MATERI
“ BELAJAR DAN PEMBELAJARAN”
OLEH
YOGI PRABOWO
A1G116115
KENDARI
2020
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
A. Konsep Neurosains
B. Belajar dalam Konsep Neurosains
C. Kajian Otak dan Hubungannya dalam Belajar
D. Teori/Paradigma Neurofisiologis Hebb
E. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Neurosains
BAB III
3. Tokoh-tokoh
a. Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget. Teorinya memberikan
banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh
terhadap perkembangan konsep kecerdasan. Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih
berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta
didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik,
yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan
dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar
mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal
dari lingkungan.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru
mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak; Anak-
anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru
harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya;
Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing; Berikan
peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya. Di dalam kelas, anak-anak
hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
b. Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Bruner.
Berbeda dengan Piaget, Burner melihat perkembangan kognitif manusia
berkaitan dengan kebudayaan. Bagi Bruner, perkembangan kognitif seseorang sangat
dipengaruhi oleh lingkungan kebudayaan, terutama bahasa yang biasanya digunakan.
Menurut Bruner untuk mengajar sesuatu tidak usah ditunggu sampai anak
mancapai tahap perkembangan tertentu. Yang penting bahan pelajaran harus ditata
dengan baik maka dapat diberikan padanya. Dengan lain perkataan perkembangan
kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan jalan mengatur bahan yang akan
dipelajari dan menyajikannya sesuai dengan tingkat perkembangannya. Penerapan teori
Bruner yang terkenal dalam dunia pendidikan adalah kurikulum spiral dimana materi
pelajaran yang sama dapat diberikan mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan tinggi
disesuaikan dengan tingkap perkembangan kognitif mereka. Cara belajar yang terbaik
menurut Bruner ini adalah dengan memahami konsep, arti dan hubungan melalui proses
intuitif kemudian dapat dihasilkan suatu kesimpulan. (discovery learning).
c. Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Ausebel, Proses belajar terjadi jika
siswa mampu mengasimilasikan pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan
baru.
Proses belajar terjadi melaui tahap-tahap:
1) Memperhatikan stimulus yang diberikan
2) Memahami makna stimulus menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah
dipahami.
Menurut Ausubel siswa akan belajar dengan baik jika isi pelajarannya
didefinisikan dan kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa
(advanced organizer), dengan demikian akan mempengaruhi pengaturan kemampuan
belajar siswa. Advanced organizer adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi
seluruh isi pelajaran yang akan dipelajari oleh siswa. Advanced organizer memberikan
tiga manfaat yaitu : Menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi yang akan
dipelajari. Berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara yang sedang
dipelajari dan yang akan dipelajari. Dapat membantu siswa untuk memahami bahan
belajar secara lebih mudah
B. Teori Gestalt
1. Teori Belajar Gestalt
Istilah “Gestalt “ berasal dari bahasa jerman yang artinya adalah bentuk atau konfigurasi.
Pokok pandangan Gestalt ini bahwa objek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai
keseluruhan yang terorganisasikan. Dalam mengorganisasikan melibatkan suatu bentuk
(figure) yaitu apa yang menjadi pusat pengamatan dan berlawanan dengan latar
(ground) yaitu sesuatu yang melatarbelakangi suatu bentuk sehingga bentuk itu Nampak
sebagai sesuatu yang bermakna.
Pokok pandangan Gestalt berawal dari empat asumsi dasar, yaitu:
a. bahwa perilaku “molar” hendaknya lebih banyak dipelajari dibandingkan perilaku
“molecular”. Perilaku molecular adalah perilaku dalam bentuk keluarnya kelenjar atau
kontraksi otot, sedangkan perilaku “molar “ adalah perilaku dalam keterkaitannya
dengan lingkungan luar, seperti berlari, berjalan, mengikuti kuliah, bermain
sepakbola, dll. Perilaku molar ini lebih mempunyai makna dibandingkan perilaku
molecular.
b. hal yang penting dalam mempelajari perilaku adalah membedakan anatar
lingkungan geografis dengan lingkungan behavioral. Lingkungan geografis adalah
lingkungan yang sebenarnya ada, sedangkan lingkungan behavioral adalah
lingkungan yang merujuk kepada sesuatu yang nampak. Misalnya jika melihat
gunung dari kejauhan seolah tampak sangat indah (ini adalah bentuk lingkungan
behavioral), padahal sebenarnya jika kita mendekatigunung sebenarnya gunung itu
penuh dengan hutan lebat dan binatang buas (ini dinamakan lingkungan geografis).
