Anda di halaman 1dari 33

World Bank Problem dalam Pengentasan Kemiskinan Negara Dunia Ketiga

diposting oleh avazov-bekzodjon-fisip13 pada 12 October 2014


di GLOBALISASI DAN TATAPEMERINTAHAN - 0 komentar
Bank Dunia merupakan sebuah lembaga keuangan global yang secara struktural berada di bawah PBB. Bank
Dunia dibentuk tahun 1944 sebagai hasil dari Konferensi Bretton Woods yang berlangsung di AS. Konferensi
tersebut diikuti 44 delegasi negara. Akan tetapi negara AS dan Inggris merupakan negara yang berperan penting
dalam negosiasi pembentukan Bank Dunia. Bank Dunia berujuan awal untuk mengatur keuangan dunia pasca PD
II dan membantu negara-negara korban perang untuk memulihkan perekonomiannya.
Pada sekitar tahun 1960, sasaran peminjaman dialihkan untuk negara-negara non-Eropa dengan tujuan agar
negara-negara sasaran tersebut dapat melakukan pembangunan secara ekonomi dan mampu membayar kembali
hutangnya. Kemudian pada tahun 1968-1980, Bank Dunia banyak mengucurkan dana untuk negara-negara
Dunia Ketiga, dengan tujuan untuk mengentas kemiskinan. Pada tahun tersebut pinjaman negara Dunia Ketiga
pada Bank Dunia meningkat 20% per-tahunnya.
Isu-isu pengentasana kemiskinan bagi negara-negara dunia ketiga dimulai sekitar tahun 1960-an. Banyak
peneliti-peneliti yang tertarik dan terjun dalam permasalahan tersebtu, seperti Daniel Lerner (1958), Wilbur
Schramm (1964), Everett Rogers (1962, 1969) dan lain-lain yang tertarik dan mendalami studi tersebut. Tujuan
utama studi ini adalah untuk membangun dan mengentaskan negara Dunia Ketiga dari kemiskinan yang
merajalela.
Usai Perang Dunia II pembangunan bagi negara dunia ketiga menjadi perhatian bagi PBB lewat lembagalembaga yang dibentuknya dan anggota pentingnya, World Bank, Amerika Serikat. Sekitar tahun 1955 populasi
dunia ketiga meningkat tajam sementara jumlah petani semakin menurun. Oleh karena itu, presiden AS saat itu
Henry S. Truman mengusulkan Point Four Program. Dia mengamati bahwa :

lebih dari setengah dari penduduk dunia hidup dalam kondisi mendekati kesengsaraan. makanan mereka tidak
memadai. mereka adalah korban dari penyakit. kehidupan ekonomi mereka adalah primitif dan stagnan.
kemiskinan mereka adalah ancaman baik mereka dan untuk daerah yang lebih makmur. Untuk pertama kalinya
dalam sejarah, manusia memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk meringankan penderitaan orang-orang
ini.[1]
Dari keterangan Truman tersebut, maka dibentuk sebuah proposal dengan tujuan untuk menciptakan
kesejahterahaan dunia ketiga atas bantuan dana dari World Bank. Dengan pembangunan pada bidang agrikultur,
perdagangan, dan industry. Pembangunan tersebut dilakukan dengan inovasi-inovasi sistem pertanian tradisional
dengan sistem pertanian modern agar hasil yang diperoleh lebih maksimal. Selain pertanian pembangunan juga
difokuskan untuk pendidikan bagi anak-anak dunia ketiga. Pada masa awal pembangunan dilakukan dengan
metode persuasi, namun ketika dirasa tidak lagi efektif, kebijakan pembangunan pun dilakukan dengan
metode difusi.
Lerner mengamati hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan pembangunan dan modernisasi dengan
variabel urbanisasi, keaksaraan dan partisipasi demokrasi. Penyebaran melek-huruf dikalangan masyarakat desa
berpengaruh baik pada modernisasi. Menurut Wilbur Schramm, Interaksi antara media massa dan keaksaraan
sedikit demi sedikit mengubah prinsip tradisional pada masyarakat. sehingga lahir dua bias baru: bias pro-media
massa serentak dengan bias pro-keaksaraan untuk membantu melipatgandakan efek lembaga perubahan
komunikasi interpersonal. Keaksaraan dan Media massa serta lembaga perubahan komunikasi interpersonal
mengadopsi inovasi-inovasi teknologi dan terjadi proses difusi di masyarakat sebagai bentuk keberhasilan

pembangunan bagi individu dan nasional. Difusi Inovasi dimulai di Amerika Serikat ketika Perang Dunia II.
Ditandai dengan studi yang dilakukan oleh Ryan dan Gross (study of the diffusion of hybrid seed corn 1943)
banyak fakta yang ditemukan bahwa media massa dan penyuluh-penyuluh berdampak pada inovasi teknologi.
Namun kenyataannya didunia ketiga tidak seperti yang terjadi di Negara maju. Teori lerner dan Schramm
terbukti tidak bisa diterapkan.[2]
Akan tetapi bantuan yang diberikan ini terkendala masalah dan bahkan kemudian terlihat stagnan. Masalahnya
adalah pada perbedaan pemahaman antara Negara maju dan Negara di dunia ketiga sendiri. Kenyataaan bahwa
didunia ketiga sangat sulit menerima perubahan, sementara Negara maju memandang perubahan merupakan
salah satu cara untuk hidup. Bagi dunia ketiga pembangunan yang butuh perubahan ini dapat dikatakan tidak
banyak memiliki manfaat. Hal ini dikarenakan dunia ketiga yang cenderung konservatif dan tidak dapat
menerima perubahan. Ketika terdapat program perombakan inovasi pertanian gagal karena para petani yang
mau menerima perubahan tersebut, mereka yang harus disalahkan atas kegagalan dalam menyerap inovasi
tersebut secara sempurna.
Pada sekitar tahun 1970-an Amerika Serikat mendesak agar bantuan pembangunan untuk dunia ketiga ini
dilakukan secara tegas. Pandangan ini mengarah pada upaya untuk menyetel kembali fokus antara penelitian
dan praktek difusi. Studi lapangan di Kenya menemukan beberapa masalah utama yang dihadapi dalam
pembangunan :

1.

kurangnya pengetahuan dan keterampilan tentang inovasi yang dapat diadopsi

2.

kurangnya orang-orang yang terlibat dalam proses perencanaan pembangunan

3.

kekurangan keuangan dan material input yang diperlukan untuk adopsi

4.

pengembangan pasar yang tidak memadai untuk penjualan / pembelian yang menghasilkan

5.

kurangnya infrastruktur untuk memfasilitasi penyebaran informasi dan materi

6.

kurangnya peluang kerja di daerah pedesaan.

Hal ini juga diamati oleh Robert McNamara lewat pidatonya, New Directions in Development yang menjadi
acuan utama stategi pembangunan yang akhirnya menghasilkan Bank Dunia pada tahun 1973. Dengan
kenyataan ini World Bank diharapkan bisa membantu dunia ketiga dalam melaksanakan pembangunan.

Simpulan
Bantuan yang diberikan lembaga World bank bagi dunia ketiga difokuskan untuk mencari cara yang efektif dan
efisien dalam program pengentasan dan pembangunannya. Akan tetapi yang menjadi masalah utama adalah
masih sulitnya masyarakat dunia ketiga menerima perubahan yang ada. Beberapa metode pendekatan baik
secara persuasive, difusif, dan koesif (penegasan) masih sulit mengubah karakteristik pemikiran dunia ketiga.
Efektifitas dan efisiensi dari bantuan yang diberikan World Bank kepada dunia ketiga dapat ditingkatkan dengan
cara meningkatkan kesadaran masyarakat dunia ketiga atas pentingnya penerimaan terhadap perubahan untuk
kemajuan serta keberhasilan program bantuan yang diberikan World Bank maupun asosiasi-asosiasi lainnya.

REFERENSI
Coffey, Peter dan Robert J. Riley. Tt. Reform of International Institutions: The IMF, The World Bank, The

WTO. Cheltenham, UK: Edward Elgar Publishing Limited

World Trade Organization. WTO organization chart [online]


dalamhttp://www.wto.org/english/thewto_e/whatis_e/tif_e/org2_e.htm [diakses 23 November 2012]
John Perkins, Economic Hit Man (edisi terjemahan), Jakarta: Abdi Tandur.
Peet, Richard. 2003. The World Bank, dalam Unholy Trinity: The IMF, World Bank and WTO. London: Zed
Books, pp. 111-145.

[1] Coffey, Peter dan Robert J. Riley. Tt. Reform of International Institutions: The IMF, The World Bank, The

WTO. Cheltenham, UK: Edward Elgar Publishing Limited


[2] Data diunduh dari http://natanaelandi.blogspot.com/2010/04/pengantar-studi-komunikasi-dan.html

PEMBANGUNAN PADA
MASALAH KEMISKINAN DI
NEGARA BERKEMBANG
(INDONESIA)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan merupakan suatu kata yang memiliki makna yang berarti bagi sebuah negara.
Pembangunan berpengaruh pada suatu negara yang mengandung pengertian diantaranya; kemajuan
pada perekonomian, sumber daya baik manusia maupun sumber daya alam, kemajuan pada masyarakat,
pendidikan, dan industri. Selain itu, pembangunan suatu negara merupakan cerminan apa yang dimiliki
atau apa yang terkandung didalam negara tersebut. Apabila pembangunan pada suatu negara
tersebut high knowledge, yaitu yang dapat diartikan bahwa negara tersebut memiliki banyak ilmuan ahli
di negara tersebut dan rendahnya tingkat kemiskinan di negara tersebut, dapat disimpulkan atau dapat
kita sebut bahwa negara tersebut merupakan salah satu negara yang maju dan patut untuk dicontoh oleh
negara-negara lain yang belum dianggap maju, yaitu negara berkembang. Banyak hal yang dibahas
dalam teori-teori pembangunan. Tidak hanya dari segi kehidupan masyarakat yang berpengaruh bagi
negara bahkan tapi juga action pemerintahan yang mampu mengarahkan negara tersebut untuk lebih
maju.
Menurut Mansour Faqih (2008), sebelum munculnya kapitalisme dengan bungkusnya yang baru
yakni neo-liberalisme, Presiden Harry S. Trumann memperkenalkan istilah pembangunan atau
developmentalisme ketika presiden Amerika ini menerapkan kebijakan politik luar negerinya tahun 1949.
Developmentalisme dijadikan sebagai alat untuk membendung laju sosialisme, di samping itu
developmentalisme juga merupakan siasat baru untuk mengganti format kolonial yang baru runtuh dan
lahir sebagai kepanjangan tangan dari kapitalisme itu sendiri. Lalu ahli ilmu sosial Amerika menyarankan
untuk melakukan penaklukan ideologi dan teoretis terhadap negara-negara Dunia Ketiga. Sejak saat
itulah para ilmuan sosial sangat produktif sehingga berhasil menciptakan teori developmentalism dan
modernisasi. Seperti Rostow tentang teori pertumbuhannya atau growth theory. Konsep pembangunan
dan modernisasi ini kemudian disebarluaskan dan dianut oleh berjuta-juta rakyat di Dunia ketiga.
Konsep ini merupakan refleksi dari paradigma barat tentang perubahan sosial.barang siapa yang

menganut istilah developmentalisme ini maka suatu tawaran baginya untuk meraih
kemajuan atau higher modernity menurut bahasanya Mansur Faqih. Jadi sudah jelas, baik istilah
pembangunan ataupun neoliberalisme sama-sama merupakan sebuah proyek tipu muslihat yang
diciptakan barat untuk melanggengkan hegemoninya. Perbedaannya terletak pada modusnya yang lebih
mengutamakan perdagangan bebas untuk mempercepat gerak ekspansinya dan pada perangkatnya
dimana neoliberalisme melalui tangan-tangan korporasi (TNC),(MNC) dan lembaga keuangan
internasional seperti IMF, GATT kemudian berganti WTO dan Bank Dunia. Berikut ini akan diuraikan
model-model pembangunan mulai dari Modernisasi hingga Neo-Liberal.
Pembangunan bukan hanya memiliki arti akan pembangunan suatu gedung atau apartemen
yang menjulang tinggi di ibukota atau kota-kota besar, namun dimana pembangunan merupakan
cakupan yang dimiliki oleh negara yang harusnya dikembangkan atau perlu diperbaiki agar mengalami
perubahan dan dapat berdampak positif bagi negara dan masyarakat. Dimana dampak positif tersebut
adalah yang memiliki manfaat yang berpengaruh sangat besar bagi negara sendiri dan juga memiliki
manfaat besar dan berdampak pada negara-negara lain. Sehingga negara kita memiliki penilaian atau
legitimasi atau pengakuan dari negara lain bahwa negara kita patut disebut dengan negara maju. Maju
dari masyarakat, pemerintahan, dan juga sumber daya. Di sisi lain, pembangunan yang kurang berhasil
akan berdampak pada masyarakat, yaitu menjamurnya kemiskinan pada negara berkembang khususnya.
Kemiskinan pada dasarnya merupakan salah satu bentuk problem yang muncul dalam kehidupan
masyarakat, khususnya masyarakat di negara-negara yang sedang berkembang.Masalah kemiskinan ini
menuntut adanya suatu upaya pemecahan masalah secara berencana, terintegrasi dan menyeluruh dalam
waktu yang singkat. Upaya pemecahan masalah kemiskinan tersebut sebagai upaya untuk mempercepat
proses pembangunan yang selama ini sedang dilaksanakan.Istilah kemiskinan sebenarnya bukan merupakan
suatu hal yang asing dalam kehidupan kita.Kemiskinan yang dimaksud adalah kemiskinan ditinjau dari segi
materi (ekonomi). Dari kegagalan dalam mengurangi kemiskinan, pengangguran,dan ketimpangan
pendapatan secara berarti, maka para ahli kemudian bergeser dari penciptaan lapangan kerja yang memadai,
penghapusan kemiskinan, dan akhirnya penyediaan barang-barang dan jasa kebutuhan dasar bagi seluruh
penduduk.
Negeri kita indonesia mempunyai tingkat problem kemiskinan yang sangat tinggi dan oleh karena itu
negeri Kita tidak akan menjadi bangsa yang besar karena mayoritas masyarakatnya masih miskin dan lemah.
Karena untuk menjadi bangsa yang besar mayoritas masyarakatnya tidak boleh hidup dalam kemiskinan dan
lemah.Sesungguhnya kemiskinan bukanlah persoalan baru di negeri ini.Sekitar seabad sebelum kemerdekaan
Pemerintah Kolonial Belanda mulai resah atas kemiskinan yang terjadi di Indonesia.Pada saat itu indikator
kemiskinan hanya dilihat dari pertambahan penduduk yang pesat.Kini di Indonesia jerat kemiskinan itu makin
akut. Jumlah kemiskinan di Indonesia pada Maret 2009 saja mencapai 32,53 juta atau 14,15 persen
[www.bps.go.id]. Kemiskinan tidak hanya terjadi di perdesaan tapi juga di kota-kota besar seperti di
Jakarta.Kemiskinan juga tidak semata-mata persoalan ekonomi melainkan kemiskinan kultural dan struktural.

Di dalam teori pembangunan terdapat beberapa teori, salah satunya teori modernisasi, dimana
teori tersebut memiliki pengaruh pada makalah yang saya buat dan memiliki pengaruh bagi negara
berkembang. Teori Modernisasi lahir pada tahun 1950-an di Amerika Serikat sebagai respon kaum
intelektual terhadap Perang Dunia. Teori ini lahir dalam suasana ketika dunia memasuki perang
dinginantara negara-negara Komunis dengan negara-negara Barat di bawah pimpinan AS. Teori

Modernisasi dapat dilihat dalam 3 bentuk, yakni sebagai sebuah gagasan tentang perubahan sosial,
modernisasi sebagai aliran pemikiran akademis, serta sebagai sebuah bentuk ideologi. Modernisasi
mengandung 3 makna, yang pertama makna yang sangat umum meliputi seluruh perubahan sosial yang
progresif dimana masyarakat bergerak maju. Sedangkan yang kedua bermakna historis menyangkut
transformasi sosial, politik, ekonomi, kultural dan mental yang dialami Barat sejak abad ke-16 dan
mencapai puncaknya di abad 19 dan 20. Makna yang kedua ini sering disebut dengan modernitas yang
meliputi proses industrialisasi, urbanisasi, rasionalisasi, birokratisasi, demokratisasi, pengaruh
kapitalisme, individualisme dan motivasi untuk berprestasi, meningkatnya pengaruh akal dan sains.
Makna modernisasi yang ketiga paling khusus dan hanya mengacu pada masyarakat terbelakang atau
tertinggal dan berupaya untuk mengejar ketertinggalan dari masyarakat yang lebih maju terlebih dahulu.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa peran dan dampak pembangunan bagi masyarakat Indonesia? Apabila kita ketahui bahwa
masyarakat Indonesia kita tergolong dalam masyarakat yang disebut dengan masyarakat miskin?
1.2.2 Bagaimana cara untuk mengentas kemiskinan di Indonesia (negara berkembang) dalam pembangunan?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui peran dan dampak pembangunan bagi masyarakat Indonesia apabila kita ketahui
bahwa masyarakat Indonesia kita tergolong dalam masyarakat yang disebut dengan masyarakat miskin.
1.3.2 Untuk mengetahui cara untuk mengentas kemiskinan di Indonesia (negara berkembang) dalam
pembangunan.
1.4 Manfaat
1.4.1 Mengetahui peran dan dampak pembangunan bagi masyarakat Indonesia apabila kita ketahui bahwa
masyarakat Indonesia kita tergolong dalam masyarakat yang disebut dengan masyarakat miskin.
1.4.2 Mengetahui cara untuk mengentas kemiskinan di Indonesia (negara berkembang) dalam pembangunan.

1.4.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Pembangunan
2.1.1

Pengertian Pembangunan[1]
Dalam pemahaman sederhana pembangunan diartikan sebagai proses perubahan kearah yang
lebih baik, melalui upaya yang dilakukan secara terencana. Pembangunan dalam sebuah negara sering
dikaitkan dengan pembangunan ekonomi (economic development). Pembangunan ekonomi adalah suatu
proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya
peningkatan jumlah dan produktifitas sumber daya, termasuk pertambahan penduduk, disertai dengan
perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara serta pemerataan pendapatan bagi
penduduk suatu negara. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Sumitro dalam Deliarnov
(2006:89), bahwa proses pembangunan ekonomi harus merupakan proses pembebasan, yaitu
pembebasan rakyat banyak dari belenggu kekuatan-kekuatan ekonomi, dan pembebasan negara-negara
berkembang dari belenggu tata kekuatan ekonomi dunia.
Secara
terminologis,
di
Indonesia
pembangunan
identik
dengan
istilah development,modernization, westernization, empowering, industrialization, economic
growth,europanization, bahkan istilah tersebut juga sering disamakan dengan term political change.
Identifikasi pembangunan dengan beberapa term tersebut lahir karena pembangunan memiliki makna
yang multi-interpretable, sehingga kerap kali istilah tersebut disamakan dengan beberapa term lain yang
berlainan arti (Moeljarto Tjokrowinoto, 2004). Makna dasar daridevelopment adalah
pembangunan.Artinya, serangkaian upaya atau langkah untuk memajukan kondisi masyarakat sebuah
kawasan atau negara dengan konsep pembangunan tertentu.
Tabel. Matriks Model Pembangunan Dari Modernisasi Hingga Neo-Liberal[2]
Model/Teori
Pembangunan

Modernisasi

Sejarah

Prinsi-Prinsip Dasar

Sangat dipengaruhi oleh


Modernisasi mengandung 3 makna:
perubahan yang terjadi di Barat
1.
Perubahan progresif dimana msy
sejak abad 16 hingga puncaknya
bergerak maju
di abad 19 dan 20. Sedangkan
2.
Transformasi sosial, politik
teori Modernisasi sbg teori lahir
kultural di Barat yg menyebabkan
pada tahun 1950 di Amerika
timbulnya industrialisasi, urbanisasi,
Serikat sbg respon kaum
rasionalisasi, dsb.
intelektual thd PD. ini lahir
dalam suasana ketika dunia
3.
Upaya yg dilakukan masy
memasuki perang
terbelakang/ tertinggal untuk mengejar

dinginantara negara-negara
ketertinggalan dr masy yg lebih maju
Komunis dengan negara-negara
terlebih dahulu.
Barat di bawah pimpinan AS. Modernisasi juga memiliki watak yang kompleks,
sistematik, menjadi gerakan global yang akan
mempengaruhi semua manusia melalui proses
bertahap untuk menuju suatu homogenisasi dan
bersifat progresif
Ada beberapa model pembangunan modernModernisasi model
isasi yg berkembang di antaranya seperti Rostow,
Rostow
McClelland, Mahbub ul Haq, dsb.

Model
Pertumbuhan dan
Pemerataan

Teorinya menjelaskan modernisasi yang dilihatnya


dari aspek pertumbuhan ekonomi. Menurutnya,
faktor manusia merupakan faktor utama
W.W. Rostow adalah ekonom
pertumbuhan ekonomi. Teori pertumbuhan
Amerika Serikat yang dianggap
ekonomi mengandaikan pertumbuhan suatu
sebagai bapak teori
organisme. Teori pertumbuhan Rostow dijelaskan
pembangunan dan
secara rinci dalam skema lima tahap (five-stage
pertumbuhan. Teorinya
scheme) dari tradisional menunju modern. Sikap
mengenai Pertumbuhan
manusia tradisional dianggap sebagai masalah
Ekonomi sangat mempengaruhi
yang menghambat kemajuan dan harus dilakukan
model pembangunan di hampir
perubahan.
semua Negara Dunia Ketiga.
Pemikirannya sesungguhnya
Lima tahap tsb, pertama disebut dengan tahap
ditujukan untuk membendung tradisional, kemudian berubah ke tahap kedua
pengaruh Sosialisme di seluruh yakni pra-kondisi tinggal landas. Kemudian
dunia melalui modernisasi.
berkembang lagi pada tahap ketiga, yaitu
masyarakat tinggal landas, selanjutnya menjadi
masy pematangan pertumbuhan, dan akhirnya
mencapai masyar modern yg dibayangkan dan
menjadi cita-cita, yakni sebuah masyarakat industri
yg disebutnya dengan high mass
consumption atau masyarakat konsumsi tinggi.
Untuk mencapai masyarakat yang dicita-citakan
tersebut ada syarat utama yang harus ada, yaitu
modal. Modal dapat diperoleh melalui berbagai
cara: 1) melalui penggalian investasi dengan cara
pemindahan sumber dana dan atau kebijakan
pajak. 2) melalui lembaga-lembaga keuangan atau
obligasi pemerintah untuk tujuan produktif. 3)
melalui devisa dari perdagangan internasional. 4)
melalui penarikan investasi modal asing.
Pendekatan ini memiliki aspek umum, yakni
semuanya berkembang dari kepercayaan bahwa

model pembangunan tradisional yang bertumbu


pada pertumbuhan GNP tidak akan memberi
keuntungan segera pada mereka. Kemiskinan yang
terjadi bukan disebabkan karena kesalahan si
miskin tersebut, melainkan karena elit-elit
Muncul sbg repon atas model pemerintah yang sedang berkuasa. Oleh sebab itu
pertumbuhan yg terlalu
dimensi sosial politik sangat penting untuk
menekankan pada peningkatan diperhatikan dalam pembangunan.
GNP tanpa melihat aspek
pemerataan, shg yg
muncul adalah tingginya angka
pengangguran,

Model
Pembangunan
Teori Kritik.

Paradigma kritis sesungguhnya Ada dua hal yang harus dilakukan oleh teoritisi
diusung oleh para cendekiawan kritik, yakni:
yang ingin melanjutkan
1.
Teori sosial kritik berkewajiban
pemikiran Marxisme. Mereka ini
agar masyarakat memiliki kesadaran kritis
adalah kelompok Frankfurt
terhadap realitas sosial yang sedang
school, yakni teori-teori sosial
dihadapi.
mazhab Frankfurt Jerman tahun
2.
Teori sosial harus memfasilitasi
1920-an dan selanjutnya pindah
munculnya visi alternatif tentang relasi
ke Amerika pada tahun 1933.
sosial yang bebas dari segala bentuk
Kelompok ini adalah Max
penindasan, eksploitasi dan ketidakadilan.
Horkheimer, Theodor Adorrno,
Hal ini berarti ilmu sosial juga berdimensi
Herbert Marcuse, Frederick
praksis.
Pollock, Erich Fromm serta Otto
Kirchhemwer.

Teori Kritik model


Ketergantungan

Kehadirannya tdk dpt


dilepaskan dari sosok Celco
Furtado, seorang ekonom
Barazilia yg tergabung dalam
ECLA. Kajian ECLA sangat

Masy hrs diletakkan sbg subyek dalam peru-bahan


sosial dan pembangunan. Ada beberapa aliran
dalam model pembangunan Kritik, sa-lah satunya
adalah model ketergantungan (dependensi).
Pembangunan pada hakekatnya merupakan
sebuah proses yg menciptakan ketidakseimbangan, sementara bangsa-bangsa kaya
semakin kaya dan makmur, sementara bangsabangsa lainnya secara tak terelakkan bertambah
miskin. Negara-negara Utara yang kaya dianggap
sebagai Pusat atau Inti Kapitalisme dan negaranegara Selatan yang miskin merupakan Pinggiran
dalam model Pusat dan Pinggiran (Center and
Periphery). Melalui penaklukan imperial, berbagai
tatanan perekonomian pinggiran disedot ke dalam

konsen pada struktur


keterbelakangan: relasi-relasi
yang timpang antara Utara dan
Selatan, khususnya dalam
bingkai perdagangan,
proteksionisme yang
dilancarkan oleh banyak sistem
perekonomian Utara, serta
ketergantungan pada pasarpasar ekspor dari banyak
negara di Amerika Latin

kapitalisme, akan tetapi di atas pijakan yang tidak


adil.
Berbagai kebijakan perbaikan yang dibela oleh
modernisasi tidak pernah dapat berfungsi karena
kebijakan-kebijakan tersebut tidak menangani
berbagai hal penyebab yang menjadi akar masalah
yang bersangkutan. Satu-satunya jalan keluar yang
mungkin dilakukan menurut paham
ketergantungan adalah perubahan struktural yang
radikal,

Paham ini memfokuskan padapasar


bebas dan perdagangan bebas merobohkan
Neoliberalisme yang juga
dikenal sebagai paham ekonomi hambatan
neoliberal mengacu pada filosofi untuk perdaganganinternasionaldan investasi agar
semua negara bisa memperoleh keuntungan dari
ekonomi-politik akhir-abad
meningkatnya standar hidupmasyarakat atau
keduapuluhan, sebenarnya
rakyat sebuah negara dan modernisasi melalui
merupakan redefinisi dan
peningkatan efisiensi perdagangan dan
kelanjutan
mengalirnya investasi.
dariliberalismeklasik yang

Model
dipengaruhi oleh teori
Para penganut paham ekonomi Liberalisme
pembangunan Neoperekonomian neoklasik yang percaya bahwa pertumbuhan ekonomi dicapai
Liberal
mengurangi atau menolak faktor sebagai hasil normal dari kompetisi bebas.
penghambat oleh pemerintah Kompetisi yang agresif adalah akibat dari
dalam ekonomi domestik karena kepercayaan yang menganggap pasar bebas
akan mengarah pada
merupakan cara yang efisien dan tepat untuk
penciptaanDistorsi dan High
mengalokasikan sumber daya alam rakyat yang
Cost Economy yang kemudian langka untuk memenuhi kebutuhan manusia.
akan berujung pada
Neoliberalisme bertujuan mengembalikan
tindakankoruptif.
kepercayaan pada kekuasaan pasar, dengan
pembenaran yang mengacu pada kebebasan

2.2 Pembagian Kerja Secara Internasional


Teori pembagian kerja secara internasional adalah merupakan salah satu teori yang sangat
penting dalam menentukan suatu kebijakan perdagangan luar negeri suatu wilayah atau negara. Pada
dasarnya teori ini menyatakan tentang beberapa hal mengenai pembagian kerja untuk menetukan suatu
kebijakan perdagangan suatu daerah, yaitu :[3]

1. Bahwa setiap negara harus melakukan spesialisasi produksi sesuai dengan keuntungan kompratif yang
dimilikinya.
2. Bahwa Perdagangan internasional harus menguntungkan semua pihak.
Dengan adanya dua hal tersebut diatas maka pembangunan yang baik menurut teori ini adalah
pembangunan yang meleburkan diri kedalam kegiatan ekonomi dunia, karena pada dasarnya negaranegara yang ada saling bergantung, dan akan lebih menguntungkan bila negara-negara saling mengisi
kelemahan yang ada.
2.3 Pendekatan Dalam Pembangunan
2.3.1

Teori Modernisasi
a. Sejarah Singkat

Tanggal 20 Januari 1949, Presiden Amerika Serikat, Harry S. Truman kali pertama menyitir istilah
developmentalism. Untuk selanjutnya, ia mempropagandakan istilah under-development bagi negaranegara bekas jajahan agar mampu meredam pengaruh Komunisme-Sosialisme sebagai tawaran ideologi
pembangunan, (Stephen Gill, 1993:248)
Teori Modernisasi lahir sekitar tahun 1950-an di Amerika Serikat sebagai wujud respon kaum
intelektual atas Perang Dunia II yang telah menyebabkan munculnya negara-negara Dunia Ketiga.
Kelompok negara miskin yang ada dalam istilah Dunia Ketiga adalah negara bekas jajahan perang yang
menjadi bahan rebutan pelaku Perang Dunia II. Sebagai negara yang telah mendapatkan pengalaman
sekian waktu sebagai negara jajahan, kelompok Dunia Ketiga berupaya melakukan pembangunan untuk
menjawab pekerjaan rumah mereka yaitu kemiskinan, pengangguran, gangguan kesehatan, pendidikan
rendah, rusaknya lingkungan, kebodohan, dan beberapa problem lain.
b. Asumsi Dasar Modernisasi
Secara etimologis, ada beberapa tokoh yang mengajukan pendapat tentang makna modernisasi.
Everett M. Rogers dalam Modernization Among Peasants: The 10 Impact of Communication
menyatakan bahwa modernisasi merupakan proses dimana individu berubah dari cara hidup tradisional
menuju gaya hidup lebih kompleks dan maju secara teknologis serta cepat berubah.
Cyril E. Black dalam Dinamics of Modernization berpendapat bahwa secara historis
modernisasi adalah proses perkembangan lembaga-lembaga secara perlahan disesuaikan dengan
perubahan fungsi secara cepat dan menimbulkan peningkatan yang belum pernah dicapai sebelumnya
dalam hal pengetahuan manusia. Dengan pengetahuan tersebut, akan memungkinkan manusia untuk
menguasai lingkungannya dan melakukan revolusi ilmiah.
Daniel Lerner dalam The Passing of Traditional Society: Modernizing the Middle East
menyatakan bahwa modernisasi merupakan suatu trend unilateral yang sekuler dalam mengarahkan
cara-cara hidup dari tradisional menjadi partisipan. Marion Ievy dalam Modernization and the Structure
of Societies juga menyatakan bahwa modernisasi adalah adanya penggunaan ukuran rasio sumberdaya
kekuasaan, jika makin tinggi rasio tersebut, maka modernisasi akan semakin mungkin terjadi.

Dari beberapa definisi tersebut, modernisasi dapat dipahami sebagai sebuah upaya tindakan
menuju perbaikan dari kondisi sebelumnya. Selain upaya, modernisasi juga berarti proses yang memiliki
tahapan dan waktu tertentu dan terukur.
Sebagaimana sebuh teori, Modernisasi memiliki asumsi dasar yang menjadi pangkal
hipotesisnya dalam menawarkan rekayasa pembangunan.Pertama, kemiskinan dipandang oleh
Modernisasi sebagai masalah internal dalam sebuah negara (Arief Budiman, 2000:18).
Kemiskinan dan problem pembangunan yang ada lebih merupakan akibat dari keterbelakangan
dan kebodohan internal yang berada dalam sebuah negara, bukan merupakan problem yang dibawa oleh
faktor dari luar negara. Jika ada seorang warga yang miskin sehingga ia tidak mampu mencukupi
kebutuhan gizinya, maka penyebab utama dari fakta tersebut adalah orang itu sendiri dan negara dimana
orang tersebut berada, bukan disebabkan orang atau negara lain. Artinya, yang paling pantas dan layak
melakukan penyelesaian masalah atas kasus tersebut adalah orang dan negara dimana orang itu berada,
bukan negara lain.
Kedua, muara segala problem adalah kemiskinan, pembangunan berarti perang terhadap
kemiskinan.Jika pembangunan ingin berhasil, maka yang kali pertama harus dilakukan adalah
menghilangkan kemiskinan dari sebuah negara.Cara paling tepat menurut Modernisasi untuk
menghilangkan kemiskinan adalah dengan ketersediaan modal untuk melakukan investasi.Semakin
tinggi tingkat investasi di sebuah negara, maka secara otomatis, pembangunan telah berhasil, (Mansour
Fakih, 2002:44-47).
Teori Modernisasi adalah teori pembangunan yang menyatakan bahwa pembangunan dapat
dicapai melalui mengikuti proses pengembangan yang digunakan oleh negara-negara berkembang saat
ini. Teori tindakan Talcott Parsons 'mendefinisikan kualitas yang membedakan "modern" dan
"tradisional" masyarakat. Pendidikan dilihat sebagai kunci untuk menciptakan individu
modern. Teknologi memainkan peran kunci dalam teori pembangunan karena diyakini bahwa teknologi
ini dikembangkan dan diperkenalkan kepada negara-negara maju yang lebih rendah akan memacu
pertumbuhan ekonomi. Salah satu faktor kunci dalam Teori Modernisasi adalah keyakinan bahwa
pembangunan memerlukan bantuan dari negara-negara maju untuk membantu negara-negara
berkembang untuk belajar dari perkembangan mereka. Dengan demikian, teori ini dibangun di atas teori
bahwa ada kemungkinan untuk pengembangan yang sama dicapai antara negara maju dan
dikembangkan lebih rendah.

Gambar . Modernisasi
Beberapa teori yang tergolong kedalam kelompok teori modernisasi yaitu : [4]
1.Teori Harrod Domar : Modal dan Investasi
Roy Harrod dan Evsey Domar adalah ahli ekonomi yang berbicara tentang teori ekonomi
pembangunan yang menekankan pada penyediaan modal dan investasi. Mereka berkesimpulan bahwa
pembangunan akan berhasil dan terlaksana dengan baik jika pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh
tingginya modal dan investasi.

2.Teori Max Weber : Etika Protestan


Max Weber adalah seorang sosiolog jerman yang dianggap bapak sosiolog modern. Teori Max
Weber menekankan tentang nilai-nilai budaya yang menjelaskan tentang peran agama dalam
pembentukan kapitalisme. Peran agama yang dikemukakan disini mempunyai peran yang menentukan
dalam mempengaruhi tingkah laku individu. Kalau nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat dapat
diarahkan kepada sikap yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi, maka proses pembangunan dalam
masyarakat dapat terlaksana.
3.Teori David McCleland : Dorongan Berprestasi atau n-Ach
David McCleland adalah seorang ahli psikologi sosial. Teori ini menekankan pada aspek-aspek
psikologi individu. Bagi McCleland, dengan mendorongnya proses pembangunan berarti membentuk
manusia wiraswasta dengan n-Ach yang tinggi. Kalau manusia wiraswasta ini dapat dibentuk dalam
jumlah yang banyak, maka proses pembangunan dalam masyarakat tersebut dapat terlaksana dengan
baik.
4.Teori W.W. Rostow : Lima Tahap Pembangunan
W.W. Rostow adalah seorang ahli ekonomi, perhatiannya bukan hanya pada masalah ekonomi
dalam arti sempit tetapi juga meluas pada masalah sosiologi dalam proses pembangunan, meskipun titik
berat analisisnya masih tetap pada masalah ekonomi. Bagi Rostow sendiri pembangunan merupakan
proses yang bergerak dalam sebuah garis lurus, yakni dari masyarakat yang terbelakang ke masyarakat
yang maju. Untuk menuju ke proses ini maka rostow membaginya menjadi lima tahap, yaitu :
a.Masyarakat tradisional
Perlunya penguasaan ilmu pengetahuan agar kehidupan dan kemajuan masyarakat dapat
berkembang.
b.Prakondisi untuk lepas landas
Proses ini memerlukan adanya campur tangan dari luar atau masyarakat yang sudah maju.
Dengan campur tangan dari luar ini maka mulai berkembang ide pembaharuan.
c.Lepas landas
Periode ini akan ditandai dengan tersingkirnya hambatan-hambatan yang menghalangi proses
pertumbuhan ekonomi.
d.Bergerak ke kedewasaan
Periode ini ditandai perkembangan industri yang sangat pesat dan memantapkan posisinya
dalam perekonomian global. Barang-barang yang tadinya di inpor, sekarang dapat diproduksi di dalam
negeri. Yang diproduksikan bukan hanya terbatas pada barang konsumsi tetapi juga barang modal.
e.Jaman konsumsi masal yang tinggi

Pada periode ini konsumsi tidak lagi terbatas pada kebutuhan pokok untuk hidup, tetapi akan
meningkat ke kebutuhan yang lebih tinggi. Produksi industri akan berubah, dari kebutuhan dasar
menjadi kebutuhan barang konsumsi yang tahan lama. Pada titik ini pembangunan sudah merupakan
sebuah proses yang berkesinambungan, yang bisa menopang kemajuan secara terus menerus.
Selain itu juga teori Rostow menekankan pada aspek-aspek non ekonomi untuk menuju ke
proses lepas landas. Baginya untuk menuju ke proses lepas landas harus memenuhi tiga kondisi yang
saling berkaitan, yaitu :
a.Peningkatan investasi pada sektor produktif
b.Pertumbuhan satu atau lebih sektor manukfaktur yang penting dengan tingkat pertumbuhan
yang tinggi.
c.Perlunya lembaga-lembaga politik dan sosial yang bisa memanfaatkan berbagai dorongan
gerak ekspansi dari sektor ekonomi modern dan akibat yang mungkin terjadi terjadi dengan adanya
kekuatan-kekuatan ekonomi dari luar sebagai hasil dari lepas landas, disamping itu juga lembagalembaga ini bisa membuat pertumbuhan menjadi sebuah proses berkesinambungan.
Dengan memperhatikan tiga kondisi ini, maka tahap lepas landas dan kemudian tahap konsumsi
masal yang tinggi akan tercapai.
5.Teori Bert. F. Hoselitz : Faktor-Faktor Non Ekonomi
Teori Hoselitz membahas tentang faktor-faktor non ekonomi yang ditinggalkan oleh Rostow.
Teorinya menekankan pada perlunya lembaga-lembaga yang diperlukan menjelang lepas landas.
Menurut Hoselitz masalah utama pembangunan bukan hanya sekedar masalah kekurangan modal, tetapi
ada masalah lain yang juga sangat penting yakni adanya ketrampilan kerja tertentu, yang termasuk
didalamnya tenaga wiraswata yang tangguh. Hoselitz berfikir bahwa, dibutuhkan perubahan
kelembagaan pada masa sebelum lepas landas, yang akan mempengaruhi pemasukan modal menjadi
lebih produktif. Perubahan kelembagaan ini akan menghasilkan tenaga wiraswasta dan administrasi,
serta ketrampilan teknis dan keilmuan yang dimiliki. Oleh karena itu, bagi Hoselitz pembangunan
membutuhkan pemasukan dari beberapa unsur, yaitu :
a.Pemasokan modal besar dan perbankan
Dibutuhkan lembaga-lembaga yang bisa menggerakan tabungan masyarakat dan
menyalurkannya ke kegiatan yang produktif. Ia menyebutkan lembaga perbankanlah yang lebih efektif.
Tanpa lembaga-lembaga seperti ini, maka modal besar yang ada sulit dikumpulkan sehingga bisa
menjadi sia-sia dan tidak menghasilkan pembangunan.
b.Pemasokan tenaga ahli dan terampil
Tenaga yang dimaksud adalah tenaga kewiraswataan, administrator profesional, insinyur, ahli
ilmu pengetahuan, dan tenaga manajerial yang tangguh. Disamping itu juga perlu di dukung dengan
perkembangan teknologi dan sains yang harus sudah melembaga sebelum masyarakat melakukan lepas
landas.

6.Teori Alex Inkeles dan David. H. Smith : Manusia Modern


Teori Alex Inkeles dan David Smith menekankan tentang lingkungan material dalam hal ini
lingkungan pekerjaan. Teori pada dasarnya berbicara tentang pentingnya factor manusia sebagai
komponen penting penopang pembangunan dalam hal ini manusia modern. Kedua tokoh ini mencoba
memberikan ciri-ciri dari manusia modern, seperti : keterbukaan terhadap pengalaman dan ide baru,
berorientasi ke masa sekarang dan masa depan, punya kesanggupan merencanakan, percaya bahwa
manusia bisa menguasai alam. Keduanya beranggapan, bahwa bagaimanapun juga manusia bisa diubah
secara mendasar setelah dia menjadi dewasa, dan karena itu tidak ada manusia yang tetap menjadi
tradisional dalam pandangan dan kepribadiannya hanya karena dia dibesarkan dalam sebuah
masyarakat yang tradisional. Artinya, dengan memberikan lingkungan yang tepat, setiap orang bisa
diubah menjadi manusia modern setelah dia mencapai dewasa.
Dari hasil penelitiannya, mereka berkesimpulan bahwa pendidikan adalah yang paling efektif
untuk mengubah manusia dan pengalaman kerja dan pengenalan terhadap media massa. Penemuan ini
juga mendukung pendapat Daniel Lerner yang menekankan pentingnya media massa sebagai lembaga
yang mendorong modernisasi.
2.3.2

Dasar Teori Sistem Dunia[5]

Teori sistem dunia adalah adanya bentuk hubungan negara dalam sistem dunia yang terbagi
dalam tiga bentuk negara yaitu negara sentral, negara semi pinggiran dan negara pinggiran. Ketiga
bentuk negara tersebut terlibat dalam hubungan yang harmonis secara ekonomis dan kesemuanya akan
bertujuan untuk menuju pada bentuk negara sentral yang mapan secara ekonomi. Perubahan status
negara pinggiran menuju negara semi pinggiran ditentukan oleh keberhasilan negara pinggiran
melaksanakan salah satu atau kombinasi dari strategi pembangunan, yaitu strategi menangkap dan
memanfaatkan peluang, strategi promosi dengan undangan dan strategi berdiri diatas kaki sendiri.
Sedangkan upaya negara semi pinggiran menuju negara sentral bergantung pada kemampuan negara
semi pinggiran melakukan perluasan pasar serta introduksi teknologi modern. Kemampuan bersaing di
pasar internasional melalui perang harga dan kualitas.
Negara semi pinggiran yang disampaikan oleh Wallerstein merupakan sebuah pelengkap dari
konsep sentral dan pinggiran yang disampaikan oleh teori dependensi. Alasan sederhana yang
disampaikannya adalah, banyak negara yang tidak termasuk dalam dua kategori tersebut sehingga
Wallerstein mencoba menawarkan konsep pembagian dunia menjadi tiga kutub yaitu sentral, semi
pinggiran dan pinggiran.
Terdapat dua alasan yang menyebabkan sistem ekonomi kapitalis dunia saat ini memerlukan
kategori semi pinggiran, yaitu dibutuhkannya sebuah perangkat politik dalam mengatasi disintegrasi
sistem dunia dan sarana pengembangan modal untuk industri dari negara sentral. Disintegrasi sistem
dunia sangat mungkin terjadi sebagai akibat kecemburuan negara pinggiran dengan kemajuan yang
dialami oleh negara sentral. Kekhawatiran akan timbulnya gejala disintegrasi ini dikarenakan jumlah
negara miskin yang sangat banyak harus berhadapan dengan sedikit negara maju. Solusi yang
ditawarkan adalah membentuk kelompok penengah antara keduanya atau dengan kata lain adanya usaha
mengurangi disparitas antara negara maju dan negara miskin. Secara ekonomi, negara maju akan
mengalami kejenuhan investasi sehingga diperlukan perluasan atau ekspansi pada negara lain. Upaya

perluasan investasi ini membutuhkan lokasi baru pada negara miskin. Negara ini kemudian dikenal
dengan istilah negara semi pinggiran, Wallerstein mengajukan tesis tentang perlunya gerakan populis
berskala nasional digantikan oleh perjuangan kelas berskala dunia. Lebih jauh Wallerstein menyatakan
bahwa pembangunan nasional merupakan kebijakan yang merusak tata sistem ekonomi dunia. Alasan
yang disampaikan olehnya, antara lain :
1. Impian tentang keadilan ekonomi dan politik merupakan suatu keniscayaan bagi banyak
negara.
2. Keberhasilan pembangunan pada beberapa negara menyebabkan perubahan radikal dan
global terhadap sistem ekonomi dunia.
3. Strategi pertahanan surplus ekonomi yang dilakukan oleh produsen berbeda dengan
perjuangan kelas yang berskala nasional.
Pengaruh Teori Sistem Dunia
Teori sistem dunia telah mampu memberikan penjelasan keberhasilan pembangunan ekonomi
pada negara pinggiran dan semi pinggiran. Negara-negara sosialis, yang kemudian terbukti juga
menerima modal kapitalisme dunia, hanya dianggap satu unit saja dari tata ekonomi kapitalis
dunia. Negara sosialis yang kemudian menerima dan masuk ke dalam pasar kepitalis dunia adalah
China, khususnya ketika periode pengintegrasian kembali (Penelitian So dan Cho dalam Suwarsono dan
So, 1991).
Teori ini yang melakukan analisa dunia secara global, berkeyakinan bahwa tak ada negara yang
dapat melepaskan diri dari ekonomi kapitalis yang mendunia. kapitalisme yang pada awalnya hanyalah
perubahan cara produksi dari produksi untuk dipakai ke produksi untuk dijual, telah merambah jauh
jauh menjadi dibolehkannya pemilikan barang sebanyak-banyaknya, bersama-sama juga
mengembangkan individualisme, komersialisme, liberalisasi, dan pasar bebas. Kapitalisme tidak hanya
merubah cara-cara produksi atau sistem ekonomi saja, namun bahkan memasuki segala aspek
kehidupan dan pranata dalam kehidupan masyarakat, dari hubungan antar negara, bahkan sampai ke
tingkat antar individu. Sehingga itulah, kita mengenal tidak hanya perusahaan-perusahaan kapitalis, tapi
juga struktur masyarakat dan bentuk negara.
2.3.3

Teori Ketergantungan Struktural[6]

Menurutteoriini,berkepanjangannyakemiskinandanketerbelakangansuatumasyarakatkarenaberm
ainnyakekuatanluaryangdominandaneksploitatif.InibisaterjadiakibathubunganantarNegara(foreigninterac
tion)didunia,jugaantarkelompokmasyarakatdalamsuatuNegara.Dengankatalain,kemiskinandanketerbelak
angandalamsuatumasyarakatbisamunculdisebabkanadanyakekuatanfaktorluaryangmenjajahdanmengek
sploitasisuatubangsaatauNegaratertentuyangtidakbisadilawan(vulnerability).
Beberapa
catatan
penting
tentang
teori
structuralpadaumumnyaberpangkalpadafilsafatmaterialismyangdikembangkanolehKarlMarx,tetapiteorik
etergantunganstructuraljustrumembantahmembantahtesismarx(sendiri)yangmenyatakanbahwakapitalis
meakanmenjadicaraproduksitunggalyangmenciptakanprosesmaupunstrukturmasyarakatyangsamadise
muaNegarayangadadiduniaini.Teoriketergantunganstrukturalberpendapatbahwakapitalismeyangberkem

bangdiNegaranegarayangmenjadikorbanimperialismdankolonialismetidaksamadenganperkembangan(pembangunan)k
apitalismedariNegaranegaraimperialismedankolonialismeyangmenyentuhnyasebagaiaktor.AdapunkapitalismediNegaranegarapinggiranmerupakankapitalismeyangsemu,sakit,dansulitberkembangsebagaimanaNegarakapitalis
mecentrum.BahkankemiskinanyangterdapatdiNegaranegaraduniaketigayangmengkhususkandiripadaproduksipertanianadalahakibatdaristrukturperekonomia
nduniayangbersifateksploitatif(menindas),dimanayangkuatmelakukaneksploitasiterhadapyangNegaraya
nglemah;makasurplusdariNegara-negaraduniaketigaberalihkeNegara-negaraindustrymaju.
Perdaganganduniayangbebas(freetrade)justrumerupakantempatpraktekpraktekeksploitasiini.Dengandemikian,Negara-negarapinggiranyangpra-kapitalismerupakanNegaranegarayangtidakdinamisdantidakproduktifdenganmemakaicaraproduksiAsiayangberlainandengancaracaraproduksifeudaldiEropadan
Amerikayangmemangdanmenghasilkankarakterkapitalismetulen.Akhirnya,Negara-negara
pinggiransetelahdisentuholehkapitalismetulendanmajudiharapkanakanbangundan berkembang untuk
mengikuti (meniru) jejak Negara-negara kapitalis maju.
Sebagaimanateorimodernisasi,teoriketergantunganstruktural(dependensia)jugatidak
terlepasdarikritik-kritik.Beberapakritikyangmuncul,antaralain:(1)teoriinidianggapterlalu
mendramatisirkeadaandandilebih-lebihkan(overacting).Sehinggaterciptasuatuimage
seakanakanterjadiketergantunganantaranegarayangkuat(leadingsectors)dengannegarayangmiskin(leggingsect
ors);(2)kaumdependensiadianggaptelahmemutarbalik(mendistorsikan)sejarah,terutamayangmenyangkut
hubunganhistorisantaranegara-negaramajudengannegaranegaraberkembang;(3)pandangankaumdependensiatentangkontradiksi
yangfundamentaldiduniaantaraPusatdanPeriferiternyatatidakberhasilmemperhitungkan
strukturstrukturkelasproduksidiperiferiyangmenghambatterbentuknyatenagaproduktif;(4)
teoridependensiacenderunguntukberfokuspadamasalahpusatdanmodalinternasionalkarena
keduahalitudipersalahkansebagaipenyebabkemiskinandanketerbelakangan,ketimbang
masalahpembentukanklas-klassosiallokal;(5)teoridependensiadianggaptelahgagaldalam
membedakanantarakapitalisdenganfeodalis,ataubentuk-bentukpengendalianprodusermasa
prakapitalislainnya,danperampasankeuntungan(appropriasisurplus);(6)teoridependensia
dianggaptelahmengabaikanproduktivitastenagakerjasebagaititiksentraldalampembangunan
ekonominasional,danmeletakkantenagapenggerak(motorforce)daripembangunankapitalis
danmasalahketerbelakanganpadatransfersurplusekonomipusatkeperiferi;(7)teori
dependensiajugadinilaitelahmenggalakkansuatuideologiberorientasikeduniaketigayang
meruntuhkankarakterdanpotensisolidaritasklasinternasionaldenganmenyatukansemuanya
sebagaimusuh,yaknibaikelitmaupunmassayangberadadibangsabangsaPusat(negaracentrum);(8)teoridependensiadinilaistatis,karenaiatidakmampuuntukmenjelaskanda
n memperhitungkanperubahan-perubahanekonomidinegara-negaraberkembangdanterbelakang menurut
waktu dan perubahannya.
2.4 Kemiskinan

Sedangkan kemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi


kebutuhan hidup yang pokok.Dikatakan berada dibawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok seperti pangan, pakaian, tempat berteduh, dan lainlain.(Emil Salim, 1982). Kemiskinan merupakan tema sentral dari perjuangan bangsa, sebagai inspirasi dasar
dan perjuangan akan kemerdekaan bangsa, dan motivasi fundamental dari cita-cita menciptakan masyarakat
adil dan makmur.

Garis kemiskinan, yang menentukan batas minimum pendapatan yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan pokok, bisa dipengaruhi oleh tiga hal: (1) persepsi manusia terhadap kebutuhan
pokok yang diperlukan, (2) posisi manusia dalam lingkungan sekitar, dan (3) kebutuhan objektif manusia
untuk bisa hidup secara manusiawi.[7]

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Peran dan Dampak Pembangunan bagi Masyarakat Indonesia
Menurut para sarjana sains sosial dan kemanusiaan, pembangunan adalah sebagai bagian dari
proses perubahan sosial yang sifatnya lebih menyeluruh. Pembangunan itu pula dibagi kepada dua kategori
besar.Pertama, pembangunan yang direncanakan, dan kedua pembangunan yang tidak direncanakan.Namun
jika dilihat dari segi kebudayaan, pembangunan tidak lain adalah usaha sadar untuk menciptakan kondisi
hidup manusia yang lebih baik. Menciptakan lingkungan hidup yang lebih serasi.Menciptakan kemudahan
atau fasilitas agar hidup lebih nikmat.Pembangunan adalah suatu intervensi manusia terhadap alam
lingkungannya, baik lingkungan alam fisik, maupun lingkungan sosial budaya.
Peran pembangunan bagi masyarakat terutama masyarakat Indonesia sangatlah penting. Tanpa
adanya pembangunan di negara kita, negara kita tidak akan hidup. Karena dapat dilihat bahwa pembangunan
merupakan bentuk kesuksesan suatu negara dan cerminan atas negara tersebut. Pembangunan berperan
sebagai faceapa yang dimiliki oleh negara terebut. Yang tampak yang dapat ditangkap oleh panca indera.
Selain itu, tak jauh juga pembangunan di negara berkembang dekat dengan kata kemiskinan.
Kemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup
yang pokok. Dikatakan berada dibawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidup yang paling pokok seperti pangan, pakaian, tempat berteduh, dan lain-lain.(Emil Salim,
1982). Kemiskinan merupakan tema sentral dari perjuangan bangsa, sebagai inspirasi dasar dan perjuangan
akan kemerdekaan bangsa, dan motivasi fundamental dari cita-cita menciptakan masyarakat adil dan
makmur.
Kesemuanya dapat disimpul dalam barang dan jasa serta tertuangkan dalam nilai uang sebagai
patokan bagi penetapan pendapatan minimal yang diperlukan, sehingga garis kemiskinan ditentukan oleh
tingkat pendapatan minimal.
Pembangunan melibatkan usaha sadar manusia merancang perubahan dalam hidup
mereka.Tindakan ini sering diungkapkan sebagai sosial engineering (mesin sosial), yang melibatkan banyak
pihak untuk menjalankan perencanaan, pelaksanaan, penerima dan terpenting sekali pembiayaannya.Dalam
konteks sebuah masyarakat, tindakan merancang pembangunan menjadi tanggung jawab semua lapisan
rakyat, masing-masing dengan bentuk sumbangan yang tertentu sesuai dengan kapasitas dan kemampuan.
Ahli politik, anggota professional, para akademik, pengusaha, pakar teknologi, kaum tani, kelas pekerja dan
berbagai-bagai golongan lain termasuk rakyat terbanyak, semuanya sama-sama terlibat dalam proses
pembangunan ini.
Pembangunan membawa perubahan dalam diri manusia, masyarakat dan lingkungan
hidupnya.Serentak dengan laju pembangunan, terjadi pula dinamika masyarakat.Terjadi perubahan sikap
terhadap nilai-nilai budaya yang sudah ada.Terjadilah pergeseran sistem nilai budaya yang membawa
perubahan pula dalam hubungan interaksi manusia dalam masyarakatnya.Walaupun kata pembangunan
mempunyai makna yang berbeda-beda, namun satu makna yang diterima oleh masyarakat umum ialah
perubahan.

Pembangunan kadang kala digunakan dalam pengertian yang sempit hanya sebagai industralisasi
atau pemodernan. Bagaimanapun dalam makna yang luas ia bermaksud meningkatkan derajat manusia dalam
sebuah masyarakat tertentu. Pembangunan adalah upaya untuk meningkatkan nilai kehidupan semua
masyarakat dalam segala bidang.
Diakui secara umum bahwa kebudayaan merupakan unsur penting dalam proses pembangunan
suatu bangsa. Terlebih lagi jika bangsa itu sedang membentuk watak dan kepribadiannya yang lebih serasi
dengan tantangan zamannya.Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan
makmur yang merata, materil, dan spiritual berdasarkan pancasila.Bahwa hakikat pembangunan nasional
adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia.Untuk
mencapai tujuan tersebut, sudah tentu pendekatan dan strategi pembangunan hendaknya menempatkan
manusia sebagai pusat interaksi kegiatan pembangunan spiuritual maupun material.
Pembangunan yang melihat manusia sebagai makhluk budaya, dan sebagai sumber daya dalam
pembangunan.Hal itu berarti bahwa pembangunan seharusnya mampu meningkatkan harkat dan martabat
manusia.Menumbuhkan kepercayaan diri sebagai bangsa.Menumbuhkan sikap hidup yang seimbang dan
berkepribadian utuh.Memiliki moralitas serta integritas sosial yang tinggi.Manusia yang takwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
Pembangunan telah membawa perubahan dalam masyarakat.Perubahan itu nampak terjadinya
pergeseran sistem nilai budaya, penyikapan yang berubah anggota masyarakat terhadap nilai-nilai
budaya.Pembangunan telah menimbulkan mobilitas sosial, yang diikuti oleh hubungan antar aksi yang
bergeser dalam kelompok-kelompok masyarakat.Sementara itu terjadi pula penyesuaian dalam hubungan
antar anggota masyarakat.Dapat dipahami apabila pergeseran nilai-nilai itu membawa akibat jauh dalam
kehidupan kita sebagai bangsa.
Bila diteliti golongan-golongan miskin yang tidak terjamah oleh hasil-hasil pembangunan karena:
a)

Ketimpangan dalam peningkatan pendidikan. Selama belum ada kewajiban belajar golongan miskin tidak
akan mampu berpartisipasi mengenyam peningkatan anggaran pendidikan.

b)

Ketidakmerataan kemampuan untuk berpartisipasi. Untuk berpartisipasi diperlukan tingkat pendidikan,


keterampilan, relasi, dan sebagainya. Golongan miskin tidak memilikinya.

c)

Ketidakmerataan pemilikan alat-alat produksi.Golongan miskin tidak memiliki alat-alat produksi,


penghasilannya untuk makan saja sudah susah, sehingga tidak mungkin untuk membentuk modal.

d)

Ketidakmerataan kesempatan terhadap modal dan kredit ada. Modal dan kredit pemberiannya menghendaki
syarat-syarat tertentu dan golongan miskin tidak mungkin memenuhi persyaratannya.

e)

Ketidakmerataan menduduki jabatan-jabatan. Untuk mendapat pekerjaan yang memberi makan pada keluarga
saja susah, apalagi menduduki jabatan-jabatan yang sering memerlukan relasi tertentu dan persyaratan
tertentu.

f)

Ketidakmerataan mempengaruhi pasaran. Karena miskin dan pendidikannya rendah, maka tidak mungkin
golongan miskin dapat mempengaruhi pasaran.

g)

Ketidakmerataan kemampuan menghindari musibah misalnya penyakit, kecelakaan dan ketidak beruntungan
lainnya. Bagi golongan miskin dibutuhkan bantuan untuk dapat mengatasi musibah tersebut. Mengharapkan
diri mereka sendiri dapat mengangakat dirinya tanpa pertolongan, sukar dipastikan.

h)

Laju pertumbuhan penduduk lebih memberatkan golongan miskin. Dengan jumlah keluarga besar, mereka
sulit dapat menyekolahkan, memberi makan, dan pakaian secukupnya.Hanya keluarga yang kaya atau
berpenghasilan besar sajalah yang mampu.
Dapatlah dipastikan bahwa golongan berpenghasilan rendah, karena kurang terjamah pendidikan,
tidak memiliki sarana-sarana, misalnya kredit, modal, alat-alat produksi, relasi dan sebagainya, tidak akan
mampu berpartisipasi dalam pertumbuhan ekonomi dan menikmati pembagian hasil-hasilnya tanpa adanya
kebijaksanaan khusus yang ditujuakan untuk mengangkat mereka.

3.2 Mengentas Kemiskinan di Indonesia (Negara Berkembang) dalam Pembangunan.


Di Indonesia pola perkembangan pembangunan juga mengikuti pendapatan yang dikemukakan
Kuznets, artinya golongan miskin kurang terjamah oleh hasil-hasil pertumbuhan ekonomi.Mengapa mereka
tidak terangkat, padahal pemerintah telah mengambil kebijaksanaan penyebaran proyek-proyek ke daerahdaerah ke desa-desa.

Menurut (Emil Salim: 1928) yang dimaksud dengan kemiskinan adalah suatu keadaan yang
dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok.Atau dengan
istilah lain kemiskinan itu merupakan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan pokok, sehingga
mengalami keresahan, kesengsaraan atau kemelaratan dalam setiap langkah hidupnya.Kemiskinan
lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok.
Dikatakan berada dibawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
hidup yang paling pokok seperti pangan, pakaian, tempat berteduh, dan lain-lain. (Emil Salim, 1982).
Kemiskinan merupakan tema sentral dari perjuangan bangsa, sebagai inspirasi dasar dan perjuangan
akan kemerdekaan bangsa, dan motivasi fundamental dari cita-cita menciptakan masyarakat adil dan
makmur. Adapun indikator-indikator kemiskinan antara lain:
a) Pendidikan yang terlampau rendah
Dengan adanya tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang kurang mempunyai
keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupanyya. Keterbatasan pendidikan/ keterampilan yang
dimiliki menyebabkan keterbatasan kemampuan untuk masuk dalam dunia kerja. Atas dasar kenyataan
diatas dia miskin karena tidak bisa berbuat apa-apa untuk memenuhi kebutuhan pokoknya.
b) Malas bekerja
Sikap malas merupakan suatu masalah yang cukup memprihatinkan, karena masalah ini
menyangkut mentalitas dan kepribadian seseorang. Adanya sikap malas ini seseorang bersikap acuh tak
acuh dan tidak bergairah untuk bekerja. Cenderung untuk menggantungkan hidupnya pada orang lain,
baik dari keluarga, saudara atau famili yang dipandang mempunyai kemampuan untuk menanggung
kebutuhan hidup mereka.
c) Keterbatasan sumber alam

Kemiskinan akan melanda suatu masyarakat apabila sumber alamnya tidak lagi memberikan
keuntungan bagi kehidupan mereka. Sering dikatakan oleh para ahli, bahwa masyarakat itu miskin
karena memang dasarnya (alamiah miskin).Alamiah miskin yang dimaksud adalah kekayaan alamnya,
misalnya tanahnya berbatu-batu, tidak menyimpan kekayaan mineral dan sebagainya. Dengan demikian
layaklah kalau miskin sumber daya alam, miskin juga masyarakatnya.
d) Terbatasnya lapangan kerja
Keterbatasan lapangan kerja akan membawa konsekuensi kemiskinan bagi masyarakat. Secara
ideal banyak orang mengatakan bahwa seseorang/ masyarakat harus mampu menciptakan lapangan
kerja baru. Tetapi secara faktual hal tersebut kecil kemungkinannya, karena adanya keterbatasan
kemampuan seseorang baik yang berupa skill atau modal.
e) Keterbatasan modal
Keterbatasan modal adalah sebuah kenyataan yang ada di negara-negara yang sedang
berkembang, kenyataan tersebut membawa kemiskinan pada sebagian besar masyarakat tersebut.
Seorang miskin sebab mereka tidak mempunyai modal untuk melengkapi alat ataupun bahan dalam
menerapkan keterampilan yang mereka miliki dengan suatu tujuan untuk memperoleh penghasilan.
Keterbatasan modal bagi negara-negara yang sedang berkembang dapat diibaratkan sebagai suatu
lingkaran yang tak berujung pangkal baik dari segi permintaaan modal maupuin dari segi penawaran
akan modal.
f)

Beban keluarga
Semakin banyak anggota keluarga akan semakin banyak pula tuntutan/ beban untuk hidup yang
harus dipenuhi. Seseorang yang mempunyai anggota keluarga banyak apabila tidak diimbangi dengan
usaha peningkatan pendapatan sudah pasti akan menimbulkan kemiskinan karena mereka memang
berangkat dari kemiskinan. Kenaikan pendapatan yang dibarengi dengan pertambahan jumlah keluarga,
berakibat kemiskinan akan tetap melanda dirinya dan bersifat latent.
Dari kegagalan kebijaksanaan konvesional mengenai pertumbuhan ekonomi di banyak Negara
berkembang dalam mengurangi kemiskinan, pengangguran dan disparitas (ketimpangan) pendapatan secara
berarti telah memaksa baik para perencana ekonomi dan teknokrat maupun para peneliti ekonomi untuk
kembali mempelajari secara sunguh-sunguh kebijaksanaan tersebut,serta mendorong mereka untuk
mempelajari alternatif-alternatif yang realistis bagi kebijaksanaan pertumbuhan ekonomi yang konvensional.
Dalam hal ini pendekatan kebutuhan dasar dalam perencanaan pembangunan merupakan hasil yang logis
dari suatu proses reorientasi yang panjang dalam pemikiran tentang pembangunan.
Dari hasil-hasil penelitian kemudian pusat perhatian para ahli lambat laun mulai bergeser dari
tekanan pada penciptaan lapangan kerja yang memadai ke penghapusan kemiskinan, dan akhirnya ke
penyediaan barang-barang dan jasa-jasa kebutuhan dasar bagi seluruh penduduk, yang berupa dua
perangkat, yaitu:

a)

Perangkap kebutuhan konsumsi perorangan akan pangan,sandang, dan pemukiman.

b)

Perangkap yang mencakup penyediaan jasa umum dasar,seperti fasilitas kesehatan,pendidikan,saluran air
minum,pengangkutan,dan kebudayaan.
Di samping kedua perangkat tersebut,kebutuhan dasar atau kebutuhan dasar manusiawi kadangkadang juga digunakan untuk mencakup tiga sasaran lain, yaitu :

1)

Hak atas pekerjaan produktif dan yang memberikan imbalan yang layak, sehingga cukup untuk memenuhi
kebutuhan dasar setiap rumah tangga atau perorangan.

2)

Prasarana yang mampu menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa yang dibutuhkan untuk memnuhi
kebutuhan dasar penduduk.

3)

Partisipasi seluruh penduduk,baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam pelaksanaan proyek-proyek
yang berhubungan dengan penyediaan barang-barang dan jasa-jasa kebutuhan dasar.
Pembangunan membawa perubahan dalam diri manusia, masyarakat dan lingkungan
hidupnya.Serentak dengan laju pembangunan, terjadi pula dinamika masyarakat.Terjadi perubahan sikap
terhadap nilai-nilai budaya yang sudah ada.Terjadilah pergeseran sistem nilai budaya yang membawa
perubahan pula dalam hubungan interaksi manusia dalam masyarakatnya.Walaupun kata pembangunan
memiliki makna yang berbeda-beda, namun satu makna yang diterima oleh masyarakat umum adalah
perubahan.
Pengalaman dari negara-negara Asia Timur, yaitu Korea, Taiwan, Jepang menunjukkan bahwa
pertumbuhan ekonomi yang pesat dengan disertai pemerataan hasil-hasil pembangunan dapat tercapai.
Karena di negara-negara tersebut program pembangunan pedesaan sangat diutamakan.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kemiskinan sering diidentifikasikan dengan kekurangan terutama kekurangan bahan pokok seperti
pangan,kesehatan,sandang,papan,dan sebagianya. Dengan kata lain, kemiskinan merupakan ketidak
mampuan memenuhi kebutuhan pokok, sehingga ia mengalami keresahan, kesengsaraan atau kemelaratan
dalam setiap langkah hidupnya (Siswanto, 1998).Kemiskinan bagaikan penyakit yang diberantas. Namun
upaya memberantas tidak selalu membawa hasil karena masalah memang kompleks.Untuk mengatasi
kemiskinan, paling tidak harus dilihat dari konteks masalahnya.Kemiskinan timbul dari berbagai faktor yang
setiap faktornya memerlukan penanganan khusus.Berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas kuncinya
harus ada kebijakan dan strategi pembangunan yang komprehensif dan berkelanjutan jangka
panjang.Pemerintah boleh saja mengejar pertumbuhan-ekonomi makro dan ramah pada pasar.Tetapi, juga
harus ada pembelaan pada sektor riil agar berdampak luas pada perekonomian rakyat.
Untuk mengatasi kemiskinan, paling tidak harus dilihat dari konteks masalahnya.Kemiskinan timbul
dari berbagai faktor yang setiap faktornya memerlukan penanganan khusus.Pembangunan membawa
perubahan dalam diri manusia, masyarakat dan lingkungan hidupnya.Serentak dengan laju pembangunan,
terjadi pula dinamika masyarakat.Terjadi perubahan sikap terhadap nilai-nilai budaya yang sudah
ada.Terjadilah pergeseran sistem nilai budaya yang membawa perubahan pula dalam hubungan interaksi
manusia dalam masyarakatnya.Walaupun kata pembangunan memiliki makna yang berbeda-beda, namun
satu makna yang diterima oleh masyarakat umum adalah perubahan.Oleh karenanya pentingnya menghapus
kemiskinan sebagai prestasi pembangunan yang hakiki.

4.2 Saran
Pembangunan yang diharapkan tidaklah mudah. Seharusnya peran pemerintah itu sendiri
dengan masyarakat dapat berjalan selaras. Selaras berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan.
Merencanakan sesuai kesepakatan pemerintah dengan masyarakat yang dianggap perlu dan dapat
diterima. Perlunya perhatian pemerintah terhadap masyarakat akan kemampuan skill yang dimiliki,
perlunya ditambah pelatihan-pelatihan yang dapat mempengaruhi dampak perkembangan pembangunan
di Indonesia. Tak hanya peran pemerintah yang hanya ditonjolkan, namun masyarakatnya itu sendiri
juga sangatlah penting. Seringkali masyarakat acuh dengan saran yang diberikan pemerintah guna
perbaikan bangsa. Sehingga perlunya kesadaran masyarakat akan partisipasinya dalam perkembangan
pembangunan negara. Kurangnya ilmuan di negara kita (negara berkembang) atau bisa juga ilmuan
Indonesia yang lebih suka berkarya di negara lain (negara maju), hal tersebut juga sangat berdampak
pada kurang majunya pembangunan di Indonesia. Kenapa para ilmuan kita lebih suka berkarya di negara
lain, secara umumnya hal tersebut disebabkan karena kurangnya menghargai dan perhatian pemerintah
dan masyarakat kita terhadap mereka atas karyanya.

DAFTAR PUSTAKA
Lipu, Aswad. 2011. Teori-Teori Pembangunan.http://wwwbutonutara.blogspot.com/2011/06/teori-teoripembangunan.html. Diakses pada tanggal 24 Desember 2012 pukul 9:29:05 a.m.
Santoso, Pudjio. 2012. Teori Pembangunan. http://psantoso-fisip.web.unair.ac.id/artikel_detail-42166-UmumTeori%20Pembangunan.html.Diakses pada tanggal 24 Desember 2012 pukul 8:20:26 a.m.
Souhoka, Marcel Yan Alfredo, ST. 2012. Teori Modernisasi.http://acelciveg.blogspot.com/. Diakses pada tanggal
22 Desember 2012 pukul 17:37:27.
Suryono, Prof. Dr.Agus, SU. Polemik Teori Pembangunan Tentang Kemiskinan DanKeterbelakangan. Malang:
Universitas Brawijaya.
Wehlah, Naon. 2010. Pembangunan Dan
Kemiskinan.http://naonwehlahbebas.wordpress.com/2010/05/25/pembangunan-dan-kemiskinan/. Diakses
pada tanggal 24 Desember 2012 pukul 15:41:54.
Fakih, Mansour. 2001. Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi. Yogyakarta: Penerbit Insist Press.
Mulyadi, Andri. 2010. Dampak kemiskinan di Indonesia dan
Solusinya.http://theblogandri.blogspot.com/2010/11/dampak-kemiskinan-di-indonesia-dan.html. Diakses
pada tanggal 24 Desember 2012 pukul 15:41:53.

[1] Lipu, Aswad. 2011. Teori-Teori Pembangunan.http://wwwbutonutara.blogspot.com/2011/06/teori-teoripembangunan.html. Diakses pada tanggal 24 Desember 2012 pukul 9:29:05 a.m.
[2]Santoso, Pudjio. 2012. Teori Pembangunan. http://psantoso-fisip.web.unair.ac.id/artikel_detail-42166Umum-Teori%20Pembangunan.html.Diakses pada tanggal 24 Desember 2012 pukul 8:20:26 a.m.

[3]Souhoka,Marcel Yan Alfredo, ST. 2012. Teori Modernisasi.http://acelciveg.blogspot.com/. Diakses pada tanggal
22 Desember 2012 pukul 17:37:27.

[4]Souhoka,Marcel Yan Alfredo, ST. 2012. Teori Modernisasi.http://acelciveg.blogspot.com/. Diakses pada tanggal
22 Desember 2012 pukul 17:37:27.

[5]Lipu, Aswad. 2011. Teori-Teori Pembangunan.http://wwwbutonutara.blogspot.com/2011/06/teori-teori-

pembangunan.html. Diakses pada tanggal 24 Desember 2012 pukul 9:29:05 a.m.

[6]Suryono, Prof. Dr.Agus, SU. Polemik Teori Pembangunan Tentang Kemiskinan


Dan Keterbelakangan.Malang: Universitas Brawijaya.

[7]Wehlah, Naon. 2010. Pembangunan Dan

Kemiskinan.http://naonwehlahbebas.wordpress.com/2010/05/25/pembangunan-dan-kemiskinan/. Diakses
pada tanggal 24 Desember 2012 pukul 15:41:54.

Teori Ketergantungan (Di balik kemiskinan negaranegara Dunia Ketiga)


Posted: Februari 8, 2011 in Uncategorized

Teori ketergantungan sebagai antitesis teori modernisasi menekankan pada aspek keterbelakangan sebagai produk dari
pola hubungan ketergantungan. Kedua kubu tersebut mendominasi proyek besar pembangunan hingga akhir tahun 1980an, ketika studi pembangunan mencapai jalan buntu. Kedua kubu teoritis tersebut dianggap gagal. Di satu sisi, realitas yang
ada di negara-negara dunia ketiga sebagai obyek pembangunan tetap ditandai oleh berbagai indikator keterbelakangan, di
sisi lain muncul fenomena negara-negara industri baru sebagai kisah sukses.
Kebuntuan dalam studi pembangunan ini mendorong perkembangan kritik terhadap teori-teori pembangunan yang dominan.
Kritik terhadap teori-teori pembangunan ini bukan hanya menekankan pada kritik terhadap strategi-strategi pembangunan
yang dominan, tetapi juga terhadap studi pembangunan dan bahkan konsep pembangunan itu sendiri. Dalam artian yang
terakhir, teori pembangunan telah bergeser dari teori tentang kebijakan ke arah wacana tentang pembangunan (Apter, 1998).

Awal mula Teori Ketergantungan (Dependency Theory) dikembangkan pada akhir tahun 1950-an oleh Raul Presibich
(Direktur Economic Commission for Latin America, ECLA). Dalam hal ini Raul Presbich dan rekannya bimbang terhadap
pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju yang tumbuh pesat, namun tidak serta merta memberikan perkembangan yang
sama kepada pertumbuhan ekonomi di negara-negara miskin. Bahkan dalam kajiannya mereka mendapati aktivitas ekonomi
di negara-negara yang lebih kaya sering kali membawa kepada masalah-masalah ekonomi di negara-negara miskin. Hal Ini
oleh para teori neo-klasik tidak dapat diprediksi sebelumnya dan dianggap bertentangan, oleh karena teori neo-klasik
mengandaikan pertumbuhan ekonomi akan memberi manfaat kepada semua negara walaupun manfaatnya tidak selalui
dibagi secara sama rata.

Kajian Prebisch mengenai fenomena ketergantungan ialah negara-negara miskin mengekspor komoditi ke negara-negara
kaya yang kemudian menjadikan barang komiditi tersebut menjadi barang siap (manufactured) dan kemudian menjual
kembali barang tersebut kepada negara-negara miskin. Nilai tambah yang ada oleh karena barang tersebut menjadi barang
yang siap tentunya menimbulkan biaya yang lebih tinggi dibandingkan barang yang belum siap. Oleh karena itulah,

mengapa negara-negara miskin sentiasa tidak memperoleh pendapatan yang cukup dengan ekspor mereka karena terpaksa
membayar lebih besar untuk mengimpor barang yang lebih siap dari negara-negara maju.

Presbich kemudian mengeluarkan suatu solusi terhadap kenyataan yang ada, yaitu negara-negara miskin sepatutnya
melakukan program dengan menggantikan atau mencari pengganti barang yang selama ini mereka impor sehingga mereka
tidak perlu lagi membeli barang siap dari negara-negara kaya. Negara-negara miskin juga perlu menjual produk-produk
utama mereka ke pasaran dunia, akan tetapi cadangan devisa (mata uang asing) yang mereka peroleh dari penjualan produk
utama tersebut jangan digunakan untuk membeli barang manufaktur dari luar.

Namun demikian, paling tidak ada tiga hal pokok yang membuat kebijakan seperti tersebut di atas sulit untuk dilakukan
yaitu:

1.Pasar domestik negara-negara miskin tidak cukup besar guna mendukung skala ekonomi yang digunakan negara-negara
kaya untuk terus membuat harga yang lebih rendah.
2.Kemauan politik (political will) negara-negara miskin terhadap transformasi (perubahan) dari sekadar menjadi produser
komodoti barang primer sesuatu yang mungkin atau diinginkan.
3.Sejauh mana negara-negara miskin sebenarnya memiliki kontrol terhadap produk utama mereka, khususnya bagi penjualan
barang tersebut di luar negeri.

Pada tahap ini dikatakan bahwa teori ketergantungan dapat di lihat untuk menjelaskan penyebab mengapa negara-negara
miskin terus menjadi miskin. Adapun pendekatan tradisional neo-klasik tidak pernah melihat isu kemiskinan ini, sebaliknya
mengatakan negara-negara miskin terlalu lambat untuk mengubah perekonomian mereka dengan mempelajari teknik-teknik
ekonomi modern yang dapat membuat kemiskinan mereka menjadi berkurang (terhapus). Sedangkan penganut faham teori
Marxis melihat kemiskinan yang berlanjut ini sebagai eksploitasi dari kapitalis.

Lebih lanjut dari kedua pemikiran di atas, muncullah satu pemikiran baru yang dikenal dengan Teori Sistem Dunia (World
System Theory). Pendekatan ini mencoba menjelaskan bahwa kemiskinan adalah konsekuensi langsung dari evolusi
ekonomi politik internasional kedalam pembagian yang kaku soal buruh yang mana menguntungkan pihak yang kaya dan
merugikan yang miskin.

Secara umum dapat dikatakan bahwa tidak ada teori tunggal untuk mempelajari teori ketergantungan, oleh karena
perdebatan di antara teoritisi, seperti Raul Presbich (mewakili pembaharu Liberal), Andre Gunder Frank (mewakili Marxist),
dan Immanuel Wallerstein (mewakili Sistem Dunia) sangatlah kuat dan menarik untuk dikaji lebih jauh.

Secara umum ketergantungan didefinisikan sebagai suatu penjelasan mengenai pembangunan ekonomi negara dari pengaruh
luar -politik, ekonomi dan kebudayaan- terhadap kebijakan pembangunan nasional.(Osvaldo Sunkel, National Development
Policy and External Dependence in Latin America, The Journal of Development Studies, Vol. 6, no. 1, October 1969, p.
23).

Sedangkan Theotonio Dos Santos menekankan pada dimensi sejarah untuk menjelaskan adanya hubungan ketergantungan,
yaitu:

[Dependency is]an historical condition which shapes a certain structure of the world economy such that it favors some
countries to the detriment of others and limits the development possibilities of the subordinate economicsa situation in
which the economy of a certain group of countries is conditioned by the development and expansion of another economy, to
which their own is subjected. (Theotonio Dos Santos, The Structure of Dependence, in K.T. Fann and Donald C. Hodges,
eds., Readings in U.S. Imperialism. Boston: Porter Sargent, 1971, p. 226)
Makna yang dapat ditangkap dari pernyataan Dos Santos ialah bahwa keterbelakangan/ketergantungan ekonomi Negara
Dunia Ketiga bukan disebabkan oleh tidak terintegrasinya ke dalam tata ekonomi kapitalisme, tetapi monopoli modal asing,
pembiayaan pembangunan dengan modal asing, serta penggunaan teknologi maju pada tingkat internasional dan nasional
mampu mencapai posisi menguntungkan dalam interaksinya dengan negara maju, yang pada gilirannya menjadikan Negara
Dunia Ketiga mereproduksi keterbelakangan, kesengsaraan, dan marginalisasi sosial di dalam batas kewilayahannya.

Dalam hal ini tanpa negara-negara kaya, negara-negara miskin dianggap tidak mampu untuk meningkatkan taraf
kehidupannya. Karenanya negara-negara kaya secara aktif terus melakukan dominasi terhadap negara miskin yang dilakukan
di pelbagai sektor, seperti ekonomi, media, politik, perbankan dan keuangan, pendidikan, dan semua aspek pembangunan
sumber manusia.

Walaupun tidak ada teori tunggal yang dapat menjelaskan teori ketergantungan, namun tedapat tiga ciri persamaan atas
definisi yang disepakati oleh para ahli teori ketergantungan. Pertama, ketergantungan membentuk sistem internasional yang
terdiri dari dua negara yang digambarkan sebagai dominan/tergantung, pusat/periferi atau metropolitan/satelit. Negaranegara dominan adalah negara maju yang mempunyai kemajuan industri dan tergabung dalam Organisasi Kerjasama

Ekonomi dan Pembangunan (OECD). Sedangkan negara-negara tergantung adalah Amerika Latin, Asia dan Afrika yang
memiliki pendapatan per kapita yang rendah serta bergantung sepenuhnya kepada ekspor satu jenis komoditi untuk
memperoleh devisa (foreign exchange).

Kedua, memiliki asumsi yang sama bahwa adanya kekuatan (dorongan) dari luar merupakan satu-satunya aktivtas ekonomi
yang penting di dalam negara-negara yang bergantung. Kekuatan luar ini termasuklah Perusahaan Multi National (MNCs)
MNC, pasar komoditi internasional, bantuan luar negeri, komunikasi dan berbagai bentuk lainnya yang oleh negara-negara
maju digunakan untuk kepentingan ekonomi mereka di luar negeri.

Ketiga, pengertian ketergantungan menunjukkan bahwa hubungan antara negara yang mendominan dan yang bergantung
adalah dinamis, karena interaksi antara dua negara bukan hanya untuk saling menguatkan, tetapi juga untuk meningkatkan
pola/corak yang tidak merata dalam pembagian ekonomi.

Seperti dinyatakan di atas, bahwa teori ketergantungan pertama kali dikemukakan oleh Prebisch dan dikemukakan kembali
oleh ahli teori Marxis, Andre Gunder Frank dan diperlunak oleh Immanuel Wallerstein melalui teori sistem dunia. Teori
ketergantungan menjadi popular pada 1960-an dan 1970-an sebagai kritik terhadap ahli teori pembangunan popular yang
dilihat gagal untuk menjelaskan isu kemiskinan yang semakin meningkat di sebagian besar dunia.

Konsep underdevelopment yang dikemukakan oleh Gunder Frank merujuk kepada satu situasi yang secara fundamental
berbeda dari undevelopment. Undevelopment merujuk kepada keadaan yang mana sumber (di suantu negara) tidak
digunakan. Sebagai contoh, penjajah Eropa melihat benua Amerika Utara sebagai kawasan yang tidak maju karena tanahnya
tidak digunakan dalam skala yang konsisten dengan potensinya. Adapun underdevelopment merujuk kepada situasi yang
mana sumber-sumber secara aktif digunakan, tetapi digunakan melalui cara yang hanya menguntungkan negara-negara
dominan dan bukannya negara-negara miskin yang merupakan pemilik dari sumber-sumber tersebut. Oleh karena itu,
negara-negara miskin bukan tertinggal bila dibandingkan negara-negara kaya dan mereka miskin bukan karena mengabaikan
aspek transformasi ilmu pengetahuan, tetapi kemiskinan lebih dikarenakan dipaksa memasuki sistem ekonomi internasional.

Secara ringkas, teori ketergantungan mencoba untuk menjelaskan situasi negara-negara yang keter-kebelakangan
(underdeveloped) dengan menganalisis pola-pola interaksi di berbagai negara dan dengan menjelaskan bahwa ketidak
merataan di berbagai negara adalah bagian dari adanya interaksi tersebut.

Pada intinya apa yang dikemukakan oleh Andre Gunder Frank dengan teori ketergantungannya (1980) menegaskan bahwa
underdevelopment adalah produk kapitalisme dengan mengkaitkan kapitalisme kepada sistem dunia yang saling berkaitan.
Melalui monopoli dan eksploitasi bahwa mewujudnya keterbelakangan (development of underdevelopment) adalah proses
yang sedang berjalan di Amerika Latin dan masih belum berubah sejak penaklukan Spanyol dan Portugis pada abad ke-16.
Lebih lanjut Gunder Frank berargumen bahwa ekonomi kapitalis dunia telah menembus Amerika Latin dengan begitu
mendalam sehingga tidak ada bagian benua tersebut yang tidak terjajah. Ia memberikan contoh sektor pertanian di Brazil
yang telah berubah menjadi industri untuk ekspor.

Gunder Frank juga merumuskan apa yang dikenal dengan struktur model satelit-metroplis (a metropolis-satelitte model)
untuk menjelaskan bagaimana mekanisme ketergantungan dan keterbelakangan Negara-negara Dunia Ketiga mewujud.
Hubungan satelit-metropolis pertama kali lahir di masa kolonial, ketika penjajah membangun kota-kota di Negara Dunia
Ketiga dengan maksud untuk memfasilitasi proses pengambilan surplus ekonomi untuk negara Barat.

Hubungan metropolis-satelit tidak hanya pada tingkat hubungan internasional saja, tetapi juga berlaku untuk memahami
hubungan regional dan lokal di dalam Negara Dunia Ketiga. Keseluruhan rangkaian hubungan metropolis-satelit ini
dibangun semata hanya untuk melakukan pengambilan surplus ekonomi (bahan mentah, tambang, dagangan, laba, dsbnya)
dari kota di pedesaan Dunia Ketiga ke ibukota daerah yang lebih besar, ke kota propinsi, dan selanjutnya ibukota nasional,
dan yang terakhir ke kota-kota di negara Barat. Oleh karena itulah bagi Gunder Frank proses pengambilan surplus ekonomi
secara nasional dan global serta terarah inilah yang menyebabkan keterbelakangan di Negara Dunia Ketiga.

Tidak hanya itu, Gunder Frank juga melihat rantaian hubungan metropolis-satelit ini telah terbentuk sejak abad ke-16 dan
kalaupun ada perubahan hanya dari segi bentuk eksploitasi dan penguasaan terhadap negara satelit. Olehnya hal ini
dinamakan sebagai satu prinsip kesinambungan di dalam perubahan atau continuity in change. Namun demikian, pada
teori Gunder Frank ini ada tiga komponen utama yang harus diperhatikan, yaitu modal asing, pemerintah lokal di negaranegara satelit, dan kaum borjuis. Berdasarkan tiga komponen utama ini, ciri-ciri dari perkembangan kapitalisme satelit
adalah; a) kehidupan ekonomi yang tergantung, b) terjadinya kerjasama antara modal asing dan kelas-kelas yang berkuasa di
negara-negara satelit, yaitu pejabat pemerintah, tuan tanah dan pedagang, dan c) ketimpangan antara yang kaya dan miskin.

Dengan demikian pertumbuhan ekonomi yang terjadi di negara-negara satelit hanya akan menguntungkan kepentingan
modal asing dan kepentingan pribadi dari kaum borjuasi lokal. Keuntungan ini tidak akan menetes ke bawah, seperti yang
diperkirakan oleh teori trickle down effect (teori penetesan ke bawah). Pada akhirnya Gunder Frank menuju pada suatu
kesimpulan bahwa keterbelakangan hanya bisa diatasi melalui revolusi, yakni revolusi yang melahirkan sistem sosialis,

tanpa harus melalui pentahapan revolusi (revolusi borjuis dulu yang akan melahirkan masyarakat kapitalis, lalu melakukan
revolusi sosialis).

[dikutip dari berbagai sumber]

Anda mungkin juga menyukai