PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses belajar mengajar adalah dua kegiatan yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lainnya dalam pembelajaran. Proses belajar bertolak
kepada apa yang dilakukan siswa, sedangkan proses mengajar bertolak pada
apa yang dilakukan oleh guru. Dua proses tersebut menciptakan hubungan
timbal balik antara guru dan siswa pada saat kegiatan pembelajaran di kelas.
Untuk mencapai keberhasilan interaksi antara guru dengan siswa,
tergantung pada proses komunikasi yang terjadi antara guru dengan siswa
pada saat kegiatan belajar mengajar. Ada tiga pola komunikasi dalam proses
interaksi guru dan siswa. Pertama yaitu komunikasi yang langsung satu arah,
komunikasi ini menempatkan guru sebagai pihak aktif dan siswa sebagai
pihak pasif. Ke dua yaitu komunikasi dua arah, komunikasi ini menempatkan
guru dan siswa sebagai pihak aktif sekaligus sebagai pihak pasif. Pola yang
terakhir adalah komunikasi banyak arah, yang menciptakan komunikasi
antara guru dengan siswa, juga antara siswa dengan siswa. Dari ketiga proses
interaksi tersebut yang paling banyak dilakukan adalah komunikasi satu arah
dan komunikasi dua arah, padahal yang terbaik adalah komunikasi banyak
arah.
Berdasarkan studi kasus yang terjadi di kelas VII.B SMP Negeri 10
kendari, dapat diidentifikasi permasalahan yang terkait dengan proses belajar
mengajar, antara lain : (1) Guru sebagai narasumber yang aktif, sehingga
siswa hanya mendengarkan penjelasan guru (pasif), (2) Siswa kurang
termotivasi dan cenderung bermain-main pada proses pembelajaran
berlangsung, (3) kurangnya peran guru dalam menciptakan strategi
pembelajaran yang mendorong siswa untuk lebih aktif dan kreatif dalam
proses pembelajaran, dan (4) hasil belajar kurang baik, ketuntasan belajar
klasikal hanya 51 %.
Untuk mengatasi permasalahan pembelajaran tersebut, maka perlu
dilakukan perbaikan proses belajar mengajar dengan menggunakan alternatif
kegiatan pembelajaran kooperatif yaitu dengan model pembelajaran number
head together (NHT). Numbered Head Together adalah pendekatan yang
dikembangkan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi
yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka
terhadap isi pelajaran tersebut. Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam
pembelajaran kooperatif dengan pendekatan ini menurut Ibrahim, dkk (2000:
28). ada 4 langkah yaitu: penomoran, mengajukan pertanyaan, berfikir
bersama, dan menjawab. Dengan model pembelajaran number head together
diharapkan siswa lebih aktif belajar, menyenangkan, sehingga hasil yang
diharapkan dari proses kegiatan belajar mengajar dapat meningkat.
1
Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together
(NHT) dapat meningkatkan hasil belajar IPA Biologi siswa kelas VII.B
SMP Negeri 10 kendari?
2. Pemecahan Masalah
Dalam penelitian ini dikembangkan skenario pembelajaran untuk
memecahkan masalah yang dihadapi dengan pembentukan kelompok
dalam kegiatan pembelajaran IPA dengan topik dan karakteristik yang
sesuai dengan pendekatan tersebut. Pembelajaran kooperatif tipe NHT
akan diterapkan melalui penelitian tindakan kelas dari Kurt Lewin (Dr.
Sri Rahayu Pudjiastuti, M.Pd, 2006) yang terdiri atas beberapa siklus,
setiap siklus terdiri atas empat langkah yaitu :(1) Perencanaan (planning),
(2) tindakan (acting), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi
(reflecting).
Spencer Kagan mengemukakan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan kooperatif teknik NHT akan meningkatkan
kebermaknaan dan kreativitas siswa dalam belajar. Dalam penelitian ini
pengembangan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan
pendekatan kooperatif tipe NHT. Implementasi pendekatan keterampilan
dilakukan melalui penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua
atau tiga siklus dengan tahapan-tahapan tiap siklus yang meliputi:
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Dengan skenario
pembelajaran diskusi, pemecahan masalah dan penguasaan materi
dipecahkan bersama dalam kelompok siswa. Dengan demikian
pembelajaran ini akan mengantar siswa untuk membangun dan
mengembangkan pengetahuannya dalam bernalar dan berfikir secara
logika, guru tidak lagi menjadi pusat tetapi menjadi fasilitator dan
mediator dalam pembelajaran. Dengan demikian, kualitas pembelajaran
yang meliputi kualitas proses dan kualitas hasil belajar akan lebih
meningkat.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalan penelitian ini adalah:
1. Untuk memperoleh data dan informasi tentang pembelajaran kooperatif
tipe NHT dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII.B SMP
Negeri 10 kendari
2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas VII.B
melalui Model pembelajaran kooperatif tipe NHT
3. Untuk mengetahui minat belajar siswa kelas VII.B dalam proses belajar
mengajar dengan pendekatan Model pembalajaran kooperatif tipe NHT
pada mata pelajaran IPA.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat berupa:
1. Dengan ditemukannya skenario model pembelajaran kooperatif tipe NHT
dapat membantu siswa dalam meningkatkan minat belajar.
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat membantu
siswa dalam mengemukakan pendapatnya.
2
3. Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan guru tentang pelaksanaan
kaji tindak dan sebagai bahan perbaikan dalam pelaksanaan
pembelajaran.
4. Memberikan pengalaman kepada kepala sekolah dalam mengkaji
permasalahan–permasalahan pembelajaran di sekolah.
5. Memungkinkan untuk diterapkan pada mata pelajaran lainnya.
6. Sebagai bahan rujukan bagi peneliti berikutnya.
3
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
4
pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen
dalam Ibrahim (2000: 29), dengan tiga langkah yaitu :
1) Pembentukan kelompok
2) Diskusi masalah
3) Tukar jawaban antar kelompok
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh
Ibrahim (2000: 29) menjadi enam langkah sebagai berikut :
a) Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan
pelajaran dengan membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang
sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
b) Langkah 2. Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi
para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan
3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa
dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda.
Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang
ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin
dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan
kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar
dalam menentukan masing-masing kelompok.
c) Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau
buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok
harus memiliki buku paket atau buku panduan agar
memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau
masalah yang diberikan oleh guru.
d) Langkah 4. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS
kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari.
Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk
menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang
mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam
LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru.
Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik
sampai yang bersifat umum.
e) Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian
jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan
para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama
mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa
di kelas.
f) Langkah 6. Memberi kesimpulan
5
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir
dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi
yang disajikan.
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif
tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang
dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18),
antara lain adalah :
Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
Memperbaiki kehadiran
Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
Konflik antara pribadi berkurang
Pemahaman yang lebih mendalam
Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
Hasil belajar lebih tinggi
B. Hasl Belajar
Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar
tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa
dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak tersebut
bermanfaat bagi guru dan siswa. ( Nana Sudjana 2005)
Menurut Woordworth (dalam Daryanto 2007), hasil belajar
merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar.
Woordworth juga mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan aktual
yang diukur secara langsung. Hasil pengukuran belajar inilah akhirnya akan
mengetahui seberapa jauh tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah
dicapai. Bloom merumuskan hasil belajar sebagai perubahan tingkah laku
yang meliputi domain (ranah) kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.
(Winkel dalam Nana Sudjana 2005).
Dalam ranah kognitif , hasil belajar tersusun dalam enam tingkatan. Enam
tingkatan tersebut ialah:
1. Pengetahuan atau ingatan
2. Pemahaman
3. Penerapan
4. Sintesis
5. Analisis dan
6. Evaluasi.
Adapun ranah psikomotorik terdiri dari lima tingkatan yaitu:
1. Peniruan (menirukan gerak)
2. Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak)
3. Ketepatan (melakukan gerak dengan benar)
4. Perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar)
5. Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar).
Sedangkan ranah afektif terdiri dari lima tingkatan yaitu:
1. Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu)
2. Merespon (aktif berpartisipasi)
6
3. Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia pada nilai-nilai tertentu)
4. Pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang dipercaya)
dan
5. Pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup).
Menurut Nurkancana bahwa “hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai
seseorang dalam kegiatan belajar selama kurun waktu tertentu yang
dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai”. Sedangkan Daryanto
menyatakan bahwa: “hasil belajar diartikan sebagai tingkat keberhasilan
murid dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam skor
yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran
tertentu”.
Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang
dapat dipandang dari dua sisi yaitu dari sisi siswa dan dari sisi guru. Dari
sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang
lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat
perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif,
afektif dan psikomotorik. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar
merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.
D. Kerangka Berpikir
Model Pembelajaran NHT diharapkan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas VII.B tentang konsep Keanekaragaman Makhluk Hidup.
Alur Penelitian Tindakan Kelas ini adalah melaksanakan perencanaan
penelitian dengan berdiskusi dengan teman sejawat/guru IPA, membuat RPP,
membuat LKS, menentukan observer dalam penelitian ini adalah rekan
sesama guru IPA, mengkonsultasikan ulang LKS, instrument observasi
kepada pemandu. Langkah penelitian selanjutnya adalah tahap pelaksanaan
tindakan dengan menggunakan model NHT yang dipadu dengan metode
pengamatan dan diskusi. Pengamatan dan diskusi dilakukan oleh siswa secara
kelompok dipandu dengan LKS yang telah dipersiapkan. Berdasarkan hasil
observasi selama pelaksanaan penelitian dibuatlah refleksi tentang
keberhasilan guru, kendala-kendala yang dihadapai, hal ini digunakan untuk
menentukan langkah proses peningkatan pembelajaran pada siklus
7
berikutnya. Langkah-langkah di atas dilaksanakan hingga penelitian ini
menunjukkan tanda keberhasilan seperti pada indikator keberhasilan.
E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian-uraian pada kajian teori dan kerangka berfikir
di atas maka dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: “Penerapan
Model pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas VII.B SMP Negeri 10 kendari pada konsep Keanekaragaman
Makhluk Hidup”.
8
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
SMP Negeri 10 kendari berada diatas bukit yang udaranya sejuk,
jauh dari keramaian kota yang bising sehingga cocok untuk lingkungan
belajar. Subjek penelitian tindakan ini adalah siswa kelas VII B. Jumlah
siswanya adalah 37 siswa dengan perincian laki-laki 23 orang dan perempuan
14 orang.
C. Prosedur Penelitian
1. Persiapan :
a. Mengidentrifikasi faktor-faktor hambatan pada pembelajaran IPA
biologi dan merumuskan alternatif tindakan.
b. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
c. Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS)
d. Menyusun soal dan lembar observasi sebagai instrumen
e. Menetapkan cara pelaksanaan refleksi
2. Pelaksanaan:
a. Membentuk kelompok
b. Membagikan LKS dan menjelaskan cara pengisiannya
c. Setiap kelompok berdiskusi sampai seluruh anggotanya mengerti
d. Memanggil nomor anggota untuk memberikan jawaban
e. Memberikan penghargaan bagi kelompok yang berprestasi
f. Membimbing siswa membuat kesimpulan sambil memperkuat konsep.
g. Memberikan tugas (PR) membaca materi yang akan dibahas pada
pertemuan berikutnya.
9
4. Analisis dan Refleksi
Data yang diperoleh dianalisa pada setiap siklus. Hasil analisa data
dijadikan bahan refleksi untuk pelaksanaan siklus berikutnya. Refleksi
dilakukan oleh pelaku tindakan bersama observer. Jika hasil refleksi
siklus pertama belum sesuai dengan hasil belajar, maka akan diadakan
perbaikan-perbaikan pada siklus berikutnya, jika hasil refleksi dari siklus
pertama sudah sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan, maka akan
tetap dilaksanakan pembelajaran siklus berikutnya sebagai penguatan.
Pada siklus kedua dilakukan tahapan-tahapan seperti pada siklus
pertama tapi didahului dengan perencanaan ulang untuk memperbaiki
kekurangan dan kelemahan pada pembelajaran siklus pertama. Pada akhir
siklus kedua diharapkan kemandirian siswa dalam belajar menjadi lebih
tinggi dan peranan guru mengarah ke mediator dalam proses belajar
mengajar.
10
DAFTAR PUSTAKA
http://prihatnai.blogspot.com/2011/04/proposal-ptk-ipa-kelas-vii.html
Sudjana, Nana. 2005. Dasar- Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru.
11