c. bahwa organisme tidak mereaksi terhadap rangsangan lokal atau unsur-unsur atau
suatu bagian peristiwa, akan tetapi mereaksi terhadap suatu keseluruhan objek
atau peristiwa. Misalnya adanya penamaan terhadap suatu kumpul Misalnyaan
bintang seperti virgo, pisces, sagitarius, dan lain sebagainya.
d. bahwa pemberian makna terhadap suatu rangsangan sensori, yaitu suatu proses yang
dinamis dalam memberikan tafsiran terhadap rangsangan yang diterima.
2. Prinsip Teori Belajar Gestalt
Menurut Koffka dalam Mohammad Surya (2003) terdapat tujuh prinsip organisasi yang
terpenting, yaitu:
a. Hubungan bentuk dan latar (figure-ground relationship), prinsip ini menganggap
bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu bentuk dan latar belakang.
Bila figure dan latar bersifat samar-samar, maka akan terjadi penafsiran yang
kabur. Contohnya perhatikan gambar berikut ini. (insert gambar)
b. Kedekatan (proximity), menyatakan bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan
dengan ruang dan waktu dalam budang pengamatan akan dipandang sebagai satu
bentuk tertentu. Contoh lihat gambar berikut, Nampak terdapat tiga kumpulan
garis yang masing-masing terdiri atas tiga baris yang saling berdekatan bukan
kumpulan Sembilan garis.
c. Kesamaan (similarity), menyatakan bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan
cenderung akan dipandang sebagai suatu objek yang saling memiliki.
d. Arah bersama (common direction), mengimplikasikan bahwa unsur-unsur bidang
pengamatan yang berada dalam arah yang sama senderung akan dipersepsi
sebagai suatu figure atau bentuk tertentu. Misalnya garis-garis pada contoh lebih
Nampak sebagai suatu pola yang jelas.
e. Kesederhanaan (simplicity), menyatakan bahwa orang cenderung menata bidang
pengamatannya dalam bentuk sederhana, penampilan regular dan cenderung
membentuk keseluruhan yang baik berdasarkan susunan sumetrus dan keteraturan.
f. Ketertutupan (closure), menyatakan bahwa orang cenderung akan mengisi
kekosongan suatu pola objek atau pengalaman yang tidak lengkap.
Bagi Gagne mengemukakan lima kategori besar dari kemampuan manusia berkenaan
dengan hasil dari belajar yaitu:
a. informasi verbal (verbal information)
b. ketrampilan intelektual (intellectual skills)
c. strategi kognitif (cognitive strategies)
d. sikap (attitudes)
e. ketrampilan motorik (motor skills)
Gagne mengemukakan delapan tipe belajar yang membentuk suatu hierarki dari
yang paling sederhana sampai yang kompleks, yaitu:
1) Belajar tanda-tanda atau isyarat (signal learning)
2) Belajar hubungan stimulus-respon (stimulus-respon learning)
3) Belajar menguasai rangkaian suatu hal (chaining learning)
4) Belajar hubungan verbal atau asosiasi verbal ( verbal association)
5) Belajar membedakan atau diskriminasi (discrimination learning)
6) Belajar konsep-konsep (concept learning)
7) Belajar aturan atau hukum-hukum (role learning)
8) Belajar memecahkan masalah (problem solving)
e. Bahasa adalah kunci perkembangan kognitif karena bahasa merupakan alat komunikasi
antara manusia. Untuk memahami konsep-konsep yang ada diperlukan bahasa. Bahasa
diperlukan untuk mengkomunikasikan suatu konsep ke pada oraag lain.
Dalam kaitannya dengan tipe belajar, Ausubel mengemukakan empat tipe belajar, yaitu:
1. Belajar dengan penemuan yang bermakna
Informasi yang dipelajari, ditentukan secara bebas oleh peserta didik. Peserta didik itu
kemudian menghubungkan pengetahuan yang baru itu dengan struktur kognitif yang
dimiliki. Misalnya peserta didik diminta menemukan sifat-sifat suatu bujur sangkar. Dengan
mengaitkan pengetahuan yang sudah dimiliki, seperti sifat-sifat persegi panjang, peserta
didik dapat menemukan sendiri sifat-sifat bujur sangkar tersebut.
