Waalaikumsalam ibu,..
a. Teori Piaget
Menurut Piaget perkembangan kognitif pada anak secara garis besar terbagi empat
periode yaitu: a) periode sensori motor ( 0 – 2 tahun); b) periode praoperasional (2-7
tahun); c)periode operasional konkrit (7-11 tahun); d) periode operasi formal (11-15)
tahun. Sedangkan konsep-konsep dasar proses organisasi dan adaptasi intelektual
menurut Piaget yaitu: skemata (dipandang sebagai sekumpulan konsep); asimilasi
(peristiwa mencocokkan informasi baru dengan informasi lama yang telah dimiliki
seseorang; akomodasi (terjadi apabila antara informasi baru dan lama yang semula tidak
cocok kemudian dibandingkan dan disesuaikan dengan informasi lama); dan
equilibrium (bila keseimbangan tercapai maka siswa mengenal informasi baru).
b. Teori Bruner
Teori belajar Bruner hampir serupa dengan teori Piaget, Bruner mengemukakan bahwa
perkembangan intelektual anak mengikuti tiga tahap representasi yang berurutan, yaitu:
a) enaktif, segala perhatian anak tergantung pada responnya; b) ikonik, pola berpikir
anak tergantung pada organisasi sensoriknya dan c) simbolik, anak telah memiliki
pengertian yang utuh tentang sesuatu hal sehingga anak telah mampu mengutarakan
pendapatnya dengan bahasa.
Menurut Bruner belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar
penemuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan bertahan
lama, dan mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan
meningkatkan penalaran dan kemampuan berfikir secara bebas dan melatih
keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan
masalah. Dalam teori belajar Bruner yang dikaitkan dengan Kurikulum 2013
yaitu belajar penemuan sesuai dengan tuntutan pembelajaran saat ini yang
memberikan kebebasan kepada siswa untuk melakukan proses 5M tersebut.
c. Teori Belajar Ausubel
Psikologi pendidikan yang diterapkan oleh Ausubel adalah bekerja untuk
mencari hukum belajar yang bermakna, berikut ini konsep belajar bermakna David
Ausubel.
Menurut Ausubel ada dua jenis belajar : (1) Belajar bermakna (meaningful learning)
dan (2) belajar menghafal (rote learning). Belajar bermakna adalah suatu proses
belajar di mana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah
dipunyai seseorang yang sedang belajar. Sedangkan belajar menghafal adalah siswa
berusaha menerima dan menguasai bahan yang diberikan oleh guru atau yang dibaca
tanpa makna.
belajar bermakna menurut Ausubel adalah suatu proses belajar di mana peserta
didik dapat menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah
dimilikinya dan agar pembelajaran bermakna, diperlukan 2 hal yakni pilihan materi
yang bermakna sesuai tingkat pemahaman dan pengetahuan yang dimiliki siswa dan
situasi belajar yang bermakna yang dipengaruhi oleh motivasi.
Dengan demikian kunci keberhasilan belajar terletak pada kebermaknaan bahan
ajar yang diterima atau yang dipelajari oleh siswa. Ausubel tidak setuju dengan
pendapat bahwa kegiatan belajar penemuan (discovery learning) lebih bermakna
daripada kegiatan belajar penerimaan (reception learning). Sehingga dengan
ceramahpun, asalkan informasinya bermakna bagi peserta didik, apalagi penyajiannya
sistematis, akan dihasilkan belajar yang baik.
d. Teori Vygotsky
Teori Vygotsky beranggapan bahwa pembelajaran terjadi apabila anak-anak
bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu
masih berada dalam jangkauan kemampuannya (zone of proximal development), yaitu
perkembangan kemampuan siswa sedikit di atas kemampuan yang sudah dimilikinya.
Vygotsky juga menjelaskan bahwa proses belajar terjadi pada dua tahap: tahap pertama
terjadi pada saat berkolaborasi dengan orang lain, dan tahap berikutnya dilakukan secara
individual yang di dalamnya terjadi proses internalisasi. Selama proses interaksi terjadi,
baik antara guru-siswa maupun antar siswa, kemampuan seperti saling menghargai,
menguji kebenaran pernyataan pihak lain, bernegosiasi, dan saling mengadopsi
pendapat dapat berkembang.
a. Teori piaget
Implementasi pada pembelajaran matematika yang akan diterakan berikut hanya
merupakan bentuk sebagian saja sebagai contoh yang cocok untuk pengetahuan dan
pengembangan terhadap materi pembelajaran itu sendiri. Tentu yang terpenting adalah
kesesuaian dengan pemilihan model, pendekatan serta metode dalam pembelajaran
terhadap materi ajar.
Berikut contoh pembelajaran berdasar pada teori Piaget sesuai tahap perkembangan
kognitif anak usia sekolah;
Balok.
Tabung.
Prisma.
Limas.
Kerucut.
o Anak diajarkan mengetahui bentuk, struktur, dan isi dari bangun-bangun ruang yang
ada.
o Tiap-tiap bangun ruang itu anak-anak diminta mengetahui cara menghitung luas sisi,
volume serta bentuk permukaan dengan mengetahui bukaan dari bangun tersebut.
o Aplikasi dengan dunia nyata juga penting dilakukan sebanagi aplikasi materi yang
diajarkan.
o Khusus dijenjang SMA hanya diperdalam dengan mengkaji unsur-unsur yang
terdapat pada bangun ruang, disamping mengulangnya kembali pembelajaran itu.
o Pembelajaran di SMA sudah sampai pada tingkat penalaran oleh pengalaman
b. teori Bruner
Menurut Bruner belajar matematika akan lebih berhasil jika proses pengajaran
diarahkan kepada konsep-konsep dan struktur-struktur yang terbuat dalam pokok bahasan
yang diajarkan, di samping hubungan yang terkait antara konsep-konsep dan struktur-
struktur. Dengan mengenal konsep dan struktur yang tercakup dalam bahan yang sedang
dibicarakan, anak akan memahami materi yang harus dikuasainya itu. Ini menunjukkan
bahwa materi yang mempunyai suatu pola atau struktur tertentu akan lebih mudah
dipahami dan diingat anak.
1. Guru merencanakan pelajaran sedemikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat pada
masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki para siswa.
2. Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa untuk
memecahkan masalah. Guru hendaknya memulai dengan sesuatu yang sudah dikenal
siswa. Kemudian guru mengemukakan sesuatau yang berlawanan. Dengan demikian
terjadi konflik dengan pengalaman siswa. Akibatnya timbulah masalah. Dalam
keadaan yang ideal, hal yang berlawanan itu menimbulkan suatu kesangsian yang
merangsang para siswa untuk menyelidiki masalah itu, menyusun hipotesis-hipotesis
dan mencoba menemukan konsep atau prinsip yang mendasari masalah itu.
3. Guru harus menyajikan dengan cara enaktif, ikonik dan simbolik. Enaktif adalah
melaui tindakan atau dengan kata lain belajar sambil melakukan (learning by doing).
Ikonik adalah didasarkan atas pikiran internal. Pengetahuan disajikan melalui gambar-
gambar yang mewakili suatu konsep. Simbolik adalah menggunakan kata-kata atau
bahasa-bahasa.
Sajikan contoh dan bukan contoh dari konsep-konsep yang diajarkan. Misal: untuk
contoh mau mengajarkan bentuk bangun datar segiempat, sedangkan bukan contoh
adalah berikan bangun datar segitiga, segi lima atau lingkaran. (enaktif)
Berikan satu pertanyaan dan biarkan biarkan siswa untuk mencari jawabannya sendiri.
Misalnya Jelaskan ciri-ciri/ sifat-sifat dari bangun Ubin tersebut? ( Simbolik)
4. Bila siswa memecahkan masalah di laboratorium atau secara teoritis, guru hendaknya
berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor. Guru hendaknya jangan
mengungkapkan terlebih dahulu prinsip atau aturan yang akan dipelajari, tetapi
hendaknya memberikan saran-saran bila diperlukan. Sebagai seorang tutor, guru
hendaknya memberikan umpan balik pada waktu yang tepat.
5. Menilai hasil belajar merupakan suatu masalah dalam belajar penemuan. Secara garis
besar belajar penemuan ialah mempelajari generalisasi-generalisasi dengan
menemukan sendiri konsep-konsep itu. Di lapangan, penilaian hasil belajar penemuan
meliputi pemahaman tentang konsep dasar, dan kemampuan untuk menerapkan
konsep itu ke dalam situsi baru dan situasi kehidupan nyata sehari-hari pada siswa.
d. Teori Vygotsky
Penerapan teori belajar Vygotsky dalam interaksi belajar mengajar mungkin dapat
dijabarkan sebagai berikut :
(RPP)
Menggunakan konsep limit fungsi dan turunan fungsi dalam pemecahan masalah.
Kompetensi dasar :
Menggunakan sifat limit fungsi untuk menghitung bentuk tak tentu dari limit fungsi aljabar
Indikator :
A. Tujuan Pembelajaran
2. Siswa dapat menghitung bentuk tak tentu dari limit fungsi aljabar.
B. Materi Pembelajaran
Bentuk tak tentu dari limit fungsi aljabar
C. Metode Pembelajaran
Penemuan terbimbing
Pemecahan masalah
D. Langkah-langkah Kegiatan
Pendahuluan
Kegiatan Inti :
a. guru memberikan masalah yang baru berkaiatan dengan bentuk tak tentu dari sebuah limit
fungsi aljabar
b. salah satu siswa diminta untuk menghitung nilai dari limit fungsi aljabar diatas
c. guru menginformasikan bahwa untuk menghitung nilai dari sebuah limit fungsi aljabar selain
dengan menggunakan konsep turunan fungsi (khususnya untuk bentuk tak tentu), terdapat
cara lain yaitu dengan menggunakan flowchart, seperti yang ditampilkan dengan layar in-
focus berikut ini :
Flowchart untuk menghitung nilai: lim f ( x )
xc Langkah-langkah untuk menentukan limit
Start
fungsi aljabar secara garis besar ditunjukkan
oleh flowchart pada kolom kiri dan kanan.
Substitusi x = c
Flowchart untuk menghitung nilai: lim f ( x )
Start
x
Bentuk
tak
Tidak
tentu?
Rasional?
Tidak
Ya
Lakukan pemfaktoran Ya
atau rasionalkan Lanjutkan Hitung
bentuk akar Rasionalkan/
Bagi dengan kalikan akar sekawan
pangkat tertinggi kemudian bagi
pangkat tertinggi
Hasil
Hasil
Stop
Stop
d. guru memberikan masalah menghitung nilai limit fungsi aljabar yang berbentuk tak tentu
Penutup
F. Penilaian
Contoh Tagihan :
x 2x 2
=
x2
x2 4 25
= lim
x2 2 2
22 4
2 2
=
0
= 0
4
b. lim
x 2 25 x 5x 5
lim
x 5x 10
=
x 5 x 2 5 x 50 x 5
= lim
x 5
x 5 x 10
55 2
=
5 10 3