Anda di halaman 1dari 15

Nama : Lutfiah Fitrianisa

NIM : 11020120067

Kelas : G2.4

MENCIPTAKAN LINGKUNGAN PEMBELAJARAN

1. Deskripsikan apa saja yang menjadi tantangan manajemen kelas?


Yang menjadi tantangan dalam manajemen kelas menurut (Woolfolk, 2020) adalah adanya
sifat ruang kelas yang multidimensi, simultan, serba cepat, tidak dapat diprediksi, publik, dan
historis. Tantangan yang harus dihadapi pada siswa SD adalah banyaknya rutinitas kelas, tetapi
prosedur baru untuk aktivitas tertentu mungkin harus diajarkan secara langsung, dan seluruh
sistem masih memerlukan pemantauan dan pemeliharaan. Kemudian Menjelang akhir sekolah
dasar, beberapa siswa mulai menguji dan menentang otoritas. Tantangan manajemen pada
tahap ini adalah untuk secara produktif menangani gangguan ini dan untuk memotivasi siswa
yang menjadi kurang peduli dengan pendapat guru dan lebih tertarik pada kehidupan sosial
mereka. Pada akhir sekolah menengah, tantangannya adalah mengelola kurikulum,
menyesuaikan materi akademik dengan minat dan kemampuan siswa, dan membantu siswa
menjadi lebih mandiri (Woolfolk, 2020).
Secara lebih rinci (Santrock, 2017) menjelaskan bahwa tantangan dalam manajemen kelas
meliputi :
a. Dalam tingkat SD seorang guru harus memegang sekitar 20-25 siswa yang sama di setiap
harinya.
b. Siswa SD menghabiskan lebih banyak waktu dengan siswa yang sama di ruang kecil dari
satu kelas, dan harus berinteraksi dengan orang yang sama sepanjang hari dapat
menimbulkan perasaan terkurung dan kebosanan serta masalah lainnya.
c. Di SMP dan SMA, guru menghadapi tantangan untuk mengelola lima atau enam kelompok
berbeda yang terdiri dari 20 hingga 25 remaja selama sekitar 50 menit setiap hari
d. Guru SMP dan SMA merasa kesulitan untuk menjalin hubungan pribadi dengan siswa
karena guru sekolah menengah memiliki lebih sedikit waktu dengan setiap siswa di kelas
e. Masalah siswa SMP dan SMA bisa lebih lama dan lebih mendarah daging, dan karena itu
lebih sulit untuk diatasi,masalah disiplin seringkali lebih parah, para siswa berpotensi
menjadi lebih sulit diatur dan bahkan berbahaya.
f. Siswa SMP dan SMA akan lebih kritis perihal pembelajaran, mereka akan menanyakan
dan menuntut jawaban logis dari guru karena sebagian besar siswa sekolah menengah
memiliki keterampilan penalaran yang lebih maju daripada siswa sekolah dasar.
2. Manajemen kelas merupakan Teknik yang digunakan untuk memelihara lingkungan
belajar yang sehat, relative terbebas dari berbagai masalah perilaku. Jelaskan beberapa
tujuan manajemen kelas yang baik.
a. Akses belajar.
Dalam rangka mencapai tujuan pertama dari manajemen kelas yang baik, maka guru harus
memberikan semua siswa akses untuk belajar. Guru harus memastikan semua siswa paham
bagiamana partisipasi diri mereka dalam kegiatan kelas. Kuncinya adalah kesadaran.
Beberapa siswa, terutama mereka yang memiliki tantangan perilaku dan emosional,
mungkin memerlukan pengajaran langsung dan praktik perilaku penting (Woolfolk, 2020).
b. Siswa harus memiliki lebih bahyak waktu belajar daripada berfokus pada aktivotas yang
tidak memiliki tujuan.
Menurut (Woolfolk, 2020) Manajemen kelas yang baik dapat mengambil kembali sebagian
dari jam tersebut untuk mengajar, sehingga lebih banyak waktu instruksional tersedia.
Tetapi hanya meluangkan lebih banyak waktu untuk instruksi tidak akan secara otomatis
mengarah pada pencapaian. Untuk menjadi berharga, waktu harus digunakan secara
efektif. Pada dasarnya, siswa akan belajar apa yang mereka pikirkan secara mendalam,
berlatih, dan mengambil kembali. Waktu yang dihabiskan untuk terlibat secara aktif dalam
tugas-tugas pembelajaran tertentu sering disebut waktu yang terlibat, atau kadang-kadang
waktu untuk tugas—kita dapat memperkirakan ini sekitar 80% dari waktu instruksional.
ujuan ini adalah untuk meningkatkan waktu belajar akademik dengan menjaga semua siswa
secara aktif terlibat dalam kegiatan belajar yang bermanfaat dan sesuai. Membuat siswa
terlibat secara akademis dalam pembelajaran di awal karir sekolah mereka dapat membuat
perbedaan besar (Woolfolk, 2020).
c. Manajemen berarti hubungan.
Semua siswa harus merasa aman secara emosional dan fisik di dalam kelas. Di luar itu,
mereka juga harus mengalami rasa hormat dan kepedulian. Ketika siswa merasa perhatian
dan dukungan dari guru dan rekan-rekan mereka, mereka lebih mungkin untuk bekerja
sama dengan kegiatan kelas. Kerjasama mengarah pada pembelajaran, belajar pada rasa
efikasi diri, dan efikasi diri pada lebih banyak kerja sama. Kebalikannya juga benar.
d. Manajemen kelas untuk manajemen diri sendiri.
Tujuan akhir dari setiap sistem manajemen adalah untuk membantu siswa menjadi lebih
mampu mengelola diri mereka sendiri. Jika guru berfokus pada kepatuhan siswa, mereka
akan menghabiskan sebagian besar waktu belajar/mengajar untuk memantau dan
mengoreksi. Siswa mulai memahami tujuan sekolah hanya sebagai mengikuti aturan,
bukan membangun pemahaman yang mendalam tentang pengetahuan akademik. Siswa
belajar pengendalian diri dengan membuat pilihan dan menghadapi konsekuensinya,
menetapkan tujuan dan prioritas, mengatur waktu, berkolaborasi untuk belajar, menengahi
perselisihan dan berdamai, dan mengembangkan hubungan saling percaya dengan guru dan
teman sekelas yang dapat dipercaya (Bear, 2005).
3. Buat table perbedaan antara peraturan dan prosedur!
Baik aturan maupun prosedur merupakan ekspektasi yang dinyatakan tentang perilaku. Tanpa
aturan dan prosedur kelas yang jelas, kesalahpahaman yang tak terhindarkan dapat
menimbulkan kekacauan. Berikut adalah perbedaan antara aturan dan prosedur menurut
(Santrock, 2017; Woolfolk, 2020) adalah sebagai berikut:
NO Peraturan Prosedur
1. Statements menetapkan perilaku yang Langkah-langkah yang ditentukan untuk
diharapkan dan dilarang; yang harus suatu kegiatan.
dan tidak boleh dilakukan.
2. Peraturan akan ditulis sejak awal kelas Prosedur bagaimana aktivitas diselesaikan
terbentuk. di kelas, tetapi jarang dituliskan; mereka
hanyalah cara menyelesaikan sesuatu di
kelas.
3. Aturan berfokus pada harapan atau Prosedur, atau rutinitas, juga
standar umum atau khusus untuk mengomunikasikan harapan tentang
perilaku perilaku, tetapi biasanya diterapkan pada
aktivitas tertentu, dan tujuannya adalah
untuk mencapai sesuatu daripada melarang
perilaku atau menetapkan standar umum
4. Aturan cenderung tidak berubah karena Prosedur dapat berubah karena rutinitas dan
mengatur cara-cara mendasar kita aktivitas di kelas berubah.
berurusan dengan orang lain, diri kita
sendiri, dan pekerjaan kita, seperti
menghormati orang lain dan properti
mereka, dan menjaga tangan dan kaki
kita untuk diri kita sendiri.

