OLEH
YOGI PRABOWO
A1G116115
KENDARI
2020
A. Latar belakang
Wilayah yang ada di Indonesia terdapat berbagai macam kondisi yang
mempengaruhi proses belajar dan belajar, sehigga dari beberapa sekolah
mengadakan proses belajar dengan merangkapkan berbagai tingkat kelas menjadi
satu kelas dengan alasan yang berbeda-beda, sesuai dengan kondisi fisik dari daerah
terebut.
Merangkapkan kelas atau yang sering di dengar kelas rangkap adalah
suatu bentuk pembelajaran yang mempersyaratkan seorang guru mengajar dalam
satu ruang kelas atau lebih, dalam waktu yang sama, dan menghadapi dua atau lebih
tingkat kelas yang berbeda. Pembelajaran kelas rangkap atau PKR juga mengandung
arti bahwa, seorang guru mengajar dalam satu ruang atau lebih dan menghadapi
muruid-murid dengan kemampuan yang berbeda (Djalil, 2019; Susilowati, 2010).
Pembelajaran kelas rangkap di laksanakan atau di terapkan karena ada berbagai
macam alasan seperti :
1. Alasan Geografis
Lokasi pembelajaran yang sulit dijangkau, terbatasnya sarana transportasi, dan
pemukiman penduduk yang jaraknya berjauhan, serta adanya ragam mata
pencaharian penduduk misalnya berladang, mencari ikan bahkan menebang
kayu atau mencari sesuatu dihutan, maka hal ini dapat mendorong penggunaan
PKR.
2. Alasan Demografis
Mengajar murid dengan jumlah yang kecil, atau murid yang tinggal di
pemukiman yang jarang penduduknya, maka PKR merupakan pendekatan yang
tepat dan praktis.
3. Kekurangan Guru
Meskipun jumlah guru secara keseluruhan bisa dikatakan cukup, namun pada
kenyataannya masih ada keluhan kekurangan guru, terutama di daerah-daerah
terpencil. Apalagi bila secara geografis daerah tersebut sulit dijangkau, maka
akan membuat guru takut ditugaskan didaerah itu. Rendahnya minat guru untuk
mengadu nasib didaerah terpencil, juga di sebabkan beberapa faktor. Misalnya
mahalnya harga keperluan sehari-hari, sulitnya alat transportasi, gaji yang
lambat, bahkan terbatas peluang untuk mendapatkan pengembangan karirnya.
Oleh karena itu untuk menjadi guru di daerah seperti itu perlu adanya
keikhlasan dan penuh sukacita, dan kesiapan mental dari guru tersebut.
Pada model pembelajaran kelas rangkap 222, guru menghadapi dua kelas. Misalnya
kelas 5 dan kelas 6, untuk mengajar mata pelajaran IPS di kelas 5 dan Bahasa
Indonesia di kelas 6. Topik yang diajarkan tidak memiliki saling keterkaitan. Proses
pembelajaran berlangsung dalam dua ruangan berdekatan yang berhubungan dengan
pintu. Langkah-langkah pembelajaran dapat diperhatikan matrik berikut ini.
Kelas VI (BAHASA
Kegiatan/waktu Kelas V (IPS)
INDONESIA)
1. Pendahuluan(10’) Pengantar dan pengarahan umum diberikan secara
bersama dalam dua ruangan yang berhubungan,
penjelasan skenario dan hasil belajar
2. Kegiatan Inti 1(15’) Penjelasan guru Kegiatan individual
Kegiatan individual
3. Kegiatan Inti 2(15’) Tanya jawab Kegiatan individual
4. kegiatan Inti 3(15’) Kerja individual Tanya jawab
5. kegiatan Inti 3(15’) Kerja individual Tanya jawab
5. Penutup (10’) Review, penguatan, komentar dan tindak lanjut,
tugas. Persiapan kegiatan belajar berikutnya.
Pada saat proses pembelajaran berlangsung saya mengamati mulai dari
proses belajar mengajar, metode pembeajaran yang di gunakan guru, dan kegiatan
apa saja yang di lakukan oleh murid pada saat pembelajaran berlangsung.
Di sini saya akan membahas proses dan metode pembelajaran kelas
rangkap yang saya amati, apakah sudah berjalan dengan baik bila di bandingkan
dengan metode dan proses pembelajaran yang di lakukan oleh satu guru dalam satu
kelas. Dari persoalan tersebut bila di lihat secara lansung bahwa guru harus sering
keluar masuk kelas untuk melihat proses belajar antara kelas yang satu dan kelas
yang dua, sehingga guru akan kesusahan untuk melakukan pendekatan melakukan
pengamtan terhadap muridnya dan lain sebagainya yang hanya di lakukan oleh satu
orang guru.
Pada saat pengamatan berlangsung kami mengamati metode yang di
gunakan oleh guru yaitu metode diskusi dan cramah, pada saat proses belajar
berlansung guru menjelaskan materi dengan mengunakan metode ceramah murid ada
yang memperhatikan dan ada juga yang tidak. Dan juga pada saat pemberian tugas
secara berkelompok dan diskusi berlangsung siswa mengerjakan soal secara individu
dan tidak berdiskusi dengan temannya, di sini dapat di ketahui beberapa kelemahan
kelas rangkap diantaranya :
1. Tidak adanya pelatihan yang di selenggarakan untuk mempersiapkan atau
membekali para guru yang ditugaskan mengajar di sekolah-sekolah dasar yang
menerapkan pembelajaran pada kelas ragam/tingkatan.
2. Adanya sementara persepsi yang kurang pas mengenai sekolah-sekolah dasar
yang menerapkan kegiatan pembelajaran ragam kelas atau tingkatan.
3. Keterbatasan berbagai sumber belajar untuk menunjang pelaksanaan
pembelajaran terutama yang berupa buku-buku teks, bahan belajar yang lainnya
dan alat bantu mengajar.
4. Bisa saja siswa yang lebih muda merasa ditakut-takuti, atau dilampaui oleh teman
sekelasnya yang lebih mampu, dan mereka menjadi sangat tergantung pada siswa
yang lebih tua untuk memberikan pertolongan sedangkan untuk para siswa yang
lebih tua mereka merasa tidak tertantang dan menjadi lebih berkuasa yang
dibawahnya.
DAFTAR PUSTAKA
https://khoswa.wordpress.com/2015/09/09/gambaran-pembelajaran-
kelas-rangkap-yang-ideal-dan-praktik-yang-terjadi-dilapangan/ (22 November
2017)
http://pgsduho2013.blogspot.co.id/2014/11/makalah-pembelajaran-kelas-
rangkap.html (22 November 2017)
http://ayietajima.blogspot.co.id/2013/11/pengertian-pembelajaran-kelas-
rangkap.html (22 November 2017)
http://gorgeousnenden.blogspot.co.id/2011/01/manajemen-kelas-
rangkap.html
(22 November 2017)
http://novita-hadati-teacher-
education.blogspot.co.id/2012/10/pembelajaran-kelas-rangkap-mengapa-pkr.htm
(22 November 2017)
http://pgsdberbagi.blogspot.co.id/2014/01/contoh-laporan-observasi-
pkr.html
(22 November 2017)