siswa
secara adil mendapatkan kesempatan untuk berbicara.
D.
Langkah-Langkah
Model
Pembelajaran
Time
Token
Langkah-langkah
pembelajarannya
sebagai
berikut
:
1.
Guru
menjelaskan
tujuan
pembelajaran/KD.
2. Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (cooperative
learning
/
CL).
3. Tiap siswa diberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu 30 detik per
kupon. Tiap siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan.
4. Bila telah selesai bicara kupon yang dipegang siswa diserahkan. Setiap
tampil berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran
dengan
siswa
lainnya.
5. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang
masih memegang kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis.
6. Demikian seterusnya.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/pembelajaran-timetoken.html#ixzz2uZc6sCmJ
MODEL PEMBELAJARAN ROUND CLUB ATAU KELILING KELOMPOK
MODEL PEMBELAJARAN ROUND CLUB ATAU KELILING KELOMPOK
Model Pembelajaran Round Club Atau Keliling Kelompok adalah kegiatan
pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerjasama saling
membantu mengkontruksi konsep. Menyelesaikan persoalan atau inkuiri.
Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif),
tiap anggota kelompok terdiri dari 4-5 orang, siswa heterogen (kemampuan
gender, karakter) ada control dan fasilitasi, serta meminta tanggung jawab
hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.
Model pembelajaran ini dimaksudkan agar masing-masing anggota kelompok
mendapat serta pemikiran anggota lain.
v Kelebihan Round Club Atau Keliling Kelompok
1)
2)
3)
4)
Bisa saling mendengarkan dan mengutarakan pendapat, pandangan
serta hasil pemikiran
5)
Hasil pemikiran beberapa kepala lebih kaya dari pada satu kepala
6)
2)
3)
Tidak dapat diterapkan pada mata pelajaran yang memerlukan
pengayaan
v Langkah-langkah pembelajaran
1)
2)
3)
4)
Salah satu siswa dalam masing-masing kelompok menilai dengan
memberikan pandangan dan pemikiran mengenai tugas yang sedang
mereka kerjakan
5)
6)
Demikian seterusnya giliran bicara bisa dilaksanakan arah perputaran
jarum jamk atau dari kiri ke kanan
v unsur-unsur yang perlu diperhatikan
1)
Setiap kelompok mendapat kesempatan untuk memberikan kontribusi
mereka
2)
Ketika suatu kelompok mempresentasikan hasil dari deskripsinya,
maka kelompok lain lebih bertanya dari hasil deskripsi materinya
3)
Setelah selesai dari kelompok yang satu maka yang lainnya atau
kelompok selanjutnya yang mempresentasikan dan yang alinnya bisa
mengajukan pandangan dan pemikiran anggota lainnya
4)
Kegiatan tersebut terus-menerus sampai kelompok yang terakhir yang
silaksanakan arah perputaran jarum jam
Contoh RPP model pembelajaran ini :
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP)
Mata Pelajaran
Tema
Kelas/Semester
Alokasi Waktu
: V/II
: 2 X 35 Menit
A. Standar Kompetensi
Mengenal berbagai macam perubahan sifat-sifat benda
B. Kompotensi Dasar
Mengetahui perubahan sifat ada yang dapat kembali dan ada yang tidak
dapat kembali ke wujud semula.
C. Indikator
1. Menjelaskan
mempengaruhinya
perubahan
sifat
benda
dan
factor-faktor
yang
mempengaruhinya
2.
3.
E. Materi Pokok
Perubahan sifat-sifat benda
F. Metode Pembelajaran
1.
Ceramah
2.
Tanya jawab
3.
Demosntrasi
4.
Tugas kelompok
5.
Evaluasi
Tanah liat
6. Buah
2.
Batu bara
7. Paku
3.
Kertas
8. Air
4.
Korek api
5.
Lilin
9. Gula
H. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Kegiatan awal ( 5 menit )
a.
Guru memberi
mengabsen siswa.
b.
salam,
berdoa,
menanyakan
kabar
siswa
dan
c.
Guru memberitahukan indicator dan tujuan yang akan di capai setelah
pembelajaran
d.
b.
c.
Guru menjelaskan sifat-sifat benda seperti bentuk, warna, kelenturan,
kekerasan dan bau
d.
Guru menjelaskan factor-faktor yang mempengaruhi perubahan sifat
benda
e.
Guru mendemostrasikan bagaimana penyebab perubahan sifat benda
itu dapat terjadi
f.
Guru menjelaskan dan mendemostrasikan macam-macam perubahan
sifat benda
g.
h.
i.
Siswa disuruh untuk mengisi table-tabel
paket hal.71 dan 74 dan menyalinnya di buku tugas.
yang
ada
di
buku
j.
Siswa disuruh memberikan pandangan dan pemikiran mengenai tugas
yang sedang mereka kerjakan
k.
Siswa dalam kelompok lain juga disuruh ikut memberikan kontribusinya
dan dilaksanakan searah dengan perputaran jarum jam atau dari kiri ke
kanan.
3.
a.
b.
Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan tentang materi yang
dipelajarinya.
c.
d.
I.
Penilaian
Penilaian dilakukan dengan tes dan tulisan
1.
evaluasi
Bentuk istrumen : tes isian
J.
Evaluasi
SOAL :
1. Proses perubahan dari cair ke padat disebut ?
a. memhuap
b. membeku
c. menyublim
d. mencair
e. mengembun
Sumber :
http://rumahdesakoe.blogspot.com
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaranround-club-atau.html#ixzz2uZcCRIFb
PAIR CECKS SPENCER KAGEN 1993
A.
Pengertian
Pair check (pasangan mengecek) adalah model pembelajaran berkelompok
atau berpasangan yang dipopulerkan oleh Spencer Kagen tahun 1993. Model
ini menerapkan pembelajaran berkelompok yang menuntut kemandirian dan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan. Banyak
kelebihan
maupun
kelemahan.
Satu lagi Model Pembelajaran siswa berpasangan, yaitu Pair Check. Model
pembelajaran ini juga untuk melatih rasa sosial siswa, kerja sama dan
kemampuan
memberi
penilaian.
B.
prinsip
model
pembelajaran
Pair
Cheks
prinsipnya
adalah
sebagai
berikut
:
1.
Siswa
berkelompok
berpasangan
sebangku,
2. salah seorang menyajikan persoalan dan temannya mengerjakan,
3.
pengecekan
kebenaran
jawaban,
4.
bertukar
peran
4.
penyimpulan,
5.
evaluasi
6. refleksi.
Berikut
ini
langkah
dari
model
pair
check
1.
Guru
menjelaskan
konsep
2. Siswa dibagi beberapa tim. Setiap tim terdiri dari 4 orang. Dalam satu ti
ada 2 pasangan. Setiap pasangan dalam satu tim ada yang menjadi pelatih
dan
ada
yang
patner.
3.
Guru
membagikan
soal
kepada
si
patner
4. Patner menjawab soal , dan si pelatih bertugas mengecek jawabannya.
Setiap
soal
yang
benar
pelatih
memberi
kupon.
5. Bertukar peran. Si pelatih menjadi patner dan si patner menjadi pelatih
6.
Guru
membagikan
soal
kepada
si
patner
7. Patner menjawab soal , dan si pelatih bertugas mengecek jawabannya.
Setiap
soal
yang
benar
pelatih
memberi
kupon.
8. Setiap pasangan kembali ke tim awal dan mencocokkan jawaban satu
sama
lain.
9. Guru membimbing dan memberikan arahan atas jawaaban dari berbagai
soal
dan
tim
mengecek
jawabannya.
10. Tim yang paling banyak mendapat kupon diberi hadiah
C.
Langkah-langkah
Pembelajarannya,
sebagai
berikut
:
1).
Bekerja
Berpasangan
Guru membentuk tim berpasangan berjumlah 2 (dua) siswa. Setiap
pasangan mengerjakan soal yang pas sebab semua itu akan membantu
melatih
siswa
dalam
menilai.
2).
Pelatih
Mengecek
Apabila
patner
benar
pelatih
memberi
kupon.
3).
Bertukar
Peran
Seluruh patner bertukar peran dan mengulangi langkah 1 3.
4).
Pasangan
Mengecek
Seluruh pasangan tim kembali bersama dan membandingkan jawaban.
5).
Penegasan
Guru
Guru
mengarahkan
jawaban
/ide
sesuai
konsep.
Demikianlah, mudah-mudahan postingan ini dapat menambah khasanah
pembelajaran kita sehingga pembelajaran yang dirancang Bapak/Ibu Guru
dapat
lebih
bervariatif,
lebih
bermakna,
menantang
sekaligus
menyenangkan.
D.
Kelebihan
dan
Kekurangan
Kelebihannya
1.
Dipandu
belajar
melalui
bantuan
rekan
2.
