Anda di halaman 1dari 4

SLIDE 4

1 Pengertian teori belajar kognitif


Salah satu teori belajar yang dikembangkan selama abad ke-20 adalah teori belajar
kognitif,yaitu teori belajar yang melibatkan proses berfikir secara komplek dan
mementingkan proses belajar.
SLIDE 5
Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti.
Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan
pengetahuan. Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi populer
sebagai salah satu wilayah psikologi manusia atau satu konsep umum yang mencakup semua
bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah
pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi,
pemecahan masalah, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan.
Termasuk kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak)
dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan rasa. Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis,
tingkah laku seseorang itu senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau
memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.
SLIDE 6
Teori belajar kognitif melibatkan proses berfikir secara komplek dan
lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya.  Para penganut aliran kognitif
mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. 
Tidak seperti model belajar behavioristik yang mempelajari proses belajar hanya sebagai
hubungan stimulus-respon yang bersifat mekanistik, tetapi kegiatan belajar yang juga
melibatkan kegiatan mental yang ada di dalam individu yang sedang belajar. Model belajar
kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model perseptual. 
Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi
serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya.  Belajar
merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai
tingkah laku yang nampak.
Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling
berhubungan dengan konteks situasi tersebut.  Memisah-misahkan atau membagi-bagi situasi
atau materi pelajaran menjadi komponen-komponen yang kecil-kecil dan mempelajarinya
secara terpisah-pisah, akan kehilangan makna.  Teori ini berpandangan bahwa belajar
merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi,
emosi dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Proses belajar terjadi antara lain mencakup
pengaturan stimulus yang diterima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang
sudah dimiliki dan terbentuk di dalam pikiran seseorang berdasarkan pemahaman dan
pengalaman-pengalaman sebelumnya.
SLIDE 7
2.2 Pandangan teori belajar kognitif
Teori belajar yang berasal dari aliran psikologi kognitif ini menelaah bagaimana
orang berpikir, mempelajari konsep dan menyelesaikan masalah. Hal yang menjadi
pembahasan sehubungan dengan teori belajar ini adalah tentang jenis pengetahuan dan
memori.
Menurut pendekatan kognitif yang mutakhir, elemen terpenting dalam proses belajar
adalah pengetahuan yang dimiliki oleh tiap individu kepada situasi belajar. Dengan kata lain
apa yang telah kita ketahui akan sangat menentukan apa yang akan menjadi perhatian,
dipersepsi, dipelajari, diingat ataupun dilupakan. Pengetahuan bukan hanya hasil dari proses
belajar sebelumnya, tapi juga akan membimbing proses belajar berikutnya.
SLIDE 8
 Pandangan teori belajar kognitif kognitif membagi jenis pengetahuan menjadi tiga bagian,
yaitu:
a.       Pengetahuan Deklaratif
Yaitu pengetahuan yang bisa dideklarasikan biasanya dalam bentuk kata atau singkatnya
pengetahuan konseptual. Contoh, pengetahuan tentang fakta (misalnya, bumi berputar
mengelilingi matahari dalam kurun waktu tertentu), generalisasi (setiap benda yang di lempar
ke angkasa akan jatuh ke bumi karena adanya gaya gravitasi), pengalaman pribadi (apa yang
diajarkan oleh guru sains secara menyenangkan) atau aturan (untuk melakukan operasi
penjumlahan dan pengurangan pada pecahan maka pembilang harus disamakan terlebih
dahulu).
b.      Pengetahuan Prosedural
Yaitu pengetahuan tentang tahapan yang harus dilakukan misalnya dalam hal pembagian
satu bilangan ataupun cara kita mengemudikan sepeda, singkatnya “pengetahuan
bagaimana”. Contoh : menyatakan proses penjumlahan atau pengurangan pada bilangan
pecahan menunjukkan pengetahuan deklaratif, namun bila siswa mampu mengerjakan
perhitungan tersebut maka dia sudah memiliki pengetahuan prosedural. Guru dan siswa yang
mampu menyelesaikan soal melalui rumus tertentu atau menterjemahkan teks bahasa Inggris.
Seperti halnya siswa yang mampu berenang dalam satu gaya tertentu, berarti dia sudah
menguasai pengetahuan prosedural hal tersebut.
c.       Pengetahuan Kondisional
Pengetahuan adalah pengetahuan dalam hal “kapan dan mengapa” pengetahuan deklaratif dan
prosedural digunakan. Seperti.siswa harus dapat mengidentifikasi terlebih dahulu persamaan
apa yang perlu dipakai (pengetahuan deklaratif) sebelum melakukan proses perhitungan
(pengetahuan prosedural). Pengetahuan kondisional ini jadinya merupakan hal yang penting
dimiliki siswa, karena menentukan penggunaan konsep dan prosedur yang tepat. Terkadang
siswa mengetahui fakta dan dapat melakukan satu prosedur pemecahan masalah tertentu,
namun sayangnya mengaplikasikannya pada waktu dan tempat yang kurang tepat.
SLIDE 9
Teori Belajar Kognitif menurut Ausubel

Teori pembelajaran Ausubel merupakan salah satu dari sekian banyaknya teori
pembelajaran yang menjadi dasar dalam cooperative learning. David Ausubel adalah seorang
ahli psikologi pendidikan.
SLIDE 10
Menurut Ausubel bahan subjek yang dipelajari siswa mestilah “bermakna”
(meaningfull). Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru
pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur
kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari
dan diingat siswa. Pembelajaran bermakna adalah suatu proses pembelajaran di mana
informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dimiliki seseorang yang
sedang melalui pembelajaran.
Pembelajaran bermakna terjadi apabila siswa boleh menghubungkan fenomena baru
ke dalam struktur pengetahuan mereka. Artinya, bahan subjek itu mesti sesuai dengan
keterampilan siswa dan mesti relevan dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa. Oleh
karena itu, subjek mesti dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah dimiliki para siswa,
sehingga konsep-konsep baru tersebut benar-benar terserap olehnya. Dengan demikian, faktor
intelektual-emosional siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran.
SLIDE 11
Cara Pembelajaran Bermakna dengan Menggunakan Peta Konsep :
1.        Pilih suatu bacaan dari buku pelajaran
2.        Tentukan konsep-konsep yang relevan
3.        Urutkan konsep-konsep dari yang paling inklusif ke yang paling tidak inklusif atau contoh-
contoh.
4.        Susun konsep-konsep tersebut di atas kertas mulai dari konsep yang paling inklusif di puncak
konsep ke konsep yang tidak inklusif di bawah.
5.        Hubungkan konsep-konsep ini dengan kata-kata penghubung sehingga menjadi sebuah peta
konsep.
Ausubel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa
melalui proses belajar yang bermakna. Sama seperti Bruner dan Gagne, Ausubel beranggapan
bahwa aktivitas belajar siswa, terutama mereka yang berada di tingkat pendidikan dasar- akan
bermanfaat kalau mereka banyak dilibatkan dalam kegiatan langsung. Namun untuk siswa
pada tingkat pendidikan lebih tinggi, maka kegiatan langsung akan menyita banyak waktu.
Untuk mereka, menurut Ausubel, lebih efektif kalau guru menggunakan penjelasan, peta
konsep, demonstrasi, diagram, dan ilustrasi. Inti dari teori belajar bermakna Ausubel adalah
proses belajar akan mendatangkan hasil atau bermakna kalau guru dalam menyajikan materi
pelajaran yang baru dapat menghubungkannya dengan konsep yang relevan yang sudah ada
dalam struktur kognisi siswa.
SLIDE 12
2.4 Aplikasi teori belajar kognitif dalam pembelajaran
Penerapan sesungguhnya ada dalam proses belajar, baik proses belajar dalam kelas
ataupun diluar. Terpenting dalam penerapan teori kognitif ini dapat bermakna dan munuju
pemahaman sesuai kemampuan individu dalam rentang waktu yang berbeda. Kegiatan
pembelajarannya mengikuti prinsip-prisip sebagai berikut :
1.      Siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya. Mereka
mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu.
2.      Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan karena hanya dengan
mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman
dapat terjadi dengan baik.
3.      Pemahan dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun dengan menggunakan
pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks.
4.      Pemahaman dan retensi siswa akan lebih bermakna dari pada belajar menghafal. Agar
bermakna informasi yang ada harus disesuaikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang
telah dimiliki siswa, tugas guru adalah menunjukan hubungan antara apa yang sedang
dipelajari dengan apa yang telah diketahui siswa.
5.      Adanya perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena faktor ini sangat
mempengaruhi proses dan keberhasilan belajar siswa. Perbedaan tersebut misalnya motivasi,
persepsi, kemampuan berfikir, pengetahuan awal, dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai