Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

TEORI PSIKOLOGI KOGNITIF

Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah:

PSIKOLOGI PENDIDIKAN SD

Disusun Oleh:

Kelompok 4

Amalia Putri 2022243683


Desti Selinayanti 2022143684
Reski Tilayah 2022143685
Dewi Santi Kasari 2022143686
Nyayu Wenti Ramayani 2022143697
Ari Septian 2022243719
Sindirela 2022143681

Dosen Pengampu: Vivin Dwi Septiani

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG

TAHUN AKADEMIK 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan penulisan makalah ini yang berjudul “Teori Psikologi Kognitif “
Dengan nikmat dan hidayah-Nya pula kami dapat menyelesaikan penulisan
makalah ini yang merupakan tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan SD. Kami
sampaikan terimakasih sebesar-besarnya kepada Ibu Vivin Dwi Septiani selaku
dosen mata kuliah Psikologi Pendidikan SD dan semua pihak yang turut membantu
proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari dalam makalah ini masih begitu banyak kekurangan-
kekurangan dan kesalahan-kesalahan baik dari isinya maupun struktur
penulisannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran positif
untuk perbaikan dikemudian hari.
Demikian semoga makalah ini memberikan manfaat umumnya pada para
pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri.
Aamiin Yarabbal’alaamin.

Palembang, september 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................


DAFTAR ISI ............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
A. Latar Belakang ....................................................................................................
B. Rumusan Masalah................................................................................................
C. Tujuan ..................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................
A. Teori belajar kognitif ...........................................................................................
B. Faktor yang berpengaruh dalam perkembangan kognitif ....................................
C. Teori perkembangan kognitif piaget ...................................................................
D. Tahap tahap perkembangan kognitif piaget ........................................................
E. Implementasi teori perkembangan kognitif piaget dalam pembelajaran AUD..
BAB III PENUTUP................................................................................................
A. Kesimpulan.........................................................................................................
B. Saran .................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara
umum kognitif diartikan sebagai potensi intelektual yang terdiri dari tahapan:
pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan
(aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation).
Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk
mengembangkan kemampuan rasional (akal). Teori kognitif lebih menekankan
bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek
rasional yang dimiliki oleh orang lain. Oleh sebab itu kognitif berbeda dengan
teori behavioristik, yang lebih menekankan pada aspek kemampuan perilaku
yang diwujudkan dengan cara kemampuan merespons terhadap stimulus yang
datang kepada dirinya.

Secara sederhana, kemampuan kognitif adalah kemampuan anak untuk


berfikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan
pemecahan masalah. Dengan demikian dapat dipahami perkembangan kognitif
adalah salah satu aspek perkembangan pesertadidik yang berkaitan dengan
pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologi yang berkaitan dengan
bagaiman acar individu mempelajari dan memikirkan lingkungan.

Jean Piaget adalah seorang ilmuawan yang merumuskan teori yang


dapat menjelaskan fase-fase perkembangan kognitif. Teori ini dibangun
berdasrkan sudut pandang yang disebut sudut pandang aliran structural
(structuralism) dan aliran konstructive (constructivism). Teori perkembangan
Piaget adalah salah satu teori yang menjelasakan bagaimana anak beradaptasi
dan menginterpretasikan objek-objek dan kejadian yang terjadi di sekitar anak.
Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif dalam menyusun
pengetahuannya mengenai realitas. Anak tidak pasif menerima informasi.
Walaupun proses berfikir dalam konsepsi anak mengenai realitas telah
dimodifikasi oleh pengalaman dengan dunia sekitarnya, namun anak juga
berperan aktif dalam menginterpretasikan informasi yang ia peroleh.

1
Piaget percaya bahawa pemikiran anak-anak berkembang menurut tahap-tahap
atau priode-periode yang terus bertambah kompleks. Teori Piaget merupakan
akar revolusi kognitif saat ini yang menekankan pada proses mental.
B. Rumusan Masalah
1. Ciri dan konsep teori belajar psikologi kognitif?
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif?
3. Bagaimana teori perkembangan Piaget?
4. Bagaimanakah tahap-tahap perkembangan kognitif piaget?
5. Bagaimanakah implementasi teori perkembangan kognitif piaget dalam
pembelajaran AUD?
C. Tujuan
1. Memahami ciri dan konsep teori belajar psikologi kognitif.
2. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif.
3. Mengetaui teori perkembangan kognitif piaget.
4. Mengetahui tahap-tahap perkembangan kognitif Piaget.
5. Mengetahui implementasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam
pembelajaran AUD.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Belajar Kognitif


Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah
pengertian, mengerti. Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah
perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan.
Dalam perkembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitifini
menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia / satu konsep
umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku
mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan,
memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan
masalah, kesengajaan, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan,
berpikir dan keyakinan.
Ciri-Ciri aliran belajar kognitif :
1. Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia.
2. Mementingkan peranan kognitif
3. Mementingkangkan kondisi waktu sekarang
4. Mementingkan pembentukan struktur kognitif
5. Mengutamakan keseimbangan dalam diri manusia
6. Mengutamakan insight (pengertian, pemahaman)
Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara
umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan :
pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan
(aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation).
Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk
mengembangkan kemampuan rasional (akal). Teori Belajar kognitif lebih
mementingkan proses belajar daripada hasil belajarnya. Para penganut aliran
kognitif mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara
stimulus dan respon. Model belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori
belajar yang sering disebut sebagai model perseptual. Model belajar kognitif
mengatakan bahwa tingkah laku seorang ditentukan oleh presepsi serta

3
pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya.
Belajar merupakan perubahan presepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat
terlihat sebagai tingkah laku yang nampak. Teori kognitif juga menekankan
bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling berhubungan dengan seluruh
konteks situasi tersebut. Memisah-misahkan atau membagi-membagi situasi /
materi pelajaran menjadi komponen-komponen yang kecil-kecil dan
mempelajarinya secara terpisah-pisah, akan kehilangan makna. Teori ini
berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup
ingatan, retensi, pengolaan informasi ,emosi dan aspek-aspek kejiwaan
lainnya. Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang
sangat kompleks. Proses belajar terjadi antara lain mencakup pengaturan
stimulus yang diterima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang
sudah dimiliki dan terbentuk di dalam pikiran seseorang berdasarkan
pemahaman dan pengalaman-pengalaman sebelumnya (Budiningsih,2005 :
34).
Secara umum, teori kognitif memandang bahwa belajar merupakan
proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung. Adapun perubahan
tingkah laku yang tampak sesungguhnya adalah refleksi dari perubahan
interaksi persepsi dirinya terhadap sesuatu yang diamati dan dipikirkan.
Menurut teori kognitif, belajar diartikan sebagai proses interaksional seseorang
memperoleh pemahaman baru atau struktur kognitif dan mengubah hal hal
yang lama.
B. Faktor yang Berpengaruh dalam Perkembangan Kognitif
1. Fisik
Interaksi antara individu dan dunia luar merupakan sumber
pengetahuan baru, tetapi kontak dengan dunia fisik itu tidak cukup untuk
mengembangkan pengetahuan kecuali jika intelegensi individu dapat
memanfaatkan pengalaman tersebut.
2. Kematangan
Kematangan sistem syaraf menjadi penting karena memungkinkan
anak memperoleh manfaat secara maksimum dari pengalaman fisik.
Kematangan membuka kemungkinan untuk perkembangan sedangkan

4
kalau kurang hal itu akan membatasi secara luas prestasi secara kognitif.
Perkembangan berlangsung dengan kecepatan yang berlainan tergantung
pada sifat kontak dengan lingkungan dan kegiatan belajar sendiri.

3. Pengaruh sosial
Lingkungan sosial termasuk peran bahasa dan pendidikan,
pengalaman fisik dapat memacu atau menghambat perkembangan struktur
kognitif
4. Proses pengaturan diri yang disebut ekuilibrasi
Proses pengaturan diri dan pengoreksi diri, mengatur interaksi
spesifik dari individu dengan lingkungan maupun pengalaman fisik,
pengalaman sosial dan perkembangan jasmani yang menyebabkan
perkembangan kognitif berjalan.
C. Teori Perkembangan Kognitif Piaget
Piaget merupakan salah seorang yang merumuskan teori yang dapat
menjelaskan fase-fase perkembangan kognitif. Teori ini dibangun berdasrkan
sudut pandang yang disebut sudut pandang aliran structural (structuralism) dan
aliran konstructive (constructivism).
Aliran structural yang mewarnai teori Piaget dapat dilihat pandanganya
tentang intelegensi yang berkembang melalui serangkaian tahap
perkembangan yang ditandai oleh perkembangan kualitas struktur kognitif.
Aliran konstruktif terlihat dari pandangan Piaget yang menyatakan bahwa,
anak membangun kemampuan kognitif melalui interaksi dengan dunia di
sekitarnya.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek,
yaitu:
1. Kematangan
Kematangan sistem syaraf menjadi penting karena memungkinkan
anak memperoleh manfaat secara maksimum dari pengalaman fisik.
Kematangan membuka kemungkinan untuk perkembangan sedangkan
kalau kurang hal itu akan membatasi secara luas prestasi secara kognitif.

