Anda di halaman 1dari 14

Nama: Lutfiah Fitrainisa

NIM: 11020120067

Kelas: G2

Mata Kuliah: PSikologi Belajar

Tugas 1 Mengenal Belajar

1. Narasikan definisi belajar dan karakteristik belajar!


Belajar memiliki arti yang sangat luas, semua orang melihat belajar dari
sudut pandang yang. Namun menurut (Schunk, 2008) belajar bisa didefiniskan
dengan focus kognitif yakni Belajar adalah serangkaian kegiatan atau pelatihan
dan bentuk pengalaman-pengalaman yang dimiliki individu, yang mampu
merubah sikap dalam kurun waktu yang lama bahkan permanen.
Hal ini senada dengan pendapat (Illeris, 2009) yang mengatakan jika
belajar secara general dapat diartikan sebagai setiap proses yang terjadi pada
makhluk hidup yang dapat mengakibatkan adanya perubahan kapasitas
permanen yang tidak terjadi semata-mata hanya karena pematangan biologis
atau penuaan (Illeris 2007, hal. 3). Sedangkan pendapat yang sedikit berbeda
menurut (Pritchard, 2008) belajar sering di definisikan sebagai proses
seseorang mendapatkan lebih banyak pengetahuan dan pengalaman, atau juga
proses seseorang melakukan hal-hal dan kegiatan baru, misalnya belajar naik
sepeda.
Jadi, belajar merupakan serangkaian proses kegiatan baik melakukan
hal-hal baru atau berdasarkan pengalaman yang dapat membuat individu
mengalami perubahan dan perubahan ini nantinya akan berlaku pada jangka
waktu yang lama.

Karakteristik belajar menurut (Schunk, 2008)ada 3 yaitu:


a. Belajar akan melibatkan perubahan, baik dalam berperilaku atau dalam
kapasitas berperilaku. Maksutnya adalah saat individu melakukan
pembelajaran ia akan mampu melakukan sesuatu yang berbeda (Tidak Bisa
Menjadi Bisa) belajar juga melibatkan kapasitas yang berubah untuk
berperilaku dengan cara tertentu.
b. Pembelajaran akan bertahan dari waktu ke waktu. Maksutnya adalah
pembelajaran adalah suatu hal yang bertahan selamanya dan sulit
dilupakan. Hal ini terjadi karena sesuatu yang didapat dari belajar masih
dapat dikembangkan lagi sehingga menuntut seseorang agar mengingat apa
yang telah ia pelajari.
c. Pembelajaran terjadi melalui pengalaman seperti Latihan dan proses
mengamati orang lain. Kriteria ini mengecualikan perubahan perilaku yang
terutama ditentukan oleh faktor keturunan, seperti perubahan maturasi pada
anak-anak misalnya, merangkak, berdiri.

2. Jelaskan filosofi yang mendasari hadirnya teori belajar!


Menurut (Schunk, 2008) Ada 2 Filosofi utama yang mendasari adanya teori
belajar yaitu rasionalisme dan empirisme yang mana keduanya memiliki asal-
usul pengetahuan dan hubungannya dengan lingkungan.

a. Rasionalisme. Rasionalisme merupakan pandangan yang berpendapat


apabila pengetahuan berasal dari pikiran tanpa adanya campur tangan dari
panca indera. Tokoh rasionalisme ini adalah Plato, Plato yakin jika hal- hal
misalnya rumah dan tumbuhan adalah hal- hal yang dipersepsikan lewat
indera, dan itu bukanlah asal dari pengetahuan namun pengetahuan adalah
ketika seseorang mendapatkan gagasan dengan penalaran ataupun berpikir
tentang apa yang mereka tahu. Belajar merupakan proses mengingat
kembali apa yang ada dalam pikiran. Sedangkan, Informasi yang diperoleh
melalui indera seperti mengamati, mendengarkan, merasakan, mencium,
atau menyentuh merupakan bahan mentah bukanlah sebuah ide. (Schunk,
2008).
b. Empirisme . Empirisme merupakan pendapat dari Aristoteles yang mana
pandangannya mengacu pada dunia luar berfungsi sebagai dasar untuk
kesan seseorang. Salah satu pendukung empirisme yakni Locke
mengatakan jika ide bawaan itu tidak ada dan semua pengetahuan diperoleh
dari dua jenis pengalaman yiatu kesan indrawi dari dunia luar dan kesadaran
pribadi.(Schunk, 2008) Pandangan empirisme ini memiliki keterkaitan erat
dengan asosiasi yaitu gagasan-gagasan kompleks itu berasal dari kumpulan
gagasan-gagasan sederhana. (Schunk, 2008). Jadi, secara singkat
empirisme berpendapat jika pengetahuan itu berasal dari kesan dunia luar
yang ditafsirkan oleh pikiran dan akan membentuk sebuah ide sederhana,
apabila ide-ide sederhana ini dikumpulkan maka akan membentuk ide yang
lebih kompleks.

3. Ceritakan histori munculnya teori belajar dalam psikologi!


Sejarah munculnya teori belajar dalam psikologi tidak dapat lepas dari
dua orang tokoh yang sangat berpengaruh dalam perkembangan ilmu psikologi
sendiri yakni Wundt dan Ebbinghaus. Pendirian laboratorium psikologi
pertama pada tahun 1879 oleh Wundt merupakan titik awal berdirinya psikologi
sebagai ilmu formal. Menurut (Schunk, 2008) meskipun laboratorium Wundt
tidak mengahasilkan temuan tentang psikologi yang hebat, namun laboratorium
ini membuat banyak ilmuwan meneliti dan menyempurnakan pengetahuan
tentang fenomena psikologi seperti sensasi, persepsi, perhatian, perasaan, dan
emosi.

Ebbinghaus juga memiliki peranan penting dalam munculnya teori


belajar di psikologi. Ia melakukan penelitian tentang memori yang merupakan
bentuk proses mental yang lebih tinggi. Ebbinghaus menerima prinsip-prinsip
asosiasi dan ia yakin jika belajar dan mengingat informasi yang dipelajari
tergantung pada frekuensi/waktu diberikannya materi. (Schunk, 2008).
Penemuan Wundt dan Ebbinghaus terbilang cukup terbatas, maka
psikologi sebagai ilmu formal mulai berkembang dan semakin luas
pemikirannya, hal ini dibuktikan dengan munculnya dua aliran yang sangat
menonjol dan berpengaruh terhadap teori belajar yakni Strukturalisme dan
Fungsionalisme.
Tokoh dari strukturalisme yang paling terkenal adalah Edward B.
Titchener. Aliran ini meyakini apabila pengalaman sadar merupakan subyek
penelitian psikologi dan pengalaman sadar ini sangat tergantung dari orang
yang mengalaminya. Menurut (Schunk, 2008) Para strukturalis menyatakan
jika pikiran terdiri dari asosiasi ide yang bersifat kompleks dan untuk
memahaminya maka harus dipecah menjadi ide-ide yang lebih sederhana.
(Titchener, 1909). Jadi, kesimpulannya Strukturalisme lebih fokus untuk
menemukan struktur kesadaran dan mengetahui bagaimana elemen-elemen
tersebut membentuk kesadaran.
Aliran yang kedua adalah Fungsionalisme dengan tokoh yang paling
terkenal adalah William James. James mengatakan apabila kesadaran adalah
proses yang berkelanjutan dan bukanlah suatu kumpulan potongan informasi
yang terpisah. Pemikiran seseorang dapat berubah seiring dengan
bertambahnya pengalaman. (Schunk, 2008). Pada dasarnya aliran
fungsionalisme lebih fokus terhadap bagaimana kesadaran itu berfungsi.
(Hergenhahn & Henley, 2013). Fungsi dari kesadaran itu adalah untuk
membuat kita mampu beradaptasi dengan lingkungan dengan cara memilih.
Namun, seiring berjalannya waktu kelemahn dari aliran Strukturalisme
(Metode introspeksi yang digunakan ternyata tidak tepat untuk mempelajari
proses mental yang lebih tinggi) dan Fungsioanlisme (Agenda penelitian pada
fungsionalisme yang terlalu luas membuatnya menjadi tidak jelas) akhirnya
membuat aliran behaviorisme muncul sebagai aliran yang benar-benar focus
pada bahasan teori belajar dan lebih banyak menggunakan metode
eksperimental.
Behaviorisme adalah teori pembelajaran yang berfokus pada perilaku
yang dapat diamati dan mengabaikan aktivitas mental apapun. (Pritchard,
2008). Behaviorisme pertama kali muncul pada awal abad ke-19 dan orang
yang pertama kali menggunakan istilah ini adalah John B. Watson yakni
ilmuwan yang bekerja pada psiklogi baru. Behaviorisme didasarkan pada
gagasan utama tentang reaksi yang muncul terhadap stimulus tertentu.
Hubungan stimulus-reaksi yang terlihat sederhana ini telah digunakan dari
menggambarkan proses belajar atau bahkan situasi yang paling kompleks
sekalipun. (Pritchard, 2008).

Jadi, kesimpulannya adalah sejarah teori belajar diawali dengan


munculnya laboratorium psikologi pertama milik Wundt, kemudian dilanjutkan
adanya penelitian yang dilakukan Ebbinghaus dengan menggunakan prinsip
asosiasi. Karena psikologi adalah sebuah disiplin ilmu yang formal, maka ia
berkembang karena karya Wundt dan Ebbinghaus masih sangat terbtas dan
muncullah aliran Strukturalisme dengan tokoh paling terkenal yakni Titchener
dan Fungsionalisme oleh William James. Seiring berjalannya waktu kedua
aliran ini menunjukkan kelemahan-kelemahannya dan ini memungkinkan
aliran Behaviorisme berkembang dan muncul. Aliran behaviorisme ini
berfokus pada perilaku yang bisa diamati dan mengabaikan proses mental,
selain itu aliran behaviorisme ini juga memiliki gagasan utama yakni hubungan
antara stimulus dan respon. Behaviorisme juga berkembang terdiir dari
pengkondisian klasik dan pengkondisian operan.

4. Diskripsikan keterkaitan teori belajar dan riset!


Teori dan Research (Penelitian) merupakan dua hal yang harus ada
dalam studi pembelajaran. Keduanya adalah hal yang utuh dan saling
melengkapi. Menurut (Schunk, 2008) Teori adalah seperangkat prinsip yang
secara ilmiah dapat diterima dan biasanya digunakan untuk menjelaskan suatu
fenomena. Bukti jika teori dan penelitian / research adalah hal yang utuh
ditunjukkan Ketika terdapat temuan penelitian tanpa menggunakan teori, maka
orang akan melihat hasil dari penelitian itu tidak lebih dari kumpulan data yang
tidak teroganisir karena pada dasarnya temuan penelitian itu dapat dihubungkan
dan diatur secara sitematis dengan teori, tanpa teori peneliti dan praktisi tidak
akan memiliki kerangka kerja menyeluruh yang dapat dihubungkan dengan
data tersebut. (Schunk, 2008) . Ketika melakukan penelitian, peneliti harus
menentukan kondisi penelitian setepat mungkin karena penelitian yang
dilakukan nantinya akan membentuk dasar teori untuk pengembangan dan
memiliki implikasi penting untuk pengajaran.
Jadi, teori akan selalu dibutuhkan dalam penelitian / research. Teori
dapat digunakan untuk menunjukkan fenomena lingkungan dan menghasilkan
penelitian baru melalui hipotesis, atau asumsi, yang dapat diuji secara empiris.

5. Identifikasi dan bedakan jenis metode yang digunakan untuk melakukan


penilaian belajar dan sertakan contoh masing masing dari jenis metode
tersebut!
Penilaian belajar biasanya digunakan Ketika peneliti ingin mengetahui
apakah pembelajaran telah terjadi dan mungkin mereka juga ingin mengetahui
apakah siswa telah mempelajari sikap baru, apakah minat siswa, bagaimana
nilai siswa dan motivasi apa yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Dalam
(Schunk, 2008) dijelaskan jika ada 5 metode yang digunakan dalam penilaian
belajar, yaitu:
a. Observasi Langsung / Direct Observasion
Penilaian belajar dengan metode observasi langsung adalah Ketika kita
mengamati secara langsung saat proses belajar itu terjadi. Observasi
langsung adalah salah satu metode yang paling valid digunakan untuk
penilaian belajar karena kesimpulan dari pengamat akan sangat minim, data
dan hasilnya akan sesuai dengan hasil pengamatan saat itu juga. (Schunk,
2008). Salah stau contoh dari observasi langsung adalah Ketika Guru
sedang mengamati muridnya melakukan kegiatan Roll depan.
Ada beberapa kelemahan tentang metode observasi langsung ini salah
satunya adalah metode ini terfokus pada apa yang dapat diamati dan
mengabaikan proses kognitif dan afektif yang mendasari Tindakan
siswa.(Schunk, 2008). Contohnya adalah, saat guru mengamati siswa yang
Roll depan, hasil Roll depan ini bagus tetapi guru tidak benar-benar
mengerti apakah siswa ini memahami dan menerapkan teori Roll depan atau
ia hanya melakukan sesuai dengan teman-temannya yang melakukan Roll
depan lebih dulu tanpa memahami tekniknya.
Selain itu kelemahan lainnya dari metode observais langsung ini adalah
walaupun dilakukan pengamatan secara langsung ini menunjukkan sikap
bahwa pembelajaran telah terjadi, Ketika tidak adanya perilaku yang sesuai
bukan berarti bahwa pembelajaran tidak terjadi. (Schunk, 2008).

b. Tanggapan Tertulis / Written Responses


Metode yang paling sering digunakan dalam penilaian belajar adalah
Tanggapan tertulis. Penilaian Tanggapan tertulis ini biasanya berbentuk
pemberian tugas, ujian, kuis, pembuatan makalah dan laporan. (Schunk,
2008). Hal ini dilakukan agar guru dapat mengetahui seberapa paham murid
tentang materi yang diberikan, apakah metode mengajar yang ia lakukan
perlu dibenahi lagi atau sudah cukup.
Contohnya, sebelum memulai pembelajaran guru memberikan pretest
dan nilai siswa pada pretest ini sangat buruk, ini dapat membantu guru
untuk mengetahui jika siswa masih belum memahami subtema ini. Lalu
setelah pembelajaran selesai, guru melakukan posttest dengan soal yang
sama dan hasilnya menunjukkan siswa memiliki nilai yang baik dari pretest,
ini menunjukkan jika pemaparan materi dan metode belajar yang diberikan
guru sduah bagus dan siswa juga mendapat mengetahuan setelah adanya
pembelajaran.
Metode tanggapan tertulis ini memliki kelebihan yaitu sangat mudah
digunakan dan bisa mencakup hasil secara bersamaan, namun
kelemahannya adalah tanggapan tertulis mengharuskna seorang guru
percaya pada siswa jika hasil ujian itu tidak dipengaruhi factor eksternal
seperti mencontek, kelelahan, sakit, dsb. (Schunk, 2008).

c. Tanggapan Lisan / Oral Responses


Tanggapan lisan ini biasanya berupa guru memberikan pertanyaan
kepada siswa kemudian guru akan menilai jawaban berdasarkan apa yang
siswa katakan. Selain itu, tanggapan lisan ini juga bisa berupa pengajuan
pertanyaan oleh siswa kepada guru, semakin banayak jumlah pertanyaan
yang diajukan maka ini dapat menunjukkan jika pembelajaran yang optimal
dan maksimal belum terlaksana. (Schunk, 2008). Kelemahan tanggapan
lisan ini adalah kita tidak dapat mengetahui apakah ada factor lain yang
mempengaruhi jawaban yang diberikan siswa seperti kesulitan berbicara,
kesulitan merangkai kata,atau grogi.

d. Penilaian dari Orang Lain / Ratings by Others


Metode Penilaian oleh orang lain seringkali digunakan oleh orangtua,
guru administrator dan peneliti untuk menilai kuantitas dna kualitas proses
pembelajaran seseorang. Contohnya seperti “ Selama 6 bulan terakhir,
berapa banyak kemajuan yang dibuat Rara dalam keterampilan
mencetaknya?” “Seberapa cepat Ales menyelesaikan persoalan tentang
linier matemtaika?”. Menurut (Schunk, 2008) kelebihan metode penilaian
oleh orang lain adalah ia bersifat objektif dan adil dan kelemahannya adalah
akan banyak sekali melibatkan kesimpulan dari sang penilai sehingga
terkadang hasil mengenai kedalaman pemhaman siswa, sikap, dan
kemudahan belajar siswa akan kurang akurat.

e. Laporan Diri / Self-Reports


Self-Reports adalah penilaian yang dilakukan seseorang terhadap
dirinya sendiri. Self-Reports ini bisa dalam berbagai bentuk seperti
kuesioner, wawancara, ingatan terstimulasi, berpikir keras, dan dialog.
(Schunk, 2008). Penggunaan jenis self-Report ini harus disesuaikan dengan
tujuan yang ingin diperoleh. Kuesioner dapat mencakup banyak materi,
wawancara lebih baik untuk mengeksplorasi beberapa masalah secara
mendalam. Stimulated recalls meminta responden untuk mengingat pikiran
mereka pada saat Tindakan terjadi, berpikir-keras memeriksa pikiran saat
ini. Dialog memungkinkan penyelidikan pola interaksi sosial.(Schunk,
2008).
• Kuisioner biasanya berisi pertanyaan pikiran dan Tindakan yang
mereka lakukan. Kuisioner ini juga seirngkali akan memberikan
opsi peringkat pada skala numerik seperti (1-10 yang mana angka 1
adalah angka terendah dan 10 tertinggi. Responden menjawab
sesuai dengan tingkat kesulitan yang dia alami).
• Wawancara adalah jawab secara lisan untuk memperoleh informasi.
Bentuk informasi yang diperoleh dinyatakan dalam tulisan, atau
direkam secara audio, visual, atau audio visual. Kegiatan
wawancara ini akan melibatkan proses berpikir dan mengingat
kareana biasanya yang ditanyakan bersangkutan dengan
pengalaman.
• Berpikir keras adalah kegiatan dimana responden mengungkapkan
pikiran, tindakan, dan perasaan mereka saat mengerjakan tugas.
Namun, kelemahan dari Self-Report jenis ini adalah bahwa tidak
semua orang atau siswa mampu mengungkapkan apa yang mereka
pikirkan secara verbal.
• Bentuk terakhir dari Self-Report adalah dialog. Dialog dapat
direkam dan dianalisis untuk pernyataan yang menunjukkan
pembelajaran dan faktor-faktor yang tampaknya memengaruhi
pembelajaran.

