Anda di halaman 1dari 19

PEMBELAJARAN KREATIF DAN LINGKUNGAN BELAJAR

OLEH :

ULFA DWIANTI SALEH

(1894040005)

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fisika dipandang sebagai mata pelajaran yang penuh dengan rumus –
rumus dan angka menurut sebagian siswa, sehingga siswa enggan tertarik pada
mata pelajaran ini. Masalah yang sering dijumpai dalam pembelajaran fisika di
sekolah adalah pembelajaran fisika yang sukar dimengerti. Materi fisika yang
sukar dimengerti menyebabkan siswa mendapatkan kesulitan untuk belajar karena
tidak paham rumus, kurang mengerti materi, dan cara menggunakan rumus untuk
menyelesaikan soal.
Selain masalah – masalah diatas juga timbul masalah lain yaitu model
pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Metode pembelajaran yang tidak tepat
memicu keragaman masalah pada diri masing – masing individu antara lain :  1)
antusias dan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran masih belum nampak,
2) para siswa jarang mengajukan pertanyaan, walaupun guru sering meminta agar
siswa bertanya jika ada hal-hal yang belum jelas, atau kurang paham, 3) keaktifan
dalam mengerjakan soal-soal latihan pada proses pembelajaran juga masih
kurang, 4) kurangnya keberanian siswa untuk mengerjakan soal di depan kelas, 5)
kebosanan siswa, karena dalam pembelajaran hanya diposisikan sebagai
pendengar, 6) proses pembelajaran yang monoton dan kurang menarik, dan 7)
rendahnya penguasaan siswa terhadap materi pelajaran fisika. Hal ini
menggambarkan keefektifan pembelajaran di dalam kelas yang masih rendah.
Akibatnya menyebabkan motivasi dan keaktifan siswa yang rendah untuk mlz
membaca materi tentang fisika / mengulang materi yang telah dipelajari,
mengerjakan pekerjaan rumah / tugas yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan masalah diatas, maka diperlukan suatu pembelajaran yang
kreatif dan lingkungan belajar. Pembelajaran kreatif merupakan proses
pembelajaran yang mengharuskan guru dapat memotivasi dan memunculkan
kreatifitas peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung, dengan
menggunakan beberapa metode dan strategi yang variatif, misalnya kerja
kelompok, pemecahan masalah dan sebagainya. Pembelajaran kreatif
mengharuskan guru untuk mampu merangsang peserta didik memunculkan
kreatifitas. Berhasil tidaknya pembelajaran didalam kelas ternyata sangat
didukung oleh faktor lingkungan. Lingkungan itu bisa berupa lingkungan
dikeluarga, masyarakat dan tentunya sekolah. Lingkungan juga mempengaruhi
hubungan sosial, belajar dan psikologis peserta didik. Untuk itu, lingkungan
seharusnya juga menjadi hal yang harus diperhatikan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik dalam proses belajar.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran kreatif dan lingkungan belajar?
2. Apa saja jenis-jenis pembelajaran kreatif dan lingkungan belajar?
3. Bagaimana merancang pembelajaran kreatif pada model Pembelajaran
Berbasis Masalah?
4. Bagaimana nilai-nilai lingkungan sebagai sumber belajar?   
5. Bagaimana pemanfaatan lingkungan menumbuhkan aktivitas belajar anak
yang lebih meningkat?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari pembelajaran kreatif dan lingkungan belajar.
2. Mengetahui jenis-jenis pembelajaran kreatif dan lingkungan belajar.
3. Mengetahui cara melakukan pembelajaran kreatif pada model
Pembelajaran Berbasis Masalah.
4. Mengetahui nilai-nilai lingkungan sebagai sumber belajar.
5. Mengetahui Bagaimana pemanfaatan lingkungan menumbuhkan aktivitas
belajar anak.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembelajaran Kreatif dan Lingkungan Belajar
Secara etimologi kata pembelajaran diderivasi dari kata ajar yang
mempunyai arti petunjuk yang diberikan kepada orang lain supaya diketahui atau
dituruti. Sedang pembelajaran sendiri mempunyai arti proses, cara, perbuatan
mengajar.[ Sedangkan dalam arti terminologi pembelajaran menurut Dimyati dan
Mudjiono, sebagaimana dikutip oleh Syaiful Sagala adalah kegiatan guru secara
terprogram dalam desain konstruksional, untuk membuat siswa belajar aktif, yang
menekankan pada penyediaan sumber belaja. Dalam Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 tahun 2003 dikatakan bahwa Pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar.
Sedangkan arti kreatif secara harfiah berarti memiliki daya cipta, memiliki
kemampuan untuk menciptakan,  bersifat (mengandung) daya cipta. Kreatif
(creative) dalam arti istilah berarti menggunakan hasil ciptaan / kreasi baru atau
yang berbeda dengan sebelumnya.Dari beberapa definisi tersebut, Indrawati dan
Wanwan Setiawan mendefinisikan pembelajaran kreatif sebagai pembelajaran
yang menstimulasi siswa untuk mengembangkan gagasannya dengan
memanfaatkan sumber belajar yang ada.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) lingkungan diartikan
sebagai bulatan yang melingkungi (melingkari). Pengertian lainnya yaitu sekalian
yang terlingkung di suatu daerah. Dalam kamus Bahasa Inggris peristilahan
lingkungan ini cukup beragam diantaranya ada istilah circle, area, surroundings,
sphere, domain, range, dan environment, yang artinya kurang lebih berkaitan
dengan keadaan atau segala sesuatu yang ada di sekitar atau sekeliling. lingkungan
belajar adalah tempat berlangsungnya kegiatan belajar yang mendapatkan
pengaruh dari luar terhadap keberlangsungan kegiatan tersebut.
B. Jenis-Jenis Pembelajaran Kreatif dan Lingkungan Belajar
1. Jenis – jenis model pembelajaran
a. Model Pembelajaran Model Jigsaw (Tim ahli)
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran :
1) Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok dan tiap
kelompok beranggotakan 4-5 anak.
2) Tiap anak dalam tim diberi bagian materi yang berbeda sesuai
dengan yang ditugaskan
3) Anggota dari tim yamg berbeda yang telah mempelajari bagian
atau sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok
ahli) dan mendiskusikan sub bab mereka.
4) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke
kelompok masing-masing dan tiap anggota lainnya mendengarkan
penjelasan dari tim ahli.
5) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
6) Guru memberi evaluasi
7) Penutup
b. Model Pembelajaran Think Pair and Share
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran:
1) Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin
dicapai.
2) Siswa secara perorangan diminta untuk berfikir tentang
materi/permasalahan yang disampaikan guru.
3) Siswa diminta berpasangan dengan teman sebangku (1 kelompok 2
orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.
4) Masing-masing pasangan membentuk kelompok baru (tiap
kelompok 4 siswa.
c. Model Pembelajaran Student Teams Achievments Divisions (STAD)
Langkah-langkah pembelajaran:
1) Membentuk kelompok yang anggotanya 4 siswa secara heterogen
(campuran menurut prestasi)
2) Guru memberikan penjelasan tentang suatu materi
3) Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh
anggota-anggota kelompok.
4) Anggota kelompok yang mengerti tentang materi menjelaskan
materi kepada anggota yang lain dalam kelompok itu sendiri
sampai anggota yang lain mengerti.
5) Guru memberi kuis atau pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada
saat menjawab kuis tidak ada boleh bekerja sama
6) Guru memberi evaluasi
7) Kesimpulan
d. Model Pembelajaran Number Heads Togheter (NHT)
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran:
1) Siswa dibagi dalam kelompok, tiap siswa dalam kelompok
mendapat nomor
2) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok
mengerjakannya
3) Kelompok mendiskusikan jawabannya yang benar dan memastikan
tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui
jawabannya
4) Guru memenggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil
mempresentasikan hasil kerjasama mereka.
e. Model Pembelajaran Role Playing
Langkah-langkah kegiatan Pembelajaran:
1) Guru menyusun atau menyiapkan skenario pembelajaran yang akan
ditampilkan
2) Guru menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario 2 hari
sebelum KBM
3) Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang
4) Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang akan dicapai
5) Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan
skenario yang sudah dipersiapkan.
6) Masing-masing siswa duduk di kelompoknya dan memperhatikan
skenario yang sedang ditampilkan
7) Setelah selesai, masing-masing siswa diberikan selembar kertas
untuk membahas apa yang sudah ditampilkan
8) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulan
9) guru memberikan kesimpulan secara umum
10) evaluasi
11) Penutup
f. Model Pembelajaran Picture and Picture
Langkah-langkah pembelajaran:
1) Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai
2) Guru menyajikan materi sebagai pengantar
3) Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan yang
berkaitan dengan materi
2. Jenis – jenis model pembelajaran
Menurut Ki Hajar Dewantara, lingkungan pendidikan mencakup: 1)
lingkungan keluarga, 2) lingkungan sekolah, dan 3) lingkungan masyarakat
(Munib, 2004:76). Ketiga lingkungan itu sering disebut sebagai tripusat
pendidikan yang akan mempengaruhi manusia secara bervariasi.

a. Lingkungan Keluarga
1) Pengertian Lingkungan Keluarga
pengertian ligkungan keluarga adalah segala kondisi dan pengaruh
dari luar terhadap kehidupan dan perkembangan anggota keluarga.
2) Faktor-Faktor Keluarga
Menurut Slameto (2003:60-64), siswa yang belajar akan menerima
pengaruh dari keluarga berupa:
 Cara orang tua mendidik 
Peran orang tua dapat dilihat dari bagaimana orang tua tersebut
dalam mendidik anaknya, kebiasaan-kebiasaan baik yang
ditanamkan agar mendorong semngat anak untuk belajar. 
 Suasana rumah 
Agar rumah menjadi tempat belajar yang baik amka perlu
diciptakan susana rumah yang tenang dan tentram. Susana tersebut
dapat tercipta apabila dalam keluarga tercipta hubungan yang
harmonis antar orang tua dengan anak atau anak dengan anggota
keluarga yang lain. 
 Keadaan ekonomi keluarga 
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak.
Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan
pokoknya juga membutuhkan fasilitas belajar. 
 Perhatian orang tua 
Anak perlu mendapat dorongan dan perhatian orang tua. Kadang-
kadang anak menjadi lemah semangat, maka orang tua wajib
memberi perhatian dan mendorongnyanya membantu sedapat
mungkin kesulitan yang dialami anak disekolah. 
 Fungsi Keluarga
Menurut Oqbum fungsi keluarga itu adalah sebagai fungsi kasih
sayang, ekonomi, pendidikan, perlindungan/penjagaan, rekreasi,
status keluarga dan agama (Ahmadi,2004:108). Sedangkan menurut
Bierstadt (Ahmadi,2004:109) keluarga berfungsi sebagai:
1) Menggantikan keluarga
2)  Bersifat membantu
3) Mengatur dan menguasai impuls-impuls (dorongan) sexual
4) Menggerakkan nilai-nilai kebudayaan
b. Lingkungan Sekolah
1) Pengertian Lingkungan Sekolah
lingkungan sekolah adalah lingkungan dimana kegiatan belajar
mengajar berlangsung yang para siswanya dibiasakan dengan nilai-
nilai tata tertib sekolah dan nilai-nilai kegiatan pembelajaran berbagai
bidang studi.
2) Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup:
1. Metode mengajar
2. Kurikulum
3. Relasi guru dengan siswa
4. Relasi siswa dengan siswa
5. Disiplin sekolah
6. Pelajaran dan waktu sekolah
7. Standar pelajaran
8.  Keadaan Gedung
9. Metode belajar
10. Tugas rumah
3) Fungsi Sekolah
Menurut Nasution (2004:14), fungsi sekolah antara lain sebagai
berikut:
1) Sekolah mempersiapkan anak untuk suatu pekerjaan.
2) Sekolah memberikan keterampilan dasar.
3) Sekolah membuka kesempatan memperbaiki nasib.
4) Sekolah menyediakan tenaga pembangunan.
5) Sekolah membantu memecahkan masalah-masalah sosial.
6) Sekolah menstranmisi kebudayaan.
7) Sekolah membentuk manusia yang sosial.
8) Sekolah merupakan alat mentransformasi kebudayaan.
4) Karakteristik lingkungan sekolah
Ada beberapa karakteristik lingkungan sekolah yang nyaman sebagai
tempat belajar (Burstyn & Stevens dalam Ormrod, 2006), yaitu:\
1) Sekolah mempunyai komitmen untuk mendukung semua usaha
peserta didik agar sukses baik dalam bidang akademik maupun
sosial.
2) Adanya kurikulum yang menantang dan terarah.
3)  Adanya perhatian dan kepercayaan peserta didik serta orang tua
terhadap sekolah.
4) Adanya ketulusan dan keadilan bagi semua peserta didik, baik
untuk peserta didik dengan latar belakang keluarga yang berbeda,
beda ras maupun etnik.
5) Adanya kebijakan dan peraturan sekolah yang jelas. Misalnya
panduan perilaku yang baik, konsekuensi yang konsisten,
penjelasan yang jelas, kesempatan menjalin interaksi sosial serta
kemampuan menyelesaikan masalah.
c. Lingkungan Masyarakat
1) Pengertian Lingkungan Masyarakat
lingkungan masyarakat adalah tempat orang-orang hidup bersama
yang berpengaruh besar terhadapperkembangan pribadi anak-anak
(siswa).
2) Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang jugaberpengaruh terhadap
prestasi belajar siswa. Pengaruh ituterjadi karena keberadaan siswa
dalam masyarakat. Pengaruh-pengaruh itu antara lain sebagai berikut:
1) Kegiatan Siswa dalam Masyarakat
2) Mass Media
3)  Teman Bergaul
4)  Bentuk Kehidupan Masyarakat
3) Peranan Masyarakat dalam Pendidikan
Tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan sebenarnya
masih belum jelas, tidak sejelas tanggung jawab pendidikan di lingkungan
keluarga dan di lingkungan sekolah. Hai ini disebabkan faktor waktu,
hubungan, sifat dan isi pergaulan yang terjadi di dalam masyarakat. Waktu
pergaulan terbatas, hubungannya hanya pada waktu-waktu tertentu, sifat
pergaulannya bebas, dan isinya sangat kompleks dan beranekaragam.
Meskipun demikian, masyarakat mempunyai peranyang besar dalam
pelaksanaan pendidikan nasional. Peran masyarakat itu antara lain
menciptakan suasana yang dapat menunjang pelaksanaan pendidikan
nasional, ikut menyelenggarakan pendidikan nonpemerintah (swasta),
membantu pengadaan tenaga, biaya, sarana dan prasarana, menyediakan
lapangan kerja, membantu pengembangan profesi baik secara langsung
maupun tidak langsung.
C. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
1. Pengertian Problem Based Learning
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) yaitu guru menyodorkan
situasi-situasi bermasalah kepada siswa dan memerintahkan mereka untuk
menyelidiki dan menemukan sendiri solusinya. PBL juga bertujuan
membantu siswa mengembangkan kemampuan investigasi dan kemampuan
mengatasi masalah, memberikan pengalaman peran orang dewasa kepada
siswa dan memungkinkan siswa untuk mendapatkan rasa percaya diri atas
kemampuannya sendiri untuk berfikir menjadi pelajar. (Arend, 2008)
2. Ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah
Terdapat tiga ciri utama pembelajaran berbasis masalah. Pertama,
pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas
pembelajaran, artinya dalam implementasi pembelajaran berbasis masalah
ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa dan tidak mengharapkan
siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghapal materi
pelajaran akan tetapi siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari, dan
mengolah data serta akhirnya menyimpulkan. Kedua aktivitas pembelajaran
diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Pembelajaran berbasis masalah
menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya
tanpa masalah tidak mungkin ada proses pembelajaran. Ketiga, pemecahan
masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah.
Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir
deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan
empiris. Sistematis artinya dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu,
sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada
fakta dan data yang jelas. Pengembangan pengajaran berbasis masalah telah
memberikan model pengajaran itu memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Pengajuan pertanyaan atau masalah. Bukannya mengorganisasikan
disekitar prinsip-prinsip atau keterampilan akademik tertentu,
pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan pengajaran disekitar
pertanyaan dan masalah yang dua-duanya secara sosial penting dan
secara pribadi bermakna untuk siswa. Mereka mengajukan situasi
kehidupan nyata autentik, menghindari jawaban sederhana, dan
memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu.
b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Meskipun pembelajaran
berbasis masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA,
matematika, ilmu-ilmu sosial), masalah yang akan diselidiki telah
dipilihj benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa meninjau
masalah itu dari banyak mata pelajaran.
c. Penyelidikan autentik. Pembelajaran berbasis masalah mengaharuskan
siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian
nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan
mendefenisikan masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat
ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan
eksperimen (jika diperlukan) membuat inferensi dan merumuskan
kesimpulan, serta metode penyelidikanyang digunakan, bergantung
pada masalah yang sedang dipelajari.
d. Menghasilkan produk dan memamerkannya. Pembelajaran berbasis
masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam
bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau
mewakili bentuk penyelesaian masalahyang mereka temukan. Produk
itu dapat juga berupa laporan, model fisik, video maupun program
komputer. Karya nyata dan peragaan seperti yang akan dijelaskan
kemudian, direncanakan oleh siswa untuk mendemonstrasikan kepada
teman-temannya yang lain tentang apa yang mereka pelajari dan
menyediakan suatu alternative segar terhadap laporan tradisional atau
makalah.
e. Kolaborasi pembelajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa yang
bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering secara
berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerja sama memberikan
motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas
kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog
untuk mengembangkan kemampuan sosial dan kemampuan berfikir.
(Trianto, 2009:93)
D. Nilai-Nilai Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
Lingkungan yang ada di sekitar anak merupakan salah satu sumber belajar
yang dapat dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil pendidikan yang
berkualitas bagi anak usia dini. Lingkungan menyediakan berbagai hal yang dapat
dipelajari anak.
Jumlah sumber belajar yang tersedia di lingkungan ini tidaklah terbatas,
sekalipun pada umumnya tidak dirancang secara sengaja untuk kepentingan
pendidikan. Sumber belajar lingkungan ini akan semakin memperkaya wawasan
dan pengetahuan anak karena mereka belajar tidak terbatas oleh empat dinding
kelas. Selain itu kebenarannya lebih akurat, sebab anak dapat mengalami secara
langsung dan dapat mengoptimalkan potensi panca inderanya untuk
berkomunikasi dengan lingkungan tersebut.
Penggunaan lingkungan memungkinkan terjadinya proses belajar yang lebih
bermakna (meaningfull learning) sebab anak dihadapkan dengan keadaan dan
situasi yang sebenarnya. Hal ini akan memenuhi prinsip kekonkritan dalam belajar
sebagai salah satu prinsip pendidikan anak usia dini.Penggunaan lingkungan
sebagai sumber belajar akan mendorong pada penghayatan nilai-nilai atau aspek-
aspek kehidupan yang ada di lingkungannya. Kesadaran akan pentingnya
lingkungan dalam kehidupan bisa mulai ditanamkan pada anak sejak dini,
sehingga setelah mereka dewasa kesadaran tersebut bisa tetap terpelihara.
E. Pemanfaatan Lingkungan Menumbuhkan Aktivitas Belajar Anak
(Learning Activities) Yang Lebih Meningkat
Penggunaan cara atau metode yang bervariasi ini merupakan tuntutan dan
kebutuhan yang harus dipenuhi dalam pendidikan untuk anak usia dini. Begitu
banyaknya nilai dan manfaat yang dapat diraih dari lingkungan sebagai sumber
belajar dalam pendidikan anak usia dini bahkan hampir semua tema kegiatan
dapat dipelajari dari lingkungan. Namun demikian diperlukan adanya kreativitas
dan jiwa inovatif dari para guru untuk dapat memanfaatkan lingkungan sebagai
sumber belajar. Lingkungan merupakan sumber belajar yang kaya dan menarik
untuk anak-anak. Lingkungan mana pun bisa menjadi tempat yang menyenangkan
bagi anak-anak.
Jika pada saat belajar di kelas anak diperkenalkan oleh guru mengenai
binatang, dengan memanfaatkan lingkungan anak akan dapat memperoleh
pengalaman yang lebih banyak lagi. Dalam pemanfaatan lingkungan tersebut guru
dapat membawa kegiatan-kegiatan yang biasanya dilakukan di dalam ruangan
kelas ke alam terbuka dalam hal ini lingkungan. Namun jika guru menceritakan
kisah tersebut di dalam ruangan kelas, nuansa yang terjadi di dalam kelas tidak
akan sealamiah seperti halnya jika guru mengajak anak untuk memanfaatkan
lingkungan.
Memanfaatkan lingkungan sekitar dengan membawa anak-anak untuk
mengamati lingkungan akan menambah keseimbangan dalam kegiatan belajar.
Artinya belajar tidak hanya terjadi di ruangan kelas namun juga di luar ruangan
kelas dalam hal ini lingkungan sebagai sumber belajar yang sangat berpengaruh
terhadap perkembangan fisik, keterampilan sosial, dan budaya, perkembangan
emosional serta intelektual.
a. Perkembangan Fisik
Lingkungan sangat berperan dalam merangsang pertumbuhan fisik anak,
untuk mengembangkan otot-ototnya. Anak memiliki kesempatan yang alami
untuk berlari-lari, melompat, berkejar-kejaran dengan temannya dan
menggerakkan tubuhnya dengna cara-cara yang tidak terbatas. Kegiatan ini sangat
alami dan sangat bermanfaat dalam mengembangkan aspek fisik anak.
Dengan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber beajarnya, anak-anak
menjadi tahu bagaimana tubuh mereka bekerja dan merasakan bagaimana rasanya
pada saat mereka memanjat pohon tertentu, berayun-ayun, merangkak melalui
sebuah terowongan atau berguling di dedaunan.
b. Perkembangan aspek keterampilan sosial
Lingkungan secara alami mendorong anak untuk berinteraksi dengan anak-
anak yang lain bahkan dengan orang-orang dewasa. Pada saat anak mengamati
objek-objek tertentu yang ada di lingkungan pasti dia ingin mencritakan hasil
penemuannya dengan yang lain. Supaya penemuannya diketahui oleh teman-
temnannya anak tersebut mencoba mendekati anak yang lain sehinga terjadilah
proses interaksi/hubungan yang harmonis.
Anak-anak dapat membangun kterampilan sosialnya ketika mereka
membuat perjanjian dengan teman-temannya untuk bergantian dalam
menggunakan alat-alat tertentu pada saat mereka memainkan objek-objek yang
ada di lingkungan tertentu. Melalui kegiatan sepeti ini anak berteman dan saling
menikmati suasana yang santai dan menyenangkan.
c. Perkembangan aspek emosi
Lingkungan pada umumnya memberikan tantangan untuk dilalui oleh anak-
anak. Pemanfaatannya akan memungkinkan anak untuk mengembangkan rasa
percaya diri yang positif. Misalnya bila anak diajak ke sebuah taman yang
terdapat beberapa pohon yang memungkinkan untuk mereka panjat. Dengan
memanjat pohon tersebut anak mengembangkan aspek keberaniannya sebagai
bagian dari pengembangan aspek emosinya.
Rasa percaya diri yang dimiliki oleh anak terhadap dirinya sendiri dan orang
lain dikembangkan melalui pengalaman hidup yang nyata. Lingkungan sendiri
menyediakan fasilitas bagi anak untuk mendapatkan pengalaman hidup yang
nyata.
d. Perkembangan intelektual
Anak-anak belajar melalui interaksi langsung dengan benda-benda atau ide-
ide. Lingkungan menawarkan kepada guru kesempatan untuk menguatkan
kembali konsep-konsep seperti warna, angka, bentuk dan ukuran. Memanfaatkan
lingkungan pada dasarnya adalah menjelaskan konsep-konsep tertentu secara
alami. Konsep warna yang diketahui dan dipahami anak di dalam kelas tentunya
akan semakin nyata apabila guru mengarahkan anak-anak untuk melihat konsep
warna secara nyata yang ada pada lingkungan sekitar.
Demikian beberapa hal yang berkaitan dengan dampak pemanfaatan
lingkungan terhadap aspek-aspek perkembangan anak. Namun guru juga harus
memiliki pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan dalam mengembangkan
pembelajaran anak dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajarnya.
Dengan cara antara lain sebagai berikut:
a. Mengamati apa yang menarik bagi anak
Biasanya anak serius jika menemukan sesuatu yang sangat menarik baginya.
Bila guru melihat hal ini berilah bimbingan kepada anak dengan cara menayakan
apa yang sedang diamatinya. Manfaat yang bisa diambil dari kegiatan ini adalah
anak dapat mengmbangkan kemampuan intelektualnya dengan mengetahui
berbagai benda yang diamatinya. Selain itu juga anak akan dapat mengembangkan
ketrampilan sosialnya yaitu dengan mengembangkan kemampuannya dengan
berinteraksi dengan orang dewasa dalam hal ini guru.
Upaya guru dengan mengamati apa yang menarik bagi anak juga akan dapat
mengembangkan emosi anak misalnya pada saat anak mengungkapkan hal-hal
yang menarik baginya, dia menunjukkan ekspresi yang serius dan pandangan mata
yang tajam. Kemampuan berbahsa anak juga akan semakin meningkat jika guru
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya mengungkapkan berbahasa
anak, kosa katanya akan berkembang.
b. Perhatikan dan gunakan saat yang tepat untuk mengajar
Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar sebenarnya memberikan
berbagai alternatif pendekatan dalam membelajarkan anak. Hal tersebut
disebabkan alternatif dan pilihan sumber belajarnya sangat banyak. Dengan
memanfaatkan lingkungan kegiatan belajar akan lebih berpusat pada anak.
c. Tanyalah anak dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka.
Memberikan pertanyaan kepada anak-anak mendorong mereka untuk
menjelaskan mengenai berbagai hal yang mereka alami dan mereka lihat.
Pertanyaan yang bersifat terbuka akan memacu anak untuk mengungkap berbagai
hal yang diamatinya secara bebas sesuai dengan kemampuan berbahasanya.
d. Gunakan kosa kata yang beragam untuk menjelaskan hal-hal baru
Anak-anak terkadang mengalami kekurangan perbendaharaan kata untuk
menjelaskan apa yang mereka lihat. Keterbatasan kosa kata yang terjadi pada anak
harus dibantu oleh guru sehingga tahap demi tahap kemampuan berbahasa dan
perbendaharaan kosa katanya akan semakin meningkat.

e. Cobalah bersikap lebih ingin tahu


Guru-guru tidak selamanya mengetahui jawaban-jawaban atas peertanyaan
anak-anak. Guru yang mengetahui berbagai hal akan menumbuhkan keperecayaan
anak kepadanya. Anak merasa memiliki orang yang dapat dijadikannya tempat
bertanya mengenai hal-hal yang tidak dapat mereka pecahkan. Anak akan
memiliki keyakinan yang tinggi kepada guru yang mau membantunya dalam
segala hal. Sebaliknya jika guru tidak mengetahui banyak hal akan menimbulkan
ketidakyakinan kepadanya karena setiap mereka menanyakn sesuatu anak tidak
mendapatkan jawaban yang jelas dan memuaskan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

pembelajaran kreatif adalah pembelajaran yang menstimulasi siswa untuk


mengembangkan gagasannya dengan memanfaatkan sumber belajar yang ada.
Pembelajaran yang kreatif mengandung makna tidak sekedar melaksanakan dan
menerapkan kurikulum. Kurikulum memang merupakan dokumen dan rencana
baku, namun tetap perlu dikritisi dan dikembangkan secara kreatif.

Untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif dibutuhkan beberapa metode atau


cara yang harus dilakukan oleh para pendidik, yaitu : memberi kebebasan siswa
untuk mengembangkan gagasan dan pengetahuan baru, bersikap respek terhadap
ide-ide siswa, Penghargaan pada inisiatif dan kesadaran diri siswa, penekanan
pada proses bukan pada penilaian hasil akhir karya siswa, memberikan waktu
yang cukup bagi siswa untuk berpikir dan menghasilkan karya.

Berikut ini ciri-ciri guru yang kreatif, yaitu : mampu menciptakan kegiatan belajar
yang beragam sehingga mampu memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa,
mampu menciptakan kegiatan belajar yang dibuat memperhatikan/ menyesuaikan
dengan level perkembangan kognisi, mental dan emosi dari siswa. Ciri-ciri siswa
yang kreatif, yaitu : mampu memotivasi diri, berpikir kritis, daya imaginasi tinggi
(imaginative), berpikir orisinil / bukan kutipan dari guru (original), memiliki
tujuan untuk berprestasi, menyampaikan pemikiran dengan bahasa sendiri.

Saran
Sebaiknya guru harus dapat melihat dan memperlakukan siswa, termasuk
bagaimana memberikan respon terhadap siswa. Sistem pendukung merupakan
semua sarana dan alat yang dibutuhkan untuk melaksanakan model tersebut.
Dampak instruktusional merupakan hasil belajar yang dicapai langsung dengan
cara mengarahkan siswa pada tujuan yang hendak diharapkan, dan hasil belajar
lainnya yang dihasilkan oleh suatu proses belajar mengajar sebagai akibat tanpa
pengarahan langsung dari guru disebut dengan pengiring.

DAFTAR PUSTAKA

Indrawati dan Wanwan Setiawan,  Kreatif, Efektif dan Menyenangkan t.tp. : PPPPTK


IPA, 2009.
Syah, Muhibbin dan Rahayu Kariadinata, “Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan (PAKEM)”, Bahan Pelatihan, UIN Sunan Gunung Djati,
Bandung, 2009.
Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan
Problematika Belajar dan Mengajar, Bandung : ALFABETA, cv, 2011.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, ed., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai
Pustaka, 2002.
Undang-Undang Republik Indonesia  Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem pendidikan
nasional.
http://amelneri.blogspot.com/2018/02/makalah-lingkungan-belajar.html
https://www.scribd.com/document/366957625/makalah-pembelajaran-kreatif

Anda mungkin juga menyukai