5
Perkembangan berlangsung dengan kecepatan yang berlainan tergantung
pada sifat kontak dengan lingkungan dan kegiatan belajar sendiri.
2. Pengalaman
Interaksi antara individu dan dunia luar merupakan sumber
pengetahuan baru, tetapi kontak dengan dunia fisik itu tidak cukup untuk
mengembangkan pengetahuan kecuali jika intelegensi individu dapat
memanfaatkan pengalaman tersebut.
3. Interaksi Sosial
Lingkungan sosial termasuk peran bahasa dan pendidikan,
pengalaman fisik dapat memacu atau menghambat perkembangan struktur
kognitif
4. Ekuilibrasi
Proses pengaturan diri dan pengoreksi dirin, mengatur interaksi
spesifik dari individu dengan lingkungan maupun pengalaman fisik,
pengalaman sosial dan perkembangan jasmani yang menyebabkan
perkembangan kognitif berjalan secara terpadu dan tersusun baik.
Semua oerganisme dilahirkan dengan suatu kecenderungan untuk beradaptasi
(menyesuaikan diri) dengan lingkunganya. Cara individu beradaptasi berbeda
bagi setiap individu. Adaptasi terjadi dalam atau melalui suatu proses, yaitu
asimilasi dan akomodasi.
1. Asimilasi
Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam
skema yang sudah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan
cenderung memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya
agar bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada sebelumnya. Sebagai
contoh anak-anak telah mengenali ciri-ciri yang terdapat pada burung
seperti bersayap dan dapat terbang. Pemahaman baru ini akan dapat
diterima dan akan masuk ke dalam skemabaru anak-anak. Pada saat anak-
anak melihat seekor burung merpati yang masih memenuhi ciri-ciri
tersebut, pemahaman ini akan ditambahkan ke skema burung.
2. Akomodasi

6
Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan
pengubahan atau penggantian skema akibat adanya informasi baru yang
tidak sesuai dengan skema yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula
terjadi pemunculan skema yang baru. Sebagai contoh anak-anak yang
memahami skema burung tadi menjumpai ayam yang bersayap. Dalam
skemanya menyerupai kelompok keluarga burung tetapi tidak terbang.
Dengan pengalaman baru ini anak-anak perlu mengakomodaikan
pemahaman yang ada kedalam skema yang baru bahwa semua burung pada
umumnya dapat terbang tetapi ada pengecualian fakta karena ada burung
yang tidak dapat terbang.
Dalam perkembangan kognitif diperlukan keseimbangan antara
asimilasi dan akomodasi. Proses ini disebut dengan ekuilibrium, yaitu
pengaruh diri secara mekanisme yang diperlukan untuk mengatur
keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi. Ekuilibrasi adalah proses
bergerak dari keadan disekuilibrium ke ekuilibrium. Ekuilibrasi membuat
seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya
(skema)..Apabila terjadi keseimbangan maka seseorang dipacu untuk mencari
keseimbangan baru dengan asimilasi dan akomodasi. Bagi Piaget proses
akomodasi tersebut dapat disamakan dengan belajar. Konsep ini menjelaskan
tentang perlunya pendidik memilih dan menyesuaikan materi pembelajaran
yang berbijak dari ide dasar yang diketahui oleh anak, untuk kemudian
dikembangkan dengan stimulasi lebih luas, misalnya dalam bentuk pertanyaan
sehingga kemampuan anak meningkat dalam menghadapi pengalaman yang
lebih kompleks (Asmawati, 2008:1.23)
D. Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Piaget
Piaget membagi perkembangan kognitif anak ke dalam 4 periode utama
serta berkembang semakin canggih seiring pertambahan usia. 4 periode utama
tersebut meliputi: periode sensorimotor (usia 0-2 tahun), periode praoprasional
(usia 2-7 tahun), periode oprasional konkrit (usia 7-11 tahun), periode
operasional formal (11 tahunsampai dewasa).
1. Periode Sensorimotor (Usia 0–2 Tahun)