2. Belajar dengan penemuan tidak bermakna
Informasi yang dipelajari, ditentukan secara bebas oleh peserta didik, kemudian ia
menghafalnya. Misalnya, peserta didik menemukan sifat-sifat bujur sangkar tanpa bekal
pengetahuan sifat-sifat geometri yang berkaitan dengan segiempat dengan sifat-sifatnya,
yaitu dengan penggaris dan jangka. Dengan alat-alat ini diketemukan sifat-sifat bujur
sangkar dan kemudian dihafalkan.
3. Belajar menerima yang bermakna
Informasi yang telah tersusun secara logis di sajikan kepada peserta didik dalam
bentuk final/akhir, peserta didik kemudian menghubungkan pengetahuan yang baru itu
dengan struktur kognitif yang dimiliki. Misalnya peserta didik akan mempelajari akar-akar
persamaan kuadrat. Pengajar mempersiapkan bahan-bahan yang akan diberikan yang
susunannya diatur sedemikian rupa sehingga materi persamaan kuadrat tersebut dengan
mudah ter’tanam’ kedalam konsep persamaan yang sudah dimiliki peserta didik. Karena
pengertian persamaan lebih inklusif dari pada persamaan kuadrat, materi persamaan tersebut
dapat dipelajari peserta didik secara bermakna.
4. Belajar menerima yang tidak bermakna
Dari setiap tipe bahan yang disajikan kepada peserta didik dalam bentuk final. Peserta
didik tersebut kemudian menghafalkannya. Bahan yang disajikan tadi tanpa memperhatikan
pengetahuan yang dimiliki peserta didik (Hudoyo, 1990)
Terdapat tiga macam organizer, yaitu definisi konsep, generalisasi dan analogi:
a) Definisi konsep dapat merupakan organizer materi yang bermakna, bila
materi tersebut merupakan bahan pengajaran baru atau tidak dikenal oleh
siswa. Untuk kemudahan siswa, guru sebaiknya mengusahakan agar definisi
dibuat dalam terminalogi yang dikenal siswa.
b) Generalisasi berguna untuk meringkas sejumlah informasi
c) Analogi merupakan advance organizer yang paling efektif karena seringkali
sesuai dengan latar belakang siswa. Nilai analogi sebagai advance organizer
tergantung pada dua faktor yaitu (1) penguasaan atau pengetahuan siswa
terhadap analogi itu, (2) tingkat saling menunjang antara gagasan yang
diajarkan dengan analogi yang digunakan. Dengan analogi, motif dan minat
siswa lebih baik dibandingkan dengan generalisasi dan definisi konsep
b. Fase Pelaksanaan
Untuk menjaga agar siswa tidak pasif maka guru harus dapat
mempertahankan adanya interaksi dengan siswa melalui tanya jawab, memberi contoh
perbandingan dan sebaginya berkaitan dengan ide yang disampaikan saat itu. Guru
hendaknya mulai dengan advance organizer dan menggunakannya hingga akhir
pelajaran sebagai pedoman untuk mengembangkan bahan pengajaran.
Langkah berikutnya adalah menguraikan pokok-pokok bahan menjadi lebih
terperinci melalui diferensiasi progresif. Setelah guru yakin bahwa siswa mengerti akan
konsep yang disajikan maka ada dua pilihan langkah berikutnya yaitu: 1)
menghubungkan atau membandingkan konsep-konsep itu melalui rekonsiliasi
integratif, atau 2) melanjutkan dengan difernsiasi progresif sehingga konsep tersebut
menjadi lebih luas.
BAB V
Rogers juga mengemukakan saran tentang langkah-langkah pembelajaran yang perlu dilakukan
oleh guru. Saran pembelajaran itu meliputi hal berikut :
1. Guru memberi kepercayaan kepada kelas agar kelas memilih belajar secara terstruktur
2. Guru dan siswa membuat kontrak belajar.
3. Guru menggunakan metode inkuiri, atau belajar menemukan (discoveri learning).
4. Guru menggunakan metode simulasi
5. Guru mengadakan latihan kepekaan agar siswa mampu menghayati perasaan dan
berapartisipasi dengan kelompok lain.
6. Guru bertindak sebagai fasilitator belajar.
7. Sebaiknya guru menggunakan pengajaran berprogram, agar tercipta peluang bagi siswa
untuk timbulnya kreativitas.
