Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH MATA KULIAH : FISIKA MODERN

MODEL ATOM RUTHERFORD-BOHR

OLEH

KELOMPOK I (SATU)

ANJELI APRILIA (A1K1 17 003)


HASNIYAR (A1K1 17 007)
NUR FADILAH SARI (A1K 1 17 019)
SITI ASTYA RAHMAH (A1K1 17 027)
HIJIRIATI (A1K1 17 069)
MAYANG NORMA (A1K1 17 081)

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
tugas makalah mata kuliah Fisika Modern dengan judul “Model Atom Rutherford
dan Bohr” dan berkat rahmatnya juga yang telah memberikan ilmu pengetahuan,
serta shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah S.A.W.

Penulis menuliskan dengan mengambil dari beberapa sumberi buku dan


membuat gagasan dari beberapa sumber tersebut. Penulis menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan
tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis menghaturkan rasa
hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna menambah wawasan


serta pengetahuan kita mengenai judul makalah ini dan dapat lebih memahami
mengenai sub materi pokok pada makalah ini. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Wassalaamu’alaikum Wr.Wb.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................ 2
D. Manfaat Penulisan .............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Sifat-Sifat Dasar Atom ....................................................................... 3


B. Model Atom Thomson ....................................................................... 4
C. Inti Atom Rutherford.......................................................................... 7
D. Spektrum Garis ................................................................................ 15
E. Model Bohr ...................................................................................... 18
F. Percobaan Franck-Hertz ................................................................... 25
G. Asas Persesuian ................................................................................ 27
H. BeberapakelemahanmodelBhor ....................................................... 30

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................... 33
B. Saran ................................................................................................. 34

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Model atom Thomson. Z buah elektron mungil tersebar secara seragam
dalam sebuah bola bermuatan positif Ze berjari-jari R. Setiap
permukaan bola berjari-jari r mengandung fraksi muatan sebanding
dengan r3/R3 ............................................................................................... 4

Gambar 1.2 Sebuah partikel alfa bermuatan positif yang menerobos masuk kedalam
model atom Thomson, mengalami pembelokan sebesar sudut  .
Koordinat r dan  menetukan letak partikel alfa ketika berada didalam
atom .......................................................................................................... 6

Gambar 1.3 Geometri hampiran bagi pembelokkan sebuah partikel alfa oleh sebuah
atom Thomson. Sudut hambur, yang nilai maksimumnya adalah sekitar
0,01o, sengaja dibesarkan melebihi ukuran sebenarnya ............................ 6

Gambar 1.4Skema percobaan hamburan sinar alfa. Sumber daya partikel alfa.
Sumber radio aktif partikel alfa ditempatkan dalam rongga sebuah
logam pelindungyang diberi sebuah lubang kecil. Partikel-partikel alfa
yang keluar menumbuki lembaran logam F dan terhamburkan ke dalam
selang sudut dθ. Setiap kali partikel alfa menumbuk layar S, terpancar
sebintik cahaya yang diamati dengan mikroskop M yang dapat
digerakkan secara bebas............................................................................. 7

Gambar 1.5 Hamburan oleh Sebuah Inti Atom ............................................................... 8

Gambar 1.6 Hamburan Partikel Alfa............................................................................... 8

Gambar 1.7 Skema Hamburan Rutherford.................................................................... 11

Gambar 1.8 Peralatan Untuk Mengamati Spektrum Garis ............................................ 15


Gambar 1.9 Peralatan Untuk Mengamati Spektrum Serap ........................................... 16

Gambar 1.10Deret Spektrum Pancar Dan Serap Atom Hidrogen ................................. 16

Gambar 1.11Model Atom Bohr (Z=1 Bagi Hidrogen) ................................................. 19

Gambar 1.12Tingkat-Tingkat Energi Atom Hidrogen .................................................. 21

Gambar 1.13Sebuah Elektron Melompat dari Keadaan n1 ke keadaan n2dan


Memancarkan Sebuah Foton ................................................................. 22
Gambar 1.14PeralatanFranck-Hertz. Elektron meninggalkan katoda C, dipercepat
oleh voltase V ke arah grid G, dan mencapai pelat P dimana direkam
pada ammeter A. ................................................................................... 25

iv
Gambar 1.15(atas) Atom kuantum besar. Foton-foton dipancarkan dalam
prosestransisi diskret ketika elekton meloncat ke tingkat-tingkat yang
lebih rendah. (Bawah)atom klasik. Foton-foton dipancarkan secara
kotinu oleh elektron yang mengalami percepatan ................................. 29

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Segala sesuatu benda dalam alam ini mempunyai unsur dan partikel
dalam penyusunannya. Suatu zat atau benda memiliki beberapa partikel dalam
menyusun dirinya, mulai dari partikel dalam ukuran makro hingga partikel
yang berukuran mikro. Dalam partikel berukuran mikro, zat-zat itu akan
tersusun atas partikel yang lebih kecil lagi sehingga pada akhirnya tidak dapat
dibagi lagi. Partikel itulah yang disebut dengan atom. Konsep atom pertama
kali dikemukakan oleh Democritus. Atom berasal dari kata atomos (dalam
bahasa Yunani a = tidak, tomos = dibagi), jadi atom merupakan partikel yang
sudah tidak dapat dibagi lagi. Menurut Dalton konsep atom Democritus ini
tidak bertentangan dengan Hukum Kekekalan Massa dan Hukum Kekekalan
Energi, sehingga Dalton membuat teori tentang atom yang salah satunya
adalah materi tersusun atas partikel-partikel terkecil yang tidak dapat dibagi
lagi. Tetapi konsep atom Dalton belum memuaskan para ilmuwan pada masa
itu. Ditemukannya elektron, proton, neutron, dan radioaktivitas dalam atom
menyebabkan timbulnya teori baru tentang atom. Mulai dari teori atom
Thomson, Rutherford, Bohr, dan Mekanika Kuantum.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, kita bisa menentukan rumusan


masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1. Bagaimana sifat-sifat dasar atom?
2. Bagaimana model atom Thomson?
3. Apa saja inti atom Rutherford?
4. Apa yang dimaksud dengan spektrum garis?
5. Bagaimana model atomBhor?
6. Bagaimana percobaan Franck-Hertz?
7. Apa yang dimaksud asas persesuian?

1
8. Apa saja kelemahan model Bhor?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka


tujuan penulisan yang ingin dicapai adalahuntuk mengetahui:
1. Sifat-sifat dasar atom
2. Model atom Thomson
3. Inti atom Rutherford
4. Spektrum garis
5. Model atom Bohr
6. Percobaan Franck-Hertz
7. Asas persesuian
8. Kelemahan model Bohr

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang dapat diterima dari penulisan makalah ini yaitu
kita dapat memahami pembelajaran tentangsifat-sifat dasar atom, model atom
Thomson, inti atom Rutherford, spektrum garis, model atom Bohr, percobaan
Franck-Hertz, asas persesuian, dan kelemahan model Bohr sehingga ilmu
yang didapatkan dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sifat-Sifat Dasar Atom

Sebelum kita menyusun suatu model atom, marilah kita rangkumkan


beberapa sifat dasar atom sebagai berikut:
1. Atom sangatlah kecil, jari-jarinya sekitar 0,1 nm (0,1 x 10-9 m). Dengan
demikian, mencoba “ melihat ” sebuah atom dengan menggunakan
cahaya tampak (ƛ = 500 nm), lewat efek difraksi misalnya adalah usaha
yang sia-sia. Ini dikarenakan jari “tangan” cahaya tampak terlalu besar
untuk menyelidiki strukrur “ arloji “ atom “ yang sangat halus.
2. Semua atom stabil, mereka tidak membela diri secara spontan menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil. Semua gaya dalam yang mengikat atom
haruslah berimbang. Ini berarti semua gaya tarik dalam atom tentulah
saling berlawanan, karena bila tidak demikian, semua atom dalam
semesta ini akan berantakan.
3. Semua atom mengandung electron bermuatan negative, namun netral.
Jika ssebuah atom atau sekumpulan atom kita ganggu dengan gaya yang
cukup kuat, elektronnya akan terpancarkan.
4. Atom memancarkan dan menyerap radiasi electromagnet. Spektrum
radiasinya bermacam-macam, cahaya tampak (ƛ – 500 nm), sinar X (ƛ –
1 nm), sinar ultraviolet (ƛ – 10 nm), sinar inframerah (ƛ-0,1 µm), dan
seterusnya. Berbagai panjang gelombang yang dipancarkan sebuah atom
dapat diukur dengan ketelitian tinggi, misalnya dengan menggunakan
kisi difraksi dalam hal cahaya tampak. Panjang gelombang radiasi yang
diserap dapat diukur dengan melewatkan seberkas cahay melalui suatu
cuplikan gas dan kemudian kita mengamati warna-warna apakah dari
cahaya putih yang hilang karena diserap oleh gas. Salah satu hal menarik
dari radiasi atom ini adalah bahwa semua atom selalu memancarkan dan

3
menyerap radiasi dengan panjang gelombang yang sama, panjang
gelombang yang hadir dalam percobaan penyerapan radiasi.

B. Model Atom Thomson


Model struktur atom pertama adalah yang dikemukakan oleh J.J.
Thomson, yang telah terkenal karena keberhasilannya mencirikan electron
dan mengukur nisbah muatan terhadap massa (e/m) electron. Model atom ini
berhasil menerangkan banyak sifat atom yang diketahui seperti : ukuran,
massa, jumlah electron dan kenetralan muatan elektrik. Dalam model ini,
sbuah atom dipandang mengandung Z electron yang dibenamkan dalam suatu
bola bermuatan positif seragam.

Gambar 1.1 Model atom Thomson. Z buah elektron


mungil tersebar secara seragam dalam
sebuah bola bermuatan positif Ze
berjari-jari R. Setiap permukaan bola
berjari-jari r mengandung fraksi muatan
sebanding dengan r3/R3.

Dengan menggunakan persamaan (1.1) bagi muatan total yang terkandung di


dalam bola, kita peroleh,

1Ze
E= (1.1)
40 R 3

4
Karena sebuah electron dengan muatan e memberikan gaya sebesar F = eE, maka,
Ze 2
F= r  kr
40 R 3 (1.2)

Dengan k = Ze2/ 40 R3

Gaya ini cenderung menarik electron menuju pusat atom, sehingga


hasilnya dapat memberantakkan atom. Oleh karena itu harus ada gaya lain, yang
melawan tarikan elektrik ini agar semua electron di pertahankan tetap seimbang
pada jari-jari r. Gaya tambahan ini dipasok oleh gaya tolak menolak antara
electron sehingga semua electron tetap dalam kesetimbangan mantap.

Keadaan ini sama seperti yang dialami semua benda bermassa m yang
tergantung pada sebuah pegas dengan tetapan pegas k, dalam medan gravitasi
bumi. Gaya pegas yang dialami benda, yang besarnya F = kx, berlawanan arah
dengan tarikan gravitasi bumi, yang besarnya F = mg. Bendanya setimbang
dibawah tarikan kedua gaya yang berlawanan arah itu. Jika benda kita pinjamkan
sedikit jauh dari titik kesetimbangnya, kemudian dilepaskan, ia akan bergetar
(osilasi) dengan frekuensi v = (1/2  )  k / m .Oleh karena itu, kita juga
memperkirakan bahwa electron-elektron dalam atom Thomson akan bergetar
sekitar kedudukan setimbangnya dengan frekuensi v = (1/2  )  k / m dengan k
adalah tetapan yang didefinisikan oleh persamaan (1.2). Karena muatan elektrik
yang bergetar memancarkan gelombang electromagnet dengan frekuensi yang
sama dengan frekuensi getarnya, dapatlah kita perkirakan, bahwa berdasarkan
model Thomson, semua frekuensi radiasi dipancarkan atom akan memperlihatkan
frekuensi ciri khas ini.

Kesulitan lain dari tafsiran ini muncul bilamana kita meninjau penyerapan
radiasi oleh atom. Tentunya kita memperkirakan bahwa sebuah electron dalam
model atom Thomson memancarkan radiasi pada frekuensi getarnya, dengan
akibat amplitude getarnya menurun, atau menyerap suatu radiasi pada frekuensi
yang sama pula, dengan akibat amplitude getarnya meningkat. Sebagai mana

5
dikemukakan sebelumnya, ternyata seringkali atom-atom tidak memancarkan atau
menyerap radiasi pada frekuensi yang sama. Kenyataan ini sulit diterangkan oleh
model Thomson.Kegagalam mencolok model Thomson muncul dari hamburan
partikel (proyektil) bermuatan atom. Karena adanya gaya elektrim dari atom
terhadap partikel tersebut, maka lintasannya mengalami pembelokan yang cukup
berarti dari arah gerak semulanya. Gaya-gaya tersebut adalah (1) gaya tolak yang
ditimbulkan muatan positif atom dan (2) gaya tarik oleh electron-elektron yang
bermuatan negative. Kita menganggap bahwa massa partikel yang dibelokkan
tersebut lebih besar daripada massa electron , tetapi lebih kecil dari pada massa
atom.

Gambar 1.2 Sebuah partikel alfa bermuatan positif yang


menerobos masuk kedalam model atom
Thomson, mengalami pembelokan sebesar
sudut  . Koordinat r dan  menetukan
letak partikel alfa ketika berada didalam
atom.

Gambar 1.3 Geometri hampiran bagi pembelokkan


sebuah partikel alfa oleh sebuah atom
Thomson. Sudut hambur, yang nilai
maksimumnya adalah sekitar 0,01o, sengaja
dibesarkan melebihi ukuran sebenarnya.

6
C. Inti Atom Rutherford
Ernest Rotherford melakukan pengujian terhadap teori atom
Thomson, dengan cara menembaki lempengan emas yang sangat tipis
(dengan ketebalan 0.01 mm) dengan partikel alfa. Jika model atom Thomson
itu benar, maka gerakan partikel alfa tidak akan dibelokkan sewaktu
menumbuk lempeng emas.
Namun, Rutherford mendapatkan hasil bahwa ternyata partikel alfa
yang ditembakkan tidak semuanya mampu menembus lempeng emas secara
lurus.Beberapa diantaranya ada yang di belokkan ke arah positif dan negatif
dan sebagian ada yang dipantulakan kembali.

Gambar 1.4 Skema percobaan hamburan sinar alfa. Sumber daya partikel alfa. Sumber
radio aktif partikel alfa ditempatkan dalam rongga sebuah logam
pelindungyang diberi sebuah lubang kecil. Partikel-partikel alfa yang
keluar menumbuki lembaran logam F dan terhamburkan ke dalam
selang sudut dθ. Setiap kali partikel alfa menumbuk layar S, terpancar
sebintik cahaya yang diamati dengan mikroskop M yang dapat
digerakkan secara bebas.

Dari percobaan tersebut, dia berkesimpulan bahwa sebagian partikel alfa


dipantulkan kembali karena bertumbukan dengan bagian yang sangat keras dari
atom, yang disebut inti atom.Pada tahun 1911 dia mengemukakan teori atom yang
baru.Dalam teorinya, dia menyatakan bahwa atom terdiri proton, elektron dan
neotron, juga bahwa inti atom dikelilingi oleh elektron-elektron pada jarak yang
relatif jauh dimana elektron-elektron berputar mengelilingi inti atom dengan garis
orbitnya layaknya sistem tata surya. Selanjutnya, percobaan ini dialnjutkan oleh
James Chadwick (1932), yang memastikan bahwa partikel lain pada inti atom
tersebut adalah neutron.

7
Sementara itu, kelemahan dari teori ini adalah, Rutherford tidak dapat
menjelaskan mengapa electron tidak jatuh ke dalam inti atom. Karena, secara fisik
gerakan electron mengelilingi inti disertai pemancaran energi yang lama-
kelamaan akan berkurang dan mendekati inti, kemudian habis dan jatuh ke dalam
inti.Dengan demikian Rutherford mengusulkan bahwa muatan dan massa atom
terpusatkan pada pusatnya, dalam suatu daerah yang disebut inti (nucleus).

Gambar 1.5 Hamburan oleh Sebuah Inti Atom


Kajian mengenai hamburan partikel bermuatan oleh inti atom yang
lazimnya disebut hamburan Rutherford terbagi dalam tiga bagian yaitu:
1. perhitungan fraksi partikel yang dihamburkan pada sudut yang lebih besar
daripada θ,

Gambar 1.6 Hamburan Partikel Alfa


Dari gambar di atas terlihat bahwa setiap partikel dengan parameter impak
yang lebih kecil daripada suatu nilai tertentu b akan dihamburkan pada sudut
yang lebih besar daripada θ (dari b) yang bersangkutan. Andaikan lembar
tipisnya setebal satu atom- suatu lapisan tunggal atom-atom tersusun sangat
rapat,. masing-masing atom tampak sebagai sebuah piringan bundar, dengan

8
luas 𝜋𝑅 2 . Jika lembar tersebut mengandung tersebut mengandung N buah
atom maka luas totalnya adalah NR 2 . Untuk hamburan dengan sudut yang
lebih besar daripada θ, parameter impaknya berada antara nol dan b yang
berarti bahwa jarak hampiran proyektil ke inti atom berada dalam daerah
piringan bundar seluas 𝜋𝑏 2 . Jika semua proyektil dianggap tersebar merata
pada luas lembar tadi , fraksi proyektil yang berada dalam luas tersebut
adalah
b 2
(1.3)
R 2
Ketebalan lembar hambur yang sebenarnya, dapat mencapai sekitar
susunan seribu atau sepuluh ribu buah atom. Anadaikan t adalah ketebalan
lembar hambur dan A adalah luasnya, dan andaika pula bahwa 𝜌 adalah
kerapatan dan M adalah massa molekul bahan pembuat lembar itu. Jadi
volume lembar tersebut adalah At, dan massanya  At, sehingga jumlah
At
molnya . Jadi, jumlah atom atau inti persatuan volume adalah
M
ρAt 1 N ρ
n  NA .  A
M At M (1.4)
NA adalah bilangan Avogadro (yakni jumlah atom pergram
molekum). Bagi sebuah proyektil datang, jumlah inti atom persatuan luas
t
yang tampak baginya adalah nt  N A , secara rata-rata, setiap inti memberi
M
1
 t 
saham luas sebesar  N A  . Pada medan tampak proyektil, untuk sudut
 M
hambur yang lebih besar daripada θ, proyektil harus berada dalam daerah
lingkaran seluas 𝜋𝑏 2 yang berpusat pada sebuah atom. Dengan demikian,
fraksi partikel yang dihamburkan pada sudut yang lebih besar daripada θ
adalah tidak lain daripada jumlah partikel yang menghampiri sebuah atom
dalam suatu daerah cakupan b 2
f b  f   ntb 2 (1.5)

9
Parameter impak b diberikan oleh persamaan:
zZ e 0
b cot  (1.6)
2 K 40 2

Dengan anggapan bahwa semua partikel datang tersebar merata pada


luas lembar hambur.
Contoh Soal:
Selembar emas   19,3 g / cm 3 , M  197 g / mo dengan ketebalan 2,0 x 10-6
m, digunakan untuk menghamburkan partikel-partikel alfa berenergi kinetic
8,0 MeV.
a. Berapa fraksi partikel alfa yang dihamburkan ke dalam sudut yang lebih
besar daripada 900?
b. Berapa fraksi partikel alfa yang dihambur dalam sudut antara 900 dan
450?
Pemecahan:
a. Untuk kasus ini, jumlah inti persatuan volume dapat dihitung sebagai
berikut:
6,02  10 23

atom / mol 19,3 g / cm 3 
197 g / mol
 5,9  10 22 atom / cm
 5,9  10 28 atom / m
Untuk hamburan pada sudut 900, parameter impak b dapat dihitung dari
persamaan (17):

b
279 1,44eV .nm  cot 45 0

2 8,0  10 eV 6

14
b  1,4  10 m

10 22 m 2
Sehingga b  6,4 2
dan dengan demikian kita peroleh
int i

  
f 900  5,9  10 28 int i / m 3 2,0  10 6 m 6,4  10 28 m 2 / int i 
 7,5  10 5
Dengan mengulangi perhitungan di atas untuk θ = 450, kita peroleh

10
b
279 1,44 eV . nm  cot 22,5 0

2 8,0  10 eV 6

14
b  3,4  10 m

Dan f 450  4,4  10 4 . jika fraksi total partikel yang dihamburkan pada

sudut yang lebih besar daripada 450 adalah 4,4  10 4 , dan dari angka itu,

7,5  10 5 , dihamburkan kedalam sudut-sudut yang lebih besar daripada


900, maka fraksi partikel yang dihamburkan antara 450 dan 900 haruslah
4,4  10 4  7,5  10 5  3,6  10 4

2. Rumus hamburan Rutherford dan bukti percobaanya.

Gambar 1.7 Skema Hamburan Rutherford


Agar kita dapat menghitung probabilitas hamburan sebuah partikel ke dalam
suatu selang sudut kecil pada θ (antara θ dan θ + dθ), kita syaratkan parameter
impaknya terletak dalam suatu selang kecil db di b.
Dengan demikian fraksi, df, adalah
df  nt 2b.db (1.7)
Menurut persamaan (1.5). dengan mendiferensiasikan persamaan (1.6), kita
peroleh pernyataan dbdalam dθ sebagai berikut
zZ e 2  2 1  1 
db    csc  d  (1.8)
2 K 40  2  2 
Jadi,
2
 e2 
2
 zZ  
1 1
 csc 2  . cot  .d
df   nt   (1.9)
 2K   40  2 2

11
Tanda minus pada persamaan (1.8) hanyalah memberitahukan bahwa θ
bertambah jika b berkurang. Jika kita tempatkan sebuah detector bagi partikel
yang terhambur pada sudut θ sejauh jarak r dari inti atom. Maka probabilitas
bagi sebuah partikel untuk dihamburkan ke dalam detector tersebut
bergantung pada df, namun demikian df hanyalah memberika peluang bagi
semua proyektil yang dihamburkan pada sudut θ ke dalam dθ, dan dapat
dilihat bahwa semua proyektil itu akan terdistribusi secara merata sekitar
sebuah cincin berjari-jari r sin θ denagan ketebalan r dθ. Luas cincinnya
adalah dA = (2πr sin θ)r dθ. Untuk menghitung laju arah hambur proyektil ke
dalam detekktor, harus diketahui probabilitas persatuan luas bagi hamburan
ke dalam daerah cincin tadi. Ini diberikan oleh |𝑑𝑓|/𝑑𝐴, yang disebut dengan
N(θ). Selanjutnya dengan melakukan suatu manipulasi perhitungan maka
diperoleh:
2
 e2 
2
nt  zZ 
N    2 
1
   (1.10)
4r  2 K   40  sin 4 
2
Inilah yang disebut dengan rumus hamburan Rutherford.
Rumus Rutherford ini kemudian diuji kebenarannya dalam
laboratorium Rutherford oleh Geiger dan marsden, melalui serangkaian
percobaan yang memerlukan ketelitian dan keterampilan tinggi. Untuk
percobaan ini, mereka menggunakan partikel-partikel alfa (z = 2) dengan
mengamati hamburannya dari berbagai jenis lembar tipis logam. Mengingat
pada saat itu belum tersedia pencatat electron dan alat pemrosesnya, maka
Geiger dan Marsden mengamati dan mencatat partikel-partikel alfanya
dengan menghitung kerdipan cahaya (scintillations) yang dihasilkan apabila
partikel-partikel alfa tersebut menumbuk sebuah layar sulfida seng.
a. N(θ) ∝ t. untuk percobaan ini Geiger dan marsden menggunakan sumber
8 MeV partikel alfa dari peluruhan radioaktif yang kemudian
dihamburkan pada bebagai lembar hambur berketebalan t yang berbeda,
dengan sudut hambur θ dipertahankan tetap pada 250. Hasil-hasil yang
diperoleh yang menampakkan secara jelas ketergantungan N(θ) pada t

12
secara linear. Juga terbukti bahwa pada sudut hamburan sedang inipun,
hamburan tunggal lebih berperan daripada hamburan jamak (multiple).
Menurut teori statistic acak dari hamburan jamak, probabilitas hamburan
pada sudut berbanding lurus dengan akar pangkat dua dari hamburan
tunggal, sehingga dapat diperkirakan bahwa
N  t 1 / 2 .

b. N(θ)  Z 2 pada percobaan ini, Geiger dan marsden menggunakan berbagai


jenis bahan pengambur, dengan ketebalan yang hampir (namun tidaklah
tepat) sama. Oleh karena itu, ketergantungan linear ini menjadi jauh lebih
sulit diuji dibandingkan terhadap kasus (a), mengingat pengujiannya
melibatkan ketebalan berbeda untuk bahan yang berbeda. Namun
demikian, hasil-hasil yang diperoleh sesuai dengan kebergantungan
linear dari N(θ) pada Z 2 .
c. N   1 / K Untuk menguji ramalan rumus hamburan Rutherford ini,
Geiger dan marsden mempertahankan ketebalan lembar hamburan tetap
dan mengubah laju partikel-partikel alfanya. Hal ini dicapai dengan
memperlambat partikel-partikel alfa yang dipancarkan dari sumber
radioaktif dengan dengan mempergunakan lembar tipis mika. Dari
berbagai pengkuran sescara terpisah, dapatlah diketahui pengaruh beda
ketebalan mika pada kecepatan partikel alfa.

N  
1
d. ketergantungan N pada θ mungkin adalahciri yang
sin 1 / 2
4

paling utama dan istimewa dari rumus hamburan Rutherford. Rumus ini
juga menghasilkan perubahan terbesar dalam N yang dapat dicapai dalam
percobaan. Dalam percobaan sebelumnya perubahan N hanya mencapai
sekitar orde 10; sedangkan dalam percobaan ini perubahan N malahan
mencapai 5 hingga sekitar 10 kali mulai dari sudut yang terkecil hingga
yang terbesar. Geiger dan marsden menggunakan selembar emas dengan
mengubah θ dari 50 hingga 1500. Kecocokannya dengan rumus
Rutherford sekali lagi sangat baik.

13
1zZe 2
d (1.11)
40 K
Walaupun jarak inti sangat kecil (lebih kecil daripada jari-jari
sebuah atom, misalnya), ternyata masih lebih besar daripada jari-jari inti
atom emas (sekitar 7  10-15 m).jadi partikelnya selalu berada di luar
daerah sebaran muatan inti, sehingga hukum hamburan Rutherford, yang
diturunkan dengan anggapan bahwa partikelnya tetap berada di luar inti,
akan tetap berlaku pada peristiwa hamburannya. Jika kita memperbesar
energy kinetic partikel, atau menurunkan gaya tolak elektriknya dengan
menggunakan inti sasaran bernomor atom Z rendah, maka persyaratan ini
tidak dapat lagi dipenuhi. Dalam beberapa kasus tertentu, jarak hampiri
terdekat partikel dapat lebih kecil daripada jari-jari inti. Apabila ini
terjadi, maka gaya yang bekerja pada partikel tak lagi seluruhnya dari
muatan elektrik inti, sehingga hukum hamburan Rutherford tak lagi
berlaku. Dan kasus ini memberi kita suatu cara terbaik untuk mengukur
jari-jari inti.
Contoh Soal:
Carilah jarak hampir terdekat dari sebuah partikel alfa berenergi 8,0 MeV
yang ditembakkan pada selembar emas.
Pemecahan:
1zZe 2
d
40 K

d  2 79 1,44nm 
1
B  10 6 eV
d  28  10 6 nm
d  2,8  10  4 m

14
D. Spektrum Garis

Radiasi dari atom dapat diklasifikasikan menjadi spektra terus


menerus dan spektrum diskrit atau garis. Dalam spektrum yang terus
menerus, semua panjang gelombang dari beberapa minimum, mungkin 0,
sampai beberapa maksimum, mungkin mendekati∞, dipancarkan. Radiasi dari
benda yang panas dan bercahaya adalah contoh dari kategori ini. Cahaya
putih adalah campuran dari semua warna cahaya yang berbeda; sebuah benda
yang bersinar putih panas memancarkan cahaya pada semua panjang
gelombang spektrum yang terlihat. Jika, di sisi lain, kita memaksa pelepasan
listrik ke dalam tabung yang berisi sejumlah kecil gas atau uap dari unsur
tertentu, seperti merkuri, natrium, atau neon, cahaya dipancarkan pada
beberapa panjang gelombang diskrit dan tidak pada lainnya Contoh spektrum
"garis" emisi tersebut ditunjukkan pada Gambar 5.14. Garis 436nm (biru) dan
546nm (hijau) yang kuat dalam spektrum emisi merkuri memberi lampu
mercury-uap lampu hijau biru mereka; garis kuning kuat pada 590 nm dalam
spektrum natrium (yang sebenarnya adalah garis ganda dua garis yang sangat
rapat) memberi lampu jalan natrium uap yang lebih lembut dan kekuningan.
Garis merah neon yang intens bertanggung jawab atas warna merah "tanda
neon."

Gambar 1.8 Peralatan Untuk Mengamati Spektrum Garis

Percobaan lain yang mungkin dilakukan adalah melewatkan seberkas


cahaya putih, yang berisi semua panjang gelombang, melalui sampel gas.

15
Gambar 1.9 Peralatan Untuk Mengamati Spektrum Serap

Panjang gelombang telah diserap dari cahaya, dan sekali lagi hasil
spektrum garis. Dalam hal ini ada garis gelap, dilapiskan pada spektrum kontinu
yang terang, pada panjang gelombang dimana penyerapan terjadi. Panjang
gelombang ini sesuai dengan banyak (tapi tidak semua) dari panjang gelombang
yang terlihat pada spektrum emisi. Secara umum, interpretasi spektrum garis
sangat sulit dilakukan pada atom kompleks, jadi sekarang kita akan membahas
spektrum garis atom paling sederhana, hidrogen. Regularitas muncul baik di
spektrum emisi dan penyerapan, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.16.
Perhatikan bahwa, seperti pada spektrum merkuri dan natrium, beberapa garis
yang ada dalam spektrum emisi hilang dari spektrum penyerapan.

Gambar 1.10. Deret Spektrum Pancar Dan Serap Atom Hidrogen

Pada tahun 1885 Johannes Balmer, seorang guru sekolah Swiss, melihat
(kebanyakan dengan trial and error) bahwa panjang gelombang kelompok garis

16
emisi hidrogen di wilayah yang terlihat dapat dihitung dengan sangat akurat dari
rumus
n2
  (364,5nm) (n  3,4,5,...)
n2  4 (1.12)

Sebagai contoh, untuk n = 3, rumus memberikan λ = 656.1nm, yang sesuai


dengan panjang gelombang terpanjang dari rangkaian garis hidrogen di daerah
yang terlihat (lihat Gambar 1.10). Rumus ini sekarang dikenal sebagai formula
Balmer dan rangkaian garis yang disebutnya sebagai sistim balok. Ranjang
panjang 364.5nm, yang sesuai dengan n → ∞, disebut batas seri (yang
ditunjukkan sebagai garis putus-putus di ujung kiri dari seri Balmer.

n2
  lim n  n0  1, n0  2  3...) (1.13)
n 2  n0
2

Dimana batas λ adalah panjang gelombang dari batas seri yang


sesuai.Untuk seri Balmer, n0 = 2. Seri lainnya sekarang dikenal sebagai Lyma( n0

= 1), Paschen ( n0 = 3), Brackett ( n0 = 4), dan Pfund ( n0 = 5). Properti menarik
lainnya dari panjang gelombang hidrogen dirangkum dalam prinsip kombinasi
Ritz. Jika kita mengubah panjang gelombang emisi hidrogen menjadi frekuensi,
kita menemukan properti penasaran bahwa frekuensi pasangan tertentu yang
ditambahkan bersama-sama memberikan frekuensi lain yang muncul dalam
spektrum. Setiap model atom hidrogen yang berhasil harus dapat menjelaskan
terjadinya keteraturan aritmatika yang menarik ini dalam spektrum emisi.

Contoh soal

17
E. Model Bohr

Setelah proposal Rutherford bahwa muatan massa dan muatan positif


terkonsentrasi di wilayah yang sangat kecil di pusat atom, fisikawan Denmark
Niels Bohr pada tahun 1913 (saat bekerja di laboratorium Rutherford)
mengemukakan bahwa atom tersebut menyerupai sistem planet miniatur,
dengan elektron beredar tentang nukleus seperti planet yang beredar tentang
Matahari. Atom demikian tidak runtuh di bawah pengaruh kekuatan Coulomb
elektrostatik dari nukleus pada elektron karena alasan yang sama bahwa
sistem tata surya tidak runtuh di bawah pengaruh gaya gravitasi Matahari di
planet-planet. Dalam kedua kasus tersebut , gaya yang menarik memberikan
percepatan sentripetal yang diperlukan untuk mempertahankan gerak orbital.
Saat itu Rutherford telah membuat model atom yang mengambil
analogi sistem tata surya yang mana planet-planet bergerak mengitari
matahari. Model planet untuk suatu atom Rutherford bermuara pada
kesimpulan :
1. Elektron atom hidrogen yang beredar disekitar inti hanya mempunyai
waktu edar sekitar 10-6 detik, kemudian elektron tersebut jatuh ke dalam
inti.hal ini terjadi karena dalam pemahaman klasik elektron akan
memancarkan energinya selama mengitari inti atom.
2. Spektrum optik dari atom hidrogen (atau atom yang lain) adalah spectrum
kontinu.
Dua kesimpulan tersebut ternyata tidak sesuai dengan hasil
eksperimen Balmer yang berupa spectrum garis (diskrit) untuk hidrogen dan
spectrum pita untuk gas nitrogen.Untuk mengatasi masalah ini Neils Bohr
mengajukan model atom hidrogen yang berdasar pada postulat-postulat
berikut :
1. Elektron bergerak mengitari proton di dalam atom hydrogen dengan gerak
melingkar serba sama dengan gaya Coulomb dan sesuai dengan hukum
Newton.

18
2. Orbit yang diijinkan hanya orbit yang memungkinkan momentum sudut
elektron adalah kelipatan bulat dari h / 2 .
Di kalangan ilmuan pandangan radikal Bohr ini dikenal sebagai 2
postulat (dalil) Bohr kedua postulat adalah :
1. Berlawanan dengan teori elektromagnetik klasik, dalam suatu sistem
atom, elektron tidak memancarkan radiasi ketika ia mengorbit inti atom.
Lintasan-lintasan dimana elektron dapat mengorbit tanpa memancarkan
radiasi dinamakan lintasan stasioneratau orbit stabil.
2. Pemancaran dan penyerapan gelombang electromagnet dalam suatu
atom berhubungan erat dengan transisi elektron dari dua lintasn
stasioner.
Seperti yang akan kita bahas nanti, model Bohr tidak memberikan
pandangan yang benar tentang struktur aktual dan sifat atom, namun ini
merupakan langkah pertama yang penting dalam mencapai pemahaman
tentang atom. Pandangan yang benar membutuhkan metode mekanika
kuantum, yang akan kita bahas di Bab selanjutnya. Kami mempertimbangkan
kesederhanaan atom hidrogen, dengan satu elektron yang beredar tentang inti
yang memiliki muatan positif tunggal, seperti pada Gambar 1.11.

Gambar 1.11 Model Atom Bohr


(Z=1 Bagi Hidrogen)

Jari-jari orbit melingkar adalah r, dan elektron (massa m) bergerak


dengan kecepatan tangensial konstan v. Gaya Coulomb yang menarik
memberikan percepatan sentripetal v 2 / r , jadi

19
1 q1 q 2 1 e 2 mv 2
F   (1.14)
40 r2 40 r 2 r
Memanipulasi persamaan ini, kita dapat menemukan energi kinetik elektron
1 2 1 e2
K mv  (1.15)
2 80 r 2

Energi potensial dari sistem nukleus elektron adalah energi potensial Coulomb:
q1q 2
1 1 e2
U  (1.16)
40 r 40 r 2

Energi total E = K + U diperoleh dengan menambahkan Persamaan. 1.15 dan


1.16:

1 e2  1 e2  1 e2
E  K U        (1.17)
80 r 2  40 r 2  80 r 2

Kami telah mengabaikan satu kesulitan serius dengan model ini sejauh ini.
Fisika klasik mensyaratkan bahwa muatan listrik yang dipercepat, seperti elektron
yang mengorbit, harus terus menerus memancarkan energi elektromagnetik.
Karena memancarkan energi ini, energi totalnya akan berkurang, elektron akan
berputar menuju nukleus, dan atom akan runtuh. Untuk mengatasi kesulitan ini,
Bohr membuat sebuah hipotesis berani dan berani - dia mengusulkan bahwa ada
beberapa keadaan gerak khusus tertentu, yang disebut keadaan stasioner, di mana
elektron itu ada tanpa memancarkan elektromagnetik. Energi, menurut Bohr,
momentum sudut L elektron mengambil nilai yang adalah kelipatan bilangan bulat
dari h Di daerah stasioner, momentum sudut elektron mungkin memiliki
magnitudo h,2h,3h,...., namun tidak pernah bernilai 2,5h atau 3,1h . Ini disebut
kuantisasi momentum sudut.

Dalam orbit melingkar, vektor posisi r yang menempatkan elektron relatif

terhadap nukleus selalu tegak lurus terhadap momentum liniernya p . Momentum

20
⃗ =𝒓
sudut, yang diindikasikan sebagai 𝑳 ⃗ 𝒙𝒑
⃗ memiliki magnitudo L = rp = mvr
ketika ⃗𝒓tegak lurus terhadap ⃗𝒑 . Jadi postulat Bohr adalah

mvr  nh (1.18)

dimana n adalah bilangan bulat (n = 1,2,3, ...). Kita bisa menggunakan ungkapan
ini dengan Pers. (1.15) untuk energi kinetik

2
1 2 1  nh  1 e2
mv  m   (1.19)
2 2  mr  80 r 2

untuk menemukan nilai radius r:

40 h 2 2
rn  2
n  a0 n 2 (n  1,2,3....) (1.20)
me

dimana radius Bohr a 0 didefinisikan sebagai

40 h 2
a0   0,0529 nm (1.21)
me 2

Gambar 1.12Tingkat-Tingkat Energi


Atom Hidrogen

Hasil penting ini sangat berbeda dengan yang kita harapkan dari fisika
klasik. Satelit dapat ditempatkan ke orbit Bumi pada radius yang diinginkan
dengan mendorongnya ke ketinggian yang sesuai dan kemudian memberikan
kecepatan tangensial yang tepat. Ini tidak berlaku untuk orbit elektron saja - hanya

21
jari-jari tertentu yang diperbolehkan oleh model Bohr. Jari-jari orbit elektron
mungkin 𝑎0 , 4𝑎0 , 9𝑎0 , 16𝑎0 , dan seterusnya, tapi tidak pernah 3𝑎0 atau 4𝑎0 .
Panjang gelombang Hidrogen dalam Model Bohr

Kita sebelumnya membahas spektrum emisi dan penyerapan hidrogen


atom, dan pembahasan kita tentang model Bohr tidak lengkap tanpa memahami
asal mula spektrum ini. Bohr mendalilkan bahwa, meskipun elektron tidak
memancar bila tetap berada dalam keadaan stasioner tertentu, ia dapat
memancarkan radiasi saat bergerak ke tingkat energi yang lebih rendah. Pada
tingkat yang lebih rendah, elektron memiliki lebih sedikit energi daripada pada
tingkat aslinya, dan perbedaan energi muncul sebagai kuantum radiasi yang
energinya sama dengan perbedaan energi antara level.Artinya, jika elektron
melompat dari 𝑛 = 𝑛1 ke 𝑛 = 𝑛2 , seperti pada Gambar 1.13.

Gambar 1.13 Sebuah Elektron Melompat dari


Keadaan n1 ke keadaan n2 dan
Memancarkan Sebuah Foton
hf  En1  En 2 (1.22)
atau

me 4  1 
f   2  12  (1.23)
64 3 0 h 3  n2 n 1 
2

22
Jadi, panjang gelombang radiasi yang dipancarkan adalah

c 64 3 0  3  n12 n22 


2
   2 
2 
v me4  n1  n2 
(1.24)
1  n12 n22 
  
R  n12  n22 

Tetapan R yang disebut tetapan Rydberg, bernilai 1,0973731 x 10-7 m-1

Contoh:

Carilah panjang gelombang transisi dari n1 = 3 ke n2 = 2 dan dari n1 = 4 ke n2 = 2.

Pemecahan:

1  n12 n22 
Persamaan     memberikan
R  n12  n22 

1  3222 
  2 2   656,1 nm
1,0973731 x 107 3 2 

dan

1  42 22 
  2 2   486 nm
1,0973731 x 107 4 2 

Model Bohr juga membantu kita memahami mengapa atom tidak


menyerap dan memancarkan radiasi pada semua panjang gelombang yang sama.
Atom terisolasi biasanya hanya ditemukan di tanah; keadaan tereksitasi hidup
untuk waktu yang sangat singkat (kurang dari 10−9 s) sebelum membusuk ke
keadaan dasar. Oleh karena itu, spektrum penyerapan hanya berisi transisi dari
keadaan dasar. Dari Gambar 5.20, kita melihat bahwa hanya radiasi seri Lyman
yang dapat ditemukan dalam spektrum penyerapan hidrogen. Sebuah atom
hidrogen dalam keadaan dasarnya dapat menyerap radiasi 10.20eV dan mencapai

23
keadaan tereksitasi pertama, atau 12.09 eV dan mencapai keadaan tereksitasi
kedua, dan seterusnya. Atom hidrogen tidak dapat menyerap foton energi 1.89 eV
(garis pertama dari Balmer series), karena atom awalnya tidak berada di level n =
2. Oleh karena itu, deret Balmer tidak ditemukan dalam spektrum serapan.

Atom dengan Z> 1

Teori Bohr untuk hidrogen dapat digunakan untuk atom dengan elektron
tunggal, bahkan jika muatan hidrogen Z lebih besar dari 1. Misalnya, kita dapat
menghitung tingkat energi helium terionisasi tunggal (helium dengan satu
elektron dihapus), lithium terionisasi ganda, dan sebagainya. Biaya listrik nuklir
memasuki teori Bohr hanya di satu tempat - dalam ekspresi untuk gaya
elektrostatik antara nukleus dan elektron, Persamaan1.24. Untuk inti Ze, gaya
Coulomb yang bekerja pada elektron adalah

F
1 q1 q 2

ze ze  (1.24)
40 r 2
40 r 2

Sekarang Kita memiliki 𝑍𝑒 2 . Dengan membuat substitusi yang sama dalam hasil
akhir, kami dapat menemukan jari-jari yang diizinkan:

40 h 2 2 a0 n 2
rn  n  (1.25)
Ze 2 m z

24
dan energi menjadi

( Ze 2 ) 2 1 Z2
En  m   (13.60 eV ) (1.26)
32 2  0 h 2 n
2 2
n2

Orbit di atom Z yang lebih tinggi lebih dekat ke nukleus dan memiliki energi
(negatif) yang lebih besar; Artinya, elektron lebih erat terikat pada nukleus.

F. Percobaan Franck-Hertz

Mari kita bayangkan percobaan berikut, dilakukan dengan peralatan


yang ditunjukkan secara skematis pada Gambar 1.14. Sebuah cincin
memanaskan katoda, yang kemudian memancarkan elektron. Elektron ini
dipercepat ke arah grid dengan beda potensial V, yang kita kontrol. Elektron
melewati grid dan mencapai pelat jika V melebihi Vo, suatu tegangan
retarding kecil antara grid dan pelat. Arus elektron yang mencapai pelat
diukur menggunakan ammeter A.

Gambar 1.14 PeralatanFranck-Hertz. Elektron


meninggalkan katoda C, dipercepat oleh
voltase V ke arah grid G, dan mencapai
pelat P dimana direkam pada ammeter
A.

Sekarang anggaplah tabung itu diisi dengan gas hidrogen atom pada
tekanan rendah. Saat tegangan dinaikkan dari nol, semakin banyak elektron
yang mencapai pelat, dan arusnya naik sesuai dengan itu. Elektron di dalam
tabung bisa membuat tabrakan dengan atom hidrogen, namun kehilangan
energi dalam tabrakan ini-tumbukannya sangat elastis. Satu-satunya cara
elektron dapat melepaskan energi dalam tumbukan adalah jika elektron

25
memiliki energi yang cukup untuk menyebabkan atom hidrogen melakukan
transisi ke daerah yang mudah tereksitasi. Dengan demikian, apabila energi
elektron mencapai dan sedikit melebihi energi 10,2 eV (atau ketika tegangan
mencapai 10,2 eV), elektron dapat melakukan tumbukan tak elastis dengan
atom hidrogen, dan meninggalkan energi 10,2 eV pada atom hidrogen (yang
sekarang berada pada tingkat n = 2), sedangkan elektron setelah tumbukan
bergerak dengan energi yang lebih rendah. Dengan demikian, jika elektron
harus melewati kisi dan energinya tidak cukup untuk mengatasi tegangan
perlambat rendah, ia tidak dapat mencapai pelat anoda. Jadi, apabila V = 10,2
V, akan teramati penurunan arus. Bila V dinaikkan menjadi lebih besar,
arusnya akan naik kembali, dan kemudian turun lagi ketika V = 12,1 V; pada
tegangan ini tumbukan tak elastik menyebabkan atom hidrogen tereksitasi ke
tingkat n = 3. Proses ini akan terus berlangsung hingga V = 13,6 V, pada
tegangan ini tumbukan akan menyebabkan atomnya terionisasi. Jika V
dinaikkan terus, akan segera tampak efek tumbukan jamak.
Percobaan ini harus memberi bukti yang cukup langsung untuk
keberadaan keadaan tereksitasi atomik. Sayangnya, tidak mudah melakukan
percobaan ini dengan hidrogen, karena hidrogen terjadi secara alami dalam
bentuk molekul H2, bukan dalam bentuk atom. Molekul dapat menyerap
energi dengan berbagai cara, yang akan membingungkan interpretasi
percobaan. Percobaan serupa dilakukan pada tahun 1914 oleh James Franck
dan Gustav Hertz, menggunakan tabung yang berisi uap merkuriyang
memberikan bukti nyata untuk keadaan tereksitasi pada 4.9eV; Setiap kali
voltase adalah kelipatan 4,9 V, penurunan arus muncul. Secara kebetulan,
spektrum emisi merkuri menunjukkan garis ultraviolet kuat dari panjang
gelombang 254nm, yang sesuai dengan energi 4.9eV; ini hasil dari transisi
antara 4,9-eV tereksitasi yang sama dan keadaan dasar. Percobaan Franck-
Hertz menunjukkan bahwa elektron harus memiliki energi minimum tertentu
untuk membuat tabrakan inelastis dengan atom; Sekarang kita menafsirkan
energi minimum itu sebagai energi dari keadaan tereksitasi atom. Franck dan
Hertz dianugerahi Hadiah Nobel Fisika tahun 1925 untuk karya ini.

26
G. Asas Persesuaian

Telah kita lihat bahwa model Bhor memungkinkan kita menghitung


panjang gelombang berbagai transisi dalam atom hidrogen yang
kesesuaiannya dengan panjang gelombang yang diamati dalam beraneka
ragam spektrum pancar dan serap sangatlah mengesankan. Namun, untuk
memperoleh kesesuaian ini, Bohr terpaksa harus mengajukan dua postulat
yang merupakan suatu loncatan radikal dari fisika klasik. Terutama postulat
yang mengatakan bahwa sebuah elektron dalam model model atom Bhor,
yang mengalami percepatan sewaktu beredar dalam garis edar lingkaran,
tidak meradiasikan energi elektromagnet( kecuali jika ia berpindah ke garis
edar lainnya). Ini melanggar hukum fisika klasik, yang mengatkan bahwa
sebuah partikel bermuatan meradiasikan energi elektromagnet bila
mengalami percepatan. Perhatikan bahwa di sini kita melakukan suatu hal
yang sangat berbeda dari yang kita lakukan dalam kajian mengenai teori
relativitas member anda akan teringat kembali misalnya bahwa teori relavitas
memberi pernyataan energi kinetik dalam bentuk K  E  E0 , sedangkan

fisika klasik memberi bentuk berbeda K  1 mv 2 ; tetapi telah kita


2

perlihatkan bahwa E  E 0 tersederhanakan menjadi 1 mv 2 apabila v  c.


2
Jadi, kedua pernyataan ini sebenarnya tidaklah terlalu berbeda yang satu
ternyata merupakan hal khusus dari yang lainnya.
Dilema yang berkaitan dengan elektron yang dipercepat bukanlah
semata-mata persoala fisika atom (sebagai satu contoh dari fisika
kuantum)sebagai suatu hal khusus dari fisika klasik, melainkan apakah
elektron yang dipercepat meradiasikan elektromagnet atau tidak! Dilema ini
dipecahkan oleh Bohr dengan mengajukan asas persesuaian (correspondence
principle), yang mengatakan bahwa hukum fisika klasik hanyalah berlaku
dalam ranah klasik, sedangkan hukum fisika kuantum berlaku dalam ranah
atom; pada ranah di mana bertumpang-tindi, kedua himpunan hukum fisika
itu harus memberikan hasil yang sama.

27
Marilah kita lihat bagaimana asas ini dapat kita terapkan pada atom
Bohr.Menurut fisik klasik, sebuah partikel bermuatan elektrik yang bergerak
sepanjang sebuah lingkaran meradiasikan gelombang elektromagnetiknya.
Untuk gerak edar elektron dalam atom, periode gerak melingkar adalah jarak
tempuh suatu gerak edar, 2r , dibagi denganlaju edar v  2 K / m , dengan K
adalah energi kinetik. Jadi, dengan menggunakan pernyataan (1.15) bagi
energi kinetik, periode T diberikan oleh

2r r 2m 80 r
T  (1.26)
2K / m e
Karena frekuensi v adalah kebalikan periode maka
1 e
v  (1.27)
T 16 3 0 mr 3

Dengan menggunakan pernyataan (1.20) bagi jari-jari orbit yang


diperkenankan, kita peroleh
me 4
1
vn  (1.28)
32   n 3
3 2
0
3

Sebuah elektron klasik yang bergerak dalam orbit lingkaran berjari-jari rn

akan meradiasikan gelombang elektromagnet dengan frekuensi vn ini.


Jika kita perbesar jari-jari atom Bohr menjadi sangat besar mulai dari
objek berukuran kuantum (10-10 m) hingga ke ukuran laboratorium (10-3 m),
dapatlah kita harapkan bahwa atomnya berperilaku secara klasik karena jari-
jari bertambah dengan pertambahan n seperti n2, kita harapkan bahwa untuk n
pada rentang 103-104, atomnya berperilaku secara klasik. Karena itu, marilah
kita hitung frekuensi radiasi yang dipancarkan oleh aton yang demikian
apabila elektron meloncat turun dari orbit n ke orbit n-1. Menurut Persamaan
(1.23), frekuensi adalah

me 4  1 1 
vn    
64 3 02  3  n  12 n 2 
(1.29)
me 4 2n  1

64  0  n n  12
3 2 3 2

28
Jika n besar sekali, kita dapat hampiri n-1 dengan n dan 2n-1 dengan
2n, yang memberikan
me 4 2n
v 
64   n 4
3 2
0
3

(1.30)
me 4 1

32  0  n 3
3 2 3

Gambar 1.15 (atas) Atom kuantum besar. Foton-foton


dipancarkan dalam prosestransisi diskret
ketika elekton meloncat ke tingkat-tingkat
yang lebih rendah. (Bawah)atom klasik.
Foton-foton dipancarkan secara kotinu
oleh elektron yang mengalami percepatan.

Ini identik dengan Persamaan (1.28) bagi frekuensi klasik. Elektron


“klasik” berspiral secara mulum menuji inti atom, sambil meradiasikan
dengan frekuansi yang diberikan oleh (1.28), sedangkan elektron “kuantum”
meloncat dari orbit n ke orbit (n-1) dan kemudian ke orbit (n-2), dan
seterusnya, meradiasi dengan frekuensi yang diberikan oleh pernyataan yang
sama (6.48). (apabila orbit-orbit lingkaran ini besar sekali, maka loncatan dari
suatu orbit lingkarak ke orbit berikutnya yang lebih kecil tampaknya
menyerupai sebuah spiral, seperti pada Gambar 1.15.)
Dalam rentang nyang besar, dalam mana fisika klasik dan kuantun
bertumpang-tindih, pernyataan klasik dan kuantum bagi frekuensi radiasi

29
keduanya identik.Ini adalah salah satu contoh penerapan asas persesuaian
Bohr.Penerapan asas persesuaian ini tidak hanya terbatas pada atom
Bohr.Asas ini juga penting untuk memahami bagaimana kita beranjak dari
ranah mana berlaku hukum-hukum fisika klasik ke ranah dalam mana berlaku
hukum-hukum fisika kuantum.

H. Beberapa Kelemahan Model Atom Bhor

Model Bhor memberikan kita suatu gambaran jelas mengenai


bagaimana elektron-elektron bergerak mengeliling inti atom, dan sebagaian
besar usaha kita untuk menjelaskan perilaku berbagai atom merujuk ke
gamabaran ini, meskipun model ini tidaklah terlalu benar. Sungguh
mengesankan (mungkin secara kebetulan) bahwa keberhasilan model ini,
dengan gagasanbarunya tentan tingkat energi diskret dan keadaan mantap
dikemukakan satu dawarsa lebih dahulu sebelum pencetusan karya deBroglie
dan kelahiran mekanika gelombang.
Kendatipun keberhasilan Bhor ini mengesankan, model ini masih
belum lengkap.Ia hanyalah bermanfaat bagi atom-atom yang mengandung
satu elektron (hidrogen, ion helium satu, ion litium tiga, dan seterusnya),
tetapi tidak dengan atom-atom dengan dua elektronatau lebih, karena gaya
yang ditinjau hanya antara elektron dan inti atom, sedangkan gaya antar
elektron diabaikan. Selanjutnya, bila kita mengamati spektrum pancar dengan
lebih teliti, kita dapati bahwa kebanyakan garis spektrum pancar dengan lebih
teliti, kita dapati bahwa kebanyakan garis spektrum ternyata bukanlah sebuah
garis tunggal, melainkan terdiri atas gabungan dua atau lebih garis yang
sangat rapat; model Bhor ternyata tidak dapat menjelaskan dublet spektrum
garis. Model ini juga terbatas kegunaannya sebagai dasar untuk menghitung
sifat-sifat atom lainnya; meskipun kita dapat menghitung secara teliti enegi
berbagai garis spektrum, kitan menghitung intensitasnya. Sebagai contoh,
seberapa seringkah sebuah elektron pada tingkat n=3 akan meloncat secara
langsung ke keadaan n=1, dengan memancarkan foton yang bersangkutan,
dan berapa seringkah ia akan meloncat pertama-tama ketingkat n=2 dan

30
kemudian ketingkat n=1, dengan memancarkan dua buah foton? Suatu materi
yang lengkap seyogianya member cara untuk menghitung sifat ini.
Kelemahan yang lebih parah dari model ini adalah bahwa ia sama
sekali melanggar asas ketidakpastian. (sekedar untuk membela model Bhor
ini, ingat bahwa model ini diajukan satu dawarsa sebelum diperkenalkannya
mekanika gelombang, dengan gagasan ketidakpastiannya). Hubungan
ketidakpastian xp x   berlaku untuk semua arah dan ruang. Jika kita

memilih arah radial, maka rpr  . untuk sebuah elektron yang bergerak
dalam suatu orbit lingkaran, maka nilai r-nya kita ketahui secara pasti, jadi
r  0. Jika ia bergerak dalam suatu lingkaran, maka kita ketahui pula p r
secara pasti (sebenarnya adalah nol), sehingga pr  0. Mengetui r dan p r
sekaligus secara pasti melanggar asas ketidakpastian. Namun dengan
demikian kita tidak berkeinginan untuk mengesampingkan model ini. Model
Bohr memberikan kita suatu gambaran mental yang bermanfaat mengenai
struktur sebuah atom. Ada banyak sifat atom lainnya.Terutama yang
berkaitan dengan kemagnetan, yang dapat dipahami berdasarkan orbit-orbit
Bohr.
Kesuksesan teori Bohr tahun 1913-1914 yaitu mampu menerangkan
spektrum dari atom yang mempunyai satu elektron pada kulit
terluarnya.Secara singkat kelemahan teori Bohr dapat di rangkum sebagai
berikut.
1. Tidak dapat menerangkan spektrum dari atom yang pada kulit terluarnya
mempunyai lebih dari 1 elektron.
2. Tidak dapat menerangkan terjadinya garis spektral tambahan ketika atom
hidrogen diletakkan pada pmedan listik atau medan magnet.
3. Tidak mampu menghitung besarnya panjang gelombang spektral
tambahan ini, bahkan tidak meramalkan keadaan garis ini sama sekali.
Hal lain yang menjadi masalah dalam atom Bohr adalah anggapan
Bohr bahwa orbit berupa satu garis lingkaran. Orbit ini hanya ada dalam teori
saja tapi tidak akan pernah dapat diselidiki garis lingkaran. Orbit ini hanya

31
dalam teori saja tapi tidak akan pernah dapat diselidiki secara langsung
melalui eksperimen. Tidak seperti orbit planet yang posisinnya dapat
diketahui secara persis, posisi elektron tidak pernah dapat ditetapkan secara
persis (ini berhubungan dengan prinsip ketidakpastian elektron). Itulah
sebabnya kadang-kadang orang menggambarkan lintasan elektron berupa
awan-awan.

32
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Semua atom stabil, mereka tidak membela diri secara spontan menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil. Semua gaya dalam yang mengikat atom
haruslah berimbang. Ini berarti semua gaya tarik dalam atom tentulah saling
berlawanan, karena bila tidak demikian, semua atom dalam semesta ini akan
berantakan.

Model struktur atom pertama adalah yang dikemukakan oleh J.J.


Thomson, yang telah terkenal karena keberhasilannya mencirikan electron
dan mengukur nisbah muatan terhadap massa (e/m) electron. Model atom ini
berhasil menerangkan banyak sifat atom yang diketahui seperti : ukuran,
massa, jumlah electron dan kenetralan muatan elektrik. Dalam model ini,
sbuah atom dipandang mengandung Z elektron yang dibenamkan dalam suatu
bola bermuatan positif seragam.
Ernest Rotherford melakukan pengujian terhadap teori atom
Thomson, dengan cara menembaki lempengan emas yang sangat tipis
(dengan ketebalan 0.01 mm) dengan partikel alfa. Jika model atom Thomson
itu benar, maka gerakan partikel alfa tidak akan dibelokkan sewaktu
menumbuk lempeng emas.Namun, Rutherford mendapatkan hasil bahwa
ternyata partikel alfa yang ditembakkan tidak semuanya mampu menembus
lempeng emas secara lurus.
Radiasi dari atom dapat diklasifikasikan menjadi spektra terus
menerus dan spektrum diskrit atau garis. Dalam spektrum yang terus
menerus, semua panjang gelombang dari beberapa minimum, mungkin 0,
sampai beberapa maksimum, mungkin mendekati∞, dipancarkan. Radiasi dari
benda yang panas dan bercahaya adalah contoh dari kategori ini.
Fisikawan Denmark Niels Bohr pada tahun 1913 (saat bekerja di
laboratorium Rutherford) mengemukakan bahwa atom tersebut menyerupai

33
sistem planet miniatur, dengan elektron beredar tentang nukleus seperti planet
yang beredar tentang Matahari. Atom demikian tidak runtuh di bawah
pengaruh kekuatan Coulomb elektrostatik dari nukleus pada elektron karena
alasan yang sama bahwa sistem tata surya tidak runtuh di bawah pengaruh
gaya gravitasi Matahari di planet-planet. Dalam kedua kasus tersebut , gaya
yang menarik memberikan percepatan sentripetal yang diperlukan untuk
mempertahankan gerak orbital.
Apabila energi elektron mencapai dan sedikit melebihi energi 10,2 eV
(atau ketika tegangan mencapai 10,2 eV), elektron dapat melakukan
tumbukan tak elastis dengan atom hidrogen, dan meninggalkan energi 10,2
eV pada atom hidrogen (yang sekarang berada pada tingkat n = 2), sedangkan
elektron setelah tumbukan bergerak dengan energi yang lebih rendah.
Bohr terpaksa harus mengajukan dua postulat yang merupakan suatu
loncatan radikal dari fisika klasik. Terutama postulat yang mengatakan bahwa
sebuah elektron dalam model model atom Bhor, yang mengalami percepatan
sewaktu beredar dalam garis edar lingkaran, tidak meradiasikan energi
elektromagnet ( kecuali jika ia berpindah ke garis edar lainnya).
Kendatipun keberhasilan Bhor ini mengesankan, model ini masih
belum lengkap.Ia hanyalah bermanfaat bagi atom-atom yang mengandung
satu elektron (hidrogen, ion helium satu, ion litium tiga, dan seterusnya),
tetapi tidak dengan atom-atom dengan dua elektron atau lebih, karena gaya
yang ditinjau hanya antara elektron dan inti atom, sedangkan gaya antar
elektron diabaikan

B. Saran

Berdasarkan materi-materi yang telah penulis jelaskan dalam makalah


mengenai Model Atom Rutherford-Bohr pasti ada kekurangan maupun
kelebihannya. Adapun kritik dan saran dapat disampaikan ke penulis agar
dapat memperbaiki makalah ini, baik dari segi penulisan, materi, maupun tata
bahasa yang disampaikan. Penulis mengharapkan pembaca dapat mengambil
manfaat dari makalah yang telah dibuat ini.

34
DAFTAR PUSTAKA

Beisher, Arthur. 1999. Konsep Fisika Modern Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga

Gautreau, Ronald dan William Savin. 2006. Fisika Modern. Jakarta: Erlangga

Kenneth S., Krane. 1992. Fisika Modern. Jakarta: Universitas Indonesia

Purwanto, Agus. 2005. Fisika Kuantum. Yogyakarta: Gava Media


GLOSARIUM

Atom : Unsur kimia terkecil (setelah nuklir yang dapat berdiri


sendiri dan dapat bersenyawa dengan yang lain

Elektromagnetik : Dihasilkan oleh elektromagnetisme.


Elektron : Satuan muatan listrik negatif.
Energi : Kemampuan untuk melakukan kerja (misalnya untuk
energi listrik da mekanika).

Energi kinetik : Energi yang disebabkan oleh gerak suatu massa; tenaga
gerak

Foton : Partikel dasar atau kuantum radiasi elektomagnet


Frekuensi : Jumlah getaran gelombang elektrik per detik pada
gelombang elektromagnetik
Gaya : Dorangan atau tarikan yang akan menggerakkan benda
bebas (tak terikat); Besaran yang mempunyai besaran dan
arah tertentu

Gelombang : Getaran yang merambat


Jari-jari : Garis lurus dari titik pusat ke keliling buatan (lingkaran)
Kuantum : Bagian dari energi yang tidak dapat dibagi lagi
Massa : Suatu sifat fisika dari suatu benda untuk menjelaskan
berbagai perilaku objek.
Mekanika : Cabang fisik mengenai gerak dan rehatnya benda dan
penyebab gerak atau rehatnya benda itu.
Mol : Satuan pengukuran untuk jumlah zat
Molekul : Bagian dari suatu benda yang terkecil yang masih
mempunyai sifat benda asalnya
Neutron : Salah satu jenis partikel pembentuk struktur atom yang
tidak memiliki muatan
Percepatan : Laju perubahan kecepatan vektor
Periode : Waktu yang diperlukan untuk melakukan satu kali
getaran.
Proton : Satuan muatan listrik positif
Radiasi : Pemancaran dan perambatan gelombang yang membawa
tenaga melalui ruang atau zantara, misalnya pemancaran
dan perambatan gelombang elektromagnetik.
Spektral : Hasill interaksi antara energi elektromagnetil (EM)
dengan suatu objek. Objek yang ada di permukaan bumi
mempunyai karakteristik yang berbeda satu dengan
lainnya (khas).
Spektrum Sebuah keadaan atau harga yang tidak terbatas hanya
pada suatu set harga saja tetapi dapat berubah secara tak
terbatas di dalam sebuah kontinum.

1
Volume : Perhitungan seberapa banyak ruang yang bisaditempatkan
dalam suatu objek
:

Anda mungkin juga menyukai