OLEH
KELOMPOK I (SATU)
Assalaamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
tugas makalah mata kuliah Fisika Modern dengan judul “Model Atom Rutherford
dan Bohr” dan berkat rahmatnya juga yang telah memberikan ilmu pengetahuan,
serta shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah S.A.W.
Wassalaamu’alaikum Wr.Wb.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ...................................................................................... 33
B. Saran ................................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Model atom Thomson. Z buah elektron mungil tersebar secara seragam
dalam sebuah bola bermuatan positif Ze berjari-jari R. Setiap
permukaan bola berjari-jari r mengandung fraksi muatan sebanding
dengan r3/R3 ............................................................................................... 4
Gambar 1.2 Sebuah partikel alfa bermuatan positif yang menerobos masuk kedalam
model atom Thomson, mengalami pembelokan sebesar sudut .
Koordinat r dan menetukan letak partikel alfa ketika berada didalam
atom .......................................................................................................... 6
Gambar 1.3 Geometri hampiran bagi pembelokkan sebuah partikel alfa oleh sebuah
atom Thomson. Sudut hambur, yang nilai maksimumnya adalah sekitar
0,01o, sengaja dibesarkan melebihi ukuran sebenarnya ............................ 6
Gambar 1.4Skema percobaan hamburan sinar alfa. Sumber daya partikel alfa.
Sumber radio aktif partikel alfa ditempatkan dalam rongga sebuah
logam pelindungyang diberi sebuah lubang kecil. Partikel-partikel alfa
yang keluar menumbuki lembaran logam F dan terhamburkan ke dalam
selang sudut dθ. Setiap kali partikel alfa menumbuk layar S, terpancar
sebintik cahaya yang diamati dengan mikroskop M yang dapat
digerakkan secara bebas............................................................................. 7
iv
Gambar 1.15(atas) Atom kuantum besar. Foton-foton dipancarkan dalam
prosestransisi diskret ketika elekton meloncat ke tingkat-tingkat yang
lebih rendah. (Bawah)atom klasik. Foton-foton dipancarkan secara
kotinu oleh elektron yang mengalami percepatan ................................. 29
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Segala sesuatu benda dalam alam ini mempunyai unsur dan partikel
dalam penyusunannya. Suatu zat atau benda memiliki beberapa partikel dalam
menyusun dirinya, mulai dari partikel dalam ukuran makro hingga partikel
yang berukuran mikro. Dalam partikel berukuran mikro, zat-zat itu akan
tersusun atas partikel yang lebih kecil lagi sehingga pada akhirnya tidak dapat
dibagi lagi. Partikel itulah yang disebut dengan atom. Konsep atom pertama
kali dikemukakan oleh Democritus. Atom berasal dari kata atomos (dalam
bahasa Yunani a = tidak, tomos = dibagi), jadi atom merupakan partikel yang
sudah tidak dapat dibagi lagi. Menurut Dalton konsep atom Democritus ini
tidak bertentangan dengan Hukum Kekekalan Massa dan Hukum Kekekalan
Energi, sehingga Dalton membuat teori tentang atom yang salah satunya
adalah materi tersusun atas partikel-partikel terkecil yang tidak dapat dibagi
lagi. Tetapi konsep atom Dalton belum memuaskan para ilmuwan pada masa
itu. Ditemukannya elektron, proton, neutron, dan radioaktivitas dalam atom
menyebabkan timbulnya teori baru tentang atom. Mulai dari teori atom
Thomson, Rutherford, Bohr, dan Mekanika Kuantum.
B. Rumusan Masalah
1
8. Apa saja kelemahan model Bhor?
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang dapat diterima dari penulisan makalah ini yaitu
kita dapat memahami pembelajaran tentangsifat-sifat dasar atom, model atom
Thomson, inti atom Rutherford, spektrum garis, model atom Bohr, percobaan
Franck-Hertz, asas persesuian, dan kelemahan model Bohr sehingga ilmu
yang didapatkan dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
menyerap radiasi dengan panjang gelombang yang sama, panjang
gelombang yang hadir dalam percobaan penyerapan radiasi.
