Anda di halaman 1dari 8

PASCA-PEMBANGUNAN (POST DEVELOPMENT)

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Pembangunan I


Dosen Pembimbing : Dr. Mulyanto M.E

Disusun oleh:

Kelompok 9

Berliana Ayu Rahmasari (F0117031)

Qorri Novitasari (F0117090)

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

1
SURAKARTA

2019
POST DEVELOPMENT

1. Konsep Post Development


Teori post development muncul pada 1980-an dan 1990-an melalui karya-karya
dari ilmuan seperti Arturo Escobar, Gustavo Esteva, Majid Rahnema, Wolfgang Sachs,
dan James Ferguson. Teori post-development muncul untuk mengkritisi teori
development, yang mana teori post-development memegang konsepsi bahwa
pembangunan yang kita lakukan hingga kini tak lebih dari pada refleksi hegemoni
(dominasi oleh satu kelompok terhadap kelompok lainnya, dengan atau tanpa ancaman
kekerasan, sehingga idea-idea yang ditekankan oleh kelompok dominan terhadap
kelompok yang didominasi diterima sebagai sesuatu yang wajar) yang dilakukan bangsa
barat. Dalam kritiknya tersebut teori post-development menyatakan bahwa selama ini
pemikiran kita telah di konstruksi oleh pemikiran-pemikiran barat agar mereka memiliki
kekuatan politik (Lie, 2008).
Teori post developmet muncul sebagai kritik terhadap teori development yang
lebih bernuansa kebarat-baratan dan bertujuan utama untuk mengendalikan serta
menguasai pemikiran negara-negara berkembang dunia ketiga. Teori development juga
dianggap hanya menciptakan garis-garis kesenjangan baru antara negara maju dengan
negara berkembang. Dari sini juga timbul pemikiran yang menjelaskan bahwa negara-
negara berkembang pada akhirnya justru merasa dirugikan dan bahkan dieksploitasi.
Selain itu, dari kondisi ini sangat memungkinkan adanya praktik-praktik kolonialisme
pada negara-negara berkembang tersebut. Lumbung-lumbung sumber daya alam negara
berkembang dikuras oleh negara-negara maju dengan maksud agar menutupinya sebagai
hakikat ‘pembangunan’ (Yuliani, 2016).

Teori dalam Post Development


a) Arturo Escobar – Encountering Development : Making and Unmaking of The
Third World 2

