Pendahuluan
Jean Piaget adalah seorang ilmuawan yang merumuskan teori yang dapat
menjelaskan fase-fase perkembangan kognitif. Teori ini dibangun berdasarkan
sudut pandang yang disebut sudut pandang aliran structural (structuralism) dan
aliran konstructive (constructivism). Teori perkembangan Piaget adalah salah
1
satu teori yang menjelasakan bagaimana anak beradaptasi dan
menginterpretasikan objek-objek dan kejadian yang terjadi di sekitar anak.
Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif dalam menyusun
pengetahuannya mengenai realitas. Anak tidak pasif menerima informasi.
Walaupun proses berfikir dalam konsepsi anak mengenai realitas telah
dimodifikasi oleh pengalaman dengan dunia sekitarnya, namun anak juga
berperan aktif dalam menginterpretasikan informasi yang ia peroleh.
Piaget percaya bahwa pemikiran anak-anak berkembang menurut tahap-tahap
atau periode-periode yang terus bertambah kompleks. Teori Piaget merupakan
akar revolusi kognitif saat ini yang menekankan pada proses mental.
Tujuan dari penulisan refarat ini adalah untuk menjelaskan mengenai teori
pekembangan kognitif menurut jean Piaget
2
Pada tahun 1952, ia menjadi profesor di Sorbonne. Pada tahun 1955, dia
menciptakan International Center for Genetic Epistemologi, di mana ia menjabat
sebagai direktur hingga sisa hidupnya. Pada tahun 1956, dia menciptakan
Sekolah Ilmu di Universitas Jenewa. Demikian juga, ia melanjutkan pelayanan
publik melalui UNESCO sebagai delegasi Swiss.
Menjelang akhir kariernya, ia telah menulis lebih dari 60 buku dan
banyak ratusan artikel. Dia meninggal di Jenewa, 16 September 1980. Jean Piaget
dikenal sebagai salah satu psikolog yang paling signifikan abad kedua puluh.
(Winarto)
1. Kematangan
3
kekurangan, hal itu akan membatasi secara luas prestasi secara kognitif.
Perkembangan berlangsung dengan kecepatan yang berlainan tergantung pada
sifat kontak dengan lingkungan dan kegiatan belajar sendiri.
2. Pengalaman
3. Interaksi Sosial
4. Ekuilibrasi
Proses pengaturan diri dan pengoreksi diri, mengatur interaksi spesifik dari
individu dengan lingkungan maupun pengalaman fisik, pengalaman sosial dan
perkembangan jasmani yang menyebabkan perkembangan kognitif berjalan secara
terpadu dan tersusun baik.
4
2. Akomodasi
Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan
atau penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan
skema yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema
yang baru. Sebagai contoh anak-anak yang memahami skema burung tadi
menjumpai ayam yang bersayap. Dalam skemanya menyerupai kelompok
keluarga burung tetapi tidak terbang. Dengan pengalaman baru ini anak-anak
perlu mengakomodasikan pemahaman yang ada kedalam skema yang baru bahwa
semua burung pada umumnya dapat terbang tetapi ada pengecualian fakta karena
ada burung yang tidak dapat terbang. (Asmawati)
Dalam perkembangan kognitif diperlukan keseimbangan antara asimilasi
dan akomodasi. Proses ini disebut dengan ekuilibrium, yaitu pengaruh diri secara
mekanisme yang diperlukan untuk mengatur keseimbangan proses asimilasi dan
akomodasi. Ekuilibrasi adalah proses bergerak dari keadaan disekuilibrium ke
ekuilibrium. Ekuilibrasi membuat seseorang dapat menyatukan pengalaman luar
dengan struktur dalamnya (skema). Apabila terjadi keseimbangan maka
seseorang dipacu untuk mencari keseimbangan baru dengan asimilasi dan
akomodasi. Bagi Piaget proses akomodasi tersebut dapat disamakan dengan
belajar. Konsep ini menjelaskan tentang perlunya pendidik memilih dan
menyesuaikan materi pembelajaran yang berbijak dari ide dasar yang diketahui
oleh anak, untuk kemudian dikembangkan dengan stimulasi lebih luas, misalnya
dalam bentuk pertanyaan sehingga kemampuan anak meningkat dalam
menghadapi pengalaman yang lebih kompleks (Asmawati, 2008:1.23)
5
1. Periode Sensorimotor (Usia 0–2 Tahun)
Bagi anak yang berada pada tahap ini, pengalaman diperoleh melalui
fisik (gerakan anggota tubuh) dan sensori (koordinasi alat indra). Bayi
memberikan reaksi motorik atas rangsangan-rangsangan yang diterimanya dalam
bentuk refleks misalnya refleks menangis, dan lain-lain. Refleks ini kemudian
berkembang lagi menjadi gerakan-gerakan yang lebih canggih, misalnya berjalan
(Sunarto, 2008:24)
Piaget membagi periode sensorimotor dengan 6 tahapan subfase, berikut
penjelasanya:
Contoh:
refleks menangis, mengisap, menggerakkan tangan
dan kepala, mengisap benda didekatnya, dan lain-
lain.
2 Primary Circular Kebiasaan dibuat dengan dengan mencoba-coba dan
Reaction mengulang-ulang suatu tindakan
(umur 1-4 bulan)
Contoh:
seorang bayi mengembangkan kebiasaan mengisap
jari. Awalnya ia tidak dapat mengangkat tangannya
ke mulut, lalu pelan-pelan mencoba dan akhirnya
bisa. Setelah itu menjadi lebih cepat melkukan
kembali. Maka itu, terjadilah suatu kebiasaan
mengisap ibu jari
3 Secondary Circular Pada periode ini, seorang bayi mulai menjamah dan
Reaction memanipulasi objek apapun yang ada di sekitarnya
(umur 4-8 bulan)
Contoh:
seorang bayi diletakkan diatas ranjang dan diberi
mainan yang akan berbunyi jika talinya dipegang.
Suatu saat ia main-main dan menarik tali itu. Ia
mendengar bunyi yang bagus dan ia senang. Maka, ia
akan menarik tali itu agar muncul bunyi yang sama
6
Sensorimotor (0-2 tahun)
No Periode Implikasi
4 Coordinatory of Secondary Seorang bayi mulai membedakan antara sarana dan
Reaction hasil tindakannya.
(umur 8-12 bulan)
Contoh:
seorang bayi diberi mainan tetapi letaknya jauh. Di
dekatnya terdapat tongkat kecil dan dia akan
menggunakannya untuk menggapai mainan tersebut
5 Tertiary Circular Reaction Masa anak mulai mengembangkan cara-cara baru
(umur 12-18 bulan) untuk mencapai tujuan dengan eksperimen
Contoh:
anak diberi makanan yang diletakkan di meja. Ia
akan mencoba menjatuhkan makanan itu dan
memakannya.
6 Symbolic Thought Seorang anak sudah mulai menemukan cara-cara
(umur 18-24 bulan) baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan fisis dan
eksternal tetapi juga dengan koordinasi internal
dalam gambarannya
Contoh:
Lauren mencoba membuka pintu kebun. Ia tidak
berhasil karena pintu disangga oleh sebuah kursi
diseberangnya. Ia pergi di sisi lain dan memindahkan
6 kursi yang menghambat tersebut, padahal ia tidak
Symbolic Thought melihat. Dari kejadian tersebut, tampak jelas bahwa
(umur 18-24 bulan) lauren dapat mengerti apabila penyebab pintu itu
adalah sesuatu yang berada dibelakang pintu
tersebut, meskipun ia tidak melihat.
7
simbolis ini dapat berbentuk melakukan percakapan melalui telepon mainan atau
berpura-pura menjadi bapak atau ibu, dan kegiatan simbolis lainnya. pada masa
ini, anak telah memiliki kemampuan untuk menggambarkan suatu objek yang
secara fisik tidak hadir. Misalnya anak dapat menggambar manusia secara
sederhana. Biasanya pada subfase ini anak menggambar manusia lidi, jadi
menggambar hanya menggunakan simbol-simbol saja.
Masa ini disebut subfase berpikir secara intuitif karena tahap ini adalah
tahap persiapan untuk pengorganisasian operasi konkrit. Pada tahap ini pemikiran
anak lebih banyak berdasarkan pada pengalaman konkrit daripada pemikiran
logis, sehingga jika ia melihat objek-ojek yang kelihatannya berbeda, maka ia
mengatakanya berbeda pula. Pada tahap ini anak masih berada pada tahap pra
operasional belum memahami konsep kekekalan (conservation), yaitu kekekalan
panjang, kekekalan materi, luas, dll. Ciri-ciri anak pada tahap ini juga belum
memahami dan belum dapat memikirkan dua aspek atau lebih secara bersamaan
atau masih belum maksimal terhadap konsentrasi (concentration). (Nafisah: 2014)
Concentration:
8
Anak tidak dapat memberi alasan perpindahan kereta, anak hanya fokus
keadaan kereta yang statis bukan perpindahan. Dengan kata lain anak belum
memiliki kemampuan untuk berpikir secara kritis tentang apa yang ada di balik
suatu kejadian.
Pada umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami operasi logis
dengan bantuan benda konkrit. Kemampuan ini terwujud dalam memahami
konsep kekekalan, kemampuan untuk mengklasifikasikan dan serasi, mampu
memandang suatu objek dari sudut pandang yang berbeda secara objektif. Anak
pada tahap ini sudah cukup matang untuk menggunakan pemikiran logika, tetapi
hanya objek fisik yang ada saat ini (karena itu disebut tahap operasional konkrit).
Namun, tanpa objek fisik di hadapan mereka, anak-anak pada tahap ini masih
mengalami kesulitan besar dalam menyelesaikan tugas-tugas logika.
Contoh:
Pada peringkat ini anak sudah menguasai segi kekekalan atau conservation
adalah suatu kuantiti yang tidak akan berubah walaupun terdapat perubahan di
dalam kewujudanya atau apareance jika menunjukkan empat kelereng dengan
susuna lurus dengan kelereng yang diletakkan secara acak maka anak pada masa
oprasionalkonkrit akan mengatakan bahwa kuantitas dari kelereng itu sama.
9
Sedangkan anak pada mas praoprasional akan mengatakan bahwa kelerengyang
disusun secara acak memiliki kuantitas lebih banyak.
Anak pada tahap ini sudah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan
hal-hal yang abstrak dan menggunakan logika. Penggunaan benda-benda konkret
tidak diperlukan lagi. Selain itu pada tahap ini individu dapat berpikir secara
abstrak, menangani situasi-situasi perumpamaan dan berpikir mengenai berbagai
kemungkinan (dalam Human Development, Papalia, Old, Feldman, 2009 ; 46).
Sehingga ketika masa ini individu sudah dapat berpikir logis, berpikir dengan
pemikiran teoretis formal berdasarkan proposisi-proposisi dan hipotesis, dan
dapat mengambil kesimpulan lepas dari apa yang diamati saat itu.
Penalaran terjadi dalam struktur kognitifnya telah mampu hanya dengan
menggunakan simbol-simbol, ide-ide, astraksi dan generalisasi. Ia telah memiliki
kemampuan-kemampuan untuk melakukan operasi-operasi yang menyatakan
hubungan di antara hubungan-hubungan, memahami konsep persepsi.
10
1. Aktivitas di dalam proses belajar mengajar hendaknya ditekankan pada
pengembangan struktur kognitif, melalui pemberian kesempatan pada anak
untuk memperoleh pengalaman langsung dalam berbagai aktivitas
pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran terpadu dan mengandung
makna, seperti membuat bangunan dari balok, mengamati perubahan yang
terjadi pada lingkungan anak (tumbuh-tumbuhan, air, binatang).
Menggambar, menggunting dan lain-lain yang dikaitkan dengan
pengembangan dasar-dasar pengetahuan alam atau matematika dan
pengembangan bahasa, baikbahasa lisan , membaca atau menulis.
2. Memulai kegiatan dengan membuat konflik dalam pikiran anak. Misalnya
memberikan jawaban yang salah untuk memotivasi anak memikirkan dan
menemukan jawaban yang benar
3. Memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan berbagai kegiatan
yang dapat membangun kemampuan kognitifnya. Misalnya mengubah
objek-objek yang disajikan secara nyata kedalam bentuk lain misalnya
gambar
4. Melakukan kegiatan tanya jawab yang dapat mendorong anak untuk berpikir
dan mengemukakan pikiranya.
Untuk membangun pengetahuan pada anak diperlukan metode
pembelajaran yang tepat agar pengetahuan yang dibangun oleh anak dapat
terinternalisasi dengan baik, metode tersebut antara lain:
1. Metode praktik langsung, melalui kegiatan praktik langsung diharapkan anak
akan dapat pengalaman melalui interaksi langsung dengan objek
2. Metode cerita, anak akan mendapat pengetahua tentang bagaiman cara
menyampaikan pesan pada orang lain agar orang lain mampu memahami
pesan-pesan yang ingin disampaikan
3. Metode tanya jawab, membangun pengetahuan melalui pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan sehingga anak dapat menjawab dan membuat
pertanyaan sesuai informasi yang ingin diperoleh
4. Metode proyek, memberikan kesempatan kepada nak untuk melakukan
eksplorasi pada lingkungan sekitar sebagai proyek belajar
11
5. Metode bermain peran, anak dapat mengembangkan pengetahuan sosial
karena dituntut untuk mempelajari dan memperagakan peran yang akan
dimainkan
6. Metode demonstrasi, menunjukkan atau memperagakan suatu tahapan
kejadian, proses dan peristiwa
Kesimpulan
Dalam pandangan Piaget, belajar yang sebenarnya bukanlah sesuatu yang
diturunkan oleh guru, melainkan sesuatu yang berasal dari dalam diri anak sendiri.
Belajar merupakan sebuah proses penyelidikan dan penemuan spontan.
Berkaitan dengan belajar, Piaget membangun teorinya berdasarkan pada konsep
skema yaitu, stuktur mental atau kognitif yang menyebabkan seseorang secara
intelektual beradaptasi dan mengoordinasikan lingkungan sekitarnya. Skema pada
prinsipnya tidak statis melainkan selalu mengalami perkembangan sejalan dengan
perkembangan kognitif manusia.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek, yaitu 1)
kematangan, 2) pengalaman, 3) interaksi sosial, dan 4) ekuilibrasi. Hasil dari
interaksi maka terbentuklah struktur kognitil atau skemata (dalam bentuk tunggal
skema) yaitu melalui asimilasi dan akomodasi. Proses akomodasi dan asimilasi
senantiasa berlaku sehingga terwujud keseimbangan atau equilibrium
13
12
DAFTAR PUSTAKA
Nafisah, Vivi. 2014. Perkembangan Kognitif Anak oleh Psikolog Ana Surti
Arianai. (online).
(http://anakjempolan.wordpress.com/2014/02/06/perkembangan-kognitif-
anak-oleh-psikolog-anna-surti-nina/) diakses 19 Oktober 2014
Papalia, Diane E. Old, Sally Wendkos. Feldman, Ruth Duskin. 2009. Human
Development/Perkembangan Manusia. Buku 1. Edisi 10. Jakarta.
Penerbit Salemba Humanika.
13