4. Jelaskan cara menetapkan prosedur-prosedur kelas!


Dalam membentuk prosedur-prosedur kelas dibutuhkan adanya keterlibatan siswa karena
akan mendorong mereka untuk lebih bertanggung jawab atas perilaku mereka sendiri. Cara
menetapkan prosedur menurut (Santrock, 2017) adalah Guru bisa memulai dengan meminta
siswa mendiskusikan latar belakang dan tujuan sebuah prosedur dan aturan dibentuk.
Kemudian Guru dapat mengklarifikasi aturan dengan menggambarkan, atau meminta siswa
untuk menggambarkan, area umum dari perilaku yang terlibat. Siswa biasanya dapat
memberikan contoh konkrit dari aturan tersebut Selanjutnya, guru dan siswa menyusunnya ke
dalam kategori yang luas dan mengembangkan judul untuk kategori tersebut. Guru yang
menetapkan aturan yang masuk akal, memberikan alasan yang dapat dimengerti untuk mereka,
dan menegakkannya secara konsisten biasanya menemukan bahwa sebagian besar kelas akan
mematuhinya.
5. Bagaimana merencanakan sebuah konsekuensi yang harus diterima oleh siswa jika
melanggar peraturan / prosedur.
Poin utama dalam merencanakan sebuah konsekuensi adalah bahwa keputusan tentang
hukuman (dan penghargaan) harus dibuat sejak awal, sehingga siswa tahu sebelum mereka
melanggar aturan atau menggunakan prosedur yang salah apa artinya ini bagi mereka. Karena
pada dasarnya secara logis konsekuensi adalah kembali ke “lakukan dengan benar”. Dalam
(Woolfolk, 2020)dijelaskan bahwa sebelum siswa terlibat secara aktid dalam peraturan dan
prosedur kelas, siswa harus bisa mempercayai guru dan situasi yang ada dalam lingkungan
belajar. “Mengajari anak-anak bahwa ada sesuatu yang salah karena ada aturan yang
melarangnya tidak sama dengan mengajari mereka bahwa ada aturan yang melarangnya karena
itu salah, dan membantu mereka memahami mengapa demikian” (CS Weinstein, 1999, hal.
.154) pernyataan ini penting dan Guru harus mampu Mengembangkan hak dan tanggung jawab
siswa lebih penting daripada terlalu focus membentuk aturan. Kemudian siswa harus
memahami bahwa aturan dikembangkan agar setiap orang dapat bekerja dan belajar bersama.
6. Bedakan antara penataan spasial untuk wilayah territorial pribadi dan wilayah minat.
a. Personal territories
Wilayah pribadi adalah tempat duduk siswa yang biasanya ditetapkan. CS Weinstein dan
Romano (2015) menyarankan agar guru memvariasikan tempat duduk sehingga siswa yang
berada di belakang tidak selalu ditugaskan. Terdapat 3 model pengaturan tempat duduk,
yaitu (Woolfolk, 2020):
• Baris horizontal. Baris horizontal memberikan banyak keuntungan salah satunya
dapat mendorong siswa untuk fokus pada penyaji dan menyederhanakan penataan,
Baris horizontal juga memungkinkan siswa untuk bekerja lebih mudah
berpasangan. Tetapi penataan baris horizontal tidak cocok digunakan dalam diskusi
kelompok besar.
• Kelompok empat atau pengaturan lingkaran. Jenis pengaturan ini paling baik untuk
interaksi siswa. Lingkaran sangat berguna untuk diskusi tetapi masih
memungkinkan untuk duduk sendiri. Cluster memungkinkan siswa untuk
berbicara, saling membantu, berbagi materi, dan mengerjakan tugas kelompok.
Tetapi ini tidak cocok untuk presentasi seluruh kelompok dan dapat membuat
manajemen kelas lebih sulit.
• Formasi khusus Fishbowl atau tumpukan. Pentaan ini siswa duduk berdekatan di
dekat fokus perhatian (barisan belakang bahkan mungkin berdiri), sebaiknya
digunakan hanya untuk waktu yang singkat, karena tidak nyaman dan dapat
menyebabkan masalah disiplin. Di sisi lain, fishbowl sangat membantu ketika guru
ingin siswa menonton demonstrasi, bertukar pikiran tentang masalah kelas, atau
melihat alat bantu visual kecil.
b. Wilayah minat (Interest area).
Dalam penataan ini, Meja masing-masing siswa—wilayah mereka—ditempatkan di
tengah, dengan area minat di belakang atau di sekitar pinggiran ruangan. Hal ini
memungkinkan fleksibilitas yang dibutuhkan untuk aktivitas kelompok besar dan kecil. .
Desain area minat mampu guru memenuhi tujuannya untuk melibatkan lebih banyak anak
perempuan di pusat sains dan membuat semua siswa lebih banyak bereksperimen dengan
berbagai bahan manipulatif. Wilayah minat juga menimbulkan tingginya keterlibatan siswa
dalam kelas.
7. Jelaskan apa saja yang harus diperhatikan saat merancang ruang pembelajaran!
Jenis perencanaan lain yang mempengaruhi lingkungan belajar adalah merancang penataan
fisik furnitur kelas, bahan, dan alat belajar (Woolfolk, 2020). Dalam (Woolfolk, 2020)
dijelaskan bahwa Ruang untuk belajar harus mengundang dan mendukung kegiatan yang Anda
rencanakan untuk kelas Anda, dan mereka harus menghormati penghuni ruang tersebut. Rasa
hormat ini dimulai di pintu bagi anak-anak kecil dengan membantu mereka mengidentifikasi
kelas mereka. Begitu masuk, ruang dapat dibuat yang mengundang pembacaan tenang,
kolaborasi kelompok, kuliah terfokus, diskusi dan debat, atau penelitian independen. Jika siswa
ingin menggunakan materi, mereka harus dapat menjangkaunya. Ciptakan akses mudah ke
bahan dan tempat yang terorganisir dengan baik untuk menyimpannya. Contoh 1. Pastikan
materi mudah dijangkau dan terlihat oleh siswa. 2. Memiliki rak yang cukup sehingga bahan
tidak perlu ditumpuk.
Menurut (Ibrahim et al., 2021) penataan kelas menjadi hal yang penting karena kelas adalah
lingkup utama dalam proses belajar yang bisa dibentuk dan diwujudkan dari adanya kesadaran
kolektif dari siswa yang cenderung memiliki tujuan yang sama. Selain penataan kelas, alat
belajar atau media belajar merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan karena proses
pembelajaran adalah proses komunikasi dalam satu system yang mana alat belajar adalah salah
satu komponen sistem pembelajaran. Jika tidak ada media pembelajaran maka komunikasi
tidak dapat terjadi dan proses belajar tidak bisa berlangsung secara optimal (Ekayani, 2017).

8. Deskripsikan isu manajemen apa saja yang ditimbulkan oleh computer di kelas !
Dalam pengaturan kelas selalu dibutuhkan media pembelajaran untuk membuat proses
belajar menjadi lebih efektif. Salah satu media belajar yang saat ini banyak digunakan
dalam lingkungan sekolah adalah computer. Computer saat ini bukanlah menjadi suatu hal
yang asing dalam pembelajaran, tetapi dalam proses penggunaannya di dalam kelas tidak
semua siswa mampu memiliki computer untuk menunjung proses belajar mereka. Ini
menjadi isu yang penting, dimana guru dituntut untuk mengikuti perkembangan teknologi
untuk mempermudah proses belajar, namun terhambat oleh ketidakmampuan semua siswa
memiliki satu media belajar ini.
9. Simpulkan apa yang akan dilakukan oleh manajer kelas yang efektif dan tidak efektif
pada minggu pertama sekolah.
a. Manajer kelas yang efektif
Pada hari pertama semuanya harus diatur dengan baik mulai dari nametag, bahan ajar, dan
sebisa mungkin menghindari pemberian tugas pada siswa. Guru yang efektif akan
menjelaskan harapan mereka seiring dengan penjelasan mengenai aturan yang diterapkan
dengan penjelasan yang mudah dipahami siswa. Sepanjang minggu-minggu pertama, para
manajer yang efektif terus menghabiskan cukup banyak waktu untuk mengajarkan aturan
dan prosedur. Guru-guru ini bekerja dengan kelas secara keseluruhan dalam kegiatan
akademik yang menyenangkan. Mereka tidak terburu-buru untuk memasukkan siswa ke
dalam kelompok-kelompok kecil atau memulainya dengan pembaca. Perilaku buruk
dihentikan dengan cepat dan tegas, tetapi tidak dengan kasar (Woolfolk, 2020).
b. Manajer kelas yang tidak efektif
Di ruang kelas yang dikelola dengan buruk, Aturan tidak bisa diterapkan entah itu aturan
yang tidak jelas atau aturan malah bersifat rumit sehingga siswa tidak bisa memahaminya.
Baik perilaku positif maupun negatif tidak memiliki konsekuensi yang jelas dan konsisten.
Setelah siswa melanggar aturan, manajer yang tidak efektif memberikan kritik yang tidak
jelas, mereka mengeluarkan peringatan, tetapi tidak menindaklanjuti dengan konsekuensi
yang mengancam (Woolfolk, 2020). Di kelas yang dikelola dengan buruk, prosedur untuk
menyelesaikan tugas rutin bervariasi dari hari ke hari dan tidak pernah diajarkan atau
dipraktikkan, sehingga Seringkali siswa berbicara satu sama lain karena mereka tidak ada
yang produktif untuk dilakukan. Guru yang tidak efektif sering meninggalkan ruangan.
Banyak yang menjadi asyik dengan dokumen atau hanya membantu satu siswa. Mereka
tidak membuat rencana tentang bagaimana menangani siswa yang datang terlambat atau
interupsi. Seorang manajer yang tidak efektif mencoba mengajar siswa untuk menanggapi
bel sebagai tanda perhatian, tetapi kemudian membiarkan siswa mengabaikannya
(Woolfolk, 2020).
10. Berikan pendapatmu apakah motivasi belajar dan manajemen kelas berhubungan erat?
Jika setuju, berikan buktinya, jika tidak setuju, berikan buktinya.
Menurut saya, motivasi belajar memiliki hubungan yang erat dengan manajemen kelas.
Setiap proses pembelajaran, kondisi kelas harus direncanakan dan diusahakan supaya terhindar
dari situasi tidak kondusif yang nantinya mempengaruhi proses belajar siswa dan membuat
siswa susah focus yang mana akan berpengaruh pada motivasi belajar mereka (Sumar et al.,
2020). Ketika siswa memiliki manajer yang efektif yang mampu mengelola kelas mereka
dengan baik dan tepat, maka siswa akan lebih bersifat teratur dan nyaman ketika belajar dikelas
sehingga otomatis ini akan membuat siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi. Selain itu,
motivasi belajar siswa juga akan muncul ketika mereka sudah memiliki gambaran yang jelas,
arah yang jelas, tentang prosedur dan aturan yanga ditetapkan di dalam kelas karena mereka
mengetahui konsekuensi apa saja yang muncul jika mereka melanggar aturan dan prosedur
tersebut.
Pernyataan setuju saya bahwa motivasi belajar berhubungan dengan manajemen kelas
dibuktikan dengan adanya beberapa penelitian yang menyatakan hal senada. Penelitian yang
dilakukan oleh (Manullang, 2019) hasilnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara pengelolaan kelas dengan motivasi belajar PKn pada siswa kelas X di SMA
Nasrani 3 Medan. Kemudian, penelitian milik (Santoso et al., 2017) bahwa manajemen kelas
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi belajar mahasiswa, yang berarti
apabila manajemen kelas bagus dan feektif maka motivasi belajar mahasiswa akan tinggi dan
jika manajemen kelas kurang baik maka motivasi belajar mahasiswa akan menurun. Lalu
penelitian (Lewantaur & Noya, 2021) menghasilkan jika kemampuan manajemen kelas dosen
sangat berpengaruh terhadap motivasi mahasiswa dalam belajar.

11. Apa yang harus dilakukan oleh guru supaya siswa tetap ikut terlibat dalam
pembelajaran?
Keterlibatan siswa berfokus pada Pengajaran untuk keterlibatan berpusat pada peserta
didik, yang berarti bahwa pendidikan adalah tentang siswa membangun pengetahuan mereka
sendiri (Zepke et al., 2014). Menurut (Woolfolk, 2020) Secara umum, dengan meningkatnya
pengawasan guru, waktu keterlibatan siswa juga meningkat. Maka, untuk membuat siswa
terlibat dalam pembelajaran seorang guru harus melakukan perencanaan dan pemantauan yang
cermat. Bukan berrati menghilangkan tugas mandiri bagi siswa, tetapi memodifikasi tugas agar
memiliki isyarat yang mana Ketika tugas memberikan isyarat terus menerus kepada siswa
tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya, keterlibatan akan lebih besar. Kegiatan dengan
langkah-langkah yang jelas cenderung lebih menyerap, karena satu langkah secara alami
mengarah ke langkah berikutnya. Ketika siswa memiliki semua bahan yang mereka butuhkan
untuk menyelesaikan tugas, mereka cenderung untuk tetap terlibat. Jika rasa ingin tahunya
terusik, siswa akan termotivasi untuk terus mencari jawaban. Dan, seperti yang Anda ketahui
sekarang, siswa akan lebih terlibat jika mereka terlibat dalam tugas-tugas otentik—aktivitas
yang memiliki hubungan dengan kehidupan nyata (Woolfolk, 2020).
Menurut (Reeve et al., 2004) Siswa menanggapi dengan baik gaya guru mereka yang lebih
mendukung otonomi dengan keterlibatan yang lebih besar. Maka, keterlibatan siswa sensitif
terhadap perubahan dalam gaya memotivasi guru mereka. Hal ini sejalan dengan pendapat
(Woolfolk, 2020) bahwa ketika manajer kelas (guru) memiliki system yang terencana yang
terbentuk dari motivasi guru itu sendiri, maka itu akan mendorong siswa terlibat lebih jauh
dalam proses pembelajaran di kelas.

12. Uraikan masalah-masalah apa yang bisa muncul dalam manajemen kelas?
Di banyak sekolah dasar, guru menghadapi tantangan mengelola 20 hingga 25 anak yang
sama sepanjang hari. Di sekolah menengah pertama dan atas, guru menghadapi tantangan
untuk mengelola lima atau enam kelompok berbeda yang terdiri dari 20 hingga 25 remaja
selama sekitar 50 menit setiap hari. Dibandingkan dengan siswa sekolah menengah, siswa
sekolah dasar menghabiskan lebih banyak waktu dengan siswa yang sama di ruang kecil dari
satu kelas, dan harus berinteraksi dengan orang yang sama sepanjang hari dapat menimbulkan
perasaan terkurung dan kebosanan serta masalah lainnya (Santrock, 2017). Kemudian, karena
guru sekolah menengah memiliki lebih sedikit waktu dengan setiap siswa di kelas, akan lebih
sulit bagi mereka untuk menjalin hubungan pribadi dengan siswa. Dan guru sekolah menengah
perlu menggerakkan pelajaran di kelas dengan cepat dan mengatur waktu secara efektif, karena
periode kelas sangat singkat. Juga di sekolah menengah, masalah disiplin seringkali lebih
parah, para siswa berpotensi menjadi lebih sulit diatur dan bahkan berbahaya. Karena sebagian
besar siswa sekolah menengah memiliki keterampilan penalaran yang lebih maju daripada
siswa sekolah dasar, mereka mungkin menuntut penjelasan aturan dan disiplin yang lebih rumit
dan logis (Santrock, 2017).
13. Jelaskan factor-faktor yang diidentifikasi oleh Kounin yang dapat mencegah munculnya
masalah-masalah alam manajemen kelas.
a. Withitness. Sebuah gaya manajemen yang dijelaskan oleh Kounin di mana guru
menunjukkan kepada siswa bahwa mereka sadar akan apa yang terjadi. Guru semacam itu
memantau siswa secara teratur dan mendeteksi perilaku yang tidak pantas sejak dini,
sebelum menjadi tidak terkendali (Santrock, 2017).
b. Overlapping dan Focus Group. Menurut (Woolfolk, 2020) Tumpang tindih berarti melacak
dan mengawasi beberapa kegiatan pada waktu yang sama. Mempertahankan fokus
kelompok berarti menjaga sebanyak mungkin siswa terlibat dalam kegiatan kelas yang
sesuai dan menghindari mempersempit hanya satu atau dua siswa. Manajer yang efektif
mampu menangani situasi yang tumpang tindih dengan cara yang tidak terlalu
mengganggu. Misalnya, dalam situasi kelompok membaca, manajer yang efektif dengan
cepat menanggapi siswa dari luar kelompok yang datang untuk mengajukan pertanyaan
tetapi tidak dengan cara yang secara signifikan mengubah aliran aktivitas kelompok
membaca. Saat bergerak di sekitar ruangan dan memeriksa pekerjaan setiap siswa, mereka
terus mengawasi seluruh kelas (Santrock, 2017).
c. Manajemen Gerakan. Manajemen gerakan berarti menjaga pelajaran dan kelompok
bergerak pada kecepatan yang sesuai (dan fleksibel), dengan transisi dan variasi yang
mulus. Guru yang efektif menghindari transisi yang tiba-tiba, seperti mengumumkan
aktivitas baru sebelum menarik perhatian siswa atau memulai aktivitas baru di tengah hal
lain (Woolfolk, 2020).
d. Libatkan siswa dalam berbagai kegiatan yang menantang. Kounin juga menemukan bahwa
manajer kelas yang efektif melibatkan siswa dalam berbagai kegiatan yang menantang
tetapi tidak terlalu sulit. Para siswa sering bekerja secara mandiri daripada diawasi
langsung oleh seorang guru yang mengawasi mereka (Santrock, 2017).
14. Intervensi apa yang bisa diberikan oleh guru terhadap munculnya perilaku buruk?
Deskripsikan
Intervensi yang bisa dilakukan oleh guru tergantung pada permasalahan yang ada di dalam
kelas. Intervensi ini terdiri dari intervensi kecil dan intervensi sedang.Intervensi kecil meliputi
permasalahan yang tidak mengganggu adanya proses belajar dikelasa tapi siswa berperilaku
buruk (Santrock, 2017). Maka, guru bisa memberikan intervensi berupa melakukan
pendekatan pada siswa, karena biasanya siswa yang berperilaku buruk tidak mampu
mengerjakan tugas yang diberikan. Maka, guru harus melakukan pendekatan untuk
membeirkan bimbingan lebih lanjut apabila diperlukan. Kemudian, bisa dengan melakukan
kontak mata dengan siswa dan memberikan isyarat untuk berhenti melakukan kegiatan buruk
tersebut. Yang lain adalah dengan memberitahu siswa secara tegas atas kesalahan yang dia
buat dnegan menjelaskan konsekuensi yang dia terima apabila terus melakukan Tindakan
buruk tersebut. Kemudian, intervensi sedang meliputi permasalahan yang melibatkan
previllege siswa. Guru bisa melakukan time-out atau mengeluarkan siswa dari kelas apabila
itu masih bisa ditolerir dan siswa mau berubah atau memberikan siswa hukuman jika perilaku
tersebut berlanjut.selain itu, guru juga bisa melibatkan orang lain dalam menangani siswa yang
demikian yaitu bisa dengan mentor ataupun mediaasi teman sebaya (Santrock, 2017).

15. Kelas yang “well-managed” membutuhkan jalur komunikasi dua-arah antara guru dan
siswa. Deskripsikan beragam gaya komunikasi yang diterapkan guru ketika berinteraksi
dengan siswa.
Gaya komunikasi guru terdiri dari 3 yaitu komunikasi asertif, komunikasi non-asertif, dan
komunikasi agresif/dominan.
a. Komunikasi asertif. Gaya komunikasi Asertif adalah komunikais yang memiliki ciri
mampu mengekspresikan perasaan dan opini selaras dnegan yang dipikirkan (Sucia, 2016).
Komunikasi asertif ini bersifat terbuka. Memiliki kompetensi dalam komunikasi asertif
melibatkan berbicara untuk dan membela diri demi kepentingan nilai, preferensi dan/atau
tujuan sendiri tanpa melanggar hak orang lain. Tampaknya orang yang teliti, pada
dasarnya, akan menggunakan komunikasi asertif untuk mencapai tujuan mereka (Sims,
2017).
b. Komunikasi Non-asertif. Komunikasi jenis ini lebih cenderung untuk menyembunyikan
apa yang terjadi atau yang sedang dirasakan dan berakhir berdiam diri tidak menyampaikan
opini (Sucia, 2016).
c. Komunikasi agresif. Gaya komunikasi yang ditandai dengan usaha individu untuk selalu
hadir atau mendekatkan diri disetiap kesempatan (Sucia, 2016).
16. Jelaskan bagaimana gaya-gaya komunikasi tersebut mempengaruhi perilaku siswa!
Gaya komunikasi asertif bersifat terbuka dimana guru akan secara terang-terangan
menyatakan hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan siswa. Menyatakan opini secara
jelas. Gaya komuniaksi ini akan mendorong siswa bersikap terbuka juga kepada guru, akan
terbangun rasapercaya dan manajemen kelas nantinya akan berjalan lebih mudah karena baik
guru ataupun siswa sama-sama mengkomunikasikan kebutuhan dan opini masing-masing.
Gaya komunikasi non-aserif akan membuat siswa bersikap lebih tidak bisa diatur, karena
dalam komunikasi ini mungkin guru tidak mampu mengkomunikasikan tujuan belajarnya
sehingga siswa tidak mengerti dan terjadi misskomunikasi. Kemudian untuk komunikasi agresi
akan membuat suasana kelas tidak nyaman dan mencekam karena seolah-olah guru lah yang
memegang kendali atas segala yang terjadi dalam kelas dan tidak memberikan siswa
kesempatan untuk terlibat dalam pembelajarn di kelas. Adanya komunikasi yang baik yang
diberikan guru akan berpengaruh pada motivasi belajar siswa, karena komunikasi yang
menyenangkan akan menciptakan lingkungan belajar yang lebih kooperatif dan hal ini juga
akan mempermudah guru dalam melakukan manajemen kelas.

17. Menciptakan solusi kooperatif di tengah konfrontasi yang sengit memang bisa sulit.
Sebutkan beberapa strategi yang dapat digunakan guru untuk mengatasi konflik
tersebut.
Strategi yang dijelaskan oleh (Woolfolk, 2020) ada 3 yaitu:
a. Guru memberikan solusi. Strategi ini seringkali pada keadaan darurat. Pada strategi ini,
guru mendengarkan siswa terlebih dahulu kemudian dari permasalahan yang dibicarakan
baru memberikan gambaran solusi yang bsiadiambil dalam mengatasi konflik. Strategi ini
tidak selamanya berhasil karena sulit bagi siswa yang berkonflik untuk menerima solusi
dari orang lain.
b. Guru mengalah pada tuntutan siswa. Strategi ini menuntut guru untuk menurunkan egonya
terlebih dahulu, melepaskan sikap dominan sebagai yang memiliki kuasa lebih tinggi.
Dengan strategi ini guru harus benar-benar mendengarkan keinginan siswa dan
mengiayakan atau menyetujui keinginan tersebut. Kemudian, sejalan dengan berjalannya
guru bisa mulai memberikan saran-saran ringan pada siswa yang sekiranya bisa diterima.
c. Guru dan siswa sama-sama memberikan solusi. Strategi yang terakhir ini biasanya
dilakukan apabila baik dari guru atau siswa menyerah dengan konflik. Maka, keduanya
bisa saling bertukar solusi dan memilih mana solusi yang paling memungkinkan untuk
dilaksanakan.
18. Untuk mencegah dan merespon kekerasan di sekolah, jelaskan apa yang bisa dilakukan
oleh guru.
Menurut (Santrock, 2017) Di sekolah dasar, guru biasanya dapat menghentikan
perkelahian tanpa mengambil risiko cedera pada diri sendiri. Jika karena alasan tertentu guru
tidak dapat melakukan intervensi, segera dapatkan bantuan dari guru atau administrator lain.
Saat Anda melakukan intervensi, berikan perintah verbal yang keras: “Berhenti!” Pisahkan
para siswa yang terlibat, dan saat memisahkan mereka, beri tahu siswa lain untuk pergi atau
kembali ke apa yang mereka lakukan. Sedangkan jiak guru terlibat dalam perkelahian siswa
sekolah menengah, guru mungkin memerlukan bantuan satu atau dua orang dewasa lainnya.
Guru kemungkinan akan memiliki kebijakan tentang perkelahian. Jika demikian, guru harus
melaksanakannya dan melibatkan kepala sekolah dan/atau orang tua jika perlu. Umumnya,
yang terbaik adalah membiarkan para siswa yang terlibat memiliki periode pendinginan
sehingga mereka bisa tenang. Kemudian bertemu satu sama lain dan dapatkan sudut pandang
mereka tentang apa yang memicu pertarungan (Santrock, 2017).
DAFTAR PUSTAKA

Ekayani, N. L. P. (2017). PENTINGNYA PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK


MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA. Urnal Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, 2(1), 1–11.
https://www.researchgate.net/publication/315105651

Ibrahim, Hasanah, H., & Zainuri, A. (2021). Implementasi Penataan Ruang Kelas di MTs Aulia
Cendekia Palembang. SALIMIYA: Jurnal Studi Ilmu Keagamaan Islam, 2(4).
https://ejournal.iaifa.ac.id/index.php/salimiya

Lewantaur, S., & Noya, F. S. (2021). Pengaruh Keterampilan Manajemen Kelas dan Lingkungan
Kampus Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa. JIIPI Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan
Indonesia , 1(1), 1–15. http://jurnal.fkip.unpatti.ac.id/index.php/jiipi/

Manullang, M. (2019).
HUBUNGAN PENGELOLAAN KELAS DENGAN MOTIVASI BELAJAR PKn
SISWA KELAS X SMA NASRANI 3 MEDAN TAHUN 2017. Jurnal Penelitian Fisikawan
, 16(1).

Reeve, J., Jang, H., Carrell, D., Jeon, S., & Barch, J. (2004). Enhancing students’ engagement by
increasing teachers’ autonomy support. Motivation and Emotion, 28(2), 147–169.
https://doi.org/10.1023/B:MOEM.0000032312.95499.6f

Santoso, B., Yuniarsih, T., & Sarino, A. (2017). PENGARUH MANAJEMEN KELAS
TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
MANAJEMEN PERKANTORAN. Manajerial, 16(2), 255.
http://ejournal.upi.edu/index.php/manajerial/

Santrock, J. W. (2017). Educational psychology.

Sims, C. M. (2017). Do the Big-Five Personality Traits Predict Empathic Listening and Assertive
Communication? International Journal of Listening, 31(3), 163–188.
https://doi.org/10.1080/10904018.2016.1202770
Sucia, V. (2016). PENGARUH GAYA KOMUNIKASI GURU TERHADAP MOTIVASI
BELAJAR SISWA. 112 Komuniti, VIII(2).

Sumar, W. T., Artikel, I., & Artikel, S. (2020). Pengelolaan Kelas dalam Meningkatkan Motivasi
Belajar siswa. Jambura Journal of Educational Management, 1, 49–59.

Woolfolk, A. (2020). Educational psychology.

Zepke, N., Leach, L., & Butler, P. (2014). Student engagement: students’ and teachers’
perceptions. Higher Education Research and Development, 33(2), 386–398.
https://doi.org/10.1080/07294360.2013.832160

Anda mungkin juga menyukai