Menciptakan
saling
kerjasama
di
antara
siswa
3. Increases comprehension of concepts and/or processesMeningkatkan
pemahaman
konsep
dan
/
atau
proses
4.
menmemenimelatih
berkomunikasi
Kekurangannya
1.
memerlukan
banyak
waktu
2. memerlukan pemahaman yang tinggi terhadap konsep untuk menjadi
pelatih.
Sumber:
: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/pair-cecks-spencerkagen-1993.html#ixzz2uZcOcgGX
Model Pembelajaran Tari Bambu
Model Pembelajaran Tari Bambu mempunyai tujuan agar siswa saling
berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang
berbeda dalam waktu singkat secara teratur, strategi ini cocok untuk materi
yang membutuhkan pertukaran pengalaman pikiran dan informasi antar
siswa.Meskipun namanya Tari Bambu tetapi tidak menggunakan bambu.
Siswa yang berjajarlah yang diibaratkan sebagai bambu.
Langkah-Langkah pembelajarannya sebagai berikut :
1.
Separuh kelas atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak berdiri
berjajar . Jika ada cukup ruang mereka bisa berjajar di depan kelas. Kemungkinan
lain adalah siswa berjajar di sela-sela deretan bangku. Cara yang kedua ini akan
memudahkan pembentukan kelompok karena diperlukan waktu relatif singkat.
2.
3.
4.
Kemudian satu atau dua siswa yang berdiri di ujung salah satu jajaran pindah
ke ujung lainnya di jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser. Dengan cara ini
masing-masing siswa mendapat pasangan yang baru untuk berbagi. Pergeseran
bisa dilakukan terus sesuai dengan kebutuhan..
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajarantari-bambu.html#ixzz2uZcS0HYt
PEMBELAJARAN OTENTIK (OUTENTIC LEARNING)
PEMBELAJARAN OTENTIK (OUTENTIC LEARNING)
1.
Pengertian
Menurut definisi, belajar otentik berarti pembelajaran yang menggunakan
masalah dunia nyata dan proyek-proyek dan yang memungkinkan siswa
untuk mengeksplorasi dan membahas masalah-masalah ini dengan cara
yang relevan untuk mereka.
Pendekatan ini sangat berbeda dari kelas tradisional kuliah, di mana
profesor memberikan fakta-fakta mahasiswa dan konten lain yang siswa
kemudian harus menghafalkan dan ulangi pada tes. misalnya, siswa tidak
hanya harus terhubung sejarah pasca-Perang Sipil untuk peristiwa terkini
dan kehidupan mereka sendiri, mereka juga harus membantu mengajar kelas
dan didorong untuk memberikan pandangan mereka sendiri pada peristiwa
sejarah. Akibatnya, mereka menjadi sejarawan.
Otentik belajar juga merupakan pendekatan untuk pembelajaran yang kokoh
didasarkan pada penelitian tentang belajar dan kognisi. Satu secara luas
teori belajar diadakan, konstruktivisme, mendalilkan bahwa siswa belajar
terbaik dengan terlibat dalam tugas-tugas belajar otentik, dengan
mengajukan pertanyaan, dan dengan menggambar pada pengalaman masa
lalu. Singkatnya, untuk belajar terjadi bagi siswa, itu harus dilakukan dengan
cara dan di tempat yang relevan dengan nyata kehidupan mereka, baik di
dalam maupun di luar kelas.
Pembelajaran otentik (authentic learning) adalah sebuah pendekatan
pembelajaran yang memungkinkan siswa menggali, mendiskusikan, dan
membangun secara bermakna konsep-konsep dan hubungan-hubungan,
yang melibatkan masalah nyata dan proyek yang relevan dengan siswa
(Donovan, Bransford & Pallegrino, 1999). Istilah otentik berarti asli, sejati,
dan nyata (Websters Revised Unabridged Dictionary, 1998). Pembelajaran
ini dapat digunakan untuk siswa pada semua tingkatan kelas, maupun siswa
dengan berbagai macam tingkat kemampuan.
belajar otentik merupakan pendekatan pedagogis yang memungkinkan siswa
untuk mengeksplorasi, berdiskusi, dan penuh arti membentuk konsep dan
hubungan dalam konteks yang melibatkan dunia nyata masalah dan proyekproyek yang relevan dengan peserta didik (Donovan, Bransford, & Pellegrino,
1999). Istilah yang otentik didefinisikan sebagai asli, benar, dan nyata
(Websters Revisi lengkap Dictionary , 1998). Kamus, 1998Jika belajar adalah
otentik, maka siswa harus terlibat dalam masalah belajar asli yang
mendorong kesempatan bagi mereka untuk membuat koneksi langsung
antara material baru yang sedang dipelajari dan pengetahuan mereka
sebelumnya. Jenis pengalaman akan meningkatkan motivasi siswa. Bahkan,
sebuah tidak adanya keterlibatan yang berarti keturunan rendah di sekolah
dan menghambat [belajar] transfer (Newmann, Secada, & Wehlage, 1995).
Siswa harus mampu menyadari bahwa prestasi mereka peregangan luar
dinding kelas. Mereka membawa ke pengalaman kelas, pengetahuan,
keyakinan, dan keingintahuan dan belajar otentik menyediakan sarana untuk
menjembatani elemen-elemen dengan kelas belajar. Siswa tidak lagi hanya
mempelajari fakta-fakta hafalan dalam situasi abstrak atau buatan, tetapi
mereka pengalaman dan informasi digunakan dalam cara-cara yang
didasarkan pada realitas. Kekuatan sebenarnya dari pembelajaran otentik
adalah kemampuan untuk secara aktif melibatkan siswa dan menyentuh
motivasi intrinsik mereka (Mehlinger, 1995).
instruksi Otentik akan mengambil bentuk yang jauh berbeda daripada
metode tradisional pengajaran. Literatur menunjukkan bahwa pembelajaran
otentik
memiliki
beberapa
karakteristik
kunci.
Belajar adalah berpusat pada tugas-tugas otentik yang menarik bagi
peserta
didik.
Siswa
terlibat
dalam
eksplorasi
dan
penyelidikan.
Belajar,
paling
sering,
adalah
interdisipliner.
Belajar sangat erat hubungannya dengan dunia di luar dinding kelas.
Siswa menjadi terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan-order kemampuan
berpikir
lebih
tinggi,
seperti
menganalisis,
sintesis,
merancang,
memanipulasi
dan
mengevaluasi
informasi.
Siswa menghasilkan produk yang bisa dibagi dengan pemirsa di luar kelas.
Belajar adalah siswa didorong dengan guru, orang tua, dan para ahli di luar
semua
membantu
/
pembinaan
dalam
proses
pembelajaran.
Pembelajar
menggunakan
perancah
teknik.
Siswa
memiliki
peluang
untuk
wacana
sosial.
(Donovan et al;., 1999 Newman & Associates, 1996; Newmann et al;., 1995
Nolan & Francis, 1992).
2.
Prinsip
Pembelajaran
Otentik
pengalaman
belajar
otentik
menganut
prinsip
yaitu:
Ruang kelas ber-berpusat. Pada berpusat-kelas pelajar, fakultas
memperhatikan apa yang siswa membawa mereka ke dalam kelas, masingmasing pengetahuan, keterampilan, sikap, dan keyakinan. Siswa didorong
untuk mengajukan pertanyaan, terlibat dalam wacana sosial, dan
menemukan jawaban mereka sendiri Dalam pengaturan ini, peran profesor
bergerak lebih dari seorang konstruktor-co pengetahuan dari pemberi
konten.. Marc Richards pernyataan bahwa Pada akhirnya, kita semua akan
sejarawan profesional, pelajar, dan guru bersama-sama menggambarkan
bagaimana ia struktur kelas untuk menjadi pembelajar berpusat. Juni Dodd
juga menegaskan bahwa peserta didik dia mengambil tengah panggung di
kedua membangun dan program pengajaran dan mereka sendiri mini
kursus.
Mahasiswa adalah pembelajar aktif. Sama seperti peran perubahan
profesor, peran mahasiswa harus berubah sehingga mereka melakukan lebih
dari pasif duduk dan mendengarkan ceramah profesor mereka. Mereka harus
menjadi peserta aktif dalam proses pembelajaran, dengan menulis,
membahas, menganalisis dan mengevaluasi informasi. Singkatnya, siswa
harus mengambil tanggung jawab lebih untuk pembelajaran mereka sendiri,
dan menunjukkan kepada profesor mereka dengan cara lain dari pada ujian.
mahasiswa Marc Geisler, misalnya, menunjukkan pemahaman mereka
tentang Shakespeare dengan melakukan interpretasi kelompok mereka
sendiri dan kinerja Pekerjaan Bards. Tag Stan juga berpendapat bahwa
siswa harus ditantang untuk membuat seni, untuk membuat, untuk
melakukan, dan untuk berpartisipasi dalam humaniora melalui karya mereka
sendiri, bukan hanya dengan mempelajari apa yang orang lain lakukan.
Ini menggunakan tugas yang otentik. Ini mungkin tampak jelas, tetapi
Siswa
terlibat
dalam
kegiatan
menggali
dan
menyelidiki;
Belajar
bersifat
interdisipliner;
Belajar terkait erat dengan dunia di luar dinding ruang kelas;
Siswa mengerjakan tugas rumit yang melibatkan kecakapan berpikir
tingkat tinggi, seperti menganalisis, mensintesis, merancang, mengolah dan
mengevaluasi
informasi;
Siswa menghasilkan produk yang dapat dibagikan kepada audiens di luar
kelas;
Belajar bersifat aktif dan digerakkan oleh siswa sendiri, sedangkan guru,
orangtua, dan narasumber bersifat membantu atau mengarahkan;
Guru menerapkan pemberian topangan (scaffolding), yaitu memberikan
bantuan seperlunya saja dan membiarkan siswa bekerja secara bebas
manakala
mereka
sanggup
melakukannya
sendiri;
Siswa berkesempatan untuk terlibat dalam wacana dalam masyarakat;
Siswa
bekerja
dengan
banyak
sumber;
Siswa seringkali bekerja bersama dan mempunyai kesempatan luas untuk
berdiskusi dalam rangka memecahkan masalah.
4.
Kesimpulan
belajar otentik merupakan pendekatan pedagogis yang memungkinkan siswa
untuk mengeksplorasi, berdiskusi, dan penuh arti membentuk konsep dan
hubungan dalam konteks yang melibatkan dunia nyata masalah dan proyekproyek yang relevan dengan peserta didik. Istilah yang otentik didefinisikan
sebagai asli, benar, dan nyata (Websters Revisi lengkap Dictionary , 1998).
Jika belajar adalah otentik, maka siswa harus terlibat dalam masalah belajar
asli yang mendorong kesempatan bagi mereka untuk membuat koneksi
langsung antara material baru yang sedang dipelajari dan pengetahuan
mereka sebelumnya. Jenis pengalaman akan meningkatkan motivasi siswa.
Bahkan, sebuah tidak adanya keterlibatan yang berarti keturunan rendah di
sekolah dan menghambat [belajar] transfer (Newmann, Secada, & Wehlage,
1995). Siswa harus mampu menyadari bahwa prestasi mereka peregangan
luar dinding kelas. Mereka membawa ke pengalaman kelas, pengetahuan,
keyakinan, dan keingintahuan dan belajar otentik menyediakan sarana untuk
menjembatani elemen-elemen dengan kelas belajar. Siswa tidak lagi hanya
mempelajari fakta-fakta hafalan dalam situasi abstrak atau buatan, tetapi
mereka pengalaman dan informasi digunakan dalam cara-cara yang
didasarkan pada realitas. Kekuatan sebenarnya dari pembelajaran otentik
adalah kemampuan untuk secara aktif melibatkan siswa dan menyentuh
motivasi
intrinsik
mereka
(Mehlinger,
1995).
instruksi Otentik akan mengambil bentuk yang jauh berbeda daripada
metode tradisional pengajaran.
5.
Kelebihan
dan
Kekurangan
a.
Kelebihan
Siswa tidak merasa jenuh terhadap pembelajaran karena pembelaaran
dapat
terjadi
dimana
saja.
Siswa mempunyai keterampilan yang lebih dalam menganalisis wacana
social
Siswa mempunyai pengalaman belajar yang mumpuni dalam berinteraksi
dengan
lingkungan
sekitarnya
Pembelajaran berpusat pada siswa, sehingga memungkinkan siswa
memahami materi secara utuh
b.
Kekurangan
Pembelajaran Otentik cenderung hanya dapat dilakukan pada siswa yang
memiliki taraf intelegensi diatas rata-rata sehingga pembelajaran berjalan
secara
aktif
Tidak semua materi pelajaran dapat menggunakan pembelajaran otentik,
karena materi yang sesuai dengan pembelajaran otentik bersifat studi social
Memerlukan waktu, biaya, dan tenaga ektra dari siswa untuk
melaksanakannya.
Sumber:
: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/pembelajaranotentik-outentic-learning.html#ixzz2uZcbsNg1
Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
Model
Pembelajaran
Kooperatif
Tipe
NHT
Pembelajaran
kooperatif
merupakan
strategi
pembelajaran
yang
mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompokkelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah
ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk
memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif
dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini
sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni
mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan
penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim
(2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang
tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka
terhadap
isi
pelajaran
tersebut.
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam
pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :
1.
Hasil
belajar
akademik
stuktural
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
2.
Pengakuan
adanya
keragaman
Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai
berbagai
latar
belakang.
3.
Pengembangan
keterampilan
social
Bertujuan
untuk
mengembangkan
keterampilan
sosial
siswa.
Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya,
menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat,
bekerja dalam kelompok dan sebagainya.Penerapan pembelajaran kooperatif
tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim (2000: 29), dengan tiga
langkah
yaitu
:
a)
Pembentukan
kelompok;
b)
Diskusi
masalah;
c)
Tukar
jawaban
antar
kelompok
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29)
menjadi
enam
langkah
sebagai
berikut
:
Langkah
1.
Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat
Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan
model
pembelajaran
kooperatif
tipe
NHT.
Langkah
2.
Pembentukan
kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok
yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap
siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang
dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial,
ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam
pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar
dalam
menentukan
masing-masing
kelompok.
Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket
atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau
masalah
yang
diberikan
oleh
guru.
Langkah
4.
Diskusi
masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai
bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir
bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang
mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau
pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari
yang
bersifat
spesifik
sampai
yang
bersifat
umum.
Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap
kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan
jawaban
kepada
siswa
di
kelas.
Langkah
6.
Memberi
kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan
yang
berhubungan
dengan
materi
yang
disajikan.
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT
terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren
dalam
Ibrahim
(2000:
18),
antara
lain
adalah
:
Rasa
harga
diri
menjadi
lebih
tinggi
1.
Memperbaiki
kehadiran
2.
Penerimaan
terhadap
individu
menjadi
lebih
besar
3.
Perilaku
mengganggu
menjadi
lebih
kecil
4.
Konflik
antara
pribadi
berkurang
5.
Pemahaman
yang
lebih
mendalam
6.
Meningkatkan
kebaikan
budi,
kepekaan
dan
toleransi
7. Hasil belajar lebih tinggi
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Numbered Heads Together
adalah sebagai berikut :
Kelebihan:
Setiap
siswa
menjadi
siap
semua
Dapat
melakukan
diskusi
dengan
sungguh-sungguh.
Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan
waktu
yang
lama..
Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
KESIMPULAN
Model pembelajaran ini baik digunakan karena model ini mengajarkan
kepada siswa untuk lebih siap dalam menguasai materi serta belajar
menerima keanekaragaman dengan kelompok lain, karna dalam model ini
siswa dituntut untuk berdiskusi untuk memecahkan suatu masalah.
Pada dasarnya tidak ada model pembelajaran yang cocok untuk setiap pokok
bahasan, karena setia model atau metode mengajar masing-masing memiliki
kelebihan dan kekurangan oleh karenanya guru dituntut untuk pandai
memilih model pembelajaran yang sesuai.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajarannumbered-head_21.html#ixzz2uZcgQ9Hv
Model Pembelajaran Inquiry
Model Pembelajaran Inquiry
Pembelajaran berdasarkan inquiry merupakan seni penciptaan situasi-situasi
sedemikian rupa sehingga siswa mengambil peran sebagai ilmuwan. Dalam
situasi-situasi ini siswa berinisiatif untuk mengamati dan menanyakan
gejala alam, mengajukan penjelasan-penjelasan tentang apa yang mereka
lihat, merancang dan melakukan pengujian untuk menunjang atau
menentang teori-teori mereka, menganalisis data, menarik kesimpulan dari
data eksperimen, merancang dan membangun model, atau setiap kontribusi
dari kegiatan tersebut di atas.
Sund, seperti yang dikutip oleh Suryosubroto dalam Trianto (2009)
menyatakan bahwa, Inquiry merupakan perluasan proses discovery, yang
digunakan
lebih
mendalam,
inkuiry
yang
dalam
bahasa
InggrisInquiry berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri
sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau
memahami informasi.
Gulo, (2005) menyatakan bahwa, strategi inkuiri berarti suatu rangkaian
kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan
siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis,
2.
3.
Mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang
ditemukan dalam proses inkuiri.
Kondisi Umum yang merupakan syarat timbulnya kegiatan inkuiri
bagi siswa adalah :
1.
Aspek sosial di kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa
berdiskusi.
2.
3.
2.
3.
4.
5.
Pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang
diharapkan
6.
7.
2.
3.
Tujuan
dari
penggunaan
strategi
pembelajaran
inquiry
adalah
2.
Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau
konsep yang sudah jadi,akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu
pembuktian.
3.
Jika proses pembelajaran berangkat dari ingin tahu siswa terhadap
sesuatu.
4.
Jika akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki
kemamuan dan kemampuan berpikir.
5.
Jika siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan
oleh guru.
6.
Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan
yang berpusat pada siswa.
Prinsipprinsip Penggunaan Inquiri
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam penggunaan inquiri
menurut Sanjaya (2009).
1.
Prinsip Interaksi
3.
Prinsip Bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunkaan model inquiri adalah
guru sebagai penanya. Sebab kemampuan siswa untuk menjawab setiap
pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berfikir.
4.
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah
proses berfikir (learning how to think) yakni proses mengembangkan potensi
seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan. Pembelajaran berfikir adalah
pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.
5.
Prinsip Keterbukaan
Orientasi
Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini
adalah:
a.
Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat
dicapai oleh siswa
b.
Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa
untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri
serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan merumuskan
masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan
c.
Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan
dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.
2.
Merumuskan masalah
Merumuskan hipotesis
Mengumpulkan data
membutuhkan
berpikirnya.
5.
ketekunan
dan
kemampuan
menggunakan
potensi
Menguji hipotesis
Merumuskan kesimpulan
semua
istilah
yang
terkandung
di
dalam
proposisi
6.
7.
8.
2.
3.
Keunggulan :
Kelemahan
akan
sulit
pada
kondisi
Pembelajaran inkuiri dengan metode Suchman menggunakan pertanyaanpertanyaan yang diajukan pada siswa sebagai alternative untuk prosedur
pengumpulan data.
Inkuiri Suchman seperti yang dikutip oleh Kardi dalam Trianto(2009)
mempunyai kelebihan, yaitu :
1. Penelitian dapat diselesaikan dalam waktu satu periode pertemuan.
Waktu yang singkat ini memungkinkan siswa dapat mengalami siklus inkuiri
dengan cepat, dan pelatihan mereka akan terampil melakukan inkuiri.
2.
Perbedaan utama antar inkuiri Suchman dengan Inkuiri umum terletak pada
proses pengumpulan data.
Suchman mengembangkan suatu motode penemuan baru yang menuntun
siswa mengumpulkan data melalui bertanya, maka dari itu model
pembelajaran inkuiri menurut Schuman harus memperhatikan :
1. Struktur Sosial Pembelajaran. Suasana kelas yang nyaman merupakan
hal yang penting dalam pembelajaran inkuiri Suchman karena pertanyaanpertanyaan harus berasal dari siswa agar proses pembelajaran dapat
berjalan dengan baik. Kerja sama guru dengan siswa, siswa dengan siswa
diperlukan juga adanya dorongan secara aktif dari guru dan teman. Dua atau
lebih siswa yang bekerja sama dalam berfikir dan bertanya, akan lebih baik
hasilnya jika dibanding bila siswa bekerja sendiri.
2. Peran Guru. Pembelajaran inkuiri Suchman, peran guru memonitor
pertanyaan siswa untuk mencegah agar proses inkuiri, tidak sama dengan
permainan tebakan. Hal ini memerlukan dua aturan penting, yaitu :
Pertanyaan harus dapat dijawab ya atau tidak dan harus diucapkan
dengan suatu cara siswa dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan
melakukan pengamatan; Pertanyaan harus disusun sedemikian rupa
sehingga tidak mengakibatkan guru memberikan jawaban pertanyaan
tersebut, tetapi mengarahkan siswa untuk menemukan jawabannya sendiri.
3. Sintaks Pembelajaran Inkuiri. Dalam upaya menanamkan konsep ,
misalnya konsep IPA Biologi pokok bahasan saling ketergantungan pada
siswa, tidak cukup hanya sekedar ceramah. Pembelajaran akan lebih
bermakna jika siswa diberi kesempatan untuk tahu dan terlibat secara aktif
dalam menemukan konsep-konsep dari fakta-fakta yang dilihat dari
lingkungan dengan bimbingan guru.
Pada penelitian ini tahapan pembelajaran yang digunakan mengadaptasi dari
tahapan pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Eggen & Kauchak
dalam Trianto (2009). Adapun tahapan pembelajaran inkuiri sebagai berikut:
Tahap Pembejaran Inkuiri
Fase
Perilaku Guru
1. Menyajikan
masalah
Guru
membimbing
siswa
mengidentifikasi masalah dan masalah
dituliskan di papan. Guru membagi siswa
dalam kelompok.
2.
pertanyaan
Membuat hipotesis
atau
3.
Merancang percobaan
4. Melakukan percobaan
memperoleh informasi
5. Megumpulkan
menganilisis data
6.
Membuat kesimpulan
untuk
dan
Guru
membimbing
membuat kesimpulan.
siswa
dalam
Kesimpulan
Gulo dalam Trianto (2009) menyatakan bahwa, strategi inkuiri berarti suatu
rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh
kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis,
logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya
dengan penuh percaya diri.
Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah keterlibatan siswa
secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, keterarahan kegiatan secara
maksimal dalam proses kegiatan belajar , mengembangkan sikap percaya
pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri. Namun
dalam penerapannya, pembelajaran inkuiri ini memiliki kelemahan seperti
adanya kesulitan dalam mengontrol siswa, ketidaksesuaian kebiasaan siswa
sebagai
kontak
permulaan.
3. Menampilkan gambar sambil bercerita. Setiap kali gambar diperlihatkan,
muncullah
kalimat
anak-anak
yang
sesuai
dengan
gambar.
4.
Membaca
kalimat
secara
structural
5.
Membaca
permulaan
dengan
buku
6.
Membaca
lanjutan
7. Membaca dalam hati
Segi
baiknya
a.
Metode
ini
dapat
sebagai
landasan
berpikir
analisis.
b. Dengan langkah-langkah yang diatur sedemikian rupa membuat anak
mudah mengikuti prosedur dan akan dapat cepat membaca pada
kesempatan
berikutnya
c. Berdasarkan landasan linguistik metode ini akan menolong anak.
menguasai bacaan dengan lancar.
Segi
lemahnya
1) Metode SAS mempunyai kesan bahwa pengajar harus kreatif dan terampil
serta
sabar
Tuntutan semacam ini dipandang sangat sukar untuk kondisi pengajar saat
ini.
2) Banyak sarana yang harus dipersiapkan untuk pelaksanaan metode ini
untuk
sekolah
sekolah
tertentu
dirasa
sukar.
3) Metode SAS hanya untuk konsumen pembelajar di perkotaan dan tidak di
pedesaan
4) Oleh karena agak sukar menganjarkan para pengajar metode SAS maka di
sana-sini
Metode
ini
tidak
dilaksanakan.
Teknik pelaksanaan Metode SAS ialah keterampian memilih kata kartu kata
dan kartu kalimat. Sementara anak-anak mencari huruf, suku kata, kata.,
pengajar dengan sebagian anak yang lain. Menempel-empelkan kata kata
yang tersusun menjadi kalimat yang berarti. Begitu seterusnya sehingga
semua anak mendapat giliran untuk menyusun kalimat, membacanya dan
yang paling mengutpnya sebagai ketreampilan menulis. Media lain selain
papan tulis, papan panel, papn tali, OHP (Over Head Projector) dapat juga
digunakan.
Metode
Struktural
Analitik
Sintetik
warga
negara
indonesia.
3. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara
Indonesia
dan
ibu
warga
negara
asing.
4. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah seorang warga negara
asing
dan
ibu
warga
negara
Indonesia.
5. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara
Indonesia, tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum
negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tsb.
6. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayangya
meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya warga negara
Indonesia.
7. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara
Indonesia.
8. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara
asing yang di akui oleh seorang ayah warga negara Indonesia sebagai
anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tsb berusia 18 tahun
atau
belum
kawin.
9. Anak yang lahir di wilayah republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak
jelas
kewarganegaraan
ayah
ibunya.
10. Anak yang baru lahir ditemukan di wilayah Indonesia selam ayah dan
ibunya
tidak
di
ketahui.
11. Anak yang di wilayah Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak memiliki
kewarganegaraan
atau
tidak
di
ketahui
keberadaanya.
12. Anak yang dilahirkan diluar wilayah Indonesia dari seorang ayah da ibu
warga negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat anak tsb
dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan.
13. Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah di kabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum
mengucapkan
sumpah
atau
janji
setia.
2.Asas
Kewarganegaraan
Pada umumnya, asas dalam menentukan kewarganegaraan dibedakan
antara
asas
ius
sanguinis
dan
asas
ius
soli.
a.
Ius
soli
Asas ius soli adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang
menurut
daerah
atau
negara
tempat
dimana
ia
dilahirkan.
Contoh : Seseorang yang dilahirkan di negara A, maka ia akan menjadi
menerus bukan dalam rangka dinas negara, tanpa alasan yang sah dan
dengan sengaja tidak menyatakan keinginannya untuk tetap menjadi warga
negara Indonesia sebelum jangka waktu 5 tahun itu berakhir, dan setiap 5
tahun berikutnya yang bersangkutan tidak mengajukan pernyataan ingin
tetap menjadi warga negara Indonesia kepada perwakilan Republik Indonesia
di wilayah kerjanya meliputi tempat tingal yang bersangkutan padahal
perwakilan Republik Indonesia tersebut telah memberitahukan kepada yang
bersangkutan, sepajang yang tidak menjadi tanpa kewarganegaraan.