7
Bagi anak yang berada pada tahap ini, pengalaman diperoleh melalui
fisik (gerakan anggota tubuh) dan sensori (koordinasi alat indra). Bayi
memberikan reaksi motorik atas rangsangan-rangsangan yang diterimanya
dalam bentuk refleks misalnya refleks menangis, dan lain-lain. Refleks ini
kemudian berkembang lagi menjadi gerakan-gerakan yang lebih canggih,
misalnya berjalan (Sunarto, 2008:24)
Piaget membagi periode sensorimotor dengan 6 tahapan subfase,
berikut penjelasanya:

Sensorimotor (0-2 tahun)


No Periode Implikasi
1 Reflexes Tingkah laku bayi kebanyakan bersifat refleks,
(umur 0-1 bulan) spontan tidak sengaja, dan tidak terbedakan

Contoh:
refleks menangis, mengisap, menggerakkan tangan
dan kepala, mengisap benda didekatnya, dan lain-
lain.
2 Primary Circular Reaction Kebiasaan dibuat dengan dengan mencoba-coba
(umur 1-4 bulan) dan mengulang-ulang suatu tindakan

Contoh:
seorang bayi mengembangkan kebiasaan mengisap
jari. Awalnya ia tidak dapat mengangkat tangannya
ke mulut, lalu pelan-pelan mencoba dan akhirnya
bisa. Setelah itu menjadi lebih cepat melkukan
kembali. Maka itu, terjadilah suatu kebiasaan
mengisap ibu jari
3 Secondary Circular Reaction Pada periode ini, seorang bayi mulai menjamah dan
(umur 4-8 bulan) memanipulasi objek apapun yang ada di sekitarnya

Contoh:
seorang bayi diletakkan diatas ranjang dan diberi
mainan yang akan berbunyi jika talinya dipegang.
Suatu saat ia main-main dan menarik tali itu. Ia
mendengar bunyi yang bagus dan ia senang. Maka,
ia akan menarik tali itu agar muncul bunyi yang
sama
4 Coordinatory of Secondary Seorang bayi mulai membedakan antara sarana dan
Reaction hasil tindakannya.
(umur 8-12 bulan)
Contoh:
seorang bayi diberi mainan tetapi letaknya jauh. Di
dekatnya terdapat tongkat kecil dan dia akan
menggunakannya untuk menggapai mainan
tersebut
5 Tertiary Circular Reaction Masa anak mulai mengembangkan cara-cara baru
(umur 12-18 bulan) untuk mencapai tujuan dengan eksperimen

Contoh:

8
Sensorimotor (0-2 tahun)
No Periode Implikasi
anak diberi makanan yang diletakkan di meja. Ia
akan mencoba menjatuhkan makanan itu dan
memakannya.
6 Symbolic Thought Seorang anak sudah mulai menemukan cara-cara
(umur 18-24 bulan) baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan fisis dan
eksternal tetapi juga dengan koordinasi internal
dalam gambarannya

Contoh:
Lauren mencoba membuka pintu kebun. Ia tidak
berhasil karena pintu disangga oleh sebuah kursi
diseberangnya. Ia pergi di sisi lain dan
memindahkan kursi yang menghambat tersebut,
padahal ia tidak melihat. Dari kejadian tersebut,
6 Symbolic Thought tampak jelas bahwa lauren dapat mengerti apabila
(umur 18-24 bulan) penyebab pintu itu adalah sesuatu yang berada
dibelakang pintu tersebut, meskipun ia tidak
melihat.

2. Periode Praoperasional (Usia 2–7 Tahun)


Fase ini merupakan masa permulaan bagi anak untuk membangaun
kemampuanya dalam menyusun pikiranya. Oleh sebab itu, cara berpikir
anak pada fase ini belum stabil dan tidak terorganisasi secara baik. Fase
praoprasional dapat dibagi menjadi 3 subfase, yaitu subfase berpikir secara
simbolis, subfase berfikir secara egoisentris dan subfase berpikir secara
intuitif.
a. Subfase Fungsi Simbolis (Usia 2-4 tahun)
Anak mulai memahami bahwa pemahamnya tentang benda-
benda di sekitarnya tidak hanya dapat dilakukan melalui kegiatan
sensorimotor, akan tetapi juga dapat dilakukan melalui kegiatan yang
bersifat simbolis. Kegiatan simbolis ini dapat berbentuk melakukan
percakapan melalui telepon mainan atau berpura-pura menjadi bapak
atau ibu, dan kegiatan simbolis lainya. pada masa ini, anak telah
memiliki kemampuan untuk menggambarkan suatu objek yang secara
fisik tidak hadir. Misalnya anak dapat menggambar manusia secara
sederhana. Biasanya pada subfase ini anak menggambar manusia lidi,
jadi menggambar hanya menggunakan simbol-simbol saja.
b. Subfase Berpikir Secara Egoisentris (Usia 2-4 tahun)

9
Anak berpikir secara egoisentris ditandai oleh ketidakmampuan
anak untuk memahami perspektif atau cara berpikir orang lain. Benar
atau tidak benar, bagi anak pada fase ini, ditentukan oleh cara
pandangnya sendiri yang disebut dengan istilah egoisentris.
c. Subfase Berpikir Secara Intuitif (usia 4-7 tahun)
Masa ini disebut subfase berpikir secara intuitif karena. Tahap
ini adalah tahap persiapan untuk pengorganisasian operasi konkrit. Pada
tahap ini pemikiran anak lebih banyak berdasarkan pada pengalaman
konkrit daripada pemikiran logis, sehingga jika ia melihat objek-ojek
yang kelihatannya berbeda, maka ia mengatakanya berbeda pula. Pada
tahap ini anak masih berada pada tahap pra operasional belum
memahami konsep kekekalan (conservation), yaitu kekekalan panjang,
kekekalan materi, luas, dll. ciri-ciri anak pada tahap ini juga belum
memahami dan belum dapat memikirkan dua aspek atau lebih secara
bersamaan atau masih belum maksimal terhadap konsentrasi
(contration), animism (Nafisah: 2014)

Concentration:

Anak tidak dapat memberi alasan perpindahan kereta, anak


hanya fokus keadaan kereta yang statis bukan perpindahan. Dengan
kata lain anak belum memiliki kemampuan untuk berpikir secara
kritis tentang apa yang ada di balik suatu kejadian.

3. Periode Operasional Konkrit (usia 7–11 tahun)


Pada umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami operasi
logis dengan bantuan benda konkrit. Kemampuan ini terwujud dalam
memahami konsep kekekalan, kemampuan untuk mengklasifikasikan dan

10
serasi, mampu memandang suatu objek dari sudut pandang yang berbeda
secara objektif. Anak pada tahap ini sudah cukup matang untuk
menggunakan pemikiran logika, tetapi hanya objek fisik yang ada saat ini
(karena itu disebut tahap operasional konkrit). Namun, tanpa objek fisik di
hadapan mereka, anak-anak pada tahap ini masih mengalami kesulitan besar
dalam menyelesaikan tugas-tugas logika.

Contoh:

Pada peringkat ini anak sudah menguasai segi kekekalan atau


conservation adalah suatu kuantiti yang tidak akan berubah walaupun
terdapat perubahan di dalam kewujudanya atau apareance jika
menunjukkan empat kelereng dengan susuna lurus dengan kelereng
yang diletakkan secara acak maka anak pada masa oprasionalkonkrit
akan mengatakan bahwa kuantitas dari kelereng itu sama. Sedangkan
anak pada mas praoprasional akan mengatakan bahwa kelerengyang
disusun secara acak memiliki kuantitas lebih banyak.

4. Periode Operasional Formal (usia 11 tahun sampai dewasa)


Anak pada tahap ini sudah mampu melakukan penalaran dengan
menggunakan hal-hal yang abstrak dan menggunakan logika. Penggunaan
benda-benda konkret tidak diperlukan lagi. Selain itu pada tahap ini individu
dapat berpikir secara abstrak, menangani situasi-situasi perumpamaan dan
berpikir mengenai berbagai kemungkinan (dalam Human Development,
Papalia, Old, Feldman, 2009 ; 46). Sehingga ketika masa ini individu sudah
dapat berpikir logis, berpikir dengan pemikiran teoretis formal berdasarkan
proposisi-proposisi dan hipotesis, dan dapat mengambil kesimpulan lepas
dari apa yang diamati saat itu.
Penalaran terjadi dalam struktur kognitifnya telah mampu hanya
dengan menggunakan simbol-simbol, ide-ide, astraksi dan generalisasi. Ia
telah memiliki kemampuan-kemampuan untuk melakukan operasi-operasi

11
yang menyatakan hubungan di antara hubungan-hubungan, memahami
konsep persepsi.
E. Implementasi Teori Perkembangan Kognitif Piaget Dalam Pembelajaran
AUD
Anak usia dini belajar melalui acive learning, metode yang digunakan
adalah memberikan pertanyaan kepada anak dan membiarkan berpikir/bertanya
pada dirisendiri, sehingga hasil belajar yang didapat merupakan konstruksi anak
tersebut. Karena anak pada dasarnya memiliki kemampua untuk membangun
dan mengkreasikan pengetahuan sendiri, sehingga sangat penting bagi anak
untuk terlibat langsung dalam proses belajar. Piaget juga menjelaskan
pengalaman belajar anak lebih banyak didapat dengan cara bermain, melakukan
percobaan dengan objek nyata, dan melalui pengalan konkret. Anak mempunyai
kesempatan untuk mengkreasi dan memanipulasi objek atau ide.
Implikasi perkembangan kognitif dalam proses pembelajaran yang
efektif dapat dilakukan cara sebagai berikut:
1. Aktivitas di dalam proses belajar mengajar hendaknya ditekankan pada
pengembangan struktur kognitif, melalui pemberian kesempatan pada anak
untuk memperoleh pengalaman langsung dalam berbagai aktivitas
pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran terpadu dan mengandung
makna, seperti membuat bangunan dari balok, mengamati perubahan yang
terjadi pada lingkungan anak (tumbuh-tumbuhan, air, binatang).
Menggambar, menggunting dan lain-lain yang dikaitkan dengan
pengembangan dasar-dasar pengetahuan alam atau matematika dan
pengembangan bahasa, baikbahasa lisan , membaca atau menulis.
2. Memulai kegiatan dengan membuat konflik dalam pikiran anak. Misalnya
memberikan jawaban yang salah untuk memotivasi anak memikirkan dan
menemukan jawaban yang benar.
3. Memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan berbagai kegiatan
yang dapat membangun kemampuan kognitifnya. Misalnya mengubah
objek-objek yang disajikan secara nyata kedalam bentuk lain misalnya
gambar

12
4. Melakukan kegiatan tanya jawab yang dapat mendorong anak untuk
berpikir dan mengemukakan pikiranya.
Untuk membangun pengetahuan pada anak diperlukan metode
pembelajaran yang tepat agar pengetahuan yang dibangun oleh anak dapat
terinternalisasi dengan baik, metode tersebut antara lain:
1. Metode praktik langsung, melalui kegiatan praktik langsung diharapkan
anak akan dapat pengalaman melalui interaksi langsung dengan objek
2. Metode cerita, anak akan mendapat pengetahua tentang bagaiman cara
menyampaikan pesan pada orang lain agar orang lain mampu memahami
pesan-pesan yang ingin disampaikan
3. Metode tanya jawab, membangun pengetahuan melalui pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan sehingga anak dapat menjawab dan membuat
pertanyaan sesuai informasi yang ingin diperoleh
4. Metode proyek, memberikan kesempatan kepada nak untuk melakukan
eksplorasi pada lingkungan sekitar sebagai proyek belajar
5. Metode bermain peran, anak dapat mengembangkan pengetahuan sosial
karena dituntut untuk mempelajari dan memperagakan peran yang akan
dimainkan
6. Metode demonstrasi, menunjukkan atau memperagakan suatu tahapan
kejadian, proses dan peristiwa

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kognitif diartikan sebagai potensi intelektual yang terdiri dari tahapan
pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan
(aplication), analisa(analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation)
Teori Belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil
belajarnya.
Teori kognitif memandang bahwa belajar merupakan proses internal
yang tidak dapat diamati secara langsung. Adapun perubahan tingkah laku
yang tampak sesungguhnya adalah refleksi dari perubahan interaksi persepsi
dirinya terhadap sesuatu yang diamati dan dipikirkan.
Ciri-ciri aliran belajar kognitif :
1. Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia.
2. Mementingkan peranan kognitif.
3. Mementingkangkan kondisi waktu sekarang.
4. Mementingkan pembentukan struktur kognitif.
5. Mengutamakan keseimbangan dalam diri manusia.
6. Mengutamakan insight (pengertian, pemahaman)
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif antara lain:
1. Fisik
2. Kematangan
3. Pengaruh sosial
4. Proses pengaturan diri yang disebut ekuilibrasi
Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek, yaitu
1) kematangan, 2) pengalaman, 3) interaksi sosial, dan 4) ekuilibrasi. Hasil dari
interaksi maka terbentuklah struktur kognitil atau skemata (dalam bentuk
tunggal skema) yaitu melalui asimilasi dan akomodasi. Proses akomodasi dan
asimilasi senantiasa berlaku sehingga terwujud keseimbangan atau equilibrium

Piaget membagi 4 tahap perkembangan kognitif anak, diantaranya


adalah: tahap sensorimotor (sejak lahir hingga usia sekitar 2 tahun), tahap

14
praoprasional (usia sekitar 2-7 tahun), tahap oprasional konkrit (usia 7-11
tahun), tahap oprasional formal (usia sekitar 11-15 tahun).
Implementasi teori perkembangan kognitif piaget dalam pembelajaran
Aud menurut teori dari Piaget adalah memberikan ruang untuk anak agar anak
dapat membangun pemahamnya yang ada pada dirinya. Sedangkan metode
yang sesuai dalam pembelajaran adalah: praktik langsunbg, cerita, tanya jawab,
proyek, bermain peran dan demonstrasi.
B. Saran
Dalam perkembangan kognitif menurut pandangan Piaget, intelegensi
anak berkembang melalui suatu proses active learning, pada intinya anak
membangun kemampuan kognitifnya melalui interaksinya dengan dunia
disekitarnya. Dalam menstimulus perkembangan kognitif anak usia dini
disarankan untuk:
1. Memperhatikan karakteristik perkembagan kognitif anak sesuai dengan
tahap-tahap perkembanganya, sehingga perkembangan kognitif anak dapat
berkembang secara optimal.
2. Pada dasarnya setiap anak memiliki tahap-tahap perkembangan yang
berbeda-beda dan memiliki karakteristik yang unik, maka disarankan
sebagai seorang pendidik dapat memfasilitasi dan tidak memaksakan anak.
3. Peranan pendidik dalam mendampingi anak diperlukan namun perananya
tidak dominan, dengan kata lain pendidik memberikan kesempatan anak
untuk bereksplorasi dan membangun pemahamnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Asmawati, luluk.2008. Pengelolahan Kegiatan Pengembngan Anak Usia


Dini.Jakarta:Universitas Terbuka

Nirmala, Indah. Perkembangan Kognitif Piaget, (online),


http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-perkembangan-kognitif-
jean-piaget-dan-implementasinya-dalam-pendidikan-346946.html 01
Maret 2013 9:04:06

Mukhlis, Hirmaningsih, 2010, Teori Psikologi Perkembangan, Pekanbaru.


Penerbit: Psikologi Press

Program pensiswazanaguru sekolah rendah (PGSR)2008. Perkembangan Kognitif


Kanak-Kanak.Malaysia.Sektor Pembangunan ProfesionalismeKeguruan
Kementerian Malaysia

Nafisah, Vivi. 2014. Perkembangan Kognitif Anak oleh Psikolog Ana Surti
Arianai. (online).
(http://anakjempolan.wordpress.com/2014/02/06/perkembangan-kognitif-
anak-oleh-psikolog-anna-surti-nina/) diakses 19 Oktober 2014

Papalia, Diane E. Old, Sally Wendkos. Feldman, Ruth Duskin. 2009. Human
Development/Perkembangan Manusia. Buku 1. Edisi 10. Jakarta. Penerbit
Salemba Humanika.

Sudarma. Paud Berkarakter.2014. Yogyakarta: PT Genius Publisher

Sujiono, Yuliani.2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Din. Jakarta:PT


Indeks

Suparno, Paul.2001. Teori Perkembangan Kognitif.Yogyakarta: Penerbit Kanisius

16

Anda mungkin juga menyukai