Anda di halaman 1dari 4

Pemrosesan Informasi dalam Pembelajaran

Teori pembelajaran pemrosesan informasi adalah bagian dari teori belajar sibernetik.
Secara sederhana pengertian belajar menurut teori belajar sibernetik adalah pengolahan
informasi. Dalam teori ini, seperti psikologi kognitif mengkaji proses belajar penting dari hasil
belajar namun yang lebih penting dari kajian proses belajar itu sendiri adalah sistem informasi,
sistem informasi inilah yang pada akhirnya akan menentukan proses belajar.
Penjelasan lebih lanjut dari Bambang Warsita, bahwa berdasarkan kondisi internal dan
eksternal ini, Gagne menjelaskan bagaimana proses belajar itu terjadi. Model proses belajar
yang dikembangkan oleh Gagne didasarkan pada teori pemrosesan informasi, yaitu sebagai
berikut :
1. Rangsangan yang diterima panca indera akan disalurkan ke pusat syaraf dan diproses sebagai
informasi.
2. Informasi dipilih secara selektif, ada yang dibuang, ada yang disimpan dalam memori jangka
pendek, dan ada yang disimpan dalam memori jangka panjang.
3. Memori-memori ini tercampur dengan memori yang telah ada sebelumnya, dan dapat
diungkap kembali setelah dilakukan pengolahan.
Seperangkat proses yang bersifat internal yang dimaksud oleh Gagne adalah kondisi
internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan
terjadinya proses kognitif dalam diri individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan
dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
Teori pemrosesan informasi bermula dari asumsi bahwa pembelajaran merupakan
faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan salah satu hasil kumulatif dari
pembelajaran. Menurut teori ini, belajar merupakan proses mengelola informasi, namun teori
ini menganggap sisitem informasi yang diproses yang nantinya akan dipelajari siswa adalah
yang lebih penting. Karena informasi inilah yang akan menentukan proses dan bagaimana
proses belajar akan berlangsung akan sangat oleh sistem informasi yang dipelajari.
Robert Gagne seorang ahli psikologi pendidikan mengembangkan teori belajar yang
mencapai kulminasinya (titik uncak) pada “The Condition of Learning”. Banyak gagasan
Gagne tentang teori belajar, seperti belajar konsep dan model pemrosesan informasi, pada
bukunya “The Condition of Learning” mengemukakan bahwa: Learning is change in human
disposition or capacity, wich persists over a period time, and which is not simply ascribable to
process a groeth.
Dalam bukunya Robert M. Gagne disebutkan bahwa : A very special kind of intellectual
skill, of particular in probelem solving, is called a cognitive strategy. In term of modern
learning theory, a cognitive strategy is a control process. An internal process by means of
which thinking. Gagne mengemukakan delapan fase dalam satu tindakan belajar. Fase-fase itu
merupakan kejadian-kejadian eksternal yang dapat distrukturkan oleh siswa atau guru. Setiap
fase dipasangkan dengan suatu proses yang terjadi dalam pikiran siswa. Kejadian-kejadian
belajar itu akan diuraikan dibawah ini, yaitu:
1. Fase motivasi : siswa yang belajar harus diberi motivasi untuk memanggil informasi yang
telah dipelajari sebelumnya.
2. Fase pengenalan : siswa harus memberikan perhatian pada bagian-bagian yang esensial dari
suatu kejadian instruksional, jika belajar akan terjadi.
