Ada beberapa faktor yang dapat kita analisis mengenai alasan diterapkannya
Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) sesuai uraian di atas. Faktor tersebut meliputi:
(1) Dilihat dari alasan Geografisnya: Lokasi sekolah susah di akses karena sekolah
terpencil dan jauh dari keramaian. Sehingga menyebabkan minimnya alat transportasi
yang dapat menjangkau lokasi sekolah. Oleh sebab itu, pembelajaran kelas rangkap
(PKR) merupakan salah satu solusi agar proses pembelajaran di sekolah dengan
kondisi sesuai uraian dapat berjalan.
(2) Kondisi bangunan yang tidak layak: Dalam uraian disebutkan sekolah dengan
kondisi bangunan yang tidak layak untuk digunakan atau bahkan mengalami
kerusakan parah sehingga beberapa ruang kelas tidak dapat difungsikan sebagaimana
mestinya sehingga, ruang kelas yang digunakan untuk proses pembelajaran menjadi
berkurang. Oleh sebab itu, pembelajaran kelas rangkap (PKR) dapat diterapkan untuk
mengefisienkan ruangan.
3) Kurangnya jumlah tenaga pengajar (guru): Dalam uraian disebutkan
ketersediaan guru di sekolah tersebut sangat terbatas. Penyebabnya banyak guru yang
berasal dari luar daerah tidak berminat ditempatkan di daerah yang terpencil
Dari dua faktor tersebut sudah tentu jumlah siswa tidak sesuai dengan jumlah kelas
dan guru. Oleh sebab itu, pembelajaran kelas rangkap (PKR) merupakan salah satu
solusi agar proses pembelajaran di sekolah dengan kondisi sesuai uraian dapat
berjalan.
Nomor 2
a. Model PKR yang paling sesuai diterapkan dalam kedua kelas tersebut adalah
Model PKR 222. Alasannya adalah karena Bu Ratih akan mengajar dua kelas yaitu
kelas 4 dan kelas 5, dalam 2 ruang kelas yang berbeda karena jumlah siswa satu kelas
lebih dari 20 sehingga tidak mungkin ditampung dalam satu ruang kelas, serta
mengajarkan 2 materi yang berbeda yaitu kelas IV pelajaran IPA dengan topik “Cara
Makhluk Hidup menyesuaikan diri dengan lingkungan” dan untuk kelas V mata
pelajaran Matematika dengan topik “Skala Pada Denah”
Nomor 3
(a) Penggunaan model PBAS ditinjau dari tujuan dan peran guru:
Penggunaan model Proses Belajar Arahan Sendiri (PBAS) dalam pembelajaran dapat
memiliki beberapa alasan yang berkaitan dengan tujuan dan peran guru.
Berikut adalah penjelasan mengenai alasan penggunaan model PBAS dari sudut
pandang tujuan dan peran guru:
Tujuan Pembelajaran yang Mendorong Kemandirian
Model PBAS mendukung tujuan pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan
kemandirian siswa dalam belajar.
Dalam model ini, siswa dituntut untuk mengambil peran aktif dalam memperoleh
pengetahuan dan keterampilan melalui eksplorasi mandiri, penemuan, dan
pengorganisasian materi pembelajaran.
Dengan memberikan panduan atau arahan yang
tepat, guru memungkinkan siswa untuk mengembangkan keterampilan belajar secara
mandiri.
Mendorong Pengembangan Kemampuan Pemecahan Masalah
Model PBAS menekankan pada kemampuan siswa untuk memecahkan masalah dan
mengambil keputusan secara mandiri.
Dalam proses belajar ini, siswa diberi kesempatan untuk menghadapi masalah,
menganalisis informasi, mengeksplorasi solusi, dan mengambil tindakan yang tepat.
Peran guru dalam model PBAS adalah sebagai fasilitator atau pembimbing yang
memberikan arahan, dukungan, dan umpan balik yang dibutuhkan untuk
membantu siswa mengembangkan kemampuan pemecahan masalah.
Nomor 4
(a) Pak Roni mengajar kelas rangkap di kelas II dengan muatan pelajaran Bahasa
Indonesia dan kelasIII dengan muatan pelajaran PPKn.
Kompetensi Dasar (KD) Bahasa Indonesia adalah
“Menentukan kata sapaan dalam dongeng secara lisan dan tulis”. Sedangkan
KD PPKn adalah “Mengidentifikasi kewajiban dan hak sebagai anggota keluarga”
(b) Berikut merupakan indikator dan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan:
Indikator Bahasa Indonesia:
− Memahami kata sapaan
− Memahami ciri-ciri kata sapaan
Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia:
− Siswa dapat memahami kata sapaan
− Siswa dapat memahami ciri-ciri kata sapaan
Indikator PPKn:
− Mengenal kewajiban sebagai anggota keluarga
− Mengenal hak sebagai anggota keluarga
Kegiatan Inti
Pak Roni membagikan dongeng kepada siswa dan meminta mereka untuk mencari
dan mengidentifikasi kata sapaan dalam teks tersebut secara individu.
Siswa berdiskusi dalam kelompok kecil untuk membandingkan hasil identifikasi kata
sapaan dan ciri-cirinya.
Pak Roni memfasilitasi diskusi kelas mengenai kata sapaan dan ciri-cirinya, serta
memberikan contoh-contoh tambahan.
Kegiatan Penutup
Siswa diminta untuk membuat daftar kewajiban sebagai anggota keluarga dan hak-
hak yang mereka miliki.
Beberapa siswa dipilih untuk berbagi daftar mereka di depan kelas.
Pak Roni menyimpulkan pelajaran dengan mengingatkan siswa tentang pentingnya
memahami kata sapaan dan memahami kewajiban serta hak-hak sebagai anggota
keluarga.