1. Narasikan definisi belajar dan karakteristik belajar!
Belajar memiliki arti yang sangat luas, semua orang melihat belajar dari sudut pandang yang. Namun menurut (Schunk, 2008) belajar bisa didefiniskan dengan focus kognitif yakni Belajar adalah serangkaian kegiatan atau pelatihan dan bentuk pengalaman-pengalaman yang dimiliki individu, yang mampu merubah sikap dalam kurun waktu yang lama bahkan permanen. Hal ini senada dengan pendapat (Illeris, 2009) yang mengatakan jika belajar secara general dapat diartikan sebagai setiap proses yang terjadi pada makhluk hidup yang dapat mengakibatkan adanya perubahan kapasitas permanen yang tidak terjadi semata-mata hanya karena pematangan biologis atau penuaan (Illeris 2007, hal. 3). Sedangkan pendapat yang sedikit berbeda menurut (Pritchard, 2008) belajar sering di definisikan sebagai proses seseorang mendapatkan lebih banyak pengetahuan dan pengalaman, atau juga proses seseorang melakukan hal-hal dan kegiatan baru, misalnya belajar naik sepeda. Jadi, belajar merupakan serangkaian proses kegiatan baik melakukan hal-hal baru atau berdasarkan pengalaman yang dapat membuat individu mengalami perubahan dan perubahan ini nantinya akan berlaku pada jangka waktu yang lama.
Karakteristik belajar menurut (Schunk, 2008)ada 3 yaitu:
a. Belajar akan melibatkan perubahan, baik dalam berperilaku atau dalam kapasitas berperilaku. Maksutnya adalah saat individu melakukan pembelajaran ia akan mampu melakukan sesuatu yang berbeda (Tidak Bisa Menjadi Bisa) belajar juga melibatkan kapasitas yang berubah untuk berperilaku dengan cara tertentu. b. Pembelajaran akan bertahan dari waktu ke waktu. Maksutnya adalah pembelajaran adalah suatu hal yang bertahan selamanya dan sulit dilupakan. Hal ini terjadi karena sesuatu yang didapat dari belajar masih dapat dikembangkan lagi sehingga menuntut seseorang agar mengingat apa yang telah ia pelajari. c. Pembelajaran terjadi melalui pengalaman seperti Latihan dan proses mengamati orang lain. Kriteria ini mengecualikan perubahan perilaku yang terutama ditentukan oleh faktor keturunan, seperti perubahan maturasi pada anak-anak misalnya, merangkak, berdiri.
2. Jelaskan filosofi yang mendasari hadirnya teori belajar!
Menurut (Schunk, 2008) Ada 2 Filosofi utama yang mendasari adanya teori belajar yaitu rasionalisme dan empirisme yang mana keduanya memiliki asal- usul pengetahuan dan hubungannya dengan lingkungan.
a. Rasionalisme. Rasionalisme merupakan pandangan yang berpendapat
apabila pengetahuan berasal dari pikiran tanpa adanya campur tangan dari panca indera. Tokoh rasionalisme ini adalah Plato, Plato yakin jika hal- hal misalnya rumah dan tumbuhan adalah hal- hal yang dipersepsikan lewat indera, dan itu bukanlah asal dari pengetahuan namun pengetahuan adalah ketika seseorang mendapatkan gagasan dengan penalaran ataupun berpikir tentang apa yang mereka tahu. Belajar merupakan proses mengingat kembali apa yang ada dalam pikiran. Sedangkan, Informasi yang diperoleh melalui indera seperti mengamati, mendengarkan, merasakan, mencium, atau menyentuh merupakan bahan mentah bukanlah sebuah ide. (Schunk, 2008). b. Empirisme . Empirisme merupakan pendapat dari Aristoteles yang mana pandangannya mengacu pada dunia luar berfungsi sebagai dasar untuk kesan seseorang. Salah satu pendukung empirisme yakni Locke mengatakan jika ide bawaan itu tidak ada dan semua pengetahuan diperoleh dari dua jenis pengalaman yiatu kesan indrawi dari dunia luar dan kesadaran pribadi.(Schunk, 2008) Pandangan empirisme ini memiliki keterkaitan erat dengan asosiasi yaitu gagasan-gagasan kompleks itu berasal dari kumpulan gagasan-gagasan sederhana. (Schunk, 2008). Jadi, secara singkat empirisme berpendapat jika pengetahuan itu berasal dari kesan dunia luar yang ditafsirkan oleh pikiran dan akan membentuk sebuah ide sederhana, apabila ide-ide sederhana ini dikumpulkan maka akan membentuk ide yang lebih kompleks.
3. Ceritakan histori munculnya teori belajar dalam psikologi!
Sejarah munculnya teori belajar dalam psikologi tidak dapat lepas dari dua orang tokoh yang sangat berpengaruh dalam perkembangan ilmu psikologi sendiri yakni Wundt dan Ebbinghaus. Pendirian laboratorium psikologi pertama pada tahun 1879 oleh Wundt merupakan titik awal berdirinya psikologi sebagai ilmu formal. Menurut (Schunk, 2008) meskipun laboratorium Wundt tidak mengahasilkan temuan tentang psikologi yang hebat, namun laboratorium ini membuat banyak ilmuwan meneliti dan menyempurnakan pengetahuan tentang fenomena psikologi seperti sensasi, persepsi, perhatian, perasaan, dan emosi.
Ebbinghaus juga memiliki peranan penting dalam munculnya teori
belajar di psikologi. Ia melakukan penelitian tentang memori yang merupakan bentuk proses mental yang lebih tinggi. Ebbinghaus menerima prinsip-prinsip asosiasi dan ia yakin jika belajar dan mengingat informasi yang dipelajari tergantung pada frekuensi/waktu diberikannya materi. (Schunk, 2008). Penemuan Wundt dan Ebbinghaus terbilang cukup terbatas, maka psikologi sebagai ilmu formal mulai berkembang dan semakin luas pemikirannya, hal ini dibuktikan dengan munculnya dua aliran yang sangat menonjol dan berpengaruh terhadap teori belajar yakni Strukturalisme dan Fungsionalisme. Tokoh dari strukturalisme yang paling terkenal adalah Edward B. Titchener. Aliran ini meyakini apabila pengalaman sadar merupakan subyek penelitian psikologi dan pengalaman sadar ini sangat tergantung dari orang yang mengalaminya. Menurut (Schunk, 2008) Para strukturalis menyatakan jika pikiran terdiri dari asosiasi ide yang bersifat kompleks dan untuk memahaminya maka harus dipecah menjadi ide-ide yang lebih sederhana. (Titchener, 1909). Jadi, kesimpulannya Strukturalisme lebih fokus untuk menemukan struktur kesadaran dan mengetahui bagaimana elemen-elemen tersebut membentuk kesadaran. Aliran yang kedua adalah Fungsionalisme dengan tokoh yang paling terkenal adalah William James. James mengatakan apabila kesadaran adalah proses yang berkelanjutan dan bukanlah suatu kumpulan potongan informasi yang terpisah. Pemikiran seseorang dapat berubah seiring dengan bertambahnya pengalaman. (Schunk, 2008). Pada dasarnya aliran fungsionalisme lebih fokus terhadap bagaimana kesadaran itu berfungsi. (Hergenhahn & Henley, 2013). Fungsi dari kesadaran itu adalah untuk membuat kita mampu beradaptasi dengan lingkungan dengan cara memilih. Namun, seiring berjalannya waktu kelemahn dari aliran Strukturalisme (Metode introspeksi yang digunakan ternyata tidak tepat untuk mempelajari proses mental yang lebih tinggi) dan Fungsioanlisme (Agenda penelitian pada fungsionalisme yang terlalu luas membuatnya menjadi tidak jelas) akhirnya membuat aliran behaviorisme muncul sebagai aliran yang benar-benar focus pada bahasan teori belajar dan lebih banyak menggunakan metode eksperimental. Behaviorisme adalah teori pembelajaran yang berfokus pada perilaku yang dapat diamati dan mengabaikan aktivitas mental apapun. (Pritchard, 2008). Behaviorisme pertama kali muncul pada awal abad ke-19 dan orang yang pertama kali menggunakan istilah ini adalah John B. Watson yakni ilmuwan yang bekerja pada psiklogi baru. Behaviorisme didasarkan pada gagasan utama tentang reaksi yang muncul terhadap stimulus tertentu. Hubungan stimulus-reaksi yang terlihat sederhana ini telah digunakan dari menggambarkan proses belajar atau bahkan situasi yang paling kompleks sekalipun. (Pritchard, 2008).
Jadi, kesimpulannya adalah sejarah teori belajar diawali dengan
munculnya laboratorium psikologi pertama milik Wundt, kemudian dilanjutkan adanya penelitian yang dilakukan Ebbinghaus dengan menggunakan prinsip asosiasi. Karena psikologi adalah sebuah disiplin ilmu yang formal, maka ia berkembang karena karya Wundt dan Ebbinghaus masih sangat terbtas dan muncullah aliran Strukturalisme dengan tokoh paling terkenal yakni Titchener dan Fungsionalisme oleh William James. Seiring berjalannya waktu kedua aliran ini menunjukkan kelemahan-kelemahannya dan ini memungkinkan aliran Behaviorisme berkembang dan muncul. Aliran behaviorisme ini berfokus pada perilaku yang bisa diamati dan mengabaikan proses mental, selain itu aliran behaviorisme ini juga memiliki gagasan utama yakni hubungan antara stimulus dan respon. Behaviorisme juga berkembang terdiir dari pengkondisian klasik dan pengkondisian operan.
