Anda di halaman 1dari 12

10 MODEL PEMBELAJARAN

1. PICTURE AND PICTURE


Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Menyajikan materi sebagai pengantar
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan
materi
4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-
gambar menjadi urutan yang logis
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi sesuai
dengan kompetensi yang ingin dicapai
7. Kesimpulan/rangkuman
Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan masing- masing.
Menurut Istarani (2011: 8) kelebihan model pembelajaran picture and picture adalah
sebagai berikut:
 Materi yang diajarkan lebih terarah karena pada awal pembelajaran guru
menjelaskan kompetensi yang harus dicapai dan materi secara singkat terlebih
dahulu.
 Siswa lebih cepat menangkap materi ajar karena guru menunjukkan gambar-
gambar mengenai materi yang dipelajari.
 Dengan menganalisa gambar, dapat mengembangkan daya nalar siswa untuk
berfikir logis.
 Dapat meningkatkan tanggung jawab siswa sebab guru menanyakan alasan siswa
mengurutkan gambar.
 Pembelajaran lebih berkesan sebab siswa dapat mengamati langsung gambar yang
telah dipersiapkan oleh guru.
Adapun kekurangan model pembelajaran picture and picture menurut Istarani (2011:
9) diantaranya:
 Sulit menemukan gambar yang bagus dan berkualitas sesuai kompetensi dari
materi yang akan diajarkan.
 Memerlukan waktu yang lama dalam pembelajarannya.
 Jika guru kurang ahli dalam mengelola kelas, ada kekhawatiran kelas akan kacau
dan tidak kondusif.
 Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat, biaya yang cukup memadai
2. JIGSAW II (MODEL TIM AHLI)
Pengajaran dengan jigsaw pertamakali dikembangkan oleh Elliot Aronson dan
rekan-rekannya pada tahun 1978 kemudian dikembangkan oleh slavin pada tahun
1986a yang disebut dengan Jigsaw II dalam bentuk yang lebih praktis dan mudah.
Jigsaw II dapat digunakan apabila materi yang akan dipelajari berbentuk narasi
tertulis. Pembelajaran ini sangat cocok untuk pelajaran ilmu social, literature, dan
sebagian pelajaran ilmu pengetahuan alam, serta pelajaran bidang laiannya yang
tujuan utamanya adalah penguasaan konsep. Pengajaran (bahan baku) untuk jigsaw II
biasanya harus berupa BAB, Cerita, biografi atau materi-materi narasi lainnya.
Langkah-langkah :
1. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil secara heterogen 4-5 siswa untuk
bekerja secara tim
2. Para siswa diberikan tugas untuk membaca beberapa BAB atau Unit dan diberikan
Lembar Ahli yang terdiri tas topic-topik yang berbeda yang harus menjadi focus
perhatin masing-masing anggota tim saat mereka membaca.
3. Setelah selesi membaca, setiap siswa dari tim yang berbeda yang memiliki focus
topic yang sama bertemu dalam kelompok ahli untuk mendiskusikan topic mereka
sekitar 30 menit.
4. Setelah selesai, para ahli tersebut kembali kepada tim mereka dan secara
bergantian mengajari teman satu timnya mengenai topic mereka.
5. Para siswa menerima penilaian yang mencakup seluruh topic dan skor kuis akan
menjadi skor tim.
Jadwal kegiatan :
1. Membaca, para siswa menerima topic ahli dan membaca materi yang diminta
untuk menemukan informasi
2. Diskusi kelompok ahli, para siswa dengan keahlian yang sama bertemu untuk
mendiskusikannya dalam kelompok ahli
3. Laporan tim, para siswa kembali kepada kelompok mereka masing-masing untuk
mengajari topic-topik merekan kepada teman satu tim.
4. Tes, para siswa mengerjakan kuis-kuis indovidu yang mencakup semua topic
5. Rekognisi tim, skor tim dihitung seperti dalam STAD
Kelebihan dari model pembelajaran Jigsaw adalah sebagai berikut:
 Dapat mengembangkan hubungan antar siswa
 Menerapkan bimbingan sesama teman
 Rasa percaya diri siswa yang tinggi
 Dapat memperbaiki kehadiran
 Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar
 Sikap apatis lebih berkurang
 Pemahaman materi lebih mendalam, dan
 Dapat meningkatkan motivasi belajar.
Kelemahan dari model jigsaw adalah:
 Prinsip utama pembelajaran ini adalah “Peerteaching” yaitu pembelajaran oleh
teman sendiri. Ini akan menjadi kendala karena persepsi dalam memahami suatu
konsep yang akan didiskusikan bersama dengan siswa lain. Dalam hal ini
pengawasan guru menjadi hal mutlak diperlukan agar jangan sampai terjadi salah
konsep (miss conception).
 Sulit meyakinkan siswa untuk mampu berdiskusi menyampaikan materi pada
teman, jika siswa tidak percaya diri, pendidik harus mampu memainkan perannya
dalam memfasilitasi kegiatan belajar.
 Rekod siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh
pendidik dan ini biasanya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengenali
tipe-tipe siswa dalam kelas tersebut.
 Awal pembelajaran ini biasanya sulit dikendalikan, biasanya butuh waktu yang
cukup dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bias berjalan
dengan baik.
 Aplikasi metode ini pada kelas yang besar (> 40 siswa) sangat sulit.
3. EXAMPLES NON EXAMPLES
Langkah-langkah :
1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran
2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP
3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk
memperhatikan/menganalisa gambar
4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar
tersebut dicatat pada kertas
5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
6. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai
tujuan yang ingin dicapai
7. Kesimpulan
Kelebihan Model Examples Non Examples :
 Siswa lebih keritis dalam menganalisa gambar.
 Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
 Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
Kekurangan Model Examples Non Examples :
 Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
4. COOPERATIVE SCRIPT
Skrip kooperatif : metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian
secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari
1. Langkah-langkah :
2. Guru membagi siswa untuk berpasangan
3. Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan
4. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan
siapa yang berperan sebagai pendengar
5. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan
ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar :
- Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap
- Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi
sebelumnya atau dengan materi lainnya.
6. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan
sebaliknya. Serta lakukan seperti diatas.
7. Kesimpulan Siswa bersama-sama dengan Guru
Kelebihan model pembelajaran cooperative script diantaranya adalah sebagai berikut:
 Melatih pendengaran, ketelitian/kecermatan.
 Setiap siswa mendapatkan peran.
 Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan
5. MIND MAPPING
Sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan
alternatif jawaban.
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh
siswa/sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban
3. Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang
4. Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi
5. Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan
guru mencatat di papat dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru
6. Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi
bandingan sesuai konsep yang disediakan guru
7. Kelebihan dari metode mind mapping yaitu dapat menjadikan suasana belajar
yang menyenangkan dan meningkatkan kreativitas serta minat belajar peserta
didik. Sedangkan kekurangan dari metode mind mapping yaitu, mind map
memerlukan waktu yang lama bagi peserta didik yang masih pemula dan kurang
minat membaca.
6. KOPERATIF TIPE LEARTING TOGETHER (LT)
David dan Roger Johnson dari Universitas Minnesota mengembangkan model
learning together dari pembelajaran kooperatif. Metode yang mereka teliti meliputi siswa
yang dibagi dalam kelompok yang terdiri atas empat atau lima kelompok dengan latar
belakang yang berbeda mengerjakan lembar tugas, dan menerima pujian dan penghargaan
berdasarkan hasil kerja kelompok. David dan Roger Johnson (dalam Slavin, 2008)
menekankan pada empat unsur yakni :
 Interaksi tatap muka : para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok yang
beranggotakan empat sampai lima orang,
 Interdependensi positif : para siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan
kelompok,
 Tanggung jawab individual : para siswa harus memperlihatkan bahwa mereka
secara individual telah menguasai materinya
 Kemampuan-kemampuan interpersonal dan kelompok kecil : para siswa diajari
mengenai sarana-sarana yang efektif untuk bekerja sama dan mendiskusikan
seberapa baik kelompok mereka bekerja dalam mencapai tujuan mereka
 Dalam hal ini penggunaan kelompok pembelajaran heterogen dan penekanan
terhadap interdependensi positif, serta tanggung jawab individual metode-metode
Johnson ini sama dengan STAD. Akan tetapi, mereka juga menyoroti perihal
pembangunan kelompok dan menilai sendiri kinerja kelompok, dan
merekomendasikan penggunaan penilaian tim ketimbang pemberian sertifikat atau
bentuk rekognisi lainnya. Metode ini membagi siswa dalam kelompok heterogen
dengan 4 – 5 anggota. Setiap kelompok ini menerima satu lembar tugas, menerima
pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok.
Langkah - Langkah Pembelajaran Koperatif Tipe Learning Together
1. Guru menyajikan pelajaran.
2. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 sampai 5 orang secara heterogen
(campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku dan lain-lain)
3. Masing-masing kelompok menerima lembar tugas dan menyelesaikannya.
4. Beberapa kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya.
5. Pemberian pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok.
Kelebihan model Learning Together (LT) antara lain:
 Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
 Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas
 Mampu memperdalam pemahaman siswa
 Melatih tanggung jawab siswa
 Menyenangkan siswa dalam belajar
 Mengembangkan rasa ingin tahu siswa
 Meningkatkan rasa percaya diri siswa
 Mengembangkan rasa saling memiliki dan kerjasama
 Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak pintar.
Kekurangan model pembelajaran Learning Together (LT) antara lain:
 Ada siswa yang mengambil jalan pintas dengan meminta tolong pada temannya
untuk mencari jawabannya.
 Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan tenaga).
 Guru cenderung kesulitan dalam mengelola kelas METODE PENELITIAN dalam
penelitian ini terdapat dua variabel yaitu:
1. Variabel Independen (Variabel Bebas) Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah penggunaan model pembelajaran Learning Together (X).
2. Variabel Dependen (Variabel Terikat) Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah hasil belajar ekonomi (Y).
7. NUMBERED HEADS TOGETHER
Terdapat empat tahap pelaksanaan teknik NHT yaitu “penomoran, mengajukan
pertanyaan, berpikir bersama, dan menjawab”. Rencana pelaksanaannya adalah sebagai
berikut:
1. Penomoran
2. Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi
siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima
orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5
sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan
jumlah siswa di dalam kelompok.
3. Mengajukan Pertanyaan
4. Langkah berikutnya adalah pengajuan pertanyaan, guru mengajukan sebuah
pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan dapat diambil dari materi
pelajaran tertentu yang memang sedang di pelajari, dalam membuat pertanyaan
usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat umum dan dengan
tingkat kesulitan yang bervariasi pula.
5. Berpikir Bersama
6. Setelah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari guru, siswa menyatukan
pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan dan menjelaskan jawaban kepada
anggota dalam timnya sehingga semua anggota mengetahui jawaban dari
masingmasing pertanyaan.
7. Pemberian Jawaban
8. Langkah terakhir yaitu guru menyebut salah satu nomor dan setiap siswa dari tiap
kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban
untuk seluruh kelas, kemudian guru secara random memilih kelompok yang harus
menjawab pertanyan tersebut, selanjutnya siswa yang nomornya disebut guru dari
kelompok tersebut mengangkat tangan dan berdiri untuk menjawab pertanyaan.
Kelompok lain yang bernomor sama menanggapi jawaban tersebut.
Kelebihannya yaitu siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran. Sedangkan
kekurangannya yaitu tidak semua siswa mendapat kesempatan dipanggil nomornya
oleh guru oleh karena itu guru harus memperhatikan waktu pembelajaran supaya
semua siswa mendapat kesempatan untuk menyampaikan idenya di depan kelas.
8. PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
Pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning merukan sebuah model
pembelajaran yang berpusat pada siswa. memposisikan siswa dengan berbagai macam
masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. dengan menggunakan model
pembelajaran seperti ini, siswa sedari awal di ajarkan untuk menghadapi dan
menyelesaikan masalah seperti yang akan mereka temui di kehidupannya kedepan.
Problem Based Learning merupakan cara untuk menyajikan permasalahan sebagai
titik tolak diskusi permasalahan, untuk kemudian dilakukan analisis dan di sintesis dalam
kegiatan pemecahan masalah oleh peserta didik. permasalahan dapat diberikan oleh
pendidik, kemudian pendidik bersama peserta didik bersama-sama untuk melakukan
analisis dan memecahkan masalah tersebut.
Langkah-Langkah:
Problem Based Learning (PBL) akan dapat dijalankan bila pengajar siap dengan segala
perangkat yang diperlukan. Pemelajar pun harus harus sudah memahami prosesnya, dan
telah membentuk kelompok kelompok kecil. Umumnya, setiap kelompok menjalankan
proses yang dikenal dengan proses tujuh langkah:
1. Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas
2. Memastikan setiap anggota memahami berbagai istilah dan konsep yang ada
dalam masalah. Langkah pertama ini dapat dikatakan tahap yang membuat setiap
peserta berangkat dari cara memandang yang sama atas istilah-istilah atau konsep
yang ada dalam masalah.
3. Merumuskan masalah
4. Fenomena yang ada dalam masalah menuntut penjelasan hubungan-hubungan apa
yang terjadi di antara fenomena itu.
5. Menganalisis masalah
6. Anggota mengeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah dimiliki anggota
tentang masalah. Terjadi diskusi yang membahas informasi faktual (yang
tercantum pada masalah), dan juga informasi yang ada dalam pikiran anggota.
Brainstorming (curah gagasan) dilakukan dalam tahap ini.
7. Menata gagasan secara sistematis dan menganalisis
8. Bagian yang sudah dianalisis dilihat keterkaitannya satu sama lain kemudian
dikelompokkan; mana yang paling menunjang, mana yang bertentangan, dan
sebagainya. Analisis adalah upaya memilahmemilah sesuatu menjadi bagian-
bagian yang membentuknya.
9. Memformulasikan tujuan pembelajaran
10. Kelompok dapat merumuskan tujuan pembelajaran karena kelompok sudah tahu
pengetahuan mana yang masih kurang, dan mana yang masih belum jelas. Tujuan
pembelajaran akan dikaitkan dengan analisis masalah yang dibuat
11. Mencari informasi tambahan dari sumber lain
12. Saat ini kelompok sudah tahu informasi apa yang tidak dimiliki, dan sudah punya
tujuan pembelajaran. Kini saatnya mereka harus mencari informasi tambahan itu,
dan menemukan kemana hendak dicarinya.
13. Mensistesis (menggabungkan) dan menguji informasi baru dan membuat laporan.
Kelebihan :
 Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan
pengetahuan baru bagi siswa.
 Meningkatkan motivasi dan aktivitas pembelajaran siswa.
 Membantu siswa dalam mentransfer pengetahuan siswa untuk memahami masalah
dunia nyata.
 Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung
jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
 Mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan
kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
 Memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang
mereka miliki dalam dunia nyata.
 Mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar
pada pendidikan formal telah berakhir.
 Memudahkan siswa dalam menguasai konsep-konsep yang dipelajari guna
memecahkan masalah dunia nyata(Sanjaya, 2007).
Kelemahan :
Disamping kelebihan diatas, PBL juga memiliki kelemahan, diantaranya :
 Manakala siswa tidak memiliki niat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa
masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan
untuk mencobanya.
 Untuk sebagian siswa beranggapan bahwa tanpa pemahaman mengenai materi
yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah mengapa mereka harus berusaha
untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka akan belajar
apa yang mereka ingin pelajari (Sanjaya, 2007).
9. STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)
Model ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John
Hopkin. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan variasi pembelajaran
kooperatif yang paling banyak diteliti. Model ini juga sangat mudah diadaptasi, telah
digunakan dalam matematika, IPA, IPS, bahasa inggris, teknik dan banyak subjek
lainnya, dan pada tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi
Tipe STAD merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya
aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu
dalam menguasai materi pelajaran guna untuk mencapai prestasi yang maksimal. Pada
proses pembelajarannya, belajar kooperatif tipe STAD melalui lima tahapan yang
meliputi :1) Tahap penyajian materi, 2) tahap kegiatan kelompok, 3) tahap tes individual,
4) tahap perhitungan skor perkembangan individu, dan 5) tahap pemberian penghargaan
kelompok
Langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD yakni
1. Penyampaian Tujuan dan Motivasi
2. Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut
dan memotivasi siswa untuk belajar.
3. Pembagian Kelompok
4. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompoknya terdiri
dari 4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas dalam
prestasi akademik, gender/jenis kelamin, ras atau etnik.
5. Presentasi dari guru
6. Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan
pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta pentingnya pokok
bahasan tersebut dipelajari. Guru member motivasi siswa agar dapat belajar
dengan aktif dan kreatif. Di dalam proses pembelajaran guru dibantu oleh media,
demonstrasi, pertanyaan atau masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-
hari. Dijelaskan juga tentang keterampilan dan kemampuan yang diharapkan
dikuasai siswa, tugas dan pekerjaan yang harus dilakukan serta cara-cara
mengerjakannya.
7. Kegiatan Belajar dalam Tim (kerja Tim)
8. Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan lembaran
kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota menguasai
dan masing-masing memberikan kontribusi. Selama tim bekerja, guru melakukan
pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan bila diperlukan.
Kerja tim ini merupakan ciri terpenting dari STAD.
9. Kuis (Evaluasi)
10. Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang
dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-
masing kelompok. Siswa diberikan kursi secara individual dan tidak dibenarkan
bekerja sama. Ini dilakukan untuk menjamin agar siswa secara individu
bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam memahami bahan ajar tersebut. Guru
menetapkan skor batas penguasaan untuk setiap soal, misalnya 60, 75, 84, dan
seterusnya sesuai dengan tingkat kesulitan siswa.
11. Penghargaan Prestasi Tim
12. Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan angka
dengan rentang 0-100.
Kelebihan model pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division):
 Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-
norma kelompok,
 Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama,
 Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan
kelompok,
 Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam
berpendapat.
Kelemahan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut
Kurniasih yakni sebagai berikut:
 Bila ditinjau dari sarana kelas, maka mengatur tempat duduk untuk kerja
kelompok sangat menyita waktu. Hal ini biasanya disebabkan belum tersedianya
ruangan-ruangan khusus yang memungkinkan secara langsung dapat digunakan
untuk belajar kelompok.
 Jumlah siswa yang besar (kelas gemuk) dapat menyebabkan guru kurang
maksimal dalam mengamati kegiatan belajar, baik secara kelompok maupun
secara perorangan.
 Guru dituntut bekerja cepat dalam menyelesaikan tugas-tugas yang berkaitan
dengan pembelajaran yang dilaksanakan, di antaranya mengoreksi pekerjaan
siswa, menghitung skor perkembangan maupun menghitung skor rata-rata
kelompok yang harus dilakukan pada setiap akhir pertemuan.
 Menyita waktu yang banyak dalam mempersiapkan pembelajaran.
10. ARTIKULASI
Langkah-langkah :
1. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
2. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa
3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang
4. Suruhlan seorang dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari
guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil,
kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya
5. Suruh siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan
teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil
wawancaranya
6. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami
siswa
7. Kesimpulan/penutup
Kelemahannya:
a. Untuk mata pelajaran tertentu
b. Waktu yang dibutuhkan banyak
c. Materi yang didapat sedikit
d. Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor
e. Lebih sedikit ide yang muncul
f. Jika ada perselisihan tidak ada penengah
Kelebihannya:
a. Semua siswa terlibat (mendapat peran)
b. Melatih kesiapan siswa
c. Melatih daya serap pemahaman dari orang lain
d. Cocok untuk tugas sederhana
e. Interaksi lebih mudah
f. Lebih mudah dan cepat membentuknya
g. Meningkatkan partisipasi anak

Anda mungkin juga menyukai