3. Fase perolehan : apabila siswa memperhatikan informasi yang relevan, maka ia telah siap
untuk menerima pelajaran.
4. Fase retensi : informasi baru yang diperoleh harus dipindahkan dari memori jangka pendek ke
memori jangka panjang. Ini dapat terjadi melalui penggulangan kembali
5. Fase pemanggilan : pemanggilan dapat ditolong dengan memperhatikan kaitan-kaitan antara
konsep khususnya antara pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya.
6. Fase generalisasi : biasanya informasi itu kurang nilainya, jika tidak dapat diterapkan diluar
konteks di mana informasi itu dipelajari.
7. Fase penampilan : tingkah laku yang dapat diamati. Belajar terjadi apabila stimulus
mempengaruhi individu sedemikan rupa sehingga performancenya berubah dari situasi
sebelum belajar kepada situasi sesudah belajar.
8. Fase umpan balik : para siswa harus memperoleh umpan balik tentang penampilan mereka
yang menunjukkan apakah mereka telah atau belum mengerti tentang apa yang diajarkan.
Penerapan teori yang salah dalam situasi pembelajaran mengakibatkan terjadinya
proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai sentral
bersikap otoriter, komunikasi berlangsung dalam satu arah, guru melatih dan menentukan apa
yang harus dipelajari murid. Penggunaan hukuman yang sangat dihindari para tokoh
behavioristik dianggap metode paling efektif untuk menertibkan siswa.
Asumsi yang mendasari teori-teori pemrosesan informasi menjelaskan tentang (1)
hakekat sistem memori manusia, dan (2) cara bagaimana pengetahuan digambarkan dan
disimpan dalam memori. Konsepsi lama mengenai memori manusia adalah bahwa memori itu
semata-mata hanya tempat penyimpanan untuk menyimpan informasi dalam waktu yang lama,
sehingga memori diartikan sebagai koleksi potongan-potongan kecil informasi yang terlepas-
lepas atau saling tidak ada kaitannya. Akan tetapi pada tahun 1960-an memori manusia mulai
dipandang sebagai suatu struktur yang rumit yang mengolah dan mengorganisasi semua
pengetahuan manusia
Metode ini sangat cocok untuk pemerolehan kemampuan yang membutuhkan praktek
dan pembiasaan yang mengandung unsur kecepatan spontanitas kelenturan daya tahan. Teori
ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan peran orang tua.
Kekurangan metode ini adalah pembelajaran siswa yang berpusat pada guru bersifat mekanistis
dan hanya berorientasi pada hasil. Murid dipandang pasif, murid hanya mendengarkan,
menghafal penjelasan guru sehingga guru sebagai sentral dan bersifat otoriter.
a. Model Pemrosesan Informasi
Pada hakikatnya model pembelajaran dengan pemerosesan informasi didasarkan pada
teori belajar kognitif. Model pembelajaran tersebut berorientasi pada kemampuan siswa
memproses informasi dan sistem yang dapat memperbaiki kemampuan belajar siswa.
Pemrosesan informasi menunjuk kepada cara-cara mengumpulkan atau menerima stimulus
dari lingkungan, mengorganisasi data, memecahkan masalah, menemukan konsep-konsep dan
pemecahan masalah serta menggunakan simbol-simbol verbal dan non-verbal.
Proses informasi dalam ingatan dimulai dari proses penyandian informasi (encoding),
diikuti dengan penyimpanan informasi (stroge) dan diakhiri dengan mengungkapkan kembali
informas-informasi yang telah disimpan dalam ingatan (retrival). Teori belajar pemerosesan
informasi mendeskripsikan tindakan belajar merupakan proses internal yang mencakup
beberapa tahapan.

Encoding adalah proses memasukkan informasi ke dalam memori. Sistem syaraf

menggunakan kode internal yang merepresentasikan stimulus eksternal. Dengan cara ini

representasi objek/kejadian eksternal dikodekan menjadi informasi internal dan siap disimpan.
Stroge adalah informasi yang diambilkan dari memori jangka pendek kemudian
diteruskan untuk diproses dan digabungkan ke dalam memori jangka panjang. Namun tidak
semua informasi dari memori jangka pendek dapat disimpan. Kunci penting dalam
penyimpanan di memori jangka panjang adalah adanya motivasi yang cukup untuk mendorong
adanya latihan berulang hal-hal dari memori jangka pendek.
Retrieval adalah hasil akhir dari proses memori. Mengacu pada pemanfaatan informasi
yang disimpan. Agar dapat diambil kembali, informasi yang disimpan tidak hanya tersedia
tetapi juga dapat diperoleh karena meskipun secara teoritis informasi yang disimpan tersedia
tetapi tidak selalu mudah untuk menggunakan dan menempatkannya.
Teori ini ditemukan oleh Gagne yang didasarkan atas hasil riset tentang faktor-faktor
yang kompleks pada proses belajar manusia. Penelitiannya diamksudkan untuk menemukan
teori pembelajaran yang efektif. Analisanya dimulai dari identifikasi konsep hirarki belajar,
yaitu urut-urutan kemampuan yang harus dikuasai oleh pembelajar (peserta didik) agar dapat
mempelajari hal-hal yang lebih sulit atau lebih kompleks.
Teori pemrosesan informasi umumnya berpijak pada tiga asumsi berikut :
1. Antara stimulus dan respon berpijak pada asumsi, yaitu pemrosesan informasi ketika pada
masing-masing tahapan dibutuhkan sejumlah waktu tertentu
2. Stimulus yang diproses melalui tahap-tahapan tadi akan mengalami perubahan bentuk
ataupun isinya
3. Salah satu tahapan mempunyai kapasitas yang terbatas.
Dari ketiga asumsi tersebut, dikembangkan teori tentang komponen, yaitu komponen
struktur dan pengatur alur pemrosesan informasi (proses kontrol). Komponen-komponen
pemrosesan informasi dipilih berdasarkan perbedaan fungsi, kapasitas bentuk informasi, serta
proses terjadinya ”lupa”. Ketiga komponen tersebut adalah sebagai berikut :
a. Sensory Receptor (SR)
Sensory Receptor adalah sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar. Di dalam
SR informasi ditangkap dalam bentuk aslinya, informasi hanya bertahan dalam waktu yang
sangat singkat dan mudah tergangu atau berganti.
b. Working Memory (WM)
Working Memory diasumsikan mampu menangkap informasi yang mendapat perhatian
individu, perhatian dipengaruhi oleh persepsi. Karekateristik Working Memoryadalah memiliki
kapasitas terbatas (informasi hanya mampu bertahan 15 detik jika tidak diadakan pengulangan)
dan informasi dapat disandi dalam bentuk yang berbeda dari stimulus aslinya. Artinya agar
informasi dapat bertahan dalam WM, upayakan jumlah informasi tidak melebihi kapasitas
disamping melakukan pengulangan.
c. Long Term Memory (LTM)
Long Term Memory diasumsikan: 1) berisi semua pengetahuan yang telah dimiliki oleh
individu, 2) mempunyai kapasitas tidak terbatas, dan 3) bahwa sekali informasi disimpan di
dalam LTM, ia tidak akan pernah terhapus atau hilang. Sedangkan lupa adalah proses gagalnya
memunculkan kembali informasi yang diperlukan. Tennyson mengemukakan proses
penyimpanan informasi merupakan proses mengasimilisasikan pengetahuan baru pada
pengetahuan yang telah dimiliki, yang selanjutnya berfungsi sebagai dadar pengetahuan.
Pada taraf aplikasi, teori sibernetik dalam pembelajaran telah banyak dikembangkan,
diantarannya adalah pendekatan-pendekatan yang berorientasi pada pemrosesan informasi.
Berdasarkan pendekatan ini Reigeluth, Bunderson, dan Merril mengembangkan strategi
penataan isi atau materi pembelajaran berdasarkan empat hal, yakni pemilihan, penataan
urutan, rangkuman dan sintesis.
Teori pemrosesan informasi memiliki keunggulan dalam strategi pembelajaran, yaitu
sebagai berikut :
1. Cara berpikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol
2. Penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis
3. Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap
4. Adanya keterarahan seluruh kegiatan belajar kepada tujuan yang ingin dicapai
5. Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya
6. Kontrol belajar memungkinkan belajaar sesuai irama masing-masing individu
7. Balikan informatif memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk kerja yang
telah dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan.

Anda mungkin juga menyukai