Pendahuluan
faktual. Buku teks dirancang, siswa membaca atau diberi informasi, lalu terjadi
mengikuti urutan kurikulum secara ketat. Aktifitas belajar mengikuti buku teks.
pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak terjadi begitu saja.. Pengetahuan
bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan
diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui
pengalaman nyata. Oleh karena itu, pengetahuan adalah konstruksi manusia dan
untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan
sendiri. Ini sesuai dengan esensi dari teori konstruktivisme adalah ide bahwa siswa
Confrey,1994}.
Salah satu tokoh pencetus kontruktivisme adalah Jean Piaget. Jean Piaget
sering disebut ahli ilmu jiwa dan Biologi dari Swiss. Dari hasil penelitianya itu
timbullah teori belajarnya yang biasa disebut teori perkembangan mental atau teori
manusia dari lahir sampai dewasa serta ciri-cirinya dari setiap tahap itu (Ruseffendi,
2006: 132).
Teori Belajar Piaget
apabila selalu diuji dengan pengalaman baru. Menurut Piaget(1980), bahwa manusia
masing berisi informasi bermakna yang berbeda-beda. Pengalaman yang sama bagi
disimpan dalam kotak yang berbeda. Setiap pengalaman baru dihubungkan dengan
dikembangkan dalam otak manusia melalui dua cara, yaitu asimilasi dan akomodasi.
Asimilasi, maksudnya struktur pengetahuan baru dibuat atau dibangun atas dasar
yang sudah ada dimodifikasi untuk menampung dan menyesuaikan dengan hadirnya
pengalaman baru.
Menurut Piaget (Ruseffendi, 2006 : 133) ada tiga dalil pokok dalam
Disamping itu ada empat konsep dasar Piaget yang dapat diaplikasikan pada
isi kurikulum dan urut-urutannya, metode mengajar, dan evaluasi. Keempat konsep
dasar tersebut adalah: (1) Skemata, (2) asimilasi, (3) akomodasi, dan (4) ekuilibrium
1. Skemata
adanya sejumlah struktur psikologis yang berbeda bentuknya pada setiap fase atau
harus memiliki suatu struktur yaitu skema yang berfungsi melakukan adaptasi
(Senduk, 1985 : 10). Skemata itu senantiasa berkembang. Artinya, semasa kecil
seorang anak memiliki beberapa skemata saja, tetapi setelah beranjak dewasa
skemata orang dewasa berkembang dari skemata anak melalui proses adaptasi sampai
pada penataan atau organisasi. Makin mampu seseorang membedakan satu stimulus
adalah struktur kognitif yang selalu berkembang dan berubah. Proses yang
2. Asimilasi
(Ruseffendi, 2006 : 133). Proses asimilasi ini dilakukan dengan jalan memadukan
stimulus atau persepsi kedalam skemata atau perilaku yang telah ada. Misalnya,
demikian anak itu telah memiliki ‘skemata persamaan linear’ yaitu tentang
pengertian persamaan linear, bentuk umum persamaan linear (ax + b = c), dan teknik
dalam struktur mentalnya. Mungkin saja skemata yang ada atau yang terdekat dengan
karakteristik ‘persamaan kuadrat’ itu adalah skemata ‘persamaan linear’, oleh karena
persamaan kuardat dan dipahaminya bahwa persamaan kuadrat itu bukan persamaan
linear, maka terbentuklah skemata ‘persamaan kuadrat’ dalam struktur pikiran anak
itu.
3. Akomodasi
dengan skema yang telah dimilikinya. Hal ini terjadi karena pengalaman yang baru
itu tidak cocok dengan skema yang sudah ada. Dalam keadaan seperti ini seseorang
baru, sehingga informasi itu mempunyai tempat (Ruseffendi, 2006 : 133). Proses
lama. Disini nampak terjadi perubahan secara kuantitatif. Jadi, pada hakekatnya
intelektual. Menurut Piaget, proses asimilasi dan akomodasi itu terus berlangsung
antara asimilasi dan akomodasi. Ekuilibrasi adalah proses bergerak dari keadaan
seseorang dipacu untuk mencari keseimbangan yang baru dengan asimilasi dan
akomodasi.
dalam empat tahap : (1) tahap sensori motor (umur sekitar 0 - 2 tahun), tahap
preoperasi(umur sekitar 2 - 7 tahun), (3) tahap operasi konkrit (umur sekitar 7-11 atau
12) dan tahap operasi formal(umur sekitar 11 tahun sampai dewasa)(Ruseffendi, 2006
: 134). Perkembangan kognitif manusia ini tumbuh secara kronologis. Dengan kata
lain setiap manusia itu akan mengalami perkembangan mental dengan urutan seperti
di atas dan semuanya akan dilalui. Perbedaan yang terjadi hanya mengenai waktu;
pada guru untuk tidak mengajarkan konsep secara jadi. Tetapi sebuah proses belajar
yang menuntut guru untuk mendorong siswanya agar membangun atau menemukan
konsep dengan cara mereka sendiri, sehingga ia meyakini cara yang dilakukan itu
merupakan aktivitas awal yang dilakukan siswa dalam memahami dan mendalami
sehingga diperoleh jawaban yang lebih baik atau mungkin aktivitas berupa kerja
kelompok kecil, diskusi, dan melakukan pekerjaan yang diawali dengan sebuah
fakta, konsep, prinsip menjadi sebuah susunan konsep baru melalui aktivitas fisik
maupun mental menurut kemampuan atau cara masing-masing siswa. Begitu pula
mengkonstruksi secara aktif (Steeflan (1991) dalam Widyana, 2004 : 14). Berkenaan
dengan hal ini, Handbury (Herawaty, et.al, 2004 : 21) mengemukakan sejumlah
strategi siswa lebih bernilai , dan (4) siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi
pembentukan pengetahuan.
transmisi sosial yaitu terjadi interaksi dan kerja sama seorang dengan orang
lain atau dengan lingkungannya, misalnya interaksi dan kerja sama antara
struktur kognitif yang sudah ada dan diperoleh pengetahuan baru. Sebaliknya, apabila
informasi itu belum cocok dengan struktur kognitif yang telah dimiliki orang tersebut,
maka struktur kognitif yang sudah ada direstrukturisasi sehingga terjadi penyesuaian
melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar. Hal ini berarti, siswa
tidak sekedar meniru dan membentuk bayangan dari pengetahuan yang diamati atau
diajarkan oleh guru, tetapi secara aktif menyeleksi, menyaring, memberi arti, dan
menguji kebenaran atas informasi yang diterimanya. Dengan kata lain pengetahuan
yang dikonstruksi siswa merupakan hasil interpretasi siswa itu sendiri terhadap
Confrey, J. (1994). A Theory of Intellectual Development (Part. I). For the Learning
of Mathematics, 14 (3), XIV, 2-8.
Senduk, A.G. (1985). Teori Perkembangan Intelektual Jean Piaget. Bandung: FPS
IKIP Bandung.