NIM : 11020120067
Kelas : G2.4
8. Deskripsikan isu manajemen apa saja yang ditimbulkan oleh computer di kelas !
Dalam pengaturan kelas selalu dibutuhkan media pembelajaran untuk membuat proses
belajar menjadi lebih efektif. Salah satu media belajar yang saat ini banyak digunakan
dalam lingkungan sekolah adalah computer. Computer saat ini bukanlah menjadi suatu hal
yang asing dalam pembelajaran, tetapi dalam proses penggunaannya di dalam kelas tidak
semua siswa mampu memiliki computer untuk menunjung proses belajar mereka. Ini
menjadi isu yang penting, dimana guru dituntut untuk mengikuti perkembangan teknologi
untuk mempermudah proses belajar, namun terhambat oleh ketidakmampuan semua siswa
memiliki satu media belajar ini.
9. Simpulkan apa yang akan dilakukan oleh manajer kelas yang efektif dan tidak efektif
pada minggu pertama sekolah.
a. Manajer kelas yang efektif
Pada hari pertama semuanya harus diatur dengan baik mulai dari nametag, bahan ajar, dan
sebisa mungkin menghindari pemberian tugas pada siswa. Guru yang efektif akan
menjelaskan harapan mereka seiring dengan penjelasan mengenai aturan yang diterapkan
dengan penjelasan yang mudah dipahami siswa. Sepanjang minggu-minggu pertama, para
manajer yang efektif terus menghabiskan cukup banyak waktu untuk mengajarkan aturan
dan prosedur. Guru-guru ini bekerja dengan kelas secara keseluruhan dalam kegiatan
akademik yang menyenangkan. Mereka tidak terburu-buru untuk memasukkan siswa ke
dalam kelompok-kelompok kecil atau memulainya dengan pembaca. Perilaku buruk
dihentikan dengan cepat dan tegas, tetapi tidak dengan kasar (Woolfolk, 2020).
b. Manajer kelas yang tidak efektif
Di ruang kelas yang dikelola dengan buruk, Aturan tidak bisa diterapkan entah itu aturan
yang tidak jelas atau aturan malah bersifat rumit sehingga siswa tidak bisa memahaminya.
Baik perilaku positif maupun negatif tidak memiliki konsekuensi yang jelas dan konsisten.
Setelah siswa melanggar aturan, manajer yang tidak efektif memberikan kritik yang tidak
jelas, mereka mengeluarkan peringatan, tetapi tidak menindaklanjuti dengan konsekuensi
yang mengancam (Woolfolk, 2020). Di kelas yang dikelola dengan buruk, prosedur untuk
menyelesaikan tugas rutin bervariasi dari hari ke hari dan tidak pernah diajarkan atau
dipraktikkan, sehingga Seringkali siswa berbicara satu sama lain karena mereka tidak ada
yang produktif untuk dilakukan. Guru yang tidak efektif sering meninggalkan ruangan.
Banyak yang menjadi asyik dengan dokumen atau hanya membantu satu siswa. Mereka
tidak membuat rencana tentang bagaimana menangani siswa yang datang terlambat atau
interupsi. Seorang manajer yang tidak efektif mencoba mengajar siswa untuk menanggapi
bel sebagai tanda perhatian, tetapi kemudian membiarkan siswa mengabaikannya
(Woolfolk, 2020).
10. Berikan pendapatmu apakah motivasi belajar dan manajemen kelas berhubungan erat?
Jika setuju, berikan buktinya, jika tidak setuju, berikan buktinya.
Menurut saya, motivasi belajar memiliki hubungan yang erat dengan manajemen kelas.
Setiap proses pembelajaran, kondisi kelas harus direncanakan dan diusahakan supaya terhindar
dari situasi tidak kondusif yang nantinya mempengaruhi proses belajar siswa dan membuat
siswa susah focus yang mana akan berpengaruh pada motivasi belajar mereka (Sumar et al.,
2020). Ketika siswa memiliki manajer yang efektif yang mampu mengelola kelas mereka
dengan baik dan tepat, maka siswa akan lebih bersifat teratur dan nyaman ketika belajar dikelas
sehingga otomatis ini akan membuat siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi. Selain itu,
motivasi belajar siswa juga akan muncul ketika mereka sudah memiliki gambaran yang jelas,
arah yang jelas, tentang prosedur dan aturan yanga ditetapkan di dalam kelas karena mereka
mengetahui konsekuensi apa saja yang muncul jika mereka melanggar aturan dan prosedur
tersebut.
Pernyataan setuju saya bahwa motivasi belajar berhubungan dengan manajemen kelas
dibuktikan dengan adanya beberapa penelitian yang menyatakan hal senada. Penelitian yang
dilakukan oleh (Manullang, 2019) hasilnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara pengelolaan kelas dengan motivasi belajar PKn pada siswa kelas X di SMA
Nasrani 3 Medan. Kemudian, penelitian milik (Santoso et al., 2017) bahwa manajemen kelas
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi belajar mahasiswa, yang berarti
apabila manajemen kelas bagus dan feektif maka motivasi belajar mahasiswa akan tinggi dan
jika manajemen kelas kurang baik maka motivasi belajar mahasiswa akan menurun. Lalu
penelitian (Lewantaur & Noya, 2021) menghasilkan jika kemampuan manajemen kelas dosen
sangat berpengaruh terhadap motivasi mahasiswa dalam belajar.
11. Apa yang harus dilakukan oleh guru supaya siswa tetap ikut terlibat dalam
pembelajaran?
Keterlibatan siswa berfokus pada Pengajaran untuk keterlibatan berpusat pada peserta
didik, yang berarti bahwa pendidikan adalah tentang siswa membangun pengetahuan mereka
sendiri (Zepke et al., 2014). Menurut (Woolfolk, 2020) Secara umum, dengan meningkatnya
pengawasan guru, waktu keterlibatan siswa juga meningkat. Maka, untuk membuat siswa
terlibat dalam pembelajaran seorang guru harus melakukan perencanaan dan pemantauan yang
cermat. Bukan berrati menghilangkan tugas mandiri bagi siswa, tetapi memodifikasi tugas agar
memiliki isyarat yang mana Ketika tugas memberikan isyarat terus menerus kepada siswa
tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya, keterlibatan akan lebih besar. Kegiatan dengan
langkah-langkah yang jelas cenderung lebih menyerap, karena satu langkah secara alami
mengarah ke langkah berikutnya. Ketika siswa memiliki semua bahan yang mereka butuhkan
untuk menyelesaikan tugas, mereka cenderung untuk tetap terlibat. Jika rasa ingin tahunya
terusik, siswa akan termotivasi untuk terus mencari jawaban. Dan, seperti yang Anda ketahui
sekarang, siswa akan lebih terlibat jika mereka terlibat dalam tugas-tugas otentik—aktivitas
yang memiliki hubungan dengan kehidupan nyata (Woolfolk, 2020).
Menurut (Reeve et al., 2004) Siswa menanggapi dengan baik gaya guru mereka yang lebih
mendukung otonomi dengan keterlibatan yang lebih besar. Maka, keterlibatan siswa sensitif
terhadap perubahan dalam gaya memotivasi guru mereka. Hal ini sejalan dengan pendapat
(Woolfolk, 2020) bahwa ketika manajer kelas (guru) memiliki system yang terencana yang
terbentuk dari motivasi guru itu sendiri, maka itu akan mendorong siswa terlibat lebih jauh
dalam proses pembelajaran di kelas.
12. Uraikan masalah-masalah apa yang bisa muncul dalam manajemen kelas?
Di banyak sekolah dasar, guru menghadapi tantangan mengelola 20 hingga 25 anak yang
sama sepanjang hari. Di sekolah menengah pertama dan atas, guru menghadapi tantangan
untuk mengelola lima atau enam kelompok berbeda yang terdiri dari 20 hingga 25 remaja
selama sekitar 50 menit setiap hari. Dibandingkan dengan siswa sekolah menengah, siswa
sekolah dasar menghabiskan lebih banyak waktu dengan siswa yang sama di ruang kecil dari
satu kelas, dan harus berinteraksi dengan orang yang sama sepanjang hari dapat menimbulkan
perasaan terkurung dan kebosanan serta masalah lainnya (Santrock, 2017). Kemudian, karena
guru sekolah menengah memiliki lebih sedikit waktu dengan setiap siswa di kelas, akan lebih
sulit bagi mereka untuk menjalin hubungan pribadi dengan siswa. Dan guru sekolah menengah
perlu menggerakkan pelajaran di kelas dengan cepat dan mengatur waktu secara efektif, karena
periode kelas sangat singkat. Juga di sekolah menengah, masalah disiplin seringkali lebih
parah, para siswa berpotensi menjadi lebih sulit diatur dan bahkan berbahaya. Karena sebagian
besar siswa sekolah menengah memiliki keterampilan penalaran yang lebih maju daripada
siswa sekolah dasar, mereka mungkin menuntut penjelasan aturan dan disiplin yang lebih rumit
dan logis (Santrock, 2017).
13. Jelaskan factor-faktor yang diidentifikasi oleh Kounin yang dapat mencegah munculnya
masalah-masalah alam manajemen kelas.
a. Withitness. Sebuah gaya manajemen yang dijelaskan oleh Kounin di mana guru
menunjukkan kepada siswa bahwa mereka sadar akan apa yang terjadi. Guru semacam itu
memantau siswa secara teratur dan mendeteksi perilaku yang tidak pantas sejak dini,
sebelum menjadi tidak terkendali (Santrock, 2017).
b. Overlapping dan Focus Group. Menurut (Woolfolk, 2020) Tumpang tindih berarti melacak
dan mengawasi beberapa kegiatan pada waktu yang sama. Mempertahankan fokus
kelompok berarti menjaga sebanyak mungkin siswa terlibat dalam kegiatan kelas yang
sesuai dan menghindari mempersempit hanya satu atau dua siswa. Manajer yang efektif
mampu menangani situasi yang tumpang tindih dengan cara yang tidak terlalu
mengganggu. Misalnya, dalam situasi kelompok membaca, manajer yang efektif dengan
cepat menanggapi siswa dari luar kelompok yang datang untuk mengajukan pertanyaan
tetapi tidak dengan cara yang secara signifikan mengubah aliran aktivitas kelompok
membaca. Saat bergerak di sekitar ruangan dan memeriksa pekerjaan setiap siswa, mereka
terus mengawasi seluruh kelas (Santrock, 2017).
c. Manajemen Gerakan. Manajemen gerakan berarti menjaga pelajaran dan kelompok
bergerak pada kecepatan yang sesuai (dan fleksibel), dengan transisi dan variasi yang
mulus. Guru yang efektif menghindari transisi yang tiba-tiba, seperti mengumumkan
aktivitas baru sebelum menarik perhatian siswa atau memulai aktivitas baru di tengah hal
lain (Woolfolk, 2020).
d. Libatkan siswa dalam berbagai kegiatan yang menantang. Kounin juga menemukan bahwa
manajer kelas yang efektif melibatkan siswa dalam berbagai kegiatan yang menantang
tetapi tidak terlalu sulit. Para siswa sering bekerja secara mandiri daripada diawasi
langsung oleh seorang guru yang mengawasi mereka (Santrock, 2017).
14. Intervensi apa yang bisa diberikan oleh guru terhadap munculnya perilaku buruk?
Deskripsikan
Intervensi yang bisa dilakukan oleh guru tergantung pada permasalahan yang ada di dalam
kelas. Intervensi ini terdiri dari intervensi kecil dan intervensi sedang.Intervensi kecil meliputi
permasalahan yang tidak mengganggu adanya proses belajar dikelasa tapi siswa berperilaku
buruk (Santrock, 2017). Maka, guru bisa memberikan intervensi berupa melakukan
pendekatan pada siswa, karena biasanya siswa yang berperilaku buruk tidak mampu
mengerjakan tugas yang diberikan. Maka, guru harus melakukan pendekatan untuk
membeirkan bimbingan lebih lanjut apabila diperlukan. Kemudian, bisa dengan melakukan
kontak mata dengan siswa dan memberikan isyarat untuk berhenti melakukan kegiatan buruk
tersebut. Yang lain adalah dengan memberitahu siswa secara tegas atas kesalahan yang dia
buat dnegan menjelaskan konsekuensi yang dia terima apabila terus melakukan Tindakan
buruk tersebut. Kemudian, intervensi sedang meliputi permasalahan yang melibatkan
previllege siswa. Guru bisa melakukan time-out atau mengeluarkan siswa dari kelas apabila
itu masih bisa ditolerir dan siswa mau berubah atau memberikan siswa hukuman jika perilaku
tersebut berlanjut.selain itu, guru juga bisa melibatkan orang lain dalam menangani siswa yang
demikian yaitu bisa dengan mentor ataupun mediaasi teman sebaya (Santrock, 2017).
15. Kelas yang “well-managed” membutuhkan jalur komunikasi dua-arah antara guru dan
siswa. Deskripsikan beragam gaya komunikasi yang diterapkan guru ketika berinteraksi
dengan siswa.
Gaya komunikasi guru terdiri dari 3 yaitu komunikasi asertif, komunikasi non-asertif, dan
komunikasi agresif/dominan.
a. Komunikasi asertif. Gaya komunikasi Asertif adalah komunikais yang memiliki ciri
mampu mengekspresikan perasaan dan opini selaras dnegan yang dipikirkan (Sucia, 2016).
Komunikasi asertif ini bersifat terbuka. Memiliki kompetensi dalam komunikasi asertif
melibatkan berbicara untuk dan membela diri demi kepentingan nilai, preferensi dan/atau
tujuan sendiri tanpa melanggar hak orang lain. Tampaknya orang yang teliti, pada
dasarnya, akan menggunakan komunikasi asertif untuk mencapai tujuan mereka (Sims,
2017).
b. Komunikasi Non-asertif. Komunikasi jenis ini lebih cenderung untuk menyembunyikan
apa yang terjadi atau yang sedang dirasakan dan berakhir berdiam diri tidak menyampaikan
opini (Sucia, 2016).
c. Komunikasi agresif. Gaya komunikasi yang ditandai dengan usaha individu untuk selalu
hadir atau mendekatkan diri disetiap kesempatan (Sucia, 2016).
16. Jelaskan bagaimana gaya-gaya komunikasi tersebut mempengaruhi perilaku siswa!
Gaya komunikasi asertif bersifat terbuka dimana guru akan secara terang-terangan
menyatakan hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan siswa. Menyatakan opini secara
jelas. Gaya komuniaksi ini akan mendorong siswa bersikap terbuka juga kepada guru, akan
terbangun rasapercaya dan manajemen kelas nantinya akan berjalan lebih mudah karena baik
guru ataupun siswa sama-sama mengkomunikasikan kebutuhan dan opini masing-masing.
Gaya komunikasi non-aserif akan membuat siswa bersikap lebih tidak bisa diatur, karena
dalam komunikasi ini mungkin guru tidak mampu mengkomunikasikan tujuan belajarnya
sehingga siswa tidak mengerti dan terjadi misskomunikasi. Kemudian untuk komunikasi agresi
akan membuat suasana kelas tidak nyaman dan mencekam karena seolah-olah guru lah yang
memegang kendali atas segala yang terjadi dalam kelas dan tidak memberikan siswa
kesempatan untuk terlibat dalam pembelajarn di kelas. Adanya komunikasi yang baik yang
diberikan guru akan berpengaruh pada motivasi belajar siswa, karena komunikasi yang
menyenangkan akan menciptakan lingkungan belajar yang lebih kooperatif dan hal ini juga
akan mempermudah guru dalam melakukan manajemen kelas.
17. Menciptakan solusi kooperatif di tengah konfrontasi yang sengit memang bisa sulit.
Sebutkan beberapa strategi yang dapat digunakan guru untuk mengatasi konflik
tersebut.
Strategi yang dijelaskan oleh (Woolfolk, 2020) ada 3 yaitu:
a. Guru memberikan solusi. Strategi ini seringkali pada keadaan darurat. Pada strategi ini,
guru mendengarkan siswa terlebih dahulu kemudian dari permasalahan yang dibicarakan
baru memberikan gambaran solusi yang bsiadiambil dalam mengatasi konflik. Strategi ini
tidak selamanya berhasil karena sulit bagi siswa yang berkonflik untuk menerima solusi
dari orang lain.
b. Guru mengalah pada tuntutan siswa. Strategi ini menuntut guru untuk menurunkan egonya
terlebih dahulu, melepaskan sikap dominan sebagai yang memiliki kuasa lebih tinggi.
Dengan strategi ini guru harus benar-benar mendengarkan keinginan siswa dan
mengiayakan atau menyetujui keinginan tersebut. Kemudian, sejalan dengan berjalannya
guru bisa mulai memberikan saran-saran ringan pada siswa yang sekiranya bisa diterima.
c. Guru dan siswa sama-sama memberikan solusi. Strategi yang terakhir ini biasanya
dilakukan apabila baik dari guru atau siswa menyerah dengan konflik. Maka, keduanya
bisa saling bertukar solusi dan memilih mana solusi yang paling memungkinkan untuk
dilaksanakan.
18. Untuk mencegah dan merespon kekerasan di sekolah, jelaskan apa yang bisa dilakukan
oleh guru.
Menurut (Santrock, 2017) Di sekolah dasar, guru biasanya dapat menghentikan
perkelahian tanpa mengambil risiko cedera pada diri sendiri. Jika karena alasan tertentu guru
tidak dapat melakukan intervensi, segera dapatkan bantuan dari guru atau administrator lain.
Saat Anda melakukan intervensi, berikan perintah verbal yang keras: “Berhenti!” Pisahkan
para siswa yang terlibat, dan saat memisahkan mereka, beri tahu siswa lain untuk pergi atau
kembali ke apa yang mereka lakukan. Sedangkan jiak guru terlibat dalam perkelahian siswa
sekolah menengah, guru mungkin memerlukan bantuan satu atau dua orang dewasa lainnya.
Guru kemungkinan akan memiliki kebijakan tentang perkelahian. Jika demikian, guru harus
melaksanakannya dan melibatkan kepala sekolah dan/atau orang tua jika perlu. Umumnya,
yang terbaik adalah membiarkan para siswa yang terlibat memiliki periode pendinginan
sehingga mereka bisa tenang. Kemudian bertemu satu sama lain dan dapatkan sudut pandang
mereka tentang apa yang memicu pertarungan (Santrock, 2017).
DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim, Hasanah, H., & Zainuri, A. (2021). Implementasi Penataan Ruang Kelas di MTs Aulia
Cendekia Palembang. SALIMIYA: Jurnal Studi Ilmu Keagamaan Islam, 2(4).
https://ejournal.iaifa.ac.id/index.php/salimiya
Lewantaur, S., & Noya, F. S. (2021). Pengaruh Keterampilan Manajemen Kelas dan Lingkungan
Kampus Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa. JIIPI Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan
Indonesia , 1(1), 1–15. http://jurnal.fkip.unpatti.ac.id/index.php/jiipi/
Manullang, M. (2019).
HUBUNGAN PENGELOLAAN KELAS DENGAN MOTIVASI BELAJAR PKn
SISWA KELAS X SMA NASRANI 3 MEDAN TAHUN 2017. Jurnal Penelitian Fisikawan
, 16(1).
Reeve, J., Jang, H., Carrell, D., Jeon, S., & Barch, J. (2004). Enhancing students’ engagement by
increasing teachers’ autonomy support. Motivation and Emotion, 28(2), 147–169.
https://doi.org/10.1023/B:MOEM.0000032312.95499.6f
Santoso, B., Yuniarsih, T., & Sarino, A. (2017). PENGARUH MANAJEMEN KELAS
TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
MANAJEMEN PERKANTORAN. Manajerial, 16(2), 255.
http://ejournal.upi.edu/index.php/manajerial/
Sims, C. M. (2017). Do the Big-Five Personality Traits Predict Empathic Listening and Assertive
Communication? International Journal of Listening, 31(3), 163–188.
https://doi.org/10.1080/10904018.2016.1202770
Sucia, V. (2016). PENGARUH GAYA KOMUNIKASI GURU TERHADAP MOTIVASI
BELAJAR SISWA. 112 Komuniti, VIII(2).
Sumar, W. T., Artikel, I., & Artikel, S. (2020). Pengelolaan Kelas dalam Meningkatkan Motivasi
Belajar siswa. Jambura Journal of Educational Management, 1, 49–59.
Zepke, N., Leach, L., & Butler, P. (2014). Student engagement: students’ and teachers’
perceptions. Higher Education Research and Development, 33(2), 386–398.
https://doi.org/10.1080/07294360.2013.832160