6. Bedakan antara belajar dan Instruksi!


Instruksi/Mengajar melibatkan menanamkan pengetahuan sedangkan
belajar melibatkan memperoleh pengetahuan. Proses belajar dan pengajaran
(instruksi) secara historial terdapat sedikit tumpeng tindih diantara dua hal
tersebut (Schunk, 2008). Dalam (Schunk, 2008) juga dijelaskan beberapa
perbedaan anatara belajar dan pengajaran (instruksi) yakni sebagai berikut:
a. Pembelajaran dan instruksi adalah hal yang berbeda. Hal ini bisa terjadi
karena pada awalnya sebagian besar ahli teori dan peneliti pembelajaran
adalah psikolog yang mana mereka menggunakan hewan sebagai objek
penelitian perdananya. Hasil penelitian pada hewan ini bermanfaat namun
tidak bisa di eksplorasi secara penuh mengenai proses pembelajaran yang
nantinya diterapkan pada manusia. Sedangkan dalam (Schunk, 2008)
dijelaskan bahwa instruksi adalah bukti nyata pendidik, terutama yang
berhubungan langsung dengan diterapkannya metode pengajaran ke ruang
kelas dan pengaturan pembelajaran lainnya. Fokus yang diterapkan ini tidak
selalu cocok untuk mengeksplorasi bagaimana proses pembelajaran
dipengaruhi oleh variasi instruksional.
b. Perbedaan kedua antara belajar dan pengajaran (instruksi) adalah adanya
kepercayaan umum sejak dulu yang mengatakan jika mengajar (instruksi)
adalah sebuah seni dan bukanlah ilmu yang bisa dipelajari seperti psikologi
(Schunk, 2008).
c. Sternberg (1986) berpendapat jika pembelajaran dan instruksi
membutuhkan teori yang terpisah. Sedangkan menurut Shuell 1988, Belajar
dari instruksi berbeda dengan konsep belajar dan mengajar yang dianggap
terpisah (seperti yang dikatakan Sternberg). Menurut Shuell, Belajar dari
instruksi melibatkan interaksi antara pelajar dan konteks (misalnya, guru,
materi, pengaturan) sedangkan banyak peneliti pembelajaran psikologis
terdahulu kurang bergantung pada konteks.(Schunk, 2008). Dengan adanya
konteks guru dapat menentukan apakah instruksi yang diberikan sudah
cukup atau belum, apabila Guru menyadari bahwa instruksi mereka tidak
dipahami maka meraka akan mengubah pendekatan mereka dan ketika
siswa memahami materi yang disajikan, guru cenderung melanjutkan
pendekatan mereka saat ini.(Schunk, 2008).
d. Metode penelitian terdahulu tkurang memadai untuk mempelajari
pembelajaran dan instruksi secara bersamaan, sehingga keduanya
diepelajari masing-masing dan menyebabkan keduanya tidak
terintegrasi.(Schunk, 2008).

7. Uraikan simpulan sesuai dengan yang dipahami!


Belajar adalah serangkaian kegiatan yang dapat menimbulkan adanya
perubahan baik sikap maupun pengetahuan yang nantinya akan bertahan lama
atau bersifat cenderung permanen. Karakteristik belajar ada 3 yaitu Belajar
akan melibatkan perubahan, Pembelajaran akan bertahan dari waktu ke waktu,
Pembelajaran terjadi melalui pengalaman. Terdapat 2 filosofi yang mendasari
adanya teori belajar yaitu Rasioanalisme oleh Plato dan Empirisme oleh
Aristoteles. Sejarah atau munculnya teori belajar dalam psikologi diawali
dengan karya dari Wundt dan Bbinghaus, kemudian berkembang dan muncul 2
aliran utama yaitu Strukturalisme oleh Titchener dan Fungsionalisme oleh
William James, karena kedua aliran ini semakin banyak kelemahannya maka
muncullah aliran behaviorisme yang lebih focus terhadap proses belajar.
Teori dan Research (Penelitian) merupakan dua hal yang harus ada
dalam studi pembelajaran. Keduanya adalah hal yang utuh dan saling
melengkapi, tanpa adanya teori hasil penelitian akan tidak lebih dari kumpulan
data yang tidak terorganisir. Penilaian dalam pembelajaran ada 5 yaitu
Observasi langsung, tanggapan tertulis, tanggapan lisa, penilaian dari orang
lain, dan self-reports. Belajar dan instruksi adalah dua hal yang berbeda hal ini
terjadi karena beberapa hal yang memang sudah terjadi sejak awal adanya
penelitian tentang pembelajaran.
Daftar Pustaka

Hergenhahn, B. R., & Henley, B. T. (2013). An Introduction to the History of


Psychology. Cengage Learning.

Illeris, K. (2009). Contemporary Theories of Learning.

Pritchard, A. (2008). Ways of Learning Learning theories and learning styles in the
classroom Second edition.

Schunk, D. H. (2008). Learning theories : an educational perspective. Pearson.


Lampiran

Anda mungkin juga menyukai