Jigsaw II dapat digunakan apabila materi yang akan dipelajari berbentuk narasi tertulis.
Pembelajaran ini sangat cocok untuk pelajaran ilmu social, literature, dan sebagian
pelajaran ilmu pengetahuan alam, serta pelajaran bidang laiannya yang tujuan
utamanya adalah penguasaan konsep. Pengajaran (bahan baku) untuk jigsaw II
biasanya harus berupa BAB, Cerita, biografi atau materi-materi narasi lainnya.
Langkah-langkah :
Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil secara heterogen 4-5 siswa untuk
bekerja secara tim
Para siswa diberikan tugas untuk membaca beberapa BAB atau Unit dan
diberikan Lembar Ahli yang terdiri tas topic-topik yang berbeda yang harus
menjadi focus perhatin masing-masing anggota tim saat mereka membaca.
Setelah selesi membaca, setiap siswa dari tim yang berbeda yang memiliki focus
topic yang sama bertemu dalam kelompok ahli untuk mendiskusikan topic
mereka sekitar 30 menit.
Setelah selesai, para ahli tersebut kembali kepada tim mereka dan secara
bergantian mengajari teman satu timnya mengenai topic mereka.
Para siswa menerima penilaian yang mencakup seluruh topic dan skor kuis
akan menjadi skor tim.
Jadwal kegiatan
Membaca, para siswa menerima topic ahli dan membaca materi yang diminta
untuk menemukan informasi
Diskusi kelompok ahli, para siswa dengan keahlian yang sama bertemu untuk
mendiskusikannya dalam kelompok ahli
Laporan tim, para siswa kembali kepada kelompok mereka masing-masing untuk
mengajari topic-topik merekan kepada teman satu tim.
Tes, para siswa mengerjakan kuis-kuis indovidu yang mencakup semua topic
Rekognisi tim, skor tim dihitung seperti dalam STAD
4. COOPERATIVE SCRIPT
Skrip kooperatif : metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian
secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari
Langkah-langkah :
5. MIND MAPPING
Sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan
alternatif jawaban
Langkah-langkah :
David dan Roger Johnson dari Universitas Minnesota mengembangkan model learning
together dari pembelajaran kooperatif. Metode yang mereka teliti meliputi siswa yang
dibagi dalam kelompok yang terdiri atas empat atau lima kelompok dengan latar
belakang yang berbeda mengerjakan lembar tugas, dan menerima pujian dan
penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok. David dan Roger Johnson (dalam
Slavin, 2008) menekankan pada empat unsur yakni :
Penomoran
Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi siswa
menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan
kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5 sehingga setiap siswa
dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam
kelompok.
Mengajukan Pertanyaan
Berpikir Bersama
Setelah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari guru, siswa menyatukan
pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan dan menjelaskan jawaban kepada anggota
dalam timnya sehingga semua anggota mengetahui jawaban dari masingmasing
pertanyaan.
Pemberian Jawaban
Langkah terakhir yaitu guru menyebut salah satu nomor dan setiap siswa dari tiap
kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk
seluruh kelas, kemudian guru secara random memilih kelompok yang harus menjawab
pertanyan tersebut, selanjutnya siswa yang nomornya disebut guru dari kelompok
tersebut mengangkat tangan dan berdiri untuk menjawab pertanyaan. Kelompok lain
yang bernomor sama menanggapi jawaban tersebut.
Problem Based Learning merupakan cara untuk menyajikan permasalahan sebagai titik
tolak diskusi permasalahan, untuk kemudian dilakukan analisis dan di sintesis dalam
kegiatan pemecahan masalah oleh peserta didik. permasalahan dapat diberikan oleh
pendidik, kemudian pendidik bersama peserta didik bersama-sama untuk melakukan
analisis dan memecahkan masalah tersebut.
Langkah-langkah :
Langkah-Langkah
Problem Based Learning (PBL) akan dapat dijalankan bila pengajar siap dengan segala
perangkat yang diperlukan. Pemelajar pun harus harus sudah memahami prosesnya,
dan telah membentuk kelompokkelompok kecil. Umumnya, setiap kelompok
menjalankan proses yang dikenal dengan proses tujuh langkah:
Memastikan setiap anggota memahami berbagai istilah dan konsep yang ada dalam
masalah. Langkah pertama ini dapat dikatakan tahap yang membuat setiap peserta
berangkat dari cara memandang yang sama atas istilah-istilah atau konsep yang ada
dalam masalah.
Merumuskan masalah
Anggota mengeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah dimiliki anggota tentang
masalah. Terjadi diskusi yang membahas informasi faktual (yang tercantum pada
masalah), dan juga informasi yang ada dalam pikiran anggota. Brainstorming (curah
gagasan) dilakukan dalam tahap ini.
Bagian yang sudah dianalisis dilihat keterkaitannya satu sama lain kemudian
dikelompokkan; mana yang paling menunjang, mana yang bertentangan, dan
sebagainya. Analisis adalah upaya memilahmemilah sesuatu menjadi bagian-bagian
yang membentuknya.
Saat ini kelompok sudah tahu informasi apa yang tidak dimiliki, dan sudah punya tujuan
pembelajaran. Kini saatnya mereka harus mencari informasi tambahan itu, dan
menemukan kemana hendak dicarinya.
Model ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John
Hopkin. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan variasi pembelajaran
kooperatif yang paling banyak diteliti. Model ini juga sangat mudah diadaptasi, telah
digunakan dalam matematika, IPA, IPS, bahasa inggris, teknik dan banyak subjek
lainnya, dan pada tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi
Tipe STAD merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya
aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu
dalam menguasai materi pelajaran guna untuk mencapai prestasi yang maksimal. Pada
proses pembelajarannya, belajar kooperatif tipe STAD melalui lima tahapan yang
meliputi :1) Tahap penyajian materi, 2) tahap kegiatan kelompok, 3) tahap tes
individual, 4) tahap perhitungan skor perkembangan individu, dan 5) tahap pemberian
penghargaan kelompok
Langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD yakni
Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan
memotivasi siswa untuk belajar.
Pembagian Kelompok
Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompoknya terdiri dari 4-5
siswa yang memprioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas dalam prestasi
akademik, gender/jenis kelamin, ras atau etnik.
Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan lembaran kerja
sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan
masing-masing memberikan kontribusi. Selama tim bekerja, guru melakukan
pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan bila diperlukan. Kerja tim
ini merupakan ciri terpenting dari STAD.
Kuis (Evaluasi)
Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari
dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-masing
kelompok. Siswa diberikan kursi secara individual dan tidak dibenarkan bekerja sama.
Ini dilakukan untuk menjamin agar siswa secara individu bertanggung jawab kepada diri
sendiri dalam memahami bahan ajar tersebut. Guru menetapkan skor batas
penguasaan untuk setiap soal, misalnya 60, 75, 84, dan seterusnya sesuai dengan
tingkat kesulitan siswa.