Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dunia ketiga merupakan sebutan untuk negara yang sedang berkembang.
Pembangunan yang terjadi di negara dunia ketiga pada umumnya bertujuan
untuk mengatasi keterbelakangan dari berbagai bidang terutama bidang
ekonomi, karena pembangunan di negara dunia ketiga itu sendiri khususnya
Indonesia adalah untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan
kesejahteraan. Kedua hal tersebut salah satunya dipengarusi oleh pendapatan
yang kurang sehingga menyebabkan banyaknya rakyat miskin di negara kita.
Proses globalisasi telah memarginalkan peran negara bangsa dalam proses
pembangunan yang pada akhirnya melahirkan pergeseran dalam paradigma
pembangunan. Paradigma pertama, negara memegang peran utama dalam
proses pembangunan, bahwa negara sebagai perencana dari adanya proses pembangunan.
Berbeda dengan paradigma kedua, yang menyebutkan bahwa negara
tidak dianggap sebagai pemeran utama dalam proses pembangunan, negara
tidak ikut campur tangan dalam pasar karena hanya akan mendistorsi pasar dan membuat
ekonomi tidak berjalan efektif dan efisien. Perubahan dari model state led
development, dari model negara menguasai pembangunan dan ekonomi ke model pasar
yang menguasai pembangunan. Perubahan tersebut berarti bahwa kini negara
sudah tidak berkuasa lagi sebagai pelaku pembangunan, semuanya sudah
dikuasai oleh pasar bebas.Perubahan peran negara disini sangat disayangkan,
lalu untuk apa kita mempunyai pemerintah yang mengelola negara jika yang berkuasa
adalah mereka yang mempunyai andil dalam pasar bebas. Bahkan kini negara
bukan menjadi pelindung bagi masyarakatnya, bukan fasilitator bagi
masyarakatnya. Barang publik kini menjadi barang privat, negara
telah memprivatisasi kekayaannya yang merupakan perjuangan sang
proklamator kita, bagaimana beliau memperjuangkan kemerdekaan negara
ini dari tangan penjajah.Dan pada akhirnya kini peran Negara sudah berkurang

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut, dalam makalah ini terdapat
beberapa rumusan masalah antara lain:
1. Apa itu pembangunan nasional?
2. Bagaimana konsep negara “dunia ketiga”?
3. Apa saja teori-teori pembangunan dalam konteks dunia ketiga?
4. Bagaimana peran negara dalam pembangunan dalam konteks dunia ketiga

C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini antara lain
dapat mengetahui konsep pembangunan nasioal, mengetagui konsep negara
dunia ketiga, mengetahui teori-teori pembangunan dalam dunia ketiga serta
mengetahui bagaimana peran negara dalam pembangunan sehubungan dengan
konteks dunia ketiga
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pembangunan Nasional
Pembangunan nasional
diartikan sebagai rangkaian upaya
yang berkesinambungan, yang
meliputi seluruh aspek kehidupan
masyarakat, bangsa dan negara.
Selain itu pembangunan nasional
adalah upaya untuk meningkatkan
seluruh aspek kehidupan masyarakat,
bangsa dan negara yang sekaligus
merupakan proses pengembangan
keseluruhan sistem penyelenggraan
negara untuk mewujudkan tujuan
nasional.

B. Negara “Dunia Ketiga”


Ahli demografi, antropolog, dan sejarawan Prancis Alfred Sauvy, menciptakan
istilah Dunia Ketiga (Tiers Monde) dalam sebuah artikel
dimajalah L'Observateur, 14 Agustus 1952, untuk menyebut negara-negara
yang tidak memihak kepada blok Soviet Komunis atau blok NATO Kapitalis
pada masa Perang Dingin.

Definisi Dunia Ketiga biasanya mencakup negara-negara yang pernah


mengalami kolonisasi di Afrika, Amerika Latin, Oseania, dan Asia. Dunia
Ketiga juga kadang dianggap sama dengan anggota Gerakan Non-Blok.
Menurut teori ketergantungan yang dipaparkan oleh Raúl Prebisch, Walter
Rodney, Theotonio dos Santos, dan Andre Gunder Frank, Dunia Ketiga
dikelompokkan sebagai negara "pinggiran yang didominasi oleh negara
"inti" dalam pembagian ekonomi sistemik dunia.
Karena makna dan konteksnya selalu berubah, tidak ada definisi Dunia Ketiga
yang pasti dan tetap. Beberapa negara di Blok Komunis seperti Kuba sering
dicap "Dunia Ketiga". Karena banyak negara Dunia Ketiga yang ekonominya
miskin dan belum terindustralisasi, "Dunia Ketiga" juga
menjadi stereotipe untuk menyebut negara miskin. Namun demikian, "Dunia
Ketiga" juga dipakai untuk menyebut negara industri baru seperti Brasil, India,
dan Tiongkok yang kini bagian dari BRIC.
Keterangan: bagian berwarna hijau merupakan bagian negara Dunia Ketiga

Sejarah pembangunan yang berjalan di Negara-Negara Dunia Ketiga


memiliki hubungan erat dengan sejarah Marshall Plan yang dijalankan
Amerika Serikat paska Perang Dunia II. Disisi lain, paska Perang Dunia II
juga telah melahirkan negara-negara merdeka baru di Asia, Afrika, dan
Amerika Latin, yang sebelumnya menjadi negara jajahan Negara-negara
Eropa. Negara merdeka baru tersebut secara serempak sedang mencari
model-model pembangunan yang hendak digunakan sebagai contoh untuk
membangun ekonominya dan sebagai usaha mempercepat pencapaian
kemerdekaan politiknya. Negara-negara baru merdeka tersebut merupakan
negara yang disebut sebagai Negara Dunia Ketiga.
Pada saat yang hampir bersamaan, juga terjadi perluasaan gerakan Komunisme
sedunia yang dipelopori oleh Uni Soviet. Paska Perang Dunia II, Uni Soviet
mampu memperluas pengaruh politiknya mulai Eropa Timur hingga Asia yaitu
Cina dan Korea. Hal ini menciptakan dua arus Besar yang saling berusaha
mencari pengaruh didunia yaitu, Amerika Serikat dengan Kapitalismenya dari
Barat, dan Uni Soviet dengan Komunisme-nya dari Timur. Ketika Uni Soviet
telah berhasil Memperluas pengaruhnya hingga Eropa Timur dan Asia (Cina
dan Korea), membuat Amerika Serikat juga mencari pengaruh politiknya ke
belahan dunia lain, selain Eropa Barat. Upaya yang dijalankan Amerika ini
sebagai bentuk pembendungan penyebaran Ideologi komunisme Uni Soviet
(Suwarsono, 2006).
Sehingga ketika mulai lahir Negara-Negara Merdeka Baru, Amerika Serikat
mengambil langkah untuk membantu membangun ekonomi dan kestabilan
politik negara-negara Dunia Ketiga tersebut. Langkah Amerika Serikat tersebut
sebagai upaya menghindari kemungkinan jatuhnya negara yang baru merdeka
ke pangkuan Uni Soviet. Kekhawatiran AS terhadap usaha Uni Soviet
memperluas pengaruh Ideologi Komunis, membuat AS pada masa paska
Perang Dunia II menaruh perhatian lebih pada persoalan pembangunan Negara
Dunia Ketiga.

Pembangunan di Negara-negara Dunia Ketiga menjadi terpengaruh oleh


diskursus politik Amerika Serikat. Program pembangunan di Negara-negara
Dunia Ketiga mendapat kawalan dari Amerika Serikat dengan perpektif
modernisasi. Pada tahun 1960-an, perpektif modernisasi ini
menjadi trendpembangunan negara Dunia Ketiga. Dengan bantuan dana dari
Amerika Serikat dan Negara barat lainnya, menjadikan Negara Dunia Ketiga
memulai program pembangunan dengan menerapkan model pembangunan
negara maju.
Bantuan dana dari Amerika Serikat mendapat sambutan positif ketika itu,
sebagai upaya untuk mempermudah pembangunan ekonomi negara dunia
Ketiga. Bantuan dana dari Negara Barat terwujut dalam bentuk hutang Luar
Negeri yang harus dibayarkan kembali setelah Negara Dunia Ketiga berhasil
dalam mengembangkan ekonomi negaranya. Selain bantuan dalam bentuk
Hutang Luar Negari, Negara Barat juga memberikan bantuan berupa Investasi
Asing.
Proses tersebut diawali dengan adanya pemodal asing yang melakukan invesasi
ke negara-negara Dunia Ketiga, yang diharapkan akan mampu mendorong
peningkatan pendapatan nasional dan memberi efek positif kepada
perkembangan ekonomi nasional. Namun yang terjadi adalah sebaliknya,
Negara Maju ternyata mengambil keuntungan dari Negara-negara Dunia
Ketiga. Hal ini terlihat dari dua fenomena yaitu: Pertama bahwa kenaikan
pendapatan nasional tidak dapat dinikmati oleh sebagian besar masyarakat
Negara Dunia Ketiga, namun hanya segelintir pihak yang memperoleh
keuntungan dari hasil eksploitasi. Kedua, efek ekonomi yang timbul justru
telah menggeser orientasi rakyat baik dalam bertransaksi (yaitu dari hubungan
paternalistik bergeser menjadi ketergantungan kepada mekanisme pasar yang
kapitalistik) maupun dalam produksi pemasaran (yaitu dari usaha mencukupi
kebutuhan dalam negeri kepada pemenuhan pasar luar negeri). Hal ini
menyebabkan pasar ekonomi Negara Dunia ketiga terikat langsung oleh
mekanisme ekonomi global.

C. Teori-teori Pembangunan dalam Konteks Dunia Ketiga

 Teori Modernisasi
Teori Modernisasi lahir sekitar tahun 1950-an di Amerika Serikat sebagai
wujud respon kaum intelektual atas Perang Dunia II yang telah menyebabkan
munculnya negara-negara Dunia Ketiga. Kelompok negara miskin yang ada
dalam istilah Dunia Ketiga adalah negara bekas jajahan perang yang menjadi
bahan rebutan pelaku Perang Dunia II. Sebagai negara yang telah mendapatkan
pengalaman sekian waktu sebagai negara jajahan, kelompok Dunia Ketiga
berupaya melakukan pembangunan untuk menjawab pekerjaan rumah mereka
yaitu kemiskinan, pengangguran, gangguan kesehatan, pendidikan rendah,
rusaknya lingkungan, kebodohan, dan beberapa problem lain.

Secara etimologis, ada beberapa tokoh yang mengajukan pendapat tentang


makna modernisasi. Everett M. Rogers dalam “Modernization Among
Peasants: The 10 Impact of Communication” menyatakan bahwa modernisasi
merupakan proses dimana individu berubah dari cara hidup tradisional menuju
gaya hidup lebih kompleks dan maju secara teknologis serta cepat berubah.

Cyril E. Black dalam “Dinamics of Modernization” berpendapat bahwa secara


historis modernisasi adalah proses perkembangan lembaga-lembaga secara
perlahan disesuaikan dengan perubahan fungsi secara cepat dan menimbulkan
peningkatan yang belum pernah dicapai sebelumnya dalam hal pengetahuan
manusia. Dengan pengetahuan tersebut, akan memungkinkan manusia untuk
menguasai lingkungannya dan melakukan revolusi ilmiah. Dari beberapa
definisi tersebut, modernisasi dapat dipahami sebagai sebuah upaya tindakan
menuju perbaikan dari kondisi sebelumnya. Selain upaya, modernisasi juga
berarti proses yang memiliki tahapan dan waktu tertentu dan terukur.

Everett M. Rogers Cyril E. Black

Sebagaimana sebuh teori, Modernisasi memiliki asumsi dasar yang menjadi


pangkal hipotesisnya dalam menawarkan rekayasa pembangunan. Pertama,
kemiskinan dipandang oleh Modernisasi sebagai masalah internal dalam
sebuah negara (Arief Budiman, 2000:18).
Kemiskinan dan problem pembangunan yang ada lebih merupakan akibat dari
keterbelakangan dan kebodohan internal yang berada dalam sebuah negara,
bukan merupakan problem yang dibawa oleh faktor dari luar negara. Jika ada
seorang warga yang miskin sehingga ia tidak mampu mencukupi kebutuhan
gizinya, maka penyebab utama dari fakta tersebut adalah orang itu sendiri dan
negara dimana orang tersebut berada, bukan disebabkan orang atau negara lain.
Artinya, yang paling pantas dan layak melakukan penyelesaian masalah atas
kasus tersebut adalah orang dan negara dimana orang itu berada, bukan negara
lain.

Kedua, muara segala problem adalah kemiskinan, pembangunan berarti perang


terhadap kemiskinan. Jika pembangunan ingin berhasil, maka yang kali
pertama harus dilakukan adalah menghilangkan kemiskinan dari sebuah negara.
Cara paling tepat menurut Modernisasi untuk menghilangkan kemiskinan
adalah dengan ketersediaan modal untuk melakukan investasi. Semakin tinggi
tingkat investasi di sebuah negara, maka secara otomatis, pembangunan telah
berhasil, (Mansour Fakih, 2002:44-47).

Teori Modernisasi adalah teori pembangunan yang menyatakan bahwa


pembangunan dapat dicapai melalui mengikuti proses pengembangan yang
digunakan oleh negara-negara berkembang saat ini. Teori tindakan Talcott
Parsons 'mendefinisikan kualitas yang membedakan "modern" dan
"tradisional" masyarakat.Pendidikan dilihat sebagai kunci untuk menciptakan
individu modern. Teknologi memainkan peran kunci dalam teori pembangunan
karena diyakini bahwa teknologi ini dikembangkan dan diperkenalkan kepada
negara-negara maju yang lebih rendah akan memacu pertumbuhan ekonomi.
Salah satu faktor kunci dalam Teori Modernisasi adalah keyakinan bahwa
pembangunan memerlukan bantuan dari negara-negara maju untuk membantu
negara-negara berkembang untuk belajar dari perkembangan mereka. Dengan
demikian, teori ini dibangun di atas teori bahwa ada kemungkinan untuk
pengembangan yang sama dicapai antara negara maju dan dikembangkan lebih
rendah.

 Teori Dependensi (Ketergantungan)


Teori Dependensi kali pertama muncul di Amerika Latin. Pada
awal kelahirannya, teori ini lebih merupakan jawaban atas kegagalan program
yang dijalankan oleh ECLA (United Nation Economic Commission for Latin
Amerika) pada masa awal tahun 1960-an. Lembaga tersebut dibentuk dengan
tujuan untuk mampu menggerakkan perekonomian di negara-negara Amerika
Latin dengan membawa percontohan teori Modernisasi yang telah terbukti
berhasil di Eropa.
Secara historis, teori Dependensi lahir atas ketidakmampuan teori Modernisasi
membangkitkan ekonomi negara-negara terbelakang, terutama negara di bagian
Amerika Latin. Secara teoritik, teori Modernisasi melihat bahwa kemiskinan
dan keterbelakangan yang terjadi di negara Dunia Ketiga terjadi karena faktor
internal di negara tersebut. Karena faktor internal itulah kemudian negara
Dunia Ketiga tidak mampu mencapai kemajuan dan tetap berada dalam
keterbelakangan.

Paradigma inilah yang kemudian dibantah oleh teori Dependensi. Teori ini
berpendapat bahwa kemiskinan dan keterbelakangan yang terjadi di negara-
negara Dunia Ketiga bukan disebabkan oleh faktor internal di negara tersebut,
namun lebih banyak ditentukan oleh faktor eksternal dari luar negara Dunia
Ketiga itu. Faktor luar yang paling menentukan keterbelakangan negara Dunia
Ketiga adalah adanya campur tangan dan dominasi negara maju pada laju
pembangunan di negara Dunia Ketiga. Dengan campur tangan tersebut, maka
pembangunan di negara Dunia Ketiga tidak berjalan dan berguna untuk
menghilangkan keterbelakangan yang sedang terjadi, namun semakin
membawa kesengsaraan dan keterbelakangan. Keterbelakangan jilid dua di
negara Dunia Ketiga ini disebabkan oleh ketergantungan yang diciptakan oleh
campur tangan negara maju kepada negara Dunia Ketiga. Jika pembangunan
ingin berhasil, maka ketergantungan ini harus diputus dan biarkan negara
Dunia Ketiga melakukan roda pembangunannya secara mandiri.
Bantahan teori Dependensi atas pendapat kaum Marxis Klasik ada dua
hal. Pertama, negara pinggiran yang pra-kapitalis memiliki dinamika tersendiri
yang berbeda dengan dinamika negara kapitalis. Bila tidak mendapat sentuhan
dari negara kapitalis yang telah maju, mereka akan bergerak dengan sendirinya
mencapai kemajuan yang diinginkannya. Kedua, justru karena dominasi,
sentuhan dan campur tangan negara maju terhadap negara Dunia Ketiga, maka
negara pra-kapitalis menjadi tidak pernah maju karena tergantung kepada
negara maju tersebut. Ketergantungan tersebut ada dalam format “neo-
kolonialisme” yang diterapkan oleh negara maju kepada negara Dunia Ketiga
tanpa harus menghapuskan kedaulatan negara Dunia Ketiga, (Arief Budiman,
2000:62-63).
Theotonio Dos Santos Andre Gunder Frank

Tokoh utama dari teori Dependensi adalah Theotonio Dos Santos dan Andre
Gunder Frank. Theotonio Dos Santos sendiri mendefinisikan bahwa
ketergantungan adalah hubungan relasional yang tidak imbang antara negara
maju dan negara miskin dalam pembangunan di kedua kelompok negara
tersebut. Dia menjelaskan bahwa kemajuan negara Dunia Ketiga hanyalah
akibat dari ekspansi ekonomi negara maju dengan kapitalismenya. Jika terjadi
sesuatu negatif di negara maju, maka negara berkembang akan mendapat
dampak negatifnya pula. Sedangkan jika hal negatif terjadi di negara
berkembang, maka belum tentu negara maju akan menerima dampak tersebut.
Sebuah hubungan yang tidak imbang. Artinya, positif-negatif
dampak berkembang pembangunan di negara maju akan dapat membawa
dampak pada negara, (theotonio dos santos, review, vol. 60, 231).

 Teori Sistim Dunia


Teori sistem dunia adalah adanya bentuk hubungan negara dalam
sistem dunia yang terbagi dalam tiga bentuk negara yaitu negara sentral, negara
semi pinggiran dan negara pinggiran. Ketiga bentuk negara tersebut terlibat
dalam hubungan yang harmonis secara ekonomis dan kesemuanya akan
bertujuan untuk menuju pada bentuk negara sentral yang mapan secara
ekonomi. Perubahan status negara pinggiran menuju negara semi pinggiran
ditentukan oleh keberhasilan negara pinggiran melaksanakan salah satu atau
kombinasi dari strategi pembangunan, yaitu strategi menangkap dan
memanfaatkan peluang, strategi promosi dengan undangan dan strategi berdiri
diatas kaki sendiri. Sedangkan upaya negara semi pinggiran menuju negara
sentral bergantung pada kemampuan negara semi pinggiran melakukan
perluasan pasar serta introduksi teknologi modern. Kemampuan bersaing di
pasar internasional melalui perang harga dan kualitas.
Immanuel Wallerstein

Negara semi pinggiran yang disampaikan oleh Wallerstein merupakan sebuah


pelengkap dari konsep sentral dan pinggiran yang disampaikan oleh teori
dependensi. Alasan sederhana yang disampaikannya adalah, banyak negara yang
tidak termasuk dalam dua kategori tersebut sehingga Wallerstein mencoba
menawarkan konsep pembagian dunia menjadi tiga kutub yaitu sentral, semi
pinggiran dan pinggiran.
Terdapat dua alasan yang menyebabkan sistem ekonomi kapitalis dunia saat ini
memerlukan kategori semi pinggiran, yaitu dibutuhkannya sebuah perangkat
politik dalam mengatasi disintegrasi sistem dunia dan sarana pengembangan
modal untuk industri dari negara sentral. Disintegrasi sistem dunia sangat
mungkin terjadi sebagai akibat “kecemburuan” negara pinggiran dengan
kemajuan yang dialami oleh negara sentral. Kekhawatiran akan timbulnya
gejala disintegrasi ini dikarenakan jumlah negara miskin yang sangat banyak
harus berhadapan dengan sedikit negara maju. Solusi yang ditawarkan adalah
membentuk kelompok penengah antara keduanya atau dengan kata lain adanya
usaha mengurangi disparitas antara negara maju dan negara miskin. Secara
ekonomi, negara maju akan mengalami kejenuhan investasi sehingga
diperlukan perluasan atau ekspansi pada negara lain. Upaya perluasan investasi
ini membutuhkan lokasi baru pada negara miskin. Negara ini kemudian dikenal
dengan istilah negara semi pinggiran, Wallerstein mengajukan tesis tentang
perlunya gerakan populis berskala nasional digantikan oleh perjuangan kelas
berskala dunia. Lebih jauh Wallerstein menyatakan bahwa pembangunan
nasional merupakan kebijakan yang merusak tata sistem ekonomi
dunia. Alasan yang disampaikan olehnya, antara lain :
a. Impian tentang keadilan ekonomi dan politik merupakan suatu
keniscayaan bagi banyak negara.
b. Keberhasilan pembangunan pada beberapa negara menyebabkan
perubahan radikal dan global terhadap sistem ekonomi dunia.
c. Strategi pertahanan surplus ekonomi yang dilakukan oleh produsen
berbeda dengan perjuangan kelas yang berskala nasional.

D. Peran Negara dalam Pembangunan dalam Konteks Dunia Ketiga

Pemerintah dalam pembangunan memiliki peran salah satunya selaku inovator.


Ditinjau dari segi administrasi pembangunan, inovasi berarti temuan baru, metode
baru, sistem baru, dan yang terpenting adalah cara berpikir baru. Dengan
demikian selaku inovator, pemerintah sebagai keseluruhan harus menjadi sumber
dari hal-hal baru tersebut (teman, metode, sistem, cara berpikir).
Prakondisi yang harus terpenuhi agar peran pemerintah sebagai inovator dapat
berjalan secara efektif antara lain:
1. Pemerintah perlu memiliki tingkat keabsahan (legitimacy) yang tinggi
2. Menerapkan inovasi di lingkungan birokrasi pemerintahan terlebih dahulu
3. Inovasi yang sifatnya kendepsional
4. Inovasi sistem, prosedur dan metode kerja

Kemampuan sebagai Inovator Pembangunan adalah kemampuan menerjemahkan


program pembangunan daerah dengan bahasan yang sederhana serta menggugah
keinginan dan keikutsertaan masyarakat dalam bidang pembangunan.

Gambar contoh-contoh pembangunan yang dilakukan di Indonesia


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
Relasi antara Negara Dunia Ketiga dengan negara maju pada akhirnya telah
menciptakan pengambilalihan surplus ekonomi dari Negara Dunia Ketiga
untuk negara barat, dan ketergantungan dan kegagalan Pembangunan di
Negara-Negara Dunia Ketiga.

Untuk itu perlu strategi Represif yang benar-benar mampu menghilangkan


ketergantungan Negara Dunia Ketiga kepada Negara Maju. Dengan begitu
akan mampu memperlancar pembangunan Negara Dunia Ketiga dan mampu
mengantarkan kemajuan ekonomi Negara-negara Dunia Ketiga.
Selain itu, sebagi upaya untuk menyusun strategi yang tepat berkaitan degan
pembangunan Negara Dunia Ketiga, maka diperlukan Kajian lebih mendalam
mengenai berbagai permasalahan Pembangunan yang dihadapi Negara Dunia
Ketiga. Selanjutnya hasil kajian yang mendalam tersebut dapat dijadikan
pertimbangan oleh Negara Dunia Ketiga untuk menyusun rencana
pembangunan yang lebih baik dari program pembangunan sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Dunia_Ketiga
http://muliasarif.blogspot.com/2014/06/menganalisis-peran-negara-
dalam.html?m=1
http://fkmalmarsya.blogspot.com/2016/01/kegagalan-pembangunan-di-negara-
dunia.html?m=1
http://wwwbutonutara.blogspot.com/2011/06/teoriteori-pembangunan.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai