Anda di halaman 1dari 204

PERBEDAAN STRATEGI, PENDEKATAN, METODE, TEKNIK, DAN MODEL PEMBELAJARAN

Tentunya bagi para guru sudah mempersiapkan senjatanya jauh-jauh hari sebelumnya, baik
dari Silabus, Prota (program tahunan), Promes (Program semester), Menganalisis KI dan KD,
membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), Kaldik (Kalender Pendidikan),
menghitung minggu dan hari efektif, Rancangan penilaian, Program remidial dan Program
Pengayaan,dan lain sebagainya. Di dalam membuat perangkat pembelajaran seperti yang
tersebut di atas, pemahaman akan istilah-istilah menjadi cukup penting sebagai landasan
berpijak dalam mengaplikasikannya. Satu hal yang ingin saya soroti dan sering saya temukan
adalah rancunya penyebutan antara strategi pembelajaran, pendekatan, metode, teknik, dan
model pembelajaran di dalam RPP yang dibuat oleh Bapak-Ibu Guru.
Berikut ini akan saya kutipkan pengertian-pengertian dari strategi pembelajaran, pendekatan,
metode, teknik, dan model pembelajaran dengan harapan nantinya dalam pembuatan RPP
tidak salah kaprah lagi.

STRATEGI PEMBELAJARAN
Strategi Pembelajaran adalah suatu pola umum pembelajaran siswa yang tersusun secara
sistematis berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan, psikologi, didaktik, dan komunikasi dengan
mengintegrasikan struktur (urutan langkah pembelajaran) pembelajaran, metode pembelajaran,
media pembelajaran/alat peraga, pengelolaan kelas, evaluasi, dan waktu yang diperlukan agar
siswa dapat mencapai tujuan-tujuan pemeblajaran secara efektif dan efisien
Strategi terkait dengan kebijaksanaan guru dalam memilih pendekatan, metode, teknik
pembelajaran, dan model pembelajaran
MODEL PEMBELAJARAN
Model adalah suatu bentuk tiruan (replika) dari suatu benda yang sesungguhnya
Suatu contoh konseptual atau prosedural dari suatu program,sistem, atau proses yang dapat
dijadikan acuan atau pedoman dalam mencapai tujuan.
Model Pembelajaran adalah contoh pola atau struktur pembelajaran siswa yang didesain,
diterapkan, dan dievaluasi secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Dalam pengertian lain Model Pembelajaran adalah suatu contoh bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas.
Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa dengan
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran
PENDEKATAN PEMBELAJARAN
Pendekatan adalah suatu rangkaian tindakan yang terpola atau terorganisir berdasarkan
prinsip-prinsip tertentu (filosofis, psikologis, didaktis dan ekologis) yang terarah secara
sistematis pada tujuan-tujuan yang hendak dicapai

Pendekatan pembelajaran adalah suatu rangkaian tindakan pembelajaran yang dilandasi oleh
prinsip dasar tertentu (filosofis, psikologis, didaktis dan ekologis) yang mewadahi,
menginspirasi, menguatkan dan melatari metode pembelajaran tertentu.

METODE PEMBELAJARAN
Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah-langkah dan cara yang digunakan guru
dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
Metode adalah jabaran dari pendekatan. Satu pendekakatan bisa dijabarkan ke dalam
berbagai metode pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan prosedur pembelajaran yang
difokuskan pada pencapaian tujuan pembelajaran
TEKNIK PEMBELAJARAN
Teknik Pembelajaran adalah cara-cara konkrit yang dipakai saat proses pembelajaran
berlangsung. Guru dapat berganti-ganti teknik pembelajaran meskipun dalam koridor metode
yang sama. Satu metode dapat diaplikasikan melalui berbagai teknik pembelajaran
Contoh Penerapan
Pendekatan : Contextual Teaching and Learning
Metode : Cooperative Learning
Teknik : Diskusi Kelompok, Inquiry Kepustakaan, Tanya Jawab
Model : Jigsaw
Pendekatan : PAKEM
Metode : Tanya Jawab
Teknik : Siswa membuat dan menjawab pertanyaan sendiri
Model : Snowball Throwing
Di dalam Kurikulum 2013 yang sekarang mulai diterapkan di sebagian sekolah-sekolah piloting
ada dikenal namanya istilah Pendekatan Saintifik. Secara Istilah pengertian dari pendekatan
saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik
secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati
(untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data,
menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.
Langkah-langkah pada Proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintik sering
dikenal dengan pendekatan 5M terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu:
a. mengamati;
b. menanya;
c. mengumpulkan informasi;
d. mengasosiasi; dan
e. mengkomunikasikan.

Kegiatan belajar dalam mengamati antara lain : Membaca, mendengar, menyimak, melihat
(tanpa atau dengan alat).
Kegiatan belajar dalam menanya antara lain : Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang
tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan
tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat
hipotetik)
Kegiatan belajar dalam mengumpulkan informasi antara lain : melakukan eksperimen,
membaca
sumber
lain
selain
buku
teks,
mengamati
objek/
kejadian/
aktivitas, dan wawancara dengan nara sumber.
Kegiatan belajar dalam mengasosiasi antara lain : mengolah informasi yang sudah
dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen mau pun hasil dari
kegiatan
mengamati
dan
kegiatan
mengumpulkan
informasi.
Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan
kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai
sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan antar fakta,
fakta dengan konsep, konsep dengan konsep.
Kegiatan belajar dalam menyimpulkan antara lain : Menyampaikan hasil pengamatan,
kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.
Demikianlah sedikit uraian tentang perbedaan istilah-istilah strategi pembelajaran, pendekatan,
metode, teknik, dan model pembelajaran serta sedikit penjelasan tentangPendekatan saintifik di
dalam Kurikulum 2013

41 MACAM MODEL METODE PEMBELAJARAN EFEKTIF

Populernya model metode pembelajaran


pembelajaran yang sering terlupakan.

ceramah

dan

41

model

Berikut akan saya paparkan macam-macam metode pembelajaran yang


efektif untuk dapat dilaksanakan. Khususnya para pendidik atau juga para
calon
pendidik.
Selama
ini
kita
hanya
familiar
atau
bahkan
selalu hanya menggunakan metode seperti ceramah. padahal banyak sekali
selain metode tersebut yang dapat digunakan dan efektif dalam usaha
meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi yang kita
sampaikan dan pada akhirnya tujuan dari pembelajaran yang sudah kita
tetapkan di awal tercapai dengan baik dan akan tecipta pembelajaran yang
berkualitas serta tercipta pengalaman-pengalaman yang menarik.
Selanjutnya anda dapat mengklik metode di bawah ini, karena dalam micro
teaching di daftar mata kuliah saya dan termasuk kedalam pembahasan
kependidikan jadi disini akan dijelaskan secara singat untuk masing-masing
metode tersebut.
1. EXAMPLE NON EXAMPLE
Contoh dapat dari kasus/ gambar yang relevan dengan KD
2. PICTURE NON PICTURE
3. NUMBERED HEADS TOGETHER
(Kepala bernomor, Spencer Kagan 1992)
4. COOPERATIVE SCRIPT
(Dansereau Cs 1985)
5. KEPALA BERNOMOR STRUKTUR
(Modifikasi dari number heads)
6. STUDENT TEAMS- ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)
Tim siswa kelompok prestasi
7. JIGSAW -MODEL TIM AHLI
(Aronssn Braney Stephen Sikes and Snapp 1978)
8. PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI)
Pembelajaran berdasarkan masalah
9. ARTIKULASI
10. MIND MAPPING

11. MAKE A MATCH


mencari pasangan (lorna Curran 1994)
12. THINK PIR AND SHARE
13. DEBATE
14. ROLE PLAYING
15. GROUP INVESTIGATION
Sharan 1992
16. TALKING STICK
17. BERTUKAR PASANGAN
18. SNOWBALL THROWING
19. STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING
Siswa/ peserta mempresentasikan ide/ pendapat pada rekan peserta lainnya
20. COURSE REVIEW HORAY
21. DEMONSTRATION DAN EKSPERIMEN
( Khusus materi yang memerlukan peragaan atau percobaan misalnya
Gussen )
22. EXPLISIT INSTRUCTION
Pengajaran langsung ( Rosenshina and Stevens 1986 )
23. COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC)
Kooperative membaca dan menulis (Steven and Slavin 1995)
24. INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE (LINGKARAN KECIL-LINGKARAN BESAR)
oleh Spencer Kagan
25. COOPERATIVE LEARNING (TEBAK KATA)
26. WORD SQUARE
27. SCRAMBLE
28. TAKE AND GIVE
29. CONSEPT SENTENCES

30. COMPLETTE SENTENCE


31. TIME TOKEN AREND 1998
32. PAIR CECKS SPENCER KAGEN 1993
33. ROUND CLUB (KELILING KELOMPOK)
34. TARI BAMBU
35. DUA
TINGGAL
SPENCER KAGAN 1992)

DUA

TAMU (TWO

STRAY

TWO

STRAY)

36. STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK (SAS)


37. PEMBELAJARAN OTENTIK (OUTENTIC LEARNING)
38. NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT)
38. INQUIRY
39. MODEL PEMBELAJARAN TERPADU
40. BERBASIS PROYEK DAN TUGAS
41. PEMBELAJARAN BERBASIS JASA DAN LAYANAN (SERVICE LEARNING)
MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON EXAMPLE

EXAMPLE NON EXAMPLE


1.

Pengertian

Model Pembelajaran Example Non Example atau juga biasa di sebut example
and non-example merupakan model pembelajaran yang menggunakan
gambar sebagai media pembelajaran. Metode Example non Example adalah
metode yang menggunakan media gambar dalam penyampaian materi
pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa untuk belajar berfikir kritis
dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung

dalam
contoh-contoh
gambar
yang
disajikan.
Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat
menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat
mengenai apa yang ada didalam gambar. Penggunaan Model Pembelajaran
Example Non Example ini lebih menekankan pada konteks analisis siswa.
Biasa yang lebih dominan digunakan di kelas tinggi, namun dapat juga
digunakan di kelas rendah dengan menenkankan aspek psikoligis dan tingkat
perkembangan siswa kelas rendah seperti :
a. kemampuan berbahasa tulis dan lisan,
b. kemampuan analisis ringan, dan
c. kemampuan berinteraksi dengan siswa lainnya
Model Pembelajaran Example Non Example menggunakan gambar dapat
melalui OHP, Proyektor, ataupun yang paling sederhana adalah poster.
Gambar yang kita gunakan haruslah jelas dan kelihatan dari jarak jauh,
sehingga anak yang berada di belakang dapat juga melihat dengan jelas.
B. Ciri-ciri
Metode Example non Example juga merupakan metode yang mengajarkan
pada siswa untuk belajar mengerti dan menganalisis sebuah konsep. Konsep
pada umumnya dipelajari melalui dua cara. Paling banyak konsep yang kita
pelajari di luar sekolah melalui pengamatan dan juga dipelajari melalui
definisi konsep itu sendiri. Example and Nonexample adalah taktik yang
dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep.
Strategi yang diterapkan dari metode ini bertujuan untuk mempersiapkan
siswa secara cepat dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari example
dan non-example dari suatu definisi konsep yang ada, dan meminta siswa
untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada.
Example memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan
suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan
non-example memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh
dari suatu materi yang sedang dibahas.
Metode Example non Example penting dilakukan karena suatu definisi
konsep adalah suatu konsep yang diketahui secara primer hanya dari segi

definisinya daripada dari sifat fisiknya. Dengan memusatkan perhatian siswa


terhadap example dan non-example diharapkan akan dapat mendorong
siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang
ada.
C Kelebihan dan Kekurangan.
Menurut Buehl (1996) keuntungan dari metode Example non Example antara
lain:
1. Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk
memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih
komplek.
2. Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong
mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari
Example non Example
3. Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik
dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non example yang
dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu
karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian example.
Kebaikan:
1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
Kekurangan:
1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
2. Memakan waktu yang lama.
1.

Langkah-langkah :

1.

Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran

2.

Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP

3.

Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk


memperhatikan/menganalisa gambar

4.

Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar
tersebut dicatat

pada kertas

5.

Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya

6.

Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi


sesuai tujuan yang ingin dicapai

7.

Kesimpulan

MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE


MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE
Salah satu model yang saat ini populer dalam pembelajaran adalah Model
Pembelajaran Picture and Picture ini merupakan salah satu bentuk model
pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu
model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan
sistematis mengembangkan interaksi yang saling asah, silih asih, dan silih
asuh. Model pembelajaran Picture and Picture adalah suatu metode belajar
yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan
logis.
Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan.
Model apapun yang digunakan selalu menekankan aktifnya peserta didik
dalam setiap proses pembelajaran. Inovatif setiap pembelajaran harus
memberikan sesuatu yang baru, berbeda dan selalu menarik minat peserta
didik. Dan Kreatif, setiap pembelajarnya harus menimbulkan minat kepada
peserta didik untuk menghasilkan sesuatu atau dapat menyelesaikan suatu
masalah dengan menggunakan metoda, teknik atau cara yang dikuasai oleh
siswa
itu
sendiri
yang
diperoleh
dari
proses
pembelajaran.
Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses
pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses
pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah
menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau
dalam bentuk carta dalam ukuran besar. Atau jika di sekolah sudah
menggunakan ICT dalam menggunakan Power Point atau software yang lain.
Menurut Johnson & Johnson , prinsip dasar dalam model pembelajaran
kooperatif
picture
and
picture
adalah
sebagai
berikut:
1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu
yang
dikerjakan
dalam
kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua
anggota
kelompok
mempunyai
tujuan
yang
sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung
jawab
yang
sama
di
antara
anggota
kelompoknya.
4.
Setiap
anggota
kelompok
(siswa)
akan
dikenai
evaluasi.

5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan


membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses
belajarnya.
6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan
secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar dalam proses
pembelajaran yaitu dengan cara memasang/mengurutkan gambar-gambar
menjadi urutan yang logis. Melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu
berpikir dengan logis sehingga pembelajaran menjadi bermakna.
Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Picture and Picture adalah
sebagai
berikut:
1.
Guru
menyampaikan
kompetensi
yang
ingin
dicapai
Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apakah yang menjadi
Kompetensi Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian
maka siswa dapat mengukur sampai sejauh mana yang harus dikuasainya.
Disamping itu guru juga harus menyampaikan indicator-indikator
ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM yang telah ditetapkan dapat
dicapai
oleh
peserta
didik.
2.
Menyajikan
materi
sebagai
pengantar.
Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini
guru memberikan momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam
proses pembelajaran dapat dimulai dari sini. Karena guru dapat memberikan
motivasi yang menarik perhatian siswa yang selama ini belum siap. Dengan
motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat
siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari.
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan
dengan
materi.
Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat aktif dalam
proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan
oleh guru atau oleh temannya. Dengan Picture atau gambar kita akan
menghemat energy kita dan siswa akan lebih mudah memahami materi
yang diajarkan. Dalam perkembangakan selanjutnya sebagai guru dapat
memodifikasikan gambar atau mengganti gambar dengan video atau
demontrasi
yang
kegiatan
tertentu.
4.
Guru
menunjuk/memanggil
siswa
secara
bergantian
memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.

Di langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan


secara langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah
satu cara adalah dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus
menjalankan
tugas
yang
harus
diberikan.
Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutan, dibuat,
atau
dimodifikasi.
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
Setelah itu ajaklah siswa menemukan rumus, tinggi, jalan cerita, atau
tuntutan KD dengan indicator yang akan dicapai. Ajaklah sebanyakbanyaknya peran siswa dan teman yang lain untuk membantu sehingga
proses
diskusi
dalam
PBM
semakin
menarik.
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan
konsep/materi
sesuai
dengan
kompetensi
yang
ingin
dicapai.
Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus memberikan
penekanan-penekanan pada hal ini dicapai dengan meminta siswa lain untuk
mengulangi, menuliskan atau bentuk lain dengan tujuan siswa mengetahui
bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD dan indicator yang telah
ditetapkan. Pastikan bahwa siswa telah menguasai indicator yang telah
ditetapkan.
7.
Kesimpulan/rangkuman
Di akhir pembelajaran, guru bersama siswa mengambil kesimpulan sebagai
penguatan materi pelajaran
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Picture and Picture:
Kelebihan:
1.
Guru
lebih
mengetahui
kemampuan
masing-masing
siswa.
2.
Melatih
berpikir
logis
dan
sistematis.
3. Membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek
bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir,
4.
Mengembangkan
motivasi
untuk
belajar
yang
lebih
baik.
5. Siswa dilibatkan daiam perencanaan dan pengelolaan kelas
Kekurangan:
1.
Memakan
banyak
waktu
2.
Banyak
siswa
yang
pasif.
3.
Guru
khawatir
bahwa
akan
terjadi
kekacauan
dikelas.

4. Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain
5. Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai
KESIMPULAN
Model pembelajaran Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang
menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis.
Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan.
Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses
pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses
pembelajaran.
Menurut Johnson & Johnson , prinsip dasar dalam model pembelajaran
kooperatif picture and picture adalah sebagai berikut:
1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu
yang
dikerjakan
dalam
kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua
anggota
kelompok
mempunyai
tujuan
yang
sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung
jawab
yang
sama
di
antara
anggota
kelompoknya.
4.
Setiap
anggota
kelompok
(siswa)
akan
dikenai
evaluasi.
5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan
membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses
belajarnya.
6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan
secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Picture and Picture adalah
sebagai
berikut:
1.
Guru
menyampaikan
kompetensi
yang
ingin
dicapai
2.
Menyajikan
materi
sebagai
pengantar.
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan
dengan
materi.
4. Guru menunjuk siswa secara bergantian untuk mengurutkan gambargambar
secara
logis
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan

konsep/materi
sesuai
dengan
7. Kesimpulan/rangkuman

kompetensi

yang

ingin

dicapai.

Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)


Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT, Pembelajaran kooperatif
merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama
antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para
siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk
mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya
kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa
agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatankegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran
berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi
untuk memecahkan masalah
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan
untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh
Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam
menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek
pemahaman
mereka
terhadap
isi
pelajaran
tersebut.
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam
pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :

1.

Hasil

belajar

akademik

stuktural

Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.


2.

Pengakuan

adanya

keragaman

Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai


berbagai
3.
Bertujuan
Keterampilan

latar
Pengembangan
untuk
yang

keterampilan

mengembangkan
dimaksud

belakang.

antara

lain

keterampilan
berbagi

tugas,

social
sosial
aktif

siswa.
bertanya,

menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja
dalam kelompok dan sebagainya.

Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Numbered Heads Together


adalah
sebagai
berikut
:
Kelebihan:

Setiap
siswa
menjadi
siap
semua

Dapat
melakukan
diskusi
dengan
sungguh-sungguh.
Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan
waktu
yang
lama..
Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen
dalam
Ibrahim
(2000:
29),
dengan
tiga
langkah
yaitu
:
a)
Pembentukan
kelompok;
b)
Diskusi
masalah;
c)
Tukar
jawaban
antar
kelompok
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29)
menjadi enam langkah sebagai berikut :
Langkah
1.
Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat
Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

Langkah
2.
Pembentukan
kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok
yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap
siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang
dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial,
ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam
pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar
dalam menentukan masing-masing kelompok.
Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket
atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau
masalah yang diberikan oleh guru.
Langkah
4.
Diskusi
masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai
bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir
bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang
mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau
pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari
yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.
Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap
kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan
jawaban kepada siswa di kelas.
Langkah
6.
Memberi
kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan
yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT
terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren
dalam
Ibrahim
(2000:
18),
antara
lain
adalah
:
Rasa
harga
diri
menjadi
lebih
tinggi
1.
Memperbaiki
kehadiran

2.
Penerimaan
terhadap
individu
menjadi
3.
Perilaku
mengganggu
menjadi
4.
Konflik
antara
pribadi
5.
Pemahaman
yang
lebih
6.
Meningkatkan
kebaikan
budi,
kepekaan
7. Hasil belajar lebih tinggi

lebih
lebih

dan

besar
kecil
berkurang
mendalam
toleransi

KESIMPULAN
Model pembelajaran ini baik digunakan karena model ini mengajarkan
kepada siswa untuk lebih siap dalam menguasai materi serta belajar
menerima keanekaragaman dengan kelompok lain, karna dalam model ini
siswa dituntut untuk berdiskusi untuk memecahkan suatu masalah.
Pada dasarnya tidak ada model pembelajaran yang cocok untuk setiap pokok
bahasan, karena setia model atau metode mengajar masing-masing memiliki
kelebihan dan kekurangan oleh karenanya guru dituntut untuk pandai
memilih model pembelajaran yang sesuai.
Metode Belajar Cooperative script
metode belajar Cooperative script

Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan


dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
Langkah-langkah:
1.

Guru membagi siswa untuk berpasangan.

2.

Guru membagikan wacana / materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat
ringkasan.

3.

Guru

dan

siswa

menetapkan

siapa

yang

pertama

berperan

sebagai

mungkin,

dengan

pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.


4.

Pembicara
memasukkan

membacakan
ide-ide

pokok

ringkasannya
dalam

selengkap

ringkasannya.

Sementara

pendengar

menyimak / mengoreksi / menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan


membantu mengingat / menghapal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi
sebelumnya atau dengan materi lainnya.
5.

Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan


sebaliknya, serta lakukan seperti di atas.

6.

Kesimpulan guru.

7.

Kelebihan:

Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan.

Setiap siswa mendapat peran.

Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.

Kekurangan:

Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu

Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi
hanya sebatas pada dua orang tersebut).

model pembelajaran Kepala bernomor struktur


Model pembelajaran Kepala bernomor struktur
1.

Pengertian
Untuk mengembangkan potensi to live together salah satunya melalui model
pembelajaran kooperatif. Aktivitas pembelajaran kooperatif menekankan pada
kesadaran siswa perlu belajar untuk mengaplikasikan pengetahuan, konsep,
keterampilan kepada siswa yang membutuhkan atau anggota lain dalam
kelompoknya, sehingga belajar kooperatif dapat saling menguntungkan antara
siswa yang berprestasi rendah dan siswa yang berprestasi tinggi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Slavin (Ibrahim, 2000:16) tentang


pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar pada semua tingkat
kelas dan semua bidang studi menunjukkan bahwa kelas kooperatif
menunjukkan hasil belajar akademik yang signifikan lebih tinggi
dibandingkan
kelompok
kontrol.
Salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu tipe NHT (Numbered Heads
Together). Model ini dapat dijadikan alternatif variasi model pembelajaran
sebelumnya. Dibentuk kelompok heterogen, setiap kelompok beranggotakan
3-5 siswa, setiap anggota memiliki satu nomor, guru mengajukan pertanyaan
untuk didiskusikan bersama dalam kelompok. Guru menunjuk salah satu
nomor untuk mewakili kelompoknya. Menurut Muhammad Nur (2005) model
pembelajaran kooperatif tipe NHT pada dasarnya merupakan sebuah variasi
diskusi kelompok dengan ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang
siswa yang mewakili kelompoknya tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa
yang akan mewakili kelompoknya tersebut. Sehingga cara ini menjamin
keterlibatan total semua siswa. Cara ini upaya yang sangat baik untuk
meningkatkan tanggung jawab individual dalam dalam diskusi kelompok.
Number Head Together adalah suatu Model pembelajaran yang lebih
mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan
melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di
depan kelas (Rahayu, 2006). NHT pertama kali dikenalkan oleh Spencer
Kagan dkk (1993). Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran
kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur Kagan
menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompokkelompok kecil secara kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan sebagai
bahan alternatif dari sruktur kelas tradisional seperti mangacungkan tangan
terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab
pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana seperti ini menimbulkan
kegaduhan dalam kelas, karena para siswa saling berebut dalam
mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti (Tryana,
2008). Menurut Kagan (2007) model pembelajaran NHT ini secara tidak
langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan
dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa
lebih produktif dalam pembelajaran.

2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif (Dalam model Pembelajaran


Kepala
bernomor
struktur)
Sebagai seorang guru dalam memberikan pelajaran kepada siswa tentu ia
akan memilih manakah model pembelajaran yang tepat diberikan untuk
materi
pelajaran
tertentu.
Ciri-ciri pembelajaran kepala bernomer struktur sebagai berikut:
1)
Penomoran
Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini guru
membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan
tiga sampai lima orang dan memberi siswa nomor sehingga setiap siswa
dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di
dalam
kelompok.
2)
Pengajuan
Pertanyaan
Langkah berikutnya adalah pengajuan pertanyaan, guru mengajukan
pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan dapat diambil dari
materi pelajaran tertentu yang memang sedang di pelajari, dalam membuat
pertanyaan usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat
umum
dan
dengan
tingkat
kesulitan
yang
bervariasi
pula.
3)
Berpikir
Bersama
Setelah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari guru, siswa berpikir
bersama untuk menemukan jawaban dan menjelaskan jawaban kepada
anggota dalam timnya sehingga semua anggota mengetahui jawaban dari
masing-masing
pertanyaan.
4)
Pemberian
Jawaban
Langkah terakhir yaitu guru menyebut salah satu nomor dan setiap siswa
dari tiap kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan
menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas, kemudian guru secara random
memilih kelompok yang harus menjawab pertanyan tersebut, selanjutnya
siswa yang nomornya disebut guru dari kelompok tersebut mengangkat
tangan dan berdiri untuk menjawab pertanyaan. Kelompok lain yang
bernomor sama menanggapi jawaban tersebut.
3.

Langkah

langkah

Kepala

bernomor

struktur

1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok


mendapat
nomor

2. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomorkan terhadap


tugas yang berangkai Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal.
Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil
pekerjaan
dan
seterusnya
3. Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh
keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor
sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang
sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka
4.
Laporkan
hasil
dan
tanggapan
dari
kelompok
yang
lain
5.
Kesimpulan
4. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran kepala bernomor struktur
5. Kelebihan dan kekurangan
1)
Kelebihan
a.
Dapat
meningkatkan
prestasi
belajar
siswa.
b.
Mampu
memperdalam
pamahaman
siswa.
c.
Melatih
tanggung
jawab
siswa.
d.
Menyenangkan
siswa
dalam
belajar.
e.
Mengembangkan
rasa
ingin
tahu
siswa.
f.
Meningkatkan
rasa
percaya
diri
siwa.
g.
Mengembangkan
rasa
saling
memiliki
dan
kerjasama.
h.
Setiap
siswa
termotivasi
untuk
menguasai
materi.
i. Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak pintar.
j. Tercipta suasana gembira dalam belajar. Dengan demikian meskipun saat
pelajaran menempati jam terakhir pun,siswa tetap antusias belajar.
2)
Kelemahan
a. Ada siswa yang takut diintimidasi bila Memberi nilai jelek kepada
anggotanya (bila kenyataannya siswa lain kurang mampu menguasai materi)
b. Ada siswa yang mengambil jalan pintas dengan meminta tolong pada
temannya untuk mencarikan jawabnya.Solusinya mengurangi poin pada
siswa
yang
membantu
dan
dibantu
.
c. Apabila pada satu nomer kurang maximal mengerjakan tugasnya, tentu
saja mempengaruhi pekerjaan pemilik tugas lain pada nomer selanjutnya.

Model Pembelajaran STUDENT TEAMS- ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)


Model Pembelajaran STUDENT
(STAD)

TEAMS-

ACHIEVEMENT

DIVISIONS

Model pembelajaran STAD termasuk model pembelajaran kooperatif. Semua


model pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas,
struktur tujuan dan struktur penghargaan. Dalam proses pembelajaran
dengan model pembelajaran kooperatifsiswa didorong untuk bekerjasama
pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya
untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Tujuan model pembelajaran
kooperaif adalah prestasi belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat
menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan
keterampilan sosial.
1.

PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE STAD

1.
Menurut wina (2008:242) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan model pembelajaran menggunakan sistem pengelompokkan atau
tim kecil,yaitu antara 4-5 orang yang mempunyai latar belakang kemampuan
akademik,jenis kelamin,ras atau suku yang berbeda (heterogen)
2.
Johnson (dalam Etin Solihatin,2005 :4 ) menyatakan bahwa
:pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam
pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja sama.
3.
Slavin (
dalam
Wina,2008:242)
mengemukakan
dua
alasan
bahwa : pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang
dapat memperbaiki pembelajaran selama ini. Pertama,beberapa penelitian
membuktikan
bahwa
penggunaan
pembelajaran
kooperatif
dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat menngkatkan
kemampuan hubungan sosial,menumbuhkan sikap menerima kekurangan
diri
dan
orang
lain,serta
dapat
meningkatkan
harga diri.kedua,pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan

siswa dalam belajar,berfikir,memecahkan masalah dan mengintegrasikan


pengetahuan dengan keterampilan.
2.

Prinsip Pembelajaran Kooperatif sebagai berikut.

a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala


sesuatu yang dikerjakan
dalam kelompoknya.
b.
Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua
anggota kelompok
mempunyai tujuan yang sama.
c. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung
jawab yang sama
diantara anggota kelompoknya.
d. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
e.
Setiap anggota kelompok
membutuhkan keterampilan

(siswa)

berbagi

kepemimpinan

dan

untuk belajar bersama selama proses belajarnya.


f.
Setiap
anggota
kelompok
mempertanggungjawabkan secara

(siswa)

akan

diminta

individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.


3.

Ciri Pembelajaran Kooperatif

Masih menurut Nur dalam Chotimah (2007), ciri-ciri pembelajaran kooperatif


sebagai
a. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar
sesuai kompetensi

dasar yang akan dicapai.


b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbedabeda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin
anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta
memperhatikan kesetaraan gender.
c.
Penghargaan menekankan pada kelompok dari pada masing-masing
individu.
4.

Sintaks Model Pembelajaran STAD

Langkah-langkah model pembelajaran STAD dapat dilihat pada tabel 2.1


seperti
Tabel 2.1 Enam Langkah Model Pembelajaran STAD
Langkah

Indikator

Tingkah laku guru

Langkah 1

Menyampaikan tujuan
dan

Guru menyampaikan
tujuan
pembelajaran
dan
mengkomunikasikan
kompetensi dasar

memotivasi siswa

yang
serta
siswa

Menyajikan informasi
Langkah 2

akan
dicapai
memotivasi

Guru
informasi
siswa

menyajikan
kepada

Langkah 3

Mengorganisasikan
siswa ke

Guru
menginformasikan
pengelom-pokkan

dalam
kelompokkelompok belajar

Siswa

Membimbimg
kelompok belajar
Langkah 4

Guru memotivasi serta


memfasilitasi
kerja
siswa
dalam
kelompok-kelompok
belajar

Guru
mengevaluasi
hasil belajar tentang
Evaluasi
Langkah 5

materi pembelajaran
yang
telah
dilaksanakan

Guru
memberi
penghargaan
hasil
belajar

Langkah 6

Memberikan
penghargaan

individual
kelompok

dan

Model
pembelajaran STAD dikembangkan
oleh
Robert
Slavin
dan
temantemannya di Universitas John Hopkins. Siswa dalam suatu kelas
tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap
kelompok haruslah heterogen, terdiri atas laki-laki dan perempuan, berasal
dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran
yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling
membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui diskusi
dan kuis.
Sintaks model Pembelajaran STAD dalam Chotimah (2007) antara lain :
a. Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen.
b. Guru menyajikan pelajaran.
c. Guru memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh anggotaanggota kelompok
d. Peserta didik yang bisa mengerjakan tugas/soal menjelaskan kepada
anggota kelompok
lainnya sehingga semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
e. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada saat
menjawab
kuis/pertanyaan peserta didik tidak boleh saling membantu.
f. Guru memberi penghargaan (rewards) kepada kelompok yang memiliki
nilai/poin
g. Guru memberikan evaluasi.
h. Penutup.
Dalam STAD, penghargaan kelompok didasarkan atas skor yang didapatkan
oleh

kelompok dan skor kelompok ini diperoleh dari peningkatan individu dalam
setiap kuis.
Sumbangan poin peningkatan siswa terhadap kelompoknya didasarkan atas
ketentuan
pada tabel 2.2 berikut.
Tabel 2.2 Kriteria Pemberian Skor Peningkatan STAD

Skor Kuis

Poin
peningkatan

Lebih dari 10 point di bawah skor dasar

1-10 point di bawah skor dasar

10

Skor dasar sampai 10 poin di atas skor dasar

20

Lebih dari 10 poin di atas skor dasar

30

Hasil sempurna (tidak mempertimbangkan skor dasar

30

Catatan: Nilai kuis sebelumnya dapat digunakan sebagai skor dasar


(Sumber:Slavin, 1995 dalam Parlan, 2006:17)
Skor kelompok untuk setiap kelompok didasarkan pada sumbangan poin
peningkatan
yang diperoleh oleh setiap anggota kelompok yaitu dengan menjumlah
seluruh poin
peningkatan anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok.
Penghargaan
kelompok diberikan dengan empat kriteria seperti pada tabel 2.3 berikut.

Tabel 2.3 Predikat Keberhasilan Kelompok


Kriteria

Nilai Perkembangan

Excellent

22,6 30

The best teams

15,1 22,5

Good teams

7,6 15,0

General teams

7,5

(Sumber: Slavin, 1995 dalam Supriyo, 2008:50)


5.

A)

Kelebihan dan Kekurangan pembelajaran Tipe STAD

Kelebihan model pembelajaran Kooperatif STAD

Menurut Davidson (dalam Nurasma,2006:26) :


a)

Meningkatkan kecakapan individu

b)

Meningkatkan kecakapan kelompok

c)

Meningkatkan komitmen

d)

Menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya

e)

Tidak bersifat kompetitif

f)

Tidak memiliki rasa dendam

B)

Kekurangan model pembelajaran kooperatif STAD

a)

Menurut Slavin (dalam Nurasma 2006:2007 )yaitu:

b)

Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang

c)
Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena
peran anggota yang pandai lebih dominan.
1.

Hubungan Penerapan Model STAD dengan Motivasi dan Prestasi


Belajar Siswa

Dalam proses belajar mengajar guru sebagai pelaksana pengajaran harus


dapat menciptakan kondisi yang dapat melibatkan siswa secara aktif.
Dengan demikian diharapkan terjadi interaksi antara guru dan siswa yang
pada umumnya akan merasa mendapat motivasi yang tinggi apabila guru
melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar. Selain itu
siswa akan lebih memahami dan mengerti konsep-konsep fisika secara
benar.
Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa secara
konsisten baik bagi siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan
rendah, dan resistensi (daya lekat) terhadap materi pelajaran menjadi lebih
panjang (Ellyana, 2007). Pembelajaan kooperatif yang dikemas dalam
kegiatan pembelajaran yang bervariasi dengan model STAD dapat
menumbuhkan motivasi dan prestasi belajar siswa. Pengajaran fisika yang
disajikan
dengan
model
pembelajaran STAD memungkinkan
untuk
memberikan
pengalaman-pengalaman
sosial
sebab
mereka
akan
bertanggung jawab pada diri sendiri dan anggota kelompoknya. Keberhasilan
anggota kelompok merupakan tugas bersama.
Dalam pembelajaran STAD ini anggota kelompok berasal dari tingkat prestasi
yang berbeda-beda, sehingga melatih siswa untuk bertoleransi atas
perbedaan dan kesadaran akan perbedaan. Disamping itu pembelajaran
yang
disajikan
dengan
model STAD akan
melatih
siswa
untuk
menceriterakan, menulis secara benar apa yang diteliti dan diamati. Apabila
ditinjau
dari
proses
pelaksanaannya,
kegiatan
model
pembelajaran STAD lebih membawa siswa untuk memahami materi yang
disajikan oleh guru, karena siswa aktif dalam proses belajar mengajar.
Berdasarkan uraian di atas, pengajaran fisika yang disajikan dengan dengan
penerapan model pembelajaran STADakan dapat meningkatkan motivasi dan
prestasi belajar siswa.

Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaranstudent-teams.html#ixzz2uZXKTNWl
Model Pembelajaran Jigsaw
Model Pembelajaran Jigsaw
1.

Pengertian

Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot


Aronsons. Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa
tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga
pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang
diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan
materi tersebut kepada kelompoknya.Pada model pembelajaran jigsaw ini
keaktifan siswa (student centered) sangan dibutuhkan, dengan dibentuknya
kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 3-5 orang yang terdiri dari
kelompok asal dan kelompok ahli.
Dalam Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw, siswa dibagi dalam beberapa
kelompok belajar yang heterogen yang beranggotakan 3-5 orang dengan
menggunakan pola kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal adalah
kelompok awal siswa terdiri dari berapa anggota kelompok ahli yang
dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang. Guru harus
trampil dan mengetahui latar belakang siswa agar terciptanya suasana yang
baik bagi setiap angota kelompok. Sedangkan kelompok ahli, yaitu kelompok
siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang
ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan
kepada anggota kelompok asal.
Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang
sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang
ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu
sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Disini, peran guru
adalah mefasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah
untuk memahami materi yang diberikan. Setelah pembahasan selesai, para
anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan

pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat
pertemuan di kelompok ahli.Para kelompok ahli harus mampu untuk
membagi pengetahuan yang di dapatkan saat melakuakn diskusi di
kelompok ahli, sehingga pengetahuan tersebut diterima oleh setiap anggota
pada kelompok asal. Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependence setiap
siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan.
Artinya para siswa harus memiliki tanggunga jawab dan kerja sama yang
positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan
memecahkan masalah yang biberikan.
1.

Langkah- Langkah dalam metode jigsaw

Sesuai dengan namanya, teknis penerapan tipe pembelajaran ini maju


mundur seperti gergaji. Menurut Arends (1997), langkah-langkah penerapan
model pembelajaran Jigsaw, yaitu:
1.

Awal

kegiatan

pembelajaran

a.

Persiapan

1.

Melakukan

Pembelajaran

Pendahuluan

Guru dapat menjabarkan isi topik secara umum, memotivasi siswa dan
menjelaskan

tujuan

dipelajarinya

topik

tersebut.

2.

Materi

Materi pembelajaran kooperatif model jigsaw dibagi menjadi beberapa bagian


pembelajaran tergantung pada banyak anggota dalam setiap kelompok serta
banyaknya konsep materi pembelajaran yang ingin dicapai dan yang akan
dipelajari
3.

Membagi

oleh
Siswa

Ke

Dalam

siswa.
Kelompok

Asal

Dan

Ahli

Kelompok dalam pembelajarn kooperatif model jigsaw beranggotakan 3-5 orang


yang heterogen baik dari kemampuan akademis, jenis kelamin, maupun latar
belakang
4.

sosialnya
Menentukan

Skor

Awal

Skor awal merupakan skor rata-rata siswa secara individu pada kuis sebelumnya
atau nilai akhir siswa secara individual pada semester sebelumnya.
2.
Rencana

Kegiatan

1. Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-masing dan


menetapkan

anggota

ahli

yang

akan

bergabung

dalam

kelompok

ahli.

2. Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan mengintegrasikan


semua sub topik yang telah dibagikan sesuai dengan banyaknya kelompok.
3. Siswa ahli kembali ke kelompok masing-masing untuk menjelaskan topik yang
didiskusikannya.
4. Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang mencakup semua topik.
5. Pemberian penghargaan kelompok berupa skor individu dan skor kelompok
atau menghargai prestasi kelompok.
3.

Sistem
Dalam
1.

evaluasi

Mengerjakan

2.

Membuat

Evaluasi
ada
kuis

tiga
individual

laporan

cara

yang

yang

mencaukup

mandiri

3.

dapat
atau

dilakukan:

semua

topik.

kelompok.
Presentasi

Materi

Evaluasi

Pengetahuan (materi ajar) yang difahami dan dikuasai oleh mahasiswa.


Proses belajar yang dilakukan oleh mahasiswa.
1.

Kelebihan

Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional,


pembelajaran Jigsaw memiliki beberapa kelebihan yaitu:

model

1. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar,karena sudah ada


kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya
2. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih
singkat
3. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam
berbicara dan berpendapat.
1.

Kelemahan

Dalam penerapannya sering dijumpai beberapa permasalahan yaitu :


1. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung
mengontrol jalannya diskusi. Untuk mengantisipasi masalah ini guru harus

benar-benar memperhatikan jalannya diskusi. Guru harus menekankan agar


para anggota kelompok menyimak terlebih dahulu penjelasan dari tenaga
ahli. Kemudian baru mengajukan pertanyaan apabila tidak mengerti.
2. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfpikir rendah akan
mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai
tenaga ahli. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus memilih tenaga ahli
secara tepat, kemudian memonitor kinerja mereka dalam menjelaskan
materi, agar materi dapat tersampaikan secara akurat.
3. Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.
Untuk mengantisipasi hal ini guru harus pandai menciptakan suasana kelas
yang menggairahkan agar siswa yang cerdas tertantang untuk mengikuti
jalannya diskusi.
4. Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti
proses pembelajaran.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaranjigsaw.html#ixzz2uZXP82Tt
4/21/2012
MODEL PEMBELAJARAN
INTRODUCTION)

BERBASIS

MASALAH

(PROBLEM

BASED

PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI)


MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Sejarah
Metode
Pembelajaran
Berbasis
Masalah
Pembelajaran Berbasis Masalah dirintis dalam ilmu kesehatan di McMaster
University di Kanada pada tahun 1960-an yang diresmikan pada tahun 1968.
(Neufeld & Barrows, 1974), karena siswa tidak mampu menerapkan sejumlah
besar mereka pengetahuan ilmiah dasar untuk situasi klinis. Tak lama
kemudian, tiga sekolah medis lain University of Limburg di Maastricht
(Belanda), University of Newcastle (Australia), dan University of New Mexico

(Amerika) mengambil McMaster model pembelajaran berbasis masalah.


(diadopsi oleh lain program-program sekolah kedokteran (Barrows, 1996) dan
juga telah diadaptasi untuk instruksi sarjana (Boud dan Feletti, 1997; Duch et
al, 2001. ; Amador et al, 2006))
Landasan
Teoretik
Model
Pembelajaran
Berbasis
Masalah
Temuan-temuan dari psikologi kognitif menyediakan landasan teoretis untuk
meningkatkan pengajaran secara umum dan khsususnya problem based
learning (PBL). Premis dasar dalam psikologi kognitif adalah belajar
merupakan proses konstruksi pengetahuan baru yang berdasarkan pada
pengetahuan terkini. Mengikuti Glaser (1991) secara umum diasumsikan
bahwa belajar adalah proses yang konstruktif dan bukan penerimaan.
Proses-proses kognitif yang disebut metakognisi mempengaruhi penggunaan
pengetahuan, dan faktor-faktor sosial dan kontektual mempengaruhi
pembelajaran.
A. Pengertian Metode Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut
Suherman
(2003:
7)
Model pembelajaran dimaksudkan sebagai pola interaksi siswa dengan guru
di dalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
di kelas.
Konsep yang dikemukakan Suherman menjelaskan bahwa model
pembelajaran adalah suatu bentuk bagaimana interaksi yang tercipta antara
guru dan siswa berhubungan dengan strategi, pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran yang digunkan dalam proses pembelajaran.
Gijselaers
(
1996)
Pembelajaran berbasis masalah diturunkan dari teori bahwa belajar adalah
proses dimana pembelajar secara aktif mengkontruksi pengetahuan.
Konsep ini menjelaskan bahwa belajar terjadi dari aksi siswa, dan pendidik
hanya berperan dalam memfasilitasi terjadinya aktivitas kontruksi
pengetahuan oleh pembelajar. Pendidik harus memusatkan perhatiannya
untuk membantu siswa dalam mencapai keterampilan self directed learning.

Tujuan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah


Departemen
Pendidikan
Nasional
(2003)
Pembelajaran berbasis masalah membuat siswa menjadi pembelajar yang
mandiri, artinya ketika siswa belajar, maka siswa dapat memilih strategi
belajar yang sesuai, terampil menggunakan strategi tersebut untuk belajar
dan mampu mengontrol proses belajarnya, serta termotivasi untuk
menyelesaikan belajarnya itu.
Dari pengertian ini, dikatakan bahwa tujuan utama pembelajaran berbasis
masalah adalah untuk menggali daya kreativitas siswa dalam berpikir dan
memotivasi siswa untuk terus belajar.
Muslimin
Ibrahim
(2000:7)
Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru
memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi
pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa
mengembangkan
kemampuan
berfikir,
pemecahan
masalah,
dan
ketrampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui
pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi
pembelajar yang mandiri.
Dari pengertian ini kita dapat mngetahui bahwa pembelajaran berbasis
masalah ini difokuskan untuk perkembangan belajar siswa, bukan untuk
membantu guru mengumpulkan informasi yang nantinya akan diberikan
kepada siswa saat proses pembelajaran.
Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran
berbasis
masalah
(problem
based
learning)
bertujuan
untuk:
1. membantu siswa mengembangkan ketrampilan berfikir dan ketrampilan
pemecahan
masalah,
2.
belajar
peranan
orang
dewasa
yang
otentik,
3.
menjadi
siswa
yang
mandiri,
4. untuk bergerak pada level pemahaman yang lebih umum, membuat
kemungkinan
transfers
pengetahuan
baru,
5.
mengembangkan
pemikiran
kritis
dan
keterampilan
kreatif
6.
meningkatkan
kemampuan
memecahkan
masalah

7.
meningkatkan
motivasi
belajar
siswa
8. membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi
baru
B. Prinsip-Prinsip Metode Pembelajaran Berbasis Masalah
Berdasar pada pandangan psikologi kognitif
pembelajaran yang berkaitan dengan PBL

terdapat

tiga

prinsip

1. Belajar adalah proses konstruktif dan bukan penerimaan. Pembelajaran


tradisional didominasi oleh pandangan bahwa belajar adalah penuangan
pengetahuan ke kepala pebelajar. Kepala pebelajar dipandang sebagai kotak
kosong yang siap diisi melalui repetisi dan penerimaan. Pengajaran lebih
diarahkan untuk penyimpanan informasi oleh pebelajar pada memorinya
seperti menyimpan buku-buku di perpustakaan. Pemanggilan kembali
informasi bergantung pada kualitas nomer panggil(call number) yang
digunakan dalam mengklasifikasikan informasi. Namun, psikologi kognitif
modern menyatakan bahwa memori merupakan struktur asosiatif.
Pengetahuan disusun dalam jaringan antar konsep, mengacu pada jalinan
semantik. Ketika belajar terjadi informasi baru digandengkan pada jaringan
informasi yang telah ada. Jalinan semantik tidak hanya menyangkut
bagaimana menyimpan informasi, tetapi juga bagaimana informasi itu
diinterpretasikan dan dipanggil.
2. Knowing About Knowing (metakognisi) Mempengaruhi Pembelajaran.
Prinsip kedua yang sangat penting adalah belajar adalah proses cepat, bila
pebelajar mengajukan keterampilan-keterampilan self monitoring, secara
umum mengacu pada metakognisi (Bruer, 1993 dalam Gijselaers, 1996).
Metakognisi dipandang sebagai elemen esensial keterampilan belajar seperti
setting tujuan (what am I going to do), strategi seleksi (how am I doing it?),
dan evaluasi tujuan (did it work?). Keberhasilan pemecahan masalah tidak
hanya bergantung pada pemilikan pengetahuan konten (body of knowledge),
tetapi juga penggunaan metode pemecahan masalah untuk mencapai
tujuan. Secara khusus keterampilan metokognitif meliputi kemampuan
memonitor prilaku belajar diri sendiri, yakni menyadari bagaimana suatu
masalah dianalisis dan apakah hasil pemecahan masalah masuk akal?

3. Faktor-faktor Kontekstual dan Sosial Mempengaruhi Pembelajaran. Prinsip


ketiga ini adalah tentang penggunaan pengetahuan. Mengarahkan pebelajar
untuk memiliki pengetahuan dan untuk mampu menerapkan proses
pemecahan masalah merupakan tujuan yang sangat ambisius. Pembelajaran
biasanya dimulai dengan penyampaian pengetahuan oleh pembelajar
kepada pebelajar, kemudian disertai dengan pemberian tugas-tugas berupa
masalah untuk meningkatkan penggunaan pengetahuan. Namun studi-studi
menunjukkan bahwa pebelajar mengalami kesulitan serius dalam
menggunakan pengetahuan ilmiah (Bruning et al, 1995). Studi juga
menunjukkan bahwa pendidikantradisional tidak memfasilitasi peningkatan
peman masalah-maslah fisika walaupun secara formal diajarkan teori fisika
( misalnya, Clement, 1990).
Bridges
(1992)
dan
Charlin
(1998)
Dalam melaksanakan proses pembelajaran PBM ini, Bridges dan Charlin telah
menggariskan
beberapa
ciri-ciri
utama
seperti
berikut.
1.
Pembelajaran
berpusat
dengan
masalah.
2. Masalah yang digunakan merupakan masalah dunia sebenarnya yang
mungkin akan dihadapi oleh siswa dalam kerja profesional mereka di masa
depan.
3. Pengetahuan yang diharapkan dicapai oleh siswa saat proses
pembelajaran
disusun
berdasarkan
masalah.
4. Para siswa bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran mereka
sendiri.
5.
Siswa
aktif
dengan
proses
bersama.
6.
Pengetahuan
menyokong
pengetahuan
yang
baru.
7.
Pengetahuan
diperoleh
dalam
konteks
yang
bermakna.
8. Siswa berpeluang untuk meningkatkan serta mengorganisasikan
pengetahuan.
9. Kebanyakan pembelajaran dilaksanakan dalam kelompok kecil.
Kriteria
Pemilihan
Bahan
Pembelajaran
Berbasis
Masalah
1. Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik
yang bisa bersumber dari berita,rekaman,video dan lain sebagainya.
2. Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan
siswa,sehingga
setiap
siswa
dapat
mengikutinya
dengan
baik.

3. Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan


kepentingan
orang
banyak,sehingga
terasa
manfaatnya.
4. Bahan yang dipilih adalah bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi
yang harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
5. Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa
merasa perlu untuk mempelajarinya.
Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah
Pannen
(2001)
Langkah-langkah pemecahan masalah dalam pembelajaran PBL paling
sedikit
ada
delapan
tahapan,
yaitu:
1.
mengidentifikasi
masalah,
2.
mengumpulkan
data,
3.
menganalisis
data,
4. memecahkan masalah berdasarkan pada data yang ada dan analisisnya,
5.
memilih
cara
untuk
memecahkan
masalah,
6.
merencanakan
penerapan
pemecahan
masalah,
7. melakukan ujicoba terhadap rencana yang ditetapkan, dan
8. melakukan tindakan (action) untuk memecahkan masalah.
Arends
(2004)
Ada 5 fase (tahap) yang perlu dilakukan untuk mengimplementasikan PBL.
Fase
Aktivitas
guru
Fase 1: Mengorientasikan mahasiswa pada masalah. Menjelaskan tujuan
pembelajaran, logistik yang diperlukan, memotivasi mahasiswa terlibat aktif
pada
aktivitas
pemecahan
masalah
yang
dipilih
Fase 2: Mengorganisasi mahasiswa untuk belajar. Membantu mahasiswa
membatasi dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan
masalah
yang
dihadapi
Fase 3: Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. Mendorong
mahasiswa
mengumpulkan
informasi
yang
sesuai,
melaksanakan
eksperimen,
dan
mencari
untuk
penjelasan
dan
pemecahan
Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Membantu mahasiswa
merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video,
dan model, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.


Membantu mahasiswa melakukan refleksi terhadap penyelidikan dan prosesproses yang digunakan selama berlangusungnya pemecahan masalah.
Berikut
langkah-langkah
PBM.
1. Guru memulai sesi awal PBM dengan presentasi permasalahan yang akan
dihadapi
oleh
siswa.
2. Siswa terstimulus untuk berusaha menyelesaikan permasalahan di
lapangan.
3. Siswa mengorganisasikan apa yang telah mereka pahami tentang
permasalahan
dan
mencoba
mengidentifikasi
hal-hal
terkait.
4. Siswa berdiskusi dengan mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang
tidak
mereka
pahami.
5. Guru mendampingi siswa untuk fokus terhadap pertanyaan yang dianggap
penting.
6.
Setelah
periode
self-study,
sesi
kedua
dilakukan.
7. Pada awal sesi ini siswa diharapkan dapat membagi pengetahuan baru
yang
mereka
peroleh.
8. Siswa menguji validitas dari pendekatan awal dan menyaringnya.
9. Siswa berlatih mentransfer pengetahuan dalam konteks nyata melalui
pelaporan di kelas.
Dalam penyelidikan suatu masalah, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
sebagai
berikut.
1.
Membaca
dan
menganalisis
skenario
dan
situasi
masalah.
Periksa pemahaman Anda tentang skenario dengan mendiskusikan hal itu
dalam kelompok Anda. Sebuah upaya kelompok mungkin akan lebih efektif
dalam menentukan apa faktor-faktor kunci dalam situasi ini. Karena ini
adalah situasi pemecahan masalah nyata, grup Anda akan harus secara aktif
mencari informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah.
2.
Daftar
hipotesis,
ide,
atau
firasat
Tulis dalam daftar teori atau hipotesis tentang penyebab masalah atau ideide tentang bagaimana untuk memecahkan masalah. Anda juga akan
mendukung atau menolak ide-ide sebagai hasil penyelidikan Anda. Daftar ide
yang berbeda lain yang perlu ditangani.

3.
Daftar
apa
yang
dikenal.
Buat pos berjudul Apa yang kita ketahui? pada selembar kertas. Kemudian
temukan informasi yang terkandung dalam skenario.
4.
Mengembangkan
sebuah
pernyataan
masalah.
Suatu pernyataan masalah harus berasal dari analisis Anda apa yang Anda
ketahui. Dalam satu atau dua kalimat Anda harus dapat menjelaskan apa
yang grup Anda sedang mencoba untuk menyelesaikan, memproduksi,
menanggapi, tes, atau mencari tahu. Pernyataan masalah mungkin harus
direvisi sebagai informasi baru ditemukan dan dibawa ke menanggung pada
situasi.
5.
Daftar
apa
yang
dibutuhkan.
Siapkan daftar pertanyaan Anda pikir perlu dijawab untuk memecahkan
masalah. Rekam mereka di bawah daftar kedua berjudul: Apa yang kita
perlu tahu? Beberapa jenis pertanyaan yang mungkin sesuai. Beberapa
orang mungkin alamat konsep atau prinsip-prinsip yang perlu dipelajari
untuk mengatasi situasi. Pertanyaan lain mungkin dalam bentuk permintaan
untuk informasi lebih lanjut. Pertanyaan-pertanyaan ini akan membimbing
pencarian yang mungkin akan terjadi on-line, di perpustakaan, atau dalam
pencarian out-of-kelas yang lain.
6.
Daftar
tindakan
yang
mungkin.
Daftar rekomendasi, solusi, atau hipotesis di bawah judul: Apa yang harus
kita lakukan?. Daftar rencana Anda untuk penyelidikan. Rencana ini
mungkin termasuk mempertanyakan ahli, mendapatkan data online, atau
mengunjungi perpustakaan.
7.
Mengumpulkan
dan
Menganalisis
informasi.
Bagilah tanggung jawab untuk mengumpulkan, mengorganisir, menganalisis,
dan menafsirkan informasi dari banyak sumber. Menganalisis informasi yang
anda kumpulkan. Anda mungkin perlu merevisi pernyataan masalah. Anda
dapat mengidentifikasi laporan masalah yang lebih. Pada titik ini, grup Anda
mungkin akan merumuskan dan menguji hipotesis untuk menjelaskan
masalah. Beberapa masalah mungkin tidak memerlukan hipotesis, bukan

solusi yang dianjurkan atau pendapat (berdasarkan data riset Anda) mungkin
tepat.
8.
Menyajikan
temuan-temuannya.
Siapkan laporan di mana Anda membuat rekomendasi, prediksi, kesimpulan,
atau solusi lainyang tepat untuk masalah berdasarkan data Anda dan latar
belakang. Bersiaplah untuk mendukung rekomendasi Anda. Jika sesuai,
pertimbangkan presentasi multimedia dengan menggunakan gambar, grafik,
atau suara.
Pelaksanaan Pembelajaran Bedasarkan Masalah
Pierce
dan
Jones
(Ratnaningsih,
2003)
Mereka mengemukakan bahwa kejadian-kejadian yang harus muncul pada
waktu pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:
a. Keterlibatan (engagement) meliputi mempersiapkan siswa untuk berperan
sebagai pemecah masalah yang bisa bekerja sama dengan pihak lain,
menghadapkan siswa pada situasi yang mendorong untuk mampu
menemukan masalah dan meneliti permasalahan sambil mengajukkan
dugaan
dan
rencana
penyelesaian.
b. Inkuiri dan investigasi (inquiry dan investigation) yang mencakup kegiatan
mengeksplorasi
dan
mendistribuskan
informasi.
c.
Performansi
(performnace)
yaitu
menyajikan
temuan.
d. Tanya jawab (debriefing) yaitu menguji keakuratan dari solusi dan
melakukan refleksi terhadap proses pemecahan masalah.
A.
Tugas
Perencanaan.
Pembelajaran Bedasarkan Masalah memerlukan banyak perencanaan seperti
halnya model-model pembelajaran yang berpusat pada siswa lainnya.
1.
Penetapan
Tujuan.
Pertama mendiskripsikan bagaimana pembelajaran berdasarkan masalah
direncanakan untuk membantu tercapainya tujuan-tujuan tertentu misalnya
ketrampilan menyelidiki, memahami peran orang dewasa dn membantu
siswa menjadi pebelajar yang mandiri Hendaknya difikirkan dahulu dengan
matang tujuan yang hendak dicapai sehingga dapat dikomunikasikan dengan
jelas kepada siswa

2.
Merancang
situasi
masalah
yang
sesuai
Dalam pembelajaran berdasarkan masalah guru memberikan kebebasan
siswa untuk memilih masalah yang akan diselidiki, karena cara ini
meningkatkan motivasi siswa. Masalah sebaiknya otentik ( berdasarkan pada
pengalaman dunia nyata siswa ), mengandung teka-teki dan tidak
terdefinisikan secara ketat, memungkinkan kerjasama, bermakna bagi siswa
dan konsisten dengan tujuan kurikulum.
3.
Organisasi
sumber
daya
dan
rencana
logistik.
Dalam pembelajaran berdasarkan masalah guru mengorganisasikan sumber
daya dan merencanakan kebutuhan untuk penyelidikan siswa karena dalam
model pembelajaran ini dimungkinkan siswa bekerja dengan beragam
material dan peralatan, pelaksanaan dapat dilakukan didalam maupun diluar
kelas.
B.
Tugas
interaktif
1.
Orientasi
siswa
pada
masalah.
Siswa perlu memahami bahwa pembelajaran berdasarkan masalah tidak
untuk memperoleh informasi baru dalam jumlah besar, tetapi pembelajaran
ini adalah kegiatan penyelidikan terhadap masalah-masalah yang penting
dan untuk menjadi pelajar yang mandiri. Oleh karena itu cara yang baik
dalam menyajikan masalah adalah dengan menggunakan kejadian-kejadian
yang mencengangkan dan menimbulkan misteri sehingga merangsang untuk
memecahkan masalah tersebut.
2.
Mengorganisasikan
siswa
untuk
belajar.
Dalam pembelajaran berdasarkan masalah siswa memerlukan bantuan guru
untuk
merencanakan
penyelidikan
dan
tugas-tugas
pelaporan.
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif juga
diperlukan pengembangan ketrampilan kerja sama di anatara siswa dan
saling membantu untuk menyelidiki masalah secara bersama.
3.
Membantu
penyelidikan
mandiri
dan
kelompok.
a. guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai
sumber, siswa diberi pertanyaan yang membuat siswa memimikirkan
masalah dan jenis informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah

sehingga siswa diajarkan menjadi penyelidik yang aktif dan dapat


menggunakan metode yang sesuai untuk memecahkan masalah tersebut.
Membantu
penyelidikan
mandiri
dan
kelompok
b. Guru mendorong pertukaran ide secara bebas dan penerimaan
sepenuhnya ide-ide tersebut. Guru mendorong siswa dalam pengumpulan
informasi dari berbagai sumber, siswa diberi pertanyaan yang membuat
mereka memikirkan masalah dan jenis informasi yang dibutuhkan untuk
pemecahan masalah. Selama tahap penyelidikan guru memberi bantuan
yang
dibutuhkan
tanpa
mengganggu
siswa.
c. Puncak kegiatan pembelajaran berdasarkan masalah adalah penciptaan
dan peragaan artifak seperti laporan, poster, model-model fisik, videotape
dsb. Tugas guru pada tiap akhir pembelajaran berbasis masalah adalah
membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berfikir mereka
sendiri, dan ketrampilan penyelidikan yang mereka gunakan.
4. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. Tugas guru pada tahap
akhir pembelajaran berdasarkan masalah adalah membantu siswa
menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri dan
ketrampilan penyelidikan yang mereka gunakan.
C.
Lingkungan
Belajar
dan
Tugas-tugas
Managemen
Guru perlu memberikan seperangkat aturan, sopan santun kepada siswa
untuk mengendalikan tingkah laku siswa ketika mereka melakukan
penyelidikan sehingga terciptanya kenyamanan, kemudahan siswa dalam
melakukan aktivitasnya.
D.
Asesmen
dan
evaluasi
Penilaian yang dilakukan guru tidak hanya terbatas dengan tes kertas dan
pensil ( paper and paper tes ) tetapi termasuk menemukan prosedur
penilaian alternative yang dapat digunakan untuk mengukur pekerjaan
siswa. Penetapan kriteria penilaian tugas-tugas kinerja/ hasil karya harus
dilakukan pada awal-awal pembelajaran dan harus dapat dikerjakan oleh
pebelajar (Fottrell, 1996). Kriteria penilaian itu harus didiskusikan terlebih
dahulu bersama pebelajar di kelas. Diskusi ini meliputi berapa grade yang
harus mereka capai dan siapa yang akan menilai mereka (pembelajar,
pebelajar, atau ahli luar).

Penilaian pada pembelajaran berbasis masalah berorientasi pada proses


dengan tujuan untuk menilai ketrampilan berkomunikasi, bekerjasama,
penerimaan siswa terhadap tanggung jawab belajar, kemampuan belajar
bagaimanan belajar ( learning to learn ), penyelesaian dan penggunaan
sumber serta pengembangan ketrampilan memecahkan masalah. Dalam
pembelajaran berbasis masalah guru berperan dalam mengembangkan
aspek kognitif dan metakognitif siswa, bukan sekedar sumber pengetahuan
dan penyebar informasi. Disamping itu siswa bukan sebagai pendengar yang
pasif tetapi berperan aktif sebagai problem.
Peran guru, siswa dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah dapat
digambarkan
sebagai
berikut:
Guru
sebagai
pelatihv
Siswa
sebagai
problem
solverv
Masalah
sebagai
awal
tantangan
dan
motivasiv
Asking
about
thinking
(
bertanya
tentang
pemikiran)
memonitor
pembelajaran
probbing
(
menantang
siswa
untuk
berfikir
)
menjaga
agar
siswa
terlibat
mengatur
dinamika
kelompok
menjaga
berlangsungnya
proses
peserta
yang
aktif
terlibat
langsung
dalam
pembelajaran
membangun
pembelajaran
menarik
untuk
dipecahkan
menyediakan kebutuhan yang ada hubungannya dengan pelajaran yang
dipelajari
Muslimin Ibrahim menjelaskan bahwa dalam menerapkan model
pembelajaran berbasis masalah membutuhkan banyak latihan dan perlu
membuat ke putusan-keputusan khusus pada fase-fase perencanaan,
interaksi dan setelah pembelajaran.
Arends (2004) menyatakan bahwa ada tiga hasil belajar (outcomes) yang
diperoleh
pebelajar
yang
diajar
dengan
PBL
yaitu:
1.
Inkuiri
dan
ketrampilan
melakukan
pemecahan
masalah.

Siswa yang melakukan inkuiri dalam pempelajaran akan menggunakan


ketrampilan berpikir tingkat tinggi (higher-order thinking skill) dimana
mereka akan melakukan operasi mental seperti induksi, deduksi, klasifikasi,
dan
reasoning.
2. Belajar model peraturan orang dewasa (adult role behaviors), dan
3. Ketrampilan belajar mandiri (skills for independent learning).
E. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah dalam
Pemanfaatannya
Kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah
sebagai
berikut.
1.
Mengembangkan
pemikiran
kritis
dan
keterampilan
kreatif
2.
Meningkatkan
kemampuan
memecahkan
masalah
3.
Meningkatkan
motivasi
siswa
dalam
belajar
4. Membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi
baru
5. Dapat mendorong siswa/mahasiswa mempunyai inisiatif untuk belajar
secara
mandiri
6. Mendorong kreativitas siswa dalam pengungkapan penyelidikan masalah
yang
telah
ia
lakukan
7.
Dengan
PBM
akan
terjadi
pembelajaran
bermakna.
8. Dalam situasi PBM, siswa/mahasiswa mengintegrasikan pengetahuan dan
ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang
relevan.
9. PBM dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan
inisiatif siswa/mahasiswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan
dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah
sebagai
berikut.
1. Kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini. Peserta
didik dan pengajar masih terbawa kebiasaan metode konvensional,
pemberian
materi
terjadi
secara
satu
arah.
2. Kurangnya waktu pembelajaran. Proses PBM terkadang membutuhkan
waktu yang lebih banyak. Peserta didik terkadang memerlukan waktu untuk

menghadapi persoalan yang diberikan. Sementara, waktu pelaksanaan PBM


harus
disesuaikan
dengan
beban
kurikulum.
3. Menurut Fincham et al. (1997), PBL tidak menghadirkan kurikulum baru
tetapi lebih pada kurikulum yang sama melalui metode pengajaran yang
berbeda,
(hal.
419).
4. Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi
mereka untuk belajar, terutama di daerah yang mereka tidak memiliki
pengalaman
sebelumnya.
5. Seorang guru mengadopsi pendekatan PBL mungkin tidak dapat untuk
menutup sebagai bahan sebanyak kursus kuliah berbasis konvensional. PBL
bisa sangat menantang untuk melaksanakan, karena membutuhkan banyak
perencanaan dan kerja keras bagi guru. Ini bisa sulit pada awalnya bagi guru
untuk melepaskan kontrol dan menjadi fasilitator, mendorong siswa untuk
mengajukan pertanyaan yang tepat daripada menyerahkan mereka solusi
F. Kesimpulan
Pembelajaran Berbasis Masalah pertama kali dicetuskan pada akhir tahun
1960-an di sekolah kedokteran di McMaster University di Kanada.
Pembelajaran Berbasis Masalah adalah suatu proses pembelajaran yang
keterlibatan siswanya lebih besar dalam pemecahan suatu masalah melalui
tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan
yang berhubungan dengan masalah yang disajikan oleh pendidik dengan
berbekal pengetahuan yang dimiliki sebelumnya sehingga dari prior
knowledge ini akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru.
Ciri-ciri Pembelajaran dengan model PBL dimulai oleh adanya masalah
(dapat dimunculkan oleh siswa atau guru), kemudian siswa memperdalam
pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang
mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa dapat
memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga
mereka terdorong berperan aktif dalam belajar.
Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa
melalui kerja kelompok sehingga dapat memberi pengalaman-pengalaman
belajar yang beragam pada siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam

kelompok, disamping pengalaman belajar yang berhubungan dengan


pemecahan masalah seperti membuat hipotesis, merancang percobaan,
melakukan penyelidikan, mengumpulkan data, menginterpretasikan data,
membuat kesimpulan, mempresentasikan, berdiskusi, dan membuat laporan.
Keadaan tersebut menunjukkan bahwa model PBL dapat memberikan
pengalaman yang kaya kepada siswa. Dengan kata lain, penggunaan PBL
dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari
sehingga diharapkan mereka dapat menerapkannya dalam kondisi nyata
pada kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran Berbasis Masalah bertujuan untuk memotivasi belajar siswa
agar menjadi mandiri, membantu siswa mengembangkan ketrampilan
berfikir dan ketrampilan pemecahan masalah, membuat kemungkinan
transfers pengetahuan baru, belajar peranan orang dewasa yang otentik,
Prinsip-Prinsip Metode Pembelajaran Berbasis Masalah adalah proses
konstruktif dan bukan penerimaan, Knowing About Knowing (metakognisi)
mempengaruhi pembelajaran, danFaktor-faktor kontekstual dan sosial
mempengaruhi pembelajaran.
Kriteria pemilihan bahan Pembelajaran Berbasis Masalah adalah :
1. Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik
2. Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa
3. Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan
kepentingan
orang
banyak
4. Bahan yang dipilih adalah bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi
yang
harus
dimiliki
oleh
siswa
5. Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa
Langkah- langkah model Pembelajaran Berdasarkan Masalah, yaitu :
1.
Orientasi
siswa
kepada
masalah
2.
Mengorganisasikan
siswa
untuk
belajar
3.
Membimbing
penyelidikan
individual
maupun
kelompok
4.
Mengembangkan
dan
menyajikan
hasil
karya
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Pelaksanaan Pembelajaran Bedasarkan Masalah adalah sebagai berikut.


A.
Tugas
Perencanaan.
1.
Penetapan
Tujuan.
2.
Merancang
situasi
masalah
yang
sesuai.
3.
Organisasi
sumber
daya
dan
rencana
logistik.
B.
Tugas
interaktif
1.
Orientasi
siswa
pada
masalah.
2.
Mengorganisasikan
siswa
untuk
belajar.
3.
Membantu
penyelidikan
mandiri
dan
kelompok.
4.
Analisis
dan
evaluasi
proses
pemecahan
masalah.
C.
Lingkungan
Belajar
dan
Tugas-tugas
Managemen.
D.
Asesmen
dan
evaluasi
Arends (2004) menyatakan bahwa ada tiga hasil belajar (outcomes) yang
diperoleh pebelajar yang diajar dengan Pembelajaran Berbasis Masalah,
yaitu:
1.
Inkuiri
dan
ketrampilan
melakukan
pemecahan
masalah.
2. Belajar model peraturan orang dewasa (adult role behaviors), dan
3. Ketrampilan belajar mandiri (skills for independent learning).
Kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah
sebagai
berikut.
1. Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif dan mandiri
2. Meningkatkan motivasi dan kemampuan memecahkan masalah
3. Membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi
baru
4.
Dengan
PBM
akan
terjadi
pembelajaran
bermakna.
5. Dalam situasi PBM, siswa/mahasiswa mengintegrasikan pengetahuan dan
ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang
relevan.
6. PBM dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan
inisiatif siswa/mahasiswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan
dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah
sebagai
berikut.
1. Kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini.

2.
Kurangnya
waktu
pembelajaran.
3. Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi
mereka
untuk
belajar.
4. Seorang guru sulit menjadi fasilitator yang baik.

MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING


MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING
1.

Pengertian

Mind mapping merupakan cara untuk menempatkan informasi ke dalam otak


dan mengambilnya kembali ke luar otak. Bentuk mind mapping seperti peta
sebuah jalan di kota yang mempunyai banyak cabang. Seperti halnya peta
jalan kita bisa membuat pandangan secara menyeluruh tentang pokok
masalah dalam suatu area yang sangat luas. Dengan sebuah peta kita bisa
merencanakan sebuah rute yang tercepat dan tepat dan mengetahui
kemana kita akan pergi dan dimana kita berada.
Mind mapping bisa disebut sebuah peta rute yang digunakan ingatan,
membuat kita bisa menyusun fakta dan fikiran sedemikian rupa sehingga
cara kerja otak kita yang alami akan dilibatkan sejak awal sehingga
mengingat informasi akan lebih mudah dan bisa diandalkan daripada
menggunakan teknik mencatat biasa..
Mind mapping, disebut pemetaan pikiran atau peta pikiran, adalah salah satu
cara mencatat materi pelajaran yang memudahkan siswa belajar. Mind
mapping bisa juga dikategorikan sebagai teknik mencatat kreatif.

Dikategorikan ke dalam teknik kreatif karena pembuatan mind mapping ini


membutuhkan pemanfaatan imajinasi dari si pembuatnya. Siswa yang kreatif
akan lebih mudah membuat mind mapping ini. Begitu pula, dengan semakin
seringnya siswa membuat mind mapping, dia akan semakin kreatif.
Konsep Mind Mapping asal mulanya diperkenalkan oleh Tony Buzan tahun
1970-an. Teknik ini dikenal juga dengan nama Radiant Thinking. Sebuah
mind map memiliki sebuah ide atau kata sentral, dan ada 5 sampai 10 ide
lain yang keluar dari ide sentral tersebut. Mind Mapping sangat efektif bila
digunakan untuk memunculkan ide terpendam yang kita miliki dan membuat
asosiasi di antara ide tersebut. Mind Mapping juga berguna untuk
mengorganisasikan informasi yang dimiliki. Bentuk diagramnya yang seperti
diagram pohon dan percabangannya memudahkan untuk mereferensikan
satu informasi kepada informasi yang lain.
Mind mapping merupakan tehnik penyusunan catatan demi membantu siswa
menggunakan
seluruh
potensi
otak
agar
optimum.
Caranya,
menggabungkan kerja otak bagian kiri dan kanan. Dengan metode mind
mapping siswa dapat meningkatkan daya ingat hingga 78%.
Perbedaan Catatan Biasa dan Mind Maping
Catatan biasa :

a.

Catatan Biasa

b.

Hanya berupa tulisan-tulisan saja

c.

Hanya dalam satu warna

d.

Untuk mereview ulang diperlukan waktu yang lama

e.

Waktu yang diperlukan untuk belajar lebih lama

f.

Statis
Mind mapping :

a.

Peta pikiran

b.

Berupa tulisan, simbol, dan gambar

c.

Berwarna warni

d.

Untuk mereview ulang diperlukan waktu yang pendek

e.

Waktu yang diperlukan untuk belajar lebih cepat dan efektif

f.

Membuat individu menjadi kreatif

Dari uraian tersebut, peta pikiran (mind mapping) adalah satu teknik
mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual. Peta pikiran
memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam
diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka kan
memudahkan seserorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk
informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi
warna, simbol, bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam menyerap
informasi yang diterima.Peta pikiran yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi
setiap hari. Hal ini disebabkan karena berbedanya emosi dan perasaan yang
terdapat dalam diri siswa setiap harinya. Suasana menyenangkan yang
diperoleh siswa ketika berada di ruang kelas pada saat proses belajar akan
mempengaruhi penciptaan peta pikiran. Tugas guru dalam proses belajar
adalah menciptakan suasana yang dapat mendukung kondisi belajar siswa
terutama dalam proses pembuatan mind mapping.(Sugiarto,Iwan. 2004.
Mengoptimalkan Daya Kerja Otak Dengan Berfikir.)
Cara membuat mind mapping, terlebih dahulu siapkan selembar kertas
kosong yang diatur dalam posisi landscape kemudian tempatan topik yang
akan dibahas di tengah-tengah halaman kertas dengan posisi horizontal.
Usahakan menggunakan gambar, simbol atau kode pada mind mapping
yang dibuat. Dengan visualisasi kerja otak kiri yang bersifat rasional,
numerik dan verbal bersinergi dengan kerja otak kanan yang bersifat
imajinatif, emosi, kreativitas dan seni. Dengan ensinergikan potensi otak kiri
dan kanan, siswa dapat dengan lebih mudah menangkap dan menguasai
materi pelajaran.

Selain itu, siswa dapat menggunakan kata-kata kunci sebagai asosiasi


terhadap suatu ide pada setiap cabang pemikiran berupa sebuah kata
tunggal serta bukan kalimat. Setiap garis-garis cabang saling berhubungan
hingga ke pusat gambar dan diusahakan garis-garis yang dibentuk tidak
lurus agar tidak membosankan. Garis-garis cabang sebaiknya dibuat
semakin tipis begitu bergerak menjauh dari gambar utama untuk
menandakan hirarki atau tingkat kepentingan dari masing-masing garis.
Model pembelajaran Mind Mapping sangat baik digunakan untuk
pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban.
Dipergunakan dalam kerja kelompok secara berpasangan ( 2 orang ).
Langkah-langkah pembelajarannya :
1.

Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

2.

Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.

3.
Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan
dua orang.
4.
Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi
yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat
catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok
lainnya.
5.
Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil
wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah
menyampaikan hasil wawancaranya.
6.
Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang kiranya belum
dipahami siswa.
7.
2.

Kesimpulan/penutup.
Prinsip Dasar Mind Mapping

Mind Mapping menggunakan teknik penyaluran gagasan dengan


menggunakan kata kunci bebas, simbol, gambar, dan menggambarkan
secara kesatuan dengan menggunakan teknik pohon.
3.

Kelebihan dan Kekurangan mind mapping

Beberapa manfaat memiliki mind maping antara lain :


a.

Merencana

b.

Berkomunikasi

c.

Menjadi Kreatif

d.

Menghemat Waktu

e.

Menyelesaikan Masalah

f.

Memusatkan Perhatian

g.

Menyusun dan Menjelaskan Fikiran-fikiran

h.

Mengingat dengan lebih baik

i.

Belajar Lebih Cepat dan Efisien

j.

Melihat gambar keseluruhan

Ada beberapa kelebihan saat menggunakan teknik mind mapping


ini, yaitu :
a.

Cara ini cepat

b.
Teknik dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul
dikepala anda
c.

Proses mengganbar diagram bisa memunculkan ide-ide yang lain.

d.

Diagram yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk menulis.

Kekurangan model pembelajaran mind mapping:


a.

Hanya siswa yang aktif yang terlibat

b.

Tidak sepenuhnya murid yang belajar

c.

Jumlah detail informasi tidak dapat dimasukkan

KESIMPULAN
Jadi
model
pembelajaran
mind
pembelajaran untuk menempatkan
mengambilnya kembali ke luar otak.
sebuah jalan di kota yang mempunyai
Mind Mapping sangat baik digunakan
untuk menemukan alternatif jawaban.
secara berpasangan ( 2 orang ).

mapping
adalah
suatu
model
informasi ke dalam otak dan
Bentuk mind mapping seperti peta
banyak cabang. Model pembelajaran
untuk pengetahuan awal siswa atau
Dipergunakan dalam kerja kelompok

Mind Mapping menggunakan teknik penyaluran gagasan dengan


menggunakan kata kunci bebas, simbol, gambar, dan menggambarkan
secara kesatuan dengan menggunakan teknik pohon.
Mind mapping, disebut pemetaan pikiran atau peta pikiran, adalah salah satu
cara mencatat materi pelajaran yang memudahkan siswa belajar. Mind
mapping bisa juga dikategorikan sebagai teknik mencatat kreatif.
Dikategorikan ke dalam teknik kreatif karena pembuatan mind mapping ini
membutuhkan pemanfaatan imajinasi dari si pembuatnya. Siswa yang kreatif
akan lebih mudah membuat mind mapping ini. Begitu pula, dengan semakin
seringnya siswa membuat mind mapping, dia akan semakin kreatif.
Kelebihan :
a.

Cara ini cepat

b.
Teknik dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul
dikepala anda

c.

Proses mengganbar diagram bisa memunculkan ide-ide yang lain.

d.

Diagram yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk menulis.

Kekurangan :
a.

Hanya siswa yang aktif yang terlibat

b.

Tidak sepenuhnya murid yang belajar

c.

Jumlah detail informasi tidak dapat dimasukkan

METODE MAKE A MATCH


METODE MAKE A MATCH
1.
PENGERTIAN
Pembelajaran terpusat pada guru sampai saat ini masih menemukan
beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut dapat dilihat pada saat
berlangsungnya proses pembelajaran di kelas, interaksi aktif antara siswa
dengan guru atau siswa dengan siswa jarang terjadi. Siswa kurang terampil
menjawab pertanyaan atau bertanya tentang konsep yang diajarkan. Siswa
kurang bisa bekerja dalam kelompok diskusi dan pemecahan masalah yang
diberikan. Mereka cenderung belajar sendiri-sendiri. Pengetahuan yang
didapat bukan dibangun sendiri secara bertahap oleh siswa atas dasar
pemahaman sendiri. Karena siswa jarang menemukan jawaban atas
permasalahan atau konsep yang dipelajari.
Ternyata suatu penelitian telah membuktikan setelah dilakukan evaluasi
terhadap hasil belajar siwa tenyata dengan pendekatan seperti itu hasil
belajar siswa dirasa belum maksimal. Hal ini tampak pada pencapaian nilai
akhir siswa .
Rendahnya pencapaian nilai akhir siswa ini, menjadi indikasi bahwa
pembelajaran yang dilakukan belum efektif. Nilai akhir dari evaluasi belajar
belum mencakup penampilan dan partisipasi siswa dalam pembelajaran,
hingga sulit untuk mengukur keterampilan siswa .

Untuk memperbaiki hal tersebut perlu disusun suatu pendekatan dalam


pembelajaran yang lebih komprehensip dan dapat mengaitkan materi teori
dengan kenyataan yang ada di lingkungan sekitarnya .Atas dasar itulah
mencoba dikembangkan pendekatan kooperatif dalam pembelajaran dengan
metode make a match.
Model pembelajaran kooperatif didasarkan atas falsafah homo homini socius,
falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial (Lie, 2003:27).
Sedangkan menurut Ibrahim (2000:2) model pembelajaran kooperatif
merupakan model pembelajaran yang membantu siswa mempelajari isi
akademik dan hubungan sosial. Ciri khusus pembelajaran kooperatif
mencakup lima unsur yang harus diterapkan, yang meliputi; saling
ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka,
komunikasi antar anggota dan evaluasi proses kelompok (Lie, 2003:30)
Model pembelajaran kooperatif bukanlah hal yang sama sekali baru bagi
guru. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran
yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada
dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi,
sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari
ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender.
Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam
menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan
keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Guna meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam kelas, guru
menerapkan metode pembelajaran make a match. Metode make a match
atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat
diterapkan kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu
siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal
sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi
poin.
2.
PRINSIP
ATAU
CIRI-CIRI
Teknik metode pembelajaran make a match atau mencari pasangan
dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini

adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau
topik dalam suasana yang menyenangkan. Langkah-langkah penerapan
metode
make
a
match
sebagai
berikut:
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik
yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya
kartu
jawaban.
2. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.
3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
4. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya.
Misalnya: pemegang kartu yang bertuliskan bela negara akan berpasangan
dengan kartu yang bertuliskan soal sikap dan perilaku warga negara yang
dijiwai oleh kecintaannya kepada negara dalam menjamin kelangsungan
hidup
bangsa
dan
negara
.
5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu
diberi
poin.
6. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya
(tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan
hukuman,
yang
telah
disepakati
bersama.
7. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu
yang
berbeda
dari
sebelumnya,
demikian
seterusnya.
8. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang
memegang
kartu
yang
cocok.
9. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi
pelajaran.
Pada penerapan metode make a match, diperoleh beberapa temuan bahwa
metode make a match dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab
pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang yang ada di tangan mereka,
proses pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih
antusias mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali
pada saat siswa mencari pasangan kartunya masing-masing. Hal ini
merupakan suatu ciri dari pembelajaran kooperatif seperti yang dikemukan
oleh Lie (2002:30) bahwa, Pembelajaran kooperatif ialah pembelajaran yang
menitikberatkan pada gotong royong dan kerja sama kelompok.
3.
KELEBIHAN
DAN
KEKURANGAN
Pembelajaran kooperatif metode make a match memberikan manfaat bagi

siswa,
di
antaranya
sebagai
berikut:
1. Mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan
2. Materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa
3. Mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan
belajar
secara
klasikal
87,50%
.
4. Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran (Let them
move)
5.
Kerjasama
antar
sesama
siswa
terwujud
dengan
dinamis.
6. Munculnya dinamika gotong royong yang merata di seluruh siswa.
Tak ada gading yang tak retak , begitu pula pada metode ini. Di samping
manfaat yang dirasakan oleh siswa, pembelajaran kooperatif metode make a
match berdasarkan temuan di lapangan mempunyai sedikit kelemahan yaitu:
1. Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan
2. Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak
bermain-main
dalam
proses
pembelajaran.
3.
Guru
perlu
persiapan
bahan
dan
alat
yang
memadai.
4. Pada kelas yang gemuk (<30 siswa/kelas) jika kurang bijaksana maka
yang muncul adalah suasana seperti pasar dengan keramaian yang tidak
terkendali. Tentu saja kondisi ini akan mengganggu ketenangan belajar kelas
di kiri kanannya. Apalagi jika gedung kelas tidak kedap suara. Tetapi hal ini
bisa diantisipasi dengan menyepakati beberapa komitmen ketertiban dengan
siswa sebelum pertunjukan dimulai. Pada dasarnya menendalikan kelas itu
tergantung bagaimana kita memotivasinya pada langkah pembukaan.
4.
KESIMPULAN
Berdasarkan pada kegiatan belajar mengajar penggunaan metode make a
match, siswa nampak lebih aktif mencari pasangan kartu antara jawaban
dan soal. Dengan metode pencarian kartu pasangan ini siswa dapat
mengidentifikasi permasalahan yang terdapat di dalam kartu yang
ditemukannya dan menceritakannya dengan sederhana dan jelas secara
bersama-sama.
Pada penerapan metode make a match, diperoleh beberapa temuan bahwa
metode make a match dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab
pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang yang ada di tangan mereka,
proses pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih

antusias mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali


pada saat siswa mencari pasangan kartunya masing-masing.
Kegiatan yang dilakukan guru ini merupakan upaya guru untuk menarik
perhatian sehingga pada akhirnya dapat menciptakan keaktifan dan motivasi
siswa dalam diskusi. Hal ini sejalan dengan pendapat Hamalik (1994:116),
Motivasi yang kuat erat hubungannya dengan peningkatan keaktifan siswa
yang dapat dilakukan dengan strategi pembelajaran tertentu, dan motivasi
belajar dapat ditujukan ke arah kegiatan-kegiatan kreatif. Apabila motivasi
yang dimiliki oleh siswa diberi berbagai tantangan, akan tumbuh kegiatan
kreatif. Selanjutnya, penerapan metode make a match dapat
membangkitkan keingintahuan dan kerja sama di antara siswa serta mampu
menciptakan kondisi yang menyenangkan. Hal ini sesuai dengan tuntutan
dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) bahwa pelaksanaan
proses pembelajaran mengikuti standar kompetensi, yaitu: berpusat pada
siswa; mengembangkan keingintahunan dan imajinasi; memiliki semangat
mandiri, bekerja sama, dan kompetensi; menciptakan kondisi yang
menyenangkan; mengembangkan beragam kemampuan dan pengalaman
belajar; karakteristik mata pelajaran.
Model Pembelajaran Tipe Think Pair Share (TPS)
Model Pembelajaran Tipe Think Pair Share (TPS)
Strategi think pair share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagai
adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa.
1.

Pengertian

Strategi think pair share ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif
dan waktu tunggu. Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan
Koleganya di universitas Maryland sesuai yang dikutip Arends
(1997),menyatakan bahwa think pair share merupakan suatu cara yang
efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi
bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk
mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan

dalam think pair share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir,
untuk merespon dan saling membantu. Guru memperkirakan hanya
melengkapi penyajian singkat atau siswa membaca tugas, atau situasi yang
menjadi
tanda
tanya
.
Sekarang
guru
menginginkan
siswa
mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah dijelaskan dan dialami
.Guru memilih menggunakan think-pair-share untuk membandingkan tanya
jawab kelompok keseluruhan.
1.

Langkah-langkah

Langkah 1 : Berpikir ( thinking )


Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan
pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk
berpikir sendiri jawaban atau masalah.
Langkah 2 : Berpasangan ( pairing )
Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa
yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat
menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan menyatukan
gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Secara normal
guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
Langkah 3 : Berbagi ( sharing )
Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi
dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk
berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai
sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan.
Arends, (1997) disadur Tjokrodihardjo, (2003).
Model Pembelajaran Think Pair and Share menggunakan metode diskusi
berpasangan yang dilanjutkan dengan diskusi pleno. Dengan model
pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana mengutarakan pendapat dan siswa
juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada
materi/tujuan pembelajaran

Langkah-langkah model pembelajaran Think Pair and Share adalah sebagai


berikut :
1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Siswa diminta
disampaikan guru.

untuk

berfikir

tentang

materi/permasalahan

yang

3. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2


orang) dan
mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.
4. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil
diskusinya.
5. Berawal dari kegiatan tersebut, Guru mengarahkan pembicaraan pada
pokok permasalahan
dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa.
1.

Kelebihan TPS (Think-Pair-Share)

1.
Memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan
saling membantu satu sama lain.
2.

Meningkatkan partisipasi akan cocok untuk tugas sederhana.

3.
Lebih banyak kesempatan untuk konstribusi masing-masing anggota
kelompok.
4.
5.

Interaksi lebih mudah.


Lebih mudah dan cepat membentuk kelompoknya.

6.
Seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling
menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan
kelas.

7.
Dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi
kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas.
8.
Siswa dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab
dalam komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling
membantu dalam kelompok kecil.
9.
Siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu
materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang
lainnya, membuat kesimpulan (diskusi) serta mempresentasikan di depan
kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran
yang telah dilakukan.
10. Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaanpertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung
memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh
kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan.
11. Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan
pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam
memecahkan masalah.
12. Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya
dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang.
13. Siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan
diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar.

hasil

14. Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses
pembelajaran.
15. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Penggunaan metode
pembelajaran TPS menuntut siswa menggunakan waktunya untuk
mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan yang diberikan oleh guru di
awal pertemuan sehingga diharapkan siswa mampu memahami materi
dengan baik sebelum guru menyampaikannya pada pertemuan selanjutnya.

16. Memperbaiki kehadiran. Tugas yang diberikan oleh guru pada setiap
pertemuan selain untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran juga dimaksudkan agar siswa dapat selalu berusaha hadir
pada setiap pertemuan. Sebab bagi siswa yang sekali tidak hadir maka siswa
tersebut tidak mengerjakan tugas dan hal ini akan mempengaruhi hasil
belajar mereka.
17. Angka putus sekolah berkurang. Model pembelajaran TPS diharapkan
dapat memotivasi siswa dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa
dapat lebih baik daripada pembelajaran dengan model konvensional.
18. Sikap
apatis
berkurang.
Sebelum
pembelajaran
dimulai,
kencenderungan siswa merasa malas karena proses belajar di kelas hanya
mendengarkan apa yang disampaikan guru dan menjawab semua yang
ditanyakan oleh guru. Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses
belajar mengajar, metode pembelajaran TPS akan lebih menarik dan tidak
monoton dibandingkan metode konvensional.
19. Penerimaan terhadap individu lebih besar. Dalam model pembelajaran
konvensional, siswa yang aktif di dalam kelas hanyalah siswa tertentu yang
benar-benar rajin dan cepat dalam menerima materi yang disampaikan oleh
guru sedangkan siswa lain hanyalah pendengar materi yang disampaikan
oleh guru. Dengan pembelajaran TPS hal ini dapat diminimalisir sebab
semua siswa akan terlibat dengan permasalahan yang diberikan oleh guru.
20. Hasil belajar lebih mendalam. Parameter dalam PBM adalah hasil belajar
yang diraih oleh siswa. Dengan pembelajaran TPS perkembangan hasil
belajar siswa dapat diidentifikasi secara bertahap. Sehingga pada akhir
pembelajaran hasil yang diperoleh siswa dapat lebih optimal.
21. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Sistem kerjasama
yang diterapkan dalam model pembelajaran TPS menuntut siswa untuk
dapat bekerja sama dalam tim, sehingga siswa dituntut untuk dapat belajar
berempati, menerima pendapat orang lain atau mengakui secara sportif jika
pendapatnya tidak diterima.
1.

Kelemahan TPS (Think-Pair-Share)

1.

Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktivitas.

2.

Membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas.

3.
Peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu
pengajaran yang berharga. Untuk itu guru harus dapat membuat
perencanaan yang seksama sehingga dapat meminimalkan jumlah waktu
yang terbuang.
4.

Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor.

5.

Lebih sedikit ide yang muncul.

6.

Jika ada perselisihan,tidak ada penengah.

7.

Menggantungkan pada pasangan.

8.
Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada saat pembentukan
kelompok, karena ada satu siswa tidak mempunyai pasangan.
9.
Ketidaksesuaian
pelaksanaannya.

antara

waktu

yang

direncanakan

dengan

10. Metode pembelajaran Think-Pair-Share belum banyak diterapkan di


sekolah.
11. Sangat memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru, waktu
pembelajaran berlangsung guru melakukan intervensi secara maksimal.
12. Menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan yang
sesuai dengan taraf berfikir anak
13. Mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara
mendengarkan ceramah diganti dengan belajar berfikir memecahkan
masalah secara kelompok, hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi siswa.
14. Sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya
rendah dan waktu yang terbatas.

15. Jumlah kelompok yang terbentuk banyak.


16. Sejumlah siswa bingung, sebagian kehilangan rasa percaya diri, saling
mengganggu antar siswa karena siswa baru tahu metode TPS.
MODEL PEMBELAJARAN DEBAT
Model pembelajaran DEBAT
A.
PENGERTIAN
DEBAT
Debat adalah kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik
secara perorangan maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan
memutuskan masalah dan perbedaan. Secara formal, debat banyak
dilakukan dalam institusi legislatif seperti parlemen, terutama di negaranegara yang menggunakan sistem oposisi. Dalam hal ini, debat dilakukan
menuruti aturan-aturan yang jelas dan hasil dari debat dapat dihasilkan
melalui voting atau keputusan juri.
Contoh lain debat yang diselenggarakan secara formal adalah debat antar
kandidat legislatif dan debat antar calon presiden/wakil presiden yang umum
dilakukan
menjelang
pemilihan
umum.
Debat kompetitif adalah debat dalam bentuk permainan yang biasa
dilakukan di tingkat sekolah dan universitas. Dalam hal ini, debat dilakukan
sebagai pertandingan dengan aturan (format) yang jelas dan ketat antara
dua pihak yang masing-masing mendukung dan menentang sebuah
pernyataan. Debat disaksikan oleh satu atau beberapa orang juri yang
ditunjuk untuk menentukan pemenang dari sebuah debat. Pemenang dari
debat kompetitif adalah tim yang berhasil menunjukkan pengetahuan dan
kemampuan
debat
yang
lebih
baik.
B.
DEBAT
KOMPETITIF
DALAM
PENDIDIKAN
Tidak seperti debat sebenarnya di parlemen, debat kompetitif tidak
bertujuan untuk menghasilkan keputusan namun lebih diarahkan untuk
mengembangkan kemampuan-kemampuan tertentu di kalangan pesertanya,
seperti kemampuan untuk mengutarakan pendapat secara logis, jelas dan
terstruktur, mendengarkan pendapat yang berbeda, dan kemampuan
berbahasa
asing
(bila
debat
dilakukan
dalam
bahasa
asing).
Namun demikian, beberapa format yang digunakan dalam debat kompetitif

didasarkan atas debat formal yang dilakukan di parlemen. Dari sinilah


muncul istilah debat parlementer sebagai salah satu gaya debat kompetitif
yang populer. Ada berbagai format debat parlementer yang masing-masing
memiliki
aturan
dan
organisasinya
sendiri.
Kejuaraan debat kompetitif parlementer tingkat dunia yang paling diakui
adalah World Universities Debating Championship (WUDC) dengan gaya
British Parliamentary di tingkat universitas dan World Schools Debating
Championship
(WSDC)
untuk
tingkat
sekolah
menengah
atas.
Kompetisi debat bertaraf internasional umumnya menggunakan bahasa
Inggris sebagai pengantar. Tidak ada bantuan penerjemah bagi peserta
manapun. Namun demikian, beberapa kompetisi memberikan penghargaan
khusus kepada tim yang berasal dari negara-negara yang hanya
menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua (English as Second
Language

ESL).
Negara-negara yang terkenal dengan tim debatnya antara lain Inggris,
Australia, Irlandia, dan Amerika Serikat. Di Asia, negara yang dianggap relatif
kuat
antara
lain
Filipina
dan
Singapura.
1.
Debat
kompetitif
di
Indonesia
Di Indonesia, debat kompetitif sudah mulai berkembang, walaupun masih
didominasi oleh kompetisi debat berbahasa Inggris. Kejuaraan debat
parlementar pertama di tingkat universitas adalah Java Overland Varsities
English Debate (JOVED) yang diselenggarakan tahun 1997 di Universitas
Katolik Parahyangan, Bandung, dan diikuti oleh tim-tim dari berbagai wilayah
di P. Jawa. Kejuaraan debat se-Indonesia yang pertama adalah Indonesian
Varsity English Debate (IVED) 1998 di Universitas Indonesia. Hingga kini
(2006), kedua kompetisi tersebut diselenggarakan setiap tahun secara
bergilir
di
universitas
yang
berbeda.
Sejak 2001, Indonesia telah mengirimkan delegasi ke WSDC. Delegasi
tersebut dipilih setiap tahunnya melalui Indonesian Schools Debating
Championship (ISDC) yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan
Nasional bekerjasama dengan Association for Critical Thinking (ACT).
2.
Berbagai
gaya
debat
parlementer
Dalam debat kompetitif, sebuah format mengatur hal-hal antara lain:
1.
jumlah
tim
dalam
satu
debat
2.
jumlah
pembicara
dalam
satu
tim

3.
giliran
berbicara
4. lama waktu yang disediakan untuk masing-masing pembicara
5.
tatacara
interupsi
6.
mosi
dan
batasan-batasan
pendefinisian
mosi
7.
tugas
yang
diharapkan
dari
masing-masing
pembicara
8.
hal-hal
yang
tidak
boleh
dilakukan
oleh
pembicara
9.
jumlah
juri
dalam
satu
debat
10.
kisaran
penilaian
Selain itu, berbagai kompetisi juga memiliki aturan yang berbeda mengenai:
Penentuan topik debat (mosi) apakah diberikan jauh hari sebelumnya atau
hanya
beberapa
saat
sebelum
debat
dimulai
(impromptu)
Lama waktu persiapan untuk debat impromptu, waktu persiapan berkisar
antara
15
menit
(WUDC)
hingga
1
jam
(WSDC)
Perhitungan hasil pertandingan beberapa debat hanya menggunakan
victory point (VP) untuk menentukan peringkat, namun ada juga yang
menghitung selisih (margin) nilai yang diraih kedua tim atau jumlah vote juri
(mis. untuk panel beranggotakan 3 juri, sebuah tim bisa menang 3-0 atau 21)
Sistem kompetisi sistem gugur biasanya hanya digunakan dalam babak
elimiasi (perdelapan final, perempat final, semifinal dan final); dalam babak
penyisihan, sistem yang biasa digunakan adalah power matching
Format debat parlementer sering menggunakan peristilahan yang biasa
dipakai di debat parlemen sebenarnya:
Topik
debat
disebut
mosi
(motion)
Tim Afirmatif (yang setuju terhadap mosi) sering disebut juga Pemerintah
(Government), tim Negatif (yang menentang mosi) disebut Oposisi
(Opposition)
Pembicara pertama dipanggil sebagai Perdana Menteri (Prime Minister), dan
sebagainya
Pemimpin/wasit debat (chairperson) dipanggil Speaker of The House
Penonton/juri dipanggil Members of the House (Sidang Dewan yang
Terhormat)
Interupsi disebut Points of Information (POI)

a.
Australian
Parliamentary/Australasian
Parliamentary
(Australs)
Gaya debat ini digunakan di Australia, namun pengaruhnya menyebar
hingga ke kompetisi-kompetisi yang diselenggarakan di Asia, sehingga
akhirnya disebut sebagai format Australasian Parliamentary. Dalam format
ini, dua tim beranggotakan masing-masing tiga orang berhadapan dalam
satu debat, satu tim mewakili Pemerintah (Government) dan satu tim
mewakili
Oposisi
(Opposition),
dengan
urutan
sebagai
berikut:
Pembicara
pertama
pihak
Pemerintah

7
menit
Pembicara
pertama
pihak
Oposisi

7
menit
Pembicara
kedua
pihak
Pemerintah

7
menit
Pembicara
kedua
pihak
Oposisi

7
menit
Pembicara
ketiga
pihak
Pemerintah

7
menit
Pembicara
ketiga
pihak
Oposisi

7
menit
Pidato
penutup
pihak
Oposisi

5
menit
Pidato penutup pihak Pemerintah 5 menit
Pidato penutup (Reply speech) menjadi ciri dari format ini. Pidato penutup
dibawakan oleh pembicara pertama atau kedua dari masing-masing tim
(tidak boleh pembicara ketiga). Pidato penutup dimulai oleh Oposisi terlebih
dahulu,
baru
Pemerintah.
Mosi dalam format ini diberikan dalam bentuk pernyataan yang harus
didukung oleh pihak Pemerintah dan ditentang oleh Pihak Oposisi, contoh:
(This House believes that) Globalization marginalizes the poor.
(Sidang Dewan percaya bahwa) Globalisasi meminggirkan masyarakat
miskin.
Mosi tersebut dapat didefinisikan oleh pihak Pemerintah dalam batasanbatasan tertentu dengan tujuan untuk memperjelas debat yang akan
dilakukan. Ada aturan-aturan yang cukup jelas dalam hal apa yang boleh
dilakukan sebagai bagian dari definisi dan apa yang tidak boleh dilakukan.
Tidak
ada
interupsi
dalam
format
ini.
Juri (adjudicator) dalam format Australs terdiri atas satu orang atau satu
panel berjumlah ganjil. Dalam panel, setiap juri memberikan voting-nya
tanpa melalui musyawarah. Dengan demikian, keputusan panel dapat
bersifat
unanimous
ataupun
split
decision.
Di Indonesia, format ini termasuk yang pertama kali dikenal sehingga cukup

populer terutama di kalangan universitas. Kompetisi debat di Indonesia yang


menggunakan format ini adalah Java Overland Varsities English Debate
(JOVED) dan Indonesian Varsity English Debate (IVED).
b.
Asian
Parliamentary
(Asians)
Format ini merupakan pengembangan dari format Australs dan digunakan
dalam kejuaraan tingkat Asia. Perbedaannya dengan format Australs adalah
adanya interupsi (Points of Information) yang boleh diajukan antara menit ke1 dan ke-6 (hanya untuk pidato utama, tidak pada pidato penutup). Format
ini juga mirip dengan World Schools Style yang digunakan di WSDC.
Di Indonesia, format ini digunakan dalam ALSA English Competition (e-Comp)
yang diselenggarakan (hampir) setiap tahun oleh ALSA LC [[Universitas
Indonesia].
c.
British
Parliamentary
(BP)
Gaya debat parlementer ini banyak dipakai di Inggris namun juga populer di
banyak negara, sebab format inilah yang digunakan di kejuaraan dunia
WUDC. Dalam format ini, empat tim beranggotakan masing-masing dua
orang bertarung dalam satu debat, dua tim mewakili Pemerintah
(Government) dan dua lainnya Oposisi (Opposition), dengan susunan sebagai
berikut:
Opening
Government:
Opening
Opposition:
Prime
Minister
Leader
of
the
Opposition
Deputy
Prime
Minister
Deputy
Leader
of
the
Opposition
Closing
Government:
Closing
Opposition
Member
of
the
Government
Member
of
the
Opposition
Government Whip Opposition Whip
Urutan
Prime
Leader
Deputy
Deputy
Member
Member

berbicara
Minister
of
the
Prome
Leader
of
of
the
of
the

adalah
sebagai

7
Opposition

7
Minister

7
the
Opposition

7
Government

7
Opposition

berikut:
menit
menit
menit
menit
menit
menit

Government
Whip
Opposition Whip 7 menit

menit

Setiap pembicara diberi waktu 7 menit untuk menyampaikan pidatonya. Di


antara menit ke-1 dan ke-6, pembicara dari pihak lawan dapat mengajukan
interupsi (Points of Information). Bila diterima, pembicara yang mengajukan
permintaan interupsi tadi diberikan waktu maksimal 15 detik untuk
menyampaikan sebuah pertanyaan yang kemudian harus dijawab oleh
pembicara
tadi
sebelum
melanjutkan
pidatonya.
Juri dalam debat BP bisa satu orang atau satu panel berjumlah ganjil. Di
akhir debat, juri menentukan urutan kemenangan dari peringkat 1 sampai 4
untuk debat tersebut. Dalam panel, keputusan sebisanya diambil
berdasarkan mufakat. Bila mufakat tidak tercapai, Ketua Panel akan
membuat
keputusan
terakhir.
Di Indonesia, format ini digunakan dalam kompetisi Founders Trophy yang
diselenggarakan oleh Komunitas Debat Bahasa Inggris Universitas Indonesia
setiap tahun.
d.
Format
World
Schools
Format yang digunakan dalam turnamen World Schools Debating
Championship (WSDC) dapat dianggap sebagai kombinasi BP dan Australs.
Setiap debat terdiri atas dua tim, Proposisi dan Oposisi, beranggotakan
masing-masing tiga orang. Urutan pidato adalah sebagai berikut:
Pembicara
pertama
Proposisi

8
menit
Pembicara
pertama
Oposisi

8
menit
Pembicara
kedua
Proposisi

8
menit
Pembicara
kedua
Oposisi

8
menit
Pembicara
ketiga
Proposisi

8
menit
Pembicara
ketiga
Oposisi

8
menit
Pidato
penutup
Oposisi

4
menit
Pidato penutup Proposisi 4 menit
Pidato penutup (reply speech) dibawakan oleh pembicara pertama atau
kedua masing-masing tim (tidak boleh pembicara ketiga) dan didahului oleh
pihak
Oposisi
dan
ditutup
oleh
pihak
Proposisi.
Aturan untuk interupsi (Points of Information POI) mirip dengan format BP.

POI hanya dapat diberikan antara menit ke-1 dan ke-7 pidato utama dan
tidak
ada
POI
dalam
pidato
penutup.
Di Indonesia, format ini digunakan dalam kejuaraan Indonesian Schools
Debating Championship (ISDC). Beberapa SMU di Indonesia yang pernah
mengadakan kompetisi debat juga menggunakan format ini.
e.
American
Parliamentary
Debat parlementer di Amerika Serikat diikuti oleh dua tim untuk setiap
debatnya
dengan
susunan
sebagai
berikut:
Government
Prime
Minister
(PM)
Member
of
the
Government
(MG)
Opposition
Leader
of
the
Opposition
(LO)
Member of the Opposition (MO)
Debat parlementer diadakan oleh beberapa organisasi berbeda di Amerika
Serikat di tingkat pendidikan menengah dan tinggi. National Parliamentary
Debate Association (NPDA), American Parliamentary Debate Association
(APDA), dan National Parliamentary Tournament of Excellence (NPTE)
menyelenggarakan debat parlementer tingkat universitas dengan susunan
pidato
sebagai
berikut:
Prime
Minister

7
menit
Leader
of
the
Opposition

8
menit
Member
of
the
Government

8
min
Member
of
the
Opposition

8
min
Leader
of
the
Opposition
Rebuttal

4
min
Prime Minister Rebuttal 5 min
California High School Speech Association (CHSSA) dan National
Parliamentary Debate League (NPDL) menyelenggarakan debat parlementer
tingkat sekolah menengah dengan susunan pidato sebagai berikut:
Prime
Leader
Member

of
of

Minister
the
the

Opposition
Government

7
7

menit
menit
menit

Member
of
the
Opposition

Leader
of
the
Opposition
Rebuttal
Prime Minister Rebuttal 5 menit

menit
menit

Dalam semua format tersebut kecuali CHSSA, interupsi berupa pertanyaan


dapat ditanyakan kepada pembicara keempat pidato pertama, kecuali pada
menit pertama dan terakhir pidato. Dalam format CHSSA, keenam pidato
semuanya
dapat
diinterupsi.
Di Indonesia, format debat ini belum populer dan belum ada kompetisi
reguler yang menggunakannya.
3.
Debat
kompetitif
selain
debat
parlementer
Debat
Proposal
Dalam gaya Debat Proposal (Policy Debate), dua tim menjadi penganjur dan
penentang sebuah rencana yang berhubungan dengan topik debat yang
diberikan. Topik yang diberikan umumnya mengenai perubahan kebijakan
yang diinginkan dari pemerintah. Kedua tim biasanya memainkan peran
Afirmatif (mendukung proposal) dan Negatif (menentang proposal). Pada
prakteknya, kebanyakan acara debat tipe ini hanya memiliki satu topik yang
sama yang berlaku selama setahun penuh atau selama jangka waktu lainnya
yang
sudah
ditetapkan.
Bila dibandingkan dengan debat parlementer, debat proposal lebih
mengandalkan pada hasil riset atas fakta-fakta pendukung (evidence). Debat
ini juga memiliki persepsi yang lebih luas mengenai argumen. Misalnya,
sebuah proposal alternatif (counterplan) yang membuat proposal utama
menjadi tidak diperlukan dapat menjadi sebuah argumen dalam debat ini.
Walaupun retorika juga penting dan ikut memengaruhi nilai setiap
pembicara, pemenang tiap babak umumnya didasari atas siapa yang telah
memenangkan argumen sesuai dengan fakta pendukung dan logika yang
diberikan. Sebagai konsekuensinya, juri kadang-kadang membutuhkan waktu
yang lama untuk mengambil keputusan karena semua fakta pendukung
harus
diperiksa
terlebih
dahulu.
Di Amerika Serikat, Debat Proposal adalah tipe debat yang lebih populer
dibandingkan debat parlementer. Kegiatan ini juga telah dicoba
dikembangkan di Eropa dan Jepang dan gaya debat ini ikut memengaruhi
bentuk-bentuk debat lain. Di AS, Debat Proposal tingkat SMU

diselenggarakan oleh NFL dan NCFL. Di tingkat universitas, debat ini


diselenggarakan oleh National Debate Tournament (NDT), Cross Examination
Debate Association (CEDA), National Educational Debate Association, dan
Great
Plains
Forensic
Conference.
Debat Proposal terdiri atas dua tim beranggotakan masing-masing dua orang
dalam tiap debatnya. Setiap pembicara membawakan dua pidato, satu
pidato konstruktif (8 atau 9 menit) yang berisi argumen-argumen baru dan
satu pidato sanggahan (4, 5, atau 6 menit) yang tidak boleh berisi argumen
baru namun dapat berisi fakta pendukung baru untuk membantu sanggahan.
Biasanya, sehabis setiap pidato konstruktif, pihak lawan diberikan
kesempatan untuk melakukan pemeriksaan silang (cross-examination) atas
pidato tersebut. Setiap isu yang tidak ditanggapi oleh pihak lawan dianggap
sudah diterima dalam debat. Dewan juri secara seksama mencatat semua
pernyataan yang dibuat dalam suatu babak (sering disebut flow).
Di Indonesia, format debat ini belum populer dan belum ada kompetisi
reguler
yang
menggunakannya.
Lincoln-Douglas
Debate
Nama gaya debat ini diambil dari debat-debat terkenal yang pernah
dilakukan di Senat Amerika Serikat antara kedua kandidat Lincoln dan
Douglas. Setiap debat gaya ini diikuti oleh dua pedebat yang bertarung satu
sama
lain.
Argumen dalam debat ini terpusat pada filosofi dan nilai-nilai abstrak,
sehingga sering disebut sebagai debat nilai (value debate). Debat LD kurang
menekankan pada fakta pendukung (evidence) dan lebih mengutamakan
logika
dan
penjelasan.
Di Indonesia, format debat ini belum populer dan belum ada kompetisi
reguler yang menggunakannya.
C.
KEGIATAN
LAIN
YANG
SERUPA
Model
United
Nations
Model United Nations adalah kegiatan yang banyak dilakukan di tingkat
sekolah dan universitas di dunia. Dalam kegiatan ini, peserta memainkan
peran sebagai delegasi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang mewakili
negara tertentu (dalam kompetisi internasional, negara yang diwakili
umumnya
bukan
negara
asal
sebenarnya
dari
tim
tersebut).
Di Indonesia, kegiatan ini relatif belum berkembang. Namun, Jakarta

International School (JIS), sebuah sekolah internasional di ibukota, memiliki


kegiatan
ekstrakurikuler
ini.
Moot
court
Kompetisi Moot court biasa dilakukan oleh mahasiswa hukum di tingkat
universitas.
D.
MODEL
PEMBELAJARAB
DEBATE
Debat adalah model pembalajaran dengan sisntaks: siswa menjadi 2
kelompok kemudian duduk berhadapan, siswa membaca materi bahan ajar
untuk dicermati oleh masing-masing kelompok, sajian presentasi hasil
bacaan oleh perwakilan salah satu kelompok kemudian ditanggapi oleh
kelompok lainnya begitu seterusnya secara bergantian, guru membimbing
membuat
kesimpulan
dan
menambahkannya
bila
perlu.
E.
MODEL
PEMBELAJARAN
DEBAT
AKTIF
Membuat pembelajaran yang menarik dan sekaligus mengaktifkan siswa
banyak sekali caranya. Salah satu cara yang bisa digunakan adalah dengan
model debat aktif.
Model
debat
aktif
Model pembelajaran debat aktif merupakan modifikasi dari model-model
diskusi terbuka yang terjadi di kalangan kampus. Bagaimana membawa
suasana debat tersebut di pada jenjang pendidikan yang lebih rendah.
Dimana pelaku debat adalah siswa SD yang belum banyak menguasai
konsep atau argumentasi yang kuat untuk mempertahankan pendapatnya?
Model pembelajaran debat aktif tersebut dapat dilakukan dengan langkahlangkah
sebagai
berikut:
Buatlah sebuah pernyataan yang kontroversi terhadap materi yang telah kita
berikan sebelumnya. Misalnya ayam sebenarnya juga termasuk binatang
carnivora
(pemakan
daging).
Bentuk
siswa
dalam
2
kelompok
besar
di
dalam
kelas.
Satu kelompok adalah sebagai kelompok PRO atau pendukung pernyataan
tersebut, sementara satu kelompok yang lain adalah sebagai kelompok
KONTRA
atau
kelompok
yang
menolak
pernyataan
tersebut.
Silahkan tanyakan kepada kelompok PRO, mengapa mereka mendukung
pernyataan tersebut. Alasan-alasan apa yang menguatkan pernyataan
tersebut?

Sementara untuk kelompok KONTRA harus mempertahankan pendapatnya


tersebut juga disertai dengan argumentasi-argumentasi yang masuk akal.
Atur lalu-lintas debat agar tidak terjadi Debat kusir.
F.
LANGKAH
LANGKAH
MODEL
PEMBELAJARAN
DEBAT
1. Guru membagi dua kelompok peserta debat yang satu pro dan yang
lainnya
kontra
2. Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan
oleh
kedua
kelompok
diatas
3. Setelah selesai membaca materi guru mrnunjuk salah satu anggota
kelompok pro untuk berbicara, saat itu ditanggapi atau dibantah oleh
kelompok kontra. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa
mengemukakan
pendapatnya
4. Sementara siswa menympaikan gagasannya, guru menulis inti/ide-ide
darisetiap pembicaraan dipapan tulis. Sampai sejumlah ide yang diharapkan
guru
terpenuhi
5. Guru menambahkan konsep atau ide yang belum terungkap
6. Dari data-data yang ada di papan tersebut, guru mengajak siswa
membuat kesimpulan atau rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin
dicapai.
G.
KELEBIHAN
MODEL
PEMBELAJARAN
DEBAT
1. Memantapkan pemahaman konsep siswa terhadap materi pelajaran yang
telah
diberikan.
2. Melatih siswa untuk bersikap kritis terhadap semua teori yang telah
diberikan.
3. Melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat.
H.
KEKURANGAN
MODEL
PEMBELAJARAN
DEBAT
1.
Ketika
menyampaikan
pendapat
saling
berebut
2. Saling adu argument yang tak kunjung selesai bila guru tidak menengahi
3. Siswa yang pandai berargumen akan slalu aktif tapi yang kurang pandai
berargumen hanya diam dan pasif.

MO D EL PEM BEL AJAR AN ARTI KULA SI

MODEL PEMBELAJARAN ARTIKULASI


Ibarat pakaian yang penuh variasi lengkap dengan berbagai corak warna dan
modelnya, semua itu adalah dengan tujuan agar si pemakai merasa nyaman,
aman, terlindung, juga agar merasa percaya diri dan dihargai/dihormati
orang lain. Orang lain yang memandang cara berpakaian pun akan merasa
senang, simpati, bahkan mungkin tertarik akan performa dan
potongan/model pakaian tersebut. Maka secara lugas dapat dikatakan bahwa
tujuan daripada berpakaian sudah tercapai.
Demikian juga dengan pembelajaran. Banyak ragam strategi pembelajaran,
pendekatan, metode pembelajaran dan juga model pembelajaran. Tujuan
dilaksanakannya
berbagai
macam
strategi
pembelajaran, metode
pembelajaran dan model pembelajaran adalah agar guru/pendidik lebih
mudah, lebih efektif dan efisien dalam menerapkan suatu pembelajaran
sehingga apa yang menjadi tujuan pembelajaran akan mudah tercapai
secara
maksimal.
Bagi peserta didik akan menimbulkan perasaan senang, termotivasi,
tertantang sehingga pembelajaran pun menjadi lebih bermakna dan PAIKEM
(Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan ). Tidak ada
lagi
pembelajaran
yang
monoton
dan
menjemukan.
Khusus model pembelajaran, ternyata jumlahnya cukup banyak. Hal ini
karena selalu ada inovasi-inovasi baru yang dilakukan oleh kalangan
guru/pendidik, ahli pendidikan dan kaum cerdik cendikiawan baik dari dalam

negeri
maupun
dari
luar
negeri.
Efektif atau tidaknya suatu model pembelajaran diterapkan, tidak ditentukan
oleh kecanggihan suatu model pembelajaran saja, karena pada prinsipnya
tidak ada satu model pembelajaran pun yang terbaik. Model pembelajaran
yang terbaik adalah model pembelajaran yang relevan dengan tujuan yang
hendak dicapai. Dari sekian model pembelajaran, berikut penulis sampaikan
salah satu contoh model pembelajaran yakni model pembelajaran Artikulasi.
1. Pengertian Model Pembelajaran Artikulasi
Model pembelajaran Artikulasi merupakan model yang prosesnya seperti
pesan berantai, artinya apa yang telah diberikan Guru, seorang siswa wajib
meneruskan menjelaskannya pada siswa lain (pasangan kelompoknya). Di
sinilah keunikan model pembelajaran ini. Siswa dituntut untuk bisa berperan
sebagai penerima pesan sekaligus berperan sebagai penyampai pesan.
Model pembelajaran artikulasi merupakan model pembelajaran yang
menuntut siswa aktif dalam pembelajaran dimana siswa dibentuk menjadi
kelompok kecil yang masing-masing siswa dalam kelompok tersebut
mempunyai tugas mewawancarai teman kelompoknya tentang materi yang
baru dibahas. Konsep pemahaman sangat diperlukan dalam mode
pembelajaran
ini.
2.
Langkah-langkah
Model
Pembelajaran
Artikulasi
1.
Guru
menyampaikan
kompetensi
yang
ingin
dicapai.
2.
Guru
menyajikan
materi
sebagaimana
biasa.
3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan
dua
orang.
4. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang
baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat
catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok
lainnya.
5. Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil
wawancaranya dengan teman pasangannya sampai sebagian siswa sudah
menyampaikan
hasil
wawancaranya.
6. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum
dipahami
siswa.
7.
Kesimpulan/penutup.

3.
Kelemahan
dan
kelebihan
Pembelajaran
Artikulasi
Kelemahan dan kelebihan dari pembelajaran artikulasi ini antara lain:
A.
Kelemahannya:
a.
Untuk
mata
pelajaran
tertentu
b.
Waktu
yang
dibutuhkan
banyak
c.
Materi
yang
didapat
sedikit
d.
Banyak
kelompok
yang
melapor
dan
perlu
dimonitor
e.
Lebih
sedikit
ide
yang
muncul
f. Jika ada perselisihan tidak ada penengah
B.
Kelebihannya:
a.
Semua
siswa
terlibat
(mendapat
peran)
b.
Melatih
kesiapan
siswa
c.
Melatih
daya
serap
pemahaman
dari
orang
lain
d.
Cocok
untuk
tugas
sederhana
e.
Interaksi
lebih
mudah
f.
Lebih
mudah
dan
cepat
membentuknya
g. Meningkatkan partisipasi anak
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaranartikulasi.html#ixzz2uZYtdYcN
Model Pembelajaran Role Playing
Model Pembelajaran Role Playing
A.
Metode
Role
Playing
adalah
suatu
cara
penguasaan
bahan-bahan
pelajaran
melalui
pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi
dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh
hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari
satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan.
B.
Tujuan
pembelajaran
Role
Playing
Menurut Zuhaerini (1983: 56), model ini digunakan apabila pelajaran
dimaksudkan untuk: (a) menerangkan suatu peristiwa yang di dalamnya
menyangkut orang banyak, dan berdasarkan pertimbangan didaktik lebih
baik didramatisasikan daripada diceritakan, karena akan lebih jelas dan

dapat dihayati oleh anak; (b) melatih anak-anak agar mereka mampu
menyelesaikan masalah-masalah sosial-psikologis; dan (c) melatih anak-anak
agar mereka dapat bergaul dan memberi kemungkinan bagi pemahaman
terhadap orang lain beserta masalahnya.
C.
langkah-langkah
model
pembelajaran
role
playing
Langkah-langkah model pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan scenario
pembelajaran, menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario
tersebut, pembentukan kelompok siswa, penyampaian kompetensi,
menunjuk siswa untuk melakonkan skenario yang telah dipelajarinya,
kelompok siswa membahas peran yang dilakukan oleh pelakon, presentasi
hasil kelompok, bimbingan penyimpulan dan refleksi.
D. Pengertian dan ciri-ciri pembelajaran Role Playing
Bermain peran pada prinsipnya merupakan pembelajaran untuk
menghadirkan peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu
pertunjukan peran di dalam kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan
sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian terhadap .
Misalnya: menilai keunggulan maupun kelemahan masing-masing peran
tersebut, dan kemudian memberikan saran/ alternatif pendapat bagi
pengembangan peran-peran tersebut. Pembelajaran ini lebih menekankan
terhadap masalah yang diangkat dalam pertunjukan, dan bukan pada
kemampuan
pemain
dalam
melakukan
permainan
peran
.
Role playing adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan,
aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang (Jill Hadfield, 1986). Dalam
role playing murid dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun
saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas, dengan menggunakan bahasa
Inggris. Selain itu, role Playing sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk
aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada di
luar kelas dan memainkan peran orang lain (Basri Syamsu, 2000).
Dalam role playing murid diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara
aktif melakukan praktik-praktik berbahasa (bertanya dan menjawab dalam
bahasa Inggris) bersama teman-temannya pada situasi tertentu. Belajar

efektif dimulai dari lingkungan yang berpusat pada diri murid (Departemen
Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah,
2002). Lebih lanjut prinsip pembelajaran PKn standar kompetensi memahami
kebebasan berorganisasi, dan menghargai keputusan bersama, murid akan
lebih berhasil jika mereka diberi kesempatan memainkan peran dalam
bermusyawarah, melakukan pemungutan suara terbanyak dan bersikap mau
menerima kekalahan sehingga dengan melakukan berbagai kegiatan
tersebut dan secara aktif berpartisipasi, mereka akan lebih mudah
menguasai apa yang mereka pelajari (Boediono, 2001). Jadi, dalam
pembelajaran murid harus aktif, karena tanpa adanya aktivitas, maka proses
pembelajaran
tidak
mungkin
terjadi
.
Sementara itu, sesuai dengan pengalaman penelitian sejenis yang telah
dilakukan, manfaat yang dapat diambil dari role playing adalah: Pertama,
role playing dapat memberikan semacam hidden practise, dimana murid
tanpa sadar menggunakan ungkapan-ungkapan terhadap materi yang telah
dan sedang mereka pelajari. Kedua, role playing melibatkan jumlah murid
yang cukup banyak, cocok untuk kelas besar. Ketiga, role playing dapat
memberikan kepada murid kesenangan karena role playing pada dasarnya
adalah permainan. Dengan bermain murid akan merasa senang karena
bermain adalah dunia siswa. Masuklah ke dunia siswa, sambil kita antarkan
dunia
kita
(Bobby
DePorter,
2000:
12)
E. kelebihan dan kekurangan role playing
Kelebihan Metode Role Playing
Kelebihan metode Role Playing melibatkan seluruh siswa berpartisipasi,
mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerja
sama. Siswa juga dapat belajar menggunakan bahasa dengan baik dan
benar. Selain itu, kelebihan metode ini adalah, sebagai berikut:
1) Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
2) Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan
dalam
situasi
dan
waktu
yang
berbeda.
3) Guru dapat mengevaluasi pengalaman siswa melalui pengamatan pada
waktu
melakukan
permainan.

4) Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa.
Disamping merupakan pengaman yang menyenangkan yang saling untuk
dilupakan
5) Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi
dinamis
dan
penuh
antusias
6) Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta
menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi
7) Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat
memetik butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya dengan
penghayatan
siswa
sendiri
8) Dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan profesional siswa, dan
dapat menumbuhkan / membuka kesempatan bagi lapangan kerja
Kelemahan Metode Role Playing
Hakekatnya sebuah ilmu yang tercipca oleh manusia tidak ada yang
sempurna,semua ilmu ada kelebihan dan kekurangan.Jika kita melihat
metode Role Playing dalam dalam cakupan cara dalam prooses mengajar
dan belajar dalam lingkup pendidikan tentunya selain kelebihan terdapat
kelemahan.
Kelemahan metode role palying antara lain:
1. Metode bermain peranan memelrukan waktu yang relatif panjang/banyak
2. Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru
maupun
murid.
Dan
ini
tidak
semua
guru
memilikinya
3. Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk
memerlukan
suatu
adegan
tertentu
4. Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain pemeran mengalami
kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus
berarti
tujuan
pengajaran
tidak
tercapai
5. Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaranrole-playing.html#ixzz2uZYxvua6
MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

Group Investigationn merupakan salah satu bentuk model pembelajaran


kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk
mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui
bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat
mencari melalui internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam
menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi.
Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam
berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Model Group
Investigation dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir
mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap
pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
Dalam metode Group Investigation terdapat tiga konsep utama, yaitu:
penelitian atau enquiri, pengetahuan atauknowledge, dan dinamika
kelompok atau the dynamic of the learning group, (Udin S. Winaputra,
2001:75). Penelitian di sini adalah proses dinamika siswa memberikan respon
terhadap masalah dan memecahkan masalah tersebut. Pengetahuan adalah
pengalaman belajar yang diperoleh siswa baik secara langsung maupun
tidak langsung. Sedangkan dinamika kelompok menunjukkan suasana yang
menggambarkan sekelompok saling berinteraksi yang melibatkan berbagai
ide dan pendapat serta saling bertukar pengalaman melaui proses saling
beragumentasi.
Slavin (1995) dalam Siti Maesaroh (2005:28), mengemukakan hal penting
untuk melakukan metode Group Investigationadalah:
1.

Membutuhkan Kemampuan Kelompok.

Di dalam mengerjakan setiap tugas, setiap anggota kelompok harus


mendapat kesempatan memberikan kontribusi. Dalam penyelidikan, siswa
dapat mencari informasi dari berbagai informasi dari dalam maupun di luar

kelas.kemudian siswa mengumpulkan informasi yang diberikan dari setiap


anggota untuk mengerjakan lembar kerja.
2.

Rencana Kooperatif.

Siswa bersama-sama menyelidiki masalah mereka, sumber mana yang


mereka butuhkan, siapa yang melakukan apa, dan bagaimana mereka akan
mempresentasikan proyek mereka di dalam kelas.
3.

Peran Guru.

Guru menyediakan sumber dan fasilitator. Guru memutar diantara kelompokkelompok memperhatikan siswa mengatur pekerjaan dan membantu siswa
mengatur pekerjaannya dan membantu jika siswa menemukan kesulitan
dalam interaksi kelompok.
Para guru yang menggunakan metode GI umumnya membagi kelas menjadi
beberapa kelompok yang beranggotakan 5 sampai 6 siswa dengan
karakteristik yang heterogen, (Trianto, 2007:59). Pembagian kelompok dapat
juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap
suatu topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki,
melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang telah dipilih,
kemudian menyiapkan dan mempresentasikan laporannya di depan kelas.
1.

Langkah-Langkah dalam Menggunakan Model Group Investigation

Langkah-langkah penerapan metode Group Investigation, (Kiranawati (2007),


dapat dikemukakan sebagai berikut:
1.

Seleksi topik

Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum
yang biasanya digambarkan lebih dulu oleh guru. Para siswa selanjutnya
diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas
(task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi
kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan
akademik.

2.

Merencanakan kerjasama

Para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus,


tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik
yang telah dipilih dari langkah 1 diatas.
3.

Implementasi

Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b).
pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan
variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai
sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara
terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan
jika diperlukan.
4.

Analisis dan sintesis

Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh


pada langkah 3 dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu
penyajian yang menarik di depan kelas.
5.

Penyajian hasil akhir

Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai


topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan
mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi
kelompok dikoordinir oleh guru.
6.

Evaluasi

Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok


terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat
mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.
1.

Tahapan-tahapan Dalam Group Investigation

Enam Tahapan di dalam Pembelajaran Kooperatif dengan Metode Group


Investigationdapat dilihat pada table berikut, (Slavin, 1995) dalam Siti
Maesaroh (2005:29-30):

Tahap I
Mengidentifikasi topik
dan membagi siswa ke
dalam kelompok.

Tahap II
Merencanakan tugas.

Tahap III
Membuat penyelidikan.

Guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk


memberi kontribusi apa yang akan mereka selidiki.
Kelompok dibentuk berdasarkan heterogenitas.

Kelompok akan membagi sub topik kepada seluruh


anggota. Kemudian membuat perencanaan dari
masalah yang akan diteliti, bagaimana proses dan
sumber apa yang akan dipakai.

Siswa
mengumpulkan,
menganalisis
dan
mengevaluasi informasi, membuat kesimpulan dan
mengaplikasikan bagian mereka ke dalam
pengetahuan baru dalam mencapai solusi masalah
kelompok.

Tahap IV
Mempersiapkan
akhir.

tugas

Setiap kelompok mempersiapkan tugas akhir yang


akan dipresentasikan di depan kelas.

Tahap V
Mempresentasikan
tugas akhir.

Siswa mempresentasikan hasil kerjanya. Kelompok


lain tetap mengikuti.

Soal ulangan mencakup seluruh topik yang telah

Tahap VI


1.

diselidiki dan dipresentasikan.


Ciri-Ciri Model Group Investigation

Model pembelajaran Group Investigation merupakan model yang sulit


diterapkan dalam pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini
mempunyai cirri-ciri, yakni sebagai berikut:
1.

Pembelajaran kooperatif dengan metode Group Investigationberpusat pada


siswa, guru hanya bertindak sebagai fasilitator atau konsultan sehingga siswa
berperan aktif dalam pembelajaran.

2.

pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan


berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang,
setiap siswa dalam kelompok memadukan berbagai ide dan pendapat, saling
berdiskusi dan beragumentasi dalam memahami suatu pokok bahasan serta
memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi kelompok.

3.

pembelajaran kooperatif dengan metode Group Investigationsiswa dilatih


untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi, semua kelompok
menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah
dipelajari, semua siswa dalam kelas saling terlihat dan mencapai suatu perspektif
yang luas mengenai topik tersebut.

4.

adanya motivasi yang mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai
dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.

5.

pembelajaran kooperatif dengan metode Group Investigationsuasana belajar


terasa

lebih

efektif,

membangkitkan

kerjasama

semangat

kelompok

siswa

untuk

dalam

pembelajaran

memiliki

ini

keberanian

dapat
dalam

mengemukakan pendapat dan berbagi informasi dengan teman lainnya dalam


membahas materi pembelajaran.
1.

Kelebihan dan Kelemahan Model Group Investigation

Di dalam pemanfaatannya atau penggunaannya model pembelajaran group


investigation juga mempunyai kelemahan dan kelebihan, yakni sebagai
berikut:

Kelebihan pembelajaran model group investigation:


1.

Pembelajaran dengan kooperatif model Group Investigation memiliki dampak


positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

2.

Penerapan metode pembelajaran kooperatif model Group Investigation


mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

3.

Pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan


berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang.

4.

Model pembelajaran

group investigation

melatih siswa untuk

memiliki

kemampuan yang baik dalam berkomunikasi dan mengemukakan pendapatnya.


5.

Memotivasi dan mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari
tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.

Kelemahan pembelajaran dengan model group investigation:


Model pembelajaran group investigation merupakan model pembelajaran
yang kompleks dan sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif.
Kemudian pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran group
investigation juga membutuhkan waktu yang lama.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajarangroup-investigation.html#ixzz2uZZPsRyR
Model Pembelajaran Bertukar Pasangan
Model Pembelajaran Bertukar Pasangan
1.
Pengertian
Model pembelajaran Bertukar Pasangan termasuk pembelajaran dengan
tingkat mobilitas cukup tinggi, di mana siswa akan bertukar pasangan
dengan pasangan lainnya dan nantinya harus kembali ke pasangan
semula/pertamanya.
Dan model pembelajaran bertukar pasangan ini merupakan salah satu
pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran yang dikembangkan dari teori
kontruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif untuk membangun
pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional (Rustaman et al., 2003: 206).

Jadi ,model pembelajaran cooperative learning adalah salah satu model


pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran
(student oriented). Dengan suasana kelas yang demokratis, yang saling
membelajarkan memberi kesempatan peluang lebih besar dalam
memberdayakan potensi siswa secara maksimal.dan menekankan pada
sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara
sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri
dari dua orang atau lebih belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota
kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan
tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja
sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran., Belajar
dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum
menguasai
bahan
pelajaran.
Model pembelajaran cooperative learning akan dapat memberikan nunasa
baru di dalam pelaksanaan pembelajaran oleh semua bidang studi atau mata
pelajaran yang diampu guru. Karena pembelajaran cooperative learning dan
beberapa hasil penelitian baik pakar pendidikan dalam maupun luar negeri
telah memberikan dampak luas terhadap keberhasilan dalam proses
pembelajaran. Dampak tersebut tidak saja kepada guru akan tetapi juga
pada siswa, dan interaksi edukatif muncul dan terlihat peran dan fungsi dari
guru
maupun
siswa.
Peran guru dalam pembelajaran cooperative learning sebagai fasilitator,
moderator, organisator dan mediator terlihat jelas. Kondisi ini peran dan
fungsi siswa terlihat, keterlibatan semua siswa akan dapat memberikan
suasana aktif dan pembelajaran terkesan de-mokratis, dan masing-masing
siswa punya peran dan akan memberikan pengalaman belajarnya kepada
siswa lain.
2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif (Dalam model Pembelajaran Bertukar
Pasangan)
Sebagai seorang guru dalam memberikan pelajaran kepada siswa tentu dia
akan memilih manakah model pembelajaran yang tepat diberikan untuk
materi pelajaran tertentu. Dalam hal ini Muslim Ibrahim (dalam Depdiknas,
2005 : 46) mengemukakan ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan
materi
belajarnya.

b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang


dan
rendah.
c. Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis
kelamin
yang
berbeda.
d. Penghargaan lebih berorientasi pada individu.
3.
Langkah-langkah
pembelajarannya
1. Siswa dibentuk berkelompok secara berpasangan/2 orang (guru bisa
menunjuk pasangannya atau siswa memilih sendiri pasangannya).
2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan
pasangannya.
3. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan dari
kempok
yang
lain.
4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang
baru ini saling menanyakan dan mencari kepastian jawaban mereka.
5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan
kepada
pasangan
semula.
6.
Kesimpulan.
7. Penutup.
4.
Keunggulan
dan
Kelemahannya
Keunggulan
:
1.
Setiap
siswa
termotivasi
untuk
menguasai
materi.
2. Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak pintar.
3. Mendorong siswa tampil prima karena membawa nama baik kelompok
lamanya
4. Tercipta suasana gembira dalam belajar. Dengan demikian meskipun saat
pelajaran menempati jam terakhir pun,siswa tetap antusias belajar.
Kelemahan
:
1. Ada siswa yang takut diintimidasi bila memberi nilai jelek kepada
anggotanya (bila kenyataannya siswa lain kurang kurang mampu menguasai
materi)
Solusinya
,
lembar
penilaian
tidak
diberi
nama
si
penilai.
2. Ada siswa yang mengambil jalan pintas ,dengan meminta tolong pada

temannya
untuk
mencarikan
jawabnya.
Solusinya mengurangi poin pada siswa yang membantu dan dibantu.
5.
Contoh
model
pembelajarannya
Pada Kompetensi Dasar (KD) Menaati Peraturan Perundang-undangan
Nasional. misalnya siswa dibagi menjadi beberapa kelompok masing masing
mempunyai tugas berbeda. Misalnya mempelajari sikap kritis terhadap
peraturan perundangan yang tidak mengakomodasi aspirasi rakyat , sikap
patuh
terhadap
peraturan
perundangan
nasional.
Kemudian masing-masing anggota kelompok membentuk kelompok
baru,sehingga kelompok baru tersebut tersebut berisi siswa dari grup sikap
kritis
dan
sikap
patuh
dan
seterusnya.
Dalam kelompok baru tersebut setiap siswa menerangkan apa yang
telah dipelajari.Adapenilaian antar siswa dalam kelompok baru tersebut.
Meliputi keaktivan, dalam diskusi serta kemampuan menerangkan dan
kemampuan menjawab pertanyaan.
KESIMPULAN
Dari
uraian-uraian
di
atas
dapat
kita
simpulkan
bahwa
:
Model pembelajaran Bertukar Pasangan termasuk pembelajaran dengan
tingkat mobilitas cukup tinggi, di mana siswa akan bertukar pasangan
dengan pasangan lainnya dan nantinya harus kembali ke pasangan
semula/pertamanya.
Dan model pembelajaran bertukar pasangan ini merupakan salah satu
pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran yang dikembangkan dari teori
kontruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif untuk membangun
pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional (Rustaman et al., 2003: 206).
Dan ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif (Dalam model Pembelajaran Bertukar
Pasangan) Muslim Ibrahim (dalam Depdiknas, 2005 : 46) mengemukakan
ciri-ciri
pembelajaran
kooperatif
sebagai
berikut:
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan
materi
belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang
dan
rendah.
c. Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis

kelamin
yang
d. Penghargaan lebih berorientasi pada individu.

berbeda.

Langkah-langkah
pembelajarannya
:
1. Siswa dibentuk berkelompok secara berpasangan/2 orang (guru bisa
menunjuk pasangannya atau siswa memilih sendiri pasangannya).
2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan
pasangannya.
3. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan dari
kempok
yang
lain.
4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang
baru ini saling menanyakan dan mencari kepastian jawaban mereka.
5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan
kepada
pasangan
semula.
6.
Kesimpulan.
7. Penutup.
Keunggulan :
1.
Setiap
siswa
termotivasi
untuk
menguasai
materi.
2. Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak pintar.
3. Mendorong siswa tampil prima karena membawa nama baik kelompok
lamanya
4. Tercipta suasana gembira dalam belajar. Dengan demikian meskipun saat
pelajaran menempati jam terakhir pun,siswa tetap antusias belajar.
Kelemahan
:
1. Ada siswa yang takut diintimidasi bila memberi nilai jelek kepada
anggotanya (bila kenyataannya siswa lain kurang kurang mampu menguasai
materi)
Solusinya
,
lembar
penilaian
tidak
diberi
nama
si
penilai.
2. Ada siswa yang mengambil jalan pintas ,dengan meminta tolong pada
temannya
untuk
mencarikan
jawabnya.
Solusinya mengurangi poin pada siswa yang membantu dan dibantu.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaranbertukar-pasangan.html#ixzz2uZZWKdYa

MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING


MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING
Pengertian
model
pembelajaran
snowball
throwing
Model Snowball Throwing merupakan salah satu model pembelajaran yang
dikembangkan berdasarkan pendekatan kontekstual (CTL). Snowball
Throwing yang menurut asal katanya berarti bola salju bergulir dapat
diartikan sebagai model pembelajaran dengan menggunakan bola
pertanyaan dari kertas yang digulung bulat berbentuk bola kemudian
dilemparkan secara bergiliran di antara sesama anggota kelompok. Dilihat
dari pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran siswa Pkn, model
Snowball Throwing ini memadukan pendekatan komunikatif, integratif, dan
keterampilan proses.
Kegiatan melempar bola pertanyan ini akan membuat kelompok menjadi
dinamis, karena kegiatan siswa tidak hanya berpikir, menulis, bartanya, atau
berbicara. Akan tetapi mereka juga melakukan aktivitas fisik yaitu
menggulung kertas dan melemparkannya pada siswa lain. Dengan demikian,
tiap anggota kelompok akan mempersiapkan diri karena pada gilirannya
mereka harus menjawab pertanyaan dari temannya yang terdapat dalam
bola
kertas.
Dalam metode (Snowball Throwing), guru berusaha memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan menyimpulkan isi berita
atau informasi yang mereka peroleh dalam konteks nyata dan situasi yang
kompleks. Guru juga memberikan pengalaman kepada siswa melalui
pembelajaran terpadu dengan menggunakan proses yang saling berkaitan
dalam situasi dan konteks komunikasi alamiah baik sosial, sains, hitungan
dan
lingkungan
pergaulan.
Dibentuk kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari
guru kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk
seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang masingmasing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh.
Langkah-langkah:
1.
Guru
menyampaikan

materi

yang

akan

disajikan.

2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing


ketua
kelompok
untuk
memberikan
penjelasan
tentang
materi.
3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing,
kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada
temannya.
4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kerja untuk
menuliskan pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah
dijelaskan
oleh
ketua
kelompok.
5. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa
ke
siswa
yang
lain
selama
kurang
lebih
5
menit.
6. Setelah siswa mendapat satu bola / satu pertanyaan diberikan
kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam
kertas
berbentuk
bola
tersebut
secara
bergantian.
7.
Guru
memberikan
kesimpulan.
8.
Evaluasi.
9. Penutup.
Kesimpulan:
Penggunaan
pendekatan
pembelajaran
snowball
throwing
dalam
meningkatkan keaktifan belajar siswa ini dirasakan cukup efektif karena
mampu menumbuh kembangkan potensi intelektual, sosial, dan emosional
yang ada dalam diri siswa. Di sini siswa akan terlatih untuk mengemukakan
gagasan dan perasaan secara cerdas dan kreatif, serta mampu menemukan
dan menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam
dirinya untuk menghadapi berbagai persoalan yang muncul dalam kehidupan
sehari-hari.
Di dalam model pembelajaran snowball throwing ini kurang tepat digunakan
untuk mata pelajaran atau bidang study ilmu pengetahhuan social. Karena
ilmu pengetahuan social adalah ilmu yang cakupan materi pembelajarannya
sangat luas, membutuhkan pengembangan yang mendalam karena
materinya selalu berkembang. Sedangkan di sini pembelajaran hanya
berkutat pada pengetahuan siswa saja. Jadi, yang lebih tepat menggunakan
model pembelajaran snowball throwing ini adalah jenis-jenis mata pelajaran
ilmu pengetahuan alam atau eksak yang cenderung menggunakan rumus
yang relatif tetap. Guru akan lebih mudah mengarahkan jalannya
pembelajaran di kelas.

Kelebihan:
1.
Melatih
kesiapan
siswa.
2.
Saling
memberikan
pengetahuan.
Kekurangan:
1. Penngetahuan tidak luas hanya berkutat pada pengetahuan sekitar siswa.
2. Tidak efektif.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaransnowball-throwing.html#ixzz2uZZZU5Zc
Pengertian Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining
Pengertian Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining
Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan model
pembelajaran dimana siswa/peserta didik belajar mempresentasikan
ide/pendapat pada rekan peserta didik lainnya. Model pembelajaran ini
efektif untuk melatih siswa berbicara untuk menyampaikan ide/gagasan atau
pendapatnya
sendiri.
Model pembelajaran ini akan relevan apabila siswa secara aktif ikut serta
dalam merancang materi pembelajaran yang akan dipresentasikan. Untuk itu
pembelajaran pada apresiasi drama akan lebih sesuai dikarenakan siswa
secara aktif ikut serta baik itu dalam kegiatan apresiasi maupun bisa berupa
ekspresi sastra sebagai pelakunya.
Langkah-langkah
pembelajarannya
:
1.
Guru
menyampaikan
kompetensi
yang
ingin
dicapai/KD.
2.
Guru
mendemonstrasikan/menyajikan
garis-garis
besar
materi
pembelajaran.
3. Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya,
misalnya melalui bagan/peta konsep. Hal ini bisa dilakukan secara bergiliran
4.
Guru
menyimpulkan
ide/pendapat
dari
siswa.
5. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
6.
Penutup
Kelebihan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining
siswa diajak untuk dapat menerangkan kepada siswa lain, dapat

mengeluarkan ide-ide yang


memahami materi tersebut.

ada

dipikirannya

sehingga

lebih

dapat

Kekurangan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining:


1. Adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja yang tampil.
2.
Banyak
siswa
yang
kurang
aktif
Kesimpulan
Dalam Model pembelajaran ini akan dapat berjalan sesuai dengan yang
diharapkap apabila siswa secara aktif ikut serta dalam merancang materi
pembelajaran yang akan dipresentasikan maka siswa akan lebih bisa
mengerti dan mampu memahaminya untuk mengungkapkan ide, selain itu
juga dapat mengajak peserta didik mandiri dalam mengembangkan potensi
mengungkapkan gagasan berpendapat.
Sumber:
: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/pengertian-modelpembelajaran-student.html#ixzz2uZZdtnxx
MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY
MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY
1.

Pengertian

Model pembelajaran Course Review Horay merupakan model pembelajaran


yang dapat menciptakan suasana kelas menjadi meriah dan
menyenangkan karena setiap siswa yang dapat menjawab benar maka
siswa tersebut diwajibkan berteriakhore! atau yel-yel lainnya yang
disukai.
Jadi, model pembelajaran course review horay ini merupakan suatu model
pembelajaran yang dapat digunakan guru agar dapat tercipta suasana
pembelajaran di dalam kelas yang lebih menyenangkan. Sehingga para
siswa merasa lebih tertarik. Karena dalam model pembelajaran course
review horay ini, apabila siswa dapat menjawab pertanyaan secara benar
maka siswa tersebut diwajibkan meneriakan kata hore ataupun yel-yel
yang disukai dan telah disepakati oleh kelompok maupun individu siswa itu
sendiri.

Model pembelajaran course review horay juga merupakan suatu metode


pembelajaran dengan pengujian pemahaman siswa menggunakan soal
dimana jawaban soal dituliskan pada kartu atau kotak yang telah
dilengkapi nomor dan untuk siswa atau kelompok yang mendapatkan
jawaban atau tanda dari jawaban yang benar terlebih dahulu harus
langsung berteriak horay atau menyanyikan yel-yel kelompoknya.
Jadi, dalam pelaksanaan model pembelajaran course review horay ini
pengujian pemahaman siswa dengan menggunakan kotak yang berisi
nomor untuk menuliskan jawabannya. Dan siswa yang lebih dulu
mendapatkan tanda atau jawaban yang benar harus langsung segera
menyoraki kata-kata horay atau menyoraki yel-yelnya.
Agar pemahaman konsep materi yang akan dibahas dapat dikaji secara
terarah maka seiring dengan perkembangan dunia pendidikan
pembelajaran Corse Review Horay menjadi salah satu alternative sebagai
pembelajaran yang mengarah pada pemahaman konsep. Pembelajaran
Course Review Horay, merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yaitu
kegiatan belajar mengajar dengan cara pengelompokkan siswa ke dalam
kelompok-kelompok kecil.
Pembelajaran Course Review Horay yang dilaksanakan merupakan suatu
pembelajaran dalam rangka pengujian terhadap pemahaman konsep siswa
menggunakan kotak yang diisi dengan soal dan diberi nomor untuk
menuliskan jawabannya. Siswa yang paling terdahulu mendapatkan tanda
benar langsung berteriak horay atau yel-yel lainnya. Melalui Pembelajaran
Course Review Horay diharapkan dapat melatih siswa dalam
menyelesaikan masalah dengan pembentukkan kelompok kecil.
Langkah-Langkah Model Pembelajaran Course Review Horay
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru menyajikan atau mendemonstrasikan materi sesuai topik dengan
tanya jawab
3. Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok.

4. Untuk menguji pemahaman siswa disuruh membuat kartu atau kotak


sesuai dengan kebutuhan dan diisi dengan nomor yang ditentukan guru.
5. Guru membaca soal secara acak dan siswa menuliskan jawabannya
didalam kartu atau kotak yang nomornya disebutkan guru.
6. Setelah pembacaan soal dan jawaban siswa telah ditulis didalam kartu
atau kotak, guru dan siswa mendiskusikan soal yang telah diberikan tadi.
7. Bagi yang benar,siswa memberi tanda check list ( ) dan langsung
berteriak horay atau menyanyikan yel-yelnya.
8. Nilai siswa dihitung dari jawaban yang benar dan yang banyak berteriak
horay .
9. Guru memberikan rewardv pada yang memperoleh nilai tinggi atau yang
banyak memperoleh horay.
10. Penutup
C. Kelebihan Model Pembelajaran Corse Review Horay
a. Pembelajarannya menarik dan mendorong siswa untuk dapat terjun
kedalamnya.
b. Pembelajarannya tidak monoton karena diselingi sedikit hiburan
sehingga
suasana
tidak
menegangkan.
c. Siswa lebih semangat belajar karena suasana pembelajaran berlangsung
menyenangkan
d. Melatih kerjasama
D. Kelemahan Model Pembelajaran Course Review Horay
a.
Siswa
aktif
dan
b. Adanya peluang untuk curang

pasif

nilainya

disamakan

Sumber:
:http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/modelpembelajaran-course-review-horay.html#ixzz2uZZtkw00

Model Pembelajaran Talking Stick

Model Pembelajaran Talking Stick

Sejarah Talking Stick

Talking Stick (tongkat berbicara) adalah metode yang pada mulanya


digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang
berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan
antarsuku), sebagaimana dikemukakan Carol Locust berikut ini :The talking
stick has been used for centuries by many Indian tribes as a means of just
and impartial hearing. The talking stick was commonly used in council
circles to decide who had the right to speak. When matters of great
concern would come before the council, the leading elder would hold the
talking stick, and begin the discussion. When he would finish what he had
to say, he would hold out the talking stick, and whoever would speak after
him would take it. In this manner, the stick would be passed from one
individual to another until all who wanted to speak had done so. The stick
was
then
passed
back
to
the
elder
for
safe
keeping.
Artinya:
Tongkat berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh sukusuku
Indian sebagai alat menyimak secara adil dan tidak memihak. Tongkat
berbicara sering digunakan kalangan dewan untuk memutuskan siapa
yang mempunyai hak berbicara. Pada saat pimpinan rapat mulai berdiskusi
dan membahas masalah, ia harus memegang tongkat berbicara. Tongkat
akan pindah ke orang lain apabila ia ingin berbicara atau menanggapinya.
Dengan cara ini tongkat berbicara akan berpindah dari satu orang ke orang
lain jika orang tersebut ingin mengemukakan pendapatnya. Apabila semua
mendapatkan giliran berbicara, tongkat itu lalu dikembalikan lagi ke
ketua/pimpinan
rapat.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa talking stick dipakai
sebagai tanda seseorang mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikan
secara bergiliran/bergantian.
B. Talking Stick Sebagai Model Pembelajaran

Talking stick termasuk salah satu model pembelajaran kooperatif. Model


pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang
memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa
mempelajari materi pokoknya. Pembelajaran Talking Stick sangat cocok
diterapkan bagi siswa SD, SMP, dan SMA/SMK. Selain untuk melatih
berbicara,
pembelajaran
ini
akan
menciptakan
suasana
yang
menyenangkan dan membuat siswa aktif. Langkah-langkah penerapannya
dapat dilakukan sebagai berikut.
1.
Guru
membentuk
kelompok
yang
terdiri
atas
5
orang.
2. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm.
3. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian
memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari
materi
pelajaran.
4. Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana.
5. Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari
isinya, guru mempersilahkan anggota kelompok untuk menutup isi bacaan.
6. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota
kelompok, setelah itu guru memberi pertanyaan dan anggota kelompok
yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian
seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk
menjawab
setiap
pertanyaan
dari
guru.
7. Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota
kelompoknya
tidak
bisa
menjawab
pertanyaan.
8.
Guru
memberikan
kesimpulan.
9. Guru melakukan evaluasi/penilaian, baik secara kelompok maupun
individu.
10. Guru menutup pembelajaran.
C. Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan:
1.
Menguji
kesiapan
2.
Melatih
membaca
dan
memahami
3. Agar lebih giat belajar (belajar dahulu).

dengan

siswa.
cepat.

Kekurangan:
Membuat siswa gelisah, gundah gulana dan lain2 (becanda).
D. Kesimpulan
1. talking stick dipakai sebagai tanda seseorang mempunyai hak suara
(berbicara)
yang
diberikan
secara
bergiliran/bergantian.
2. Model pembelajaran ini membuat anak didik ceria, senang, dan melatih
mental anak didik untuk siap pada kondisi dan siatuasi apapun

Sumber:

:http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-

pembelajaran-talking-stick.html#ixzz2uZZyAQpF

METODE DEMONSTRASI DAN EKSPERIMEN

METODE DEMONSTRASI DAN EKSPERIMEN

Yang di maksud dengan Metode Demonstrasi dan Eksperimen ialah suatu


upaya atau praktek dengan menggunaka peragaan yang di tujukan pada siswa
yang tujuannya ialah agar supaya semua sisiwa lebih mudah dalam memahami
dan mempraktekan dari apa yang telah di perokehnya dan dapat mengatasi sutu
permasalah apabila terdapat perbedaan .

Metode Demonstrasi
1. Pengertian Metode Demonstrasi
Yang di maksud dengan Metode Demonstrasi ialah metode mengajar
dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau
untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan
tertentu pada siswa.
Untuk memperjelas pengertian tersebut dalam prakteknya dapat di
lakukan oleh guru atau anak didik itu sendiri. Metode Demonstran cukup
baik apabila di gunakan dalam penyampaian bahan pelajaran fiqih,
misalnya bagaiamana cara berwudu, shalat, memandikan orang mati,
tawaf pada waktu haji,dan yang lainnya.
2. prinsip-prinsip metode demonstrasi sebagai berikut:

a. Menciptakan suasana/hubungan baik dengan siswa sehingga ada


keinginan dan kemauan dari siswa untuk menyaksikan apa yang
didemonstrasikan;
b. Mengusahakan agar demonstrasi itu dapat jelas bagi siswa yang
sebelumnya tidak memahami, mengingat siswa belum tentu dapat
memahami apa yang dimaksud dalam demonstrasi karena keterbatasan
daya
ingat;
c. Memikirkan dengan cermat sebelum mendemonstrasikan suatu pokok
bahasan/topik tertentu tentang adanya kesulitan yang akan ditemui siswa
sambil
memikirkan
dan
mencari
cara
untuk
mengatasinya.
Aspek
penting
dalam
metode
demonstrasi:
a. Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar bila alat yang
digunakan untuk mendemonstrasikan tidak dapat diamati dengan seksama
oleh
siswa;
b. Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti oleh aktivitas di
mana siswa sendiri dapat ikut memperhatikan dan menjadikan aktivitas
mereka
sebagai
pengalaman
yang
berharga;
c. Tidak semua hal yang didemonstrasikan di dalam kelas, misal alat
terlalu
besar;
d. Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis;
e. Sebagai pendahuluan, berilah pengertian dan landasan teori dari apa
yang
akan
didemonstrasikan;
f.
Persiapan
dan
perencanaan
yang
matang
g. Metode belajar sebagai tindakan dan langkah konkrit tidak dapatlepas
dari filosofi yang mendasarinya. Dasar filosofi ini bersifat lebih abstrak
yang melihat totalitas manusia sebagai pelaksana pendidikan baiksebagai
pendidik maupun peserta didik. Sebagai pendidik, manusia mempunyai
tanggung jawab untuk mentransfer dan mengembangkan ilmu
pengetahuan, sikap, nilai serta keterampilan pada peserta didik. Sebagai
peserta didik, manusia dilihat sebagai makhluk Tuhan yang mempunyai
potensi untuk dikembangkan sumber dayanya, baik aspek penalarannya,
aspek sikap hatinya maupun aspek keterampilan perilakunya. Sebagai
khalifah/wakil Allah di muka bumi, manusia harus mencerminkan sifat-sifat
Ilahiyah dalam kehidupan dunia di muka bumi ini. Untuk dapat
memerankannya
manusia
harus
mengembangkan

potensinya baik dari segi intelektualnya, moralnya maupun profesionalnya.


Pengembangan ini tidak lain melalui proses pendidikan
3. Adapun aspek yang penting dalam menggunakan Metode Demonstrasi
adalah:
a. Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar apabila alat yang di
Demonstrasikan tidak bisa di amati dengan seksama oleh siswa. Misalnya
alatnya
terlalu
kecil
atau
penjelasannya
tidak
jelas.
b. Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak di ikuti oleh aktivitas di
mana siswa sendiri dapat ikut memperhatikan dan menjadi aktivitas
mereka
sebagai
pengalaman
yang
berharga.
c. Tidak semua hal dapat di Demonstrasikan di kelas karna sebab alat-alat
yang terlalu besar atau yang berada di tempat lain yang tempatnya jauh
dari
kelas.
d. Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis
e. Sebagai pendahuluan, berilah pengertian dan landasan teori dari apa
yang akan di Demonstrasikan.
Dan adapun sebaiknya dalam Mendemonstrasikan pelajaran tersebut guru
harus terlebih dulu Mendemonstrasikan dengan sebaik-baiknya, baru di
ikuti oleh murid-muridnya yang sesuai dengan petunjuk.
4. Adapun dalam metode demonstran ini memiliki kelebihan dan ada juga
kekurangannya sebagaimana yang akan di paparkan di bawah ini.
Kelebihan metode demonstran adalah:
Perhatian anak didik dapat di pusatkan, dan titik berat yang di anggap
penting
oleh
guru
dapat
di
amati
Perhatian anak didik akan lebih terpusat pada apa yang di
Demonstrasikan, jadi proses anak didik akan lebih terarah dan akan
mengurangi
perhatian
anak
didik
kepada
masalah
lain
Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses
belajar

Dapat
menambah
pengalaman
anak
didik
Bisa membantu siswa ingat lebih lama tentang materi yang di sampaikan

Dapat mengurangi kesalah pahaman karna pengajaran lebih jelas dan


kongkrit
Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran setiap
siswa karna ikut serta berperan secara langsung.
Setelah melihat beberapa keuntungan dari metode demonstransi tersebut,
maka dalam bidang setudi agama, banyak hal-hal yang dapat di
demonstrasikan terutama dalam bidang ibadat, seperti pelaksanaan
shalat,
zakat
dan
yang
lainnya.
Apabila teori menjalankan ibadah yang betul dan baik telah di miliki oleh
anak didik, maka guru harus mencoba mendemonstrasikan di depan para
murit. Dan apabila anak didik sedang mendemonstrasikan ibadah, guru
harus mengamati langkah dari langkah dari setiap gera-gerik murid
tersebut,
sehingga apabila ada kesalahan atau kekurangannya guru berkewajiban
memperbaikinya. Tindakan mengamati segi-segi yang kurang baik lalu
memperbaikinya akan memberikan kesan yang dalam pada diri anak didik,
karna guru telah memberi pengalaman kepada anak didik baik bagi anak
didik yang menjalankan Demonstrasi ataupun bagi yang menyaksikannya.
Dari segi kelemahan atau metode demonstran adalah:

Memerlukan
waktu
yang
cukup
banyak
Apabila terjadi kekurangan media, metode demonstrasi menjadi kurang
efesien
Memerlukan biaya yang cukup mahal, terutama untuk membeli bahanbahannya

Memerlukan
tenaga
yang
tidak
sedikit
Apabila siswa tidak aktif maka metode demonstran menjadi tidak efektif.
5. Adapun langkah-langkah dalam penerapan metode demonstrasi adalah:
a.
Perencanaan
Dalam
perencanaan
hal-hal
yang
dilakukan
ialah
;
a. Merumuskan tujuan yang baik dari sudut kecakapan atau kegiatan yang
di harapkan dapat tercapai setelah metode demontrasi berakhir
b. Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan

di
laksanakan
c.
Memperhitungkan
waktu
yang
di
butuhkan
d. Selama demonstrasi berlangsung guru haru intropeksi diri apakah:
Keterangan-keterangan dapat di dengar dengan jelas oleh siswa
Apakah semua media yang di gunaka telah di tempatkan pada posisi
yang baik, hingga semua siswa dapat melihat semuanya dengan jelas
Siswa di sarankan membuat catatan yang dianggap perlu
e. Menetapkan rencana penilaian terhadap kemampuan anak didik
b.
Pelaksanaannya:
Hal-hal
yang
mesti
di
lakukan
adalah:
1. Memeriksa hal-hal tersebut di atas untuk kesekian kalinya
2.
Melakukan
demonstrasi
dengan
menarik
perhatian
siswa
3. Mengingat pokok-pokok materi yang akan di demonstrasikan agar
mencapai
sasaran
4. Memperhatikan kedaan siswa, apakah semuanya mengikuti demonstrasi
dengan
baik
5.
Memberikan
kesempatan
pada
siswa
untuk
aktif
6. Menghindari ketegangan
6. Evaluasi:
Dalam kegiatan evaluasi ini dapat berupa pemberian tugas, seperti
membuat laporan,menjawab pertanyaan, mengadakan latihan lebih lanjut,
baik di sekolah ataupun di rumah.
7. Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam penggunaan metode
demonstrasi
tersebut
adalah:
Rumuskan secara spesific yang dapat di capai oleh siswa.
Susun langkah-langkah yag akan dilakukan dengan demontrasi secara
teratur
sesuai
dengan
skenario
yang
telah
di
rencanakan.
Menyipkan peralatan yang di butuhkan sebelum demonstrasi dimulai.
Usahakan dalam melakukan demonstrasi tersebut sesuai dengan
kenyataan sebenarnya.
B. Metode Eksperimen

a. Pengertian Metode Eksperimen


Metode Eksperimen adalah Metode atau cara di mana guru dan murit
bersama-sama mengerjakan sesuatu latihan atau percobaan untuk
mengetahui
pengaruh
atau
akibat
dari
sesuatu
aksi.
Sedangkan menurut Ramayulis, dalam bukunya Metodologi pendidikan
agama Islam mendefinisikan bahwa Metode Eksperimen ialah suatu
metode mengajar yang di lakukan murid untuk melakuka percobaanpercobaan
pada
mata
pelajaran
tertentu.
Sedangkan menurut Zakiyah Daradjat tidak memberikan pengertian jelas,
ia hanya mengatakan bahwa Metode Eksperimen adalah metode
percobaan yang biasanya di lakuka dalam mata pelajaran tertentu.
Sedangkan menurut Departeman Agama memberi definisi bahwa Metode
Eksperimen adalah peraktek pengajaran yan melibatkan anak didik pada
pekerjaan akademis, latihan dan pemecahan masalah atau topik seperti:
shalat, puasa, haji, pembangunan masarakat dan lain-lainnya.
b. Metode Eksperimen dalam pendidikan Agama Islam
Hal yang menarik tentang metode ini dalam pendidikan agama Islam ialah
bahwa metode ini ada kolerasinya dengan pendidikan agama Islam
terutama bidang
studi
fiqih.
Kongkritnya adalah Ketika ingin membuktikan apakah segenangan air
termasuk air suci atau air najis atau air yang suci tidak mensucikan, maka
hal ini harus di buktikan secara langsung dan di adakan penelitian secara
ilmiah, maka metode Eksperiman dapat membuktikannya dengan tepat.
c. Target metode Eksperimen
Adapun
target
Metode
Eksperimen
adalah
1) Murit dapat membuktikan kebenaran riil dari teori-teori hukum yang
berlaku
2) Diharapkan dengan metode ini murit dapat kepuasan dari hasil
belajarnya
d.

Langkah-langkah
Menerangkan

metode
Metode

eksperimen
Eksperimen

Membicarakan terlebih dahulu permasalahan yang seknifikasi untuk di


angkat
Sebelum guru menetapkan alat yang di perlukan langkah-langkah apa
saja yang harus di variebel-variebel apa yang harus di kontrol
Setelah eksperimen di lakukan guru harus mengumpulkan laporan,
memproses kegiatan, dan mengadakan tes untuk menguji pemahaman
murit
e.
Kelebihan
1) Kelebihannya

dan

kekurangan

Metode

Eksperimen

ialah:

Menambah keaktifan untuk berbuat dan memecahkan sendiri sebuah


permasalahan
Dapat melaksanakan metode ilmiah dengan baik
2) Segi kekurangannya
Tidak semua mata pelajaran dapat menggunakan metode ini
Murid yang kurang mempunyai daya intelektual yang kuat kurang baik
hasilnya.
Sebaiknya Metode Eksperimen ini di terapkan bagi pelajaran-pelajaran
yang belum di ajarka atau di terangkan oleh metode lain sehingga Metode
Eksperimen ini terasa benar fungsinya bagi siswa.
Hal-hal yang Perlu di perhatikan dalam melakukan Metode Eksperimen
adalah
sebagai
berikut;
1. Persiapkan terlebih dahulu bahan-bahan yang di butuhkan
2. Usahakan siswa terlibat langsung sewaktu mengadakan eksperimen
3. Sebelum di laksanakan eksperimen siswa terlebih dahulu di berikan
penjelasan dan petunjuk-petunjuk seperlunya
1. Lakukan pengelompokan atau masing-masing individu melakukan
percobaan yang telah di rencanakan bila hasilnya belum memuaskan
dapat
di
ulangi
lagi
untuk
membuktikn
kebenaranya
2. Setiap kelompok atau individu dapat melaporkan hasil percobaanya
secara tertulis.

C. Metode Demonstrasi dan Eksperimen


Metode Demonstrasi Dan Eksperimen ini cocok digunakan apabila:
1. Untuk memberikan latihan keterampilan tertetu pada siswa.
2. Untuk memudahkan penjelasan yang di berikan agar siswa langsung
mengetahui
dan
dapat
terampil
dan
melakukannya.
3. Untuk membantu siswa dalam memahami sesuatu proses secara cermat
dan teliti.
Keuggulan Metode Demonstrasi dan Eksperiaen ini adalah:
a. Perhatian siswa akan dapat terpusat sepenuhnya pada anak yang di
Demonstrasikan
atau
di
Eksperienkan
b. Memberikan pengalaman praktis yang dapat membentuk ingatan yang
kuat
dan
keterampilan
dalam
berbuat
c. Hal-hal yang menjadi teka-teki siswa dapat terjawab melalui eksperimen
d. Menghindarkan kesalahan siswa dalam mengambil kesimpulan karena
mereka mengamati secara langsung jalannya proses demonstrasi yang di
adakan atau eksperimen.
Kelemahan
Metode
Demonstrasi
dan
Eksperimen
adalah:
1.
Persiapa
dan
pelaksanaannya
memakan
waktu
lama
2. Metode ini tidak efektif apabila tidak di tunjang dengan peralatan yang
lengkap
sesuai
dengan
kebutuhan
3. Sukar di laksanakan bila siswa belum matang kemampuan untuk
melaksanakannya
Saranya
Untuk
Metode
Demonstrasi
dan
Eksperimen
1. Lakukan Metode Demonstrasi dan Eksperimen dalam hal-hal yang
bersifat
praktis
dan
urgent
dalam
masarakat
2. Arahkan pendemonstrasian dan eksperimen agar murid-murid
mendapatkan pengertian yang jelas, pembentukan sikap serta kecakapan
praktis
3. Usahakan agar semua anak dapat mengikuti demonstrasi dan
eksperimen
4. Berilah pengertian sejelas-jelasmya landasan teori dari apa yang hendak
di demonstrasikan maupun di eksperimenkan

Kesimpulan
Metode demonstrasi adalah salah satu metode mengajar dengan
menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk
memperlihatkan
bagaimana
melakukan
sesuatu
dengan
jalan
mendemonstrasikan
terlebih
dulu
kepada
siswa
Metode ini dapat menghilangkan varbalisme sehingga siswa akan semakin
memahami materi pelajaran. Akan tetapi ada beberapa hal yang perlu di
perhatikan agar metode ini dapat berjalan dengan efektif dan efesien.
Metode Eksperimen adalah suatu metode di mana murid melakukan
pekerjaan akademis dalam mata pelajaran tertentu dengan menyaksikan
peragaan-peragaan
tersebut.
Namun yang perlu di perhatikan oleh guru tentang Metode Demonstrasi
dan Eksperimen ialah karna kedua metode ini memiliki kekurangan dan
kelebihan.

Sumber:

:http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/metode-demonstrasi-dan-

eksperimen.html#ixzz2uZaOCi2m

Model pembelajaran Explicit instruction

Model pembelajaran Explicit instruction

Pengertian

Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar


siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang
dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah.
Model Direct Intruction merupakan suatu pendekatan mengajar yang dapat
membantu siswa dalam mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh
informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Pendekatan

mengajar ini sering disebut Model Pengajaran Langsung (Kardi dan


Nur,2000a :2). Arends (2001:264) juga mengatakan hal yang sama
yaitu :A teaching model that is aimed at helping student learn basic skills
and knowledge that can be taught in a step-by-step fashion. For our
purposes here, the model is labeled the direct instruction model. Apabila
guru menggunakan model pengajaran langsung ini, guru mempunyai
tanggung jawab untuk mengudentifikasi tujuan pembelajaran dan
tanggung jawab yang besar terhadap penstrukturan isi/materi atau
keterampilan, menjelaskan kepada siswa, pemodelan/mendemonstrasikan
yang dikombinasikan dengan latihan, memberikan kesempatan pada siswa
untuk berlatih menerapkan konsep atau keterampilan yang telah dipelajari
serta memberikan umpan balik.
Model pengajaran langsung ini dirancang khusus untuk menunjang proses
belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural dan
pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik, yang dapat
diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.
Hal yang sama dikemukakan oleh Arends (1997:66) bahwa: The direct
instruction model was specifically designed to promote student learning of
procedural knowledge and declarative knowledge that is well structured
and can be taught in a step-by-step fashion.
Lebih lanjut Arends (2001:265) menyatakan bahwa: Direct instruction is a
teacher-centered model that has five steps:establishing set, explanation
and/or demonstration, guided practice, feedback, and extended practiceA
direct instruction lesson requires careful orchestration by the teacher and a
learning environment that businesslike and task-oriented. Hal yang sama
dikemukakan oleh Kardi dan Nur (2000a : 27), bahwa suatu pelajaran
dengan model pengajaran langsung berjalan melalui lima fase: (1)
penjelasan
tentang
tujuan
dan
mempersiapkan
siswa,
(2)
pemahaman/presentasi materi ajar yang akan diajarkan atau demonstrasi
tentang keterampilan tertentu, (3) memberikan latihan terbimbing, (4)
mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, (5) memberikan
latiham mandiri.
B. Prinsip

Pembelajaran ini cocok untuk menyampaikan materi yang sifatnya


algoritma-prosedural,
langkah
demi
langkah
bertahap.
Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar
siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang
dapat
diajarkan
dengan
pola
selangkah
demi
selangkah.
Langkah-langkah:
1.Menyampaikan
tujuan
dan
mempersiapkan
siswa.
2.
Mendemonstrasikan
pengetahuan
dan
ketrampilan.
3.
Membimbing
pelatihan.
4.
Mengecek
pemahaman
dan
memberikan
umpan
balik.
5.
Memberikan
kesempatan
untuk
latihan
lanjutan
Sintaknya
adalah:
1.
sajian
informasi
kompetensi,
2. mendemontrasikan pengetahuan dan ketrampilan procedural,
3.
membimbing
pelatihan-penerapan,
4.
mengecek
pemahaman
dan
balikan,
5.
penyimpulan
dan
evaluasi,
6.
refleksi.
C.
Kesimpulan
Model pembelajaran explicit instruction merupakan model pembelajaran
secara langsung agar sisiwa dapat memahami serta benar-benar
mengetahui pengetahuan secara menyeluruh dan aktiv dalam suatu
pembelajaran. Jadi model pembelajaran ini sangat cocok diterapakan
dikelas dalam materi tertentu yang bersifat dalil pengetahuan agar proses
berpikir siswa dapat mempunyai keterampilan procedural.
D.
Kelebihan
dan
Kekurangan
Kelebihan:
1.
Siswa
benar-benar
dapat
menguasai
pengetahuannya.
2.
Semua
siswa
aktif
/
terlibat
dalam
pembelajaran.
Kekurangan:
1. Memerlukan waktu lama sehingga siswa yang tampil tidak begitu lama.
2. Untuk mata pelajaran tertentu.

Sumber:

:http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-

pembelajaran-explicit-instruction.html#ixzz2uZaSlNPM

MODEL PEMBELAJARAN
Composition)

CIRC

(Cooperative,

Integrated,

Reading,

and

A.
Pengertian
Model
Pembelajaran
CIRC
Terjemahan bebas dari CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan
menulis
secara
koperatif
kelompok.
Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition-CIRC
(Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis) merupakan model pembelajaran
khusus Mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam rangka membaca dan
menemukan ide pokok, pokok pikiran atau,tema sebuah wacana/kliping.
Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
ini
dapat
dikategorikan
pembelajaran
terpadu.
Menurut Fogarty (1991), berdasarkan sifat keterpaduannya, pembelajaran
terpadu
dapat
dikelompokkan
menjadi:
1) model dalam satu disiplin ilmu yang meliputi model connected
(keterhubungan)
dan
model
nested
(terangkai);
2) model antar bidang studi yang meliputi model sequenced (urutan), model
shared (perpaduan), model webbed (jaring laba-laba), model theaded
(bergalur)
dan
model
integreted
(terpadu);
3) model dalam lintas siswa.
Dalam pembelajaran CIRC atau pembelajaran terpadu setiap siswa
bertanggung jawab terhadap tugas kelompok. Setiap anggota kelompok
saling mengeluarkan ide-ide untuk memahami suatu konsep dan
menyelesaikan tugas (task), sehingga terbentuk pemahaman yang dan
pengalaman belajar yang lama. Model pembelajaran ini terus mengalami
perkembangan mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga sekolah
menengah. Proses pembelajaran ini mendidik siswa berinteraksi sosial
dengan lingkungan.
Prinsip belajar terpadu ini sejalan dengan empat pilar pendidikan yang
digariskan UNESCO dalam kegiatan pembelajaran. Empat pilar itu adalah
belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk berbuat
(learning to do), belajar untuk menjadi diri sendiri (learning to be), dan

belajar hidup dalam kebersamaan (Learning to live together), (Depdiknas,


2002).
B.
Langkah

Langkah
Pembelajaran
CIRC
Langkah-langkah
pembelajarannya
sebagai
berikut
:
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang siswa secara heterogen.
2. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran.
3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan
memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas.
4.
Mempresentasikan/membacakan
hasil
kelompok.
5.
Guru
dan
siswa
membuat
kesimpulan
bersama.
6.
Penutup.
Dari setiap fase tersebut di atas dapat kita perhatikan dengan jelas sebagai
berikut:
a. Fase Pertama, Pengenalan konsep. Fase ini guru mulai mengenalkan
tentang suatu konsep atau istilah baru yang mengacu pada hasil penemuan
selama eksplorasi. Pengenalan bisa didapat dari keterangan guru, buku
paket,
atau
media
lainnya.
b. Fase Kedua, Eksplorasi dan aplikasi. Fase ini memberikan peluang pada
siswa untuk mengungkap pengetahuan awalnya, mengembangkan
pengetahuan baru, dan menjelaskan fenomena yang mereka alami dengan
bimbingan guru minimal. Hal ini menyebabkan terjadinya konflik kognitif
pada diri mereka dan berusaha melakukan pengujian dan berdiskusi untuk
menjelaskan hasil observasinya. Pada dasarnya, tujuan fase ini untuk
membangkitkan minat, rasa ingin tahu serta menerapkan konsepsi awal
siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan memulai dari hal yang
kongkrit. Selama proses ini siswa belajar melalui tindakan-tindakan mereka
sendiri dan reaksi-reaksi dalam situasi baru yang masih berhubungan, juga
terbukti menjadi sangat efektif untuk menggiring siswa merancang
eksperimen,
demonstrasi
untuk
diujikannya.
c. Fase Ketiga, Publikasi. Pada fase ini Siswa mampu mengkomunikasikan
hasil temuan-temuan, membuktikan, memperagakan tentang materi yang
dibahas. Penemuan itu dapat bersifat sebagai sesuatu yang baru atau
sekedar membuktikan hasil pengamatannya.. Siswa dapat memberikan
pembuktian terkaan gagasan-gagasan barunya untuk diketahui oleh teman-

teman sekelasnya. Siswa siap menerima kritikan, saran atau sebaliknya


saling memperkuat argumen.
C.
Kelebihan
Model
Pembelajaran
CIRC
Kelebihan dari model pembelajaran terpadu atau (CIRC) antara lain:
1) Pengalaman dan kegiatan belajar anak didik akan selalu relevan dengan
tingkat
perkembangan
anak;
2) kegiatan yang dipilih sesuai dengan dan bertolak dari minat siswa dan
kebutuhan
anak;
3) seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak didik sehingga hasil
belajar
anak
didik
akan
dapat
bertahan
lebih
lama;
4) pembelajaran terpadu dapat menumbuh-kembangkan keterampilan
berpikir
anak;
5) pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis
(bermanfaat) sesuai dengan permasalahan yang sering ditemuai dalam
lingkungan
anak;
6) pembelajaran terpadu dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa kearah
belajar
yang
dinamis,
optimal
dan
tepat
guna;
7) menumbuhkembangkan interaksi sosial anak seperti kerjasama, toleransi,
komunikasi
dan
respek
terhadap
gagasan
orang
lain;
8) membangkitkan motivasi belajar, memperluas wawasan dan aspirasi guru
dalam mengajar (Saifulloh, 2003).
D.
Kekurangan
Model
Pembelajaran
CIRC
Kerurangan dari model pembelajaran CIRC tersebut antara lain:
Dalam model pembelajaran ini hanya dapat dipakai untuk mata pelajaran
yang menggunakan bahasa, sehingga model ini tidak dapat dipakai untuk
mata pelajaran seperti: matematika dan mata pelajaran lain yang
menggunakan prinsip menghitung.
E.
Kesimpulan
Model pembelajaran ini sangat bagus dipakai karena dengan menggunakan
model ini siswa dapat memahami secara langsung peristiwa yang terjadi di
dalam kehidupan dengan materi yang dijelaskan.

Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajarancirc-cooperative.html#ixzz2uZamkHzS
MODEL PEMBELAJARAN INSIDE OUTSIDE CIRCLE (LINGKARAN BESAR
LINGKARAN
KECIL)
Teknik mengajar lingkaran besar dan lingkaran kecil (inside outside circle)
dikembangkan oleh Spencer Kagan untuk memberikan kesempatan pada
siswa agar saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan.
Bahan pelajaran yang paling cocok digunakan dengan teknik ini adalah
bahan yang membutuhkan pertukaran pikiran dan informasi antar siswa.
Salah satu keunggulan teknik ini adalah adanya struktur yang jelas yang
memungkinkan siswa untuk berbagi dengan pasangan yang berbeda dengan
singkat danteratur. Selain itu siswa bekerja dengan sesama siswa dalam
suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk
mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Langkah-langkah
:
1. Separuh kelas (atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak) berdiri
membentuk
lingkaran
kecil
dan
menghadap
ke
luar.
2. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran diluar lingkaran pertama
menghadap
ke
dalam.
3.
Dua
siswa
yang
berpasangan
dari
lingkaran
kecil
danhttp://www.scribd.com/doc/50827028/73/INSIDE-OUTSIDE-CIRCLELINGKARAN-KECIL-LINGKARAN-BESAR besar berbagi informasi. Pertukaran
informasi bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang
bersamaan.
4. Kemudian siswa yang di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa
yang di lingkaran besar bergeser, satu atau dua langkah searah jarum jam.
5. Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi
demikian seterusnya.
Siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan dengan
pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur.
Kelebihan
Mendapatkan

informasi

yang

berbeda

pada

saat

yang

:
bersamaan.

Kekurangan
:
Membutuhkan
ruang
kelas
yang
besar.
Terlalu lama sehingga tidak konsentrasi dan disalahgunakan untuk bergurau,
juga rumit untuk dilakukan.
Materi
yang
cocok
dengan
model
pembelajaran.
1.
IPA
kelas
5
Bab
V
Penyesuaian
Makhluk
Hidup
a.
Penyesuaian
diri
pada
hewan
1.
Penyesuaian
diri
untuk
memperoleh
makanan.
2.
Penyesuaian
diri
untuk
melindungi
diri
dari
musuhnya.
b.
Penyesuaian
diri
pada
tumbuhan
1.
Penyesuaian
diri
tumbuhan
dengan
lingkungan
tertentu.
2. Penyesuaian diri untuk melindungi diri dari musuhnya.
Alasan
:
Pada pembelajaran dengan menggunakan model outside inside circle
(lingkaran besar lingkaran kecil) ini. Terlebih dahulu guru menyampaikan
informasi dengan menjelaskan isi materi (penyesuaian makhluk hidup).
Menurut saya materi penyesuaian makhluk hidup sangat cocok untuk model
outside inside circle (lingkaran besar lingkaran kecil). Karena materi ini
sering ditemui anak dalam kehidupan sehari-hari, melalui penjelasan dari
guru tentang penyesuaian makhluk hidup maka anak memadukan apa yang
dilihatnya dalam kehidupan sehari-hari dengan informasi yang disampaikan
oleh guru, sehingga pada saat anak membentuk lingkaran besar dan
lingkaran kecil yang selanjutnya anak akan menyampaikan informasi, anak
mudah mengingat informasi yang akan dia sampaikan kepada teman
pasangannya, materi ini juga memiliki cakupan isi/materi yang cukup banyak
sehingga memudahkan guru untuk membagi materi sesuai dengan siswa
yang membentuk lingkaran, karna masing masing-masing anak membawa
informasi yang berbeda untuk teman pasangannya.
2.
IPA
Sumber
a.
Sumber
1.
Sumber

Kelas
Daya
daya

Daya
Alam
di
alam
yang

Bab

XIV
Alam
Lingkungan
Sekitar
dapat
diperbaharui

2.
Sumber
daya
alam
yang
tidak
dapat
b.
Penggunaan
Sumber
Daya
1.
2. Kegiatan manusia yang mengubah permukaan bumi

diperbaharui
Alam
Mineral

Alasan
:
Pada pembelajaran menggunakan model outside inside circle (lingkaran
besar lingkaran kecil). saya materi ini cocok untuk model inside (outside
circle) (lingkaran besar lingkaran kecil) karena materinya dapat
dikembangkan oleh anak berdasarkan pengetahuan dan pengalaman
mereka. Misalnya : materi tentang kegiatan manusia yang mengubah
permukaan bumi, jika guru menggunakan soal pertanyaan dalam pertukaran
pikiran dan informasi untuk setiap anak, maka mempermudah pekerjaan
guru dalam membuat pertanyaan, pertanyaan yang sama dapat diberikan
kepada beberapa anak, karena kemungkinan jawaban yang akan mereka
dapat dari teman pasangannya berbeda. Dengan model pembelajaran
outside inside circle materi akan mudah dipahami oleh anak karena
materi ini dapat disampaikan dengan singkat dan eratur, misalnya berkaitan
dengan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, dan tidak dapat
diperbaharui, sehingga dengan model pembelajaran outside inside circle
ini cakupan materi yang cukup luas dapat dipahami dan dikembangkan oleh
anak.
3.
Pendidikan
kewarganegaraan
kls
XI
Semester
II
Pentingnya
nilai
dalam
kehidupan
Pentingnya
nilai
dalam
kehidupan
bangsa
Pancasila
sebagai
sumber
nilai
a.
Pancasila
sebagai
sumber
nilai
hokum
b.
Pancasila
sebagai
sumber
nilai
etik
Menurut saya materi ini cocok dan bias digunakan dalam model
pembelajaran IOC dikarnakan materi yang disampaikan tidak terlalu sulit dan
melatih tingkat pemikiran siswa karna yang dibahas dalam materi ini
menyangkut kehidupan sehari-hari dan bangsa.
Contoh RPP model pembelajaran ini :

Rencana
Pelaksanaan
Model pembelajaran IOC
Mata
Pelajaran
:
Kelas
/
semester
Hari
/
Alokasi Waktu : 2 JP x 40 menit

Pembelajaran

Pendidikan
:
XI
tanggal

RPP

Kewarganegaraan
/
(dua)
:

St
standar
Kompetisi
Menganalisis pentingnya nilai dalam kehidupan
K
kompetisi
Dasar
Mendiskripsikan
pentingnya
nilai
dalam
kehidupan
Mendeskripsiskan
pancasila
sebagai
sumber
Mendeskripsikan
nilai
pancasila
sebagai
sumber
norma
Mendeskripsikan nilai pancasila sebagai sumber norma etik
A.
Indikator
Menjelaskan pentingnya nilai pancasila dalam kehidupan

:
bangsa
nilai
hokum

B.
Tujuan
pembelajaran
:
1.
memahami
pentingnya
nilai
dalam
kehidupan
2. Mengetahui pentingnya nilai pancasila sebagai norma hukum
3. Mengetahui pentingnya pancasila sebagai sumber nilai etik
C.
Materi
pembelajaran
:
LKS Pendidikan kewarganegaran untu SMA kelas XI semeeter II
Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa
yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Sebagai
contoh, orang menanggap menolong memiliki nilai baik, sedangkan mencuri
bernilai buruk. Woods mendefinisikan nilai sosial sebagai petunjuk umum
yang telah berlangsung lama, yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan
dalam
kehidupan
sehari-hari.
pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional membawa
konsekuensi logis bahwa nilai-nilai pancasila dijadikan landasan pokok,
landasan
fundamental
bagi
penyelenggaraan
negara
Indonesia.

Nilai-nilai pancasila selanjutnya dijabarkan dalam berbagai peraturan


perundangam yang ada. Perundang-undangan, ketetapan, keputusan,
kebijaksanaan
pemerintah, program-program pembangunan, dan peraturan-peraturan lain
pada
hakikatnya merupakan nilai instrumental sebagai penjabaran dari nilai-nilai
dasar
pancasila.
Upaya lain dalam mewujudkan pancasila sebagai sumber nilai adalah
dengan
menjadikan nilai dasar Pancasila sebagai sumber pembentukan norma etik
(norma
moral) dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilainilai
pancasila
adalah
nilai
moral
D.
Metode
Pembelajaran
1.
Kerja
kelompok
2.
Presentasi
3.
Diskusi
4.
Tanya
jawab
E.
Langkah-langkah
Pembelajaran
:
1.
Pendahuluan
1)
Salam,
sapa
dan
berdoa
bersama
2)
Apersepsi
tentang
materi
3) Membagi kelompok yng anggotanya 4 orang secara heterogen
berdasarkan
tingkat
kemampuan
membaca.
2.
Kegiatan
Inti
1)
Menjelaskan
pembagian
tugas
kelompok
2) Guru memberikan wacana / kliping sesuai topic pembelajaran
3) Siswa bekerjasama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan
memberi tanggapan terhadap wacana / kliping dan ditulis pada lembar kerja.
4)
Mempresentasikan
/
membaca
hasil
kelompok.
3.
Kegiatan
akhir
1)
Guru
menyimpulkan
materi
bersama
murid
2) Penutup

F.
Sumber
bahan
:
Buku paket buku paket pendidikan kewarganegaraan kelas XI semester II
LKS Pendidikan kewarganegaran untu SMA kelas XI semeeter II
Kliping tentang pentingnya nilai dalm kehidupan berbangsa dan bernegara
G.

Tes lisan

Test

perbuatan

dalam

Penilaian
kegiatan

Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaraninside-outside.html#ixzz2uZauLNPm
MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING (TEBAK KATA)
MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING (TEBAK KATA)
A.
Pengertian
Metode ini berguna untuk kelas yang aktif dalam kelas. Pengertian aktif
terdapat
2
(dua)
macam,
yaitu:
1. aktif dalam arti selalu atau suka berbicara meski tidak dalam
pembelajaran,
2. aktif dalam arti siswa mau dan mampu berfikir dan bertanya jika
menemukan kesulitan.
Dalam buku Cooperative Learning PAIKEM oleh Agus Suprijono menjelaskan
pembelajaran aktif yaitu; Pembelajaran adalah proses belajar dengan
menempatkan peserta didik sebagai center stage performance, dengan
proses pembelajaran yang menarik sehingga siswa dapat merespon
pemelajaran dengan suasana yang menyenangkan. Sedangkan aktif adalah
siswa atau peserta didik mampu dan dapat bertanya, mempertanyakan, dan
mengemukakan
gagasan.
Maka dari itu, berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas dengan
lingkungan sekitar atau tidak terbatas pada empat dinding kelas. Melainkan
pembelajaran dapat terlaksana dengan pendekatan lingkungan menghapus
kejenuhan dan menciptakan peserta didik yang cinta terhadap lingkungan
sekitar. Sedikit contoh metode Pembelajaran Aktif yaitu dengan Metode
Tebak
kata.

Model pembelajaran tebak kata adalah model pembelajaran yang


menggunakan media kartu teka-teki yang berpasangan dengan kartu
jawaban teka-teki. Permainan tebak kata dilaksanakan dengan cara siswa
menjodohkan kartu soal teka-teki dengan kartu jawaban yang tepat. Melalui
permainan tebak kata, selain anak menjadi tertarik untuk belajar juga
memudahkan dalam menanamkan konsep pelajaran IPS dalam ingatan
siswa. Jadi, guru mengajak siswa untuk bermain tebak kata dengan
menggunakan media kartu dari kertas karton dalam mata pelajaran IPS.
Dalam menerapkan metode permainan ada beberapa hal yang harus
disiapkan
adalah
sebagai
berikut
:
1.
siapkan
materi
yang
akan
di
sampaikan.
2.
siapkan
bahan
ajar
yang
di
butuhkan.
3.
siapkan
kata
kunci
yang
akan
di
pertanyakan.
Media:
:
Buat kartu ukuran 10X10 cm dan isilah ciri-ciri atau kata-kata lainnya yang
mengarah pada jawaban (istilah) pada kartu yang ingin ditebak. Buat kartu
ukuran 5X2 cm untuk menulis kata-kata atau istilah yang mau ditebak (kartu
ini nanti dilipat dan ditempel pada dahi ataudiselipkan di telinga.
Langkah-langkah
:
1. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai atau materi 45 menit.
2. Guru menyuruh siswa berdiri berpasangan di depan kelas
3. Seorang siswa diberi kartu yang berukuran 1010 cm yang nanti
dibacakan pada pasangannya. Seorang siswa yang lainnya diberi kartu yang
berukuran 52 cm yang isinya tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian
ditempelkan
di
dahi
atau
diselipkan
ditelinga.
4. Sementara siswa membawa kartu 1010 cm membacakan kata-kata yang
tertulis didalamnya sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud
dalam kartu 1010 cm. jawaban tepat bila sesuai dengan isi kartu yang
ditempelkan
di
dahi
atau
telinga.
5. Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka pasangan
itu boleh duduk. Bila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan boleh
mengarahkan dengan kata-kata lain asal jangan langsung memberi
jawabannya.
6. Dan seterusnya

CONTOH
KARTU:
BERDASARKAN
SIKAP
YANG
DITUNJUKKAN.
tidak memandang perbedaan sebagai usaha mencari alternatif
yang dicari adalah kambing hitam bukan peraturannya yang mungkin
salah.
TIPE BUDAYA POLITIK APAKAH AKU?
JAWABAN:
TIPE BUDAYA POLITIK MILITAN
B.
Prinsip
atau
Ciri-Ciri

Pembelajaran
berlangsung
menyenangkan

Siswa
diarahkan
untuk
aktif

Menggunakan
media
kartu
C.
Kelebihan
dan
Kekurangan
dalam
Pemanfaatannya

Kelebihannya
:
a.
anak
akan
mempunyai
kekayaan
bahasa.
b.
Sangat
menarik
sehingga
setiap
siswa
ingin
mencobanya.
c.
Siswa
menjadi
tertarik
untuk
belajar
d. memudahkan dalam menanamkan konsep pelajaran dalam ingatan siswa.

Kekurangannya
:
a. memerlukan waktu yang lama sehingga materi sulit tersampaikan.
b. Bila siswa tidak menjawab dengan benar maka tidak semua siswa dapat
maju
karena
waktu
terbatas.
D.
Kesimpulan
Jadi, mopdel pembelajaran Tebak Kata merupakan salah satu model
pembelajaran Cooperative Lerning, dengan proses pembelajaran yang
menarik agar siswa menjadi berminat atau tertarik untuk belajar,
mempermudah dalam menanamkan konsep-konsep dalam ingatan siswa.
Selain itu siswa juga diarahkan untuk aktif, yaitu siswa atau peserta didik
mampu dan dapat bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan
gagasan.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajarancooperative-learning.html#ixzz2uZaxj99D

MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE


MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE

Pengertian

Model pembelajaran Word Square merupakan pengembangan dari metode


ceramah
yang
diperkaya.
Hal
ini
dapat
diidentifikasi
melalui
pengelompokkan metode ceramah yang diperkaya yang berorientasi kepada
keaktifan siswa dalam pembelajaran sebagaimana disebutkan oleh Mujiman
(2007)
Model Pembelajaran Word Square merupakan model pembelajaran yang
memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam
mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Mirip seperti mengisi TekaTeki Silang tetapi bedanya jawabannya sudah ada namun disamarkan
dengan menambahkan kotak tambahan dengan sembarang huruf/angka
penyamar atau pengecoh. Model pembelajaran ini sesuai untuk semua mata
pelajaran.Tinggal bagaimana Guru dapat memprogram sejumlah pertanyaan
terpilih yang dapat merangsang siswa untuk berpikir efektif. Tujuan
huruf/angka pengecoh bukan untuk mempersulit siswa namun untuk melatih
sikap teliti dan kritis.
Word Square merupakan salah satu dari sekian banyak metode
pembelajaran yang dapat dipergunakan guru dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Metode ini merupakan kegiatan belajar mengajar dengan cara
guru membagikan lembar kegiatan atau lembar kerja sebagai alat untuk
mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang telah
diajarkan.
Instrument utama metode ini adalah lembar kegiatan atau kerja berupa
pertanyaan atau kalimat yang perlu dicari jawabannya pada susunan huruf
acak pada kolom yang telah disediakan.

Langkah-Langkah Model Pembelajaran Word Square

Langkah-langkah Model Pembelajaran Word Square adalah sebagai berikut :

1.

Guru menyampaikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.

2.

Guru membagikan lembaran kegiatan sesuai contoh.

3.
Siswa menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai
jawaban secara vertikal, horizontal maupun diagonal.
4.

Berikan poin setiap jawaban dalam kotak.

CONTOH JAWABAN (Untuk Mapel PKn)


S

CONTOH SOALNYA :
1.
Asas dalam menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan
tempat orang tersebut dilahirkan disebut asas

2.
Negara Indonesia memakai
keturunan yang disebut asas ius

asas

kewarganegaraan

berdasarkan

3.
Seseorang yang mempunyai dua kewarganegaraan dari dua Negara
yang berbeda disebut
4.
Hak dimiliki seseorang untuk memilih kewarganegaraannya disebut
hak
5.

Penentuan kewarganegaraan seseorang berdasarkan kelahiran dan


Kekurangan dan Kelebihan Model Pmebelajaran Word Square

Beberapa kelebihan dari model pembelajaran Word Square yaitu:


1.
Kegiatan tersebut mendorong pemahaman siswa terhadap materi
pelajaran.
2.

Melatih untuk berdisiplin.

3.

Dapat melatih sikap teliti dan kritis.

4.

Merangsang siswa untuk berpikir efektif.

Model pembelajaran ini mampu sebagai pendorong dan penguat siswa


terhadap materi yang disampaikan. Melatih ketelitian dan ketepatan dalam
menjawab dan mencari jawaban dalam lembar kerja. Dan tentu saja yang
ditekankan disini adalah dalam berpikir efektif, jawaban mana yang paling
tepat.
Sedangkan beberapa kekurangan dari model pembelajaran word square
yaitu:
1.

Mematikan kreatifitas siswa.

2.

Siswa tinggal menerima bahan mentah.

3.
Siswa tidak dapat mengembangkan
kemampuan atau potensi yang dimilikinya.

materi

yang

ada

dengan

Dalam model pembelajaran ini siswa tidak dapat mengembangkan


kreativitas masing-masing, dan lebih banyak berpusat pada guru. Karena
siswa hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru, dan jawaban dari
lembar kerja pun tidak bersifat analisis, sehingga siswa tidak dapat menggali
lebih dalam materi yang ada dengan model pembelajaran word square ini.
Dari penjelasan tentang model pembelajaran word square maka dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran word square adalah suatu
pengembangan dari metode ceramah namun untuk mengetahui pemahaman
siswa tentang materi yang telah disampaikan maka diberikan lembar kerja
yang didalamnya berisi soal dan jawaban yang terdapat dalam kotak kata.
Membutuhkan suatu kejelian dan ketelitian dalam mencari pilihan jawaban
yang ada dengan tepat. Namun sebagaimanan model pembelajaran yang
lainnya, model pembelajaran word square mempunyai kekurangan dan
kelebihan. Kekurangan dari model pembelajaran ini yaitu siswa hanya
menerima bahan mentah dari guru dan tidak dapat mengembangkan
kreativitasnya, karena siswa hanya dituntut untuk mencari jawaban bukan
untuk
mengembangkan
pikiran
siswa
masing-masing.
Sedangkan
kelebihannya yaitu meningkatkan ketelitian, kritis dan berfikir efektif siswa.
Karena siswa dituntut untuk mencari jawaban yang paling tepat dan harus
jeli dalam mencari jawaban yangada dalam lembar kerja.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaranword-square.html#ixzz2uZb6Ll3H
Model pembelajaran Scramble
Model Pembelajaran Scramble tampak seperti Model Pembelajaran Word
Square, bedanya jawaban soal tidak dituliskan di dalam kotak-kotak jawaban,
tetapi sudah dituliskan namun dengan susunan yang acak, nah siswa nanti
bertugas mengkoreksi ( membolak-balik huruf ) jawaban tersebut sehingga
menjadi
jawaban
yang
tepat/
benar.
Model pembelajaran scramble tampak seperti model pembelajaran word
square, bedanya jawaban soal tidak dituliskan di dalam kotak-kotak jawaban,
tetapi sudah dituliskan, namun dengan susunan yang acak, jadi siswa

bertugas mengoreksi (membolak-balik huruf) jawaban tersebut sehingga


menjadi jawaban yang tepat / benar.
Kelebihan
Model
pembelajaran
Scramble
:
1.
Memudahkan
mencari
jawaban
2.
Mendorong siswa
untuk
belajar
mengerjakan soal
tersebut
3.
Semua
siswa
terlibat
4. Kegiatan tersw dapat mendorong pemahaman siswa terhadap materi
pelajaran
5. Melatih untuk disiplin
Kekurangan
model
pembelajaran
1.
Siswa
kurang
berfikir
2.
Bisa
saja
mencontek
jawaban
teman
3.
Mematikan
kreatifitas
4. Siswa tinggal menerima bahan mentah

scramble
kritis
lainnya
siswa

Langkah-langkah
Model
pembelajaran
scramble
:
1. Guru menyajikan materi sesuai topic, misalnya guru menyajikan materi
pelajaran
tentang
Tata
Surya
2. Setelah selesai menjelaskan tentang Tata Surya, guru membagikan lembar
kerja
dengan
jawaban
yang
diacak
susunannya.
3. Media yang digunakan dalam model pembelajaran scramble :
4.
Buat
pertanyaan
yang
sesuai
dengan
TPK
5. Buat jawaban yang diacak hurufnya
Media
:
Buatlah pertanyaan yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
Buat
jawaban
yang
diacak
hurufnya
Langkah-langkah
pembelajarannya
sebagai
berikut
:
Guru menyajikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.
Membagikan
lembar
kerja
sesuai
contoh.
Susunlah huruf-huruf pada kolom B sehingga merupakan kata kunci
(jawaban) dari pertanyaan pada kolom A!
Kolom A

1. Sebelum mengenal uang orang melakukan pertukaran dengan cara


2.

digunakan
sebagai
alat
pembayaran
yang
sah
3.
Uang

saat
ini
banyak
dipalsukan
4.
Nilai
bahan
pembuatan
uang
disebut
nilai

5. Kemampuan uang untuk ditukar dengan sejumlah barang atau jasa


disebut
nilai

6. Nilai perbandingan uang dalam negeri dengan mata uang asing disebut
7.
Nilai
yang
tertulis
pada
uang
disebut
nilai

8. dorongan seseorang menyimpan uang untuk keperluan jual beli disebut


9. perintah tertulis dari seseorang yang mempunyai rekening di bank untuk
membayar sejumlah uang disebut
Kolom B
1. TARREB . ( Contoh : jawaban yang benar
BARTER
)
2.
GANU

3.
TRASEK

4.
KISTRINI

5.
LIRI

6.
SRUK

7.
MINALON
.
8.
SAKSITRAN

9. KEC
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaranscramble.html#ixzz2uZbB3HCM

MODEL PEMBELAJARAN

TAKE AND GIVE

1.

Pengertian Model Pembelajaran Take and Give

Model Pembelajaran menerima dan memberi (Take and Give) merupakan


model pembelajaran yang memiliki sintaks, menuntut siswa mampu
memahami materi pelajaran yang diberikan guru dan teman sebayanya
(siswa lain).
Kelebihan :
Siswa akan lebih cepat memahami penguasaan materi dan informasi karena

mendapatkan informasi dari

guru dan siswa yang lain.

Dapat menghemat waktu dalam pemahaman dan penguasaan siswa akan

informasi.

Kelemahan:
Bila informasi yang disampaikan siswa kurang tepat (salah) maka informasi

yang diterima siswa lain pun akan kurang tepat.


1.

Media Model Pembelajaran Take and Give

a)

Siapkan Kartu dengan ukuran 10 x 15 cm untuk sejumlah siswa.

b)
Setiap kartu berisi nama siswa, bahan belajar (sub materi) dan
nama yang diberi informasi, kompetensi dan sajian materi.
1.

Contoh Kartu :

NAMA SISWA :
SUB MATERI :
NAMA YANG DIBERI :
3. dst.

1.

Langkah-langkah Umum

2.

Guru menyiapkan kelas sebagaimana mestinya.

3.

Guru menjelaskan materi sesuai kompetensi yang sudah direncanakan


selama 45 menit.

4.

Untuk memantapkan penguasaan siswa akan materi yang sudah dijelaskan,


setiap siswa diberikan satu kartu untuk dipelajari (dihapal) selama 5 menit.

5.

Kemudian guru meminta semua siswa berdiri dan mencari teman pasangan
untuk saling menginformasikan materi yang telah diterimanya. Tiap siswa harus
mencatat nama teman pasangannya pada kartu yang sudah diberikan.

6.

Demikian seterusnya sampai semua siswa dapat saling memberi dan


menerima materi masing-masing (take and give).

7.

Guru mengevaluasi keberhasilan model pembelajaran take and give dengan


memberikan siswa pertanyaan yang tidak sesuai dengan kartunya (kartu orang
lain).

8.

Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama mengenai materi pelajaran.

9.

Guru menutup pelajaran.

1.

Materi

Pembelajaran IPA yang Sesuai untuk Model Pembelajaran

Take and Give


2.

Materi Pelajaran IPA kelas 5

Bab I Alat Pernafasan

Sub Materi : Alat pernafasan pada manusia


Bab II Pencernaan Makanan Pada Manusia

Sub Materi : Alat pencernaan pada manusia


Bab V Penyesuaian Diri Makhluk Hidup terhadap Lingkungannya.

Sub Materi : Cara hewan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.


2.

Materi Pelajaran IPA kelas 6

Bab 1 Ciri Khusus Makhluk Hidup

Sub Materi : ciri khusus hewan terhadap lingkungannya.

Bab 4 Keseimbangan Ekosistem

Sub Materi : kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan


ekosistem.
Bab 11 Energi dalam kehidupan Sehari-hari

Sub Materi : guna energi listrik dalam rumah tangga


1.

Alasan Pemilihan Materi yang Sesuai

Pemilihan materi yang sesuai untuk model pembelajaran take and give
adalah materi yang mengandung informasi yang singkat, jelas dan padat.
Hal ini dikarenakan model pembelajaran ini lebih menekankan pada unsur
ingatan dengan materi yang ringan dan mudah serta membutuhkan
pemahaman yang cepat. Pembelajaran model ini pun tidak memerlukan
pemahaman materi dengan teknik pelajaran praktek maupun diskusi.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajarantake-and-give.html#ixzz2uZbEwKLz
MODEL PEMBELAJARAN CONSEPT SENTENCE

Metodologi mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk


melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari
pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu
kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan
pengajaran tercapai.
Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh
pendidik, maka perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar,
serta
dipraktekkan
pada
saat
mengajar.
Pengertian
Consepct sentence merupakan salah satu teknik dari cooperative
Learning,dimana siswa belajar dengan kelompoknya untuk membuat
beberapa kalimat sesuai dengan kata kunci yang telah diberikan oleh guru
kepada siswa.Pembentukan kelompok didasarkan pada kartu kata yang
dimiliki oleh setiap siswa.Setiap siswa membentuk satu kalimat yang telah
dipelajari sebelumnya.Consecptsentence ini dibuat seperti games sehingga

siswa bersemangat untuk memenangkan games ini.Setiap kelompok akan


membahas pola kalimat yang telah diberikan oleh guru ,setelah diberikan
batas waktu tertentu ,maka setiap kelompok harus mengirim wakil dari
masing-masing kelompok sebanyak dua orang kedepan .Wakil dari kelompok
diharuskan membuat beberapa dari kata kunci yang ada berdasarkan kata
kunci
yang
telah
diberikan
Proses kelompok terjadi ketika anggota kelompok mendiskusikan seberapa
baik mereka mencapai tujuan dan memelihara kerjasama yang efektif. Para
siswa perlu mengetahui tingkat-tingkat keberhasilan pencapaian tujuan dan
efektivitas
kerjasama
yang
telah
dilakukan.
Untuk memperoleh informasi itu, para siswa perlu mengadakan perbaikanperbaikan secara sistematis tentang bagaimana mereka telah bekerja sama
sebagai satu tim, dalam hal :

Seberapa
baik
tingkat
pencapaian
tujuan
kelompok

Bagaimana
mereka
saling
membantu
satu
sama
lain
Bagaimana mereka bersikap dan bertingkah laku positif untuk
memungkinkan setiap individu dan kelompok secara keseluruhan menjadi
berhasil,
dan
Apa yang mereka butuhkan untik melakukan tugas-tugas yang akan
datang supaya lebih berhasil.
Ciri-ciri
Siswa dibentuk kelompok heterogen dan membuat kalimat dengan minimal 4
kata
kunci
sesuai
materi
yang
disajikan.
Langkah-langkah:
1.
Guru
menyampaikan
tujuan.
2.
Guru
menyajikan
materi
secukupnya.
3. Guru membentuk kelompok yang anggotanya kurang lebih 4 orang secara
heterogen.
4. Menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi/ topik yang disajikan.
5. Tiap kelompok disuruh membuat beberapa kalimat dengan menggunakan
minimal
4
kata
kunci
setiap
kalimat.
6. Hasil diskusi kelompok didiskusikan lagi secara pleno yang dipandu guru.
7.
Kesimpulan.
Kelebihan:

1. Lebih memahami kata kunci dari materi pokok pelajaran.


2. Siswa yang lebih pandai mengajari siswa yang kurang pandai.
Kekurangan:
1.
Hanya
untuk
mata
pelajaran
tertentu.
2. Untuk yang pasif mengambil jawaban dari temannya.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaranconsept-sentence.html#ixzz2uZbLHxbH
MODEL PEMBELAJARAN COMPLETE SENTENCE

1.
Pengertian
Model pembelajaran complete sentence adalah model pembelajaran mudah
dan sederhana di mana siswa belajar melengkapi paragraf yang belum
sempurna dengan menggunakan kunci jawaban yang tersedia.
Langkah-langkah
pembelajarannya
sebagai
berikut
:
1.
Guru
menyampaikan
kompetensi
yang
ingin
dicapai.
2. Guru Menyampaikan materi secukupnya atau siswa disuruh membacakan
buku
atau
modul
dengan
waktu
secukupnya.
3. Guru membentuk kelompok 2 atau 3 orang secara heterogen.
4. Guru membagikan lembar kerja berupa paragraf yang kalimatnya belum
lengkap.
5. Siswa berdiskusi untuk melengkapi kalimat dengan kunci jawaban yang
tersedia.
6.
Siswa
berdiskusi
secara
berkelompok.
7. Setelah jawaban didiskusikan, jawaban yang salah diperbaiki. Tiap peserta
membaca
sampai
mengerti
atau
hafal.
8. Kesimpulan.A
2.
Prinsip/
ciri-ciri
Complete
sentence
a. Soal yang disampaikan berupa kalimat yang belum lengkap, sehingga
makna/
arti
kalimat
tersebut
belum
dapat
dimengerti
b. Kalimat yang banyak dan saling berkaitan dalam sebuah paragrap, dan
belum
sempurna
serta
belum
dimengerti
maknanya
c. Kalimat dapat dilengkapi dengan pilihan kata yang disediakan

d. Harus diisi dengan kata-kata tertentu, misal istilah keilmuan/ kata asing.
e. Jawaban dari kalimat yang belum lengkap itu sudah disediakan
3.
Kelebihan/kekurangan
model
pembelajaran
complete
sentence
a.
Kelebihan
1. Mudah dibuat guru, hanya dengan menghilangan satu kata dalam kalimat
2. Siswa tidak perlu menjelaskan jawabannya, hanya perlu memadukan
rumpang/tidak
jawabannya.
3. Siswa diajarkan untuk mengerti dan hafal mengenai materi
b.
Kekurangan
1.
Guru
kurang
kreatif
dan
inovasi
dalam
membuat
soal
2. Siswa kurang terpacu mencari jawaban karena hanya cukup menebak
kata,
karena
biasanya
hanya
kata
hubung.
3. Kurang cocok untuk dipergunakan dalam setiap bidang studi.
4.
Kesimpulan
Model pembelajaran complete sentence adalah model pembelajaran yang
sederhana di mana siswa belajar melengkapi paragraf yang belum sempurna
dengan menggunakan kunci jawaban yang tersedia. Model pembelajaran ini
sebenarna mempermudah guru namun terkadang gurunya kurang inovatif
dan kreatif dalam membuat soalnya. Dan siswanya kurang terpacu untuk
mencari jawabannya karena hanya tinggal menebak kaata-kata yang
rumpang yang jawabannya telah disediakan.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajarancomplete-sentence.html#ixzz2uZbQhplK
PEMBELAJARAN TIME TOKEN
PEMBELAJARAN TIME TOKEN
1.

MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN


Model pembelajaran Time Token Arends merupakan salah satu contoh kecil
dari penerapan pembelajaran yang demokratis di sekolah. Proses
pembelajaran yang demokratis adalah proses belajar yang menempatkan

siswa sebagai subyek. Mereka harus mengalami sebuah perubahan ke arah


yang lebih positif. Dari yang tidak bisa menjadi bisa, dari tidak paham
menjadi paham, dan dari tidak tahu menjadi tahu. Di sepanjang proses
belajar itu, aktivitas siswa menjadi titik perhatian utama. Dengan kata lain
mereka selalu dilibatkan secara aktif. Guru dapat berperan untuk mengajak
siswa mencari solusi bersama terhadap permasalahan yang ditemui.
Model ini digunakan (Arends, 1998) untuk melatih dan mengembangkan
ketrampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam
sama sekali. Guru memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu 30
detik per kupon pada tiap siswa. Sebelum berbicara, siswa menyerahkan
kupon terlebih dahulu pada guru. Setiap tampil berbicara satu kupon.
Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa
yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih
memegang kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis.
B.
LANGKAH
MODEL
PEMBELAJARAN
TIME
TOKEN
ARENDS
Adapun langkah-langkah dari model pembelajaran Time Token Arends ini
adalah
sebagai
berikut
:
1.
Guru
menjelaskan
tujuan
pembelajaran/
KD.
2. Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi klasikal.
3.
Guru
memberi
tugas
pada
siswa.
4. Guru memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu 30 detik per
kupon
pada
tiap
siswa.
5. Guru meminta siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu sebelum
berbicara atau memberi komentar. Setiap tampil berbicara satu kupon.
Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa
yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih
memegang kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis. Demikian
seterusnya
hingga
semua
anak
berbicara.
6. Guru memberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan tiap siswa
(Pada RPP ini, tiap siswa maju ke depan untuk membacakan puisi secara
bergiliran dan siswa yang lain mengomentari puisi yang dibaca siswa
dengan menggunakan kupon berbicara)
C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN
ARENDS

Kelebihan
Model
Time
Token
Arends
Mendorong siswa untuk meningkatkan inisiatif dan partisipasinya.
Siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali

Siswa
menjadi
aktif
dalam
kegiatan
pembelajaran
Meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi (aspek berbicara)

Melatih
siswa
untuk
mengungkapkan
pendapatnya.
Menumbuhkan kebiasaan pada siswa untuk saling mendengarkan,
berbagi, memberikan masukan dan keterbukaan terhadap kritik
Mengajarkan siswa untuk menghargai pendapat orang lain.
Guru dapat berperan untuk mengajak siswa mencari solusi bersama
terhadap
permasalahan
yang
ditemui.

Tidak
memerlukan
banyak
media
pembelajaran.
Kekurangan
Model
Time
Token
Arends
Hanya dapat digunakan untuk mata pelajaran tertentu saja.
Tidak bisa digunakan pada kelas yang jumlah siswanya banyak.
Memerlukan banyak waktu untuk persiapan dan dalam proses
pembelajaran, karena semua siswa harus berbicara satu persatu sesuai
jumlah
kupon
yang
dimilikinya.
Siswa yang aktif tidak bisa mendominasi dalam kegiatan pembelajaran
Model Pembelajaran Time Token sangat tepat untuk pembelajaran struktur
yang dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial, untuk
menghindari siswa mendominasi pembicaraan atau siswa diam sama
sekali.
Model pembelajaran time token adalah model pembelajaran yang
digunakan dengan tujuan agar siswa aktif berbicara. Dalam pembelajaran
diskusi, time token digunakan agar siswa aktif bertanya dalam berdiskusi.
Dengan membatasi waktu berbicara misalnya 30 detik, diharapkan siswa
secara adil mendapatkan kesempatan untuk berbicara.
D.
Langkah-Langkah
Model
Pembelajaran
Time
Token
Langkah-langkah
pembelajarannya
sebagai
berikut
:
1.
Guru
menjelaskan
tujuan
pembelajaran/KD.
2. Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (cooperative
learning
/
CL).
3. Tiap siswa diberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu 30 detik per

kupon. Tiap siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan.
4. Bila telah selesai bicara kupon yang dipegang siswa diserahkan. Setiap
tampil berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran
dengan
siswa
lainnya.
5. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang
masih memegang kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis.
6. Demikian seterusnya.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/pembelajaran-timetoken.html#ixzz2uZc6sCmJ
MODEL PEMBELAJARAN ROUND CLUB ATAU KELILING KELOMPOK
MODEL PEMBELAJARAN ROUND CLUB ATAU KELILING KELOMPOK
Model Pembelajaran Round Club Atau Keliling Kelompok adalah kegiatan
pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerjasama saling
membantu mengkontruksi konsep. Menyelesaikan persoalan atau inkuiri.
Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif),
tiap anggota kelompok terdiri dari 4-5 orang, siswa heterogen (kemampuan
gender, karakter) ada control dan fasilitasi, serta meminta tanggung jawab
hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.
Model pembelajaran ini dimaksudkan agar masing-masing anggota kelompok
mendapat serta pemikiran anggota lain.
v Kelebihan Round Club Atau Keliling Kelompok
1)

Adanya tanggung jawab setiap kelompok

2)

Adanya pemberian sumbnagan ide pada kelompoknya

3)

Lebih dari sekedar belajar kelompok

4)
Bisa saling mendengarkan dan mengutarakan pendapat, pandangan
serta hasil pemikiran
5)

Hasil pemikiran beberapa kepala lebih kaya dari pada satu kepala

6)

Dapat membina dan memperkaya emosional

v Kekurangan Round Club Atau Keliling Kelompok


1)

Banyak waktu yang terbuang dalam pembelajaran keliling kelompok

2)

Suasana kelas menjadi rebut

3)
Tidak dapat diterapkan pada mata pelajaran yang memerlukan
pengayaan
v Langkah-langkah pembelajaran
1)

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompotensi dasar

2)

Guru membagi siswa menjadi kelompok

3)

Guru memberikan tugas atau lembar kerja

4)
Salah satu siswa dalam masing-masing kelompok menilai dengan
memberikan pandangan dan pemikiran mengenai tugas yang sedang
mereka kerjakan
5)

Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya

6)
Demikian seterusnya giliran bicara bisa dilaksanakan arah perputaran
jarum jamk atau dari kiri ke kanan
v unsur-unsur yang perlu diperhatikan
1)
Setiap kelompok mendapat kesempatan untuk memberikan kontribusi
mereka
2)
Ketika suatu kelompok mempresentasikan hasil dari deskripsinya,
maka kelompok lain lebih bertanya dari hasil deskripsi materinya
3)
Setelah selesai dari kelompok yang satu maka yang lainnya atau
kelompok selanjutnya yang mempresentasikan dan yang alinnya bisa
mengajukan pandangan dan pemikiran anggota lainnya

4)
Kegiatan tersebut terus-menerus sampai kelompok yang terakhir yang
silaksanakan arah perputaran jarum jam
Contoh RPP model pembelajaran ini :
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP)
Mata Pelajaran

: Ilmu Pengetahuan Alam (IPA )

Tema

: Perubahan Sifat Benda

Kelas/Semester
Alokasi Waktu

: V/II
: 2 X 35 Menit

A. Standar Kompetensi
Mengenal berbagai macam perubahan sifat-sifat benda
B. Kompotensi Dasar
Mengetahui perubahan sifat ada yang dapat kembali dan ada yang tidak
dapat kembali ke wujud semula.
C. Indikator
1. Menjelaskan
mempengaruhinya

perubahan

sifat

benda

dan

factor-faktor

yang

2. Mengetahui sifat-sifat benda


3. Menjelaskan macam macam perubahan sifat benda
D. Tujuan Pembelajaran
1.
yang

Siswa dapat mengetahui perubahan sifat benda dan factor-faktor

mempengaruhinya
2.

Siswa dapat mengetahui sifat-sifat benda

3.

Siswa dapat mengetahui macam-macam perubahan sifat benda.

E. Materi Pokok
Perubahan sifat-sifat benda
F. Metode Pembelajaran
1.

Ceramah

2.

Tanya jawab

3.

Demosntrasi

4.

Tugas kelompok

5.

Evaluasi

G. Sumber dan Media Pembelajaran


a. Sumber
1.Buku IPA saling Temas, kelas 5, Penerbit Intan Pariwara
2.Buku Sains IPA, kelas 5, Penerbit Erlangga
b. Media Pembelajaran
Bahan-bahan buat percobaan seperti :
1.

Tanah liat

6. Buah

2.

Batu bara

7. Paku

3.

Kertas

8. Air

4.

Korek api

5.

Lilin

9. Gula

H. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Kegiatan awal ( 5 menit )
a.
Guru memberi
mengabsen siswa.
b.

salam,

berdoa,

menanyakan

kabar

siswa

dan

Guru dan siswa menyiapkan materi atau bahan pelajaran

c.
Guru memberitahukan indicator dan tujuan yang akan di capai setelah
pembelajaran
d.

Guru melakukan apersepsi dengan cara tanya jawab

2. Kegiatan Inti ( 60 menit )


a.

Guru menjelaskan materi pelajaran

b.

Guru memberikan contoh bagaimana perubahan sifat benda tersebut

c.
Guru menjelaskan sifat-sifat benda seperti bentuk, warna, kelenturan,
kekerasan dan bau
d.
Guru menjelaskan factor-faktor yang mempengaruhi perubahan sifat
benda
e.
Guru mendemostrasikan bagaimana penyebab perubahan sifat benda
itu dapat terjadi
f.
Guru menjelaskan dan mendemostrasikan macam-macam perubahan
sifat benda
g.

Guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa secara lisan

h.

Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok

i.
Siswa disuruh untuk mengisi table-tabel
paket hal.71 dan 74 dan menyalinnya di buku tugas.

yang

ada

di

buku

j.
Siswa disuruh memberikan pandangan dan pemikiran mengenai tugas
yang sedang mereka kerjakan
k.
Siswa dalam kelompok lain juga disuruh ikut memberikan kontribusinya
dan dilaksanakan searah dengan perputaran jarum jam atau dari kiri ke
kanan.
3.

a.

Kegiatan akhir ( 5 menit )

Guru memberikan motivasi dan penguatan

b.
Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan tentang materi yang
dipelajarinya.
c.

Guru melakukan evaluasi dengan memberikan soal-soal untuk PR

d.

Guru menutup pelajaran

I.

Penilaian
Penilaian dilakukan dengan tes dan tulisan

1.

Tes lisan : ketepatan jawaban

keseriusan dan konsentrasi dalam menyimak


Bentuk tes : Tanya jawab
2.

Tes tertulis : tugas kelompok

evaluasi
Bentuk istrumen : tes isian
J.

Evaluasi

SOAL :
1. Proses perubahan dari cair ke padat disebut ?

a. memhuap
b. membeku
c. menyublim
d. mencair
e. mengembun
Sumber :
http://rumahdesakoe.blogspot.com
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaranround-club-atau.html#ixzz2uZcCRIFb
PAIR CECKS SPENCER KAGEN 1993
A.
Pengertian
Pair check (pasangan mengecek) adalah model pembelajaran berkelompok
atau berpasangan yang dipopulerkan oleh Spencer Kagen tahun 1993. Model
ini menerapkan pembelajaran berkelompok yang menuntut kemandirian dan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan. Banyak
kelebihan
maupun
kelemahan.
Satu lagi Model Pembelajaran siswa berpasangan, yaitu Pair Check. Model
pembelajaran ini juga untuk melatih rasa sosial siswa, kerja sama dan
kemampuan
memberi
penilaian.
B.
prinsip
model
pembelajaran
Pair
Cheks
prinsipnya
adalah
sebagai
berikut
:
1.
Siswa
berkelompok
berpasangan
sebangku,
2. salah seorang menyajikan persoalan dan temannya mengerjakan,
3.
pengecekan
kebenaran
jawaban,
4.
bertukar
peran
4.
penyimpulan,
5.
evaluasi
6. refleksi.

Berikut
ini
langkah
dari
model
pair
check
1.
Guru
menjelaskan
konsep
2. Siswa dibagi beberapa tim. Setiap tim terdiri dari 4 orang. Dalam satu ti
ada 2 pasangan. Setiap pasangan dalam satu tim ada yang menjadi pelatih
dan
ada
yang
patner.
3.
Guru
membagikan
soal
kepada
si
patner
4. Patner menjawab soal , dan si pelatih bertugas mengecek jawabannya.
Setiap
soal
yang
benar
pelatih
memberi
kupon.
5. Bertukar peran. Si pelatih menjadi patner dan si patner menjadi pelatih
6.
Guru
membagikan
soal
kepada
si
patner
7. Patner menjawab soal , dan si pelatih bertugas mengecek jawabannya.
Setiap
soal
yang
benar
pelatih
memberi
kupon.
8. Setiap pasangan kembali ke tim awal dan mencocokkan jawaban satu
sama
lain.
9. Guru membimbing dan memberikan arahan atas jawaaban dari berbagai
soal
dan
tim
mengecek
jawabannya.
10. Tim yang paling banyak mendapat kupon diberi hadiah
C.
Langkah-langkah
Pembelajarannya,
sebagai
berikut
:
1).
Bekerja
Berpasangan
Guru membentuk tim berpasangan berjumlah 2 (dua) siswa. Setiap
pasangan mengerjakan soal yang pas sebab semua itu akan membantu
melatih
siswa
dalam
menilai.
2).
Pelatih
Mengecek
Apabila
patner
benar
pelatih
memberi
kupon.
3).
Bertukar
Peran
Seluruh patner bertukar peran dan mengulangi langkah 1 3.
4).
Pasangan
Mengecek
Seluruh pasangan tim kembali bersama dan membandingkan jawaban.
5).
Penegasan
Guru
Guru
mengarahkan
jawaban
/ide
sesuai
konsep.
Demikianlah, mudah-mudahan postingan ini dapat menambah khasanah
pembelajaran kita sehingga pembelajaran yang dirancang Bapak/Ibu Guru
dapat
lebih
bervariatif,
lebih
bermakna,
menantang
sekaligus
menyenangkan.

D.
Kelebihan
dan
Kekurangan
Kelebihannya
1.
Dipandu
belajar
melalui
bantuan
rekan
2.
Menciptakan
saling
kerjasama
di
antara
siswa
3. Increases comprehension of concepts and/or processesMeningkatkan
pemahaman
konsep
dan
/
atau
proses
4.
menmemenimelatih
berkomunikasi
Kekurangannya
1.
memerlukan
banyak
waktu
2. memerlukan pemahaman yang tinggi terhadap konsep untuk menjadi
pelatih.
Sumber:
: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/pair-cecks-spencerkagen-1993.html#ixzz2uZcOcgGX
Model Pembelajaran Tari Bambu
Model Pembelajaran Tari Bambu mempunyai tujuan agar siswa saling
berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang
berbeda dalam waktu singkat secara teratur, strategi ini cocok untuk materi
yang membutuhkan pertukaran pengalaman pikiran dan informasi antar
siswa.Meskipun namanya Tari Bambu tetapi tidak menggunakan bambu.
Siswa yang berjajarlah yang diibaratkan sebagai bambu.
Langkah-Langkah pembelajarannya sebagai berikut :
1.

Separuh kelas atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak berdiri
berjajar . Jika ada cukup ruang mereka bisa berjajar di depan kelas. Kemungkinan
lain adalah siswa berjajar di sela-sela deretan bangku. Cara yang kedua ini akan
memudahkan pembentukan kelompok karena diperlukan waktu relatif singkat.

2.

Separuh kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang pertama

3.

Dua siswa yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi sinformasi.

4.

Kemudian satu atau dua siswa yang berdiri di ujung salah satu jajaran pindah
ke ujung lainnya di jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser. Dengan cara ini
masing-masing siswa mendapat pasangan yang baru untuk berbagi. Pergeseran
bisa dilakukan terus sesuai dengan kebutuhan..

Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajarantari-bambu.html#ixzz2uZcS0HYt
PEMBELAJARAN OTENTIK (OUTENTIC LEARNING)
PEMBELAJARAN OTENTIK (OUTENTIC LEARNING)
1.
Pengertian
Menurut definisi, belajar otentik berarti pembelajaran yang menggunakan
masalah dunia nyata dan proyek-proyek dan yang memungkinkan siswa
untuk mengeksplorasi dan membahas masalah-masalah ini dengan cara
yang relevan untuk mereka.
Pendekatan ini sangat berbeda dari kelas tradisional kuliah, di mana
profesor memberikan fakta-fakta mahasiswa dan konten lain yang siswa
kemudian harus menghafalkan dan ulangi pada tes. misalnya, siswa tidak
hanya harus terhubung sejarah pasca-Perang Sipil untuk peristiwa terkini
dan kehidupan mereka sendiri, mereka juga harus membantu mengajar kelas
dan didorong untuk memberikan pandangan mereka sendiri pada peristiwa
sejarah. Akibatnya, mereka menjadi sejarawan.
Otentik belajar juga merupakan pendekatan untuk pembelajaran yang kokoh
didasarkan pada penelitian tentang belajar dan kognisi. Satu secara luas
teori belajar diadakan, konstruktivisme, mendalilkan bahwa siswa belajar
terbaik dengan terlibat dalam tugas-tugas belajar otentik, dengan
mengajukan pertanyaan, dan dengan menggambar pada pengalaman masa
lalu. Singkatnya, untuk belajar terjadi bagi siswa, itu harus dilakukan dengan
cara dan di tempat yang relevan dengan nyata kehidupan mereka, baik di
dalam maupun di luar kelas.
Pembelajaran otentik (authentic learning) adalah sebuah pendekatan
pembelajaran yang memungkinkan siswa menggali, mendiskusikan, dan
membangun secara bermakna konsep-konsep dan hubungan-hubungan,
yang melibatkan masalah nyata dan proyek yang relevan dengan siswa
(Donovan, Bransford & Pallegrino, 1999). Istilah otentik berarti asli, sejati,
dan nyata (Websters Revised Unabridged Dictionary, 1998). Pembelajaran

ini dapat digunakan untuk siswa pada semua tingkatan kelas, maupun siswa
dengan berbagai macam tingkat kemampuan.
belajar otentik merupakan pendekatan pedagogis yang memungkinkan siswa
untuk mengeksplorasi, berdiskusi, dan penuh arti membentuk konsep dan
hubungan dalam konteks yang melibatkan dunia nyata masalah dan proyekproyek yang relevan dengan peserta didik (Donovan, Bransford, & Pellegrino,
1999). Istilah yang otentik didefinisikan sebagai asli, benar, dan nyata
(Websters Revisi lengkap Dictionary , 1998). Kamus, 1998Jika belajar adalah
otentik, maka siswa harus terlibat dalam masalah belajar asli yang
mendorong kesempatan bagi mereka untuk membuat koneksi langsung
antara material baru yang sedang dipelajari dan pengetahuan mereka
sebelumnya. Jenis pengalaman akan meningkatkan motivasi siswa. Bahkan,
sebuah tidak adanya keterlibatan yang berarti keturunan rendah di sekolah
dan menghambat [belajar] transfer (Newmann, Secada, & Wehlage, 1995).
Siswa harus mampu menyadari bahwa prestasi mereka peregangan luar
dinding kelas. Mereka membawa ke pengalaman kelas, pengetahuan,
keyakinan, dan keingintahuan dan belajar otentik menyediakan sarana untuk
menjembatani elemen-elemen dengan kelas belajar. Siswa tidak lagi hanya
mempelajari fakta-fakta hafalan dalam situasi abstrak atau buatan, tetapi
mereka pengalaman dan informasi digunakan dalam cara-cara yang
didasarkan pada realitas. Kekuatan sebenarnya dari pembelajaran otentik
adalah kemampuan untuk secara aktif melibatkan siswa dan menyentuh
motivasi intrinsik mereka (Mehlinger, 1995).
instruksi Otentik akan mengambil bentuk yang jauh berbeda daripada
metode tradisional pengajaran. Literatur menunjukkan bahwa pembelajaran
otentik
memiliki
beberapa
karakteristik
kunci.
Belajar adalah berpusat pada tugas-tugas otentik yang menarik bagi
peserta
didik.

Siswa
terlibat
dalam
eksplorasi
dan
penyelidikan.

Belajar,
paling
sering,
adalah
interdisipliner.
Belajar sangat erat hubungannya dengan dunia di luar dinding kelas.
Siswa menjadi terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan-order kemampuan
berpikir
lebih
tinggi,
seperti
menganalisis,
sintesis,
merancang,
memanipulasi
dan
mengevaluasi
informasi.

Siswa menghasilkan produk yang bisa dibagi dengan pemirsa di luar kelas.
Belajar adalah siswa didorong dengan guru, orang tua, dan para ahli di luar
semua
membantu
/
pembinaan
dalam
proses
pembelajaran.

Pembelajar
menggunakan
perancah
teknik.

Siswa
memiliki
peluang
untuk
wacana
sosial.
(Donovan et al;., 1999 Newman & Associates, 1996; Newmann et al;., 1995
Nolan & Francis, 1992).
2.
Prinsip
Pembelajaran
Otentik
pengalaman
belajar
otentik
menganut
prinsip
yaitu:
Ruang kelas ber-berpusat. Pada berpusat-kelas pelajar, fakultas
memperhatikan apa yang siswa membawa mereka ke dalam kelas, masingmasing pengetahuan, keterampilan, sikap, dan keyakinan. Siswa didorong
untuk mengajukan pertanyaan, terlibat dalam wacana sosial, dan
menemukan jawaban mereka sendiri Dalam pengaturan ini, peran profesor
bergerak lebih dari seorang konstruktor-co pengetahuan dari pemberi
konten.. Marc Richards pernyataan bahwa Pada akhirnya, kita semua akan
sejarawan profesional, pelajar, dan guru bersama-sama menggambarkan
bagaimana ia struktur kelas untuk menjadi pembelajar berpusat. Juni Dodd
juga menegaskan bahwa peserta didik dia mengambil tengah panggung di
kedua membangun dan program pengajaran dan mereka sendiri mini
kursus.
Mahasiswa adalah pembelajar aktif. Sama seperti peran perubahan
profesor, peran mahasiswa harus berubah sehingga mereka melakukan lebih
dari pasif duduk dan mendengarkan ceramah profesor mereka. Mereka harus
menjadi peserta aktif dalam proses pembelajaran, dengan menulis,
membahas, menganalisis dan mengevaluasi informasi. Singkatnya, siswa
harus mengambil tanggung jawab lebih untuk pembelajaran mereka sendiri,
dan menunjukkan kepada profesor mereka dengan cara lain dari pada ujian.
mahasiswa Marc Geisler, misalnya, menunjukkan pemahaman mereka
tentang Shakespeare dengan melakukan interpretasi kelompok mereka
sendiri dan kinerja Pekerjaan Bards. Tag Stan juga berpendapat bahwa
siswa harus ditantang untuk membuat seni, untuk membuat, untuk
melakukan, dan untuk berpartisipasi dalam humaniora melalui karya mereka
sendiri, bukan hanya dengan mempelajari apa yang orang lain lakukan.
Ini menggunakan tugas yang otentik. Ini mungkin tampak jelas, tetapi

pengalaman belajar otentik harus menggabungkan tugas-tugas otentik. Ini


adalah tugas, yang, sebisa mungkin, memiliki dunia nyata yang berkualitas
untuk mereka dan siswa menemukan orang yang relevan dengan kehidupan
mereka. siswa Juni Dodd mengambil peran instruktur dalam Pengantar ke
kelas Pendidikan Jarak Jauh, bergiliran isi kursus mengajar satu sama online
lainnya, dan membuat program mereka sendiri secara online berdasarkan
proses desain instruksional. Profesor Dodd bekerja dengan masing-masing
siswa untuk menyesuaikan proyek ini berdasarkan kerja masa lalu mereka
dan pengalaman pendidikan serta potensi untuk pengiriman aktual instruksi
dalam kehidupan profesional mereka.
3.
Ciri
Pembelajaran
Otentik
Pembelajaran otentik sangat berbeda dengan metode-metode pembelajaran
yang
tradisional.
Ciri-ciri
pembelajaran
otentik:
Belajar berpusat pada tugas-tugas otentik yang menggugah rasa ingin
tahu siswa. Tugas otentik berupa pemecahan masalah nyata yang relevan
dengan
kehidupan
siswa;

Siswa
terlibat
dalam
kegiatan
menggali
dan
menyelidiki;

Belajar
bersifat
interdisipliner;
Belajar terkait erat dengan dunia di luar dinding ruang kelas;
Siswa mengerjakan tugas rumit yang melibatkan kecakapan berpikir
tingkat tinggi, seperti menganalisis, mensintesis, merancang, mengolah dan
mengevaluasi
informasi;
Siswa menghasilkan produk yang dapat dibagikan kepada audiens di luar
kelas;
Belajar bersifat aktif dan digerakkan oleh siswa sendiri, sedangkan guru,
orangtua, dan narasumber bersifat membantu atau mengarahkan;
Guru menerapkan pemberian topangan (scaffolding), yaitu memberikan
bantuan seperlunya saja dan membiarkan siswa bekerja secara bebas
manakala
mereka
sanggup
melakukannya
sendiri;
Siswa berkesempatan untuk terlibat dalam wacana dalam masyarakat;

Siswa
bekerja
dengan
banyak
sumber;
Siswa seringkali bekerja bersama dan mempunyai kesempatan luas untuk
berdiskusi dalam rangka memecahkan masalah.

4.
Kesimpulan
belajar otentik merupakan pendekatan pedagogis yang memungkinkan siswa
untuk mengeksplorasi, berdiskusi, dan penuh arti membentuk konsep dan
hubungan dalam konteks yang melibatkan dunia nyata masalah dan proyekproyek yang relevan dengan peserta didik. Istilah yang otentik didefinisikan
sebagai asli, benar, dan nyata (Websters Revisi lengkap Dictionary , 1998).
Jika belajar adalah otentik, maka siswa harus terlibat dalam masalah belajar
asli yang mendorong kesempatan bagi mereka untuk membuat koneksi
langsung antara material baru yang sedang dipelajari dan pengetahuan
mereka sebelumnya. Jenis pengalaman akan meningkatkan motivasi siswa.
Bahkan, sebuah tidak adanya keterlibatan yang berarti keturunan rendah di
sekolah dan menghambat [belajar] transfer (Newmann, Secada, & Wehlage,
1995). Siswa harus mampu menyadari bahwa prestasi mereka peregangan
luar dinding kelas. Mereka membawa ke pengalaman kelas, pengetahuan,
keyakinan, dan keingintahuan dan belajar otentik menyediakan sarana untuk
menjembatani elemen-elemen dengan kelas belajar. Siswa tidak lagi hanya
mempelajari fakta-fakta hafalan dalam situasi abstrak atau buatan, tetapi
mereka pengalaman dan informasi digunakan dalam cara-cara yang
didasarkan pada realitas. Kekuatan sebenarnya dari pembelajaran otentik
adalah kemampuan untuk secara aktif melibatkan siswa dan menyentuh
motivasi
intrinsik
mereka
(Mehlinger,
1995).
instruksi Otentik akan mengambil bentuk yang jauh berbeda daripada
metode tradisional pengajaran.
5.
Kelebihan
dan
Kekurangan
a.
Kelebihan
Siswa tidak merasa jenuh terhadap pembelajaran karena pembelaaran
dapat
terjadi
dimana
saja.
Siswa mempunyai keterampilan yang lebih dalam menganalisis wacana
social
Siswa mempunyai pengalaman belajar yang mumpuni dalam berinteraksi
dengan
lingkungan
sekitarnya
Pembelajaran berpusat pada siswa, sehingga memungkinkan siswa
memahami materi secara utuh

b.
Kekurangan
Pembelajaran Otentik cenderung hanya dapat dilakukan pada siswa yang
memiliki taraf intelegensi diatas rata-rata sehingga pembelajaran berjalan
secara
aktif
Tidak semua materi pelajaran dapat menggunakan pembelajaran otentik,
karena materi yang sesuai dengan pembelajaran otentik bersifat studi social
Memerlukan waktu, biaya, dan tenaga ektra dari siswa untuk
melaksanakannya.
Sumber:
: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/pembelajaranotentik-outentic-learning.html#ixzz2uZcbsNg1
Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
Model
Pembelajaran
Kooperatif
Tipe
NHT
Pembelajaran
kooperatif
merupakan
strategi
pembelajaran
yang
mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompokkelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah
ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk
memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif
dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini
sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni
mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan
penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim
(2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang
tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka
terhadap
isi
pelajaran
tersebut.
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam
pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :

1.
Hasil
belajar
akademik
stuktural
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
2.
Pengakuan
adanya
keragaman
Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai
berbagai
latar
belakang.
3.
Pengembangan
keterampilan
social
Bertujuan
untuk
mengembangkan
keterampilan
sosial
siswa.
Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya,
menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat,
bekerja dalam kelompok dan sebagainya.Penerapan pembelajaran kooperatif
tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim (2000: 29), dengan tiga
langkah
yaitu
:
a)
Pembentukan
kelompok;
b)
Diskusi
masalah;
c)
Tukar
jawaban
antar
kelompok
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29)
menjadi
enam
langkah
sebagai
berikut
:
Langkah
1.
Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat
Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan
model
pembelajaran
kooperatif
tipe
NHT.
Langkah
2.
Pembentukan
kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok
yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap
siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang
dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial,
ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam
pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar
dalam
menentukan
masing-masing
kelompok.
Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket
atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau
masalah
yang
diberikan
oleh
guru.
Langkah
4.
Diskusi
masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai

bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir
bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang
mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau
pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari
yang
bersifat
spesifik
sampai
yang
bersifat
umum.
Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap
kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan
jawaban
kepada
siswa
di
kelas.
Langkah
6.
Memberi
kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan
yang
berhubungan
dengan
materi
yang
disajikan.
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT
terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren
dalam
Ibrahim
(2000:
18),
antara
lain
adalah
:
Rasa
harga
diri
menjadi
lebih
tinggi
1.
Memperbaiki
kehadiran
2.
Penerimaan
terhadap
individu
menjadi
lebih
besar
3.
Perilaku
mengganggu
menjadi
lebih
kecil
4.
Konflik
antara
pribadi
berkurang
5.
Pemahaman
yang
lebih
mendalam
6.
Meningkatkan
kebaikan
budi,
kepekaan
dan
toleransi
7. Hasil belajar lebih tinggi
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Numbered Heads Together
adalah sebagai berikut :
Kelebihan:

Setiap
siswa
menjadi
siap
semua

Dapat
melakukan
diskusi
dengan
sungguh-sungguh.
Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan
waktu
yang
lama..
Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru

KESIMPULAN
Model pembelajaran ini baik digunakan karena model ini mengajarkan
kepada siswa untuk lebih siap dalam menguasai materi serta belajar
menerima keanekaragaman dengan kelompok lain, karna dalam model ini
siswa dituntut untuk berdiskusi untuk memecahkan suatu masalah.
Pada dasarnya tidak ada model pembelajaran yang cocok untuk setiap pokok
bahasan, karena setia model atau metode mengajar masing-masing memiliki
kelebihan dan kekurangan oleh karenanya guru dituntut untuk pandai
memilih model pembelajaran yang sesuai.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajarannumbered-head_21.html#ixzz2uZcgQ9Hv
Model Pembelajaran Inquiry
Model Pembelajaran Inquiry
Pembelajaran berdasarkan inquiry merupakan seni penciptaan situasi-situasi
sedemikian rupa sehingga siswa mengambil peran sebagai ilmuwan. Dalam
situasi-situasi ini siswa berinisiatif untuk mengamati dan menanyakan
gejala alam, mengajukan penjelasan-penjelasan tentang apa yang mereka
lihat, merancang dan melakukan pengujian untuk menunjang atau
menentang teori-teori mereka, menganalisis data, menarik kesimpulan dari
data eksperimen, merancang dan membangun model, atau setiap kontribusi
dari kegiatan tersebut di atas.
Sund, seperti yang dikutip oleh Suryosubroto dalam Trianto (2009)
menyatakan bahwa, Inquiry merupakan perluasan proses discovery, yang
digunakan
lebih
mendalam,
inkuiry
yang
dalam
bahasa
InggrisInquiry berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri
sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau
memahami informasi.
Gulo, (2005) menyatakan bahwa, strategi inkuiri berarti suatu rangkaian
kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan
siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis,

sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh


percaya diri.
Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah :
1.

Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar

2.

Keterarahan kegiatan secara maksimal dalam proses kegiatan belajar

3.
Mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang
ditemukan dalam proses inkuiri.
Kondisi Umum yang merupakan syarat timbulnya kegiatan inkuiri
bagi siswa adalah :
1.
Aspek sosial di kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa
berdiskusi.
2.

Inkuiri berfokus pada hipotesis

3.

Penggunaan fakta sebagai evidensi (informasi, fakta )

Untuk menciptakan kondisi seperti itu, peranan guru adalah sebagai


berikut:
1.

Motivator, memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah berfikir.

2.

Fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika siswa mengalami kesulitan

3.

Penanya , menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat

4.

Administrator, bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan kelas

5.
Pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang
diharapkan
6.

Manajer, mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas

7.

Rewarder, memberikan penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa.

Pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke


dalam proses ilmiah kedalam waktu yang relative singkat, Hasil penelitian
Schlenker dalam joice dan weil (1992) menunjukkan bahwa latihan inkuiri
dapat meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berfikir kreatif dan
siswa menjadi trampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi.
Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Inquiry
Strategi pembelajaran inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari
dan menemukan sendiri jawaban yang sudah pasti dari suatu masalah yang
dipertanyakan (Sanjaya, 2009). Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan
melalui tanya jawab antara guru dan siswa.
Menurut Sanjaya (2009) bahwa strategi pembelajaran inquiry, memiliki
beberapa ciri utama, yaitu:
1.

Strategi Inquiry menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk


mencari dan menemukan, artinya strategi inquiry menempatkan siswa sebagai
subjek belajar. Dalam proses pembelajaran siswa tidak hanya berperan sebagai
penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, akan tetapi mereka
berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.

2.

Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan


menemukan jawaban sendiri yang sifatnya sudah pasti dari sesuatu yang sudah
dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sifat percaya diri.
Dalam strategi pembelajaran inquiry, guru bukan sebagai sumber belajar tetapi
sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.

3.

Tujuan

dari

penggunaan

strategi

pembelajaran

inquiry

adalah

mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis.

Strategi Pembelajaran Inkuri efektif apabila :


1.
Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari
suatu permasalahan yang ingin dipecahkan.

2.
Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau
konsep yang sudah jadi,akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu
pembuktian.
3.
Jika proses pembelajaran berangkat dari ingin tahu siswa terhadap
sesuatu.
4.
Jika akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki
kemamuan dan kemampuan berpikir.
5.
Jika siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan
oleh guru.
6.
Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan
yang berpusat pada siswa.
Prinsipprinsip Penggunaan Inquiri
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam penggunaan inquiri
menurut Sanjaya (2009).
1.

Berorientasi pada pengembangan intelektual

Tujuan utama dari strategi inquiri adalah pengembangan kemampuan


berfikir. Dengan demikian , strategi pembelajaran ini selain berorientasi pada
hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Karena itu, kriteria
keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunkan strategi inquiri
bukan ditentukan sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran,
akan tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan.
2.

Prinsip Interaksi

Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi


antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru bahkan antara siswa
dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti
menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur
lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.

3.

Prinsip Bertanya

Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunkaan model inquiri adalah
guru sebagai penanya. Sebab kemampuan siswa untuk menjawab setiap
pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berfikir.
4.

Prinsip Belajar untuk Berfikir

Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah
proses berfikir (learning how to think) yakni proses mengembangkan potensi
seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan. Pembelajaran berfikir adalah
pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.
5.

Prinsip Keterbukaan

Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan


berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan
kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan
kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka
membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.
Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri
Gulo (2005) menyatakan bahwa, inkuiri tidak hanya mengembangkan
kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk
pengembangan emosional dan keterampilan.
Secara umum proses pembelajaran SPI dapat mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut :
1.

Orientasi

Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini
adalah:
a.
Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat
dicapai oleh siswa

b.
Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa
untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri
serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan merumuskan
masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan
c.
Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan
dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.
2.

Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu


persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah
persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki
dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk
mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat
penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut
siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya
mengembangkan mental melalui proses berpikir.
3.

Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji.


Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu
cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan
menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan
berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan
jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan
kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.
4.

Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan


untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri,
mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam
pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan hanya
memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga

membutuhkan
berpikirnya.
5.

ketekunan

dan

kemampuan

menggunakan

potensi

Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima


sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan
data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir
rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya
berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang
ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
6.

Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang


diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan
yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana
yang relevan.
Langkah langkah menerapkan model pembelajaran inquiry didalam kelas :
1. Membentuk kelompok-kelompok inkuiri. Masing-masing kelompok
dibentuk berdasarkan rentang intelektal dan keterampilan-keterampilan
social
2. Memperkenalkan topik-topik inkuiri kepada semua kelompok. Tiap
kelompok diharapkan memahami dan berminat mempelajarinya.
3. Membentuk posisi tentang kebijakan yang bertalian dengan topik, yakni
pernyataan apa yang harus dikerjakan. Mungkin terdapat satu atau lebih
solusi yang diusulkan terhadap masalah pokok.
4. Merumuskan
kebijakan.

semua

istilah

yang

terkandung

di

dalam

proposisi

5. Menyelidiki validitas logis dan konsisten internal pada proposisi dan


unsur-unsur penunjangnya.

6.

Mengumpulkan evidensi (bukti) untuk menunjang unsur-unsur proposes

7.

Menganalisis solusi solusi yang diusulkan dan mencari posisi kelompok

8.

Menilai proses kelompok.

Kemudian pendekatan inkuiri terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan


besarnya intervensi guru terhadap siswa atau besarnya bimbingan yang
diberikan oleh guru kepada siswanya.
Ketiga jenis pendekatan inkuiri tersebut adalah:
1.

Inkuiri Terbimbing (guided inquiry approach)

Pendekatan inkuiri terbimbing yaitu pendekatan inkuiri dimana guru


membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal
dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam
menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Pendekatan
inkuiri terbimbing ini digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman
belajar dengan pendekatan inkuiri. Dengan pendekatan ini siswa belajar
lebih beorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat
memahami konsep-konsep pelajaran. Pada pendekatan ini siswa akan
dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui
diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan
masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.
Pada dasarnya siswa selama proses belajar berlangsung akan memperoleh
pedoman sesuai dengan yang diperlukan. Pada tahap awal, guru banyak
memberikan bimbingan, kemudian pada tahap-tahap berikutnya, bimbingan
tersebut dikurangi, sehingga siswa mampu melakukan proses inkuiri secara
mandiri. Bimbingan yang diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan
dan diskusi multi arah yang dapat menggiring siswa agar dapat memahami
konsep pelajaran matematika. Di samping itu, bimbingan dapat pula
diberikan melalui lembar kerja siswa yang terstruktur. Selama
berlangsungnya proses belajar guru harus memantau kelompok diskusi
siswa, sehingga guru dapat mengetahui dan memberikan petunjuk-petunjuk
dan scafoldingyang diperlukan oleh siswa.

2.

Inkuiri Bebas (free inquiry approach).

Pada umumnya pendekatan ini digunakan bagi siswa yang telah


berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Karena dalam
pendekatan inkuiri bebas ini menempatkan siswa seolah-olah bekerja seperti
seorang ilmuwan. Siswa diberi kebebasan menentukan permasalahan untuk
diselidiki, menemukan dan menyelesaikan masalah secara mandiri,
merancang prosedur atau langkah-langkah yang diperlukan.
Selama proses ini, bimbingan dari guru sangat sedikit diberikan atau bahkan
tidak diberikan sama sekali. Salah satu keuntungan belajar dengan metode
ini adalah adanya kemungkinan siswa dalam memecahkan masalah open
ended dan mempunyai alternatif pemecahan masalah lebih dari satu cara,
karena tergantung bagaimana cara mereka mengkonstruksi jawabannya
sendiri. Selain itu, ada kemungkinan siswa menemukan cara dan solusi yang
baru atau belum pernah ditemukan oleh orang lain dari masalah yang
diselidiki.
Sedangkan belajar dengan metode ini mempunyai beberapa kelemahan,
antara lain:
a. Waktu yang diperlukan untuk menemukan sesuatu relatif lama sehingga
melebihi waktu yang sudah ditetapkan dalam kurikulum,
b. Karena diberi kebebasan untuk menentukan sendiri permasalahan yang
diselidiki, ada kemungkinan topik yang diplih oleh siswa di luar konteks yang
ada dalam kurikulum,
c. Ada kemungkinan setiap kelompok atau individual mempunyai topik
berbeda, sehingga guru akan membutuhkan waktu yang lama untuk
memeriksa hasil yang diperoleh siswa,
d. Karena topik yang diselidiki antara kelompok atau individual berbeda,
ada kemungkinan kelompok atau individual lainnya kurang memahami topik
yang diselidiki oleh kelompok atau individual tertentu, sehingga diskusi tidak
berjalan sebagaimana yang diharapkan.

3.

Inkuiri Bebas yang Dimodifikasikan (modified free inquiry approach)

Pendekatan ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari dua pendekatan


inkuiri sebelumnya, yaitu: pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan
inkuiri bebas. Meskipun begitu permasalahan yang akan dijadikan topik
untuk diselidiki tetap diberikan atau mempedomani acuan kurikulum yang
telah ada. Artinya, dalam pendekatan ini siswa tidak dapat memilih atau
menentukan masalah untuk diselidiki secara sendiri, namun siswa yang
belajar dengan pendekatan ini menerima masalah dari gurunya untuk
dipecahkan dan tetap memperoleh bimbingan. Namun bimbingan yang
diberikan lebih sedikit dari Inkuiri terbimbing dan tidak terstruktur.
Dalam pendekatan inkuiri jenis ini guru membatasi memberi bimbingan, agar
siswa berupaya terlebih dahulu secara mandiri, dengan harapan agar siswa
dapat menemukan sendiri penyelesaiannya. Namun, apabila ada siswa yang
tidak dapat menyelesaikan permasalahannya, maka bimbingan dapat
diberikan secara tidak langsung dengan memberikan contoh-contoh yang
relevan dengan permasalahan yang dihadapi, atau melalui diskusi dengan
siswa dalam kelompok lain.
Keunggulan dan Kelemahan SPI
1.

Keunggulan :

a. SPI merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada


pengembangan aspek kognitif kognitif,afektif dan psikomotor secara
seimbang,sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih
bermakna.
b. SPI dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan
gaya belajar mereka.
c. SPI merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan
psikologi modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan.

d. SPI dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas


rata-rata.Artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan
terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
2.

Kelemahan

a. SPI digunakan sebagai strategi pembelajaran,maka


mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa

akan

sulit

b. Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena


terbentur dalam kebiasaan siswa dalam belajar
c. Kadang kadang dalam implementasimnya,memerlukan waktu yang
panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang
telah ditentukan.
d. Selama ketentuan keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan
siswa menguasai materi pelajaran,maka SPI akan sulit diimplementasikan
oleh setiap guru.
Pembelajaran dengan Metode Inkuiri Suchman
Berdasarkan uraian pembelajaran inkuiri umum, kita dapat melihat bahwa
waktu dan sumber yang tersedia merupakan permasalahan dalam
pembelajaran.
Menanggapi
permasalahan
ini,
Richard
Suchman
mengembangkan suatu pembelajaran inkuiri yang telah dimodifikasi. Hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh Suchman tentang model inkuiri ini
menunjukkan bahwa keterampilan inkuiri siswa meningkat dan motivasi
belajarnya juga meningkat.
Dahlan dalam Trianto (2009) menyatakan bahwa, Suchman berkeyakinan
bahwa siswa akan menyadari tentang proses penyelidikannya dan mereka
dapat diajarkan tentang prosedur ilmiah secara langsung. Selajutnya,
Suchman berpendapat tentang pentingnya membawa siswa pada sikap
bahwa semua pengetahuan bersifat tentative. Joyce dalam Trianto (2009)
menyatakan, bahwa teori Suchman dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Mengajak siswa membayangkan seakan-akan dalam kondisi yang


sebenarnya
2. Mengidentifikasi komponen-komponen yang berada di sekeliling kondisi
tersebut.
3. Merumuskan permasalahan dan membuat hipotesis
tersebut.

pada

kondisi

4. Memperoleh data dari kondisi tersebut dengan membuat pertanyaan


dan jawabannya ya atau tidak.
5.

Membuat kesimpulan dari data-data yang diperolehnya.

Pembelajaran inkuiri dengan metode Suchman menggunakan pertanyaanpertanyaan yang diajukan pada siswa sebagai alternative untuk prosedur
pengumpulan data.
Inkuiri Suchman seperti yang dikutip oleh Kardi dalam Trianto(2009)
mempunyai kelebihan, yaitu :
1. Penelitian dapat diselesaikan dalam waktu satu periode pertemuan.
Waktu yang singkat ini memungkinkan siswa dapat mengalami siklus inkuiri
dengan cepat, dan pelatihan mereka akan terampil melakukan inkuiri.
2.

Lebih efektif dalam semua bidang di dalam kurikulum.

Perbedaan utama antar inkuiri Suchman dengan Inkuiri umum terletak pada
proses pengumpulan data.
Suchman mengembangkan suatu motode penemuan baru yang menuntun
siswa mengumpulkan data melalui bertanya, maka dari itu model
pembelajaran inkuiri menurut Schuman harus memperhatikan :
1. Struktur Sosial Pembelajaran. Suasana kelas yang nyaman merupakan
hal yang penting dalam pembelajaran inkuiri Suchman karena pertanyaanpertanyaan harus berasal dari siswa agar proses pembelajaran dapat
berjalan dengan baik. Kerja sama guru dengan siswa, siswa dengan siswa

diperlukan juga adanya dorongan secara aktif dari guru dan teman. Dua atau
lebih siswa yang bekerja sama dalam berfikir dan bertanya, akan lebih baik
hasilnya jika dibanding bila siswa bekerja sendiri.
2. Peran Guru. Pembelajaran inkuiri Suchman, peran guru memonitor
pertanyaan siswa untuk mencegah agar proses inkuiri, tidak sama dengan
permainan tebakan. Hal ini memerlukan dua aturan penting, yaitu :
Pertanyaan harus dapat dijawab ya atau tidak dan harus diucapkan
dengan suatu cara siswa dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan
melakukan pengamatan; Pertanyaan harus disusun sedemikian rupa
sehingga tidak mengakibatkan guru memberikan jawaban pertanyaan
tersebut, tetapi mengarahkan siswa untuk menemukan jawabannya sendiri.
3. Sintaks Pembelajaran Inkuiri. Dalam upaya menanamkan konsep ,
misalnya konsep IPA Biologi pokok bahasan saling ketergantungan pada
siswa, tidak cukup hanya sekedar ceramah. Pembelajaran akan lebih
bermakna jika siswa diberi kesempatan untuk tahu dan terlibat secara aktif
dalam menemukan konsep-konsep dari fakta-fakta yang dilihat dari
lingkungan dengan bimbingan guru.
Pada penelitian ini tahapan pembelajaran yang digunakan mengadaptasi dari
tahapan pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Eggen & Kauchak
dalam Trianto (2009). Adapun tahapan pembelajaran inkuiri sebagai berikut:
Tahap Pembejaran Inkuiri
Fase

Perilaku Guru

1. Menyajikan
masalah

Guru
membimbing
siswa
mengidentifikasi masalah dan masalah
dituliskan di papan. Guru membagi siswa
dalam kelompok.

2.

pertanyaan

Membuat hipotesis

atau

Guru memberikan kesempatan pada


siswa untuk curah pendapat dalam
membentuk hipotesis. Guru membimbing

siswa dalam menentukan hipotesis yang


relevan
dengan permasalahan
dan
memproiritaskan hipotesis mana yang
menjadi prioritas penyelidikan.

3.

Merancang percobaan

4. Melakukan percobaan
memperoleh informasi

5. Megumpulkan
menganilisis data

6.

Guru memberikan kesempatan pada


siswa
untuk
menentukan
langkahlangkah yang sesuai dengan hipotesis
yang akan dilakukan . Guru membimbing
siswa
mengurutkan
langkah-langkah
percobaan

Membuat kesimpulan

untuk

dan

Guru membimbing siswa mendapatkan


informasi melalui percobaan

Guru memberi kesempatan kepada


setiap kelompok untuk menyampaikan
hasil pengolahan data yang terkumpul.

Guru
membimbing
membuat kesimpulan.

siswa

dalam

Kesimpulan
Gulo dalam Trianto (2009) menyatakan bahwa, strategi inkuiri berarti suatu
rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh
kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis,
logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya
dengan penuh percaya diri.
Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah keterlibatan siswa
secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, keterarahan kegiatan secara
maksimal dalam proses kegiatan belajar , mengembangkan sikap percaya
pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri. Namun
dalam penerapannya, pembelajaran inkuiri ini memiliki kelemahan seperti
adanya kesulitan dalam mengontrol siswa, ketidaksesuaian kebiasaan siswa

dalam belajar, kadang memerlukan waktu yang panjang dalam


pengimplementasiannya, dan sulitnya dalam implementasi yang dilakukan
oleh guru bila keberhasilan belajar bergantung pada siswa.
Langkah-langkah pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut orientasi,
merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji
hipotesis, merumuskan kesimpulan.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaraninquiry.html#ixzz2uZcmpOn0
Metode Pembelajaran Struktural Analitik Sintetik (SAS)
Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)
Metode ini diprogramkan pemerintah RI mulai tahun 1974. Regu yang
dipimpin oleh Dr. A.S. Broto pada waktu itu telah menghasilkan Metode SAS.
Menurut A.S. Broto khususnya disediakan untuk belajar membaca dan
menulis permulaan di kelas permulaan SD. Lebih luas lagi Metode SAS dapat
dipergunakan
dalam
berbagai bidang
pengajaran.
Dalam
proses
operasionalnya metode SAS mempunyai langkah-langkah berlandaskan
operasional dengan urutan : Struktural menampilkan keseluruhan; Analitik
melakukan proses penguraian; Sintetik melakukan penggabungan kembali
kepada bentuk Struktural semula. Landasan linguistiknya bahwa itu ucapan
bukan tulisan, unsur bahasa dalam metode ini ialah kalimat; bahwa bahasa
Indonesia mempunyai struktur tersendiri. Landasan pedagogiknya; (1)
mengembangkan potensi dan pengalaman anak, (2) membimbing anak
menemukan jawab suatu masalah. Landasan psikologisnya : bahwa
pengamatan pertama bersifat global (totalitas) dan bahwa anak usia sekolah
memiliki sifat melit (ingin tahu).
Prosedur penggunaan Metode SAS
1.
Mula
membaca
permulaan
dijadikan
dua
bagian
Bagian
pertama
Membaca
permulaan
tanpa
buku
Bagian
pertama
Membaca
permulaan
buku
2. Merekam bahasa anak melalui pertanyaan-pertanyaan dari pengajar

sebagai
kontak
permulaan.
3. Menampilkan gambar sambil bercerita. Setiap kali gambar diperlihatkan,
muncullah
kalimat
anak-anak
yang
sesuai
dengan
gambar.
4.
Membaca
kalimat
secara
structural
5.
Membaca
permulaan
dengan
buku
6.
Membaca
lanjutan
7. Membaca dalam hati
Segi
baiknya
a.
Metode
ini
dapat
sebagai
landasan
berpikir
analisis.
b. Dengan langkah-langkah yang diatur sedemikian rupa membuat anak
mudah mengikuti prosedur dan akan dapat cepat membaca pada
kesempatan
berikutnya
c. Berdasarkan landasan linguistik metode ini akan menolong anak.
menguasai bacaan dengan lancar.
Segi
lemahnya
1) Metode SAS mempunyai kesan bahwa pengajar harus kreatif dan terampil
serta
sabar
Tuntutan semacam ini dipandang sangat sukar untuk kondisi pengajar saat
ini.
2) Banyak sarana yang harus dipersiapkan untuk pelaksanaan metode ini
untuk
sekolah
sekolah
tertentu
dirasa
sukar.
3) Metode SAS hanya untuk konsumen pembelajar di perkotaan dan tidak di
pedesaan
4) Oleh karena agak sukar menganjarkan para pengajar metode SAS maka di
sana-sini
Metode
ini
tidak
dilaksanakan.
Teknik pelaksanaan Metode SAS ialah keterampian memilih kata kartu kata
dan kartu kalimat. Sementara anak-anak mencari huruf, suku kata, kata.,
pengajar dengan sebagian anak yang lain. Menempel-empelkan kata kata
yang tersusun menjadi kalimat yang berarti. Begitu seterusnya sehingga
semua anak mendapat giliran untuk menyusun kalimat, membacanya dan
yang paling mengutpnya sebagai ketreampilan menulis. Media lain selain
papan tulis, papan panel, papn tali, OHP (Over Head Projector) dapat juga
digunakan.
Metode
Struktural
Analitik
Sintetik

Menurut Supriyadi (1996) pengertian metode SAS adalah suatu pendekatan


cerita yang disertai dengan gambar, yang didalamnya terkandung unsur
struktur analitik sintetik. Metode SAS menurut Djauzak (1996) adalah suatu
metode pembelajaran menulis permulaan yang didasarkan atas pendekatan
cerita yakni cara memulai mengajar menulis dengan menampilkan cerita
yang diambil dari dialog siswa dan guru atau siswa dengan siswa.
Teknik pelaksanaan pembelajaran metode SAS yakni keterampilan menulis
huruf, kartu suku kata, kartu kata dan kartu kalimat. Proses operasional
metode SAS mempunyai langkah-angkah dengan urutan sebagai berikut :
(1) Struktur yaitu menampilkan keseluruhan,
(2) Analitik yaitu melakukan proses penguraian,
(3) Sintetik yaitu melakukan penggabungan pada struktur semula. Demikian
langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pembelajaran menulis
permulaan dengan metode SAS, sehingga hasil belajar itu benar-benar
menghasilkan Struktur Analitik Statis. (Subana : 176).
Kegiatan pembelajaran menulis permulaan dengan metode Struktural
Analitik Sintetik (SAS) dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1.
Guru
bercerita
atau
berdialog
dengan
siswa.
2. Memperlihatkan gambar yang berhubungan dengan isi cerita.
3. Menulis beberapa kalimat sebagai kesimpulan dari isi cerita.
4.
Menulis
satu
kalimat
yang
diambil
dari
isi
cerita.
5.
Menulis
kata-kata
sebagai
uraian
dari
kalimat.
6.
Menulis
suku-suku
kata
sebagai
uraian
dari
kata-kata.
7. Menuliskan huruf huruf sebagai uraian dari suku-suku kata.
8.
Mensintesiskan
huruf-huruf
menjadi
suku-suku
kata.
9. Menyatukan kata-kata menjadi kalimat.
Agar siswa memiliki kemampuan menulis, maka setiap langkah tersebut
dilakukan oleh siswa dengan cara menyalin tulisan yang ditulis guru dalam
setiap
langkah
pembelajaran.
Demikian langkah-langkah yang dilakukan dalam menulis permulaan

dengan metode SAS sehingga hasil belajar ini benar-benar menghasilkan


struktur
analitik
sintetik.
Bagaimana menunjukkan bahwa untuk menentukan jenis tulisan yang
harus diajarkan pada saat siswa belajar menulis permulaan bukan pekerjaan
yang
sederhana. Guru harus dapat menentukan jenis tulisan yang akan diajarkan.
Menurut Hagin (Lovitt, 1989 : 227), ada lima alasan perlunya diajar
menulis huruf cetak lebih dulu pada awal belajar menulis :
1. Huruf cetak lebih mudah dipelajari karena bentuknya sederhana.
2. Buku-buku menggunakan huruf cetak sehingga anak-anak tidak perlu
mengakomodasikan
dua
bentuk
tulisan.
3. Tulisan dengan huruf cetak lebih mudah dibaca daripada tulisan dengan
huruf
sambung.
4. Kata-kata yang ditulis dengan huruf cetak lebih mudah dieja karena hurufhuruf
tersebut
berdiri
sendiri-sendiri.
Dengan memperhatikan berbagai alasan tersebut di atas maka alangkah
baiknya pada awal belajar menulis ini siswa diajar menulis dengan
menggunakan
huruf cetak lebih dulu
1.
Pengertian
Warga
Negara
Warga Negara diartikan dengan orang-orang sebagai bagian darisuatu
penduduk
yang
menjadi
unsur
negara.
AS. Hikam mendefinisikan bahwa warga negara merupakan terjemahan dari
citizen adalah anggota dari sebuah komunitas yang membentuk negara itu
sendiri.
Sementara itu, status warga negara Indonesia telah dibicarakan dalam UU RI
Pasal 4 no.12tahun 2006, yang menjadi warga negara Indonesia adalah:
1. Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan/atau
bersdasarkan perjanjian pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain
sebelum UU ini berlaku sudah menjadi warga negara Indonesia.
2. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu

warga
negara
indonesia.
3. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara
Indonesia
dan
ibu
warga
negara
asing.
4. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah seorang warga negara
asing
dan
ibu
warga
negara
Indonesia.
5. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara
Indonesia, tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum
negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tsb.
6. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayangya
meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya warga negara
Indonesia.
7. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara
Indonesia.
8. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara
asing yang di akui oleh seorang ayah warga negara Indonesia sebagai
anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tsb berusia 18 tahun
atau
belum
kawin.
9. Anak yang lahir di wilayah republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak
jelas
kewarganegaraan
ayah
ibunya.
10. Anak yang baru lahir ditemukan di wilayah Indonesia selam ayah dan
ibunya
tidak
di
ketahui.
11. Anak yang di wilayah Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak memiliki
kewarganegaraan
atau
tidak
di
ketahui
keberadaanya.
12. Anak yang dilahirkan diluar wilayah Indonesia dari seorang ayah da ibu
warga negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat anak tsb
dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan.
13. Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah di kabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum
mengucapkan
sumpah
atau
janji
setia.
2.Asas
Kewarganegaraan
Pada umumnya, asas dalam menentukan kewarganegaraan dibedakan
antara
asas
ius
sanguinis
dan
asas
ius
soli.
a.
Ius
soli
Asas ius soli adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang
menurut
daerah
atau
negara
tempat
dimana
ia
dilahirkan.
Contoh : Seseorang yang dilahirkan di negara A, maka ia akan menjadi

warga negara A, walaupun orangtuanya warga negara B. Asas ini di anut


oleh
negara
Inggris,
Mesir
Amerika
Serikat
dan
lain-lain.
b.
Ius
sanguinis
Asas ius sanguinis adalah asas yang menentukan kewarganegaraan
seseorang menurut pertalian darah atau keturunan dari orang tsb.
Contoh : Seseorang yang dilahirkan di negara A, tetapi orangtuanya warga
negara B, maka orang tsb tetap menjadi warga negara B.(asas ini dianut leh
RRC)
3.Pengertian
Pewarganegaraan
(Naturalisasi)
Pewarganegaraan atau naturalusasi adalah pemerolehan kewarganegaraan
bagi negara asing setelah memenuhi syarat sebagaimana ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan. Didalam UU RI No.12 tahun 2006,
permohonan pewarganegaraan dapat diajukan oleh pemohon jika memenuhi
persyaratan
sebagai
berikut
:
1.
Telah
berusia
18
tahun
atau
sudah
kawin.
2. Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertampat tinggal di wilayah
negara Indonesia paling singkat 5 tahun berturut-turut atau paling singkat 10
tahun
tidak
berturut-turut.
3.
Sehat
jasmani
dan
rohani.
4. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan
UUD
negara
Republik
Indonesia
tahun
1945.
5. Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang
diancam
dengan
pidana
1
tahun
atau
lebih.
6. Jika dengan memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak
menjadii
berkewarganegaraan
ganda.
7.
Mempunyai
pekerjaan
dan/atau
berpenghasilan
tetap.
8.
Membayar
uang
pewarganegaraan
ke
kas
negara.
Didalam natuarlisasi istimewa dapat diberikan bagi mereka (warga asing)
yang telah berjasa kepada negara RI. kemudian mereka mengucapkan
sumpah atau janji setia (tidak perlu memenuhi syarat sebagai mana dalam
naturalisasi biasa). Cara ini diberikan oleh presiden dengan persetujuan DPR
RI.
4.Problematika
status
kewarganegaraan
Apatride merupakan istilah untuk orang-orang yang tidak mempunyai status

kewarganegaraan. Sedangkan Bipatride merupakan istilah yang digunaklan


untuk orang-orang yang mempunyai status kewarganegaraan rangkap atau
dengan istilah lain dikenal dengan dwikewarganegaraan. Sementara yang
dimaksud dengan multipatride adalah istilah yang digunakan untuk
menyebutkan status kewrganegaraan seseorang yang memiliki 2 atau lebih
status kewarganegaraan.
Kondisi seseorang dengan status dwikewarganegaraan, sering terjadi pada
penduduk yang tinggal di daerah perbatasan diantara 2 negara.
Dalam
menentukan
status
kewarganegaraan,
pemerintah
lazim
menggunakan stelsel aktif dan stelsel pasif.
Berkaitan dengan kedua stelsel tersebut, sesorang warga negara dalam
suatu warga negara pada dasarnya mempunyai hak opsi dan hak repudiasi.
1. Hak opsi, adalah hak untuk memilih sesuatu kewarganegaraan (dalam
stelsel
aktif)
2. Hak repudiasi, adalah hak untuk menolak sesuatu kewarganegaraan
(dalam
stelsel
pasif)
3. Cara Mendapatkan dan Kehilangan Kewarganegaraan Indonesia
Pada umumnya ada 2 kelompok warga negara dalam suatu negara, yakni
warga negara yang memperoleh status kewrganegaranya melalui stelsel
pasif dikenal juga warga negara by opertion of law dan warga negara yang
memperoleh status kewarganegaraannya melali stelsel aktif atau dikenal
dengan by registration.
1. Seseorang warga negara juga bisa kehingan kewarganegaran Indonesia.
UU RI No.12 tahun 2006 pasal 23, menyatakan bahwa seseorang bisa
kehiolngan kewarganegaraan indonesia apabila memenuhi hal-hal berikut :
2.
Memperoleh
kewarganegaran
lain
atas
kemauannya
sendiri.
3. Tidak menolak atau tidak melepas kewarganegaran lain, sedangkan orang
yang
bersangkutan
mendapat
kesempatan
untuk
itu.
4. Dinyatakan hilang kewarganegaraanya oleh Presiden atas permohonannya
sendiri, yang bersangkutan sudah berusia 18 tahun atau sudah kawin,
bertempat tinggal diluar negeri, dan dengan dinyatakan hilang
kewarganegaraan
RI
tidak
menjadi
tanpa
kewarganegaraanya.
5. Bertempat tinggal diluar wilayah negara Indonesia selama 5 tahun terus

menerus bukan dalam rangka dinas negara, tanpa alasan yang sah dan
dengan sengaja tidak menyatakan keinginannya untuk tetap menjadi warga
negara Indonesia sebelum jangka waktu 5 tahun itu berakhir, dan setiap 5
tahun berikutnya yang bersangkutan tidak mengajukan pernyataan ingin
tetap menjadi warga negara Indonesia kepada perwakilan Republik Indonesia
di wilayah kerjanya meliputi tempat tingal yang bersangkutan padahal
perwakilan Republik Indonesia tersebut telah memberitahukan kepada yang
bersangkutan, sepajang yang tidak menjadi tanpa kewarganegaraan.
Seseorang yang kehilangan kewarganegaraan Indonesia dapat memperoleh
kembali kewrganegaraannya apabila memenuhi syarat-syarat seperti yang
tertera dalam pasal 31 dan 32. UU RI No.3 tahun 1976 tentang perubahan
pasal
18
UU
No.
62
tahun
1958
yaitu
:
1. Seseorang yang kehilangan kewarganegaraan karena 5 tahun berturutturut tinggal diluar negeri tanpa keterangan, dapat memperoleh
kewarganegaraan RI kembali jika ia bertempat tinggal di Indonesia
berdasarkan kartu ijin masuk dan menyatakan ingin kembali menjadi warga
negara
Indonesia
2. Seseorang yang kehilangan kewarganegaraan Rikarna sebab lain, dapat
memperoleh kembali kewarganegaraan RI jika ia mlaporkan diri dan
menyatakan keterangan untuk kembali ke kewarganegaaan RI kepada
perwakilan RI dinegara tempat tinggalnya dalam jangka waktu 1 tahun
terhitung sejak tanggal diundangkannya UU No.3 tahun 1976 pada 5 April
1976.
5.Kedudukan
Warga
Negara
di
Indonesia
Dalam sistem kewarganegaraan di Indonesia, Kedudukan warga negara pada
dasarnya adalah sebagai pilar terwujudnya Negara. Sebagai sebuah negara
yang berdaulat dan merdeka Indonesia mempunyai kedudukan yang sama
dengan negara lain di dunia, pada dasarnya kedudukan warga negara bagi
negara Indonesia diwujudkan dalam berbagai peraturan perundangundangan tentang kewarganegaraan, yaitu :
1.
UUD
1945
Dalam konteks UUD 1945, Kedudukan warga negara dan penduduk diatur
dalam
pasal
26
yaitu
:
1. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang warga Indonesia asli dan
orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan UU sebagai warga negara.

2. Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang tinggal di
Indonesai.
3. Hal-hal mengenai warga negara penduduk di atur dengan UU.
2.
UU
No.
3
tahun
1946
Undang-undang No.3 ialah tentang warga negara dan penduduk negara
adalah peraturan derivasi dibawah dibawah UU 1945 yang digunakan untuk
menegakan kedudukan Negara RI dengan warga negaranya dan kedudukan
penduduk negara RI.
3.
UU
No.
62
tahun
1958
UU No.62 tahun 1958 merupakan penyempurnaan dari UU tentang kewarga
negaraan yang terdahulu. UU No. 62 tahun 1958 tenang kewarganegaraan RI
merupakan produk hukum derivasi dari pasal 5 dan 144 UUD RI 1950 yang
sampai saat ini masih berlaku dan tetap digunakan sebagai sumber hakum
yang mengatur masalah kewarganegaraan di Indonesai setelah kurang lebih
48 tahun berlaku, dan saat ini dinilai sudah tidak sesuai lagi. Pernasalahan
kewarganegaraan yang semakin kompleks ternyata tidak mampu ditampung
oleh undang-undang ini.
4.
UU No.12 tahun
2006
RUU Kewarganegaraan yang baru ini memuat beberapa subtansi dasar yang
lebih
revolusioner
dan
aspiratif,
seperti
:
1.
Siapa
yang
mnjadi
warga
negara
Indonesia
2. Syarat dan tata cara memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia
3.
Kehilangan
kewarganegaraan
Republik
Indonesia
4. Syarat dan tata cara memperoleh kembali kewarganegaraan Republik
Indonesia
5.
Ketentuan
pidana
6.Persamaan
Kedudukan
Warga
Negara
Indonesia
Warga negara adalah sama kedudukannya, hak dan kewajibannya. Setiap
individu mendapat perlakuan yang sama dari negara. Ketentuan ini secara
tegas termuat dalam konstitusi tertinggi kita, yaitu UUD 1945 Bab X sampai
Bab XIV pasal 27 sampai pasal 34. berikut ini dijelaskan secara lebih rinci
terntang persamaan kedudukan warga negara, dalam berbagai bidang
kehidupan.

1.
Persamaan
kedudukan
dalam
hukum
dan
pemerintah
Pasal 27 ayat (1) menyatakan bahwa segala warga negara bersamaan
kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung
hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Pasal ini juga
memperlihatkan kepada kita adanya kepedulian adanya hak asasi
dalambidang hukum dan politik.
2. Persamaan atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan
(ekonomi)
Pasal 27 ayat (2) menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pasal ini
memencarkan persamaan akan keadilan sosial dan kerakyatan. Ini berarti
hak asasi ekonomi warga negara dijamin dan diatur pelaksanaanya.
3. Persamaan dalam hal kemerdekaan berserikat dan berkumpul (politik)
Pasal 28 E ayat (3) menetapkan warga negara dan setiap orang untuk
berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat. Pasal ini mencerminkan
bahwa negara Indonesia bersifat demokratis dan memberi kebebasan yang
bertanggung jawab bagi setiap warga negaranya untuk melaksanakan hak
dan kewajibannya dalam bidang politik.
4.
Persamaan
dalam
HAM
Dalam Bab X A tentang hak asai manusia dijelaskan secara tertulis bahwa
negara memberikan dan mengakui persamaan setiap warga negara dalam
menjalankan HAM. Mekanisme pelaksanaan HAM secara jelas ditetapkan
melalui pasal 28 A sampai dengan pasal 28 J.
5.
Persamaan
dalam
agama
Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 menyatakan bahwa negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing
dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Berdasar
pasal ini tersurat jelas bahwa begara menjamin persamaan setiap penduduk
untuk memeluk agama sesuai dengan keinginannya. Agama dan
kepercayaan terhadap Tuhan YME dijalankan tanpa ada paksaan dari pihak
manapun.

6.
Persamaan
dalam
upaya
pembelaan
negara
Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 menyatakan bahwa setiap warga negara berhak
dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Lebih lanjut, pasal 30
UUD 1945 memuat ketentuan pertahanan dan keamanan negara. Kedua
pasal tersebut secara jelas dapat kita ketahui bahwa negara memberikan
kesempatan yang sama kepada setiap warga negara yang ingin membela
Indonesia.
7.
Pesamaan
dalam bidang
pendidikan
dan
kebudayaan
Pasal 31 dan 32 UUD 1945 menyatakan bahwa setiap warga negara
mempunyai hak dan kedudukan yang sama dalam masalah pendidikan dan
kebudayaan. Kedua pasal ini menunjukan bahwa begitu konsen dan peduli
terhadap pendidikan dan kebudayaan warga negara Indonesia. Setiap warga
negara mendapat porsi yang sama dalam kedua masalah ini.
8.
Persamaan
dalam
perekonomian
dan
kesejahteraan
sosial
Persamaan
kedudukan
warga
negara
dalam
perekonomian
dan
kesejahteraan diatur dalam Bab XIV pasal 33 dan 34. pasal 33 mengatur
masalah perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasar atas asas
kekeluargaan dengan prinsip demokrasi ekonomi untuk kemakmuran rakyat
secara keseluruhan. Selanjutnya pasal 34 memuat ketentuan tentang
kesejahteraan sosial dan jaminan sosial diman fakir miskin dan anak-anak
terlantar dipelihara oleh negara (pasal 1) dan negara bertanggung jawab
atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum
yang layak (pasal 3).
7Menghargai Persamaan Kedudukan Warga Negara di Indonesia
Dalam NKRI, semua warga negar mempunyai kedudukan yang sama
dalam bidang ekonomi, politik, hukum, sosial, budaya, agama dan
pertahanan keamanan.
Berikut ini dijelaskan lebih lanjut wujud persamaan kedudukan warga negara
di
indonesia
dalam
berbagai bidang
kehidupan.
1. Bidang
ekonomi
Setiap individu memiliki kesamaan untuk melakukan usaha ekonomi seperti
berdagang, bertani, berkebun, menjual jasa, dsb. Untuk memenuhi dan

meningkatkan
taraf
hidupnya.
2. Bidang
budaya
Setiap warga negara mempunyai kesamaan hak dalam mengembangkan
seni, misalnya berkreasi dalam seni tari, seni lukisseni musik seni pahat seni
bangunan
dsb.
3. Bidang
politik
Setiap orang memiliki hak politik yang sama, yakni individu berhak memilih,
menjadi anggota salah satu partai, atau mendirikan partai politik.
4. Bidang hukum setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama, yakni
berhak untuk mengadakan pembelaan, penuntutan, berperkara di depan
pengadilan,
dsb.
5. Bidang agama setiap warga negara di berikan kedudukan yang sama
dalam memeluk agama, menjalankan ibadah dan ritual keagamaannya,
berpindah agama ataupun belajar tentang agama tanpa adanya paksaan
dari
pihak
manapun.
Sebagai warga negara yang baik serta guna terwujudnya persamaan harkat
dan martabat warga negara sebagai manusia, secara bersama-sama kita
wajib saling menghargai , menghormati prinsip persamaan kedudukan
sesama warga negara.
Sumber:
: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/metodepembelajaran-struktural-analitik.html#ixzz2uZctBaXr
MODEL PEMBELAJARAN TERPADU
MODEL PEMBELAJARAN TERPADU
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan
prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai
tujuan
belajar.
A.
Pengertian
pembelajaran
terpadu
Menurut guru besar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Prof. Dr. Sri Anitah Wiryawan, M.Pd.
(Pikiran Rakyat, 11 April 2003) kurikulum terpadu adalah suatu pendekatan
untuk mengorganisasikan kurikulum dengan cara menghapus garis batas
mata pelajaran yang terpisah-pisah, sedangkan pembelajaran terpadu

merupakan
metode
pengorganisasian
pembelajaran
yang
menggunakan
beberapabidang
mata
pelajaran
yang
sesuai.
Istilah
kurikulum
terpadu
dengan
pembelajaran
terpadu
dalam
penggunaannya dapat saling dipertukarkan. Pembelajaran terpadu
merupakan suatu aplikasi salah satu startegi pembelajaran berdasarkan
pendekatan kurikulum terpadu yang bertujuan untuk menciptakan atau
membuat proses pembelajaran secara relevan dan bermakna bagi anak
(Atkinson, 1989:9dalam Ahmad). Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam
pembelajaran terpadu didasarkan pada pendekatan inquiry, yaitu melibatkan
siswa mulai dari merencanakan, mengeksplorasi, dan brain storming dari
siswa. Dengan pendekatan terpadu siswa didorong untuk berani bekerja
secara kelompok dan belajar dari hasil pengalamannya sendiri.
Collins dan Dixon (1991:6 dalam Ahmad) menyatakan tentang pembelajaran
terpadu
sebagai
berikut
:
integrated learning occurs when an authentic event or exploration of a topic
in
the
driving
force
in
the
curriculum.
Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam pelaksanaannya anak dapat diajak
berpartisipasi aktif dalam mengeksplorasi topik atau kejadian, siswa belajar
proses
dan
isi
(materi)
lebih
dari
satu
bidang
studi
pada
waktu
yang
sama.
Pembelajaran terpadu sangat memperhatikan kebutuhan anak sesuai
dengan perkembangannya yang holistik dengan melibatkan secara aktif
dalam proses pembelajaran baik fisik maupun emosionalnya. Untuk itu
aktivitas yang diberikan meliputi aktif mencari, menggali, dan menemukan
konsep serta prinsip keilmuan yang holistik, bermakna, dan otentik sehingga
siswa dapat menerapkan perolehan belajar untuk memecahkan masalahmasalah yang nyata di dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran terpadu
juga menekankan integrasi berbagai aktivitas untuk mengeksplorasi objek,
topik, atau tema yang merupakan kejadian-kejadian, fakta, dan peristiwa
yang
otentik.
Pelaksanaan pembelajaran terpadu pada dasarnya agar kurikulum itu
bermakna bagi anak. Hal ini dimaksudkan agar bahan ajar tidak digunakan
secara terpisah-pisah, tetapi merupakan suatu kesatuan bahan yang utuh
dan cara belajar yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan siswa.

Jadi yang dimaksud dengan pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan


dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik
dalam
intramata
pelajaran
maupun
antarmata
pelajaran.
Prabowo (2000:3) mengatakan bahwa pembelajaran terpadu sebagai suatu
proses
mempunyai
beberapa
ciri
yaitu
:
1.
berpusat
pada
siswa
(student
centered)
2. proses pembelajaran mengutamakan pemberian pengalaman langsung
3. pemisahan antar bidang studi tidak terlihat jelas.
Jadi, sesuai dengan pengertian-pengertian di atas, bahwa dengan adanya
pemaduan itu siswa akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan
secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa.
Bermakna disini memberikan arti bahwa pada pembelajaran terpadu siswa
akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui
pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antarkonsep dalam
intramata pelajaran maupun antarmata pelajaran. Pembelajaran terpadu
tampak lebih menekankan keterlibatan siswa dalam belajar, sehingga siswa
terlibat aktif dalam proses pembelajaran untuk pembuatan keputusan.
Setiap siswa memerlukan bekal pengetahuan dan kecakapan agar dapat
hidup di masyarakat dan bakal ini diharapkan diperoleh melalui pengalaman
belajar di sekolah. Oleh karena itu pengalaman belajar di sekolah sedapat
mungkin memberikan bekal siswa dalam mencapai kecakapan untuk
berkarya. Kecakapan ini disebut kecakapan hidup yang cakupannya lebih
luas
dibanding
hanya
sekedar
keterampilan.
B.
Karakteristik
Pembelajaran
Terpadu
Sebagai suatu proses, pembelajaran terpadu memiliki karakteristik sebagai
berikut
:
1.
Pembalajaran
terpusat
pada
anak
Pembalajaran terpadu dikatakan sebagai pembelajaran yang berpusat pada
anak, karena pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem
pembelajaran yang memberikan keleluasaan pada siswa, baik secara
individu maupun secara kelompok. Siswa dapat aktif mencari, menggali, dan
manemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang harus
dikuasainya
sesuai
dengan
perkembangannya.
2.
Menekankan
pembentukan
pemahaman
dan
kebermaknaan
Pembelajaran terpadu mengkaji suatu fenomena dari berbagai macam aspek

yang membentuk semacam jalinan antarskemata yang dimiliki oleh siswa,


sehingga akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari
siswa. Hasil yang nyata didapat dari segala konsep yang diperoleh dan
keterkaitannya
dengan
konsep-konsep
lain
yang
dipelajari
dan
mengakibatkan kegiatan belajar menjadi lebih bermakna.hal ini diharapkan
dapat berakibat pada kemampuan siswa untuk dapat menerapakan
perolahan belajaranya pada pemecahan masalah-masalah yang nyata dalam
kehidupannya.
3.
Belajar
melalui
proses
pengalaman
langsung
Pada pembelajaran terpadu diprogramkan untuk melibatkan siswa secara
langsung pada konsep dan prisip yang dipelajari dan memungkinkan siswa
belajar dengan melakukan kegiatan secara langsung. Sehingga siswa akan
memahami hasil belajarnya secara langsung dan kemudian siswa akan
memahami hasil belajarnya sesuai dengan fakta dan peristiwa yang mereka
alami, bukan sekedar informasi dari gurunya. Guru lebih banyak bertindak
sebagai fasilitator yang membimbing kearah tujuan yang ingin dicapai.
Sedangkan siswa sebagai aktor pencari fakta dan informasi untuk
mengembangkan
pengetahuannya.
4.
Lebih
memperhatikan
proses
daripada
hasil
semata
Pada pembelajaran terpadu dikembangkan pendekatan discovery inquiry
(penemuan terbimbing) yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran yaitu mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai proses
evaluasi. Pembelajaran terpadu dilaksanakan dengan melihat keinginan,
minat, dan kemampua siswa sehingga memungkinkan siswa termotivasi
untuk
belajar
terus-menerus.
5.
Sarat
dengan
muatan
keterkaitan
Pembelajaran terpadu memusatkan perhatian pada pengamatan dan
pengkajian suatu gejala atau peristiwa dari beberapa mata pelajaran
sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak. Sehingga
memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena pembelajaran dari
segala sisi, yang pada gilirannya nanti akan membuat siswa lebih arif dan
bijak dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada.
C.
Pembalajaran
pembalajaran

Tujuan
Pembelajaran
terpadu dikembangkan selain untuk
yang

Terpadu
mencapai tujuan
telah

ditetapkan,
diharapkan
siswa
juga
dapat
:
1. Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih
bermakna,
2.
Mengembangkan
keterampilan
menemukan,
mengolah,
dan
memanfaatkan
informasi,
3. Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai-nilai luhur
yang
diperlukan
dalam
kehidupan,
4. Menumbuhkembangkan keterampilan sosial seperti kerja sama, toleransi,
komunikasi,
serta
menghargai
pendapat
orang
lain,
5.
Meningkatkan
minat
dalam
belajar,
6. Memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
D.
Kemanfaatan
Pembalajaran
Terpadu
Ada beberapa manfaat dalam menggunakan pembelajara terpadu, yaitu :
1. Memungkinkan anak mengekplorasi dan mengekpresikan pengetahuan
dan
keterampilannya
melalui
berbagai
kegiatan.
2.
Meningkatkan
pemahaman
anak
secara
komprehensif.
3.
Meningkatkan
kecakapan
berpikir
anak
4. Banyak topik yang tertuang di setiap mata pelajaran mempunyai
keterkaiatan
konsep
dengan
yang
dipelajari
siswa.
5. Pada pembelajaran terpadu memungkinkan siswa memanfaatkan
keterampilannya yang dikembangkan dari mempelajari keterkaitan
antarmata
pelajaran.
6. Pembelajaran terpadu melatih siswa untuk semakin banyak membuat
hubungan inter dan antarmata pelajaran, sehingga siswa mampu
memproses informasi dengan cara yang sesuai daya pikirnya dan
memungkinkan
berkembangnya
jaringan
konsep-konsep.
7. Pembalajaran terpadu membantu siswa dapat memecahkan masalah dan
berpikir kritis untuk dapat dikembangkan melalui keterampilan dalam situasi
nyata.
8. Daya ingat (retensi) terhadap materi yang dipelajari siswa dapat
ditingkatkan dengan jalan memberikan topik-topik dalam berbagai ragam
situasi
dan
berbagai
ragam
kondisi.
9. Dalam pembelajaran terpadu transfer pembelajaran dapat mudah terjadi
bila situasi pembelajaran dekat dengan situasi kehidupan nyata.

10.
Meningkatkan
interaksi
11. Meningkatkan profesionalisme guru.

sosial

anak.

E. Model-model pembelajaran terpadu


1.
Pembelajaran
Terpadu
Tipe
Terhubung
(Connected)
Connected Model adalah model pengembangan kurikulum yang
menggabungkan secara jelas satu topik dengan topik berikutnya, satu
konsep dengan konsep lainnya, satu kemampuan dengan kemampuan
lainnya, kegiatan satu hari dengan hari lainnya, dalam satu mata pelajaran.
Contoh pengajaran menggunakan pembelajaran terpadu tipe terhubung
(connected)
:
Guru menghubungkan/menggabungkan konsep matematika tentang uang
dengan konsep jual beli, untung rugi, simpan pinjam, dan bunga.
a.
Kelebihan
1. Guru akan dapat melihat gambaran yang menyeluruh dan
kemampuan/indikator
yang
digabungkan;
2. kegiatan anak lebih terarah untuk mencapai kemampuan yang tertera
pada
indikator;
3. siswa memperoleh gambaran secara menyeluruh tentang suatu konsep
sehingga transfer pengetahuan akan sangat mudah karena konsep-konsep
pokok
dikembangkan
terus-menerus;
4. siswa dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas dan luas dari konsep
yang dijelaskan dan juga siswa diberi kesempatan untuk melakukan
pedalaman, tinjauan, memperbaiki dan mengasimilasi gagasan secara
bertahap.
b.
Kekurangan
1. model ini belum memberikan gambaran yang menyeluruh karena belum
menggabungkan bidang-bidang pengembangan/mata pelajaran yang lain;
2. model ini kurang mendorong guru bekerja sama karena relatif mudah
dilaksanakan
secara
mandiri;
3. bagi guru bidang studi mungkin kurang terdorong untuk menghubungkan
konsep
yang
terkait
karena
sukarnya
mengatur
waktu
untuk
merundingkannya atau karena terfokus pada keterkaitan konsep, maka
pembelajaran secara global jadi terabaikan.

2.
Pembelajaran
Terpadu
Model
Jaring
Laba-Laba
(Webbed)
Tahapan atau Langkah untuk membuat rancangan pembelajaran terpadu
dengan
model
jaring
laba-laba
di
TK,
yaitu:
1. mempelajari kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator setiapbidang
pengembangan
untuk
masing-masing
kelompok
usia;
2. mengidentifikasi tema dan subtema dan memetakannya dalam jaring
tema;
3. mengidentifikasi indikator pada setiap kompetensi bidang pengembangan
melalui
tema
dan
subtema;
4. menentukan kegiatan pada setiap bidang pengembangan dengan
mengacu pada indikator yang akan dicapai dan subtema yang dipilih;
5.
menyusun
Rencana
Kegiatan
Mingguan;
6.
menyusun
Rencana
Kegiatan
Harian.
Contoh dari penggunaan pembelajaran terpadu model jaring laba-laba
(webbed) ini adalah : siswa dan guru menentukan tema misalnya air, maka
guru-guru mata pelajaran dapat mengajarkan tema air itu ke dalam sub-sub
tema misalnya siklus air, kincir air, air waduk, air sungai, bisnis air dari PDAM
yang tergabung dalam mata pelajaran matematika, IPS, IPA, dan Bahasa.
a.
Kelebihan
1. Siswa adalah diperolehnya pandangan hubungan yang utuh tentang
kegiatan
dari
ilmu-ilmu
yang
berbeda;
2. faktor motivasi berkembang karena adanya pemilihan tema yang
didasarkan
pada
minat
siswa;
3. siswa dapat dengan mudah melihat bagaimana kegiatan yang berbeda
dan ide yang berbeda dapat saling berhubungan.
b.
Kekurangan
1. kecenderungan untuk mengambil tema sangat dangkal sehingga kurang
bermanfaat
bagi
siswa;
2. seringkali guru terfokus pada kegiatan sehingga materi atau konsep
menjadi
terabaikan;
3. memerlukan keseimbangan antara kegiatan dan pengembangan materi
pelajaran.
3.
Pembelajaran
Terpadu
Integrated Model adalah model

Model
Integrated
(Terpadu)
pengembangan kurikulum yang

menggunakan pendekatan lintas bidang ilmu utama dengan mencari


keterampilan, konsep dan sikap yang tumpangtindih. Dalam konteks
pembelajaran TK, Integrated Model adalah model pengembangan kurikulum
yang menggunakan pendekatan lintas bidang pengembangan. Model ini
berusaha memberikan gambaran yang utuh pada anak tentang tujuan
melakukan
kegiatan-kegiatan
yang
terdapat
dalam bidang-bidang
pengembangan.
Contoh penerapan pembelajaran terpadu tipe keterpaduan adalah : Pada
awalnya guru menyeleksi konsep-konsep keterampilan dan nilai sikap yang
diajarkan dalam satu semester dari beberapa mata pelajaran misalnya:
matematika, IPS, IPA dan Bahasa. Selanjutnya dipilih beberapa konsep,
keterampilan dan nilai sikap yang memiliki keterhubungan yang erat dan
tumpang
tindih
di
antara
beberapa
mata
pelajaran.
a.
Kelebihan
1. Guru akan dapat melihat gambaran yang menyeluruh dari kemampuan
yang
dikembangkan
dari
berbagai bidang
studi/mata
pelajaran;
2. memberikan kegiatan yang lebih terarah pada tiap bidang pengembangan
untuk mencapai kemampuan yang telah ditentukan pada indikator;
3. siswa merasa senang dengan adanya keterkaitan dan hubungan timbale
balik
antar
berbagai
disiplin
ilmu;
4. memperluas wawasan dan apresiasi guru.
b.
Kekurangan
1. Cukup sulit dilaksanakan karena membutuhkan guru yang berkemampuan
tinggi dan yakin dengan konsep dan kemampuan yang akan dikembangkan
di
setiap bidang
pengembangan;
2. kurang efektif karena membutuhkan kerjasama dari banyak guru;
3. sulit mencari keterkaitan antara mata pelajaran yang satu dengan yang
lainnya, juga mencari keterkaitan aspek keterampilan yang terkait;
4. dibutuhkan banyak waktu pada beberapa mata pelajaran untuk
didiskusikan guna mencari keterkaitan dan mencari tema.
F. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Terpadu
1.
Kelebihan

tersebut

didasari

oleh

beberapa

Kelebihan
alasan.

1. Materi pelajaran menjadi dekat dengan kehidupan anak sehingga anak


dengan
mudah
memahami
sekaligus
melakukannya.
2. Siswa juga dengan mudah dapat mengaitkan hubungan materi pelajaran
di mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran lainnya.
3. Dengan bekerja dalam kelompok, siswa juga dapat mengembangkan
kemampuan belajarnya dalam aspek afektif dan psikomotorik, selain aspek
kognitif.
4. Pembelajaran terpadu mengakomodir jenis kecerdasan siswa.
5. Dengan pendekatan pembelajaran terpadu guru dapat dengan mudah
menggunakan belajar siswa aktif sebagai metode pembelajaran.
2.
Kekurangan
1. Aspek Guru: Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi,
keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan
berani mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik, guru
dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan
dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar
penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian tertentu saja.
Tanpa kondisi ini, maka pembelajaran terpadu akan sulit terwujud.
2. Aspek peserta didik: Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar
peserta didik yang relatif baik, baik dalam kemampuan akademik maupun
kreativitasnya. Hal ini terjadi karena model pembelajaran terpadu
menekankan pada kemampuan analitik (mengurai), kemampuan asosiatif
(menghubung-hubungkan), kemampuan eksploratif dan elaboratif (menggali
dan menemukan). Bila kondisi ini tidak dimiliki, maka penerapan model
pembelajaran
terpadu
ini
sangat
sulit
dilaksanakan.
3. Aspek sarana dan sumber pembelajaran: Pembelajaran terpadu
memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan
bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang,
memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini
tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan terhambat.
4. Aspek kurikulum: Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian
ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target
penyampaian
materi).
Guru
perlu
diberi
kewenangan
dalam
mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran
peserta
didik.
5. Aspek penilaian: Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang

menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta


didik dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan. Dalam kaitan ini,
guru selain dituntut untuk menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan
penilaian dan pengukuran yang komprehensif, juga dituntut untuk
berkoordinasi dengan guru lain, bila materi pelajaran berasal dari guru yang
berbeda.
6. Suasana pembelajaran: Pembelajaran terpadu berkecenderungan
mengutamakan salah satu bidang kajian dan tenggelamnya bidang kajian
lain. Dengan kata lain, pada saat mengajarkan sebuah TEMA, maka guru
berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi gabungan
tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan
guru
itu
sendiri.
G.
Cara/Strategi
Pembalajaran
Terpadu
Pembelajaran terpadu dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu
memadukan siswa dan memadukan materi-materidari matapelajaranmatapelajaran.
1.
Integrasi
melalui
pemaduan
siswa
Cara ini memadukan beberapa kelas menjadi satu kelas, sehingga 1
pembelajaran kelas diikuti oleh lebih dari satu tungkat usia siswa. Misalnya
kelas 1 dan kelas 2 SD diajar matematika bersama-sama. Cara ini tentunya
memerlukan keahlian guru untuk memberikan tugas yang bertingkat
sehingga siswa belajar dari yang mudah menuju tingkat yang lebih sulit.
Siswa kelas 1 dapat belajar dari siswa yang lebih tua dan lebih
pengetahuannya, sedangkan siswa yang lebih tua (kelas 2) dapat
mengajarkan
pengetahuannya
kepada
siswa
yang
lebih
muda.
2.
Integrasi
materi/mata
pelajaran
Cara ini memadukan materi dari beberapa mata pelajaran dalam satu
kesatuan kegiatan pembelajaran. Dalam 1 kegiatan pembelajaran siswa
belajar berbagai mata pelajaran misal matematika, Bahasa, IPA, dan IPS.
Cara ini biasanya dilakukan dengan memadukan topik-topik (tema-tema)
menjadi satu kesatuan tema yang disebut tematik unit. Tematik unit
merupakan rangkaian tema yang dikembangkan dari suatu tema dasar.
Sedangkan tema dasar merupakan pilihan atau kesepakatan antara guru
dengan siswa berdasarkan kajian keseharian yang dialami siswa dengan
penyesuaian dari materi-materi yang ada pada kurikulum. Selanjutnya tema

dasar tersebut dikembangkan menjadi banyak tema yang disebut unit tema
(subtema).
H.
Prosedur
Pelaksanaan
Pembelajaran
Terpadu
Pada dasarnya ada 2 tahap yang harus dilalui dalam prosedur pembelajaran
terpadu yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi.
1.
Tahap
Perencanaan
Pembelajaran
Terpadu
Perencanaan pembelajaran pada dasarnya adalah rangkaian yang memuat
isi dan kegiatan pembelajaran yang bersifat menyeluruh dan sistematis,
yang akan digunakan sebagai pedoman oleh guru dalam mengelola kegiatan
belajar mengajar. Dalam pembalajaran terpadu perencanaan yang harus
dilakukan
seorang
guru
adalah
sebagai
berikut
:
a.
Pemilihan
tema
dan
unit-unit
tema
Pemilihan tema ini dapat dating dari staf pengajar yaitu guru kelas atau
guru bidang studi dan siswa. Biasanya guru yang memilih tema dasarnya
dan dengan musyawarah siswa memilih unit tema. Pemilihan tema dasar
yang dilakukan oleh guru dengan mengaju pada tema dan materi-materi
pada pokok bahasan pada setiap mata pelajaran yang terdapat pada
kurikulum. Tema dapat juga dipilih berdasarkan pertimbangan lain, yaitu
tema yang dipilih merupakan consensus antar siswa, misal dari buku-buku
bacaan, pengalaman, minat, isu-isu, yang sedang beredar di masyarakat
dengan mengingat ketersediaan sarana dan sumber belajar yang sesuai
dengan
tingkat
perkembanagn
siswa.
1)
Tema
dasar-Unit
tema
Tema dapat muncul dari siswa, kemudian guru yang mengorganisir atau guru
melontarkan tema dasar, kemudian siswa mengembangkan unit temanya.
2)
Curah
pendapat
Curah pendapat ini bermanfaat untuk memunculkan tema dasar kemudian
dikembangkan menjadi unit tema. Setelah tema dasar dan unit tema dipilih
maka akan terbentuk jaring-jaring.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam penentuan tema, yaitu :
Penentuan tema merupakan hasil ramuan dari berbagai materi di dalam
satu
atau
beberapa
mata
pelajaran.
Tema diangkat sebagai sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
terpadu dalam materi pelajaran, prosedur penyampaian, serta pemaknaan

pengalaman
belajar
oleh
para
siswa.
Tema disesuaikan dengan karakteristik belajar siswa sehingga asas
perkembangan berpikir anak dapat dimanfaatkan secara maksimal.
Tema harus bersifat cukup problematik atau popular sehingga membuka
kemungkinan luas untuk melaksanakan pembelajaran yang beragam yang
mengandung substansif yang lebih luas yang apabila dibandingkan dengan
pembelajaran
yang
biasa.
Beberapa
prosedur
pemilihan
tema
adalah
sebagai
berikut
:
Model
ke-1
Pada model ini tema sudah ditentukan atau dipilih oleh guru berdasar pada
beberapa kurikulum beberapa mata pelajaran yang kemudian dapat
dikembangkan
menjadi
sub-sub
tema
atau
unit
tema.
Model
ke-2
Pada model ini tema ditentukan bersama antara guru dengan siswa.
Meskipun demikian tema tidak boleh lepas dari materi yang akan dipelajari.
Model
ke-3
Pada model ini tema ditentukan oleh siswa dengan bimbingan guru.
b.
Langkah
perencanaan
aktivitas
Langkah perencanaan aktivitas di sini meliputi : pemilihan sumber, pemilihan
aktivitas, dan perencanaan evaluasi. Evaluasi dalam pembalajaran terpadu
meliputi
berikut
ini
:
1.
Janis
evaluasi
yaitu
evaluasi
otentik.
2. Sasaran evaluasi berupa proses dan dan hasil belajar siswa.
3. Aspek yang dievaluasi. Keseluruhan aspek kepribadian siswa dievaluasi
yaitu
meliputi
kognitif,
afektif,
dan
psikomotorik.
4.
Teknik-teknik
evaluasi
yang
digunakan
meliputi
:
a. Observasi (mengamati prilaku hasil belajar siswa) dengan menggunakan
daftar
cek
atau
skala
penilaian.
b. Wawancara guru dan siswa dengan menggunakan pedoman wawancara.
c.
Evaluasi
siswa
d.
Jurnal
siswa
e.
Portofolio
f.
Tes
prestasi
belajar
(baku
atau
buatan
guru)
c.
Kontrak
belajar
Kontrak belajar ini akan memeberikan arah dan isi aktivitas siswa dan

merupakan
suatu
kesepakatan
antara
guru
dan
siswa.
2.
Tahap
Pelaksanaan
Pembelajaran
Terpadu
dan
Evaluasi
Pada tahap pelaksanan ini langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
a.
Aktivitas
siswa
Aktivitas dapat berupa : pengumpulan informasi baik kelompok maupun
individual, membaca sumber, wawancara dengan narasumber, pengamatan
lapangan, eksperimen, pengolahan informasi, dan penyusunan laporan.
b.Kulminasi
(Sharing)
Kulminasi (Sharing) dalam bentuk penilaian proses (merupakan dampak dari
proses pembelajaran, dampak pengiring, prosedur formal dan informal
terutama untuk memperoleh balikan) yaitu penyajian laporan, diskusi dan
balikan, unjuk kerja dan pameran, serta evaluasi.
I.
Kesimpulan
Jadi yang dimaksud dengan pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan
dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik
dalam intramata pelajaran maupun antarmata pelajaran. Disini dituntut
keprofesionalan seorang guru dalam mengkaitkan beberapa materi dalam
satu mata pelajaran atau bahkan dari berbagai macam mata pelajaran. Guru
sangat dituntut untuk berwawasan yang luas, sehingga dalam mengkaitkan
antar beberapa mata pelajaran tidak terpisah-pisah, melainkan menjadi
suatu kesatuan yang utuh.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaranterpadu.html#ixzz2uZczpIaO
M O D E L P E M B E L A J A R A N B E R B A S I S P R O Y E K ATAU T U G A S
M O D E L P E M B E L A J A R A N B E R B A S I S P R O Y E K ATAU T U G A S
1.

Pengertian

Pembelajaran berbasis proyek atau tugas adalah metode belajar yang


menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam pengumpulan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam
beraktivitas secara nyata.

Pembelajaran
berbasis
proyek/tugas
(project-based/task
learning) membutuhkan suatu pendekatan pengajaran komprehensif di mana
lingkungan belajar siswa didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan
terhadap masalah-masalah autentik termasuk pendalaman materi dari suatu
topik
mata
pelajaran,
dan
melaksanakan
tugas
bermakna
lainnya. Pendekatan ini memperkenankan siswa untuk bekerja secara
mandiri dalam mengkostruksikannya dalam produk nyata (Buck Institue for
Eduction, 2001).
Dalam pem bel ajaran berbasis proyek, siswa diberikan tugas atau pro yek
yang kompleks, cukup sulit, lengkap, tetapi realistik dan kemudian di be
rikan bantuan secukupnya agar mereka dapat menyelesaikan tugas. Di sam
ping itu, penerapan strategi pembel ajaran berbasis proyek/ tugas ini mendo
rong tumbuhnya kompetensi nurturant seperti kreativitas, ke mandirian,
tanggung jawab, keper cayaan diri, dan berpikir kritis dan analitis.
Dari berbagai karakteristiknya, Pembelajaran Berbasis Proyek didukung teoriteori
belajar
konstruktivistik.Konstruktivisme
adalah
teori
belajar
yang mendapat dukungan luas yang bersandar pada ide bahwa peserta
didik membangun pengetahuannya sendiri di dalam konteks pengalamannya
sendiri.
Dalam konteks pembaruan di bidang teknologi pembelajaran, Pembelajaran
Berbasis Proyek dapat dipandang sebagai pendekatan penciptaan
lingkungan belajar yang dapat mendorong pebelajar mengkonstruk
pengetahuan dan keterampilan melalui pengalaman langsung. Proyek dalam
Pembelajaran Berbasis Proyek dibangun berdasarkan ide-ide pebelajar
sebagai bentuk alternatif pemecahan masalah riil tertentu, dan pebelajar
mengalami proses belajar pemecahan masalah itu secara langsung.
Menurut banyak literatur, konstruktivisme adalah teori belajar yang
bersandar pada ide bahwa pebelajar mengkonstruk pengetahuan mereka
sendiri di dalam konteks pengalaman mereka sendiri (Murphy, 1997; Brook &
Brook, 1993, 1999; Driver & Leach, 1993; Fraser, 1995). Pembelajaran
konstruktivistik berfokus pada kegiatan aktif pebelajar dalam memperoleh
pengalaman langsung (doing), ketimbang pasif menerima pengetahuan.

Dari perspektif konstruktivis, belajar bukanlah murni fenomena stimulusrespon sebagaimana dikonsepsikan para behavioris, akan tetapi belajar
adalah proses yang memerlukan pengaturan diri sendiri (self-regulation) dan
pembangunan struktur konseptual melalui refleksi dan abstraksi (von
Glaserfeld, dalam Murphy, 1997). Kegiatan nyata yang dilakukan dalam
proyek memberikan pengalaman belajar yang dapat membantu refleksi dan
mendekatkan hubungan aktivitas dunia nyata dengan pengetahuan
konseptual yang melatarinya yang diharapkan akan dapat berkembang lebih
luas dan lebih mendalam (Barron, Schwartz, Vye, Moore, Petrosino, Zech,
Bransford, & The Cognition and Technology Group at Vanderbilt, 1998).
Hal ini menunjukkan bahwa Pembelajaran Berbasis Proyek, yang
mendasarkan pada aktivitas dunia nyata, berpotensi memperluas dan
memperdalam pengetahuan konseptual dan prosedural (Gagne, 1985), yang
pada khasanah lain disebut juga knowing that dan knowing how (Wilson,
1995). Knowing that and how is not sufficient without the disposition to
do (Kerka, 1997). Perluasan dan pendalaman pemahaman pengetahuan
tersebut dapat diamati dengan mengukur peningkatan kecakapan
akademiknya.
Peranan guru yang utama adalah mengendalikan ide-ide dan interpretasi
siswa dalam belajar, dan memberikan alternatif-alternatif melalui aplikasi,
bukti-bukti, dan argumen-argumen.
2.

Katakteristik pembelajaran berbasis proyek / tugas

Pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi yang besar untuk


memberikan pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna bagi
siswa ( Gear, 1998). Sedangkan menurut Buck Institute For Education
(1999)dalam Made (2000, 145) belajar berbasis proyek memiliki karakteristik
yaitu :
1.

Siswa membuat keputusan dan membuat kerangka kerja

2.

Terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya

3.

Siswa merancang proses untuk mencapai hasil

4.

Siswa bertanggunga jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi


yang dikumpulkan

5.

Siswa melakukan evaluasi secara kontinu

6.

Siswa secara teratur melihat kembali apa yang meraka kerjakan

7.

Hasil akhir berupa produk dan di evaluasi kualitasnya

8.

Kelas

memiliki

atmosfir

yang

memberikan

toleransi

kesalahan

dan

perubahan.
3.

Ciri ciri dan Prinsip Pembelajaran Berbasis Proyek atau Tugas

Ada lima criteria apakah suatu pembelajaran berproyek


pembelajaran berbasis proyek , lima criteria itu yaitu :
1.

termasuk

Keterpusatan ( centrality)

Proyek dalam pembelajaran berbasis proyek adalah pusat atau inti


kurikulum, bukan pelengkap kurikulum ,didalam pembelajaran proyek adalah
strategi pembelajaran, pelajaran mengalami dan belajar konsep konsep inti
suatu disiplin ilmu melalui proyek. Model ini merupakan pusat strategi
pembelajaran, dimana siswa belajar konsep utama dari suatu pengetahuan
melalui kerja proyek. Oleh karna itu, kerja proyek bukan merupakan praktik
tambahan dan aplikasi praktis dari konsep yang sedang dipelajari ,
melainkan menjadi sentral kegiatan pembelajaran dikelas.
1.

Berfokus pada pertanyaan atau masalah

Proyek dalam PBL adalah berfokus pada pertanyaan atau masalah , yang
mendorong pelajar menjalani (dalam kerja keras ) konsep-konsep dan
prinsip-prinsip inti atau pokok dari disiplin.
1.

Investigasi konstruktif atau desain

Proyek melibatkan pelajaran dalam investigasi konstruktif dapat


berupadesain, pengambilan keputusan, penemuan masalah, pemecahan
masalah, deskoveri akan tetapi aktifitas inti dari proyek ini harus meliputi
transformasi dan kontruksi pengetahuan
1.

Bersifat otonomi pembelajaran

Lebih mengutamakan otonomi, pilihan waktu kerja dan tanggung jawab


pelajaran terhadap proyek

1.

Bersifat realisme

Pembelajaran berebasis proyek melibatkan tantangan kehidupan nyata ,


berfokus pada pertanyaanatau masalah autentik bukan simulative dan
pemecahannya berpotensi untuk diterapkan dilapangan yang sesungguhnya.
4.

Pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek atau tugas

Berdasarkan kegiatan pengajar dan pelajar dalam pendekatan PBL, maka


PBL yang akan dibuat di dalam lingkungan web terbagi dalam tiga tahapan
yakni persiapan, pembelajaran dan evaluasi, tetapi dari tiga tahapan
tersebut dapat dideskripsikan menjadi enam tahapan sebagai berikut
1.

Persiapan

Pengajar merancang desain atau membuat kerangka proyek yang


bermanfaat dalam menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh pelajar
dalam mengembangkan pemikiran terhadap proyek tersebut sesuai dengan
kerangka yang ada, dan menyediakan sumber yang dapat membantu
pengerjaannya. Hal ini akan mendukung keberhasilan pelajar dalam
menyelesaikan suatu proyek dan cukup membantu dalam menjawab
pertanyaan, beraktifitas dan berkarya. Kerangka menjadi sesuatu yang
penting untuk dibaca dan digunakan oleh pelajar. Oleh karenanya, pengajar
harus melakukan perannya dengan baik dalam menganalisa dan
mengintegrasikan kurikulum, mengumpulkan pertanyaan, mencari web site
atau sumber yang dapat membantu pelajar dalam menyelesaikan proyek,
dan menyimpannya di dalam web.
1.

Penugasan/menentukan topik.

Sesuai dengan tugas proyek yang diberikan oleh pengajar maupun pilihan
sendiri, pelajar akan memperoleh dan membaca kerangka proyek, lalu
berupaya mencari sumber yang dapat membantu. Dengan berdasar pada
referensi alamat web yang berisi materi relevan, pelajar dengan cepat dan
langsung mendapatkan materi yang berkualitas yang sesuai dengan
kebutuhan proyek. Lalu pelajar berupaya berpikir dengan kemampuannya

berdasar pada pengalaman yang dimiliki, membuat pemetaan topik, dan


mengembangkan gagasannya dalam menentukan sub topik suatu proyek.
1.

Merencanakan kegiatan.

Pelajar bekerja dalam proyek individual, kelompok dalam satu kelas atau
antar kelas. Pelajar menentukan kegiatan dan langkah yang akan diambil
sesuai dengan sub topiknya, merencanakan waktu pengerjaan dari semua
sub topik dan menyimpannya di dalam web. Jika bekerja dalam kelompok,
tiap anggota harus mengikuti aturan dan memiliki rasa tanggungjawab.
Sedangkan pengajar berkewajiban menyampaikan isi dari rencana proyeknya
kepada orang tua, sehingga orang tua dapat ikut serta membantu dan
mendukung anaknya dalam menyelesaikan proyek.
1.

Investigasi dan penyajian.

Investigasi disini termasuk kegiatan : menanyakan pada ahlinya melalui email, memeriksa web site, dan saling tukar pengalaman dan pengetahuan
serta melakukan survei melalui web. Dalam perkembangannya, terkadang
berisi observasi, eksperimen, dan field trips. Diskusi dapat dilakukan secara
sinkron dan asinkron melalui chating. Lalu penyajian hasil dapat berupa
gambar, tulisan, diagram matematika, pemetaan dan lain-lain. Secara rutin,
orang tua dan pengajar berkomunikasi untuk memantau kegiatan dan
prestasi yang dicapai oleh pelajar.
1.

Finishing.

Pelajar membuat laporan, presentasi, halaman web, gambar, dan lain-lain.


Sebagai hasil dari kegiatannya. Lalu pengajar dan pelajar membuat catatan
terhadap proyek untuk pengembangan selanjutnya. Peserta menerima
feedback atas apa yang dibuatnya dari kelompok, teman, dan pengajar.
Fasilitas feedback online disajikan untuk memungkinkan setiap individu
secara langsung berkomentar dan memberikan kontribusi, dan agar dilihat
dan bermanfaat bagi orang lain.

1.

Monitoring/Evaluasi.
Pengajar menilai semua proses pengerjaan proyek yang dilakukan oleh tiap
pelajar berdasar pada partisipasi dan produktifitasnya dalam pengerjaan proyek.

2.

Kesimpulan

Pembelajaran berbasis proyek / tugas adalah sebuah metode penyajian


bahan pembelajaran yang diberikan oleh guru kepada peserta didik berupa
seperangkat tugas yang harus dikerjakan peserta didik, baik secara
individual maupun secara kelompok.
Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektivitas dan
efisiensi pembelajaran dan memberikan kesempatan peserta didik
melakukan sendiri kegiatan belajar yang ditugaskan. empat prinsip berikut
ini akan membantu siswa dalam perjalana mereka menjadi pembelajar
mandiri yang efektif.
1.

Membuat tugas bermakna, jelas, dan menantang

Salah satu tantangan paling sukar yang dihadapi guru pada saat mereka
menggunakan pekerjaan kelas atau pekerjaan rumah adalah menjaga siswa
tetap terlibat. Pada saat bekerja sendiri, sangat mudah bagi sisa untuk
kehilangan minat dan melalukan tindakan yang tidak relevan, khususnya
apabila tugas-tugas itu rutin.
Kebanyakan guru setuju bahwa tugas pekerjaan kelas dan pekerjaan rumah
mandiri yang dapat mempertahankan keterlibatan siswa memiliki tujuan
yang jelas. Siswa perlu mengetahui dengan tepat apa yang mereka harus
kerjakan, mengapa mereka mengerjakan pekerjaan itu, dan apa yang
dibutuhkanuntuk menyelsaikan pekerjaan itu. Siswa-siswa itu tetap berada
dalam tugas selama pekerjaan kelas dan menyelesaikan pekerjaan rumah
apabila mereka menyikapi tugas-tugas tersebut secar bermakna.
Linda Anderson (1985) menunjukan bahwa guru jarang menaruh perhatian
pada tujuan pekerjaan kelas atau strategi-strategi belajar yang telibat.
Sebaliknya, guru menekankan pada arahan-arahan procedural. Sebagai
contoh guru dpat menghabiskan waktu banyak menjelaskan kepad siswa di
mana menulis nama di kertas atau bagaimana menyusun jawaban-

jawabannya. Sementar petunjuk-petunjuk tentang apa yang dilakukan


adalah penting guru tidak menyertakan penjelasan tentang mengapa
sesuatu harus dikerjakan dan proses-proses pembelajaran yang terlibat.
Sebelum memberikan suatu tugas, guru hendaknya mempertimbangkan cirri
penting itu secara seksama dan kemudian menyediakan waktu cukupuntuk
menjelaskan cirri penting itu kepada siswa.
1.

Menganekaragamkan Tugas-tugas

Sama dengan kehidupan pada umumnya, keanekaragaman menambah daya


tarik tugas pekerjaan kelas dan pekerjaan rumah.siswa kemungkinan besar
ttap terlibata dan mengerjakan pekerjaan mereka jika tugas-tugas lebih
bervariasi dan menarik daripada rutindan monoton. Guru yang efektif
mengubah panjang dan cara tugas yang diberikan di samping hakikat tugas
beljar dan strategi-strategi kognitif yang telibat. Membaca di dalam hati,
laporan proyek-proyek khusus, dan bahan-bahan multimedia menawarkn
berbagai macam cara untuk menyelesaikan pekerjaan mandiri. Pilihan
kemungkinan tidak terbatas dan tidak aka alasan bagi guru untuk membuat
jenis tugas yang sama dari hari ke hari.
1.

Menaruh Perhatian pada Tingkat Kesulitan

Menetapkan tingkat kesulitan yang cocok atas tugas-tugas yang diberikan


kepada siswa merupakan suatu bahan baku penting untuk keterlibatan
berkelanjutan yang dibutuhkan untuk penyelesaian tugas-tugas tersebut.
Apabila siswa diharapkan untuk bekerja secara mandiri, tugas tesebut
sehrusnya memiliki tingkat kesulitan yang menjamin kemungkinan berhasil
tinggi. Siswa tidak akan tertantang ketika tugas-tugas yang diberikan guru
terlalu mudah. Mereka menyikapi tugas-tugas seperti sebagai pekerjaan
yang tidak menantang. Pada umumnya tugas yang baik perlu memiliki
tingkat kesulitan cukup sehingga kebanyakan siswa memandangnya sebagai
sesuatu yang menantang, namun cukup mudah sehingga kebanyakan siswa
akan menemukan pemecahannya dan mengerjakan tugas tersebut atas jerih
payah sendiri.
1.

Memonitor Kemajuan Siswa

Akhirnya, merupakan hal penting bagi guru untuk memonitor tugas-tugas


pekerjaan kelas dan pekerjaan rumah. Monitoring hendaknya meliputi
pengecekan untuk mengetahui apakah siswa memahami tugas mereka dan
proses-proses kognitif yang telibat. Monitoring ini juga termasuk pengecekan
pekerjaan siswa dan mengembalikan tugas dengan umpan balik. Pad saat
beberfapa siswa diberikan pekerjaan kelas, maka guru dapat bekerja dengan
siswa lain.a dianjurkan agar guru menyediakan waktu 5 atau 10 menit untuk
berkeliling di antara siswa yang bekerja untuk memastikan apakah mereka
memahami tugas tersebut sebelum menangani siswa-siswa lain. Apabila
siswa bekerja dalam kelompok-kelompok, maka guru hendaknya berada
dalam kelompok-kelompok tersebut secara bergantian dan berkeliling di
antara siswa yang bekerja secara mandiri. Meskipun mengoreksi tugas
menghabiskan waktu, hendaknya guru mengoreksi pekerjaan yang dibuat
siswa dan mengembalikan kepda mereka dengan umpan balik.
Kompetensi yang dikembangkan selain kompetensi disiplin ilmu (disciplinebased competencies) dan kompetensi interpersonal (interpersonal
competencies ) dan kompetensi intrapersonal ( intrapersonal competencies)
dalam diri siswa. Kompetensi disiplin ilmu berkaitan dengan pemahaman
konsep, prinsip dan teori dari disiplin ilmu. Kompetensi interpersonal
mencakup kemampuan berkomunikasi, berkolaborasi, berperilaku sopan dan
baik, menangani konflik, bekerjasama, membantu orang lain, dan menjalin
hubungan dengan orang lain dan masyarakat. Kompetensi intrapersonal
mencakup apresiasi terhadap keragaman, melakukan refleksi diri, disiplin,
beretos kerja tinggi, membiasakan diri hidup sehat, mengendalikan emosi,
tekun, mandiri, dan mempunyai motivasi.
Kompetensi yang telah diidentifikasi dari pebelajar ini merupakan
kompetensi yang amat penting untuk keberhasilan hidupnya, dan sebagai
tenaga kerja merupakan kompetensi yang amat penting di tempat kerja.
Karena hakikat kerja proyek adalah kolaboratif, maka pengembangan
kompetensi tersebut berlangsung di antara pebelajar. Di dalam kerja
kelompok suatu proyek, kekuatan individu dan cara belajar yang diacu
memperkuat kerja tim sebagai suatu keseluruhan.
6.

Keuntungan dan kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek atau tugas

Keuntungan dari Belajar Berbasis Proyek adalah sebagai berikut:


1.

Meningkatkan motivasi.

Laporan-laporan tertulis tentang proyek itu banyak yang mengatakan bahwa


siswa suka tekun sampai kelewat batas waktu, berusaha keras dalam
mencapai proyek. Guru juga melaporkan pengembangan dalam kehadiran
dan berkurangnya keterlambatan. Siswa melaporkan bahwa belajar dalam
proyek lebih fun daripada komponen kurikulum yang lain.
1.

Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

Penelitian pada pengembangan keterampilan kognitif tingkat tinggi siswa


menekankan perlunya bagi siswa untuk terlibat di dalam tugas-tugas
pemecahan masalah dan perlunya untuk pembelajaran khusus pada
bagaimana menemukan dan memecahkan masalah. Banyak sumber yang
mendiskripsikan lingkungan belajar berbasis proyek membuat siswa menjadi
lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks.
1.

Meningkatkan kolaborasi.

Pentingnya
kerja
kelompok
dalam
proyek
memerlukan
siswa
mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi ( Johnson &
Johnson, 1989). Kelompok kerja kooperatif, evaluasi siswa, pertukaran
informasi online adalah aspek-aspek kolaboratif dari sebuah proyek. Teoriteori kognitif yang baru dan konstruktivistik menegaskan bahwa belajar
adalah fenomena sosial, dan bahwa siswa akan belajar lebih di dalam
lingkungan kolaboratif (Vygotsky, 1978; Davidov, 1995).
1.

Meningkatkan keterampilan mengelola sumber.

Bagian dari menjadi siswa yang independen adalah bertanggungjawab untuk


menyelesaikan tugas yang kompleks. Pembelajaran Berbais Proyek yang
diimplementasikan secara baik memberikan kepada siswa pembelajaran dan
praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan
sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
1.

Increased resource management skills

Pembelajaran berbasis proyek yang diimplementasikan secara baik


menberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam pengorganisasian
proyek dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperi
perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
Kelemahan dari pembelajaran ini yaitu :
1.

Kebanyakan permasalahan dunia nyata yang tidak terpisahkan dengan


masalah kedisiplinan , untuk itu disarankan mengajarkan dengan cara melatih
dan menfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah .

2.

Memerlukan banyak waktu yang harus diselesaikan untuk menyelesaikan


masalah.

3.

Memerlukan biaya yang cukup banyak

4.

Banyak peralatan yang harus disediakan

Untuk mengatasi kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek seorang


peserta didik dapat mengatasi dengan cara memfasilitasi peserta didik
dalam menghadapi masalah , membatasi waktu peserta didik dalam
menyelesaikan proyek, meminimaliskan dan menyediakan peralatan yang
sederhana yang terdapat dilingkungan sekitar , memilih lokasi penelitian
yang terjangkau yang tidak membutuhkan banyak biaya dan waktu.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaranberbasis-proyek-atau.html#ixzz2uZd5hMce
PEMBELAJARAN BERBASIS JASA-LAYANAN (SERVICE LEARNING)
PEMBELAJARAN BERBASIS JASA-LAYANAN (SERVICE LEARNING)
A. Pengertian
Pembelajaran berbasis jasa layanan merupakan salah satu bagian dari
strategi pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual (Contextual
Teaching and Learning/ CTL) merupakan suatu proses pendidikan yang
holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi
pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dengan
konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural)

sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel,


sehingga dapat diterapkan dari satu permasalahan atau konteks, ke
permasalahan atau konteks lainnya.
Jadi dalam pembelajaran kontekstual, siswa diharapkan mampu memahami
makna materi pelajaran yang diajarkan oleh guru, sehingga siswa memiliki
ketrampilan yang dapat diterapkan dalam kehidupan nyata berkaitan dengan
materi yang diajarkan tersebut. Kehidupan nyata siswa tersebut berkaitan
dengan kehidupan sosialnya, kehidupan pribadinya maupun kehidupan
budaya
dari
lingkungan
siswa
tersebut.
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama
pembelaaran efektif, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya
(questioning),
menemukan
(inquiri),
masyarakat
belajar
(learning
community), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic
assessment).
Jadi pembelajaran kontekstual menitikberatkan pada suatu konsep belajar
dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga
dan masyarakat. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih
bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam
bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan
dari
guru
ke
siswa.
Salah satu bentuk nyata dari pembelajaran kontekstual ini dapat kita temui
dalam pembelajaran berbasis jasa layanan, yakni menempatkan siswa di
dalam konteks bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal siswa
dengan
materi
yang
sedang
dipelajari.
Pembelajaran berbasis jasa layanan merupakan suatu pendekatan
pembelajaran yang mengkombinasikan jasa layanan masyarakat dengan
suatu struktur berbasis sekolah, guna merefleksikan jasa-layanan tersebut.
Jadi menekankan hubungan antara pengalaman jasa-layanan dan
pembelajaran akademis. Dengan kata lain, pendekatan ini menyajikan suatu

penerapan praktis dari pengetahuan baru yang diperlukan dan berbagi


keterampilan untuk memenuhi kebutuhan dalam masyarkat melalui
proyek/tugas terstruktur dan kegiatan lainnya.
B.
Ciri-ciri
Seperti yang telah kita ketahui di atas, bahwa pembelajaran berbasis jasa
layanan merupakan salah satu bentuk nyata dari pembelajaran kontekstual.
Oleh karena itu, ciri-ciri pembelajaran berbasis jasa layanan harus sesuai
dengan cirri-ciri pembelajaran kontekstual. Cirri-ciri tersebut antara lain:
1. Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful connections)
Keterkaitan yang mengarah pada makna adalah jantung dari pembelajaran
dan pengajaran kontekstual. Ketika siswa dapat mengkaitkan isi dari mata
pelajaran akademik, ilmu pengetahuan alam atau sejarah dengan
pengalamannya mereka sendiri, berarti mereka menemukan makna, dan
makna memberi mereka alasan untuk belajar. Mengkaitkan pembelajaran
dengan kehidupan seseorang membuat proses belajar menjadi hidup dan
keterkaitan inilah inti dari CTL
2. Melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti (doing significant works)
Pembelajaran ini menekankan bahwa semua proses pembelajaran yang
dilakukan di dalam kelas harus punya arti bagi siswa sehingga mereka dapat
mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan siswa.
3.
Belajar
yang
diatur
sendiri
(self-regulated
Learning)
Pembelajaran yang diatur sendiri, merupakan pembelajaran yang aktif,
mandiri, melibatkan kegiatan menghubungkan masalah ilmu dengan
kehidupan sehari-hari dengan cara-cara yang berarti bagi siswa.
Pembelajaran yang diatur siswa sendiri, memberi kebebasan kepada siswa
menggunakan gaya belajarnya sendiri.
4.
Bekerjasama
(collaborating)
Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja secara efektif
dalam kelompok, membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok,
membantu mereka memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi
dan saling berkomunikasi.

5.
Berpikir
kritis
dan
kreatif
(critical
dan
creative
thinking)
Pembelajaran kontekstual membantu siswa mengembangkan kemampuan
berpikir tahap tinggi, berpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir kritis adalah
suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam menilai,
memecahkan
masalah,
menarik
keputusan,
memberi
keyakinan,
menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah. Berpikir kreatif adalah suatu
kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian serta ketajaman
pemahaman dalam mengembangkan sesuatu
6. Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nuturing the individual)
Dalam pembelajaran kontekstual siswa bukan hanya mengembangkan
kemampuan-kemampuan intelektual dan keterampilan, tetapi juga aspekaspek kepribadian: integritas pribadi, sikap, minat, tanggung jawab, disiplin,
motif berprestasi, dan sebagainya. Guru dalam pembelajaran kontekstual
juga berperan sebagai konselor dan mentor. Tugas dan kegiatan yang akan
dilakukan siswa harus sesuai dengan minat, kebutuhan dan kemampuannya.
7.
Mencapai
standar
yang
tinggi
(reaching
high
standards)
Pembelajaran kontekstual diarahkan agar siswa berkembang secara optimal,
mencapai keunggulan (excellent). Tiap siswa bisa mencapai keunggulan,
asalkan dia dibantu oleh gurunya dalam menemukan potensi dan
kekuatannya.
8. Menggunakan penilaian yang autentik (using authentic assessment)
Penilaian autentik menantang para siswa untuk menerapkan informasi dan
keterampilan akademik baru dalam situasi nayata untuk tujuan tertentu.
Penilaian autentik merupakan antitesis dari ujian standar, penilaian autentik
memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuan terbaik
mereka sambil mempertunjukkan apa yang sudah mereka pelajari.
Penjelasan-penjelasan di atas merupakan ciri-ciri pembelajaran kontekstual,
dari ciri-ciri tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran berbasis
jasa layanan mengandung ciri bahwa:
1. Melakukan hubungan yang bermakna, hal ini diwujudkan dengan
kerjasama kelompok yang dilakukan dalam menyelesaikan tugas terstruktur.
2. Bekerja sama guna penerapan praktis dari pengetahuan yang baru

diketahui
siswa.
3. Melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti melalui kegiata yang beranfaat
untuk memenuhi kebutuhan dalam masyarkat( jasa layanan yang berkaitan
dengan tugas terstruktur).
C. Kesimpulan
Pembelajaran berbasis jasa layanan merupakan suatu pendekatan
pembelajaran yang mengkombinasikan jasa layanan masyarakat dengan
suatu struktur berbasis sekolah, guna merefleksikan jasa-layanan tersebut.
Jadi menekankan hubungan antara pengalaman jasa-layanan dan
pembelajaran akademis. Dengan kata lain, pendekatan ini menyajikan suatu
penerapan praktis dari pengetahuan baru yang diperlukan dan berbagi
keterampilan untuk memenuhi kebutuhan dalam masyarkat melalui
proyek/tugas
terstruktur
dan
kegiatan
lainnya.
Pembelajaran berbasis jasa layanan merupakan salah satu bagian dari
strategi pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual (Contextual
Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari,
dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelaaran efektif, yakni:
konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan
(inquiri), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling),
dan penilaian sebenarnya (authentic assessment). Pembelajaran berbasis
jasa layanan mengandung ciri bahwa:
1. Melakukan hubungan yang bermakna, hal ini diwujudkan dengan
kerjasama kelompok yang dilakukan dalam menyelesaikan tugas terstruktur.
2. Bekerja sama guna penerapan praktis dari pengetahuan yang baru
diketahui
siswa.
3. Melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti melalui kegiata yang beranfaat
untuk memenuhi kebutuhan dalam masyarkat( jasa layanan yang berkaitan
dengan tugas terstruktur).

Sumber:
: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/pembelajaranberbasis-jasa-layanan.html#ixzz2uZdA2G4Y

Anda mungkin juga menyukai