Anda di halaman 1dari 8

Teori Belajar Kognitivisme

Pada teori belajar kognitivisme, belajar adalah pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan perseptual untuk memperoleh pemahaman.
Tujuan dan tingkah laku sangat dipengaruhi oleh proses berfikir internal yang terjadi selama proses belajar.Menurut teori ini, belajar adalah
perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa
diamati. Asumsi dasar teori ini adalah setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya. Pengalaman dan
pengetahuan ini tertata dalam bentuk struktur kognitif. Menurut teori ini proses belajar akan berjalan baik bila materi pelajaran yang baru
beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa. Tokoh-tokoh dan teori yang mendukung kognitivisme adalah:
A. Piaget (Teori Perkembangan Kognitif)
Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori
tentang tahapan perkembangan individu. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemataskema tentang bagaimana
seseorang mempersepsi lingkungannya dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam
merepresentasikaninformasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori nativisme (yang
menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita
membangun kemampuan kognitif melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan. Untuk pengembangan teori ini,
Piaget memperoleh Erasmus Prize. Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat tahap utama
yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia:
1.
2.
3.
4.

Tahap sensorimotor
Tahap praoperasional
Tahap operasional konkrit
Tahap operasional formal

Seorang individu dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan lingkungan. Dengan berinteraksi tersebut, seseorang akan memperoleh skema.
Skema berupa kategori pengetahuan yang membantu dalam menginterpretasi dan memahami dunia. Skema juga menggambarkan tindakan
baik secara mental maupun fisik yang terlibat dalam memahami atau mengetahui sesuatu. Sehingga dalam pandangan Piaget, skema
mencakup baik kategori pengetahuan maupun proses perolehan pengetahuan tersebut. Seiring dengan pengalamannya mengeksplorasi
lingkungan, informasi yang baru didapatnya digunakan untuk memodifikasi, menambah, atau mengganti skema yang sebelumnya ada.
Perubahan skema tersebut meliputi:
1.
Asimilasi yaitu proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada. Proses ini bersifat subjektif,
karena seseorang akan cenderung memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema
yang sudah ada sebelumnya.
2.
Akomodasi yaitu bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau penggantian skema akibat adanya
informasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang
baru sama sekali.
3.
Equilibrium yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan. Melalui
proses asimilasi dan akomodasi, sistem kognisi seseorang berubah dan berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke
tahap di atasnya. Proses penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai keadaan seimbang.
Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses
penyesuaian di atas. Dengan demikian, kognisi seseorang berkembang bukan karena menerima pengetahuan dari luar secara
pasif tapi orang tersebut secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya.

B. Robert Gagne (Teori Pemrosesan Informasi)


Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat
penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran.
Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk
kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan
informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal
individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai
hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah
rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran. Menurut
Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu:
1.
Motivasi
2.
Pemahaman
3.
Pemerolehan
4.
Penyimpanan
5.
Ingatan kembali
6.
Generalisasi
7.
Perlakuan

8.

Umpan balik

C. Bruner
Proses belajar lebih ditentukan oleh karena cara kita mengatur materi pelajaran dan bukan ditentukan oleh umur siswa. Proses belajar
terjadi melalui tahap-tahap:
1.
Enaktif (aktivitas)
2.

Ekonik (visual verbal)

Simbolik
Bruner membedakan dua proses yang berkaitan dengan kategori yaitu:
1.
Pembentukan konsep (mempelajari konsep yang berbeda)
2.
Konsep tingkat (mengenali sifat yang menentukan kategori)
Bruner berpendapat bahawa pembentukan konsep merupakan proses yang terjadi pada anak
umur 0-14 tahun, sementara konsep konsep tingkat terbentuk pada usia 15 tahun atau
lebih. Konsep dibagi dalam tiga kategori yaitu:
1.
Konsep konjungtif: Konsep ini merujuk kepada konsep yang mempunyai beberapa
bagian yang tergabung dan tidak terpisahkan ataupun terkurangkan. Apabila salah satu
bagian ini diabaikan, maka, konsep tersebut menjadi kurang lengkap.
2.
Konsep disjungtif: Konsep ini merujuk pada bagian-bagian yang tergabung di
dalam suatu konsep dan ini boleh digunakan dalam satu situasi ataupun situasi yang lain.
3.
Konsep hubungan: Konsep ini merujuk pada hubungan khas antara satu sama lain
yang terwujud diantara bagian-bagian tersebut. Kebanyakkan hubungan ini terdiri dari
bagian-bagian yang mengandungi masa dan ruang.
Selain itu Bruner berpendapat bahwa fungsi konsep utamanya adalah menyusun informasi pada
sifat-sifat umum bagi suatu kumpulan objek atau gagasan, dengan tujuan agar lebih ringkas,
mudah difahami, mudah dipelajari dan mengingatnya. Bruner juga berpendapat bahwa bahasa
merupakan medium yang penting dalam perkembangan kognitif manusia. Bruner mempercayai
bahwa manusia memulai tindakan sebagai usaha memahami alam sekitar, dan apabila tindakan
tidak mencukupi, ia akan beralih pada penggunaan gambar atau simbol yang mana bahasa sangat
memainkan peranan.
3.

D. Ausubel (Teori Belajar Bermakna)


Ausubel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar yang bermakna. Sama seperti
Bruner dan Gagne, Ausubel beranggapan bahwa aktivitas belajar siswa, terutama mereka yang berada di tingkat pendidikan dasar- akan
bermanfaat kalau mereka banyak dilibatkan dalam kegiatan langsung. Namun untuk siswa pada tingkat pendidikan lebih tinggi, maka
kegiatan langsung akan menyita banyak waktu. Untuk mereka, menurut Ausubel, lebih efektif kalau guru menggunakan penjelasan, peta
konsep, demonstrasi, diagram, dan ilustrasi.Proses belajar terjadi jika siswa mampu mengasimilasikan pengetahuan yang dimilikinya
dengan pengetahuan baru. Proses belajar terjadi melaui tahap-tahap:
1.
Memperhatikan stimulus yang diberikan

Memahami makna stimulus menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah


dipahami.
2.

E. Teori Gestalt
Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang memiliki
hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan. Teori gestalt beroposisi terhadap teori strukturalisme. Teori gestalt cenderung
berupaya mengurangi pembagian sensasi menjadi bagian-bagian kecil. Teori ini dibangun oleh tiga orang, Kurt Koffka, Max Wertheimer, and
Wolfgang Khler. Mereka menyimpulkan bahwa seseorang cenderung mempersepsikan apa yang terlihat dari lingkungannya sebagai
kesatuan yang utuh. Teori gestalt banyak dipakai dalam proses desain dan cabang seni rupa lainnya, karena banyak menjelaskan
bagaimana persepsi visual bisa terbentuk. Persepsi jenis ini bisa terbentuk karena:

Kedekatan (proxmity); bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu


maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.
2.
Kesamaan (similarity); bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung akan
dipandang sebagai suatu obyek yang saling memiliki.
3.
Arah bersama (common direction); bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang
berada dalam arah yang sama cenderung akan dipersepsi sebagi suatu figure atau bentuk
tertentu.
4.
Kesederhanaan (simplicity); bahwa orang cenderung menata bidang
pengamatannya bentuk yang sederhana, penampilan reguler dan cenderung membentuk
keseluruhan yang baik berdasarkan susunan simetris dan keteraturan; dan
5.
Ketertutupan (closure) bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu
pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.
1.

Faktor inilah yang menyebabkan kita sering bisa merasakan keteraturan dari pola-polayang sebenarnya acak. Misalnya saat seseorang
melihat awan, dia dengan mudah bisa menemukan bentuk muka seseorang. Hal ini disebut pragnan.

Diposkan oleh Rudy Unesa di 15.59


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

13 komentar:

1.
Ria Oktaviastuti19 November 2012 03.57
(

RIA

OKTAVIASTUTI

103184201

PFNR

2010

pada postingan ini sangat menarik dan bermanfaat sekali :). isi dari postingan ini yaitu mengenai teori belajar kognitivisme sudah
cukup jelas bahwa asumsi dasar teori ini adalah setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya.jadi
pada teori ini proses belajar akan berjalan baik bila materi pelajaran yang baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah
dimiliki oleh siswa. pada postingan ini juga terdapat penjelasan tentang Tokoh-tokoh dan teori yang mendukung kognitivisme yang
sudah
cukup
jelas.
saya
ingin
menambahkan
yaitu
:
Ciri-ciri
a)
b)
c)
d)
e)

Aliran
Mementingkan
Mementingkan

Kognitivisme

yang
ada
dalam
keseluruhan
dari
pada
Mementingkn
peranan
Mementingkan
kondisi
waktu
Mementingkan
pembentukan
struktur

Aplikasi

apa

teori

Kognitivisme

diri

manusia
bagian-bagian
kognitif
sekarang
kognitif
:

Aplikasi teori belajar kognitivisme dalam pembelajaran yaitu guru harus memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa
yang mudah dalam proses berpikirnya, anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar menggunakan benda-benda
konkret, keaktifan siswa sangat dipentingkan, guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari
sederhana kekompleks, guru menciptakan pembelajaran yang bermakna, memperhatian perbedaan individual siswa untuk
mencapai
keberhasilan
siswa.
Kelebihan

dan

kelemahan

teori

Kognitivisme

a. Kelebihannya yaitu : menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri; membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih
mudah.
b. Kelemahannya yaitu : teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan; sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut;
beberapa
prinsip
seperti
intelegensi
sulit
dipahami
dan
pemahamannya
masih
belum
tuntas.
sekian

dari

saya

terimakasih

SUMBER : http://edukasi.kompasiana.com/2011/10/24/teori-belajar-kognitivisme-406223.html
Balas

2.
novita lisa26 November 2012 09.26
Artikel/postingan dari bapak ini mengenai Teori belajar kognitivisme bagus sekali karena dapat digunakan sebagai bahan
pembelajaran tentang teori belajar dan dapat membantu untuk mempermudah menggali informasi lebih cepat dan tepat tentang
Teori
belajar
kognitivisme.
Berpijak pada teori belajar kognitivisme seperti dijelaskan di atas, maka untuk penganut teori kognitivisme, model pembelajaran
yang dapat digunakan adalah model pembelajaran yang mengarah pada proses pengolahan informasi.
sumber : http://hediati-mahardika.blogspot.com/2011/01/teori-belajar-kognitivisme.html
Balas

3.
Zya_Blog26 November 2012 22.54
FAUZIYATUN
NAZIFATUL
IFFAH/103184049/PFR
2010)
Artikel/postinganan ini jelas tentang teori belajar kognitivisme, setuju sekali dengan komentar-komentar sebelumnya. Artikel ini
bagus dan tepat untuk pegangan guru semua tingkat satuan pendidikan, dan cocok pula sebagai pegangan siswa ataupun
mahasiswa,,
Asumsi dasar teori ini adalah setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya. Pengalaman dan
pengetahuan ini tertata dalam bentuk struktur kognitif. Menurut teori ini proses belajar akan berjalan baik bila materi pelajaran
yang
baru
beradaptasi
secara
klop
dengan
struktur
kognitif
yang
telah
dimiliki
oleh
siswa.
Ada
sedikit
tambahan
yang
saya
sampaikan
yaitu
:
Prinsip kognitivisme banyak dipakai di dunia pendidikan, khususnya terlihat pada perancangan suatu sistem instruksional, prinsipprinsip
tersebut
antara
lain:
Si belajar akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola dan logika
tertentu
Penyusunan
materi
pelajaran
harus
dari
sederhana
ke
kompleks
Belajar dengan memahami akan jauh lebih baik daripada dengan hanya menghafal tanpa pengertian penyajian
Namun
masih
ada
beberapa
kritikan
untuk
teori
ini,
yaitu
:
Teori kognitif lebih dekat kepada psikologi daripada kepada teori belajar, sehingga aplikasinya dalam proses belajar mengajar
tidaklah
mudah
Sukar dipraktekkan secara murni sebab seringkali kita tidak mungkin memahami struktur kognitif yang ada dalam benak setiap
siswa.

Konsekuensi dari pengaplikasian teori belajar kognitivisme dalam pembelajaran, mengharuskan guru memahami bahwa siswa
bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya, anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar
menggunakan benda-benda konkret, keaktifan siswa sangat dipentingkan, guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau
logika tertentu dari sederhana kekompleks, guru menciptakan pembelajaran yang bermakna, memperhatian perbedaan individual
siswa
untuk
mencapai
keberhasilan
siswa.
Mungkin itu kesimpulan yg berhasil saya ambil, dan beberapa pernyataan yang dapat saya sampaikan.......Semoga bermanfaat :)
Sumber
:
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=8&ved=0CHAQFjAH&url=http%3A%2F%2Fblog.tp.ac.id%2F
wp-content%2Fuploads%2F4388%2Fdownload-teori-kognitivisme-tugas-harisenin1.doc&ei=8ly0UOOHA4fMrQeKxoHgBA&usg=AFQjCNE6xr1TtpQ2zF3-I_5fcwgUtvuyJA
Balas

4.
Iqlima Dewi27 November 2012 03.56
Postingan ini sangat menarik dan sangat bermanfaat. Dimana dapat memeberikan pengetahuan tambahan kepada mahasiswa
kependidikan
tentang
teori
belajar
kognitivisme.
Jadi bisa disimpulkan bahwa Teori kognitif adalah teori yang umumnya dikaitkan dengan proses belajar. Kognisi adalah
kemampuan psikis atau mental manusia yang berupa mengamati, melihat, menyangka, memperhatikan, menduga dan menilai.
Dengan kata lain, kognisi menunjuk pada konsep tentang pengenalan. Adapun teori yang tekenal antara lain :
1. Jean Piaget, teorinya disebut "Cognitive Developmental" yang Dalam teorinya, Piaget memandang bahwa proses berpikir
sebagai
aktivitas
gradual
dari
fungsi
intelektual
dari
konkret
menuju
abstrak.
2. Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Bruner, yang dimana Burner memandang perkembangan kognitif manusia
berkaitan dengan kebudayaan. Bagi Bruner, perkembangan kognitif seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan kebudayaan,
terutama
bahasa
yang
biasanya
digunakan.
3. Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Ausebel, yang mengatakan bahwa siswa akan belajar dengan baik jika isi
pelajarannya didefinisikan dan kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa (advanced organizer), dengan
demikian
akan
mempengaruhi
pengaturan
kemampuan
belajar
siswa.
Sumber : http://pbi11.blogspot.com/2012/04/teori-belajar-kognitivisme-dan.html
Balas

5.
Jendela Fisika27 November 2012 06.59
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

Balas

6.
Khristi Widiastutik27 November 2012 07.11
Salah satu prinsip paling penting dari psikologi pendidikan adalah guru tidak dapat hanya semata-mata membangun pengetahuan
di dalam benaknya sendiri Guru membantu membuat informasi yang sangat bermakna dan relevan bagi siswa.
Suatu revolusi atau perubahan mendasar sedang terjadi di dalam psikologi pendidikan. revolusi ini muncul dengan nama teori
pembelajaran kontruktivisme. Hakekat dari teori kontruktivisme adalah ide bahwa siswa harus menjadikan informasi itu miliknya
sendiri (Brooks,1990; Leinhardt,1992)
Balas

7.
Jendela Fisika27 November 2012 07.28
postingan
sedikit

bapak

mengenai

teori

belajar
kognitif
menambahi

sudah

jelas

dan

lengkap,
saja

Teori
Perkembangan
Model
Kognitivisme
Berpijak pada tiga teori belajar seperti belajar kognitif, kognitif bruner dan belajar bermakna Ausubel, maka dalam pengembangan
model pembelajaran harus selaras dengan teori belajar yang dianut. Dengan kata lain, apabila kita menganut teori behaviorisme,
maka model pembelajaran yang dapat digunakan diantaranya adalah model pembelajaran yang tergolong pada kelompok
perilaku. Untuk penganut teori kognitivisme, model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran yang
mengarah pada proses pengolahan informasi. Adapun untuk yang menganut teori belajar konstruktivisme, maka model
pembelajaran yang dikembangkan adalah model pembelajaran yang bersifat interaktif dan model pembelajaran yang berpusat
pada masalah. Hal ini didasarkan pada salah satu prinsip yang dianut oleh konstruktivisme, yaitu bahwa setiap siswa menstruktur
pengetahuannya sendiri berdasarkan pengalaman dan hasil interaksinya dengan lingkungan sekitar. Jadi pengetahuan itu tidak
begitu
saja
diberikan
oleh
guru.
sumber :http://blog.um.ac.id/zakydroid88/2011/11/26/teori-belajar-kognitivisme/
Balas

8.
Physic Education27 November 2012 16.42
Konten
hanya
Jean

ini

bagus
untuk
referensi
mengenai
untuk
melengkapi
ada
Piaget
mengklasifikasikan
perkembangan

teori

belajar
untum
mata
kuliah
disemester
2.
sedikit
informasi
dibawah
ini:
kognitif
anak
menjadi
beberapa
tahap
yaitu:

a.Tahap sensory motor, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 0-2 tahun, Tahap ini diidentikkan dengan
kegiatan
motorik
dan
persepsi
yang
masih
sederhana.
Ciri-ciri
tahap
sensorimotor
:
1)Didasarkan
tindakan
praktis.
2)Inteligensi
bersifat
aksi,
bukan
refleksi.
3)Menyangkut
jarak
yang
pendek
antara
subjek
dan
objek.
4)Mengenai
periode
sensorimotor:
5)Umur hanyalah pendekatan. Periode-periode tergantung pd banyak faktor: lingkungan sosial dan kematangan fisik.
6)Urutan
periode
tetap.
7)Perkembangan
gradual
dan
merupakan
proses
yang
kontinu.
b.Tahap pre operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 2-7 tahun. Tahap ini diidentikkan dengan
mulai digunakannya symbol atau bahasa tanda, dan telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak
abstrak.
c.Tahap concrete operational, yang terjadi pada usia 7-11 tahun. Tahap ini dicirikan dengan anak sudah mulai menggunakan
aturan-aturan yang jelas dan logis. Anak sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik perseptual pasif.
d.Tahap formal operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 11-15 tahun. Ciri pokok tahap yang
terahir ini adalahanak sudah mampu berpikir abstrak dan logisdengan menggunakan pola pikir kemungkinan.
sumber: http://upi-luthfiahmad.blogspot.com/2012/03/makalah-teori-belajar-kognitif.html
Balas

9.
Cita27 November 2012 19.11
Kalau boleh tau pak, sumber dari artikel yang bapak posting darimana? Mungkin bisa jadi referensi tambahan. Pengalaman dulu
pas kuliah teori belajar, kami kesulitan mencari referensi, dapetnya fotokopian lembaran dari dosen. Keterangan tambahan dari
teman-teman juga sangat lengkap, mencantumkan creditnya pula
Balas

10.
suhati sehati27 November 2012 19.24
materi
ini
di
bawah
Ciri-ciri

sangat
menarik
dan
sangat
bermanfaat
sebagai
model
pembelajaran
ini
saya
menambahkan
informasi
baru
mengenai
ciri2
aliranb
Aliran

a)Mementingkan
apa
yang
b)
Mementingkan
keseluruhan
c)
Mementingkn

ada

dalam
dari

diri
pada

peranan

di
kelas
kognitivisme
Kognitivisme
manusia
bagian-bagian
kognitif

d)
e)

Mementingkan
Mementingkan

kondisi
pembentukan

waktu
struktur

sekarang
kognitif

Belajar kognitif ciri khasnya terletak dalam belajar memperoleh dan mempergunakan bentuk-bentuk reppresentatif yang mewakili
obyek-obyek itu di representasikan atau di hadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang, yang
semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental, misalnya seseorang menceritakan pengalamannya selama mengadakan
perjalanan keluar negeri, setelah kembali kenegerinya sendiri. Tampat-tempat yang dikunjuginya selama berada di lain negara
tidak dapat diabawa pulang, orangnya sendiri juga tidak hadir di tempat-tempat itu. Pada waktu itu sedang bercerita, tetapi
semulanya tanggapan-tanggapan, gagasan dan tanggapan itu di tuangkan dalam kata-kata yang disampaikan kepada orang yang
mendengarkan
ceritanya.
referensi:
http://edukasi.kompasiana.com/2011/10/24/teori-belajar-kognitivisme-406223.html
Balas

11.
dikyyulisal27 November 2012 21.06
trimakasih bapak atas tulisannya....disini saya jadi mengerti apa itu teori belajar Kognitivisme. Emm, dulu saya pernah diajarkan
waktu
PPD
tapi
saya
ndag
mudeng.
jadi
makasih.
menurut
saya
hal
yang
sangat
ditekankan
adalah
pada
Ciri-ciri
Aliran
Kognitivisme,
seperti
yang
dijelaskan
mbak
okta
diatas.
a)
Mementingkan
apa
yang
b)
Mementingkan
keseluruhan
c)
Mementingkn
d)
Mementingkan
kondisi
e) Mementingkan pembentukan struktur kognitif

ada
dari

dalam

diri
pada

peranan
waktu

manusia
bagian-bagian
kognitif
sekarang

Balas

12.
fiktor27 November 2012 21.13
Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya
sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat
memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide
mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru
dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang
harus memanjat anak tangga tersebut

http://www.scribd.com/doc/73301055/Makalah-Belajar-dan-Pembelajaran-Teori-Kognitivisme

Anda mungkin juga menyukai