Anda di halaman 1dari 5

REFARAT

Patent Ductus Arteriosus (PDA)

Disusun Oleh :

Amelia Ritonga
211-210-208
Pembimbing :

dr. B. Susanti Dewayani, Sp.A


dr. Bangun Lubis, Sp.A
dr. S. L. Margaretha Gultom, Sp.A

1. Pendahuluan
Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah duktus arteriosus yang tetap
terbuka.
Patent Ductus Arteriosus (PDA) atau Duktus Arteriosus Paten (DAP)
adalah kelainan jantung kongenital (bawaan) dimana tidak terdapat penutupan
(patensi) duktus arteriosus yang menghubungkan aorta dan pembuluh darah
besar pulmonal 12 jam pasca kelahiran bayi dan secara lengkap 2-3 minggu.
Biasanya duktus arteriosus akan menutup secara normal dan meninggalkan
suatu jaringan ikat yang dikenal sebagai ligamentum arteriosum.
Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada
janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens.
2. Etiologi
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui
secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh
pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan :
a. Faktor Prenatal :
 Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.
 Ibu alkoholisme.
 Umur ibu lebih dari 40 tahun.
 Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan
insulin.
 Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.
b. Faktor Genetik :
 Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
 Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
 Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
 Lahir dengan kelainan bawaan lain.

3. Gejala Klinis
PDA kecil dapat menyebabkan tidak ada gejala yang mungkin tidak
terdeteksi untuk beberapa waktu, bahkan sampai dewasa. Biasanya
asimptomatik dengan tekanan darah dan tekanan nadi normal. Jantung tidak
membesar. Pada PDA sedang biasanya gejala timbul pada usia 2 bulan atau
lebih berupa kesulitan makan, ISPA berulang, tetapi beran badan normal atau
hanya berkurang sedikit.
Beberapa bayi yang mengalami PDA besar dapat menyebabkan volume
overload pada jantung dan aliran darah berlebih di paru-paru atau
menyebabkan gagal jantung segera setelah lahir sehingga akan tampak gejala
sebagai berikut :
a. Sulit atau susah makan, pertumbuhan yang buruk.
b. Berkeringat dan terengah-engah dengan pengerahan tenaga, seperti
saat menangis, menyusui, makan, dll.
c. Napas cepat, bekerja keras untuk bernapas, dan sesak napas.
d. Mudah letih ketika makan atau bermain.
e. Takikardi.
f. Warna kulit kebiruan atau kehitaman saat menangis atau makan.
g. Tanda khas pada denyut nadi berupa pulsus seler yang disebut
“water hammer pulse”, hal ini terjadi akibat kebocoran darah dari
aorta pada waktu systole maupun diastole, sehingga didapat tekanan
nadi yang besar/ menonjol dan meloncat-loncat.
h. Machinery mur-mur persisten (sistolik, kemudian menetap, paling
nyata terdengar di tepi sternum kiri atas).

4. Komplikasi
a. Tekanan darah tinggi di paru-paru (hipertensi pulmonal).
Bila terlalu banyak darah terus beredar melalui jantung arteri utama
melalui patent ductus arteriosus, dapat menyebabkan hipertensi pulmonal.
Pulmonary hypertension can cause permanent lung damage. Hipertensi
paru dapat menyebabkan kerusakan paru-paru permanen. Sebuah ductus
arteriosus paten yang besar dapat menyebabkan Eisenmenger’s syndrome,
suatu jenis ireversibel hipertensi paru.
b. Gagal jantung.
Sebuah paten ductus arteriosus pada akhirnya dapat menyebabkan otot
jantung melemah, menyebabkan gagal jantung. Gagal jantung adalah suatu
kondisi kronis di mana jantung tidak dapat memompa secara efektif.
c. Infeksi jantung (endokarditis).
Orang-orang dengan masalah jantung struktural, seperti patent ductus
arteriosus, berada pada risiko tinggi infeksi endokarditis dari pada populasi
umum. Endokarditis infeksi adalah suatu peradangan pada lapisan dalam
jantung yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
d. Detak jantung tidak teratur (aritmia).
Pembesaran hati karena ductus arteriosus paten meningkatkan resiko
aritmia. Ini biasanya terjadi peningkatan risiko hanya dengan ductus
arteriosus paten yang besar.
5. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa.
Pada bayi prematur yang disertai gagal jantung dapat diberikan
indometasin sebelum usia 10 hari. Dosis yang diberikan 0,2 mg/KgBB
melalui pipa nasogastrik atau intravena. Pemberian intravena dosis selanjutnya
tergantung usia pada saat awal terapi :
 < 48 jam dilanjutkan dengan 2 dosis 0,1 mg/KgBB
 2-7 hari dilanjutkan dengan 2 dosis 0,2 mg/KgBB
 > 7 hari dilanjutkan dengan 2 dosis > 0,25 mg/KgBB.

Dosis selanjutnya diberikan setelah 12-24 jam tergantung dari urine yang
keluar. Jika urine yang keluar sedikit dosis dapat dikurangi dan waktu
pemberian dapat diperlambat.

Indometasin tidak diberikan bila terdapat : hiperbilirubinemia (bilirubin >


12 mg%), gangguan ginjal, perdarahan, syok dan EKG menunjukkan
gambaran iskemiamiokardium. Pemberian indometasin tidak efektif pada bayi
cukup bulan dengan PDA dan tidak dianjurkan. Beban volume pada bayi
prematur dengan PDA dapat menyebabkan gagal jantung sehingga perlu
dilakukan retriksi cairan dan natrium.

b. Tindakan Bedah
Pada bayi aterm atau pada anak lebih tua, diperlukan tindakan bedah untuk
mengikat atau memotong duktus. Untuk menutup duktus juga dokter dapat
menggunakan tindakan dengan kateter.
Pada PDA dengan pirau kiri ke kanan sedang atau besar dengan gagal
jantung diberikan terapi medikamentosa (digoksin, furosemid) yang bila
berhasil akan menunda operasi 3-6 bulan sambil menunggu kemungkinan
duktus menutup. Tindakan bedah setelah dibuat diagnosis, secepat-cepatnya
dilakukan operasi pemotongan atau pengikatan duktus. Pemotongan lebih
diutamakan dari pada pengikatan yaitu untuk menghindari kemungkinan
rekanalisasi kemudian. Pada duktus yang sangat pendek, pemotongan
biasanya tidak mungkin atau jika dilakukan akan mengandung resiko.
Indikasi operasi duktus arteriosus dapat diringkas sebagai berikut :
 PDA pada bayi yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan
medikamentosa.
 PDA dengan keluhan.
 PDA dengan endocarditis infektif yang resisten terhadap terapi
medikamentosa.
DAFTAR PUSTAKA
1. Silalahi C, Wahab AS. Duktus Arteriosus Paten. Dalam : Wahab AS.
Kardiologi Anak : Penyakit Jantung Kongenital Yang Tidak Sianotik. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2006 : 69-76.
2. Ontoseno T. Diagnosis Dan Tatalaksana Penyakit Jantung Bawaan Yang
Kritis Pada Neonatus. Divisi Kardiologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK
UNAIR – RSU Dr. Soetomo Surabaya. 2003. 8-9

Anda mungkin juga menyukai