4. Diskripsikan keterkaitan teori belajar dan riset!
Teori dan Research (Penelitian) merupakan dua hal yang harus ada dalam studi pembelajaran. Keduanya adalah hal yang utuh dan saling melengkapi. Menurut (Schunk, 2008) Teori adalah seperangkat prinsip yang secara ilmiah dapat diterima dan biasanya digunakan untuk menjelaskan suatu fenomena. Bukti jika teori dan penelitian / research adalah hal yang utuh ditunjukkan Ketika terdapat temuan penelitian tanpa menggunakan teori, maka orang akan melihat hasil dari penelitian itu tidak lebih dari kumpulan data yang tidak teroganisir karena pada dasarnya temuan penelitian itu dapat dihubungkan dan diatur secara sitematis dengan teori, tanpa teori peneliti dan praktisi tidak akan memiliki kerangka kerja menyeluruh yang dapat dihubungkan dengan data tersebut. (Schunk, 2008) . Ketika melakukan penelitian, peneliti harus menentukan kondisi penelitian setepat mungkin karena penelitian yang dilakukan nantinya akan membentuk dasar teori untuk pengembangan dan memiliki implikasi penting untuk pengajaran. Jadi, teori akan selalu dibutuhkan dalam penelitian / research. Teori dapat digunakan untuk menunjukkan fenomena lingkungan dan menghasilkan penelitian baru melalui hipotesis, atau asumsi, yang dapat diuji secara empiris.
5. Identifikasi dan bedakan jenis metode yang digunakan untuk melakukan
penilaian belajar dan sertakan contoh masing masing dari jenis metode tersebut! Penilaian belajar biasanya digunakan Ketika peneliti ingin mengetahui apakah pembelajaran telah terjadi dan mungkin mereka juga ingin mengetahui apakah siswa telah mempelajari sikap baru, apakah minat siswa, bagaimana nilai siswa dan motivasi apa yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Dalam (Schunk, 2008) dijelaskan jika ada 5 metode yang digunakan dalam penilaian belajar, yaitu: a. Observasi Langsung / Direct Observasion Penilaian belajar dengan metode observasi langsung adalah Ketika kita mengamati secara langsung saat proses belajar itu terjadi. Observasi langsung adalah salah satu metode yang paling valid digunakan untuk penilaian belajar karena kesimpulan dari pengamat akan sangat minim, data dan hasilnya akan sesuai dengan hasil pengamatan saat itu juga. (Schunk, 2008). Salah stau contoh dari observasi langsung adalah Ketika Guru sedang mengamati muridnya melakukan kegiatan Roll depan. Ada beberapa kelemahan tentang metode observasi langsung ini salah satunya adalah metode ini terfokus pada apa yang dapat diamati dan mengabaikan proses kognitif dan afektif yang mendasari Tindakan siswa.(Schunk, 2008). Contohnya adalah, saat guru mengamati siswa yang Roll depan, hasil Roll depan ini bagus tetapi guru tidak benar-benar mengerti apakah siswa ini memahami dan menerapkan teori Roll depan atau ia hanya melakukan sesuai dengan teman-temannya yang melakukan Roll depan lebih dulu tanpa memahami tekniknya. Selain itu kelemahan lainnya dari metode observais langsung ini adalah walaupun dilakukan pengamatan secara langsung ini menunjukkan sikap bahwa pembelajaran telah terjadi, Ketika tidak adanya perilaku yang sesuai bukan berarti bahwa pembelajaran tidak terjadi. (Schunk, 2008).
b. Tanggapan Tertulis / Written Responses
Metode yang paling sering digunakan dalam penilaian belajar adalah Tanggapan tertulis. Penilaian Tanggapan tertulis ini biasanya berbentuk pemberian tugas, ujian, kuis, pembuatan makalah dan laporan. (Schunk, 2008). Hal ini dilakukan agar guru dapat mengetahui seberapa paham murid tentang materi yang diberikan, apakah metode mengajar yang ia lakukan perlu dibenahi lagi atau sudah cukup. Contohnya, sebelum memulai pembelajaran guru memberikan pretest dan nilai siswa pada pretest ini sangat buruk, ini dapat membantu guru untuk mengetahui jika siswa masih belum memahami subtema ini. Lalu setelah pembelajaran selesai, guru melakukan posttest dengan soal yang sama dan hasilnya menunjukkan siswa memiliki nilai yang baik dari pretest, ini menunjukkan jika pemaparan materi dan metode belajar yang diberikan guru sduah bagus dan siswa juga mendapat mengetahuan setelah adanya pembelajaran. Metode tanggapan tertulis ini memliki kelebihan yaitu sangat mudah digunakan dan bisa mencakup hasil secara bersamaan, namun kelemahannya adalah tanggapan tertulis mengharuskna seorang guru percaya pada siswa jika hasil ujian itu tidak dipengaruhi factor eksternal seperti mencontek, kelelahan, sakit, dsb. (Schunk, 2008).
c. Tanggapan Lisan / Oral Responses
Tanggapan lisan ini biasanya berupa guru memberikan pertanyaan kepada siswa kemudian guru akan menilai jawaban berdasarkan apa yang siswa katakan. Selain itu, tanggapan lisan ini juga bisa berupa pengajuan pertanyaan oleh siswa kepada guru, semakin banayak jumlah pertanyaan yang diajukan maka ini dapat menunjukkan jika pembelajaran yang optimal dan maksimal belum terlaksana. (Schunk, 2008). Kelemahan tanggapan lisan ini adalah kita tidak dapat mengetahui apakah ada factor lain yang mempengaruhi jawaban yang diberikan siswa seperti kesulitan berbicara, kesulitan merangkai kata,atau grogi.
d. Penilaian dari Orang Lain / Ratings by Others
Metode Penilaian oleh orang lain seringkali digunakan oleh orangtua, guru administrator dan peneliti untuk menilai kuantitas dna kualitas proses pembelajaran seseorang. Contohnya seperti “ Selama 6 bulan terakhir, berapa banyak kemajuan yang dibuat Rara dalam keterampilan mencetaknya?” “Seberapa cepat Ales menyelesaikan persoalan tentang linier matemtaika?”. Menurut (Schunk, 2008) kelebihan metode penilaian oleh orang lain adalah ia bersifat objektif dan adil dan kelemahannya adalah akan banyak sekali melibatkan kesimpulan dari sang penilai sehingga terkadang hasil mengenai kedalaman pemhaman siswa, sikap, dan kemudahan belajar siswa akan kurang akurat.
e. Laporan Diri / Self-Reports
Self-Reports adalah penilaian yang dilakukan seseorang terhadap dirinya sendiri. Self-Reports ini bisa dalam berbagai bentuk seperti kuesioner, wawancara, ingatan terstimulasi, berpikir keras, dan dialog. (Schunk, 2008). Penggunaan jenis self-Report ini harus disesuaikan dengan tujuan yang ingin diperoleh. Kuesioner dapat mencakup banyak materi, wawancara lebih baik untuk mengeksplorasi beberapa masalah secara mendalam. Stimulated recalls meminta responden untuk mengingat pikiran mereka pada saat Tindakan terjadi, berpikir-keras memeriksa pikiran saat ini. Dialog memungkinkan penyelidikan pola interaksi sosial.(Schunk, 2008). • Kuisioner biasanya berisi pertanyaan pikiran dan Tindakan yang mereka lakukan. Kuisioner ini juga seirngkali akan memberikan opsi peringkat pada skala numerik seperti (1-10 yang mana angka 1 adalah angka terendah dan 10 tertinggi. Responden menjawab sesuai dengan tingkat kesulitan yang dia alami). • Wawancara adalah jawab secara lisan untuk memperoleh informasi. Bentuk informasi yang diperoleh dinyatakan dalam tulisan, atau direkam secara audio, visual, atau audio visual. Kegiatan wawancara ini akan melibatkan proses berpikir dan mengingat kareana biasanya yang ditanyakan bersangkutan dengan pengalaman. • Berpikir keras adalah kegiatan dimana responden mengungkapkan pikiran, tindakan, dan perasaan mereka saat mengerjakan tugas. Namun, kelemahan dari Self-Report jenis ini adalah bahwa tidak semua orang atau siswa mampu mengungkapkan apa yang mereka pikirkan secara verbal. • Bentuk terakhir dari Self-Report adalah dialog. Dialog dapat direkam dan dianalisis untuk pernyataan yang menunjukkan pembelajaran dan faktor-faktor yang tampaknya memengaruhi pembelajaran.
6. Bedakan antara belajar dan Instruksi!
Instruksi/Mengajar melibatkan menanamkan pengetahuan sedangkan belajar melibatkan memperoleh pengetahuan. Proses belajar dan pengajaran (instruksi) secara historial terdapat sedikit tumpeng tindih diantara dua hal tersebut (Schunk, 2008). Dalam (Schunk, 2008) juga dijelaskan beberapa perbedaan anatara belajar dan pengajaran (instruksi) yakni sebagai berikut: a. Pembelajaran dan instruksi adalah hal yang berbeda. Hal ini bisa terjadi karena pada awalnya sebagian besar ahli teori dan peneliti pembelajaran adalah psikolog yang mana mereka menggunakan hewan sebagai objek penelitian perdananya. Hasil penelitian pada hewan ini bermanfaat namun tidak bisa di eksplorasi secara penuh mengenai proses pembelajaran yang nantinya diterapkan pada manusia. Sedangkan dalam (Schunk, 2008) dijelaskan bahwa instruksi adalah bukti nyata pendidik, terutama yang berhubungan langsung dengan diterapkannya metode pengajaran ke ruang kelas dan pengaturan pembelajaran lainnya. Fokus yang diterapkan ini tidak selalu cocok untuk mengeksplorasi bagaimana proses pembelajaran dipengaruhi oleh variasi instruksional. b. Perbedaan kedua antara belajar dan pengajaran (instruksi) adalah adanya kepercayaan umum sejak dulu yang mengatakan jika mengajar (instruksi) adalah sebuah seni dan bukanlah ilmu yang bisa dipelajari seperti psikologi (Schunk, 2008). c. Sternberg (1986) berpendapat jika pembelajaran dan instruksi membutuhkan teori yang terpisah. Sedangkan menurut Shuell 1988, Belajar dari instruksi berbeda dengan konsep belajar dan mengajar yang dianggap terpisah (seperti yang dikatakan Sternberg). Menurut Shuell, Belajar dari instruksi melibatkan interaksi antara pelajar dan konteks (misalnya, guru, materi, pengaturan) sedangkan banyak peneliti pembelajaran psikologis terdahulu kurang bergantung pada konteks.(Schunk, 2008). Dengan adanya konteks guru dapat menentukan apakah instruksi yang diberikan sudah cukup atau belum, apabila Guru menyadari bahwa instruksi mereka tidak dipahami maka meraka akan mengubah pendekatan mereka dan ketika siswa memahami materi yang disajikan, guru cenderung melanjutkan pendekatan mereka saat ini.(Schunk, 2008). d. Metode penelitian terdahulu tkurang memadai untuk mempelajari pembelajaran dan instruksi secara bersamaan, sehingga keduanya diepelajari masing-masing dan menyebabkan keduanya tidak terintegrasi.(Schunk, 2008).
7. Uraikan simpulan sesuai dengan yang dipahami!
Belajar adalah serangkaian kegiatan yang dapat menimbulkan adanya perubahan baik sikap maupun pengetahuan yang nantinya akan bertahan lama atau bersifat cenderung permanen. Karakteristik belajar ada 3 yaitu Belajar akan melibatkan perubahan, Pembelajaran akan bertahan dari waktu ke waktu, Pembelajaran terjadi melalui pengalaman. Terdapat 2 filosofi yang mendasari adanya teori belajar yaitu Rasioanalisme oleh Plato dan Empirisme oleh Aristoteles. Sejarah atau munculnya teori belajar dalam psikologi diawali dengan karya dari Wundt dan Bbinghaus, kemudian berkembang dan muncul 2 aliran utama yaitu Strukturalisme oleh Titchener dan Fungsionalisme oleh William James, karena kedua aliran ini semakin banyak kelemahannya maka muncullah aliran behaviorisme yang lebih focus terhadap proses belajar. Teori dan Research (Penelitian) merupakan dua hal yang harus ada dalam studi pembelajaran. Keduanya adalah hal yang utuh dan saling melengkapi, tanpa adanya teori hasil penelitian akan tidak lebih dari kumpulan data yang tidak terorganisir. Penilaian dalam pembelajaran ada 5 yaitu Observasi langsung, tanggapan tertulis, tanggapan lisa, penilaian dari orang lain, dan self-reports. Belajar dan instruksi adalah dua hal yang berbeda hal ini terjadi karena beberapa hal yang memang sudah terjadi sejak awal adanya penelitian tentang pembelajaran. Daftar Pustaka
Hergenhahn, B. R., & Henley, B. T. (2013). An Introduction to the History of
Psychology. Cengage Learning.
Illeris, K. (2009). Contemporary Theories of Learning.
Pritchard, A. (2008). Ways of Learning Learning theories and learning styles in the classroom Second edition.
Schunk, D. H. (2008). Learning theories : an educational perspective. Pearson.