Teori ini menjelaskan bahwa yang dibutuhkan bukanlah sekedar


pembangunan alternatif (alternative development), melainkan alternatif lain untuk
menggantikan pembangunan secara mendasar tidak berpihak kepada masyarakat-
masyarakat negara miskin dan berkembang. Menurut Escobar (Escobar dalam
Yuliani, 2016) dalam bukunya menyatakan bahwa pembangunan harus dilihat
sebagai ciptaan yang diproduksi dunia pertama tentang pembangunan tertinggal di
dunia ketiga dan bukan hanya sebagai alat ekonomi untuk mengontrol realitas
dunia ketiga saja.
b) James Ferguson - The Anti-Politics Machine
Kerangka kepemerintahan Ferguson lebih menekankan kepada The Anti-
Politics Machine dimana pengembangan depolitisasi dan birokrasi daya di
Lesotho tahun 1990. Ferguson (Ferguson dalam Yuliani, 2016) berusaha untuk
mengeksplorasi wacana pembangunan bekerja yaitu bagaimana bahasa dan
praktik yang digunakan oleh spesialis pembangunan mempengaruhi cara dimana
pengembangan disampaikan dan konsekuensi yang tidak ditimbulkan.
Pada tahun 1975-1984, Ferguson melakukan studi mengenai kegagalan
pembangunan pedesaan di negara Lesotho. Lesotho adalah sebuah negara
terbelakang di benua Afrika. Hasil dari studi Ferguson kemudian dituangkan
dalam bukunya yang berujudul The Anti-Politics Machine: Development,
Depolitization, and Bureucratic Power in Lesotho. Dalam studinya, Ferguson
mengemukakan bahwa pembangunan di Lesotho mengalami kegagalan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar, karena pada saat itu
pembangunan sebagai nilai utama dilihat hanya sebagai instrumen teknis, proyek
industri yang anti politik. Serta pembangunan hanya dilihat sebagai instrumen
representasi ekonomi dan rekayasa sosial yang mengabaikan representasi politik.
Istilah mesin anti-politik yang digunakan Ferguson merujuk pada agen-
agen dan lembaga keuangan internasional yang mengintervensi pembangunan di
Lesotho. Proyek pembangunan mereka tidak pernah berhasil dilakukan. Agen-
agen tersebut merupakan mesin anti-politik yang berarti hanya memberikan
bantuan dana, tanpa memperhatikan permasalahan-permasalahan sosial, budaya,
3 di tengah-tengah masyarakat Lesotho. Akibatnya, proyek-
serta politik yang ada
proyek pembangunan tersebut hanya bersifat tambal sulam. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa, proyek pembangunan internasional bukanlah sebuah
upaya untuk mengurangi kemiskinan, tetapi merupakan instrumen penting
imperialisme dan kontrol kelas dan bagaimana kontrol tersebut dapat bekerja
secara efektif.
c) Walfgang Sachs - The Dictionary of Development
Sachs (Sachs dalam Yuliani, 2016) menyatakan bahwa pembangunan
diambang kehancuran pada tataran intelektual seperti sebuah mercusuar yang
seharusnya menjadi inspirasi sebuah bangsa menjadi retak dan mulai runtuh.
Beberapa ahli merasa kecewa terhadap pembangunan yang ada. Kelompok ini
merasa bahwa konsep teori pembangunan telah usang atau bangkrut dalam
praktiknya, pembangunan lebih banyak sisi negatif dari pada sisi positif.
Beberapa ahli teori pembangunan mengkritik praktik teori pembangunan
yang membedakan prespektif teori pasca pembangunan dengan prespektif
lainnya. Teori pasca pembangunan menyatakan keruntuhan pembangunan dan
lebih menekankan pada ‘berbagai alternatif untuk pembangunan’ daripada
‘pembangunan alternatif’. Penolakan terhadap seluruh paradigma pembangunan
ini, menyebabkan teori pasca pembangunan merupakan kritik yang lebih bersifat
destruktif dari pada konstruktif.
d) Majid Rahnema
Rahnema (Rahnema dalam Yuliani, 2016) dalam karyanya menyatakan
bahwa tidak ada ‘solusi’ tentang kemiskinan dalam modernitas tetapi untuk
mencari alternatif tidak mudah karena struktur kekuasaan yang ada tetap
mempertahankan kekuasaannya agar kemiskinan tetap terjaga.
Konsep dari Majid Rahnema yang mengaggap bahwa teori development
hanya menguntungkan negara-negara barat sebagai alat kapitalis dunia.
Sebaliknya ia menyerukan komitmen dari orang-orang baik disetiap komunitas
untuk membuat paradigma baru pada persahabatan dan rasa sebenarnya dari
masyarakat dengan tujuan mengakhiri modernitas dan hegemoni global.

2. Upaya Mencapai Tujuan4Post Development


Post-development memberikan gagasan bahwa apabila negara berkembang ingin
mengalami peningkatan taraf hidup, maka negara berkembang tersebut harus mengganti
kebudayaan negara mereka dengan kebudayaan yang telah digunakan oleh negara maju
tersebut. Kaum post-development memberikan jalan tengah perbaikan keadaan negara
berkembang dengan membentuk suatu struktur sosial yang yang mengakomodasi
perbedaan-perbedaan yang ada dalam sisi ekonomi, politik, maupun dalam sisi
pengetahuan (Yuliani, 2016).
Melihat kenyataan tersebut, kemudian post-development hadir dan semakin
berkembang dengan konsep-konsep baru untuk melakukan perubahan-perubahan dan
tentu saja memperbaiki konsep dari “development” itu sendiri. Para pengkritisi
mengungkapkan alternatif post development yaitu dengan pengembangan-pengembangan
pada komunitas lokal perkotaan dan pedesaan serta pada sektor informal. Sebagai reaksi
terhadap kegagalan pembangunan, mereka mengklaim struktur sosial yang baru
berdasarkan konsepsi yang berbeda dari ekonomi (lebih mengarah ke solidaritas dan
timbal balik ekonomi, bukan pasar dunia), politik (lebih demokratis dan bukan cenderung
berdasarkan kewenangan pusat), serta pengetahuan yaitu lebih ke tradisional daripada
modern (Escobar 1995).

3. Ukuran Keberhasilan Post Development


Beberapa negara yang telah atau masih menganut teori post development dalam 
negaranya adalah negara Jepang, Korea selatan dan China. Adapun persamaan dari ketiga
negara tersebut adalah ketiga negara kawasan Asia tersebut sebelum masuk menjadi
negara maju seperti sekarang, mereka tidak menggantungkan diri terhadap negara-negara
maju barat seperti Amerika. Justru ketiga negara tersebut dapat menjalankan
perekonomian dalam negeri dengan memanfaatkan potensi lokal yang mereka miliki
sendiri.
a. China menggerakkan potensi sumber daya manusia mereka yang melimpah untuk
membuka home-industry sebesar mungkin dalam rangka peningkatan
perekonomian negara. Bahkan hingga sekarang, barang-barang hasil produksi
China pun di ekspor ke negara-negara tetangga seperti Indonesia.
b. Korea selatan tetap5 mempertahankan nilai budayanya dan tidak luntur meskipun
terkena pengaruh pembangunan dan globalisasi barat. Hal ini (nilai budaya lokal)
meningkatkan Korea Selatan dalam hal sektor pariwisata dan industri dalam
negeri.
c. Jepang  juga memanfaatkan potensi budaya Jepang yang kental untuk memajukan
industri dalam negeri. Tidak hanya itu, sikap warga jepang yang disiplin selalu
dimanfaatkan dalam proses pembangunan, sehingga pembangunan di Jepang
dapat berjalan dengan baik.

4. Pihak-Pihak yang Terlibat


Teori post-development mulai berkembang ketika munculnya gerakan-gerakan
yang berasal dari akar rumput (grassroots movement) komunitas lokal dan sektor
informal. Dalam hal ini, jalan yang hendak ditempuh adalah dengan mendengarkan aktor-
aktor pinggiran yang selama ini hanya menjadi penonton pembangunan, dan mencari
jalan keluar yang sesuai dengan kaidah koeksistensi, pencarian makna kebebasan yang
melekat pada individu serta komunitasnya (Yuliani, 2016).

5. Penyebab Kegagalan
Menurut Nustad dalam Matthews (2005) kelemahan teori post-development
adalah ketidakmampuan untuk menjelaskan secara komprehensif tentang post-
development sendiri, yaitu tidak ada alasaan yang kuat untuk menolak teori development
secara keseluruhan. Teori post-development merupakan kritik yang berifat destruktif
daripada konstruktif, dengan menyatakan bahwa pembangunan menuju kehancuran tanpa
memberi masukan atau solusi terhadap apa yang seharusnya dilakukan(Sachs, 1992).

6
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1) Teori post-development muncul untuk mengkritisi teori development, yang mana


teori post-development memegang konsepsi bahwa pembangunan yang kita
lakukan hingga kini tak lebih dari pada refleksi hegemoni yang dilakukan bangsa
barat.
2) Ukuran keberhasilan post development adalah negara-negara kawasan Asia
sebelum masuk menjadi negara maju seperti sekarang, mereka tidak
menggantungkan diri terhadap negara-negara maju barat seperti Amerika. Justru
ketiga negara tersebut dapat menjalankan perekonomian dalam negeri dengan
memanfaatkan potensi lokal yang mereka miliki sendiri.
3) Pihak yang terkait dalam teori post-development yaitu gerakan-gerakan yang
berasal dari akar rumput (grassroots movement) komunitas lokal dan sektor
informal.
4) Teori post-development merupakan kritik yang berifat destruktif daripada
konstruktif, dengan menyatakan bahwa pembangunan menuju kehancuran tanpa
memberi masukan atau solusi terhadap apa yang seharusnya dilakukan.

7
DAFTAR PUSTAKA

Lie, Jon Harald. 2008. Post-Development Theory and the Discourse-Agency Conundrum. Social
Analysis. Vol (52). Hal 118–137.
Matthew, Sally. 2005. Teori Pasca Pembangunan dan pertanyaan alternatif: sebuah tinjauan
dari Afrika. Makalah Teori Pembangunan. Hal 1-13.
Yuliani, dkk. 2016. Post Development. Makalah Sosiologi Pembangunan. Universitas Jember

Anda mungkin juga menyukai