Anda di halaman 1dari 4

1.

Pembelajaran kelas rangkap perlu dipelajari di era digital ini karena dengan
kemajuanteknologi dewasa ini dapat mengatasi tantangan – tantangan
yang dihadapi dalam pembelajaran PKR, seperti keterbatasan sarpras, murid,
atau guru.Namun, guru perluterlebih dulu memiliki pengalaman melakukan
pendekatan pembelajaran aktif, sebelumdiperkenalkan dengan model
pembelajaran kelas rangkap. Sebagai contoh pemerintah Kabupaten Probolinggo,
yang saat ini melaksanakan program rintisan pembelajaran kelasr a n g k a p d i 8
sekolah-sekolah kecil yang berada di Kecamatan Sukapura.
M o d e l pendekatan seperti ini sangat penting, terutama di daerah-daerah
terpencil denganpopulasi penduduk yang sedikit, dan di sekolah-sekolah yang
kekurangan guru atau ruangkelas. Model seperti ini juga berguna bagi guru
yang ingin melakukan pembelajaran berdiferensiasi untuk siswa dengan
kompetensi beragam.
Prinsip – prinsip yang mendasari Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR)
terbagi 2, yaituprinsip umum dan prinsip khusus.1.Prinsip UmumAda 3 prinsip
umum yang mendasari PKR, antara lain :(a)Perbedaan kemampuan individual murid
yang harus diperhatikan guru.Dalam hal ini guru berperan untuk
mengakomodasi kebutuhan individu murid sebagai seorang yang unik dan
membutuhkan perlakuan yang berbeda satu denganyang lainnya untuk mampu
mencapai perkembangan yang maksimum. Misalnyaperilaku terhadap siswa
kelas I tentu berbeda dengan perlakuan terhadap siswa kelasV dikarenakan pada
tingkat us ia kelas I proses berpikir konkretlebih dominan,sedangkan siswa
kelas V sudah mulai dapat berpikirabstrak
Meningkatkan motivasi belajar murid
2. Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) seperti pada umumnya memiliki prinsip-prinsip umum
baik yang bersifat psikologis-pedagogis maupun didaktik-metodik. Psikologis-pedagogis
berkenaan dengan perubahan perilaku siswa, sedangkan didaktik-metodik berkenaan dengan
strategi atau prosedur pembelajaran.
Prinsip umum psikologis-pedagogis antara lain:
a. Perbedaan individual anak dalam perkembangan kognitif, sikap, dan perilakunya menuntut
perlakuan pembelajaran yang cocok dengan tingkatannya. Misalnya perilaku terhadap siswa
kelas I tentu berbeda dengan perlakuan terhadap siswa kelas V dikarenakan pada tingkat usia
kelas I proses berpikir konkret lebih dominan, sedangkan siswa kelas V sudah mulai dapat
berpikir abstrak. (Piaget dalam Bell-Gredler:1986).
b. Motivasi sangat diperlukan dalam belajar baik yang datang dari dalam diri siswa (motivasi
instrinsik) maupun yang datang dari luar diri siswa (motivasi instrumental). Oleh karena itu
pembelajaran harus diawali dengan menumbuhkan motivasi siswa agar merasa butuh dan mau
belajar. Bila sudah tumbuh, motivasi tersebut perlu dipelihara dan malah ditingkatkan melalui
berbagai bentuk penguatan (reinforcement). (Skinner dalam Turney: 1977).
c. Belajar sebagai proses akademis dalam diri individu untuk membangun pengetahuan, sikap,
dan keterampilan melalui transformasi pengalaman. Proses tersebut dapat dipandang sebagai
suatu siklus proses pengalaman konkret (concrete experience), pengamatan mendalam
(reflective observation), pemikiran abstrak (abstract conseptualization), dan percobaan atau
penerapan secara aktif (active experimentation). (Kolb: 1986).
d. Belajar dari teman seusia (peer group) terutama mengenai sikap dan keterampilan sosial
dapat berhasil dengan baik melalui interaksi sosial yang sengaja dirancang.
e. Pencapaian dampak instruksional (instuructional effects) dan dampak pengiring (nurturant
effect) menuntut lingkungan dan suasana belajar yang memungkinkan sisswa dapat
melakukan kegiatan belajar yang dirancang dengan baik oleh guru dan terciptanya suasana
belajar secara kontekstual.

Implementasi dari prinsip umum psikologis-pedagogis terhadap pembelajaran adalah munculnya


prinsip-peinsip didaktik-metodik sebagai berikut:

 Penganekaragaman pembelajaran agar dapat melayani perbedaan individual siswa.


 Pemanfaatan berbagai media dan sumber belajar agar dapat membangkitkan, memelihara,
dan meningkatkan motivasi siswa.
 Penerapan aneka pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang berpotensi
mengaktifkan siswa dalam keseluruhan siklus proses belajar.
 Penekanan pada pencapaian dapak instruksional dan dampak pengiring.

PKR memiliki beberapa prinsip khusus seperti berikut (Djalil dan Wardani: 1997, Rake Joni: 1998).
a. Keserempakan kegiatan belajar-mengajar
Dalam PKR seorang guru dalam waktu yang bersamaan misalnya dari pukul 08.00-09.20 (2 jam
pelajaran) menangani pembelajaran IPA untuk kelas V dan IPS kelas VI. Pada saat itu siswa kelas V
dan kelas VI dalam satu atau dua ruangan secara serempak belajar di bawah bimbingan seorang guru.
Dengan prinsip ini pemanfaatan sumber daya dalam hal ini guru dan waktu yang tersedia dapat lebih
optimal.

b. Kadar tinggi waktu keaktifan akademik


Yang dimaksud dengan waktu keaktifan akademik (WKA) adalah waktu yang benar-benar digunakan
oleh siswa untuk belajar (membaca, menyimak, menulis, berlatih keterampilan, berdiskusi). Misalnya
dalam dua jam pelajaran tersedia 2 x 40’ = 80’. Selama 15’ digunakan oleh guru untuk mengabsen,
mengatur kelompok, 65’ sisanya digunakan oleh siswa untuk berbagai kegiatan belajar. Dalam 65’
itulah siswa benar-benar melakukan kegaitan belajar atau sering disebut juga “on-task”
(Flander:1972). Bila selama 65’ itu ternyata ada sebagian waktu yang digunakan untuk ‘ngobrol’
selain materi pelajaran atau mungkin melamun misalnya selama 10’ maka yang benar-benar dipakai
belajar hanya 55’ on-task. Selama 10’ tersebut para siswa tidak belajar atau sering sering disebut ‘off-
task’ (Flander: 1972). Dengan menerapkan PKR seorang guru dapat mengurangi lama waktu kosong
karena dua kelas ditangani secara serempak sehinggawaktu keaktifan akademik menjadi semakin
tinggi.
c. Kontak psikologis guru-murid yang berkelanjutan
Dengan menerapkanPKR interaksi guru-murid baik yang berupa perhatian, pengarahan, bimbingan
pembelajaran, dan monitoring menjadi suatu proses akan berlangsung secara bervariasi dan terus
menerus terutama PKR dengan satu ruangan. Bila PKR diterapkan dalam dua atau tiga ruangan
memang ada sebagian perhatian misalnya kontak pandang guru-murid yang terputus. Kontak
psikologis guru-murid yang bervariasi ini sangat penting untuk dibangun dan dipelihara, bila tidak
maka pembinaan disiplin siswa akan berkurang.
d. Pemanfaatan sumber belajar yang efisien
Kita menyadari bahwa di sekolah dasar terutama di pedesaan sumber belajar tertulis dirasakan sangat
kurang. Banyak sekali SD yang tidak memiliki perpustakaan sekolah. Malah dalam beberapa kasus
hanya terdapat satu eksemplar buku pelajaran untuk satu kelas. Dengan menerapkan PKR sumber
belajar tertulis yang jumlahnya terbatas dapat digunakan secara bersama-sama.
3. Berikut model-model pengelolaan pembelajaran kelas rangkap.

a. Model PKR 221


Pada model PKR 221 ini, seorang guru mengajar dua kelas misalkan kelas 5 dan kelas 6,
dengan dua mata pelajaran IPS dan IPA, dalam satu ruangan. Langkah-langkah pembelajaran pada
model ini, dapat diperhatikan matrik berikut ini.

Kegiatan/waktu Kelas V (IPS) Kelas VI (IPS)

1. Pendahuluan(10’) Pengantar dan pengarahan dalam satu ruangan; penjelasan


skenario dan hasil belajar

2. Kegiatan Inti 1(20’) Tugas Individual Kerja Kelompok

3. Kegiatan Inti 2(20’) Kerja Kelompok Ceramah, Tanya jawab

4. kegiatan Inti 3(20’) Ceramah, kerja kelompok  Diskusi, Tanya jawab

5. Penutup (10’) Review, penguatan, komentar dan tindak lanjut. Persiapan


kegiatan belajar berikutnya.

Dalam penerapan model PKR ini, ikutilah petunjuk sebagai berikut.

a. Pada kegiatan pendahuluan, lebih kurang 10 menit pertama, guru memberikan pengantar dan
pengarahan dalam satu ruangan. Gunakan dua papan tulis atau satu papan tulis dibagi dua. Tuliskan
topik dan hasil belajar yang diharapkan dari kelas 5 dan kelas 6. Ikuti langkah-langkah untuk masing-
masing kelas yang akan ditempuh selama pertemuan.

b. Pada kegiatan inti 1,2,3, lebih kurang 60 menit, terapkan aneka metode yang sesuai dengan tujuan
untuk masing-masing kelas. Selama kegiatan berlangsung adakan pemantapan, bimbingan, balikan
sesuai dengan keperluan. Gunakan keterampilan dasar mengajar yang sesuai.

c. Pada kegiatan penutup lebih kurang 10 menit terakhir, berdirilah di depan kelas menghadapi kedua
kelas untuk mengadakan reviuw atas materi dan kegiatan yang baru berlaku. Berikan komentar dan
penguatan sesuai keperluan. Kemudian berikan tindak lanjut berupa tugas atau apa saja sebagai bahan
untuk pertemuan berikutnya atau mungkin untuk hari berikutnya.

b. Model PKR 222

Pada model pembelajaran kelas rangkap 222, guru menghadapi dua kelas. Misalnya kelas 5
dan kelas 6, untuk mengajar mata pelajaran matematika di kelas 5 dan IPA di kelas 6. Topik yang
diajarkan tidak memiliki saling keterkaitan. Proses pembelajaran berlangsung dalam dua ruangan
berdekatan yang berhubungan dengan pintu. Langkah-langkah pembelajaran dapat diperhatikan
matrik berikut ini.

Kegiatan/waktu Kelas V (Matematika) Kelas VI (IPA)

1. Pendahuluan(10’) Pengantar dan pengarahan umum diberikan secara bersama


dalam dua ruangan yang berhubungan, penjelasan skenario
dan hasil belajar

2. Kegiatan Inti 1(15’) Penjelasan guru Kegiatan Kegiatan individual


individual

3. Kegiatan Inti 2(15’) Tanya jawab Kegiatan individual

4. kegiatan Inti 3(15’) Kerja individual  Tanya jawab

5. kegiatan Inti 3(15’) Kerja individual Tanya jawab

5. Penutup (10’) Review, penguatan, komentar dan tindak lanjut, tugas.


Persiapan kegiatan belajar berikutnya.

Untuk penerapan model ini, perlu diikuti petunjuk sebagai berikut.

a. Pada kegiatan pendahuluan lebih kurang 10 menit pertama, satukan murid kelas V dan kelas VI dalam
satu ruangan yang tempat duduknya mencukupi. Berikan pengantar dan pengarahan umum seperti
dilakukan pada model PKR 221. Bila tidak mungkin bisa menyatukan murid dalam satu ruangan,
gunakan halaman/teras, dan bila tidak mungkin lagi murid tetap di ruang masing-masing tetapi guru
berada di pintu yang menghubungkan antara dua kelas.

b. Pada kegiatan inti lebih kurang 60 menit berikutnya, terapkan aneka metode yang sesuai untuk
masing-masing kelas. Yang perlu diperhatiakn adalah jangan sampai pada saat guru sedang
menghadapi kelas yang satu, kelas yang lain tidak ada kegiatan sehingga murid ribut. Atur
kepindahan guru dari ruang ke ruang secara seimbang, artinya jangan banyak menggunakan waktu di
satu ruang. Ada saat dimana guru harus berdiri di pintu penghubung.

c. Pada kegiatan penutup lebih kurang 10 menit terakhir berdirilah di pintu penghubung menghadapi
kedua kelas untuk mengadakan reviuw umum mengenai materi dan kegiatan belajar yang baru
berlaku. Berikan komentar dan penguatan sesuai dengan keperluan. Setelah itu berikan tindak lanjut
berupa tugas untuk masing-masing kelas, kemudian persiapan untuk jam pelajaran.

d. Sebaiknya untuk menerapkan model PKR 222 ini, aturlah tempat duduk murid sedemikian rupa
sehingga pandangan murid mengarah kedepan dan kearah pintu penghubung.

Anda mungkin juga menyukai