Jean Piaget adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan psikolog perkembangan Swiss, yang terkenal
karena hasil penelitiannya tentang anak-anak dan teori perkembangan kognitifnya. Menurut Ernst
von Glasersfeld, Jean Piaget adalah juga "perintis besar dalam teori konstruktivis tentang
pengetahuan".
Jean Piaget lahir tanggal 09 Agustus 1896 di Neuchatel, Swiss dan meninggal di tahun 1980. Piaget
mengidolakan ayahnya yang seorang akademisi akan tetapi takut pada ibunya yang sedikit
menderita gangguan emosi. Kondisi ibunya yang demikian menjadi salah satu faktor pendukung
yang memengaruhi Piaget di kemudian hari untuk mempelajari psikologi. Akan tetapi, bidang
keilmuan yang awalnya dipelajari oleh Piaget adalah biologi. Ketertarikan Piaget pada biologi
diawali ketika berumur 11 tahun. Piaget memublikasikan satu artikel tentang burung gereja dan
pada umur 15-18 tahun memublikasikan sejumlah artikel tentang kerang.
Di tahun 1918, Piaget menerbitkan novel intelektual, Recherché. Teks yang berpengaruh ini
menunjukkan program penelitian Piaget. Dalam tulisan itu, ia menyatakan bahwa sains bersifat
faktual dan agama bersifat sarat nilai. Piaget memperoleh jabatan pertamanya di Neuchatel pada
1925, lalu pindah untuk menetap di Universitas Geneva dari tahun 1929 sampai seterusnya. Ia
ditunjuk menjadi Direktur International Bureau of Education pada tahun yang sama dan kemudian
menjadi Direktur International Center for Genetic Epistemology pada 1955. Ia meraih gelar
kehormatan pertama dari Universitas Harvard pada 1963 diikuti lebih dari empat puluh gelar
kehormatan termasuk Erasmus Prize pada 1972. Piaget tetap berkarya setelah pensiun tahun 1971
dengan menulis buku tentang epistemologi konstruktivis.
Piaget merupakan psikolog abad ke-20 yang sangat berpengaruh. Di tahun 1921, Piaget melakukan
riset tentang bagaimana cara peserta didik pada jenjang sekolah dasar memberi alasan. Itulah
mengapa Piaget tidak tertarik dengan jawaban benar atau salah dalam tes intelegensi yang
dilakukan Simon Binet terhadap anak-anak. Ketertarikan Piaget pada bagaimana cara anak
beralasan merupakan keniscayaan bahwa Piaget memfokuskan studinya pada psikologi intelegen
(kognitif). Adapun “tradisi perkembangan kognitif” yang dapat disebut sebagai “perkembangan
struktural,” ditemukan dalam karya-karya Jean Piaget di tahun 1947 dan 1970. Pendekatan
“kognitif” atau “struktural” menekankan sifat aktif otak anak-anak ketika sadar untuk membangun
dan mengelola struktur pikiran dan tindakan. Premis dasarnya adalah bahwa semua pengetahuan
dibangun. Pendekatan kognitif ini mengidentifikasi serangkaian struktur yang terorganisir
kemudian diubah dalam urutan yang runtut ketika seseorang membangun proses kognitif yang
semakin berguna dan komplek melalui interaksi dengan lingkungan.
Salah satu aspek penting dari warisan psikologi Piaget terkait dengan teori perkembangan ialah
adanya teori perkembangan Piaget yang terus dikembangkan oleh Neo-Piagetian.48 Berdasarkan
kesimpulan Robbie Case (1992) yang dikutip oleh R. Murray dan Thomas, sikap ilmiah Neo-
Piagetian terhadap pemikiran Piaget terbagi menjadi tiga. Pertama, kelompok yang mengikuti atau
setuju dengan postulat-postulat dalam teori Piaget. Kedua, kelompok yang memilah dan
mengembangkan postulat-postulat Piaget. Ketiga, kelompok yang mengubah sistem klasik para
pengikut Piaget.
Salah satu karya Piaget yang paling berpengaruh di bidang perkembangan sosial dan moral adalah
The Moral Judgment of Child. Ditulis pada 1932, antara dua perang dunia, ini adalah karya
monumentalnya di bidang psikologi perkembangan.
Jean Piaget dikenal dengan teori perkembangan intelektualnya yang menyeluruh, yang
mencerminkan adanya kekuatan antara fungsi biologi & psikologis (perkembangan jiwa). Piaget
menerangkan inteligensi itu sendiri sebagai adaptasi biologi terhadap lingkungan.
Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang menjelasakan bagaimana anak
beradaptasi dengan dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian sekitarnya.
Teori perkembangan kognitif Jean Piaget atau teori Piaget menunjukkan bahwa kecerdasan
berubah seiring dengan pertumbuhan anak. Perkembangan kognitif seorang anak bukan hanya
tentang memperoleh pengetahuan, anak juga harus mengembangkan atau membangun mentalnya
(Jarvis, M., 2000). Perlu diketahui bahwa Jean Piaget adalah seorang psikolog yang berasal dari
Swiss yang mempelajari anak-anak di awal abad ke-20. Teorinya membahas perkembangan
intelektual atau kognitif, yang diterbitkan pada tahun 1936, dan masih digunakan hingga saat ini.