Seseorang yang kehilangan kewarganegaraan Indonesia dapat memperoleh
kembali kewrganegaraannya apabila memenuhi syarat-syarat seperti yang
tertera dalam pasal 31 dan 32. UU RI No.3 tahun 1976 tentang perubahan
pasal
18
UU
No.
62
tahun
1958
yaitu
:
1. Seseorang yang kehilangan kewarganegaraan karena 5 tahun berturutturut tinggal diluar negeri tanpa keterangan, dapat memperoleh
kewarganegaraan RI kembali jika ia bertempat tinggal di Indonesia
berdasarkan kartu ijin masuk dan menyatakan ingin kembali menjadi warga
negara
Indonesia
2. Seseorang yang kehilangan kewarganegaraan Rikarna sebab lain, dapat
memperoleh kembali kewarganegaraan RI jika ia mlaporkan diri dan
menyatakan keterangan untuk kembali ke kewarganegaaan RI kepada
perwakilan RI dinegara tempat tinggalnya dalam jangka waktu 1 tahun
terhitung sejak tanggal diundangkannya UU No.3 tahun 1976 pada 5 April
1976.
5.Kedudukan
Warga
Negara
di
Indonesia
Dalam sistem kewarganegaraan di Indonesia, Kedudukan warga negara pada
dasarnya adalah sebagai pilar terwujudnya Negara. Sebagai sebuah negara
yang berdaulat dan merdeka Indonesia mempunyai kedudukan yang sama
dengan negara lain di dunia, pada dasarnya kedudukan warga negara bagi
negara Indonesia diwujudkan dalam berbagai peraturan perundangundangan tentang kewarganegaraan, yaitu :
1.
UUD
1945
Dalam konteks UUD 1945, Kedudukan warga negara dan penduduk diatur
dalam
pasal
26
yaitu
:
1. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang warga Indonesia asli dan
orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan UU sebagai warga negara.
2. Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang tinggal di
Indonesai.
3. Hal-hal mengenai warga negara penduduk di atur dengan UU.
2.
UU
No.
3
tahun
1946
Undang-undang No.3 ialah tentang warga negara dan penduduk negara
adalah peraturan derivasi dibawah dibawah UU 1945 yang digunakan untuk
menegakan kedudukan Negara RI dengan warga negaranya dan kedudukan
penduduk negara RI.
3.
UU
No.
62
tahun
1958
UU No.62 tahun 1958 merupakan penyempurnaan dari UU tentang kewarga
negaraan yang terdahulu. UU No. 62 tahun 1958 tenang kewarganegaraan RI
merupakan produk hukum derivasi dari pasal 5 dan 144 UUD RI 1950 yang
sampai saat ini masih berlaku dan tetap digunakan sebagai sumber hakum
yang mengatur masalah kewarganegaraan di Indonesai setelah kurang lebih
48 tahun berlaku, dan saat ini dinilai sudah tidak sesuai lagi. Pernasalahan
kewarganegaraan yang semakin kompleks ternyata tidak mampu ditampung
oleh undang-undang ini.
4.
UU No.12 tahun
2006
RUU Kewarganegaraan yang baru ini memuat beberapa subtansi dasar yang
lebih
revolusioner
dan
aspiratif,
seperti
:
1.
Siapa
yang
mnjadi
warga
negara
Indonesia
2. Syarat dan tata cara memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia
3.
Kehilangan
kewarganegaraan
Republik
Indonesia
4. Syarat dan tata cara memperoleh kembali kewarganegaraan Republik
Indonesia
5.
Ketentuan
pidana
6.Persamaan
Kedudukan
Warga
Negara
Indonesia
Warga negara adalah sama kedudukannya, hak dan kewajibannya. Setiap
individu mendapat perlakuan yang sama dari negara. Ketentuan ini secara
tegas termuat dalam konstitusi tertinggi kita, yaitu UUD 1945 Bab X sampai
Bab XIV pasal 27 sampai pasal 34. berikut ini dijelaskan secara lebih rinci
terntang persamaan kedudukan warga negara, dalam berbagai bidang
kehidupan.
1.
Persamaan
kedudukan
dalam
hukum
dan
pemerintah
Pasal 27 ayat (1) menyatakan bahwa segala warga negara bersamaan
kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung
hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Pasal ini juga
memperlihatkan kepada kita adanya kepedulian adanya hak asasi
dalambidang hukum dan politik.
2. Persamaan atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan
(ekonomi)
Pasal 27 ayat (2) menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pasal ini
memencarkan persamaan akan keadilan sosial dan kerakyatan. Ini berarti
hak asasi ekonomi warga negara dijamin dan diatur pelaksanaanya.
3. Persamaan dalam hal kemerdekaan berserikat dan berkumpul (politik)
Pasal 28 E ayat (3) menetapkan warga negara dan setiap orang untuk
berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat. Pasal ini mencerminkan
bahwa negara Indonesia bersifat demokratis dan memberi kebebasan yang
bertanggung jawab bagi setiap warga negaranya untuk melaksanakan hak
dan kewajibannya dalam bidang politik.
4.
Persamaan
dalam
HAM
Dalam Bab X A tentang hak asai manusia dijelaskan secara tertulis bahwa
negara memberikan dan mengakui persamaan setiap warga negara dalam
menjalankan HAM. Mekanisme pelaksanaan HAM secara jelas ditetapkan
melalui pasal 28 A sampai dengan pasal 28 J.
5.
Persamaan
dalam
agama
Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 menyatakan bahwa negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing
dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Berdasar
pasal ini tersurat jelas bahwa begara menjamin persamaan setiap penduduk
untuk memeluk agama sesuai dengan keinginannya. Agama dan
kepercayaan terhadap Tuhan YME dijalankan tanpa ada paksaan dari pihak
manapun.
6.
Persamaan
dalam
upaya
pembelaan
negara
Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 menyatakan bahwa setiap warga negara berhak
dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Lebih lanjut, pasal 30
UUD 1945 memuat ketentuan pertahanan dan keamanan negara. Kedua
pasal tersebut secara jelas dapat kita ketahui bahwa negara memberikan
kesempatan yang sama kepada setiap warga negara yang ingin membela
Indonesia.
7.
Pesamaan
dalam bidang
pendidikan
dan
kebudayaan
Pasal 31 dan 32 UUD 1945 menyatakan bahwa setiap warga negara
mempunyai hak dan kedudukan yang sama dalam masalah pendidikan dan
kebudayaan. Kedua pasal ini menunjukan bahwa begitu konsen dan peduli
terhadap pendidikan dan kebudayaan warga negara Indonesia. Setiap warga
negara mendapat porsi yang sama dalam kedua masalah ini.
8.
Persamaan
dalam
perekonomian
dan
kesejahteraan
sosial
Persamaan
kedudukan
warga
negara
dalam
perekonomian
dan
kesejahteraan diatur dalam Bab XIV pasal 33 dan 34. pasal 33 mengatur
masalah perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasar atas asas
kekeluargaan dengan prinsip demokrasi ekonomi untuk kemakmuran rakyat
secara keseluruhan. Selanjutnya pasal 34 memuat ketentuan tentang
kesejahteraan sosial dan jaminan sosial diman fakir miskin dan anak-anak
terlantar dipelihara oleh negara (pasal 1) dan negara bertanggung jawab
atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum
yang layak (pasal 3).
7Menghargai Persamaan Kedudukan Warga Negara di Indonesia
Dalam NKRI, semua warga negar mempunyai kedudukan yang sama
dalam bidang ekonomi, politik, hukum, sosial, budaya, agama dan
pertahanan keamanan.
Berikut ini dijelaskan lebih lanjut wujud persamaan kedudukan warga negara
di
indonesia
dalam
berbagai bidang
kehidupan.
1. Bidang
ekonomi
Setiap individu memiliki kesamaan untuk melakukan usaha ekonomi seperti
berdagang, bertani, berkebun, menjual jasa, dsb. Untuk memenuhi dan
meningkatkan
taraf
hidupnya.
2. Bidang
budaya
Setiap warga negara mempunyai kesamaan hak dalam mengembangkan
seni, misalnya berkreasi dalam seni tari, seni lukisseni musik seni pahat seni
bangunan
dsb.
3. Bidang
politik
Setiap orang memiliki hak politik yang sama, yakni individu berhak memilih,
menjadi anggota salah satu partai, atau mendirikan partai politik.
4. Bidang hukum setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama, yakni
berhak untuk mengadakan pembelaan, penuntutan, berperkara di depan
pengadilan,
dsb.
5. Bidang agama setiap warga negara di berikan kedudukan yang sama
dalam memeluk agama, menjalankan ibadah dan ritual keagamaannya,
berpindah agama ataupun belajar tentang agama tanpa adanya paksaan
dari
pihak
manapun.
