Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
beberapa hal. Begitu juga dalam sistem pendidikan kita. Misalnya dalam penyebaran guru SD.
Sistem pendidikan kita belum mampu menyebarkan guru SD secara merata ke segala penjuru wilayah di tanah air. Akibatnya masih terjadi kekurangan guru SD secara
lokal dimana-mana, termasuk di Papua masih mengalami masalah kekurangan guru SD sekitar 4000 orang. Dalam masalah perbedaan kualitas hasil belajar, pada umumnya
murid SD di kota-kota besar jauh lebih baik dibandingkan dengan mereka yang berada di daerah, terutama di daerah yang terpencil. Akibat kekurangan guru mungkin saja
akan menambah adanya perbedaan ini. Salah satu upaya untuk mengatasi kekurangan guru di beberapa SD di Indonesia adalah dengan penerapan Pembelajaran Kelas
Rangkap (PKR). Namun demikian, mengajar dengan merangkap kelas bukan berarti merupakan penyebab terjadinya kurang baiknya kualitas hasil belajar. Mungkin hal ini
dikarenakan kita belum menemukan teknik yang tepat untuk melakukan PKR. Pemahaman yang baik tentang PKR oleh guru maupun calon guru diharapkan akan mampu
melaksanakan pembelajaran PKR dengan efektif dan efisien, sehingga ada anggapan bahwa PKR merupakan suatu masalah yang sulit untuk diatasi. Namun, justru disadari
bahwa PKR adalah suatu tantangan dan kenyataan yang harus dihadapi sebagai tugas guru.
Dalam PKR lebih banyak menuntut siswa belajar mandiri dan konstektual, sehingga secara tidak langsung interaksi antara siswa yang baik dan intensif akan
membentuk karakter siswa yang positif. Kalau dikaitkan dengan implementasi Kurikulum 2013 yang menekannkan pada pendekatan tematik, PKR ini tampaknya cocok
diterapkan. Pembelajaran tematik merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran. Pengintegrasian tersebut
dilakukan dalam 2 (dua) hal, yaitu integrasi sikap, kemampuan/keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran serta pengintegrasian berbagai konsep dasar yang
berkaitan (http://kangmartho.com)
Pelaksanaan PKR bukan saja sekedar kenyataan yang harus dihadapi oleh guru, tetapi PKR juga mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan. Oleh karena itu,
pengalaman yang dimiliki oleh guru yang mengajar di kelas rangkap akan sangat berarti dalam mengembangkan profesionalismenya. Guru perlu persiapan materi, fisik,
dan mental dalam PKR. Oleh karena itu, akan dikaji gambaran gambaran PKR dan praktik yang terjadi di lapangan. .(
http://mediafunia.blogspot.com/2016/07/pembelajaran-kelas-rangkap-pkr.html)
Depdikbud. 2012. Dokumen Kurikulum 2013 (http://kangmartho.com)
1. Pada bagian pendahuluan 10 menit pertama berikan pengantar dan pengarahan dalam satu ruangan. Gunakan dua papan tulis atau satu papan tulis bagi dua. Tuliskan
topik dan hasil belajar yang diharapkan.
2. Pada kegaiatan inti 60 menit berikutnya terapkan aneka metode yang sesuai untuk masing-masing kelas. Selama kegiatan belajar berlangsung adakan pemantapan,
bimbingan, balikan sesuai keperluan.
3. Pada kegiatan penutup 10 menit terakhir berdirilah di depan kelas menghadapi kedua kelas untuk mengadakan reviu atas materi dan kegiatan yang baru berlaku.
Berikan komentar dan penguatan sesuai keperluan. Setelah itu berikan tindak lanjut berupa tugas atau apa saja sebagai bahan untuk pertemuan berikutnya atau mungkin
juga untuk hari berikutnya.
Menurut Udin Winataputra langkah-langkah penggunaan model Pembelajaran Kelas Rangkap adalah :
1. Pada kegiatan pendahuluan, lebih kurang 10 menit pertama, guru memberikan pengantar dan pengarahan dalam satu ruangan. Gunakan dua papan tulis atau satu
papan tulis dibagi dua. Tuliskan topik dan hasil belajar yang diharapkan dari kelas III dan kelas IV. Ikuti langkah-langkah untuk masing-masing kelas yang
akanditempuh selama pertemuan.
2. Pada kegiatan inti 1, 2, 3, lebih kurang 60 menit, terapkan aneka metode yang sesuai dengan tujuan untuk masing-masing kelas. Selama kegiatan berlangsung
adakan pemantapan, bimbingan, balikan sesuai dengan keperluan. Gunakan keterampilan dasar mengajar yang sesuai.
3. Pada kegiatan penutup lebih kurang 10 menit terakhir , berdirilah di depan kelas menghadapi kedua kelas untuk mengadakan reviu atas materi dan kegiatan yang
baru berlaku. Berikan komentar dan penguatan sesuai keperluan. Kemudian berikan tindak lanjut berupa tugas atau apa saja sebagai bahan untuk pertemuan
berikutnya atau mungkin untuk hari berikutnya.
Sedangkan menurut Aria Djalil ddk, prosedur penggunaan model Pembelajaran Kelas Rangkap adalah :
a. Pada kegiatan pendahuluan 10 menit pertama berikan pengantar dan pengarahan dalam satu ruangan. Gunakan dua papan tulis atau satu papan tulis bagi dua. Tuliskan
topik dan hasil belajar yang diharapkan dari kelas III dan IV. Ikuti dengan langkah-langkah untuk masing-masing kelas yang akan ditempuh selama pertemuan itu 80 menit.
b. Pada kegiatan inti 60 menit berikutnya terapkan aneka metode yang sesuai untuk masing-masing kelas. Selama kegiatan belajar berlangsung adakan pemantapan,
bimbingan, balikan sesuai keperluan. Terapkan prinsip ”withitness, alertness, dan overlappingness”. Gunakan keterampilan dasar mengajar yang sesuai.
c. Pada kegiatan penutup 10 menit terakhir berdirilah di depan kelas menghadapi kedua kelas untuk mengadakan reviu atas materi dan kegiatan yang baru berlaku. Berikan
komentar dan penguatan sesuai keperluan. Setelah itu berikan tindak lanjut berupa tugas atau apa saja sebagai bahan untuk pertemuan berikutnya atau mungkin juga untuk
hari berikutnya. Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah penggunaan model Pembelajaran Kelas Rangkap adalah :
1. Dari tiga pendapat diatas mempunyai kesamaan langkah-langkah dalam menerapkan model Pembelajaran Kelas Rangkap.
2. Materi yang disampaikan guru harus mempunyai kesamaan materi atau berkesinambungan agar pembelajaran tercapai.
3. Sebelum pembelajaran dimulai guru harus menunjuk salah satu siswa untuk mendemonstrasikan materi yang akan dipelajari. Kemudian setelah siswa yang telah
maju atau yang telah mendemonstrasikan materi dia menunjuk salah satu temannya untuk mendemonstrasikan apa yang telah ia praktekan di depan kelas.
4. Setelah itu guru mengadakan evaluasi terhadap pembelajaran yang telah selesai disampaikan kepada siswanya, dan juga guru memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk bertanya apa yang belum dimengerti oleh siswa, setelah itu guru memberikan tugas rumah yang akan dikerjakan oleh siswanya.
Kelebihan dan Kelemahan Model PKR
Menurut Wardhani, IGK dalam bukunya Hakikat Pembelajaran Kelas Rangkap menjelaskan bahwa:
Sedangkan yang bersifat psikologis-pedagogis adalah yang berkenaan dengan perubahan perilaku siswa, sedangkan yang bersifat didaktik-metodik adalah yang berkenaan
dengan strategi atau prosedur pembelajaran. Beberapa prinsip umum psikologis-pedagogis antara lain :
Perbedaan individual anak dalam perkembangan kognitif, sikap, dan perilaku menuntut perlakuan pembelajaran yang cocok dengan tingkatannya. Misal, perlakuan
terhadap siswa kelas III tentu harus berbeda dengan perlakuan terhadap siswa kelas IV. Pada tingkat usia kelas III proses berfikir kongkrit
lebih dominan, sedangkan siswa kelas IV sudah mulai dapat berfikir abstrak.
Motivasi sangat diperlukan dalam belajar baik yang datang dari diri siswa atau ”motivasi instrinsik” maupun yang datang dari luar diri siswa atau motivasi
instrumental. Oleh karena itu pembelajaran harus diawali dengan menumbuhkan motivasi siswa agar terasa butuh dan mau belajar. Bila sudah tumbuh , motivasi
tersebut perlu dipelihara dan malah ditingkatkan melalui berbagai bentuk penguatan atau” reinforcement ”.
Belajar sebagai proses akademis dalam diri individu untuk membangun pengetahuan, sikap dan ketrampilan melalui transformasi pengalaman. Proses tersebut dapat
dipandang sebagai suatu siklus proses pengalaman kongkrit (concrete experience ), pengamatan mendalam ( reflective observation ), pemikiran abstrak ( abstract
conceptualization ), dan percobaan atau penerapan secara aktif ( active experimentation ).
Belajar dari teman seusia atau “peer group “ terutama mengenai sikap dan ketrampilan sosial dapat berhasil dengan baik melalui interaksi sosial yang sengaja
dirancang.
Pencapaian dampak instructional atau ”instructional effects” dan dampak pengiring atau ”nurturant effect” menuntut lingkungan dan suasana belajar yang dirancang
dengan baik oleh guru dan terciptanya suasana belajar secara kontekstual.
Implementasi dari prinsip umum psikologis-pedagogis terhadap pembelajaran adalah munculnya prinsip didaktik-metodik sebagai berikut :
Sumber Bacaan
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2005), hlm. 751
Trianto, Op, Cit., Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Surabaya: Prestasi Pustaka, 2007), hlm. 5
La Iru dan La Ode Safiun Arihi, Analisis Penerapan Pendekatan, Metode, Strategi dan Model-Model Pembelajaran, (Jogjakarta: Multi Presindo, 2012), hlm. 6, , hlm. 119-
120
Ismail Sukardi. Model-Model Pembelajaran Moderen. (Yogyakarta: Tunas Gemilang Press,2013), hlm. 29-31
Nanang Hanfiah dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung: RefikaAditama, 2012), hlm. 41
IGK. AK. Wardhani, Hakikat Pembelajaran Kelas Rangkap, Materi Pokok (Jakarta:Universitas Terbuka, 2012), hlm. 13
Udin Winataputra, Pembelajaran Kelas Rangkap, (Jakarta: Direktoral Jenderal Pendidikan Tinggi, 2004), hlm. 23
IGK Wardhani, Hakikat Pembelajaran Kelas Rangkap, (Jakarta :Universitas Terbuka, 2003), hlm. 32
Genel Wilkinson, Media dalam Pembelajaran; Penelitian Selama 60 Tahun, Edisi Indonesia. (Jakarta: CV Rajawali, 1980), hlm 28
Kedua, proses pembelajaran betul – betul berlangsung serempak, lebih – lebih karena murid – murid dari tingkat kelas yang berbeda duduk bersama dalam satu ruang.
Ketiga, guru memanfaatkan ruang kelas yang ada dengan menciptakan sudut sumber belajar ( walaupun masih amat sederhana).
Keempat, murid aktif ; disinilah sebenarnya CBSA yang kita inginkan.Murid tidak hanya aktif secara individual, tetapi juga secara berpasangan.
Kelima, selain menonjolkan asas kooperatif guru juga menyelipkan asas kompetiitf (persaingan) yang sehat
Ketujuh, adanya perhatian khusus bagi anak yang lambat dan cepat.
Kedelapan,guru PKR percaya bahwa sumber belajar tidak hanya diperoleh dari kantor Depdiknas atau Pemerintah Daerah.
Kesembilan, prinsip perangkapan tidak hanya diterjemahkan dalam bentuk mengajar dua tingkat kelas atau labih dalam satu ruang kelas atau lebih dalam waktu yang
bersamaan ( simultan).
Kesepuluh, mampu melepaskan diri dari mitos bahwa yang mampu mengajar adalah guru.
MODUL 2
MODEL PENGELOLAAN DAN PEMBELAJARAN KELAS RANGKA
Prinsip-prinsip dikdatik-metodik dan prosedur dasar PKR dalam kegiatan belajar ini.
1. Konsep-konsep Pembelajaran yang relevan perlu diterapkan dalam PKR sehingga membentuk suatu sistem
2. Ketrampilan prosedural pembelajaran, khususnya berkenaan dengan membuka dan menutup pelajaran, mendorong belajar aktif dan belajar mandiri, dan
mengelola kelas PKR.
Dalam membuka pelajaran ada empat hal pokok yang harus dilakukan oleh seorang guru.
1) Menarik perhatian siswa
2) Menimbulkan motivasi belajar
3) Memberi acuan belajar
4) Membuat kaitan materi
Keterampilan dasar yang dapat dijadikan latar pembelajaran dalam PKR adalah keterampilan :
a. Membimbing diskusi kelompok kecil;
b. Mengajar kelompok kecil dan perseorangan;
Untuk dapat menciptakan situasi tersebut guru seyogyanya terampil dalam hal-hal berikut:
1) Menanggapi dengan penuh kepekaan terhadap hal-hal yang mengganggu jalannya interaksi belajar-mengajar.
2) Memeratakan perhatian terhadap semua kelompok baik secara visual maupun verbal.
3) Memberikan penugasan kepada kelompok dengan jelas sehingga siswa-siswa memahami tugas dan peranan serta tanggung jawab kegiatan belajar mengajar.
4) Memberi teguran dengan arif dan bijaksana bila melihat terjadinya perilaku menyimpang dari siswa
5) Memberikan penguatan verbal, gestural, kegiatan, kedekatan dan token, sesuai dengan keperluan dan situasi secara wajar.
Dalam upaya mengatasi perilaku yang menyimpang ada sejumlah teknik yang dapat dipakai :
1) Mengabaikan sementara yang direncanakan;
2) Melakukan campur tangan dengan isyarat;
3) Mengawasi dari dekat;
4) Menerima perasaan negatif siswa;
5) Mendorong siswa mengungkapkan perasaannya;
6) Menjauhkan benda-benda yang dapat mengganggu;
7) Menghilangkan ketegangan dengan humor;
8) Mengatasi penyebab gangguan;
9) Membatasi secara fisik;
10) Menjauhkan pengganggu;
Ada tiga hal yang harus dilakukan dalam menutup pelajaran :
a. Meninjau kembali;
b. Mengadakan evaluasi;
c. Memberikan tindak lanjut;
Beberapa model pelajaran yang dapat kita gunakan sesuai dengan kebutuhan.
1. Proses Belajar Arahan Sendiri (PBAS)
2. Proses Belajar Melalui Kerja Sama (PBMKS) yang meliputi berikut ini.
a. Olah-Pikir Sejoli (OPS).
b. Olah-Pikir Berebut (OPB).
c. Konsultasi Intra Kelompok (KIK).
d. Tutorial Teman Sebaya (TTS).
e. Tutorial Lintas Kelas (TLK).
f. Diskusi Meja Bundar (DMB).
g. Tugas Diskusi dan Resitasi (TDR).
h. Aktivitas Tugas Tertutup (ATTu).
i. Aktivitas Tugas Terbuka (ATTa).
Misi utama model ini adalah melatih keterampilan berpikir kognitif dan komunikasi secara tertulis.
Pembelajaran Kelas Rangkap adalah suatu bentuk pembelajaran yang mensyaratkan seorang guru mengajar dalam satu ruangan kelas atau lebih, dalam saat yang
sama, dan menghadapi dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda (IG.AK.Wardhani, 1998 Terdapat seorang guru dalam kelas PKR yang mengajar lebih dari satu tingkatan
kelas. Hal yang perlu diperhatikan dalam PKR adalah guru tidak mengajar dua kelas terpisah secara bergantian dengan programyang berbeda. Selain itu, guru harus pandai
memilih strategi pembelajaran karena strategi pembelajaran yang dipilih oleh guru harus disesuaikan dengan banyaknya jumlah murid dan dengan menggunakan kombinasi
Kondisi kelas rangkap mengharuskan guru untuk selalu menggunakan strategi mengajar yang berbeda sesuai dengan kondisi siswa yang diasuhnya yang terdiri atas
tingkat kelas yang berbeda agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dan potensi siswa dapat berkembang maksimal.
Dalam kelas PKR terdapat lebih dari satu tingkatan kelas anak. Siswa dalam kelas PKR mempunyai perbedaan usia, kemampuan, dan minat. Di dalam kelas rangkap, siswa belajar
bersama-sama dengan satu guru, meskipun mereka memiliki usia dan perkembangan yang berbeda/keterampilan dan kemampuan belajarnya tidak sama.
Pembelajaran Kelas Rangkap merupakan model pembelajaran dengan mencampur beberapa siswa yang terdiri dari dua atau tiga tingkatan kelas dalam satu kelas
dan pembelajaran diberikan oleh satu guru saja untuk beberapa waktu. Pembelajaran kelas rangkap sangat menekankan dua hal utama, yaitu kelas digabung secara
terintegrasi dan pembelajaran terpusat pada siswa sehingga guru tidak perlu berlari-lari antara dua ruang kelas untuk mengajar dua tingkatan kelas yang berbeda dengan
program yang berbeda. Namun murid dari dua kelas bekerja secara sendiri-sendiri di ruangan yang sama, masing-masingduduk di sisi ruang kelas yang berlainan dan
Pembelajaran dilakukan secara tematik yaitu mata pelajaran setiap kelas digabung dengan membentuk model pembelajaran tematik yang memperhatikan aspek-
aspek penting lainnya namun untuk kompetensi-kompetensi tertentu yang tidak dapat diikat dengan tema tetap diajarkan secara terpisah.
Dalam PKR interaksi edukatif dapat tercipta melalui model PBMKS (Proses Belajar Melalui Kerjasama). Murid dapat memupuk rasa kerja sama dan saling
membantu serta dapat bertukar informasi dan pengetahuan yang dimiliki. Selain itu, murid juga dapat berdiskusi untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.
Guru mengajar dengan kreatifitas yang tinggi, yang menciptakan suasana kelas yang kondusif dan nyaman. Guru mengelolah kelas dengan pengaturan tempat
duduk yang berbeda. agar perencanaan matang, sebaiknya satu kelas rangkap dipegang oleh guru yang sama untuk 2 tahun ajaran. kelas rangkap bukanlah merupakan
penggabungan dua tingkat kelas yang memiliki pemisahan program di dalam satu ruang kelas dan bukan pula dua kelas yang duduknya terpisah satu sama lain.
Salah satu prinsip PKR adalah memanfaatkan sumber belajar secara optimal. Dari segi lingkungan belajar guru harus kreatif dan inovatif dalam menciptakan
lingkungan belajar yang menyenangkan dan dapat memotivasi siswa dalam belajar, yaitu dengan cara menata ruang kelas dengan rapi seperti letak meja, kursi, papan tulis,
sumber belajar, tempat penyimpangan bahan dan alat serta pajangan kelas. Guru juga harus memanfaatkan hasil karya murid dengan cara dipajang di ruang kelas karena hal
Oleh karena sumber belajar sangat terbatas maka kita sebagai guru dituntut untuk selalu kreatif menciptakan berbagai sumber sehinggadapat dimanfaatkan dalam
pembelajaran. Karakteristik Lingkungan belajar dalam PKR yaitu, sekolah dan lingkungan sekolah itu sendiri sebagai sumber belajar, termasuk guru. Lingkungan sekolah,