Menurut Piaget (dalam Wilis, R., 2011), anak dilahirkan dengan beberapa skemata
sensorimotor, yang memberi kerangka bagi interaksi awal anak dengan lingkungannya.
Pengalaman awal si anak akan ditentukan oleh skemata sensorimotor ini. Dengan kata lain, hanya
kejadian yang dapat diasimilasikan ke skemata itulah yang dapat di respons oleh si anak, dan
karenanya kejadian itu akan menentukan batasan pengalaman anak. Tetapi melalui pengalaman
yang dialami anak, skemata awal ini dimodifikasi.
Setiap pengalaman mengandung elemen unik yang harus di akomodasi oleh struktur kognitif
anak (Matt Jarvis, 2000). Melalui interaksi dengan lingkungan, struktur kognitif akan berubah, dan
memungkinkan perkembangan pengalaman terus-menerus. Menurut Piaget menyatakan bahwa
pertumbuhan intelektual yang dimulai dengan respons refleksif anak terhadap lingkungan akan
terus berkembang sampai ke titik di mana anak mampu memikirkan kejadian potensial dan mampu
secara mental mengeksplorasi kemungkinan akibatnya.
“Perkembangan kognitif anak mengacu pada proses mengingat, pengambilan keputusan, dan
pemecahan masalah. Perkembangan ini bisa berbeda-beda pada tiap anak. Psikolog J. Piaget
membagi perkembangan kognitif anak pada empat tahap berdasarkan usia anak.”
Faktor yang berpengaruh dalam perkembangan kognitif menurut Jean Piaget, yaitu :
1. Fisik
2. Kematangan
3. Pengaruh sosial
4. Proses pengaturan diri ( ekuilibrasi )
Aspek Intelegensi Jean Piaget Menurut Piaget, inteligensi dapat dilihat dari 3 perspektif berbeda
yaitu
1. Struktur (skemata atau schemas)
2. Isi ( Content )
3. Fungsi ( Fungtions)
Pertumbuhan atau perkembangan kognitif terjadi melalui tiga proses yang saling berhubungan
yaitu proses :
1. Asimilasi
Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi
konsep atau pengalaman ke dalam skema atau pola yang sudah ada didalam pikirannya.
Menurut Wadsworth asimilasi tidak menyebabkan perubahan skema. Misalnya seorang anak
memilki konsep menganai lembu. Dalam pikiran anak itu , ada skema lembu. Mungkin
dalam skema anak itu bahwa lembu binatang yang berkaki empat, berwarna putih dan makan
rumput. Skema itu terjadi pada saat anak itu pertama kali melihat lembu tetangganya yang
memang berkaki empat dan berwarna putih dan sedang makan rumput. Dalam perjalanan
hidupnya anak itu bertemu dengan macam-macam lembu yang lain, berwarna lain dan tidak
sedang makan rumput tapi sedang menarik gerobak. Berhadapan dengan pengalaman yang
lain itu, anak memperkembangkan skema awalnya menjadi : lembu itu binatang berkaki
empat, berwarna putih atau kelabu, makannya rumput dan menarik gerobak.
2. Akomodasi
Dapat terjadi bahwa dalam menghadapi rangsangan atau alama yang baru, seseorang
tidak dapat mengasimilasikan pengalam yang baru itu dengan skema yang dimiliki. Hal ini
terjadi karena pengalaman yang baru itu tidak cocok dengan skema tyang telah ada. Dalam
keadaan ini seseorang tersebut dapat mengadakan akomodasi. Ia dapat melakukan dua hal :
(1) Membentuk skema baru yang dapat cocok dengan rangsangan yang baru atau (2)
Memodifikasi skema yang ada sehingga cocok dengan rangsagan itu. Misalnya seorang
anak mempunyai suatu skema bahwa semua benda padat dapat tenggelam di air. Skema ini
didapat dari abstraksinya terhadap pengalamannya terhadap benda-benda yang dimasukkan
ke dalam air. Suatu hari ia melihat beberapa benda padat yang terapung di atas sungai . Ia
merasakan bahwa skema lamanya tidak cocok lagi. Ia mengalami konflik dalam pikirannya.
Ia harus mengahadpi perubahan skema lama dengan dengan membentuk skema baru yang
berisi : tidak semua benda padat dapat tenggelam di air.
3. Ekuilibrasi
Dalam perkembangan kognitif diperlukan kesetimbangan antara asimilasi dan
akomodasi. Proses itu disebut equilibrium yaitu pengaturan mekanis yang perlu untuk
mengatur keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi. Disekuilibrium adalah keadaan
tidak seimbang antara asimilasi dan akomodasi. Ekuilibrasi adalah proses bergerak dari
keadaan disekuilibrasi ke ekuilibrium. Proses tersebut berjalan terus dalam diri seseorang
melalui asimilasi dan akomodasi. Ekulibrium dapat membuat seseorang menyatukan
pengalaman luar dengan struktur dalamnya atau skema.
Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Menurut Piaget, pikiran anak-anak dibentuk bukan oleh
ajaran orang dewasa atau pengaruh lingkungan lainnya. Anak-anak memang harus berinteraksi
dengan lingkungan untuk berkembang, namun merekalah yang membangun struktur-struktur
kognitif baru dalam dirinya. Piaget juga yakin bahwa individu melalui empat tahap dalam
memahami dunia. Masing-masing tahap terkait dengan usia dan terdiri dari cara berfikir yang
khas/berbeda.
Tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget adalah sebagai berikut:
Melansir dari laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), menurut J. Piaget, awal masa remaja
terjadi transformasi kognitif yang besar menuju cara berpikir yang lebih abstrak, konseptual, dan
berorientasi ke masa depan (future oriented). Remaja mulai menunjukkan minat dan kemampuan
di bidang tulisan, seni, musik, olahraga, dan keagamaan.
Teori Piaget berfokus pada anak-anak, mulai dari lahir hingga remaja, dan menjelaskan
berbagai tahap perkembangan, termasuk bahasa, moral, memori, dan pemikiran.
Teori perkembangan kognitif Jean Piaget atau teori Piaget menunjukkan bahwa kecerdasan
berubah seiring dengan pertumbuhan anak. Perkembangan kognitif seorang anak bukan hanya
tentang memperoleh pengetahuan, anak juga harus mengembangkan atau membangun mental.
Tahap sensorimotor adalah yang pertama dari empat tahap dalam teori Piaget mengenai
perkembangan kognitif anak Piaget. Selama periode ini, bayi mengembangkan pemahaman
tentang dunia melalui koordinasi pengalaman sensorik (melihat, mendengar) dengan tindakan
motorik (menggapai, menyentuh).
Perkembangan utama selama tahap sensorimotor adalah pemahaman bahwa ada objek dan
peristiwa terjadi di dunia secara alami dari tindakannya sendiri. Misalnya, jika ibu meletakkan
mainan di bawah selimut, anak tahu bahwa main yang biasanya ada (dia lihat) kini tidak terlihat
(hilang), dan anak secara aktif mencarinya. Pada awal tahapan ini, anak berperilaku seolah
mainan itu hilang begitu saja.
Tahap ini dimulai sekitar 2 tahun dan berlangsung hingga kira-kira 7 tahun. Selama periode
ini, anak berpikir pada tingkat simbolik tapi belum menggunakan operasi kognitif. Artinya,
anak tidak bisa menggunakan logika atau mengubah, menggabungkan, atau memisahkan ide
atau pikiran.
Perkembangan anak terdiri dari membangun pengalaman tentang dunia melalui adaptasi
dan bekerja menuju tahap (konkret) ketika ia bisa menggunakan pemikiran logis. Selama akhir
tahap ini, anak secara mental bisa merepresentasikan peristiwa dan objek (fungsi semiotik atau
tanda), dan terlibat dalam permainan simbolik.
Perkembangan kognitif anak di tahap ini berlangsung sekitar usia 7 hingga 11 tahun, dan
ditandai dengan perkembangan pemikiran yang terorganisir dan rasional. Piaget menganggap
tahap konkret sebagai titik balik utama dalam perkembangan kognitif anak, karena menandai
awal pemikiran logis.
Pada tahapan ini, Si Kecil cukup dewasa untuk menggunakan pemikiran atau pemikiran
logis, tapi hanya bisa menerapkan logika pada objek fisik. Anak mulai menunjukkan
kemampuan konservasi (jumlah, luas, volume, orientasi). Meskipun anak bisa memecahkan
masalah dengan cara logis, mereka belum bisa berpikir secara abstrak atau hipotesis.
Perkembangan kognitif anak menurut tahap terakhir menurut Piaget dimulai sekitar usia
12 tahun dan berlangsung hingga dewasa.
Saat remaja memasuki tahap ini, mereka memperoleh kemampuan untuk berpikir secara
abstrak dengan memanipulasi ide di kepalanya, tanpa ketergantungan pada manipulasi
konkret. Seorang remaja bisa melakukan perhitungan matematis, berpikir kreatif, menggunakan
penalaran abstrak, dan membayangkan hasil dari tindakan tertentu. Nah, itulah tahapan teori
Piaget mengenai perkembangan kogntif anak.
Piaget percaya, bahwa kita semua melalui keempat tahap tersebut, meskipun mungkin setiap
tahap dilalui dalam usia berbeda. Setiap tahap dimasuki ketika otak kita sudah cukup matang untuk
memungkinkan logika jenis baru atau operasi (Matt Jarvis, 2011:148). Semua manusia melalui
setiap tingkat, tetapi dengan kecepatan yang berbeda, jadi mungkin saja seorang anak yang
berumur 6 tahun berada pada tingkat operasional konkrit, sedangkan ada seorang anak yang
berumur 8 tahun masih pada tingkat pra-operasional dalam cara berfikir. Namun urutan
perkembangan intelektual sama untuk semua anak, struktur untuk tingkat sebelumnya terintegrasi
dan termasuk sebagai bagian dari tingkat-tingkat berikutnya