Sebagai warga negara yang baik serta guna terwujudnya persamaan harkat
dan martabat warga negara sebagai manusia, secara bersama-sama kita
wajib saling menghargai , menghormati prinsip persamaan kedudukan
sesama warga negara.
Sumber:
: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/metodepembelajaran-struktural-analitik.html#ixzz2uZctBaXr
MODEL PEMBELAJARAN TERPADU
MODEL PEMBELAJARAN TERPADU
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan
prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai
tujuan
belajar.
A.
Pengertian
pembelajaran
terpadu
Menurut guru besar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Prof. Dr. Sri Anitah Wiryawan, M.Pd.
(Pikiran Rakyat, 11 April 2003) kurikulum terpadu adalah suatu pendekatan
untuk mengorganisasikan kurikulum dengan cara menghapus garis batas
mata pelajaran yang terpisah-pisah, sedangkan pembelajaran terpadu
merupakan
metode
pengorganisasian
pembelajaran
yang
menggunakan
beberapabidang
mata
pelajaran
yang
sesuai.
Istilah
kurikulum
terpadu
dengan
pembelajaran
terpadu
dalam
penggunaannya dapat saling dipertukarkan. Pembelajaran terpadu
merupakan suatu aplikasi salah satu startegi pembelajaran berdasarkan
pendekatan kurikulum terpadu yang bertujuan untuk menciptakan atau
membuat proses pembelajaran secara relevan dan bermakna bagi anak
(Atkinson, 1989:9dalam Ahmad). Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam
pembelajaran terpadu didasarkan pada pendekatan inquiry, yaitu melibatkan
siswa mulai dari merencanakan, mengeksplorasi, dan brain storming dari
siswa. Dengan pendekatan terpadu siswa didorong untuk berani bekerja
secara kelompok dan belajar dari hasil pengalamannya sendiri.
Collins dan Dixon (1991:6 dalam Ahmad) menyatakan tentang pembelajaran
terpadu
sebagai
berikut
:
integrated learning occurs when an authentic event or exploration of a topic
in
the
driving
force
in
the
curriculum.
Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam pelaksanaannya anak dapat diajak
berpartisipasi aktif dalam mengeksplorasi topik atau kejadian, siswa belajar
proses
dan
isi
(materi)
lebih
dari
satu
bidang
studi
pada
waktu
yang
sama.
Pembelajaran terpadu sangat memperhatikan kebutuhan anak sesuai
dengan perkembangannya yang holistik dengan melibatkan secara aktif
dalam proses pembelajaran baik fisik maupun emosionalnya. Untuk itu
aktivitas yang diberikan meliputi aktif mencari, menggali, dan menemukan
konsep serta prinsip keilmuan yang holistik, bermakna, dan otentik sehingga
siswa dapat menerapkan perolehan belajar untuk memecahkan masalahmasalah yang nyata di dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran terpadu
juga menekankan integrasi berbagai aktivitas untuk mengeksplorasi objek,
topik, atau tema yang merupakan kejadian-kejadian, fakta, dan peristiwa
yang
otentik.
Pelaksanaan pembelajaran terpadu pada dasarnya agar kurikulum itu
bermakna bagi anak. Hal ini dimaksudkan agar bahan ajar tidak digunakan
secara terpisah-pisah, tetapi merupakan suatu kesatuan bahan yang utuh
dan cara belajar yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan siswa.
Tujuan
Pembelajaran
terpadu dikembangkan selain untuk
yang
Terpadu
mencapai tujuan
telah
ditetapkan,
diharapkan
siswa
juga
dapat
:
1. Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih
bermakna,
2.
Mengembangkan
keterampilan
menemukan,
mengolah,
dan
memanfaatkan
informasi,
3. Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai-nilai luhur
yang
diperlukan
dalam
kehidupan,
4. Menumbuhkembangkan keterampilan sosial seperti kerja sama, toleransi,
komunikasi,
serta
menghargai
pendapat
orang
lain,
5.
Meningkatkan
minat
dalam
belajar,
6. Memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
D.
Kemanfaatan
Pembalajaran
Terpadu
Ada beberapa manfaat dalam menggunakan pembelajara terpadu, yaitu :
1. Memungkinkan anak mengekplorasi dan mengekpresikan pengetahuan
dan
keterampilannya
melalui
berbagai
kegiatan.
2.
Meningkatkan
pemahaman
anak
secara
komprehensif.
3.
Meningkatkan
kecakapan
berpikir
anak
4. Banyak topik yang tertuang di setiap mata pelajaran mempunyai
keterkaiatan
konsep
dengan
yang
dipelajari
siswa.
5. Pada pembelajaran terpadu memungkinkan siswa memanfaatkan
keterampilannya yang dikembangkan dari mempelajari keterkaitan
antarmata
pelajaran.
6. Pembelajaran terpadu melatih siswa untuk semakin banyak membuat
hubungan inter dan antarmata pelajaran, sehingga siswa mampu
memproses informasi dengan cara yang sesuai daya pikirnya dan
memungkinkan
berkembangnya
jaringan
konsep-konsep.
7. Pembalajaran terpadu membantu siswa dapat memecahkan masalah dan
berpikir kritis untuk dapat dikembangkan melalui keterampilan dalam situasi
nyata.
8. Daya ingat (retensi) terhadap materi yang dipelajari siswa dapat
ditingkatkan dengan jalan memberikan topik-topik dalam berbagai ragam
situasi
dan
berbagai
ragam
kondisi.
9. Dalam pembelajaran terpadu transfer pembelajaran dapat mudah terjadi
bila situasi pembelajaran dekat dengan situasi kehidupan nyata.
10.
Meningkatkan
interaksi
11. Meningkatkan profesionalisme guru.
sosial
anak.
2.
Pembelajaran
Terpadu
Model
Jaring
Laba-Laba
(Webbed)
Tahapan atau Langkah untuk membuat rancangan pembelajaran terpadu
dengan
model
jaring
laba-laba
di
TK,
yaitu:
1. mempelajari kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator setiapbidang
pengembangan
untuk
masing-masing
kelompok
usia;
2. mengidentifikasi tema dan subtema dan memetakannya dalam jaring
tema;
3. mengidentifikasi indikator pada setiap kompetensi bidang pengembangan
melalui
tema
dan
subtema;
4. menentukan kegiatan pada setiap bidang pengembangan dengan
mengacu pada indikator yang akan dicapai dan subtema yang dipilih;
5.
menyusun
Rencana
Kegiatan
Mingguan;
6.
menyusun
Rencana
Kegiatan
Harian.
Contoh dari penggunaan pembelajaran terpadu model jaring laba-laba
(webbed) ini adalah : siswa dan guru menentukan tema misalnya air, maka
guru-guru mata pelajaran dapat mengajarkan tema air itu ke dalam sub-sub
tema misalnya siklus air, kincir air, air waduk, air sungai, bisnis air dari PDAM
yang tergabung dalam mata pelajaran matematika, IPS, IPA, dan Bahasa.
a.
Kelebihan
1. Siswa adalah diperolehnya pandangan hubungan yang utuh tentang
kegiatan
dari
ilmu-ilmu
yang
berbeda;
2. faktor motivasi berkembang karena adanya pemilihan tema yang
didasarkan
pada
minat
siswa;
3. siswa dapat dengan mudah melihat bagaimana kegiatan yang berbeda
dan ide yang berbeda dapat saling berhubungan.
b.
Kekurangan
1. kecenderungan untuk mengambil tema sangat dangkal sehingga kurang
bermanfaat
bagi
siswa;
2. seringkali guru terfokus pada kegiatan sehingga materi atau konsep
menjadi
terabaikan;
3. memerlukan keseimbangan antara kegiatan dan pengembangan materi
pelajaran.
3.
Pembelajaran
Terpadu
Integrated Model adalah model
Model
Integrated
(Terpadu)
pengembangan kurikulum yang
tersebut
didasari
oleh
beberapa
Kelebihan
alasan.
dasar tersebut dikembangkan menjadi banyak tema yang disebut unit tema
(subtema).
H.
Prosedur
Pelaksanaan
Pembelajaran
Terpadu
Pada dasarnya ada 2 tahap yang harus dilalui dalam prosedur pembelajaran
terpadu yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi.
1.
Tahap
Perencanaan
Pembelajaran
Terpadu
Perencanaan pembelajaran pada dasarnya adalah rangkaian yang memuat
isi dan kegiatan pembelajaran yang bersifat menyeluruh dan sistematis,
yang akan digunakan sebagai pedoman oleh guru dalam mengelola kegiatan
belajar mengajar. Dalam pembalajaran terpadu perencanaan yang harus
dilakukan
seorang
guru
adalah
sebagai
berikut
:
a.
Pemilihan
tema
dan
unit-unit
tema
Pemilihan tema ini dapat dating dari staf pengajar yaitu guru kelas atau
guru bidang studi dan siswa. Biasanya guru yang memilih tema dasarnya
dan dengan musyawarah siswa memilih unit tema. Pemilihan tema dasar
yang dilakukan oleh guru dengan mengaju pada tema dan materi-materi
pada pokok bahasan pada setiap mata pelajaran yang terdapat pada
kurikulum. Tema dapat juga dipilih berdasarkan pertimbangan lain, yaitu
tema yang dipilih merupakan consensus antar siswa, misal dari buku-buku
bacaan, pengalaman, minat, isu-isu, yang sedang beredar di masyarakat
dengan mengingat ketersediaan sarana dan sumber belajar yang sesuai
dengan
tingkat
perkembanagn
siswa.
1)
Tema
dasar-Unit
tema
Tema dapat muncul dari siswa, kemudian guru yang mengorganisir atau guru
melontarkan tema dasar, kemudian siswa mengembangkan unit temanya.
2)
Curah
pendapat
Curah pendapat ini bermanfaat untuk memunculkan tema dasar kemudian
dikembangkan menjadi unit tema. Setelah tema dasar dan unit tema dipilih
maka akan terbentuk jaring-jaring.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam penentuan tema, yaitu :
Penentuan tema merupakan hasil ramuan dari berbagai materi di dalam
satu
atau
beberapa
mata
pelajaran.
Tema diangkat sebagai sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
terpadu dalam materi pelajaran, prosedur penyampaian, serta pemaknaan
pengalaman
belajar
oleh
para
siswa.
Tema disesuaikan dengan karakteristik belajar siswa sehingga asas
perkembangan berpikir anak dapat dimanfaatkan secara maksimal.
Tema harus bersifat cukup problematik atau popular sehingga membuka
kemungkinan luas untuk melaksanakan pembelajaran yang beragam yang
mengandung substansif yang lebih luas yang apabila dibandingkan dengan
pembelajaran
yang
biasa.
Beberapa
prosedur
pemilihan
tema
adalah
sebagai
berikut
:
Model
ke-1
Pada model ini tema sudah ditentukan atau dipilih oleh guru berdasar pada
beberapa kurikulum beberapa mata pelajaran yang kemudian dapat
dikembangkan
menjadi
sub-sub
tema
atau
unit
tema.
Model
ke-2
Pada model ini tema ditentukan bersama antara guru dengan siswa.
Meskipun demikian tema tidak boleh lepas dari materi yang akan dipelajari.
Model
ke-3
Pada model ini tema ditentukan oleh siswa dengan bimbingan guru.
b.
Langkah
perencanaan
aktivitas
Langkah perencanaan aktivitas di sini meliputi : pemilihan sumber, pemilihan
aktivitas, dan perencanaan evaluasi. Evaluasi dalam pembalajaran terpadu
meliputi
berikut
ini
:
1.
Janis
evaluasi
yaitu
evaluasi
otentik.
2. Sasaran evaluasi berupa proses dan dan hasil belajar siswa.
3. Aspek yang dievaluasi. Keseluruhan aspek kepribadian siswa dievaluasi
yaitu
meliputi
kognitif,
afektif,
dan
psikomotorik.
4.
Teknik-teknik
evaluasi
yang
digunakan
meliputi
:
a. Observasi (mengamati prilaku hasil belajar siswa) dengan menggunakan
daftar
cek
atau
skala
penilaian.
b. Wawancara guru dan siswa dengan menggunakan pedoman wawancara.
c.
Evaluasi
siswa
d.
Jurnal
siswa
e.
Portofolio
f.
Tes
prestasi
belajar
(baku
atau
buatan
guru)
c.
Kontrak
belajar
Kontrak belajar ini akan memeberikan arah dan isi aktivitas siswa dan
merupakan
suatu
kesepakatan
antara
guru
dan
siswa.
2.
Tahap
Pelaksanaan
Pembelajaran
Terpadu
dan
Evaluasi
Pada tahap pelaksanan ini langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
a.
Aktivitas
siswa
Aktivitas dapat berupa : pengumpulan informasi baik kelompok maupun
individual, membaca sumber, wawancara dengan narasumber, pengamatan
lapangan, eksperimen, pengolahan informasi, dan penyusunan laporan.
b.Kulminasi
(Sharing)
Kulminasi (Sharing) dalam bentuk penilaian proses (merupakan dampak dari
proses pembelajaran, dampak pengiring, prosedur formal dan informal
terutama untuk memperoleh balikan) yaitu penyajian laporan, diskusi dan
balikan, unjuk kerja dan pameran, serta evaluasi.
I.
Kesimpulan
Jadi yang dimaksud dengan pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan
dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik
dalam intramata pelajaran maupun antarmata pelajaran. Disini dituntut
keprofesionalan seorang guru dalam mengkaitkan beberapa materi dalam
satu mata pelajaran atau bahkan dari berbagai macam mata pelajaran. Guru
sangat dituntut untuk berwawasan yang luas, sehingga dalam mengkaitkan
antar beberapa mata pelajaran tidak terpisah-pisah, melainkan menjadi
suatu kesatuan yang utuh.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaranterpadu.html#ixzz2uZczpIaO
M O D E L P E M B E L A J A R A N B E R B A S I S P R O Y E K ATAU T U G A S
M O D E L P E M B E L A J A R A N B E R B A S I S P R O Y E K ATAU T U G A S
1.
Pengertian
Pembelajaran
berbasis
proyek/tugas
(project-based/task
learning) membutuhkan suatu pendekatan pengajaran komprehensif di mana
lingkungan belajar siswa didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan
terhadap masalah-masalah autentik termasuk pendalaman materi dari suatu
topik
mata
pelajaran,
dan
melaksanakan
tugas
bermakna
lainnya. Pendekatan ini memperkenankan siswa untuk bekerja secara
mandiri dalam mengkostruksikannya dalam produk nyata (Buck Institue for
Eduction, 2001).
Dalam pem bel ajaran berbasis proyek, siswa diberikan tugas atau pro yek
yang kompleks, cukup sulit, lengkap, tetapi realistik dan kemudian di be
rikan bantuan secukupnya agar mereka dapat menyelesaikan tugas. Di sam
ping itu, penerapan strategi pembel ajaran berbasis proyek/ tugas ini mendo
rong tumbuhnya kompetensi nurturant seperti kreativitas, ke mandirian,
tanggung jawab, keper cayaan diri, dan berpikir kritis dan analitis.
Dari berbagai karakteristiknya, Pembelajaran Berbasis Proyek didukung teoriteori
belajar
konstruktivistik.Konstruktivisme
adalah
teori
belajar
yang mendapat dukungan luas yang bersandar pada ide bahwa peserta
didik membangun pengetahuannya sendiri di dalam konteks pengalamannya
sendiri.
Dalam konteks pembaruan di bidang teknologi pembelajaran, Pembelajaran
Berbasis Proyek dapat dipandang sebagai pendekatan penciptaan
lingkungan belajar yang dapat mendorong pebelajar mengkonstruk
pengetahuan dan keterampilan melalui pengalaman langsung. Proyek dalam
Pembelajaran Berbasis Proyek dibangun berdasarkan ide-ide pebelajar
sebagai bentuk alternatif pemecahan masalah riil tertentu, dan pebelajar
mengalami proses belajar pemecahan masalah itu secara langsung.
Menurut banyak literatur, konstruktivisme adalah teori belajar yang
bersandar pada ide bahwa pebelajar mengkonstruk pengetahuan mereka
sendiri di dalam konteks pengalaman mereka sendiri (Murphy, 1997; Brook &
Brook, 1993, 1999; Driver & Leach, 1993; Fraser, 1995). Pembelajaran
konstruktivistik berfokus pada kegiatan aktif pebelajar dalam memperoleh
pengalaman langsung (doing), ketimbang pasif menerima pengetahuan.
Dari perspektif konstruktivis, belajar bukanlah murni fenomena stimulusrespon sebagaimana dikonsepsikan para behavioris, akan tetapi belajar
adalah proses yang memerlukan pengaturan diri sendiri (self-regulation) dan
pembangunan struktur konseptual melalui refleksi dan abstraksi (von
Glaserfeld, dalam Murphy, 1997). Kegiatan nyata yang dilakukan dalam
proyek memberikan pengalaman belajar yang dapat membantu refleksi dan
mendekatkan hubungan aktivitas dunia nyata dengan pengetahuan
konseptual yang melatarinya yang diharapkan akan dapat berkembang lebih
luas dan lebih mendalam (Barron, Schwartz, Vye, Moore, Petrosino, Zech,
Bransford, & The Cognition and Technology Group at Vanderbilt, 1998).
Hal ini menunjukkan bahwa Pembelajaran Berbasis Proyek, yang
mendasarkan pada aktivitas dunia nyata, berpotensi memperluas dan
memperdalam pengetahuan konseptual dan prosedural (Gagne, 1985), yang
pada khasanah lain disebut juga knowing that dan knowing how (Wilson,
1995). Knowing that and how is not sufficient without the disposition to
do (Kerka, 1997). Perluasan dan pendalaman pemahaman pengetahuan
tersebut dapat diamati dengan mengukur peningkatan kecakapan
akademiknya.
Peranan guru yang utama adalah mengendalikan ide-ide dan interpretasi
siswa dalam belajar, dan memberikan alternatif-alternatif melalui aplikasi,
bukti-bukti, dan argumen-argumen.
2.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kelas
memiliki
atmosfir
yang
memberikan
toleransi
kesalahan
dan
perubahan.
3.
termasuk
Keterpusatan ( centrality)
Proyek dalam PBL adalah berfokus pada pertanyaan atau masalah , yang
mendorong pelajar menjalani (dalam kerja keras ) konsep-konsep dan
prinsip-prinsip inti atau pokok dari disiplin.
1.
1.
Bersifat realisme
Persiapan
Penugasan/menentukan topik.
Sesuai dengan tugas proyek yang diberikan oleh pengajar maupun pilihan
sendiri, pelajar akan memperoleh dan membaca kerangka proyek, lalu
berupaya mencari sumber yang dapat membantu. Dengan berdasar pada
referensi alamat web yang berisi materi relevan, pelajar dengan cepat dan
langsung mendapatkan materi yang berkualitas yang sesuai dengan
kebutuhan proyek. Lalu pelajar berupaya berpikir dengan kemampuannya
Merencanakan kegiatan.
Pelajar bekerja dalam proyek individual, kelompok dalam satu kelas atau
antar kelas. Pelajar menentukan kegiatan dan langkah yang akan diambil
sesuai dengan sub topiknya, merencanakan waktu pengerjaan dari semua
sub topik dan menyimpannya di dalam web. Jika bekerja dalam kelompok,
tiap anggota harus mengikuti aturan dan memiliki rasa tanggungjawab.
Sedangkan pengajar berkewajiban menyampaikan isi dari rencana proyeknya
kepada orang tua, sehingga orang tua dapat ikut serta membantu dan
mendukung anaknya dalam menyelesaikan proyek.
1.
Investigasi disini termasuk kegiatan : menanyakan pada ahlinya melalui email, memeriksa web site, dan saling tukar pengalaman dan pengetahuan
serta melakukan survei melalui web. Dalam perkembangannya, terkadang
berisi observasi, eksperimen, dan field trips. Diskusi dapat dilakukan secara
sinkron dan asinkron melalui chating. Lalu penyajian hasil dapat berupa
gambar, tulisan, diagram matematika, pemetaan dan lain-lain. Secara rutin,
orang tua dan pengajar berkomunikasi untuk memantau kegiatan dan
prestasi yang dicapai oleh pelajar.
1.
Finishing.
1.
Monitoring/Evaluasi.
Pengajar menilai semua proses pengerjaan proyek yang dilakukan oleh tiap
pelajar berdasar pada partisipasi dan produktifitasnya dalam pengerjaan proyek.
2.
Kesimpulan
Salah satu tantangan paling sukar yang dihadapi guru pada saat mereka
menggunakan pekerjaan kelas atau pekerjaan rumah adalah menjaga siswa
tetap terlibat. Pada saat bekerja sendiri, sangat mudah bagi sisa untuk
kehilangan minat dan melalukan tindakan yang tidak relevan, khususnya
apabila tugas-tugas itu rutin.
Kebanyakan guru setuju bahwa tugas pekerjaan kelas dan pekerjaan rumah
mandiri yang dapat mempertahankan keterlibatan siswa memiliki tujuan
yang jelas. Siswa perlu mengetahui dengan tepat apa yang mereka harus
kerjakan, mengapa mereka mengerjakan pekerjaan itu, dan apa yang
dibutuhkanuntuk menyelsaikan pekerjaan itu. Siswa-siswa itu tetap berada
dalam tugas selama pekerjaan kelas dan menyelesaikan pekerjaan rumah
apabila mereka menyikapi tugas-tugas tersebut secar bermakna.
Linda Anderson (1985) menunjukan bahwa guru jarang menaruh perhatian
pada tujuan pekerjaan kelas atau strategi-strategi belajar yang telibat.
Sebaliknya, guru menekankan pada arahan-arahan procedural. Sebagai
contoh guru dpat menghabiskan waktu banyak menjelaskan kepad siswa di
mana menulis nama di kertas atau bagaimana menyusun jawaban-
Menganekaragamkan Tugas-tugas
Meningkatkan motivasi.
Meningkatkan kolaborasi.
Pentingnya
kerja
kelompok
dalam
proyek
memerlukan
siswa
mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi ( Johnson &
Johnson, 1989). Kelompok kerja kooperatif, evaluasi siswa, pertukaran
informasi online adalah aspek-aspek kolaboratif dari sebuah proyek. Teoriteori kognitif yang baru dan konstruktivistik menegaskan bahwa belajar
adalah fenomena sosial, dan bahwa siswa akan belajar lebih di dalam
lingkungan kolaboratif (Vygotsky, 1978; Davidov, 1995).
1.
2.
3.
4.
5.
Berpikir
kritis
dan
kreatif
(critical
dan
creative
thinking)
Pembelajaran kontekstual membantu siswa mengembangkan kemampuan
berpikir tahap tinggi, berpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir kritis adalah
suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam menilai,
memecahkan
masalah,
menarik
keputusan,
memberi
keyakinan,
menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah. Berpikir kreatif adalah suatu
kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian serta ketajaman
pemahaman dalam mengembangkan sesuatu
6. Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nuturing the individual)
Dalam pembelajaran kontekstual siswa bukan hanya mengembangkan
kemampuan-kemampuan intelektual dan keterampilan, tetapi juga aspekaspek kepribadian: integritas pribadi, sikap, minat, tanggung jawab, disiplin,
motif berprestasi, dan sebagainya. Guru dalam pembelajaran kontekstual
juga berperan sebagai konselor dan mentor. Tugas dan kegiatan yang akan
dilakukan siswa harus sesuai dengan minat, kebutuhan dan kemampuannya.
7.
Mencapai
standar
yang
tinggi
(reaching
high
standards)
Pembelajaran kontekstual diarahkan agar siswa berkembang secara optimal,
mencapai keunggulan (excellent). Tiap siswa bisa mencapai keunggulan,
asalkan dia dibantu oleh gurunya dalam menemukan potensi dan
kekuatannya.
8. Menggunakan penilaian yang autentik (using authentic assessment)
Penilaian autentik menantang para siswa untuk menerapkan informasi dan
keterampilan akademik baru dalam situasi nayata untuk tujuan tertentu.
Penilaian autentik merupakan antitesis dari ujian standar, penilaian autentik
memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuan terbaik
mereka sambil mempertunjukkan apa yang sudah mereka pelajari.
Penjelasan-penjelasan di atas merupakan ciri-ciri pembelajaran kontekstual,
dari ciri-ciri tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran berbasis
jasa layanan mengandung ciri bahwa:
1. Melakukan hubungan yang bermakna, hal ini diwujudkan dengan
kerjasama kelompok yang dilakukan dalam menyelesaikan tugas terstruktur.
2. Bekerja sama guna penerapan praktis dari pengetahuan yang baru
diketahui
siswa.
3. Melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti melalui kegiata yang beranfaat
untuk memenuhi kebutuhan dalam masyarkat( jasa layanan yang berkaitan
dengan tugas terstruktur).
C. Kesimpulan
Pembelajaran berbasis jasa layanan merupakan suatu pendekatan
pembelajaran yang mengkombinasikan jasa layanan masyarakat dengan
suatu struktur berbasis sekolah, guna merefleksikan jasa-layanan tersebut.
Jadi menekankan hubungan antara pengalaman jasa-layanan dan
pembelajaran akademis. Dengan kata lain, pendekatan ini menyajikan suatu
penerapan praktis dari pengetahuan baru yang diperlukan dan berbagi
keterampilan untuk memenuhi kebutuhan dalam masyarkat melalui
proyek/tugas
terstruktur
dan
kegiatan
lainnya.
Pembelajaran berbasis jasa layanan merupakan salah satu bagian dari
strategi pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual (Contextual
Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari,
dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelaaran efektif, yakni:
konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan
(inquiri), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling),
dan penilaian sebenarnya (authentic assessment). Pembelajaran berbasis
jasa layanan mengandung ciri bahwa:
1. Melakukan hubungan yang bermakna, hal ini diwujudkan dengan
kerjasama kelompok yang dilakukan dalam menyelesaikan tugas terstruktur.
2. Bekerja sama guna penerapan praktis dari pengetahuan yang baru
diketahui
siswa.
3. Melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti melalui kegiata yang beranfaat
untuk memenuhi kebutuhan dalam masyarkat( jasa layanan yang berkaitan
dengan tugas terstruktur).
Sumber:
: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/pembelajaranberbasis-jasa-layanan.html#ixzz2uZdA2G4Y