Aplikasi teori humanistik Roger dalam pembelajaran adalah guru lebih mengarahkan
siswa untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa
secara aktif dalam proses belajar. Teori humanistik Rogers ini cocok untuk diterapkan pada
matri-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap,
dan analisis terhadap fenomena sosial.
Keempat tahap belajar itu digambarkan Kolb sebagai siklus berkesinambungan dan
berlangsung diluar kesadaran orang yang belajar seperti pada gambar dibawah ini :
Concrete Experience/CE
Abstract Conceptualitation
Menurut Pratiwi et al (2011) siklus diatas merupakan sebuah siklus belajar yang ideal
atau sempurna. Idealnya, pengalaman konkrit adalah titik dimana individu memulai proses
belajarnya. Pengalaman ini dijadikan landasan untuk melakukan observasi dan refleksi.
Hasil refleksi kemudian diasimilasi dan disaring menjadi konsep-konsep abstrak, guna
menyimpulakan implikasi baru dari tindakan yang perlu diambil oleh individu yang
bersangkuatn. Implikasi ini secara aktif diuji dan digunakan sebagi panduan untuk
menciptakan pengalaman baru.
Accomodator / 4 Diverger / 1
/ doing / watching
Converger / 3 Assimilator / 2
Berdasarkan keempat gaya tersebut tidak berarti manusia harus digolongkan secara
permanen dalam masing-masing kategori. Mnurut Kolb, belajar merupakan suatu
perkembangan yang melalui 3 fase yaitu pengumpulan pengetahuan (acqiusition),
pemusatan perhatian pada bidang tertentu (specialization), dan menaruh minat pada bidang
yang kurang diminati sehingga muncul minat dan tujuan hidup baru.
Menurut Kolb siklus belajar terjadi secara berkesinambungan dan berlangsung diluar
kesadaran siswa. Dengan kata lain, meskipun dalam teorinya kita mampu membuat garis
tegas antara tahap sau dengan tahap lainnya, namun dalam praktik peralihan dari satu tahap
ke tahap lainnya itu seringkali begitu saja, sulit kita tentukan kapan beralihnya.
Anderson & Krathwohl (2001) melalui Revisi Taksonomi Bloom membedakan ranah
kognitif dalam 2 dimensi, yaitu Dimensi Pengetahuan (the knowledge dimension) dan
DImensi Proses Kognitif ( the kognitive prosess dimension).
a. Dimensi Pengetahuan (the knowledge dimension)
1) faculty knowledge (pengetahuan fakta)
2) Conceptual knowledge (pengetahuan tentang konsep)
3) Proceduralknowledge (pengetahuan tentang prosedur)
4) Metacognitiveknowledge (pengetahuan metakognitif)
b. DImensi Proses Kognitif ( the kognitive prosess dimension).
H. Pandangan Combs
Combs menyatakan bahwa “kami akan terus meresapi konsep kami bahwa potensi
manusia bertambah ketika menemukan kemampuan baru”. Psikologi humanistik dalam
pendidikan yang bernuansa humanistik akan membantu manusia ke arah pribadi yang sempurna
dam mampu mencapai aktualisasi dirinya (Haryo, 2006).
Menurut Haryo (2006) Combs mengatakan bahwa manusia memiliki potensi yang
sangat penting untuk dikembangkan. Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa ada 5 hal yang sangat
berkaitan dengan pandangan psikologi humanistik tentang pendidikan , yaitu keterbatasan fisik,
kesempatan, kebutuhan manusia, konsep diri, serta penolakan dan ancaman.
Combs menyebutkan bahwa ada 3 hal dalam usaha mencapai pendidikan yang
bernuansa humanistik yaitu hirarki kebutuhan manusia, kebutuhan setiap individu, dan
aktualisasi diri.
Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi
bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana
mestinya. Padahal makna yang terkandung dalam materi tersebut tidak menyatu denagn makna
yang diharapkan siswa (Sukardjo, 2010).
Combs mengilustrasikan lukisan perspektif diri dan perspektif dunia seseorang
dengan menggunakan dua lingkaran dengan menggunakan dua lingkaran (besar dan kecil) yang
bertitik pusat sama, sebagai ditunjukkan pada Gambar 5.5.
Menurut Combs peranan siswa lebih dominan, karena guru terfokus pada fasilitator
yang coba memberikan arahan kepada siswa. Tujuan pembelajaran lebih kepada proses
belajarnya dari pada hasil belajar. Adapun proses yang umum dilalui adalah:
1. Merumuskan tujuan belajar yang jelas.
2. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas, jujur dan
positif.
3. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif
sendiri.
4. Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri.
5. Sisiwa didorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri,
melakukan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dari perilaku yang ditunjukkan.
6. Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai
secara normatif tetapi Mendorong siswa untuk bertanggung jawab atas segala resiko
perbuatan atau proses belajarnya.
7. Memberikan kesempatan siswa untuk maju sesuai denagn kecepatannya.
BAB VII
Teori Neurosains
A. Konsep Neurosains
Manusia adalah makhluk yang selalu berfikir dengan otaknya sepanjgan hayatnya.
Manusia membutuhkan asupan berupa informasi dan data dalam proses berpikirnya, yang
nantinya akan dapat diolah maupun diproses, hingga akhirnya menghasilkan data atau informasi
yang baru. Neurosains merupakan suatu bidang kajian yang mengenai system saraf yang terdapat
di dalam otak manusia yang berhubungan dengan kesadaran dan kepekaan otak dari segi biologi,
persepsi, ingatan, danada kaitannya dengan pembelajar. (Husamah,2018)
Neurosains merupakan salah satu lompatan keilmuan pendukung yang sangat
memeberikan konstribusi dalam menelaah dan memahami perkembangan psikologi melalui
kajian keilmuan tentang sel saraf temuan yang dimaksud di antaranya dikemukakan oleh
Wittrock menentukan bahwa terdapat tiga wilayah perkembangan otak yang semakin meningkat,
yaitu serabut dendrite, kompleksitas hubungan dendrite, dan pembagian sel saraf. (Wiyani dan
Barnawi, 2012)
Neurosains mempelajari mengenai otak dan seluruh fungsi-fungsi syaraf belakagan
ini telah berkembang menjadi Neuropsikiatri dan Neurobehavior (penggabungan antara perilaku
dan fungsi otak). Penggabungan ini didasari karena otak merupakan sumber dari
pemikiran.reaksi-reaksi di otak yang di sebut dengan Neurochemistry, Neurohormonal,
Neuromekanikal merupakan sumber reaksi yang menggerakkan otak kita untuk berpikir.
Neurosains disebut dengan ilmu otak, karena mempelajari seluruh proses berpikir, sedangkan
proses berpikir itu sendiri terkait ilmu pengetahuan, perilaku, attitude yang sangat luas
cangkupannya. Neurosains juga menelaah penyakit pada otak dengan berbagai macam bentuk.
Blackwell, L., Trzesniewski, K., & Dweck, C. 2008. Implikasi Theories of Intelegence Predict
Achievement Across an Adolescent Transition: A Longitudinal Study and an
Intervention. (Online).
Hergenhahn, B. R. & Olson, M.H. 2009. Theories of Learning (Teori Belajar). Terjemahan oleh Tri
Wibowo B.S. cetakan ke II. Jakarta: Kencana.
Husamah. Pantiwati, Yuni. Restian, Arina. Sumarsono, Puji. 2018. Belajar dan Pembelajaran.
Malang: UMM Press.
Japardi, I. 2002. Learning and Memory. Maklah. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra
Utara.
Jatmiko, W., Mursanto, P., Fajar, M., Tawakkal, M. I., Trianggoro, W., Rambe, R. S., Fauzi,
Ramadhan, A. 2011. Implementasi berbagai Alogaritma Neural Network dan Wavelet
pada Field Programmble Gate Array (FPGA). Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer UI.
Utari, R. 2013. Taksonomi Bloom: Apa dan Bagaimana Menggunakannya?. Pusdiklat KNPK.
https://www.kompasiana.com/akmala-04/5508eef0a333112a452e39d1/teori-belajar-kognitivisme
http://whendikz.blogspot.com/2013/11/resume-teori-belajar-gestalt.html\
https://www.padamu.net/teori-kognitif-dan-perkembangannya-menurut-jean-piaget
https://tujuhkoto.wordpress.com/2010/06/21/teori-belajar-menurut-jerome-bruner/
http://samplingkuliah.blogspot.com/2017/10/teori-belajar-kognitif-ausubel.html
Husamah. Pantiwati, yuni. Restian, Arina. Sumarsono, Puji. 2018. Belajar dan Pembelajaran.
Malang. Universitas Muhammadiyah Malang