1Ze
E= (1.1)
40 R 3
4
Karena sebuah electron dengan muatan e memberikan gaya sebesar F = eE, maka,
Ze 2
F= r kr
40 R 3 (1.2)
Keadaan ini sama seperti yang dialami semua benda bermassa m yang
tergantung pada sebuah pegas dengan tetapan pegas k, dalam medan gravitasi
bumi. Gaya pegas yang dialami benda, yang besarnya F = kx, berlawanan arah
dengan tarikan gravitasi bumi, yang besarnya F = mg. Bendanya setimbang
dibawah tarikan kedua gaya yang berlawanan arah itu. Jika benda kita pinjamkan
sedikit jauh dari titik kesetimbangnya, kemudian dilepaskan, ia akan bergetar
(osilasi) dengan frekuensi v = (1/2 ) k / m .Oleh karena itu, kita juga
memperkirakan bahwa electron-elektron dalam atom Thomson akan bergetar
sekitar kedudukan setimbangnya dengan frekuensi v = (1/2 ) k / m dengan k
adalah tetapan yang didefinisikan oleh persamaan (1.2). Karena muatan elektrik
yang bergetar memancarkan gelombang electromagnet dengan frekuensi yang
sama dengan frekuensi getarnya, dapatlah kita perkirakan, bahwa berdasarkan
model Thomson, semua frekuensi radiasi dipancarkan atom akan memperlihatkan
frekuensi ciri khas ini.
Kesulitan lain dari tafsiran ini muncul bilamana kita meninjau penyerapan
radiasi oleh atom. Tentunya kita memperkirakan bahwa sebuah electron dalam
model atom Thomson memancarkan radiasi pada frekuensi getarnya, dengan
akibat amplitude getarnya menurun, atau menyerap suatu radiasi pada frekuensi
yang sama pula, dengan akibat amplitude getarnya meningkat. Sebagai mana
5
dikemukakan sebelumnya, ternyata seringkali atom-atom tidak memancarkan atau
menyerap radiasi pada frekuensi yang sama. Kenyataan ini sulit diterangkan oleh
model Thomson.Kegagalam mencolok model Thomson muncul dari hamburan
partikel (proyektil) bermuatan atom. Karena adanya gaya elektrim dari atom
terhadap partikel tersebut, maka lintasannya mengalami pembelokan yang cukup
berarti dari arah gerak semulanya. Gaya-gaya tersebut adalah (1) gaya tolak yang
ditimbulkan muatan positif atom dan (2) gaya tarik oleh electron-elektron yang
bermuatan negative. Kita menganggap bahwa massa partikel yang dibelokkan
tersebut lebih besar daripada massa electron , tetapi lebih kecil dari pada massa
atom.
6
C. Inti Atom Rutherford
Ernest Rotherford melakukan pengujian terhadap teori atom
Thomson, dengan cara menembaki lempengan emas yang sangat tipis
(dengan ketebalan 0.01 mm) dengan partikel alfa. Jika model atom Thomson
itu benar, maka gerakan partikel alfa tidak akan dibelokkan sewaktu
menumbuk lempeng emas.
Namun, Rutherford mendapatkan hasil bahwa ternyata partikel alfa
yang ditembakkan tidak semuanya mampu menembus lempeng emas secara
lurus.Beberapa diantaranya ada yang di belokkan ke arah positif dan negatif
dan sebagian ada yang dipantulakan kembali.
Gambar 1.4 Skema percobaan hamburan sinar alfa. Sumber daya partikel alfa. Sumber
radio aktif partikel alfa ditempatkan dalam rongga sebuah logam
pelindungyang diberi sebuah lubang kecil. Partikel-partikel alfa yang
keluar menumbuki lembaran logam F dan terhamburkan ke dalam
selang sudut dθ. Setiap kali partikel alfa menumbuk layar S, terpancar
sebintik cahaya yang diamati dengan mikroskop M yang dapat
digerakkan secara bebas.
7
Sementara itu, kelemahan dari teori ini adalah, Rutherford tidak dapat
menjelaskan mengapa electron tidak jatuh ke dalam inti atom. Karena, secara fisik
gerakan electron mengelilingi inti disertai pemancaran energi yang lama-
kelamaan akan berkurang dan mendekati inti, kemudian habis dan jatuh ke dalam
inti.Dengan demikian Rutherford mengusulkan bahwa muatan dan massa atom
terpusatkan pada pusatnya, dalam suatu daerah yang disebut inti (nucleus).
8
luas 𝜋𝑅 2 . Jika lembar tersebut mengandung tersebut mengandung N buah
atom maka luas totalnya adalah NR 2 . Untuk hamburan dengan sudut yang
lebih besar daripada θ, parameter impaknya berada antara nol dan b yang
berarti bahwa jarak hampiran proyektil ke inti atom berada dalam daerah
piringan bundar seluas 𝜋𝑏 2 . Jika semua proyektil dianggap tersebar merata
pada luas lembar tadi , fraksi proyektil yang berada dalam luas tersebut
adalah
b 2
(1.3)
R 2
Ketebalan lembar hambur yang sebenarnya, dapat mencapai sekitar
susunan seribu atau sepuluh ribu buah atom. Anadaikan t adalah ketebalan
lembar hambur dan A adalah luasnya, dan andaika pula bahwa 𝜌 adalah
kerapatan dan M adalah massa molekul bahan pembuat lembar itu. Jadi
volume lembar tersebut adalah At, dan massanya At, sehingga jumlah
At
molnya . Jadi, jumlah atom atau inti persatuan volume adalah
M
ρAt 1 N ρ
n NA . A
M At M (1.4)
NA adalah bilangan Avogadro (yakni jumlah atom pergram
molekum). Bagi sebuah proyektil datang, jumlah inti atom persatuan luas
t
yang tampak baginya adalah nt N A , secara rata-rata, setiap inti memberi
M
1
t
saham luas sebesar N A . Pada medan tampak proyektil, untuk sudut
M
hambur yang lebih besar daripada θ, proyektil harus berada dalam daerah
lingkaran seluas 𝜋𝑏 2 yang berpusat pada sebuah atom. Dengan demikian,
fraksi partikel yang dihamburkan pada sudut yang lebih besar daripada θ
adalah tidak lain daripada jumlah partikel yang menghampiri sebuah atom
dalam suatu daerah cakupan b 2
f b f ntb 2 (1.5)
9
Parameter impak b diberikan oleh persamaan:
zZ e 0
b cot (1.6)
2 K 40 2
b
279 1,44eV .nm cot 45 0
2 8,0 10 eV 6
14
b 1,4 10 m
10 22 m 2
Sehingga b 6,4 2
dan dengan demikian kita peroleh
int i
f 900 5,9 10 28 int i / m 3 2,0 10 6 m 6,4 10 28 m 2 / int i
7,5 10 5
Dengan mengulangi perhitungan di atas untuk θ = 450, kita peroleh
10
b
279 1,44 eV . nm cot 22,5 0
2 8,0 10 eV 6
14
b 3,4 10 m
Dan f 450 4,4 10 4 . jika fraksi total partikel yang dihamburkan pada
sudut yang lebih besar daripada 450 adalah 4,4 10 4 , dan dari angka itu,
11
Tanda minus pada persamaan (1.8) hanyalah memberitahukan bahwa θ
bertambah jika b berkurang. Jika kita tempatkan sebuah detector bagi partikel
yang terhambur pada sudut θ sejauh jarak r dari inti atom. Maka probabilitas
bagi sebuah partikel untuk dihamburkan ke dalam detector tersebut
bergantung pada df, namun demikian df hanyalah memberika peluang bagi
semua proyektil yang dihamburkan pada sudut θ ke dalam dθ, dan dapat
dilihat bahwa semua proyektil itu akan terdistribusi secara merata sekitar
sebuah cincin berjari-jari r sin θ denagan ketebalan r dθ. Luas cincinnya
adalah dA = (2πr sin θ)r dθ. Untuk menghitung laju arah hambur proyektil ke
dalam detekktor, harus diketahui probabilitas persatuan luas bagi hamburan
ke dalam daerah cincin tadi. Ini diberikan oleh |𝑑𝑓|/𝑑𝐴, yang disebut dengan
N(θ). Selanjutnya dengan melakukan suatu manipulasi perhitungan maka
diperoleh:
2
e2
2
nt zZ
N 2
1
(1.10)
4r 2 K 40 sin 4
2
Inilah yang disebut dengan rumus hamburan Rutherford.
Rumus Rutherford ini kemudian diuji kebenarannya dalam
laboratorium Rutherford oleh Geiger dan marsden, melalui serangkaian
percobaan yang memerlukan ketelitian dan keterampilan tinggi. Untuk
percobaan ini, mereka menggunakan partikel-partikel alfa (z = 2) dengan
mengamati hamburannya dari berbagai jenis lembar tipis logam. Mengingat
pada saat itu belum tersedia pencatat electron dan alat pemrosesnya, maka
Geiger dan Marsden mengamati dan mencatat partikel-partikel alfanya
dengan menghitung kerdipan cahaya (scintillations) yang dihasilkan apabila
partikel-partikel alfa tersebut menumbuk sebuah layar sulfida seng.
a. N(θ) ∝ t. untuk percobaan ini Geiger dan marsden menggunakan sumber
8 MeV partikel alfa dari peluruhan radioaktif yang kemudian
dihamburkan pada bebagai lembar hambur berketebalan t yang berbeda,
dengan sudut hambur θ dipertahankan tetap pada 250. Hasil-hasil yang
diperoleh yang menampakkan secara jelas ketergantungan N(θ) pada t
12
secara linear. Juga terbukti bahwa pada sudut hamburan sedang inipun,
hamburan tunggal lebih berperan daripada hamburan jamak (multiple).
Menurut teori statistic acak dari hamburan jamak, probabilitas hamburan
pada sudut berbanding lurus dengan akar pangkat dua dari hamburan
tunggal, sehingga dapat diperkirakan bahwa
N t 1 / 2 .
N
1
d. ketergantungan N pada θ mungkin adalahciri yang
sin 1 / 2
4
paling utama dan istimewa dari rumus hamburan Rutherford. Rumus ini
juga menghasilkan perubahan terbesar dalam N yang dapat dicapai dalam
percobaan. Dalam percobaan sebelumnya perubahan N hanya mencapai
sekitar orde 10; sedangkan dalam percobaan ini perubahan N malahan
mencapai 5 hingga sekitar 10 kali mulai dari sudut yang terkecil hingga
yang terbesar. Geiger dan marsden menggunakan selembar emas dengan
mengubah θ dari 50 hingga 1500. Kecocokannya dengan rumus
Rutherford sekali lagi sangat baik.
13
1zZe 2
d (1.11)
40 K
Walaupun jarak inti sangat kecil (lebih kecil daripada jari-jari
sebuah atom, misalnya), ternyata masih lebih besar daripada jari-jari inti
atom emas (sekitar 7 10-15 m).jadi partikelnya selalu berada di luar
daerah sebaran muatan inti, sehingga hukum hamburan Rutherford, yang
diturunkan dengan anggapan bahwa partikelnya tetap berada di luar inti,
akan tetap berlaku pada peristiwa hamburannya. Jika kita memperbesar
energy kinetic partikel, atau menurunkan gaya tolak elektriknya dengan
menggunakan inti sasaran bernomor atom Z rendah, maka persyaratan ini
tidak dapat lagi dipenuhi. Dalam beberapa kasus tertentu, jarak hampiri
terdekat partikel dapat lebih kecil daripada jari-jari inti. Apabila ini
terjadi, maka gaya yang bekerja pada partikel tak lagi seluruhnya dari
muatan elektrik inti, sehingga hukum hamburan Rutherford tak lagi
berlaku. Dan kasus ini memberi kita suatu cara terbaik untuk mengukur
jari-jari inti.
Contoh Soal:
Carilah jarak hampir terdekat dari sebuah partikel alfa berenergi 8,0 MeV
yang ditembakkan pada selembar emas.
Pemecahan:
1zZe 2
d
40 K
d 2 79 1,44nm
1
B 10 6 eV
d 28 10 6 nm
d 2,8 10 4 m
14
D. Spektrum Garis
15
Gambar 1.9 Peralatan Untuk Mengamati Spektrum Serap
Panjang gelombang telah diserap dari cahaya, dan sekali lagi hasil
spektrum garis. Dalam hal ini ada garis gelap, dilapiskan pada spektrum kontinu
yang terang, pada panjang gelombang dimana penyerapan terjadi. Panjang
gelombang ini sesuai dengan banyak (tapi tidak semua) dari panjang gelombang
yang terlihat pada spektrum emisi. Secara umum, interpretasi spektrum garis
sangat sulit dilakukan pada atom kompleks, jadi sekarang kita akan membahas
spektrum garis atom paling sederhana, hidrogen. Regularitas muncul baik di
spektrum emisi dan penyerapan, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.16.
Perhatikan bahwa, seperti pada spektrum merkuri dan natrium, beberapa garis
yang ada dalam spektrum emisi hilang dari spektrum penyerapan.
Pada tahun 1885 Johannes Balmer, seorang guru sekolah Swiss, melihat
(kebanyakan dengan trial and error) bahwa panjang gelombang kelompok garis
16
emisi hidrogen di wilayah yang terlihat dapat dihitung dengan sangat akurat dari
rumus
n2
(364,5nm) (n 3,4,5,...)
n2 4 (1.12)
n2
lim n n0 1, n0 2 3...) (1.13)
n 2 n0
2
= 1), Paschen ( n0 = 3), Brackett ( n0 = 4), dan Pfund ( n0 = 5). Properti menarik
lainnya dari panjang gelombang hidrogen dirangkum dalam prinsip kombinasi
Ritz. Jika kita mengubah panjang gelombang emisi hidrogen menjadi frekuensi,
kita menemukan properti penasaran bahwa frekuensi pasangan tertentu yang
ditambahkan bersama-sama memberikan frekuensi lain yang muncul dalam
spektrum. Setiap model atom hidrogen yang berhasil harus dapat menjelaskan
terjadinya keteraturan aritmatika yang menarik ini dalam spektrum emisi.
Contoh soal
17
E. Model Bohr
18
2. Orbit yang diijinkan hanya orbit yang memungkinkan momentum sudut
elektron adalah kelipatan bulat dari h / 2 .
Di kalangan ilmuan pandangan radikal Bohr ini dikenal sebagai 2
postulat (dalil) Bohr kedua postulat adalah :
1. Berlawanan dengan teori elektromagnetik klasik, dalam suatu sistem
atom, elektron tidak memancarkan radiasi ketika ia mengorbit inti atom.
Lintasan-lintasan dimana elektron dapat mengorbit tanpa memancarkan
radiasi dinamakan lintasan stasioneratau orbit stabil.
2. Pemancaran dan penyerapan gelombang electromagnet dalam suatu
atom berhubungan erat dengan transisi elektron dari dua lintasn
stasioner.
Seperti yang akan kita bahas nanti, model Bohr tidak memberikan
pandangan yang benar tentang struktur aktual dan sifat atom, namun ini
merupakan langkah pertama yang penting dalam mencapai pemahaman
tentang atom. Pandangan yang benar membutuhkan metode mekanika
kuantum, yang akan kita bahas di Bab selanjutnya. Kami mempertimbangkan
kesederhanaan atom hidrogen, dengan satu elektron yang beredar tentang inti
yang memiliki muatan positif tunggal, seperti pada Gambar 1.11.
19
1 q1 q 2 1 e 2 mv 2
F (1.14)
40 r2 40 r 2 r
Memanipulasi persamaan ini, kita dapat menemukan energi kinetik elektron
1 2 1 e2
K mv (1.15)
2 80 r 2
Energi potensial dari sistem nukleus elektron adalah energi potensial Coulomb:
q1q 2
1 1 e2
U (1.16)
40 r 40 r 2
1 e2 1 e2 1 e2
E K U (1.17)
80 r 2 40 r 2 80 r 2
Kami telah mengabaikan satu kesulitan serius dengan model ini sejauh ini.
Fisika klasik mensyaratkan bahwa muatan listrik yang dipercepat, seperti elektron
yang mengorbit, harus terus menerus memancarkan energi elektromagnetik.
Karena memancarkan energi ini, energi totalnya akan berkurang, elektron akan
berputar menuju nukleus, dan atom akan runtuh. Untuk mengatasi kesulitan ini,
Bohr membuat sebuah hipotesis berani dan berani - dia mengusulkan bahwa ada
beberapa keadaan gerak khusus tertentu, yang disebut keadaan stasioner, di mana
elektron itu ada tanpa memancarkan elektromagnetik. Energi, menurut Bohr,
momentum sudut L elektron mengambil nilai yang adalah kelipatan bilangan bulat
dari h Di daerah stasioner, momentum sudut elektron mungkin memiliki
magnitudo h,2h,3h,...., namun tidak pernah bernilai 2,5h atau 3,1h . Ini disebut
kuantisasi momentum sudut.
20
⃗ =𝒓
sudut, yang diindikasikan sebagai 𝑳 ⃗ 𝒙𝒑
⃗ memiliki magnitudo L = rp = mvr
ketika ⃗𝒓tegak lurus terhadap ⃗𝒑 . Jadi postulat Bohr adalah
mvr nh (1.18)
dimana n adalah bilangan bulat (n = 1,2,3, ...). Kita bisa menggunakan ungkapan
ini dengan Pers. (1.15) untuk energi kinetik
2
1 2 1 nh 1 e2
mv m (1.19)
2 2 mr 80 r 2
40 h 2 2
rn 2
n a0 n 2 (n 1,2,3....) (1.20)
me
40 h 2
a0 0,0529 nm (1.21)
me 2
Hasil penting ini sangat berbeda dengan yang kita harapkan dari fisika
klasik. Satelit dapat ditempatkan ke orbit Bumi pada radius yang diinginkan
dengan mendorongnya ke ketinggian yang sesuai dan kemudian memberikan
kecepatan tangensial yang tepat. Ini tidak berlaku untuk orbit elektron saja - hanya
21
jari-jari tertentu yang diperbolehkan oleh model Bohr. Jari-jari orbit elektron
mungkin 𝑎0 , 4𝑎0 , 9𝑎0 , 16𝑎0 , dan seterusnya, tapi tidak pernah 3𝑎0 atau 4𝑎0 .
Panjang gelombang Hidrogen dalam Model Bohr
me 4 1
f 2 12 (1.23)
64 3 0 h 3 n2 n 1
2
22
Jadi, panjang gelombang radiasi yang dipancarkan adalah
Contoh:
Pemecahan:
1 n12 n22
Persamaan memberikan
R n12 n22
1 3222
2 2 656,1 nm
1,0973731 x 107 3 2
dan
1 42 22
2 2 486 nm
1,0973731 x 107 4 2
23
keadaan tereksitasi pertama, atau 12.09 eV dan mencapai keadaan tereksitasi
kedua, dan seterusnya. Atom hidrogen tidak dapat menyerap foton energi 1.89 eV
(garis pertama dari Balmer series), karena atom awalnya tidak berada di level n =
2. Oleh karena itu, deret Balmer tidak ditemukan dalam spektrum serapan.
Teori Bohr untuk hidrogen dapat digunakan untuk atom dengan elektron
tunggal, bahkan jika muatan hidrogen Z lebih besar dari 1. Misalnya, kita dapat
menghitung tingkat energi helium terionisasi tunggal (helium dengan satu
elektron dihapus), lithium terionisasi ganda, dan sebagainya. Biaya listrik nuklir
memasuki teori Bohr hanya di satu tempat - dalam ekspresi untuk gaya
elektrostatik antara nukleus dan elektron, Persamaan1.24. Untuk inti Ze, gaya
Coulomb yang bekerja pada elektron adalah
F
1 q1 q 2
ze ze (1.24)
40 r 2
40 r 2
Sekarang Kita memiliki 𝑍𝑒 2 . Dengan membuat substitusi yang sama dalam hasil
akhir, kami dapat menemukan jari-jari yang diizinkan:
40 h 2 2 a0 n 2
rn n (1.25)
Ze 2 m z
24
dan energi menjadi
( Ze 2 ) 2 1 Z2
En m (13.60 eV ) (1.26)
32 2 0 h 2 n
2 2
n2
Orbit di atom Z yang lebih tinggi lebih dekat ke nukleus dan memiliki energi
(negatif) yang lebih besar; Artinya, elektron lebih erat terikat pada nukleus.
F. Percobaan Franck-Hertz
Sekarang anggaplah tabung itu diisi dengan gas hidrogen atom pada
tekanan rendah. Saat tegangan dinaikkan dari nol, semakin banyak elektron
yang mencapai pelat, dan arusnya naik sesuai dengan itu. Elektron di dalam
tabung bisa membuat tabrakan dengan atom hidrogen, namun kehilangan
energi dalam tabrakan ini-tumbukannya sangat elastis. Satu-satunya cara
elektron dapat melepaskan energi dalam tumbukan adalah jika elektron
25
memiliki energi yang cukup untuk menyebabkan atom hidrogen melakukan
transisi ke daerah yang mudah tereksitasi. Dengan demikian, apabila energi
elektron mencapai dan sedikit melebihi energi 10,2 eV (atau ketika tegangan
mencapai 10,2 eV), elektron dapat melakukan tumbukan tak elastis dengan
atom hidrogen, dan meninggalkan energi 10,2 eV pada atom hidrogen (yang
sekarang berada pada tingkat n = 2), sedangkan elektron setelah tumbukan
bergerak dengan energi yang lebih rendah. Dengan demikian, jika elektron
harus melewati kisi dan energinya tidak cukup untuk mengatasi tegangan
perlambat rendah, ia tidak dapat mencapai pelat anoda. Jadi, apabila V = 10,2
V, akan teramati penurunan arus. Bila V dinaikkan menjadi lebih besar,
arusnya akan naik kembali, dan kemudian turun lagi ketika V = 12,1 V; pada
tegangan ini tumbukan tak elastik menyebabkan atom hidrogen tereksitasi ke
tingkat n = 3. Proses ini akan terus berlangsung hingga V = 13,6 V, pada
tegangan ini tumbukan akan menyebabkan atomnya terionisasi. Jika V
dinaikkan terus, akan segera tampak efek tumbukan jamak.
Percobaan ini harus memberi bukti yang cukup langsung untuk
keberadaan keadaan tereksitasi atomik. Sayangnya, tidak mudah melakukan
percobaan ini dengan hidrogen, karena hidrogen terjadi secara alami dalam
bentuk molekul H2, bukan dalam bentuk atom. Molekul dapat menyerap
energi dengan berbagai cara, yang akan membingungkan interpretasi
percobaan. Percobaan serupa dilakukan pada tahun 1914 oleh James Franck
dan Gustav Hertz, menggunakan tabung yang berisi uap merkuriyang
memberikan bukti nyata untuk keadaan tereksitasi pada 4.9eV; Setiap kali
voltase adalah kelipatan 4,9 V, penurunan arus muncul. Secara kebetulan,
spektrum emisi merkuri menunjukkan garis ultraviolet kuat dari panjang
gelombang 254nm, yang sesuai dengan energi 4.9eV; ini hasil dari transisi
antara 4,9-eV tereksitasi yang sama dan keadaan dasar. Percobaan Franck-
Hertz menunjukkan bahwa elektron harus memiliki energi minimum tertentu
untuk membuat tabrakan inelastis dengan atom; Sekarang kita menafsirkan
energi minimum itu sebagai energi dari keadaan tereksitasi atom. Franck dan
Hertz dianugerahi Hadiah Nobel Fisika tahun 1925 untuk karya ini.
26
G. Asas Persesuaian
27
Marilah kita lihat bagaimana asas ini dapat kita terapkan pada atom
Bohr.Menurut fisik klasik, sebuah partikel bermuatan elektrik yang bergerak
sepanjang sebuah lingkaran meradiasikan gelombang elektromagnetiknya.
Untuk gerak edar elektron dalam atom, periode gerak melingkar adalah jarak
tempuh suatu gerak edar, 2r , dibagi denganlaju edar v 2 K / m , dengan K
adalah energi kinetik. Jadi, dengan menggunakan pernyataan (1.15) bagi
energi kinetik, periode T diberikan oleh
2r r 2m 80 r
T (1.26)
2K / m e
Karena frekuensi v adalah kebalikan periode maka
1 e
v (1.27)
T 16 3 0 mr 3
me 4 1 1
vn
64 3 02 3 n 12 n 2
(1.29)
me 4 2n 1
64 0 n n 12
3 2 3 2
28
Jika n besar sekali, kita dapat hampiri n-1 dengan n dan 2n-1 dengan
2n, yang memberikan
me 4 2n
v
64 n 4
3 2
0
3
(1.30)
me 4 1
32 0 n 3
3 2 3
29
keduanya identik.Ini adalah salah satu contoh penerapan asas persesuaian
Bohr.Penerapan asas persesuaian ini tidak hanya terbatas pada atom
Bohr.Asas ini juga penting untuk memahami bagaimana kita beranjak dari
ranah mana berlaku hukum-hukum fisika klasik ke ranah dalam mana berlaku
hukum-hukum fisika kuantum.
30
kemudian ketingkat n=1, dengan memancarkan dua buah foton? Suatu materi
yang lengkap seyogianya member cara untuk menghitung sifat ini.
Kelemahan yang lebih parah dari model ini adalah bahwa ia sama
sekali melanggar asas ketidakpastian. (sekedar untuk membela model Bhor
ini, ingat bahwa model ini diajukan satu dawarsa sebelum diperkenalkannya
mekanika gelombang, dengan gagasan ketidakpastiannya). Hubungan
ketidakpastian xp x berlaku untuk semua arah dan ruang. Jika kita
memilih arah radial, maka rpr . untuk sebuah elektron yang bergerak
dalam suatu orbit lingkaran, maka nilai r-nya kita ketahui secara pasti, jadi
r 0. Jika ia bergerak dalam suatu lingkaran, maka kita ketahui pula p r
secara pasti (sebenarnya adalah nol), sehingga pr 0. Mengetui r dan p r
sekaligus secara pasti melanggar asas ketidakpastian. Namun dengan
demikian kita tidak berkeinginan untuk mengesampingkan model ini. Model
Bohr memberikan kita suatu gambaran mental yang bermanfaat mengenai
struktur sebuah atom. Ada banyak sifat atom lainnya.Terutama yang
berkaitan dengan kemagnetan, yang dapat dipahami berdasarkan orbit-orbit
Bohr.
Kesuksesan teori Bohr tahun 1913-1914 yaitu mampu menerangkan
spektrum dari atom yang mempunyai satu elektron pada kulit
terluarnya.Secara singkat kelemahan teori Bohr dapat di rangkum sebagai
berikut.
1. Tidak dapat menerangkan spektrum dari atom yang pada kulit terluarnya
mempunyai lebih dari 1 elektron.
2. Tidak dapat menerangkan terjadinya garis spektral tambahan ketika atom
hidrogen diletakkan pada pmedan listik atau medan magnet.
3. Tidak mampu menghitung besarnya panjang gelombang spektral
tambahan ini, bahkan tidak meramalkan keadaan garis ini sama sekali.
Hal lain yang menjadi masalah dalam atom Bohr adalah anggapan
Bohr bahwa orbit berupa satu garis lingkaran. Orbit ini hanya ada dalam teori
saja tapi tidak akan pernah dapat diselidiki garis lingkaran. Orbit ini hanya
31
dalam teori saja tapi tidak akan pernah dapat diselidiki secara langsung
melalui eksperimen. Tidak seperti orbit planet yang posisinnya dapat
diketahui secara persis, posisi elektron tidak pernah dapat ditetapkan secara
persis (ini berhubungan dengan prinsip ketidakpastian elektron). Itulah
sebabnya kadang-kadang orang menggambarkan lintasan elektron berupa
awan-awan.
32
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Semua atom stabil, mereka tidak membela diri secara spontan menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil. Semua gaya dalam yang mengikat atom
haruslah berimbang. Ini berarti semua gaya tarik dalam atom tentulah saling
berlawanan, karena bila tidak demikian, semua atom dalam semesta ini akan
berantakan.
33
sistem planet miniatur, dengan elektron beredar tentang nukleus seperti planet
yang beredar tentang Matahari. Atom demikian tidak runtuh di bawah
pengaruh kekuatan Coulomb elektrostatik dari nukleus pada elektron karena
alasan yang sama bahwa sistem tata surya tidak runtuh di bawah pengaruh
gaya gravitasi Matahari di planet-planet. Dalam kedua kasus tersebut , gaya
yang menarik memberikan percepatan sentripetal yang diperlukan untuk
mempertahankan gerak orbital.
Apabila energi elektron mencapai dan sedikit melebihi energi 10,2 eV
(atau ketika tegangan mencapai 10,2 eV), elektron dapat melakukan
tumbukan tak elastis dengan atom hidrogen, dan meninggalkan energi 10,2
eV pada atom hidrogen (yang sekarang berada pada tingkat n = 2), sedangkan
elektron setelah tumbukan bergerak dengan energi yang lebih rendah.
Bohr terpaksa harus mengajukan dua postulat yang merupakan suatu
loncatan radikal dari fisika klasik. Terutama postulat yang mengatakan bahwa
sebuah elektron dalam model model atom Bhor, yang mengalami percepatan
sewaktu beredar dalam garis edar lingkaran, tidak meradiasikan energi
elektromagnet ( kecuali jika ia berpindah ke garis edar lainnya).
Kendatipun keberhasilan Bhor ini mengesankan, model ini masih
belum lengkap.Ia hanyalah bermanfaat bagi atom-atom yang mengandung
satu elektron (hidrogen, ion helium satu, ion litium tiga, dan seterusnya),
tetapi tidak dengan atom-atom dengan dua elektron atau lebih, karena gaya
yang ditinjau hanya antara elektron dan inti atom, sedangkan gaya antar
elektron diabaikan
B. Saran
34
DAFTAR PUSTAKA
Beisher, Arthur. 1999. Konsep Fisika Modern Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga
Gautreau, Ronald dan William Savin. 2006. Fisika Modern. Jakarta: Erlangga
Energi kinetik : Energi yang disebabkan oleh gerak suatu massa; tenaga
gerak
1
Volume : Perhitungan seberapa banyak ruang yang bisaditempatkan
dalam suatu objek
: