kondisi
hidup
mereka
dan
kondisi
hidup
yang
bangsa maju memakai kemeja yang dibuat di Bangladesh, minum kopi dari Kenya,
makan burger yang diproduksi dari daging sapi Brazil, makan malam di restoran yang
dikelola oleh pengungsi Vietnam, membeli radio yang dirakit di Taiwan, berlibur di
Gambia atau Indonesia, mempunyai pekerjaan yang bergantung pada penjualan alatalat militer ke India, mengoperasikan (membuka) rekening pribadi dengan bank-bank
yang secara finansial terancam oleh default (kegagalan membayar) pinjaman yang
dilakukan oleh bangsa-bangsa Dunia Ketiga dan menonton pertunjukan musik rakyat
untuk membantu memberi makan bagi orang miskin Afrika. Mereka di negara-negara
lebih miskin bekerja dengan peralatan yang diimpor dari negara industri kaya, minum
Coca Cola atau Guinness (Bir), menonton Dallas di televisi, bergantung pada harga
tanaman pagan yang mereka tumbuhkan di London dan New York (mungkin orang
miskin bertanam di negara maju), menerima beasiswa untuk belajar di Manchester atau
Canberra, mengambil komuni dari pendeta Irlandia dan mengalami penurunan tingkat
penyediaan layanan masyarakat ketika pemerintah mereka berusaha keras untuk
memenuhi kondisi paket bantuan asing.
Bagi banyak orang di Utara, citra rakyat telah menimbulkan masalah yang
dihadapi
oleh
negara-negara
lebih
miskinkemiskinan,
kesakitan,
kelaparan,
tahun 1980-an (Streeten dkk, 1981). Pada mulanya, definisi demikian didasarkan pada
tersedianya kebutuhan minimum untuk kesejahteraan fisiologi (makanan, tempat
tinggal, pakaian) dan pelayanan dasar (kesehatan, pendidikan, air bersih). Selanjutnya,
definisi tersebut diperluas untuk mencakup akses pada kesempatan pekerjaan, jaminan
pribadi dan hak-hak sipil.
Variasi diantara spesifikasi paket kebutuhan dasar berfungsi untuk menyoroti
fakta kalau definisi pembangunan dan tujuan pembangunan tertanamkan dalam nilainilai personal dari mereka yang terlibatkan dalam aktivitas dan akhir-akhir ini hal
demikian menyebabkan pemikiran tentang siapa yang seharusnya menentukan
pembangunan
daripada
biasanya.
Sebuah
argumen
kuat
menyatakan
kalau
komunis maupun untuk kapitalis. Agar bisa mendukung tuntutan mereka untuk
menentukan dan memimpin proses pembangunan, pemerintah telah mempromosikan
ideologi developmentalism (pembangunanisme). Kesenjangan antara retorika yang
berkaitan dengan ideologi tersebut dan realitas kondisi aktual tak berarti apa-apa untuk
menangani (menentang) produksi dan perkembangan ideologi. Namun, penduduk
mungkin lebih sinis mengenai pembangunananisme daripada tahun-tahun sebelumnya.
Semakin disadari dengan baik kalau pembangunanisme merupakan ideologi kaum elit
karena pemerintah menerapkan tujuan pembangunan dan bertekad mencapai tujuan itu
demi yang diatur (rakyat). Rakyat jarang menyusun tujuan-tujuan untuk dicapai
pemerintah.
Jadi, kesimpulan apa yang dapat dicapai tentang makna pembangunan? Bagi
kebanyak penulis, pembangunan otentik dipahami sebagai yang memperhatikan
perbaikan kondisi keberadaan mayoritas penduduk dan khususnya kaum termiskin. Hal
demikian menjadi proses yang bermanfaat yang tidak saja melahirkan gagasan
perbaikan ekonomi, tetapi juga melahirkan martabat manusia, keamanan, keadilan dan
persamaan yang lebih baik (Brandt Commission, 1980 hal 48) . Upaya yang lebih tepat
dari ini , dalam artian manentukan dan memprioritaskan kondisi-kondisi yang di perbaiki
dan menunjukan sarana pencapaian, harus dilihat sebagai pengutamaan personal yang
mencerminkan nilai-nilai andividual, dan tak mungkin untuk memenuhi persetujuan
umum (maksudnya mendapatkan persetujuan semua pihak ). Pengetahuan bahwa
pembangunan mempunyai banyak makna dan aplikasi adalah penting tetapi hal ini
tidak menjadikan subjek ini mudah dipelajarai. Di bab 3 kami akan menyelidiki makna
dan penggunaan pembangunan bila melihat cara bagaimana banyak ahli teori
menggunakannya.
Dunia Ketiga
Istilah Dunia Ketiga sekarang banyak digunakan sebagai sinonim untuk negaranegara berkembang. Ini banyak ditulis dalam judul jurnal dan berbagai buku akademik,
media massa sering menggunakan istilah Dunia Ketiga, bahwa Kamus Inggris Oxford
menerima istilah itu. Meskipun ketepatannya jelas, terjadi kebingungan mengenai
makna ungkapan ini. Secara khusus, apakah istilah Dunia Ketiga menunjuk pada tipe
sistem politik yang berbeda atau menunjuk pada tingkat produksi ekonomi yang
berbeda, atau menunjuk keduanya? Ketika istilah Dunia Ketiga pertama digulirkan di
Perancis tahun 1950-an, aspek-aspek politik ditekankan. Perlu adanya kekuatan ketiga
antara blok kekuatan perang dingin yang saling berlawanan dari barat dan timur .
Kekuasaan ketiga yang dimaksud adalah Dunia Ketiga dari bangsa-bangsa yang
berkomitmen, bangsa non-nuklir dan non aliansi, terutama tersusun dari bangsabangsa yang baru merdeka seperti Nigeria, Ghana, India dan Indonesia. Dengan
berkurangnya tekanan perang Dingin dan perkembangan negara kedaulatan baru dan
merdeka, istilah ini menjadi lebih terkait erat dengan pengabaian, eksploitasi dan
potensi revolusioner (Wolf philips,1987,1313). Dunia pertama menunjuk pada ekonomi
pasar yang maju (misalnya, Amerika Serikat dan Perancis ), Dunia kedua menunjuk
pada perekonomian yang direncanakan secara sentral (misalnya , Uni Soviet dan
Hongaria ) dan Dunia ketiga menunjuk pada semua negara lain (diluar dunia pertama
dan kedua). Apakah perekonomian miskin yang direncanakan secara sentral -- China,
Vietnam, Cuba, Etiopiamasuk golongan dunia kedua atau dunia ketiga atau tidak
merupakan sumber kebingungan. Worsely (1984, hal 311) telah menunjukkan bahwa
meskipun isu demikian mungkin murni persoalan akademik, label dan penggunaan
istilah itu jelas mempengaruhi banyak peristiwa. Dalam buku ini kami menggunakan
istilah Dunia Ketiga sebagai stenografi untuk menunjuk pada semua negara
berpendapatan rendah dan menengah, apapun sistem politiknya. Pembaca harus sadar
bahwa ada suatu bahaya dalam menggunakan istilah ini, bahaya itu kebanyakan
menciptakan citra bangsa Dunia Ketiga sebagai kelompok yang homogen dengan
kondisi dan masalah yang sama. Meskipun negara Dunia Ketiga dapat dipandang
sebagai yang menunjukkan ciri-ciri umum seperti tingkat pertumbuhan penduduk yang
relatif tinggi dan kebanyakan proporsi penduduk mereka mempunyai pendapatan
rendah, tetapi Dunia Ketiga juga mempunyai keragaman ekonomi, politik dan sosial
yang eksis diantara dan didalam negara Dunia Ketiga. Sebuah kritik pedas (Naipaul,
1985) menekankan keragaman ini untuk menunjukkan konsep Dunia Ketiga sebagai
mitos [yang] meskipun kesederhanaan bawaannya terlalu sulit untuk diterapkan.
Yang lainnya mengomentari ketidakteraturan mengenai istilah itu (CARTW, 1979, hal
196). Yang lainnya lagi menyarankan kalau persoalan keragaman dapat diselesaikan
dengan membagi lagi bangsa-bangsa yang terdiri atas Dunia Ketiga kedalam lebih dari
satu kategori. Misalnya, Wolf-Philip (1987, hal 1320) usul untuk membatasi Dunia
Ketiga pada negara-negara berkembang dan mengklasifikasikan negara-negara
paling tidak maju sebagai Dunia Keempat.
Utara-utara
Istilah
Utara-utara
menjadi
klasifikasi
yang
terkenal
karena
istilah
ini
menganalisa
anggota
mereka
memenuhi
kebutuhan
fisik
dan
spiritualnya.
Kebanyakan antropolog sosial yang bekerja selama era ini berusaha dengan giat untuk
mempelajari apa yang oleh Margaret Mead diistilahkan dengan untouched sosieties
(masyarakat yang tak tersentuh); yaitu, kelompok-kelompok yang belum dimodifikasi
oleh kontak dengan dunia Barat dan gangguan misionaris, pengusaha perkebunan,
penyelidik (tambang emas misalnya) dan pengatur kolonial. Ini tidak selalu mungkin dan
banyak antropolog sosial mempelajari masyarakat yang telah tersentuh. Mereka sering
menerima reputasi karena menjadi troubelmaker (pengacau) dan kaum merah dari
orang-orang Eropa dan warga sipil sementara di tahun akhir-akhir ini mereka dituduh
sebagai pemaaf terjadinya kolonialisme dan sebagai alat imperilisme.
Situasi berubah dengan dramatis setelah tahun 1945 ketika era kolonial telah
berhenti dan banyak negara merdeka baru. Ketika kelompok pengatur (penguasa)
kolonial kembali ke Eropa mereka (antropolog sosial) digeser oleh musuh baru
sarjana Barat, diserang oleh peneliti yang menganalisa apa yang sedang terjadi di
bangsa-bangsa baru ini, dan umumnya dipekerjakan di berbagai universitas dan
mengenai
kemampuan
perencanaan
ekonomi
untuk
mendukung
perhatian dari dalam disiplin tentang ketepatan model teoritis, khususnya tentang batasbatas pada perencanaan, dan diluar disiplin dari ilmuwan politik, sosiolog dan
antropolog sosial (Hill, 1987; Robertson, 1984; Hall dan Midgley, 1988), ilmu ekonomi
tetap menjadi disiplin yang paling berpengaruh. Namun demikian, tongkat komando
telah lolos dari ekonom pembangunan intervensionis tahun 1960 dan 1970-an ke
penganut ortodoks liberalissasi, deregulasi baru dan berputar kembali ke negara.
Dalam teks ini, kami membuat referensi pada karya dan sumbangan para ekonom
karena mereka ini telah mendominasi aspek-aspek teori dan praktek pembangunan.
Namun, perhatian utama kami adalah ilmu sosial nonekonomi dan sumbangan ilmu
sosial pada pemahaman dan praktek pembangunan.
Meskipun banyak menghabiskan waktu dan upaya dalam studi pembangunan,
sosiologi (dan sebagian besar ilmu sosial nonekonomi) mempunyai dampak minimal
pada praktek pembangunan. Beberapa faktor menjelaskan paradoks ini (Hall dan
Midgley, 1988). Banyak sosiolog mewariskan pukulan hebat dalam rekayasa sosial.
Mereka menyatakan kalau integritas profesional mereka dalam kondisi membahayakan
dan mereka hanya akan dimanfaatkan untuk menghapus suatu kebiasaan demi
lembaga, elit dan golongan yang kuat. Banyak sarjana berpendapat kalau peranan
praktis sosiologi adalah untuk menyebarkan temuan-temuannya dengan cara umum
kepada pembuat kebijakan dan perencana, yang kemudian tercerahkan dan
menjelaskan urusan yang akan dilakukannya. Meskipun ada justifikasi atas pandangan
ini, ada kesempatan dan asumsi kalau apa yang dihasilkan sosiolog adalah penting
bagi praktek pembangunan. Ini sering tidak benar. Kegamangan dan keabstrakan
banyak mensifati output sosiologi dan sangat membatasi relevansi praktisnya. Bahkan
sosiolog yang mempunyai keahlian yang bergunapun tidak memperhatikan lembaga
bantuan (aid agencies) dan departemen pemerintahan dimana sebenarnya mereka
punya kemampuan teknis yang bisa disumbangkannya. Tetapi pelatihan sosiologi leveltersier baik di dunia maju maupun di dunia berkembang tidak menyebabkan para
lulusan mampu memberikan sumbangan secara signifikan dan berpengaruh pada
pembangunan. Peremehan untuk persoalan praktis menyebabkan sosiolog tanpa
badan teori normatif yang mereka bisa terapkan dan tanpa gagasan tugas praktis yang
jelas.
apakah sosiolog (dan ilmuwan sosial nonekonomi lainnya) mempunyai hak untuk
mengkritik rencana dan kebijakan pembangunan jika mereka tidak dilibatkan secara
praktek dalam perumusan rencana dan kebijakan itu. Dia membedakan akademikus
negatif ini dengan para praktisi positif. Tetapi sosiolog sah-sah saja untuk bertanya
apakah apa yang mereka lakukan harus (selalu) bermanfaat. Jawaban atas pertanyaan
ini jelas tidak, dan siapa yang menentukan apa yang bermanfaat tadi? Namun, jika
seorang sosiolog memilih untuk tidak terlibatkan, maka dia harus siap memainkan
peranan memberikan kritik pada pembangunan secara tidak efektif meskipun peranan
ini permanen. Masalah tidak berhenti disini bahkan ketika ilmuwan sosial memilih untuk
terlibatkan. Terjadi ketidaksepakatan mengenai apa yang seharusnya dikerjakan dan
bagaimana sesuatu ini harus dikerjakan. Senantiasa timbul dilema etika. Juga, adalah
mungkin untuk memperkerjakan sosiolog dalam merumuskan sebuah rencana tindakan
bila mereka mempunyai aturan (untuk diterapkan) (Cernea, 1985, hal 8). Namun
demikian banyak kemajuan telah dibuat dan subjek ini ada di bab 3.
BAB 2
multisegi
dan
tidak
mudah
menerima
negara-negara yang lebih miskin, mempunyai validitas yang terbatas. Bank Dunia
(1987, hal 197) dalam Laporan Pembangunan Dunia tahunan-nya, menasehatkan kalau
banyak statistik yang dipublikasikannya peka terhadap kesalahan [dan] statistik
seharusnya diuraikan sebagai yang mengindikasikan trens dan mensifati perbedaan
utama diantara banyak perekonomiam, daripada mengambil statistik sebagai indikator
kuantitatif mengenai perbedaan-perbedaan itu secara tepat. Bahkan yang paling
penting dari semua statistik, penduduk yaitu jumlah orang yang hidup di wilayah
penggunaan
GNP
per
kapita
sebagai
indikator
pembangunan
atau
kesejahteraan, khususnya jika GNP per kapita digunakan untuk perbandingan dalam
4. GNP per kapita bukan merupakan indikator yang akurat mengenai level umum
kesejahteraan dalam artian faktor-faktor seperti malnutrisi dan status kesehatan,
pemekerjaan, keamanan personal dan melek-huruf. Memang, dengan adanya sifat
perhitungan GNP per kapita tersebut, bisa dipahami kalau sebuah negara dengan
ekonomi yang stagnan dan penduduk yang menurun karena kelaparan, kesakitan
dan perpindahan-keluar para pengungsi dapat mencatat kenaikan dalam GNP per
kapita tahunannya karena harapan hidup yang semakin menurun.
menghitung indeks dan meragukan dasar pemikiran untuk memperlakukan masingmasing indikator sebagai yang sama-sama penting. Pencarian kriteria untuk
pembangunan sekarang kehilangan momentumnya, meskipun US Population Crisis
Committee sekarang sibuk mempromosikan international human suffering index (indeks
penderiaan manusia internasional), yang dikompilasi dengan menambahkan 10 ukuran
kesejahteraan manusia untuk menciptakan angka tunggal yang dimaksudkan untuk
mengukur perbedaan kondisi hidup diantara banyak negara (Camp dan Speidel, 1987).
Kebanyakan mahasiswa yang mempelajari pembangunan menginginkan sesuatu yang
lebih bisa diandalkan dan lebih tepat daripada GNP per kapita, tetapi dalam ketiadaan
persetujuan umum tentang sifat ukuran alternatif, mereka terus mengandalkan GNP per
kapita.
kaya. Namun demikian, data seperti ini bersifat sporadis, sering usang dan sebaiknya
diperlakukan dengan hati-hati.
Kemiskinan
Fertilasi (Kesuburan)
Total angka fertilitas, yang merupakan jumlah anak rata-rata yang akan
dilahirkan per wanita yang hidup pada akhir tahun-tahun kemampuan beranak jika
angka fertilitas usia spesifik yang ada terus berlangsung, relatif tinggi di kebanyakan
negara berkembang. Untuk tahun 1987, angka fertilitas berkisar dari 2,4 kelahiran hidup
wanita di China hingga 8.0 kelahiran hidup per wanita Rwanda. Perubahan lintasnasional dalam pola fertilitas pada dekade akhir-akhir ini semakin kompleks, dan
fertilitas jelas merupakan sebuah variabel yang dipengaruhi oleh jaring faktor sosial,
budaya dan ekonomi yang kompleks.
Urbanisasi
Definisi mengenai apa pusat perkotaan atau bukan perkotaan itu sangat
bervariasi dari negara ke negara. Namun urbanisasi terjadi pada tingkat yang lebih
rendah di negara-negara berpendapatan rendah dari pada di negara berpendapatan
menengah, dan terjadi paling tinggi di negara-negara maju. Ada perbedaan yang
mencolok antara negara Afrika dan Asia, dimana mayoritas penduduknya adalah
penghuni pedesaan dan Amerika Latin, dimana mayoritas rakyatnya biasanya hidup di
daerah perkotaan. Di hampir semua negara berkembang, angka pertumbuhan tahunan
penduduk kota melebihi angka pertumbuhan polulasi desa.
MODERNISASI
Pada tahun 1950-an dan 1960-an pemikiran dan tindakan pada pembangunan
didominasi dengan pendekatan modernisasi. Para ekonom dalam barisan depan, yang
mempromosikan model sederhana pembangunan yang menekankan pada persoalan
bagaimana menjamin pertimbuhan ekonomi dengan cepat dan pembentukan modal.
Model mereka berasal dari pengalaman negara-negara Barat dan segera dijumpai
kekurangannya bila dibandingkan dengan perbedaan dan kekomplekan Dunia Ketiga.
Ini memerlukan kerja sama interdisipliner dengan sosiolog, ilmuwan politik, admistrator
publik dan ilmuwan sosial lain, dan para digma modernisasi menjadi hak milik
intelektual dari semua ilmu sosial. Namun, hak milik ini kepunyaan bangsa Amerika.
Amerika Serikat menerima kepemimpinan dunia bebas dan disibukkan dalam perang
dingin dengan kekuatan-kekuatan jahat. Setelah kematian Hitler, kejahatan ini diwakili
oleh komunisme. Adalah sangat penting untuk menyelamatkan dunia dari kekuatan
buruk kegelapan komunis dan menjamin bahwa dunia akan tetap diatur sesuai dengan
kepentingan politik dan ekonomi terbaik Amerika Serikat. Bantuan akademikus
diperlukan untuk memahami apa yang sedang terjadi di Dunia Ketiga dan untuk
menunjukkan bagaimana negara-negara ini dapat dibujuk, dipikat agat tetap dalam
kamp dunia bebas kapitalis. Ketidakstabilan gerakan nasionalis dan revolusioner dalam
konteks dekolonisasi memberikan urgensi yang lebih besar dan sumber daya yang
lebih besar pada tugas akademikus. Di lingkungan ini, dimana spesifikasi tugas
akademikus ditentukan oleh elit politik, militer, administratif dan elit bisnis di Amerika
Serikat, maka tidaklah mengejutkan
beradaptasi
pada
fungsi-fungsi
yang
berubah
dengan
cepat
yang
kegelisahan (maksud: kemiskinan, kematian bayi, dan lain-lain) ini bukan merupakan
contoh yang reprensentatif dari kondisi individu dan keluarga di negara berkembang. Di
bagian ini beberapa penjelasan singkat dipresentasikan dalam bentuk studi
kasus
Para petani miskin umumnya lebih suka bertani bagi-hasil sebagai alternatif
pekerja upahan. Reward bertani bagi-hasil amat kecil, tetapi reward pekerja upahan
bahkan lebih kecil. Kamal petani kaya memperkirakan kalau pekerja sewa hanya
membebani dia biaya sebesar perempat hingga pertiga dari hasil panennya, sementara
petani bagi-hasil menanggung biaya separuhnya. Upah standar untuk pekerja pria di
desa Katni sekitar 33 US sen per hari; pekerja wanita yang mengolah hasil panen
bahkan menerima upah lebih kecil dari upah pekerja pria. Bertani bagi-hasil tidak saja
mempunyai upah lebih baik daripada pekerja upahan, tetapi juga menawarkan jaminan
yang lebih besar. Petani bagi-hasil disewa oleh musim (karena kalau tidak musimnya
dia tidak bisa bercocok tanam). Meskipun dia tidak memiliki klaim tetap pada lahan,
setidaknya, dia tidak menghadapi ketidakpastian seperti yang dialami oleh pekerja
upahan, yang keadaan buruknya dinyatakan oleh Dalim: Saya tidak dapat memastikan
dimana besuk saya akan bekerja.
Namun, bertani bagi-hasil juga mempunyai kelemahan. Petani bagi-hasil
membutuhkan sapi dan bajak, dan dia mengeluarkan banyak biaya jika dia harus
menyewanya. Dia tidak dapat memperoleh reward dari kerjanya hingga panen, dan
sebelum panen dia harus meminjam uang untuk memberi makan keluarganya. Jika
panennya dirusak oleh banjir, kekeringan atau hama, maka pendapatan petani bagihasil bahkan lebih kecil daripada pekerja upahan. Biaya dan resiko bertani bagi-hasil,
dan tertundanya rewards, menyebabkan keluarga yang tak bertanah di desa Karni tidak
mampu bertani bagi-hasil lagi. Alternatifnya, mereka mencari nafkah hidup sebagai
pekerja upahan (buruh tani).
Di desa Katni, bekerja satu hari menerima dua pon beras, satu taka (16 taka = $
1 US) dan makan pagi. Seorang pekerja bernama Dalim menjelaskan : Dulu dengan
satu taka saya bisa membeli dua atau lebih pon beras, dengan sedikit minyak, lombok
dan garam. Tetapi sekarang satu taka tidak dapat digunakan untuk membeli satu pon
beras. Majikan-majikan yang dulunya memberi pekerja sayur-mayur gratis bila mereka
pulang ke rumah di sore hari, tetapi sekarang majikan tersebut tidak bergitu bermurah
hati lagi.
Pada puncak kegiatan pertanian- - penyiangan pada musim semi, penenam padi
musim hujan, dan panen padi dan goni - - upah untuk pekerja yang disewa kadang
sedikit naik. Seorang pria muda yang kuat seperti Dalim akan sering bekerja pada basis
kontrak, misalnya bersepat untuk memanen satu are lahan padi untuk upah yang
ditentukan. Namun, selama musim sepi alias tak banyak kegiatan, banyak pekerja tak
bertanah menjadi pengangguran. Banyak pekerja upahan tadi berjualan kecil-kecilan,
membeli sayur-mayur di desa dan menjualnya di pasar-pasar setempat atau di bazar
Lalganj. Pada musin dingin yang kering, para pemuda kadang bekerja sebagai tukang
bata atau bekerja di kontraktor di Lalganj, tetapi kami sering mendengar keluhan, Tidak
bekerja, tidak ada nasi.
Hari ini saya telah keliling di tiga desa untuk mencari pekerjaan, kata Ameerul,
pekerja tak bertanah, bercerita kepada kami suatu pagi. Saya tidak mendapatkan apaapa. Tidak ada pekerjaan berarti tidak ada nasi alias tidak makan. Kemarin saya tidak
mendapatkan pekerjaan, dan saya tidak makan apa-apa sama sekali seharian.
Akhirnya, saat sore hari saya mengambil tiga batang bambu, membelah dan
memotongnya dan saya jual di kota sebagai kayu bakar. Dengan uang hasil menjual
bambu ini, saya membeli tiga pon tepung gandum. Saya tinggal mempunyai setengah
taka, saya belikan teh dan sedikit beras. Tadi malam saya makan olahan tepung. Saya
mempunyai enam anggota keluarga yang harus diberi makan. Bahkan ketika saya
mendapatkan pekerjaan, saya hanya menerima dua pon beras dan satu taka. Dua pon
beras tidak akan mengenyangkan dua orangapalagi untuk enam orang. Dan apa
yang anda bisa beli dengan satu taka? Sekarang. Setiap hari saya bertanya dalam hati
: bagaimana saya akan hidup? Bagaimana menghidupi anak-anak saya?
Studi kasus ini diambil dari artikel yang lebih panjang: James Boyce dan Besty
Hartmann (1981) berjudul Siapa yang bekerja, siapa makan?, Bulletin of Concerned
Asian Scholars, vol 13, no 4 hal 18-27.
Studi kasus 2: Keluarga Meksiko yang bertahan hidupbersama
Beban hutang asing sebesar $104 telah memukul hebat pembangunan Meksiko
hingga dalam kondisi serius, yang memaksa bangsa Meksiko semakin mengandalkan
unit ekonomi yang paling dasar: keluarga. Dengan upah nyata yang ditentukan kembali
pada level tahun 1960-an, keluarga bekerja dengan menggabungkan sumber daya
yang semakin berkurang, menuangkan lebih banyak air dalam sup, seperti peribahasa
orang Meksiko. Dengan ekonomi tanpa pertumbuhan selama enam tahun lampau dan
berkembang resesi tajam, keluarga berfungsi sebagai ayunan (buaian) si kecil, kegiatan
mencari nafkah hidup yang menggantikan perkebunan dan pabrik.
Sebuah studi baru-baru ini terhadap 95 keluarga kelas pekerja perkotaan
menunjukkan bagaimana keluarga bersatu menghadapi pukulan krisis. Ukuran rata-rata
rumah tangga dalam studi ini tumbuh 10 persen lebih ketika mereka memasukkan
saudara sepupu, paman dan saudara ipar yang mendapatkan upah lebih besar. Pada
saat yang sama, jumlah wanita dewasa dan pria muda yang masuk dalam angkatan
kerja baik sebesar 2,5 persen.
Inilah bagaimana dua keluarga kelas-pekerja, satu dari luar kota dan satunya
dari dalam kota, menghadapi masa-masa sulit.
itu ke cucu lelakinya untuk dirawat, yang tidak mau menarik ongkos dari sang kakek
sejak terjadi krisis. Sekarang dia tidak mampu membeli baju baru, tetapi saudara
sepupunya membuat baju untuknya. Bahkan seorang anak laki-lakinya yang
meninggalkan Meksiko ke Amerika Serikat berkontribusi pada kesejahteraan ayahnya.
Ketika Tuan Avina tidak memiliki uang untuk memperbaiki rumah kayunya yang mau
roboh, anak laki-laki emigrannya tadi kembali ke desa dan menggunakan uang dan
ketrampilan yang diperolehnya ketika bekerja di industri konstruksi Amerika Serikat
untuk membangun rumah tembok baru untuk ayahnya.
Anak-anak Tuan Avina juga saling membantu. Tahun lalu, ketika penen jagung
Antonio Avina gagal dan tidak mempunyai pekerjaan di kota, saudara lelakinya
menyokong keluarganya selama beberapa bulan. Jika tidak turun hujan di lahan saya,
hujan itu akan turun di lahan saudara saya, kata Antonio Avina. Jika ada sesuatu untuk
satu orang, maka ada sesuatu untuk semuanya.
Keluarga Ravelos
Keluarga Armando Ravelo harus berjuang menghadapi bencana alam dan
bencana ekonomi. Resesi yang begitu parah menyebabkan Tuan Ravelo kehilangan
pekerjaan sebagai juru masak di restoran Mexico City tahun 1985. Sejenak setelah itu,
gempa bumi yang paling hebat dalam sejarah akhir-akhir ini merusak
gedung
apartemen keluarganya. Tuan Ravelo, istri dan ketiga anaknya berjejal-jejal dalam
sebuah tempat tinggal darurat dengan menantu laki-laki dan tujuh cucunya, yang juga
kehilangan rumahnya. Untuk berjuang menyokong rumah tangga yang membesar ini,
Tuan Ravelp dan istrinya mendapat pekerjaan sebagai pelayan. Paman menyusun
pekerjaan untuk seorang anak laki-laki di tempat pembuatan bir, dan seorang anak lakilaki lagi melemparkan apa saja yang dia terima di pabrik. Para cucu menyelamatkan
dan menjual apa saja yang dapat dijual dari puing-puing gedung disekitar mereka.
Ketiga keluarga Ravelo akhirnua tertampung di kompleks apartemen baru satu
tahun kemudian, cucu dan menantu laki-lakinya tetap tinggal bersama keluarga
(Ravelo). Penambahan seorang pekerja baru hampir tidak cukup untuk memberi makan
anggota keluarga baru. Tuan Ravelo khawatir kalau dia akan terusir ke halanan lagi.
Sehingga tahun lalu, Tuan Ravelo dan istrinya keluar dari pekerjaan pelayannya dan
dukungan hidup yang total. Meskipun perkebunan tebu mempunyai banyak bentuk dan
ukuran, kebanyakan lahan tebu daerah (provinsi), sekitar 70 persen, diduduki oleh
perkebunan yang lebih besar atau sekitar 50 hektar lebih. Dan ada keseragaman tata
letak dan kehidupan hacienda. Hacienda Esperanxa adalah contohnya. Terletak dipusat
1.000 hektar yang sebagian besat ditanami tebu, kompleks hacienda adalah
masyarakat yang mandiri dengan sekolahan sendiri, toko, kapel, klinik, perumahan dan
administrasi rumah-rumah kayu kecil. 858 warga hacienda hidup dalam dua kelompok
rumah-rumah kayu kecil, kelompok yang lebih besar dipisahkan dari kompleks
administratif hanya oleh lebar ladang tebu yang sempit. Meskipun gubuk yang reot ini
hanya menawarkan 25 meter persegi ruang lantai untuk keluarga dengan 10 anggota,
air, listrik dan pendidikan dasar semuanya gratis, ini merupakan kebaikan hacienda.
Peralatan terdiri atas tikar tidur, peralatan masak yang telah terpakai, piring dan garpu,
dan diantaranya yang lebih beruntung, mendapatkan lemari pakaian. Sebagian besar
pekerja hanya memiliki pakaian yang dipakai saja dan mempunyai 4 hingga 10 anak
yang kekurangan gizi. Jerry de la Cruz, misalnya, anak tertua dari enam anak yang
selama tahun-tahun itu masih bergantung pada upah ayahnya sebagai sopir traktor
yang hanya mempunyai upah P21 atau sekitar $ 2.30 per hari. Seperti semua pekerja,
mereka bertahan hidup dengan terus berhutang dari hacienda. Ketika manajer
hacienda memotong kredit keluarga dua tahun lalu, sebelum kematiannya, tiga anaknya
termasuk Jerry putus sekolah.
Dulu, sekumpulan gudang peralatan yang berlapis besi, pintu gerbang besi tuang
yang dibuka oleh penjaga senjata, dan disepanjang bawah gudang itu ada halaman
berumput, muncul Big House kolonial Spanyol, dengan tempat tinggal manajer diatas
dan pegawai dibawah. Bagi
batu loncatan untuk berkarir secara prospektif di Manila. Aurira Pijuan, anak perempuan
dari
terpilihnya dia sebagai International Miss dan menjadi bintang muda bioskop dan
mantan istri dari pria yang berani menikah anak perempuan tertua Presiden Marcos.
Dua belas staff domestik Big House sedang menunggu di meja makan malam
panjangnya yang berfungsi sebagai tempat rapat bagi para eksekutuf perusahaan dan
raja gula yang berkunjung disana. Minggu pertama saya kembali pada tahun 1981
bertepatan dengan makan siang bersama 50 orang untuk menyambut kunjungan Uskup
dari Bacolod. Duduk berhadapan dengan manajer muda, saya memperhatikan
percakapan mejanya diganggu beberapa kali oleh para pekerja hacienda yang
berpakaian compang-camping yang menyodorkan kertas didepannya dan berkomatkomit di telinganya. Apakah makan siang, makan malam atau konferensi perusahaan,
para pekerja tadi datang meminjam uang untuk upah bulan depan atau upah tahun
depannya untuk setiap kebutuhan yang terduga - - seperti mengobatkan anaknya ke
dokter, pemakaman ibu, baptis bayi, SPP sekolah tinggi saudara perempuannya. Ritual
macam ini selalu sama. Setiap orang naik ke tangga besar menuju ruang makan
malam,
muda dan berjalan menyeret kakinya ke arah manajer. Tolong Tuan, ini anak kedua
saya. Sudah dua hari terserang demam. Saya tidak akan mengganggu Anda. Tetapi
anda Dengan
dalam sikap tubuh yang sama, pekerja tadi berkomat-komit, Terima kasih Tuan terima
kasih banyak, kami tidak akan melupakan ini sementara manajer terus melanjutkan
percakapan meja makan malamnya. Sebagian besar pekerja menanggung hutang yang
sebanding dengan tiga atau bahkan enam bulan upahnya, dan melunasi hutang itu
tidaklah mungkin bagi mereka karena 90 persen pendapatan keluarga hanya untuk
kebutuhan makan. Memang, mereka dilahirkan untuk berhutang, hidup penuh hutang,
mati penuh hutang, kata manajer hacienda.
akan sangat senang jika suami saya membantu saya, tetapi dia tidak akan membantu
saya karena dia adalah orang yang memegang kekuasaan (dalam rumah tangga). Pria
tidak dapat membantu wanita karena pekerjaan tadi bukan pekerjaan pria. Pria dapat
menuntut apa saja dari istrinya tetapi istri tidak bisa minta apa saja dari kepadanya.
Seorang pria hanya memikirkan lahan keluarga. Tetapi saya juga mempunyai
sawah sendiri untuk ditanami, yang paling penting dari semua pekerjaan saya lainnya
saya harus mengatur diri saya sendiri untuk menemukan waktu yang cukup untuk
mengolah lahan saya sendiri, karena pentingnya makna makanan bagi kehidupan kami.
Setelah panen tahun lalu, suami saya memberi saya dan istri satunya lagi millet
(sejenis padi) untuk disimpan dalam gubuk sebagai simpanan darurat. Tetapi kami telah
menggunakan simpanan bahan makanan itu hingga habis dan harus mengandalkan
pada apa yang dia berikan pada kami setiap hari. Kalau hujan kami dapat memetik
daun untuk membuat saus kental dan menanam millet.
Suami. Saya adalah satu-satunya yang memberikan perintah sehubungan
dengan pekerjaan dan makanan kami. Dengan calabash (sejenis buah yang kulit
luarnya dibuat sebagai wadah) saya menakar millet untuk kedua istri saya terserah
mereka mau dimasak apa.
Sebenarnya memang benar wanita lebih banyak bekerja daripada pria. Wanita
bekerja dengan kita di sawah. Kemudian dia harus kembali ke rumah untuk mengambil
air dan kayu bakar, menggiling millet untuk dijadikan tepung dan membuat bubur millet
dan kuah. Dia juga harus memandikan anak-anak. Saya melihat sendiri kalau dia cukup
lelah, kalau dia bekerja terlalu keras. Tetapi tradisi dan kebiasaan mencegah saya dari
membantunya. Pekerjaan tersebut memang pekerjaan wanita. Saya tidak tahu
mengapa saya harus membantunya.
Studi kasus 5: buruh di Sri Langka
Emmanuel, berusia 55 tahun, menyokong istrinya dan lima anak-anaknya
dengan memilah-milah ikan. Bila perahu datang dia membantu nelayan untuk
melepaskan ikan-ikan dari jaringan. Untuk pekerjaan ini, dia diberi sebungkus ikan yang
jika dijual dia menerima uang Rs. 10 15 per hari. Pekerjaan semacam ini tidak selalu
ada setiap hari, dan semua pendapatan dihabiskan untuk konsumsi setiap hari. Rumah
tempat mereka tinggal hanya separuh terbuat dari batu bata dan semen (biasanya
separuh bawah semen dan separuh atas kayu biasa) dengan atap terbuat dari cadjan.
Pembuatan rumah ini didanai dengan menjual sebagian kecil tanah warisan dengan
harga Rs. 10.000. Luas tanah yang dijual tidak diketahui. Ketika uang ini dibelanjakan,
tak ada uang lagi untuk menyelesaikan pekerjaan (membuat rumah tadi). Dinding
hanya dibangun tiga-perempat dan jendela dan pintunya tidak dipasang (karena belum
ada biaya). 10 perch (1 perch = 5 meter) tanah tempat mereka tinggal akan diserahkan
secara sah kepadanya.
Tidak ada barang perabot atau barang konsumsi yang tahan lama disana.
Beberapa peralatan masak ditumpuk di kotak tua. Ketika kamu berkunjung ke rumah
keluarga itu, istri Emanuel berusia 42 tahun ada di rumah sakit, melahirkan anak
termudanya dua hari lalu. Anak perempuan tertua berusia 17 tahun. Anak-anaknya
tidak ada yang bersekolah meskipun kadang anak kecilnya sekolah di taman kanakkanak secara gratis yang diorganisir oleh lembaga sukarela Sarvodaya Sharamadana.
Satu-satunya bantuan yang diterima oleh keluarga ini adalah Rs.110 berupa
kupon makanan. Enam pohon kelapa di halaman hanya menghasilkan kelapa cukup
untuk konsumsi setiap hari. Karena rumah ini terletak di pinggir pantai, tidak pekerjaan
lain yang bisa dilakukan. Meskipun ada hanyak babi yang dipelihara di daerah ini,
keluarga ini tidak memelihara babi.
Keluarga ini tidak mempunyai hutan mungkin ini disebabkan karena pendapatan
sekarang yang diperoleh tidak cukup untuk melunasi hutang (jika dia berhutang) dan
kurangnya harta yang dapat dijadikan jaminan (sehingga dia tidak berani berhutang).
BAB III
berubah
secara
radikal.
Negara-negara
jajahan
berhasil
memperoleh
kemerdekaannya sedangkan negara kapitalis Barat dan komunis Timur mulai terlibat
dalam perang dingin. Sebagian dari perang ini bermaksud memperoleh sekutu dari
negara-negara sedang berkembang. Sementara itu PBB telah berdiri dan secara luas
telah mengembangkan bidang-bidang kajiannya-kesenjangan kondisi sosial ekonomi
antara negara maju dan negara terbelakang. Karena itu para ilmuwan sosial
mengalokasikan
tugas
mencari
penjelasan
rentang
penyebab
terjadinya
dan melakukan tugas-tugas ekonomi yang sama pula. Masyarakat tradisional tetap
bersatu karena anggota-anggota individunya masih belum dapat dibedakan. Solidaritas
mekanis seperti ini mulai muncul dan suatu kelompok yang relatif terdiri dari individuindividu, yang oleh Durkheim disebut dengansegmen. Misalnya, suatu komunitas
petani sederhana dapat dianggap sebagai satu segmen. Beberapa atau sedikit lebih
banyak segmen sama namun tidak saling berkaitan disebut dengan masyarakat
segmental. Suatu negara yang terdiri dari kaum petani yang tidak saling berbeda
namun menyebar di berbagai desa dan umumnya mengabdikan diri pada produksi
subsistensi
dikualifikasikan
sebagai
masyarakat
terbagi
(segmented
society).
kekuasaan eksternal. Model pertumbuhan lima tahap Rostow telah menarik banyak
minat selama bertahun-tahun. Salah satu daya tariknya adalah kesederhanaan namun
merupakan gambaran yang mengembangkan lepas landasnya negara berkembang
menuju pertumbuhan dengan pertahanan sendiri (self-sustaining growth). Faktor
lainnya adalah sub-judul buku, manifesto non-komunis. Hal ini secara alami menarik
bagi tanggung jawab para elit Amerika untuk merancang kebijakan dan umumnya juga
bagi kesadaran politik konservatif
Barat. Hal
dengan kaum Marxis dan beberapa tahun kemudian dengan para akademik liberal.
Namun , gagasan ini memberikan dukungan terhadap pandangan bahwa untuk
pertama kali dalam sejarah, suatu pola universal tentang modernitas muncul dari
lembaga-lembaga dan nilai-nilai tradisional yang sangat beragam.
Modernisasi telah merombak model unilineal para evolusionis lama dengan
mengakui bahwa ada beragam jalan menuju perkembangan. Walaupun tujuan
utamanya mungkin sama, namun titik tolak dan cara pencapaian menuju satu tujuan
bisa berbeda. Pengetahuan tentang sejarah yang lebih banyak keragaman empiris
yang demikian nampak dari negara-negara berkembang ini memperkuat dan
mempertegas tuntutan akan gagasan ini. Karena itu, Steward mengusulkan teori
evolusi multilinier dimana masyarakat yang sama dapat bergerak dalam arah yang
berbeda. Sahlin dan Service membedakan evolusi umum dan khusus. Dua tingkat
yang berbeda dari perkembangan adaptif ini adalah tingkat masyarakat atau budaya
khusus, dan tingkat peradaban atau budaya umum. jadi terobosan evolusi umum dapat
diketahui sedangkan beragam sejarah dari masyarakat khusus juga dapat dimasukkan
dalam teori ini. Penulis lain lebih melihat pada klasifikasi tipologi yang kompleks untuk
paradigma neo-evolusi mereka. Parson, misalnya, memberikan lima kategori tipologi :
masyarakat primitif (Aborigin Australia), masyarakat kuno (Kerajaan Mesotamia dan
Mesir Kuno), kekaisaran pertengahan sejarah (China, India, Kekaisaran Islam dan
Kekaisaran Romawi), masyarakat persemaian (Israel dan Yunani) dan masyarakat
modern (Amerika Serikat, Uni Sovyet, Eropa dan Jepang). Masyarakat pada masingmasing tahap memiliki tingkat perbedaan sosial yang sama dan telah mengalami atau
mengimpor solusi integratif yag seimbang.
Jelas dari pembahasan ini bahwa walaupun ada pandangan yang sama dalam
perspektif masyarakat modernisasi ternyata tidak terdapat struktur yang monolitik.
Terdapat variasi yang diciptakan oleh perbedaan akan penekanan, spesifikasi dan
kepentingan. Dalam keseluruhan bagian tentang pendekatan modernisasi ini kita akan
melihat beberapa variasi ini.
Suatu model pendekatan modernisasi yang populer dan tetap bertahan adalah
perekonomian ganda (dual economy). Dasar model ini terletak pada penilaian bahwa
banyak negara berkembang dicirikan oleh dua sektor perekonomian. Perbedaan
menyolok antara pertanian teknologi rendah di daerah pedesaan dan industri modern
dan infrastruktur di daerah perkotaan tidak dapat diabaikan. Lewis mengusulkan suatu
model makro yang terdiri dari sektor industri dan pertanian. Ia menilai bahwa pertanian
merupakan cadangan kerja bagi industri. Pengangguran terselubung pada sektor
pertanian dapat memungkinkan transfer sumber pekerjaan bagi sektor industri yang
dinamis tanpa mempengaruhi hasil pertanian. Lambert mengusulkan bahwa di Amerika
Latin suatu struktur ganda di dominasi di Brazil, Mexiko, Columbia, Venezuela dan Chili.
Populasi negara-negara ini dibagi antara bentuk organisasi sosial kuno dan maju
secara kasar setara dengan kategori desa dan kota. Bentuk kuno akan cepat
tenggelam dibalik perkembangan modernisasi dan sektor-sektor yang maju akan
menjadi pemenangnya. Contoh terakhir tentang sektor ganda dikemukakan Boeke,
seorang mantan administrator penjajah Belanda. Walaupun ditulis pada awal abad ini,
namun terjemahannya ke dalam bahasa Inggris muncul bersamaan dengan lahirnya
teori modernisasi. Tesisnya dirangkum rapuih dalam bentuk tulisan kliping : East is
East and West is West, and never the twain shall meet (Timur adalah timur Barat
adalah barat, dan keduanya tidak akan bertemu).
Suatu sistem sosial pedesaan prekapitalis berbeda dengan kapitalis impor.
Keduanya terlibat dalam pertikaian spiritual yang diekspresikan dalam kehidupan
ekonomi, sosial dan politik. Selain itu, teori ekonomi Barat sepenuhnya tidak sesuai
untuk menganalisa pertanian subsistensi pedesaan. Dalam menggunakan keyakinan
para kaum modernis akan model dikotomi, Boeke memiliki pandangan pesimistis akan
masa depan yang berbeda dengan kerabatnya. Perubahan dalam perekonomian desa
akan mengakibatkan kemunduran bagi masyarakat desa. Walau interprestasi ini
(khusus/umum),
penyebaran
fungsional/
spesifisitas
fungsional.
Kombinasi yang berbeda dari variabel pola menimbulkan hubungan peran yang
berbeda dan struktur sosial yang berbeda. Bagian pertama dari masing-masing
pasangan diatas berindikasi tradisional sedangkan bagian keduanya berkaitan dengan
modernitas. Hoselitz menerapkan variabel pola Parsons terhadap proses pembangunan
dan menemukan bahwa negar-negara maju memiliki ciri universalisme, orientasi
keberhasilan dan spesifisitas fungsional. Negara-negara terbelakang menunjukkan
variabel yang berlawanan. Jadi, Hoselitz bisa menyatakan bahwa transisi dari
masyarakat tradisional menuju masyarakat modern pada dasarnya merupakan
persoalan perubahan variabel pola. Kaitan antara modernitas dengan nilai-nilai modern
dengan tegas diangkat dalam studi Lerner yang terkenal tentang Timur Tengah. Ia
melihat suatu tranformasi karakterologis melalui mobilitas jiwa, atau dengan kata
lain, suatu perubahan dalam kepribadian dan nilai-nilai dari tradisional menuju modern.
Mc Clelland melihat kunci untuk menjadi modern dalam transfer virus mental n Ach
(kebutuhan akan keberhasilan). Secara khusus hal ini akan merangsang terciptanya
kapitalisme, kemudian modern, dan untuk memastikan bahwa para petualang dari
Dunia Ketiga tidak terlalu tamak maka diusulkan pula suatu rasa tanggung jawab
umum. moore merangkum banyak pemikiran dalam pernyataannya bahwa perubahan
nilai secara besar-besaran merupakan kondisi fundamental terbaik untuk trasformasi
dari
integrasi.
Demikian
pula,
kekuatan
tradisi
tetap
bertahan
pada
kedudukannya. Disini terjadi tarik tambang tiga arah. Ilmuwan politik beralih ke
kecemasan debat untuk mencegah disentegrasi atau pengurangan kontrol oleh institusi
politik formal. Institusi demokrasi Barat yang dicangkokkan tidak perlu berkembang dan
dalam beberapa hal perlu mengalami suatu kematian awal. Perang saudara Kongo
1960 dan perang saudara di Nigeria beberapa tahun kemudian secara kejam dan grafis
menunjukkan beberapa besar gangguan modernisasi. Karena itu, Huntingdon
menyatakan bahwa institusi politik negara-negara berkembang, baik tradisional maupun
modern, sering terbukti terlalu tidak fleksibel atau terlalu lemah untuk menahan
besarnya tekanan bagi partisipasi politik, sehingga menimbulkan suatu kehancuran
atau kemandegan politik. Masalah ini dapat diatasi. Peningkatan tatanan politik harus
menjadi tujuan utama dalam modernisasi politik. Bukan bentuk pemerintahan (yakni
bukan demokrasi Barat yang ideal) yang menjadi pembeda politis utama antara
bangsa-bangsa namun tingkatan pemerintahannya (yakni kemempuan mengelola
tatanan politik dan kemudian meningkatkan dan mengontrol proses modernisasi).
Dalam rumusan ini, perbedaan antara negara demokrasi dan negara komunis lebih
sedikit dari perbedaan keduanya dengan banyak negara dunia ketiga lainnya, yang
pemerintahnya memang tidak memerintah. Pendekatan ini menghasilkan suatu
pembenaran analistis bagi dukungan Amerika akan rezim otoriter, dimana rezim ini
memeiliki tingkat pemerintahan yang kuat. Terjadi kegagalan untuk membentuk
solidaritas organik. Mobilitas sosial atau perbedaan telah terjadi namun antisipasi
reintegrasi
bagi
beragam
kelompok
baru
tidak
terjadi
sebagaimana
yang
diantisipasikan. Kaum elit yang menjadi tempat ketergantungan utama gagal melakukan
peran yang dianjurkan. Kebijakan yang dikeluarkan mengahadapi kebimbangan antara
upaya mengontrol semua posisi kekuasaan dan memenuhi tuntutan berbagai
kelompok.
Karya Eisenstadt adalah obituari yang sesuai bagi paradigma modernisasi.
Transformasi seketika dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern tidak
terjadi. Banyak terjadi peningkatan kemiskinan, hutang, tekanan politik dan stagnasi
ekonomi, yang kesemuanya tidak diharapkan terjadi. Teori-teori yang lebih radikal telah
maju dan paham modernisasi masih harus banyak dikritik. Para pakar teori radikal
menggunakan pola kompetisi untuk memahami negara terbelakang di Dunia Ketiga,
namun semuanya berhutang pada Karl Marx. Melalui karya Marxlah banyak masukan
telah
diperoleh.
Namun,
studi
pembangunan
dari
neo-Marxis
modern
tidak
tanpa
kolonialisme
bagaimana
masyarakat
prakapitalis
statis
dapat
pada
hubungan
eksternal
negara-negara
Dunia
Ketiga
dengan
kapitalisme industri dan telah menyimpulkan bahwa telah terjadi eksploitasi dan
pengangguran. Selain itu, sejak kematian marx, sejarah telah menunjukkan
ketidakcocokan dari model unilinear. Misalnya, banyaknya variasi dalam revolusi
sosialis.
Kadang-kadang ada versi kontemporer bagi tema Marxian klasik. Bil Warren
telah menjadi penulis modern yang paling berpengaruh dalam hal ini. Ia membuat
berbagai peningkatan dalam kesejahteraan sosial dan material selama kolonialisme.
Contoh beberapa keuntungannya adalah kesehatan yang lebih baik, kehidupan yang
lebih lama, pendidikan dan semakin banyaknya barang konsumsi. Warren menghapus
reformulasi neo-Marxisme dan mengklaim bahwa mereka telah menciptakan suatu ilusi
keterbelakangan. Penekanan terhadap ketergantungan telah mengaburkan kemajuan
ekonomi yang diperoleh selama kemerdekaan politis. Dunia Ketiga telah secara luas
mengembangkan cara yang diramalkan Marx. Misalnya, catatan pasca perang di
Negara Dunia Ketiga berdasarkan ukuran standard pertumbuhan dalam GNP perkapita,
oleh Warren dinilai sebagai cukup beralasan, bahkan mungkin mencapai keberhasilan
luar biasa bila dibandingkan dengan keberhasilan pra perang maupun dengan periode
pertumbuhan masa lalu manapun di perekonomian pasar maju yang dapat dijadikan
sebagai pembanding yang relevan. Informasi statistik lain yang menunjukkan hal ini
sebagai pertumbuhan dalam hasil industri serta integrasi populasi yang lebih utuh ke
dalam pasar kapitalis dianggap menunjukkan bahwa kemajuan telah dicapai dalam
pembangunan kekuatan produksi. Jadi, kelas pekerja masih memainkan peran yang
ditakdirkan. Agenda politiknya jelas. Tiupkan semangat neo-Marxis dan Nasionalisme,
doronglah pembangunan kekuatan produksi yang pesat dan ciptakan kelas pekerja
yang semakin berkembang dan sadar sepenuhnya akan peran revolusionernya.
NEO MARXISME : KETERGANTUNGAN
Sejak lahir 1960-an perkembangan sosiologi berada dalam keadaan krisis. Baik
paham modernisasi maupun Marxisme klasik tidak dapat memberikan penjelasan
memadai tentang apa yang terjadi di Dunia Ketiga dan bagaimana kemajuan dapat
dicapai. Suatu paradigma baru sangat diperlukan. Paradigma ini ditemukan dalam
pendekatan ketergantungan neo-Marxis dan dipopulerkan, paling tidak di negaranegara berbahasa Inggris, dalam karya Andre Gundar Frank.
Namun pemikiran ini sebenarnya sebenarnya berasal dari Amerika Latin. Sampai
1929 bangsa-bangsa Amerika Latin menjalankan strategi pembangunan konvensional
yang diekspor dari luar. Depresi ekonomi 1930-an secara drastis telah mengurangi
permintaan Amerika terhadap barang-barang Amerika Latin dan membuat negaranegara ini harus bergantung pada perdagangan luar sebagai mesin pertumbuhan. Jadi,
negara ini mulai merancang strategi pembangunan ke dalam sehingga membuat
mereka tidak mudah diserang perdagangan dunia. Namun tidak sampai setelah Perang
Dunia Kedua, dibentuklah suatu dukungan ideologis yang jelas terhadap cara
pembangunan kedalam. Dukungan serta program yang diusulkan berasal dari kantor
Komisi Ekonomi PBB untuk Amerika Latin (ECLA) yang dibentuk di Chili pada tahun
1948. Meski dinilai radikal dalam konteks badan internasional, namun sesuai dengan
gaya analisa PBB serta kelunakannya, dukungan ini oleh birokrat internasional tidak
dianggap bernuansa politis. ECLA percaya bahwa kebijakan ekonomi konvensional
yang dicetuskan dari negara kapitalis maju tidak sesuai dengan Amerika Latin.
Perekonomian ini gagal menghasilkan pembangunan ekonomi yang terantisipasi. ECLA
menggunakan struktur ekonomi di luar Amerika Latin untuk menjelaskan kelanggengan
pengangguran di benua ini. Sistem perdagangan bebas internasional segera dianggap
sebagai penjahat bagi perekonomian Amerika Latin. Bentuk perdagangan dan istilah
elastisitas pendapatan dari permintaan akan ekspor barang pokok mengalami
penurunan
sementara
elastisitas
pendapatan
Amerika
Latin
dari
permintaan
menggantikan impor dengan produksi domestik. Proteksi tarif tinggi sangat penting
dalam tahap-tahap awal. Negara perlu memainkan peran yang lebih besar dalam
meningkatkan pembangunan ekonomi dibandingkan peran negara sebelumnya.
hanya
demi
keuntungan
negara
dan
pusat.
Strategi
pembangunan
industrialisasi pengganti impor yang sifatnya kedalam dilihat sebagai jalan untuk
menembus hubungan ketergantungan yang tidak setara ini. Karena dengan ini maka
pembangunan sesungguhnya dapat terjadi.
Pandangan ECLA ini diambil alih ilmuwan sosial Amerika Latin lain yang
memperbarui, modifikasi dan meradikalkannya. Namun semuanya menggunakan
pandangan bahwa keterbelakangan Amerika Latin dan negara pinggiran lain hanya
dapat dipahami dalam konteks sistem kapitalis dunia. Berbeda dengan Marx, pakar
teori ketergantungan percaya bahwa hubungan yang mengikat pusat dan pinggiran
bertentangan dengan jalannya pembangunan, bertentangan dengan penciptaan
kapitalisme industri maju. Hubungan ini hanya mengabadikan pengangguran di negara
pinggiran. Walau definisinya sedikit bervariasi namun dos Santos berhasil memasukkan
dua perspektif utama paradigma ini dalam rumusan tentang gagasan ketergantungan :
Suatu situasi dimana kelompok negara tertentu memiliki perekonomian yang
dikondisikan oleh pembangunan dan ekspansi perekonomian yang lain, tempat mereka
bergantungKetergantungan
menentukannya
kembali
mengkondisikan
sebagai
suatu
struktur
fungsi
internal
kemungkinan
tertentu
yang
struktural
dari
perekonomian nasional yang nyata. (dos santos seperti dikutip dalam Roxborough,
1979, hal 66).
Dengan demikian, terdapat ketergantungan dalam suatu hubungan internasional
antara kondisi ekonomi yang kuat dan yang lemah. Tetapi ada juga ketergantungan
dalam struktur yang berbeda antara negara-negara maju. Aliran ketergantungan
tidaklah monolitik, sebagaimana jelas ditunjukkan dalam buku Blomstrom dan Hettne
(1984). Obrein (1975, hal 13) menyatakan bahwa tiap penulis menekankan aspek
yang berbeda tentang bagaimana dan mengapa ekonomi internasional serta
perubahan-perubahannya, perubahan-perubahan kondisi, di Amerika Latin, namun
seorang
penulis,
pengaruhnya
Andre
sangat
Gunder
kuat
Frank telah
kepada
aliran
mencapai
kemashurannya
ketergantungan
dengan
dan
versi
feodalisme.
Misalnya,
ketika
ilmuwan
Marxis
maupun
Borjuis
metropolis dunia (sekarang AS) dan kelas pemerintahannya, dan satelit nasional dan
internasional serta pimpinannya satelit nasional seperti negara bagian selatan AS,
dan satelit internasional seperti Sao Paulo. Sejak Sao Paulo menjadi metropolis
nasional, propinsi seperti Recife atau Belo Horizonte, serta kemudian satelit lokal dan
regionalnyasuatu rantai metropolis menyeluruh sampai ke hacienda (perkebunan)
atau pedagang desa yang menjadi satelit bagi pusat metropolitan komersial lokal
namun juga memiliki para petani sebagai satelit mereka ( Frank,, 1971, hal 174-5).
Pada kenyataannya seluruh dunia terdiri dari rangkaian konstelasi metropolis
disesuaikan dengan bagian atau bahkan keseluruhan surplus perekonomian satelitsatelitnya. Jadi pekerja yang tidak memiliki tanah dapat dieksploitasi oleh pemilik tanah.
Namun mereka mungkin juga bisa memiliki surplus perekonomian yang disesuaikan
dengan pemilik tanah yang lebih besar dan klas bisnis propinsi. Rantai ini berkelanjutan
sampai puncak hirarki, sehingga metropolis dunia dapat dicapai tidak ada lagi orang
yang berada dibawah metropolis ini.
Imperialisme
metropolis
dunia
bukan
saja
menjadi
imperialisme
yang
membiarkan struktur dasar ini tetap utuh selama berabad-abad. Kerjasama klas-klas
dominan di satelit-satelit juga diperlukan. Struktur ketergantungan telah memungkinkan
klas pemerintahan domestik untuk menjadi bagian yang disesuaikan dengan surplus.
Sebaliknya klas-klas ini tidak banyak membantu perubahan struktur. Klas-klas ini
banyak diuntungkan oleh keterbelakangan. Menurut Frank, kaum borjuis menggunakan
kabinet pemerintah dan aparat negara lainnya untuk menghasilkan kebijakan
keterbelakangan dalam kehidupan ekonomi sosial dan politik bangsa dan masyarakat
Amerika Latin. Namun kekuatan ketergantungan selalu berbeda sepanjang waktu.
Misalnya, depresi dan perang pada tahun 1930-an dan PD II bisa menyebabkan
melemahnya ikatan ketergantungan karena metropolis dunia tidak mampu mengelola
suatu
totalitas
yang
melebihi
batasan
politik
seperti
itu.
Ia
Suatu bagian dari dunia kerja, yang mana berbagai sektor atau area didalamnya
tergantung pada pertukaran ekonomi dengan yang lainnya untuk penyediaan atas
berbagai kebutuhan di area tersebut secara lancar dan berkesinambungan. Pertukaran
ekonomi seperti ini bisa muncul secara nyata tanpa adanya unsur politik umum dan
bahkan nampak jelas lagi tanpa berbagi budaya yang sama. (Wallerstein, 1979,5).
Hanya ada tiga jenis sistem sosial. Pertama, sistem-mini, yaitu hanya pertanian
atau perburuan sederhana dan masyarakat yang berkumpul. Tetapi kini dimana-mana
mereka musnah karena dimodifikasi, dikurangi atau dihancurkan oleh sistem sosial lain,
yang keduanya merupakan sistem dunia. Kerajaan dunia dibentuk berdasarkan
kehancuran kekuasaan oleh kewenangan pusat dan peradaban pramodern seperti
China, Mesir dan Romawi adalah contoh-contohnya. Kategori terakhir adalah
perekonomian dunia, suatu sistem yang dihubungkan oleh pertukaran pasar. Harus
dicatat bahwa suatu sistem dunia tidak harus menyebar ke seluruh dunia, meskipun hal
ini bisa terjadi bagi dunia kontemporer. Suatu pembagian kerja tunggal dan sistem
budaya ganda menghasilkan sesuatu yang disebut sistem dunia.
Menurut Wallerstein, perekonomian dunia Eropa muncul pada akhir abad 15 dan
awal abad 16, yang merupakan tipe sistem dunia yang sangat baru. Sistem ini secara
ekonomis menyatu, dengan pembagian kerja tunggal, namun secara politik beragam,
dengan politik ganda. Pembagian kerja jelas masih merupakan ciri kapitalisme. Ciri
utama perekonomian dunia kapitalis adalah produksi untuk penjualan di pasar demi
mewujudkan keuntungan maksimum. Pembangunan sistem ini tidak adil. Sistem ini
menghasilkan negara dengan hierarki tiga tingkat - inti, semi pinggiran dan pinggiran.
Mekanisme negara kuat pada inti (bangsa-bangsa kapitalis industri) dan mekanisme
negara yang lemah dipinggiran (Dunia Ketiga) memungkinkan negara inti melakukan
hubungan pertukaran yang tidak adil bagi negara pinggiran. Jadi kapitalisme tidak saja
melibatkan penyesuaian nilai surplus oleh pemilik dari pekerja, tetapi suatu
penyesuaian surplus dari perekonomian dunia secara keseluruhan oleh wilayah-wilayah
inti. Karena itu Wallerstein menyamai Frank dalam pandangan bahwa inti secara aktif
men-terbelakang-kan pinggiran. Kenyataannya, sistem ini terus membuat pinggiran
melemah sejak munculnya kapitalisme pertanian. Serangan, ancaman, pembatasan
pasar dan perlindungan industri adalah beberapa taktik yang dilakukan negara-negara
kuat untuk menciptakan kelemahan negara-negara pinggiran.
Strata menengah hirarki internasional, yakni semi-pinggiran, jelas penting bagi
mulusnya perjalanan perekonomian dunia kapitalis. Pihak semi-pinggiran mencegah
polarisasi inti dan pinggiran. Pihak inti telah menciptakan semi-pinggiran untuk
mencegah instabilitas politik dan kehancuran sistem pertukaran yang tidak adil pihak
inti dengan melakukan eksploitasi besar-besaran diwilaayh pinggiran. Mekanisme
proses ini tidak begitu jelas dalam karya Wallerstein. Pihak semi-pinggiran dapat
mengeksploitasi dan dieksploitasi dari lokasinya sebagai penengah sementara bangsabangsa
dapat
saja
beralih
dari
inti
menjadi
semi-pinggiran
atau
dinaikkan
ketergantungan
menteorikan
pembangunan
dunia
dengan
ketergantungan tidak memberikan jawaban untuk semua hal. Setelah paradigma ini
diterima, teori ketergantungan menjadi lebih sistematis dan mulai menimbulkan banyak
kritik. Munculnya kritisisme ini umumnya berasal dari dalam tradisi Marx, dari suatu
debat tentang cara produksi yang dihidupkan dan dimodifikasi kembali. Debat ini
menjadi pokok pembahasan bagian berikut.
NEO-MARXISME: PENGGAMBARAN CARA-CARA PRODUKSI
Kritik awal yang sangat berpengaruh dari perspektif dependensi yang berasal
dari penganut Marxisme Amerika Latin yang bernama Ernesto Laclau. Sasaran
utamanya didalam mengkritik adalah Frank tetapi Wallerstein juga dimasukkan catatan
tambahan dalam penerbitan ulang essay aslinya (Laclau, 1971, 1977). Keberatan
utama Laclau yaitu terhadap pandangan Frank adalah bahwa Amerika Latin secara
keseluruhan merupakan kapitalis dan hal ini terjadi sejak awal penaklukan Spanyol dan
Portugis. Dalam rangka mengungkapkan kasusnya Laclau berdasarkan pada konsep
penganut Marxis yang tidak bisa dipahami mengenai cara produksi.
Bagi Frank dan Wallerstein, kapitalisme merupakan suatu sistem hubungan
pertukaran. Menurut Laclau abstraksi ini, memungkinkan para teoritikus dependensi
tersebut untuk memasukkan suatu cakupan hubungan eksploitatif yang sangat luas
didalam kapitalisme -- inquilinos Chili, merupakan pekerja tekstil di Manchester, bahkan
petani Eropa Abad Pertengahan dan budak pda latifundum Roma. Sebenarnya, yang
meliputi kesemuanya itu adalah persepsi kapitalisme Frank yang menyatakan bahwa
kita bisa menyimpulkan bahwa mulai dari revolusi neolithik sampai selanjutnya tidak
terdapat hal yang lainnya selain kapitalisme (Laclau, 1971, hal 23). Laclau kembali ke
konsep Marxis mengenai cara produksi --suatu hubungan dan kekuatan produksi sosial
yang terintegrasikan secara kompleks yang terhubungkan ke suatu jenis kepemilikan
tertentu atas alat-alat produksi (Laclau, 1971, hal 34). Hanya dua cara produksi yang
membuat Laclau tertarik pada kasus Amerika Latin, yaitu feodalisme dan kapitalisme.
Dalam kedua cara surplus ekonomi tersebut diberikan oleh klas dominan tetapi didalam
kapitalisme buruh yang bebas untuk menjual tenaga kerjanya pada saat kepemilikan
alat-alat produksi dihentikan dari kepemilikan tenaga kerja. Laclau melanjutkannya
dengan mentukan sesuatu yang disebut dengan suatu sistem ekonomi, yaitu
hubungan yang saling menguntungkan diantara unit-unit produksi yang berbeda, dalam
skala regional, nasional maupun internasional (Laclau, 1971, hal 35). Dengan demikian,
dalam posisi yang bertentangan dengan Frank, Laclau mengamati bahwa suatu sistem
ekonomi yang ada mungkin terdiri dari cara produksi yang berbeda tetapi tumbuh
bersamanya dengan suatu cara produksi yang mengasumsikan suatu posisi yang
berbeda.
Di Amerika Latin, pada saat kapitalisme menjadi dominan, terdapat strukturstruktur feodal di seluruh benua tersebut sedangkan pada saat sekarang kondisi semi
feodal masih sangat bercirikan Amerika Latin yang masih pedesaan (Laclau, 1971, hal
32). Laclau merasa tidak nyaman untuk membuat jarak diantara dirinya dengan thesis
dualisme aliran modernisasi. Pada aliran modernisasi ini tidak terdapat adanya
hubungan yang jelas antara sektor progresif modern dengan sektor tradisional tertutup.
Sebaliknya Laclau menyatakan bahwa eksploitasi bergaya feodal ditekankan dan
dikonsolidasikan oleh aktifitas kapitalis di Amerika Latin. Sebagai kutipan untuk contoh,
para petani diarahkan untuk harus merendahkan diri dan pasti merendahkan diri
supaya memaksimalkan keuntungan.
Bertahannya cara feodal bahkan refeodalisasi terjadi sebagai suatu bagian
sistem ekonomi lebih besar yang integral dan dan terstruktur yang didominasi oleh cara
kapitalis. Laclau setuju dengan pendapat Frank bahwa surplus ekonomi sedang
ditransfer dari pinggiran ke pusat. Namun demikian, saat Frank meyakini bahwa
perpindahan ini merupakan penyebab keterbelakangan, Laclau berpendapat bahwa hal
ini merupakan hasil dari hubungan yang lebih mendasar. Kepemilikan alat-alat
produksi, yang merupakan konsep penganut Marx fundamental, membentuk inti
hubungan dasar tersebut yang menentukan bentuk kanalisasi (penyaluran) surplus
ekonomi dan tingkat pembagian tugas, yang selanjutnya merupakan dasar kapasitas
kekuatan produksi spesifik untuk ekspansi (Laclau, 1971, hal 4). Penjelasan Laclau
mengenai pentingnya keterbelakangan bagi pembangunan telah dituduh tidak
meyakinkan secara teoritis maupun dalam prakteknya. (Brewer, 1980,hal 170).
Pemfokusan pada hubungan produksi pasti bermanfaat tetapi hampir kelihatan bahwa
Laclau telah melakukan hal ini dengan lebih bertujuan untuk menunjukkan autentisitas
penganut Marx daripada untuk pencerahan yang menjelaskan. Namun demikian, orang
tidak bisa menuduh Laclau hanya dengan mengulangi pernyataan kedudukan penganut
Marx
klasik
karena
ia
tidak
berbagi
optimisme
Marx
sehubungan
dengan
perkembangan kekuatan produksi dalam suatu kapitalisme Dunia Ketiga. Karya Laclau
bahkan mungkin dipandang sebagi kritik terhadap perspektif penganut Marx klasik.
Yang menganalisa secara bersamaan tetapi independen terhadap pemikiran
Laclau tentang persoalan cara produksi yaitu sekelompok antropolog Perancis
Meillassoux, Godelier, Terray, Dupre dan khususnya Rey. Tulisan-tulisan mereka
menunjukkan suatu sintesa prinsip-prinsip Marxis, dan inspirasinya berasal dari prosa
teoritikus Marxis yang padat dan sulit yaitu Althusser dan Balibar. Antropologi baru
berkeinginan memakai pembedaan Althusser antara cara produksi dan pembentukan
sosial.
Cara produksi merupakan suatu konsep abstrak yang meliputi kekuatan dan
hubungan produksi dan pasti memasukkan mekanisme distribusi. Perlu dicatat bahwa
ambiguitas dan ketidaksetujuan konseptual mengenai apa yang membentuk suatu cara
produksi dan penggunaan konsep yang tidak penting, khususnya untuk semua bentuk
tujuan yang sifatnya menjelaskan telah memperlemah kasus versi neo-Marxisme ini.
Pembentukan sosial merupakan konsep yang lebih konkret yang mana suatu
masyarakat yang sebenarnya mungkin dianggap sebagai pembentukan sosial. Hal ini
mengandung beberapa cara produksi berlainan dan hal seperti ini jelas sekali memiliki
afinitas (daya tarik menarik) dengan pernyataan Laclau tentang sistem ekonomi. Cara
produksi diwujudkan, yaitu cara tersebut akan hidup bersama atau berinteraksi dengan
cara produksi yang mendominasi atas yang lain dalam pembentukan sosial. Hal ini
berbeda dengan marxisme klasik dimana cara produksi dilihat sebagai tahap
perkembangan yang berturut-turut. Misalnya, kapitalisme menggantikan feodalisme.
Dalam reformulasi antropologis hal ini sangat dihargai bahwa transisi diantara cara-cara
adalah suatu hubungan yang sangat lama, sebegitu lamanya sehingga pada
kenyataannya transisi merupakan keadaan hubungan yang normal. Dengan demikian,
tugas analisa utama adalah memahami cara-cara dimana cara yang berbeda saling
mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Cara-cara tersebut saling bertentangan
dimana yang satu pasti menggantikan lainnya dan perlu sekali mengidentifikasikan
bagaimana masing-masing cara direproduksi selama transisi dari dominasi satu cara ke
dominasi cara lain. Penjelasan singkat karya Rey seharusnya membantu menjelaskan
persoalan ini.
Keberatan mendasar Rey yaitu penyusunan suatu kerangka kerja analitis
tunggal yang akan memahami transisi Eropa dari feodalisme ke kapitalisme maupun
perwujudan kapitalisme dengan cara prakapitalis lainnya. Rey mengidentifikasikan tiga
tahap perwujudan, Pertama, interaksi melibatkan kapitalisme yang mengerahkan cara
prakapitalis. Misalnya, dalam masyarakat seketurunan Afrika Barat, perdagangan
budak dan barang sebenarnya memperkuat cara produksi yang ada. Pada tahap
kedua, cara produksi kapitalis menetapkan dominasinya atas cara lain yang hidup
bersama. Misalnya, upah buruh akan diperoleh (jika perlu dengan kekerasan) dan tidak
dihitung dengan hubungan kapitalisme buruh. Secara bersamaan, ekonomi subsistensi
pertanian akan memungkinkan untuk mempertahankan gangguan. Bahkan ketika
diperkenalkan pengumpulan uang cara ini hanya digunakan pada sebagian daerah
pedesaan. Cara produksi kapitalis dan tradisional akan berinteraksi. Penetrasi pertanian
kapitalis mengalami proses lambat. Pada tahap ketiganya cara prakapitalis telah hilang
sepenuhnya. Hal ini belum terjadi di Dunia Ketiga. Rey yakin bahwa, dengan
perkecualian feodalisme, semua syarat produksi prakapitalis bertentangan dan
menentang penyebaran kapitalisme. Untuk menanamkan kapitalisme diperlukan
kekerasan. Negara mengenalkan kolonialisme untuk misi peradaban, dan Rey tidak
mengenal apa yang disebut cara produksi kolonial, yang ditentukan oleh rekruitmen
kerja secara paksa dan penjualan produk secara paksa. Bila dominasi cara kapitalis
tercapai maka tentara kolonial dapat ditarik, kemerdekaan politik dapat diberikan dan
kapitalisme dapat diproduksikan kembali dalam bentuk yang oleh neokoloni sekarang
disebut dengan alat ekonomi murni. Sementara cara prakapitalis tetap ada (misalnya
dalam pengelompokan politis pasca kemerdekaan atau pertanian tradisional), modal
keuangan
metropolitan
menjadi
dominan,
khususnya
dalam
sektor
ekspor.
Frank suatu kapitalisme keterbelakangan yang aktif berada disetiap penjuru Dunia
Ketiga dan tidak akan sepenuhnya mengembangkan kekuatan produksi. Bagi Rey,
diseluruh dunia, kapitalisme dewasa ini memainkan peran revolusi tandingan yang
fundamental: kapitalisme membiarkan bentuk kuno tetap ada dan mempersiapkannya
bila terancam. Kapitalisme akan mengangkat bentuk kuno hanya bila bentuk ini
memang diperlukan dan sesuai dengan kapitalisme. Bila perlu, cara prakapitalisme
lama akan diperbaharui kembali. Analisa ini sangat berbeda dengan gagasan Frank
namun resep aksi politisnya sama. Sama dengan semua aliran teori pembangunan
persaudaraan perwujudan cara produksi telah menghadapi kritik yang tajam. Konsep
cara produksi dasar yang sukar di pahami dan kurangnya aplikasi telah menghambat
dalam penerimaannya yang lebih luas. Dalam beberapa hal, sering terjadi bahwa dunia
akademik hanya menjadi
menguntungkan. Hal ini berarti bahwa, untuk pertama kalinya, pelaksanaan manufaktur
di negara berkembang dapat menguntungkan. Samir Amin (1976) memiliki pendapat
yang sesuai dengan hampir setiap konsep dalam aliran neo-Marxisme dengan program
teoritasnya yang kurang ambisius. Kami hanya memberikan suatu sampel dari
beberapa perdebatan dan persoalan utama dalam literatur teoritas yang telah
dihasilkan selama tahun 1970-an dan awal 1980-an perkembangan neo-Marxisme.
NEO-POPULISME
Meskipun neo-Markis menentang cara-cara produksi dan sistem dunia, beberapa
penulis lain mengambarkan inspirasi dari sumber yang berbeda. Ini merupakan tradisi
pemikiran populis. Sejak abad ke-19 awal, Eropa secara reguler menelorkan banyak
penulis yang mengkritik industrialisasi berskala besar dengan alasan biaya sosial dan
biaya manusia dari proses ini jauh tidak sebanding dengan manfaat yang diperoleh
(Kitching, 1982). Secara umum mereka ingin memunculkan banyak hambatan untuk
mencegah kerusakan dan pembinasaan yang diakibatkan oleh industrialisasi. Periode
setelah Perang Dunia Pertama menyaksikan banyak penulis, terutama Chayanov
(1966), mengkritik pandangan populis dan mempertanyakan dasar pemikiran ekonomi
untuk melakukan produksi berskala besar baik dalam pertanian dan industri, sementara
itu secara bersamaan menunjukkan sebuah strategi alternatif pembangunan. Visi
pembangunan seperti ini masih kita anut hari ini dalam karya neo-populis masa kini dan
berfokus pada perusahaan berskala kecil, retensi (pemertahanan) produksi pertanian
dan retensi produksi komoditasnon-pertanian kecil-kecilan, dan berfokus pada dunia
desa dan kota-kota kecil daripada kota industri besar (Kitching, 1982, hal 98). Namun
demikian, kaum neo-populis dewasa ini bukan seorang yang mengejar (membuat) idyl
(proses yang menggambarkan keindahan alam) pedesaan. Mereka kenal dengan dan
menggunakan ilmu ekonomi jauh lebih baik daripada para pendahulunya, mereka
menerima industrialisasi parsial (sebagian saja) dan ingin memodernisasikan (seperti
membuat
lebih
produktif)
pertanian.
Perhatian
moralnya
masih
tertuju
pada
mengembangkan
sosialisme
dengan
segera.
Perlunya
untuk
melewati
kapitalisme yang telah berkembang dengan sempurna agar dapat mencapai sosialisme
ditiadakan dan dikecam sebagai alat pemikiran Eropa yang bersifat etnosentrik. Afrika
sebelum dijajah adalah sosialis, dan meskipun keluarga Afrika secara politik tidak
menyadari hal ini, mereka hidup sesuai dengan prinsip dasar ujamaa--saling
menghormati, berbagi kekayaan dan pendapatan, dan kewajiban untuk bekerja.
kelemahan diakui. Wanita adalah bawahan dan dieksploitasi sementara itu juga terjadi
kemiskinan
materi.
Kolonialisme
telah
memperkenalkan
unsur-unsur
yang
kelangkaan modal dalam negeri dan kurangnya infrastruktur dan ketrampilan, dengan
demikian perusahaan multinasional akan sulit masuk kedana. Nyerere menganggap
Tanzania tersusun dari desa-desa yang ujamaa yang mandiri yang menghasilkan dan
mengkonsumsi berdasarkan kerjasama. Industrialisasi haruslah padat tenaga kerja,
secara teknis dan geografis tersebar dengan tepat. kota-kota kecil dan besar bersifat
eksploitatif dan parasit dan tidak mempunyai peranan sentral dalam pertanian masa
depan bangsa. Tengkulak dan lintah darat, dalam negeri atau internasional, juga
memperlihatkan karakteristik yang buruk sekali dan tidak bisa dipercaya. Kerjasama,
koperasi dan kerja keras tidak begitu tampak. Akhirnya, seperti diamati oleh Kitching
(1982, hal 69), tidak bisa dikatakan kalau sosialisme, bagi Nyerere, adalah persamaan
atau
setidaknya
peningkatan
produksi
sangat
penting,
kekayaan masyarakat.
peningkatan
produksi
harus
Meskipun
dilakukan
(villagisation)
yang
dipaksakan
sering
tidak
populer
sementara
sumber daya satu-arah dari pedesaan ke daerah perkotaan diragukan, apakah pajak
sebenarnya lebih berat membebani pertanian daripada industri atau apakah distribusi
pendapatan intra-pedesaan kurang merata daripada distribusi pendapatan intraperkotaan. Pada tataran konseptual, gagasan dia tentang kelas banyak diserang
sementara sifat analisa ekonomi jangka-pendeknya juga kurang. Bahkan Lipton (1984,
hal 39) dalam mempertahankan tesisnya, mengakui kalau bias perkotaan tidak berlaku
pada semua negara kurang maju, misalnya beberapa perekonomian yang sangat
terbuka.
Lawan
final
ecodevelopment,
untuk
sebuah
kesimpulan
kata
yang
dalam
kategori
digulirkan
pada
neo-populis
tahun
1970
adalah
dengan
pembangunan yang aman secara ekologi atau secara lingkungan (Glaeser dan
Vyasulu, 1984, hal 23). Asal-usul pendekatan ini terjadi pada akhir 1960-an ketika
kontrol polusi harus masuk dalam agenda politik negara industri. Ini melahirkan
kepedulian lebih besar terhadap lingkungan fisik. Segera bel alarm berdering, ada
peringatan kalau planet bumi dalam kondisi membahayakan (Dasmann, 1972).
Semakin membaiknya penekanan pada sumber daya dunia tidak dapat dipertahankan.
Eco-doomster meramalkan bencana kedepan. Umat manusia diambang kepunahan
(Ehrlich, 1970, hal 1), perjalanan peradaban sekarang nyaris bunuh-diri (Commoner,
1972, hal 294). Sesuatu harus dilakukan untuk menyelamatkan ruang bumi. Adalah
perlu untuk meningkatkan hubungan yang harmonis antara masyarakat dan lingkungan
fisik, suatu hubungan yang akan menjamin kesehatan fisik dan keberlangsungan hidup
masyarakat dan lingkungan fisik.
Hal penting pada kasus pembangunan ekologi (ecodevelopment) adalah kritik
pembangunan ekonomi. Disamping ahli lingkungan, banyak ahli ekonomi meragukan
apakah pembangunan dapat diimbangi dengan ekspansi GNP secara konstan atau
apakah ekspansi demikian dapat dipertahankan. Tidakkah lebih banyak produksi berarti
lebih banyak polusi dan degradasi lingkungan? Dan biaya darimana yang digunakan
untuk memperbaiki malapetaka ini? Ekonom Inggris, Mishan, menentang pertumbuhan
ekonomi (Mishan, 1967,1977). Dia bersikeras kaalu penerimaan pertumbuhan ekonomi
tanpa adanya kritik, maka pertumbuhan ekonomi seperti ini akan melupakan ongkos
pertumbuhan itu. Dia juga sepakat dengan ahli lingkungan, dengan berkata kalau
mereka tidak menginginkan ekonomi tanpa pertumbuhan semata, tidak menghendaki
terjadinya resesi dalam perekonomian yang sedang tumbuh......[Mereka] menginginkan
masyarakat pada umumnya menerima kondisi ekonomi yang stabil sebagai bentuk
kebijakan sosial yang dikehendaki (Mishan, 1977, hal 108). Schumacher (1973, hal 28)
cemas kalau pengejaran pertumbuhan ekonomi yang tak terbatas berpengaruh buruk
terhadap sistem alam yang seimbang [yang kemudian] menjadi tidak seimbang. Dia
menyedihkan kenyataan kalau telah terjadi penerimaan gagasan secara tidak kritis,
yang disebarkan oleh ekonom dan politikus, bahwa pertumbuhan GNP harus bagus
sehubungan dengan apa yang telah tumbuh dan siapa yang telah mengambil manfaat.
Gagasan bahwa akan terjadi pertumbuhan patologi, pertumbuhan tak sehat,
pertumbuhan destruktif atau bersifat merusak.......merupakan gagasan jahat yang tidak
boleh muncul ke permukaan (Schumacher, 1973, hal 46). Bahkan Club of Rome yang
tenang menurunkan sebuah laporan berjudul The Limits to Growth (Batas-batas pada
Pertumbuhan) oleh para ilmuwan dari Massachussetts Institute of Technology
(Meadows dkk, 1972). Ini disusul dengan sebuah laporan lebih lanjut yang
berkesimpulan bahwa fokus manusia pada pertumbuhan harus menghasilkan
keseimbangan (Forrester, 1971).
Pembangunan ekologi menuntut jawabana atas terjadinya bencana lingkungan
di masa mendatang yang mengancam keberadaan bumi. Pertama pembangunan
ekologi diduga menjadi sebuah strategi pembangunan yang didasarkan pada
penggunaan sumber daya lokal secara bijaksana dan berdasarkan pengetahuan para
petani kecil, yang bisa diaplikasikan pada daerah pedesaan terpencil dari negara Dunia
Ketiga'(Sachs, 1971, hal 1). nAmun, konsep in diperluas untuk mencakup makna:
Pendekatan pada pembangunan dimaksudkan untuk menyelaraskan tujuan
sosial dan tujuan ekonomi dengan manajemen ramah ekologi, dalam semangat
solidaritas dengan generasi mendatang; berdasarkan asas mandiri, pemenuhan
kebutuhan dasar, simbiosis baru antara manusia dan bumi; jenis pertumbuhan
kualitatif lain, bukan pertumbuhan nol, bukan pertumbuhan negatif (Sachs seperti
dikutip dalam Glaeser dan Vyasulu, 1984, hal 25).
Menurut Sachs, pembangunan ekologi mencakup tipe kebijakan berikut:
hebat
dengan
ecodevelopers.
Pertama,
reaksi
Dunia
Ketiga
terhadap
memburuknya masalah polusi global pada tahun 1970-an adalah bahwa masalah polusi
global itu telah diciptakan oleh bangsa-bangsa industri yang oleh karena seharusnya
bertanggung jawab menyelesaikan masalah itu. Kedua, ada kecurigaan kalau
pembicaraan anti-pertumbuhan, anti-industrialisasi adalah bagian dari konspirasi untuk
menjaga Dunia Ketiga agar dalam kondisi pengangguran secara abadi. Kenaikan
produksi yang berarti sangat diperlukan untuk mensuplai kebutuhan dasar dibanyak
negara. Banyak diskusi yang meragukan manfaat pertumbuhan merupakan sindiran
bagi
negara
industri.
Para
ecodevelopers
memperkuat
dukungannya
pada
industrialisasi melalui strategi industri alternatif, yang berpendapat kalau strategi industri
alternatif ini merupakan elemen kunci pembangunan (Vyasulu, 1984). Ini sesuai dengan
semua pembangunan neo-populis. Ketiga, gerakan pembangunan ekologi ditujukan
untuk mempromosikan teknologi yang tepat dalam pertanian dan manufaktur. Teknologi
ini mula-mula berskala kecil, sederhana, mudah dipelihara, padat karya, tidak
menimbulkan polusi dan mudah dihasilkan kembali. Pemerintah Dunia Ketiga bahkan
lebih mencutigai plot Dunia Pertama yang dimaksudkan untuk menipu Dunia Ketiga
dengan teknologi-level dua (tentu tidak sehebat teknologi yang dipunyai Dunia
Pertama) agar bisa memproteksi hak istimewa Dunia Pertama. Sehingga, perumusan
kembali teknologi yang tepat yang lebih baru berupa teknik apa saja, intermediate atau
maju, berskala besar atau skala kecil, sederhana atau canggih, yang menggunakan
ilmu pengetahuan dalam suatu pola yang sesuai dengan persyaratan situasi--yang
ditentukan oleh konsep pembangunan ekologi--dan oleh karena itu mencakup faktorfaktor ekonomi, ekologi sosio-kultural dan politik (Glaeser dan Vyasulu, 1984, hal 31)-bukan merupakan definisi yang terjelas! Mungkin pemerintah, atau setidaknya
kelompok-kelompok tekanan, dinegara-negara Dunia Ketiga semakin menyadari
persoalan lingkungan karena hutan semakin gundul, batas air yang rusak, erosi tanah
yang semakin merajalela, polusi perkotaan semakin hebat dan, mereka sadar, industri
yang paling mengganggu dan limbah beracun Dunia Pertama telah menetap kembali di
Negara Ketiga. Banyak lembaga internasional dan lobi politik Barat terus menyebarkan
kepedulian mereka mengenai pentingnya masalah tersebut. Pembangunan ekologi
kemudian menjadi sangat hidup.
KESIMPULAN
Di bab ini kami meninjau beberapa pendekatan paska-perang penting pada
sosiologi pembangunan. Tak satupun teori mencapai dan mempertahankan dominasi
eksplanatori. Saat sekarang, Marxis (penganut Marx) telah mengidentifikasi adanya
jalan-buntu dalam pendekatan-yang dipengaruhi Marxis pada sosiologi pembangunan
(Booth, 1985). Mereka tidak melihat jalan jelas kearah depan tetapi berpendapat kalau
masalah metateori tertentu membutuhkan solusi sebelum kemajuan lebih lanjut bisa
dicapai. Tetapi yang lainnya tidak begitu terbebani. Teori ketergantungan menolak
untuk melangkah jauh dan tunduk pada penilaian kembali secara reguler (misalnya
Seers, 1981). Bahkan ada badan literatur yang menunjuk atau mengacu pada
pembalikan ketergantungan (dependency reversal), dimana banyak penulis berusaha
untuk
membentuk
peristiwa,
proses-proses
dan
fenimena
yang
lepas
dari
ketergantungan (Sklair, 1988, hal 702; Doran dkk, 1983). Saran lebih lanjut
banyak pendahulu indisiplinernya, para ekonom ini (seperti Bauer, Balassa, Little dan
Lal) telah mendemonstrasikan bagaimana teori dapat dengan mudah diterjemahkan
kedalam praktek oleh pembuat-kebijakan. Memang, mereka percaya kalau kinerja
pembangunan yang buruk terutama merupakan akibat dari pembuatan kebijakan yang
buruk dan telah mengidentifikasi tiga masalah pokok dalam kebijakan pembangunan
masa kini--sektor publik yang diperluas secara berlebihan, penekanan berlebihan pada
pembuatan modal fisik dan berkembangnya kontrol ekonomi yang menimbulkan banyak
gangguan. Meski banyak yang percaya bahwa penerapan visi pertumbuhan barunya
bersifat tidak jelas dan kabur, banyak tokoh berpengaruh dalam media politik dan media
finansial, Kanan Baru (the New Right), pemerintah Barat dan lembaga ekonomi
multinasional seperti Bank Dunia sangat menerima gagasan counter-revolutionary itu.
Bahkan mungkin untuk melihat dukungan sosiologi dalam bentuk sebuah strategi yang
dinamakan pembangunan institusional, suatu proses untuk memperbaiki kemampuan
lembaga-lembaga untuk memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber finansial
yang ada secara efektif (Israel, 1987, hal 1). Tetapi sosiologi masih tetap menjadi
bawahan ilmu lainnya. Bauer (1984) kembali pada sosiologi ekonomnya sendiri dalam
penjelasannya mengenai bagaimana kebudayaan berpengaruh terhadap kinerja
ekonomi.
Meski ada masalah subordinasi, abstraksi dan grandness, praktek teori dalam
sosiologi pembangunan bukan berarti sia-sia dan masa depannya cukup cerah.
Pertama, hari-hari grand theory telah berlalu. Kita tidak lagi menemukan pendukung
teori ini yang berusaha menjelaskan segala sesuatu. Sebagian hal ini diakibatkan
kesadaran kalau keragaman (heterogenity) merupakan salah satu karakteristik yang
menonjol dari Dunia Ketiga. Sehingga, daripada mencari keteraturan (regularity) dab
ciri-ciri umum pembangunan yang menyebabkan kebanyakan Dunia Ketiga tampak
serupa, para sosiolog sekarang tampaknya bersedia menyampaikan masalah yang
sangat berbeda--kekuatan-kekuatan apa yang menyebabkan variasi yang dramatik tadi
dalam Formasi Dunia Ketiga? Seperti dicatat oleh Boudon (1986, hal 87), para teorikus
pembangunan menyukai hukum kondisional tipe jika A maka B. Ini terbukti
menimbulkan validitas yang meragukan, karena setiap hukum yang dirumuskan dapat
dibuat dari Dunia Ketiga yang sangat beragam. Saran Boudon (1986) yang dinamakan
hukum adalah model ideal yang dapat lebih atau kurang bisa diwujudkan dalam kasus
tertentu, tetapi area validitasnya tidak dapat didefinisikan secara eksak.
Apresiasi beberapa atau semua kelemahan dalam sosiologi teori pembangunan
telah mengurangi kecurangan dan pertengkaran sengit yang mensifati debat teori
terdahulu. Yang muncul sekarang adalah tanda mundur dari ideologi dogmatik dan
menerima kalau ada kesepadanan yang terbatas pada perspektif (Harrison, 1988).
Jalan kedepan tahun 1980-an lebih melalui karya ilmiah yang berinformasi teori.
Banyak sosiolog menjadi lebih bijaksana karena debat teori tahun 1970-an. Mereka
banyak belajar dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, kesalahan yang dibuat dan
asumsi-asumsi yang diperselisihkan. Mereka tidak lagi merasa perlu untuk melengkapi
pembaca dengan sebuah teori. Dalam kata-kata Walton (1987, hal 200), trens-nya ke
arah menjelaskan banyak pengalaman yang kusut. Karena itu, dengan menjelaskan
pengalaman sebagai tujuan pokok, adalah mungkin untuk memanfaatkan teori yang
tepat yang ditarik dari berbagai perspektif. Juga benar kalau sosiolog telah
menunjukkan kesediaannya untuk memanfaatkan teorinya dalam melakukan penelitian
yang berorientasikan masalah. Dan bila ada Marxist yang memerlukan strategi politik
untuk mempercepat revolusi sosialis yang tidak pernah datang, maka sekarang ada
banyak teorikus yang mendukung kepentingan yang direvitalisasikan dalam persoalan
kebijakan dan praktek pembangunan dunia-nyata (Booth, 1985, hal 777).
BAB IV
Teori Pembangunan
free
market kontrarevolution) 5.
teori
pada
tahapan penyusunan kerangka dasar tinggal landas. Salah satu dari sekian
banyak taktik pokok pembangunan untuk tinggal landas adalah pengerahan
atau mobilisasi dana tabungan ( dalam mata uang domestik maupun valuta
asing) gunan menciptakan bekal investasi dalam jumlah yang memadai untuk
mempercepat laju pertumbuhan ekonomi. Adapun mekanisme perekonomian
yang mengandalkan peningkatan investasi demi mempercepat pertumbuhan
ekonomi, dapat diterangkan melalui pertumbuhan Harrod- Domar ( HarrodDomar Growth Model ) sebagai berikut:
2. Model Pertumbuhan Harrod- Domar
Setiap perekonomian pada dasarnya memang harus senantiasa menabung
sebagian tertentu dari pendapatan
menggantikan barang-barang
yang telah susut atau rusak. Namun, untuk memacu pertumbuhan ekonomi,
dibutuhkan investasi yang baru merupakan tambahan neto terhadap
cadangan aau stok modal (capital stock). Bila kita asumsikan bahwa ada
hubungan
ekonomi
langsung
antara
besarnya
stock
modal
secara
investasi ( penanaman modal) baru ditentukan oleh jumlah tabungan total (S),
maka kitapun dapat menyusun sebuah model pertumbuhan ekonomi yang
sederhana sebagai berikut:
1.
2.
Investasi (I) didefinisikan sebagai perubahan dari stok modal (K) yang
dapat diwakili oleh AK, sehingga kita dapat menuliskan persamaan
sederhana kedua sebagai berikut:
K mempunyai hubungan
AY/Y = s/k.
Persamaan yang merupakan versi sederhana dari persamaan Harrod Domar
dalam teori pertumbuhan ekonomi yang sangat terkenal. Secara jelas
menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan GNP (AY/Y) ditentukan secara
bersama-sama oleh rasio tabungan nasional, s, serta rasio modal output
nasional,k, Secara lebih spesifik, persamaan itu menyatakan bahwa tingkat
pertumbuhan pendapatan nasional akan secara langsung atau secara positif
berbanding lurus dengan rasio tabungan ( yakni semakin banyak bagian GNP
yang ditabung dan dinvestasikan, maka pada akhirnya nanti akan lebih besar
lagi
pertumbuhan
GNP
yang
dihasilkannya)
dan
secara
negatif
atau
dengan tingkat
yang
masih
terbelakang
untuk
mentranformasikan
struktur
terjadinya
proses tranformasi.
Aliran
pendekatan
surplus tenaga kerja dua sektor (two sector surplust labor) dan
tranformation)
suatu perekonomian
kelebihan penawaran
dan dekade 1970-an.
tenaga
kerja
Teori rumusan
penganutnya, terutama
labor)
tenaga kerja tersebut ditarik dari dari sektor pertanian dan sektor itu tidak
akan kehilangan outputnya sedikitpun dan (2) sektor industri perkotaan
modern yang tingkat
produktivitasnya tinggi
sedikit
dari
yang
modern.
output
suatu premis
Lewis berasumsi
bahwasanya tingkat
sempurna.
yang
pangan subsisten
semakin sulit mengimbangi kenaikan input tenaga kerja. Ini khas fungsi
produksi ( production function)
diasumsikan
tidak
mengalami
tenaga kerja rata-rata atau APLA yang merupakan turunan dari kurva
produksi total yang ditunjukkan persis diatasnya. Kuantitas tenaga kerja
pertanian (QLA)
kedua sumbu
horisontal
dan
di daerah-daerah pedesaan
serta
tradisional.
Yang
sama
tenaga kerja
sektor modern).
pertanian
yang
T
o
t
a
l
p
r
o
d
u
k
U
p
a
r
i
i
l
(=
M
P)
L
M
Surplus tenaga kerja
Kuantitas tenaga kerja(QLM) (ribuan)
(a) sektor modern (industri)
yang persis sama, yakni sebanyak WA ( ini sama dengan hasil hitungan TPA/LA), Produktifitas marjinal tenaga kerja
sebanyak LA tersebut sama dengan nol, sebagaimana tampak pada diagram di sebelah bawah peraga 3-1b; dengan
demikian, asumsi surplus tenaga kerja berlaku pada seluruh pekerja yang melebihi LA ( Perhatikan kurva TPA berbentuk
horisontal setelah melewati jumlah pekerja LA pada diagram kanan atas) Inilah sumber atau pijakan asumsi surplus tenaga
kerja itu. Sedangkan diagram disebelah kiri atas pada peraga 3-1a memperlihatkan kurva-kurva produksi total ( fungsi
produksi) untuk sektor industri modern. Sekali lagi, tingkat output dari barang-barang manufaktur atau ( TPM), merupakan
fungsi dari variabel input dari tenaga kerja LM, dengan catatan stok modal (KM) dan teknologi (TM) sama sekali tidak
berubah. Pada sumbu horisontal, kuantitas tenaga kerja yang dikerahkan untuk menghasilkan sejumlah output, misalnya
TPMI, dengan stok modal KMI, dinyatakan dalam ribuan dari pekerja perkotaan LI. Dalam model Lewis, stok modal di
sektor modern dimungkinkan untuk bertambah dari KM1 menjadi KM2, kemudian menjadi KM3 dan seterusnya. Sehubungan
dengan adanya kegiatan reinvestasi dan pertumbuhan sektor industri modern. Seperti digambarkan pada diagram sebelah kiri
bawah pada peraga 3-1a, hal tersebut akan menggeser kurva total produk keatas, masing-masing ke TPM (KM1), lalu ke TPM
(KM2), dan akhirnya ke TPM (KM3). Proses yang akan menghasilkan keuntungan para kapitalis dari investasi ulang dan
pertumbuhan digambarkan dalam diagram kiri bawah pada peraga 3-1a. Disini kita mendapati kurva-kurva produksi tenaga
kerja marjinal dari sektor modern yang merupakan turunan kurva-kurva TPM pada diagram persis diatasnya. Dengan
asumsi bahwa pasar tenaga kerja sektor modern itu kompetitif sempurna, maka kurva-kurva produksi marjinal itu yang
menentukan besar- kecilnya tingkat permintaan yang aktual akan tenaga kerja. Begitulah garis besar mekanisme kerja dari
sistem itu.
terhadap
tenaga
kerja
semata-mata
ditentukan
oleh
tenaga kerja0 kesempatan kerja disektor modern akan sama dengan L1),
Total output sektor modern (TPM1), ditunjukkan
dibatasi
Dengan demikian,
empat persegi
akan
ditanamkan kembali, maka stok modal yang lebih besar ini ( dari KM1
menjadi KM2)
pada
sektor modern meningkat menjadi TPM (KM2) yang pada gilirannya akan
mengakibatkan terus meningkatnya kurva permintaan tenaga kerja karena
pergeseran produk tenaga marjinal
tenaga kerja.
Pergeseran kurva
serta menaikkan
Hanya
produk marjinal tenaga kerja desa menjadi tidak sama dengan nol lagi.
Dengan demikian, tatkalah upah serta disektor modern terus mengalami
pertumbuhan, maka kemiringan kurva penawaran tenaga kerja bernilai
positif. Tranformasi struktural perekonomian dengan sendirinya akan
menjadi suatu kenyataan dan perekonomian itupun pada akhirnya pasti
beralih dari perekonomian pertanian tradisional yang berpusat di daerah
pedesaan
industri-industri baru
memungkinkan
maupun sumber daya manusia, diperlukan juga suatu rangkaian perubahan yang saling
berkaitan dalam struktur perekonomian negara
dan
kendala- kendala pembangunan, baik itu yang bersifat dari dalam negeri maupun yang
bersumber dari lingkungan internasional.
antara lain adanya keterbatasan kepemilikan ekonomi seperti sumber daya alam dan
besarnya jumlah penduduk, serta keterbatasan kelembagaan seperti masih lemahnya
mekanisme perumusan kebijakan dan kurang jelasnya sasaran pemerintah. Adapun
kendala- kendala yang bersumber dari lingkungan internasional
terhadap jalannya
proses pembangunan antara lain adalah kelangkaan akses atau saluran bagi negara
yang bersangkutan untuk mendapatkan modal dan teknologi modern dari luar negeri,
serta
maupun internasional. Perlu dicatat bahwa kendala- kendala yang bersumber dari
lingkungan internasional itulah yang membuat transisi yang harus dijalani oleh negara-
negara berkembang
4. D.Teori Dependensia
Pencetus dasar teori dependensia adalah Paul Baran, yang menciptakan model dasar
tesis alternatif mengenai keterbelakangan ekonomi yang terjadi di negara-negara dunia
ketiga. Teori ini berusaha menjelaskan penyebab keterbelakangan ekonomi yang
dialami oleh negara negara berkembang. Asumsi dasar teori ini adalah pembagian
perekonomian dunia menjadi dua golongan, yang pertama adalah perekonomian
negara-negara maju dan kedua
ekonom
masih
mendominasi
pada
sistem
perekonomian
ini.
Disisi
lain,
perekonomian negara pusat berciri perekonomian modern, dimana sistem pasar telah
berlaku dengan baik, interaksi sosial dan hubungan paternalistik telah memudar dan
digantikan oleh individualis dan penyelesaian segala permasalahan melalui kontrak
transaksi.
Interaksi yang terjadi antara negara maju dan negara miskin lebih bersifat ekploitasi
negara maju terhadaop negara miskin. Dominasi perekonomian dunia oleh negaranegara core dan rekayasa eksploitasi yang dilakukan oleh mereka, pada akhirnya justru
Gunder
negara
miskin
sekarang
menjadi
satelit
dapat
mengalami
Teori dependensia
menggunakan
Teori
disebut sebagai teori penawaran ( supply side teory). Teori ini merekomendasikan
Swastanisasi BUMN, meningkatkan
peran perencanaan
ekonomi yang menciptakan iklim kondusif bagi peningkatan peran pihak swasta dalam
pembangunan.
Arqumentasi sentral
merebaknya
dengan
campur tangan
dalam
di
negara
yang
sedang
berkembang.
Akibatnya
percepatan
kue
pembangunan.
Menurut ekonom penganut teori ini,seperti halnya
Jagdish
Baghwaty, Anne O
bahwa semakin besar
Asia dan Afrika, dimana tradisi kekuasaan pemerintah yang ada di kedua benua
tersebut
banyak melakukan
tangan
diri dari
PMA,
dan
mengeliminasi
ketidakefisienan
dalam
regulasi
akan semakin
Pasar bebas
dan perekonomian
laissez faire kemudian menjadi kata kunci bagi keberhasilan pembangunan, dalam
konteks teori ini. Diharapkan dengan terciptanya kedua hal tersebut, tangan gaib (
invisible hand) akan dapat berperan besar dalam mempercepat proses penyesuaian
akibat kejutan dalam perekonomian dan menjamin alokasi sumber daya secara
efisien. Korea Selatan, taiwan dan singapura merupakan contoh utama dari negara
yang melakukan kebijakan ekonomi sesuai dengan apa yang direkomendasikan oleh
kaum Neo-klasik, terbukti sukses, dan kegagalan campur tangan pemerintah bagi
peningkatan kerja ekonomi dicontohkan sebagaimana negara- negara yang ada di
Afrika dan Amerika latin. Teori ini nampaknya hanya tepat diterapkan di negaranegara
perdagangan bebas,
laissez
sempurna
Konsep
merupakan
halnya dapat dipenuhi oleh negara- negara maju Bagi negara berkembang pasar yang
ada lebih berbentuk monopoli atau
kelembagaan yang
menjadikan teori pembangunan tersebut pada banyak kasus justu gagal dilaksanakan
di negara berkembang. Adalah suatu hal yang sulit bagi negara berkembang untuk
menciptakan
Penciptaan suatu sistem ekonomi harus didukung oleh suatu kondisi yang kondusif
terhadap kemungkinan perkembangan sistem ekonomi yang ada.
Kondisi sosial
masyarakat di negara yang sedang berkembang yang umumnya bersifat feodal, serta
masih menjunjunh tinggi hubungan paternalistik, tentunya memerlukan
waktu yang
relatif panjang untuk dapat mererapkan sistem ekonomi pasar secara baik. Pemaksaan
orientasi pasar pada sistem masyarakat feodal atau semi feodal justru akan
meningkatkan eksploitasi antara satu golongan terhadap golongan lain, seperti apa
yang telah diungkapkan oleh ekonom penganut faham dependensia diatas.
BAB V
Globalisasi Teori Pembangunan
mendasari
konsep interdepensi ini pertama kali dikemukakan dalam proposal yang diajukan
oleh komisi Brandt yang isinya menghendaki adanya hubungan ekonomi yang
saling menguntungkan. Adanya keterkaitan antar negara dalam dimensi fisik
maupun ekonomi diharapkan akan menciptakan kerjasama yang mendorong
adanya perdamaian dan pembangunan dunia. Perkembangan konsep konsep
ketergantungan menuju konsep interdepensi ini mengakibatkan adanya transisi
dalam perekonomian dunia. Ada beberapa kondisi pendukung tersebut meliputi
1. aliran dana dan pola investasi, 2. perubahan teknologi dan internasionalisasi
produk, 3. adanya perdagangan dan aturan-aturan internasional lainnya.
5..2. Pendekatan dalam konsep interdependensi
Pendekatan dalam konsep ini menyatakan bahwa kapitalisme dalam
perekonomian dunia sudah sejak abad ke 16. Sistem kapitalisme ini kemudian
berkembang yang pada akhirnya menyatukan wilayah- wilayah yang semula
terisolasi
maupun
masyarakatnya
wilayah-wilayah
secara
mandiri.
yang
mampu
Perkembangan
mencukupi
sistem
kebutuhan
kapitalisme
ini
mengandung dua dimensi, yaitu; ekspansi secara geografis dan ekspansi dalam
bidang sosial ekonomi. Adanya ekspansi ini menumbuhkan adanya daerahdaerah semiferi disamping daerah inti/pusat (core) dan daerah pinggiran (
periferi), Polarisasi antara daerah inti, periferi, dan semiferi ini berdampak pada
adanya pembagian kerja, dimana daerah inti merupakan produsen produk-
produk industri dan daerah periferi sebagai daerah penghasil pertanian. Adapun
daerah semiferi ini merupakan daerah transisi antara pusat dan periferi.,dimana
produknya
lebih mengarah
utama : siapakah yang dinamakan agen perubahan itu? Hal ini berkaitan dengan
konsep menghendaki intervensi yang terdapat dalam strategi pembangunan. Sehingga
bisa dikatakan negara adalah aktor yang dominan.
Tata ekonomi dunia baru (NIEO= New International Economic Orde) lebih
merupakan strategi politik dibanding strategi ekonomi. NIEO merupakan ekspresi dari
solidaritas negara-negara ketiga yang menghendaki gerakan swadaya secara kolektif.
Usulan utamanya adalah suatu jalur pembangunan yang dilakukan lewat perdagangan
dengan negara- negara industri dan akses terhadap teknologinya. Namun demikian
masalah yang dihadapi NIEO umumnya juga dihadapi oleh strategi global lainnya. Yaitu
bahwa strategi ini tidak diikuti dengan penjelasan mengenai siapa pelaku yang
melaksanakannya.
radical delinking
Neoklasik
Gradualist
Ekonomi
pembangunan
Otonomi
Integrasi
Dependensia
Marxisme
Neoklasik
Radikal
perdagangan luar
sangat
tepat
diterapkan
pada
negara-negara
yang
untuk meningkatkan
produktifitas dan
teknologi
bidang
Pasar Luar
Anti nasionalis
Egalitarian
Anti egalitarian
Self reliance
(dependency theory)
State capitalism
(traditional conservatives)
Nasionalis
Seers(1983) mengkombinasikan dimensi internal eksternal ( nasionalis
versus antinasionalis) dengan dimensi tingkat egalitarianisme. Dengan
cara ini terdapat 4 posisi strategi pembangunan, yaitu; variasi sosialis
dan liberalis terhadap internasionalisme, pendukung strategi kebijakan
pintu terbuka, variasi radikal dan konservatif dari strategi self-reliance, dan
delinking (lihat gambar). Menurut Seers, kebijakan pembangunan ibarat
pendulum. Oleh karena itu, selalu ada ruang untuk melakukan manuver,
sesuai dengan kondisi obyektif yang dihadapi maupun situasi historis
yang diwarisi.
Berdasarkan
pengalaman
dari
NICs
(Newly
Industrialized
dari
NICs
memberikan
masukan-
masukan
dalam
BAB VI
Kebijaksanaan Pembangunan Ekonomi
uang, pasar tenaga kerja dan anggaran pemerintah), dan Ekonomi Internasional
(yang berkaitan dengan kegiatan- kegiatan ekonomi antar negara- negara yang
pada prinsipnya merupakan gabungan antara ekonomi mikro dan ekonomi
makro).
Persoalan- persoalan dasar mengenai apa, berapa banyak yang harus
diproduksi, yang dibahas dalam ekonomi mikro ditentukan oleh persetujuan
bersama antara konsumen- konsumen yang selanjutnya digambarkan oleh kurva
Keynes,
mengeluarkan
pengeluarannya
dan
menaikkan
pajak,
sehingga
permintaan aggregate dapat menurun dan harga umum akan turun pula. Apabila
tercapai keseimbangan antara demad aggregate dengan supply agregate, dalam
keadaan ini terjadilah pendapatan nasional keseimbangan, yang selanjutnya
disertai dengan keseimbangan dan pasar tenaga kerja.
Menurut sifatnya, pengeluaran masyarakat ( demand Aggregate) dapat
dibedakan dalam empat golongan, yaitu pengeluaran Rumah Tangga untuk
konsumsi , pengeluaran investasi oleh para pengusaha (I),
pengeluaran
pemerintah untuk membeli barang- barang dan jasa- jasa (G), dan pengelauaran
dari / pendapatan dari perdagangan internasional ( X-M). Perubahan yang terjadi
pada golongan pengeluaran tertentu akan berpengaruh pada besarnya
pendapatan nasional keseimbangan yang selanjutnya akan menimbulkan
perubahan pada golongan pengeluaran diatas, dan seterusnya. Pada akhirnya
pendapatan nasional akan bertambah menjadi beberapa kali lipat. Untuk
mengetahui besarnya pertambahan pendapatan nasional yang ditimbulkan
pertambahan pengeluaran semula disebut proses multiplier. Koefisien multiplier
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.
= kefisien multiplier
=
mengkonsumsi).
AI
AG
AM
jumlah pengerjaan
dibatasi oleh jumlah angkatan kerja yang aktif, maka terdapat beberapa tingkat
pendapatan nasional maksimum yang unik, yaitu pada waktu full employment (
tingkat pengerjaan penuh). Tingkat pendapatan nasional pada waktu full N,
kadang-kadang disebut output potensial yang ditulis dengan Yf. Tingkat Yf
semuanya tergantung pada demand aggregatif (C + I + G). Karena itu, jika
konsumsi dan investasi sudah ditetapkan dengan tingkat pendapatan nasional
yang ada, satu- satunya cara agar permintaan aggregatif bisa ditingkatkan bagi
pemerintah adalah meningkatkan jumlah pengeluaran ( government expenditure)
(G), yaitu dari G ke G, Defisit anggaran belanja pemerintah ini perlu untuk
mengisi; gap diantara PNK riil, Dengan demikian meningkatkan tingkat output
nasional dan konsekuensinya mengurangi pengangguran.
Singkatnya resep teori Keynes untuk mengurangi pangangguran cukup
sederhana; dengan meningkatkan total aggregate demand melalui peningkatan
langsung pengeluaran pemerintah atau melalui kebijaksanaan pemerintah yang
secara tidak langsung akan mendorong investasi swasta yang lebih banyak (
misalnya menurunkan tingkat bungah atas pinjaman, tax alowance, dan subsidi).
Sepanjang masih terdapat pengangguran dan mengendornya perekonomian.
Maka supply barang dan jasa akan terpengaruh secara otomatis terhadap
demand yang lebih tinggi dan akan menciptakan kondisi untuk memperbanyak
income pada tingkat employment yang lebih banyak.
Gambar 6.1. Anggaran Pemerintah dan Kesempatan Kerja
(a)
C/I/G
C + I + G
3
2
1
C+I+G
C+I
Y1
Y1
(b)
N
Nf
Nf
dan N1
dalam fungsi
pemerintah
dalam
perekonomian
adalah
berusaha
untuk
Dari konsep analisis makro diatas dapatlah disimpulkan, bahwa apabila suatu
perekonomian menghadapi pengangguran, maka harus dilakukan pertambahan
dalam pengeluaran masyarakat . Besarnya pertambahan dalam pengeluaran
yang perlu dilakukan supaya full employment tergantung pada MPC dan jurang
diantara pendapatan nasional pada kesempatan kerja penuh dan pendapatan
nasional yang sekarang icapai. Makin tinggi MPC, makin besar multiplier,
berarti semakin sedikit pula pertambahan pengeluaran yang diperlukan untuk
menciptakan sejumlah
maju.
Tetapi
pada
kenyataannya
berbeda, bila
kemampuan
dalam pengeluaran
pemerintah juga meliputi pula kenaikan permintaan atas barang- barang import.
Ini menimbulkan masalah neraca pembayaran karena import lebih besar
daripada eksport. Nilai tukar valuta asing naik, sehingga mnyebabkan kenaikan
harga barang import. Kalau kenaikan harga disektor import ini menjalar ke
seluruh perekonomian, maka perekonomian tersebut akan ilanda inflasi. Selain
itu, dalam analisis makroekonomi, dianggap bahwa sektor perusahaan bersifat
responsif, terhadap rangsangan- rangsangan yang terjadi di pasar. Sifat ini
menambah kemampuan sektor
terdapat di pasar dari masa- kemasa. Reaksi seperti itu belum tentu terdapat di
negara- negara yang sedang berkembang, sebab adanya kekurangan modal,
skill dan tenaga terdidik. Begitupula sektor pertanian kurang responsif, sebab
harga hasil pertanian jauh lebih tidak stabil kalau dibandingkan dengan harga
barang industri, tenaga kerja di sektor pertanian mempunyai kemampuan yang
sangat terbatas bila dibandingkan dengan sektor pengusaha- pengusaha sektor
modern. Dengan demikian apabila analisis ekonomi makro akan digunakan
dan
sebagai
landasan
untuk
merumuskan
kebijaksanaan-
Sebagai
akibat
kurang
sempurnanya
analisis
makro
ekonomi
dalam
yang sedang
moneter
pengeluaran dan
ini
akan
menyebabkan
jumlah
pendapatan
yang
dapat
sektor swasta
cukup tinggi.
diperoleh
bukan dari pajak pendapatan tetapi dari pajak tidak langsung, sehingga
perubahan struktur perpajakan tidak akan menimbulkan pengaruh yang nyata
terhadap perubahan pengeluaran konsumsi masyarakat. Terobosan lain untuk
mempercepat
perkembangan
industri.
Pemerintah
biasanya
memberikan
dilaksanakan dalam
memegang peranan
fiskal
menggalakkan
penanaman
modal
disektor
tersebut.
Sedangkan pajak yang tinggi yang dikenakan pada satu sektor akan
menurunkan gairah pengusaha untuk memperluas usahanya.
Kebijaksanaan fiskal lain yang dapat digunakan untuk mempengaruhi sumbersumber daya
perekonomian negara
pertama
investasi disektor
maka
pengobatannya
menurut
Nurkse,
ialah
dengan
harus
diarahkan kepada penyediaan over head sosial dan ekonomi, dan dalam
jangka panjang ( long run) pengeluaran seperti itu akan menciptakan lapangan
kerja dan menaikkan efisiensi produktivitas ekonomi.
3. Untuk mendorong investadi optimal secara sosial.
Kebijaksanaan fiskal harus mendorong invesatsi ke jalur over head sosial
ekonomi yang diinginkan masyarakat secara optimal, seperti investasi
dibidang traspor, perhubungan, pengembangan tenaga dan investasi di
bidang pendidikan, kesehatan masyarakat dan fasilitas latihan teknik ditujukan
untuk over head sosial. Kedua kategori investasi ini menghasilkan ekonomi
eksternal, memperluas pasar, meningkatkan produktifitas dan mengurangi
biaya produksi.
4. Untuk meningkatkan stabilitas ditengah ketidakstabilan ekonomi internasional.
Negara- negara yang sedang berkembang pada umumnya mudah sekali
terpukul
keras.
Dalam
situasi
seperti
ini
pemerintah
harus
Dari berbagai uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa kebijaksanaan fiskal bagi
negara- negara maju adalah untuk menstabilkan perekonomian. Dalam analisis
Keynes tindakan moneter dipergunakan untuk mengurangi tabungan dan untuk
meningkatkan kecendrungan konsumsi. Sebaliknya, bagi negara- negara yang
sedang berkembang atau terbelakang, karena kecendrungan konsumsi sangat
tinggi dan kecendrungan konsumsi menabung sangat rendah,maka kebijaksanaan
fiskal diperlukan untuk mengekang kecendrungan konsumsi dalam rangka
meningkatkan kecendrungan menabung demi tercapainya pembentukan modal
bagi investasi. Sehingga kebijaksanaan fiskal memainkan peranan dinamis dan
berfungsi instrumen untuk menggalakkan pembangunan ekonomi, khususnya
sebagai alat untuk :
a. Mempertinggi penggunaan sumber- sumber daya
b. Sebagai alat untuk memperbesar penanaman modal.
sedangkan kelebihan akan uang mengakibatkan inflasi. Oleh karena itu bank
sentral harus mengatur cadangan bank- bank komersial sedemikian rupa
sehingga tingkat harga tercegah dari kenaikan dan tanpa berpengaruh buruk
pada investasi dan produksi.
2.
Politik Diskonto
Politik Diskonto yaitu kebijaksanaan bank sentral untuk mempengaruhi tingkat
bunga, suku bungan yang tinggi akan merupakan hambatan bagi pertumbuhan
investasi swasta maupun publik Sebaliknya suku bunga rendah merupakan
syarat penting untuk mendorong investasi swasta di bidang pertanian dan
industri, terutama bagi pengusaha dan industri kecil. Kebijaksanaan suku bunga
rendah ( kebijaksanaan uang murah) yaitu kebijaksanaan untuk menyediakan
pinjaman publik secara murah dan menjaga pelayanan uang publik yang tetap
rendah. Dengan kebijaksanaan uang murah, akan menarik investasi asing, tetapi
kebijaksanaan ini mempunyai kelemahan tersendiri, karena ia merangsang
pinjaman untuk tujuan spekulatif dan tujuan konsumstif. Dan dengan demikian
menghadapi pembiayaan investor produktif. Untuk mencegah mengalirnya
sumber- sumber ke jalur spekulatif, bank sentral harus mengambil suku bungan
diskriminatif, yaitu mengenakan suku bunga yang rendah pada pinjaman yang
produktif.
3.Credit Selektive Control
Kebijaksanaan ini dimaksudkan
produksi.
dalam mempengaruhi alokasi kredit dan pola investasi. Di negara- negara yang
sedang berkembang ada suatu kecendrungan kuat untuk menanam modal pada
sektor non produktif daripada sektor produktif.
kas yang lebih besar. Bank sentral dapat bergerak mengecek perluasan ini
dengan cara menaikkan rasio cadangan wajib.
4. Open Market Operation.
Di negara- negara yang sedang berkembang, operasi pasar terbuka tidak begitu
banyak berhasil mengendalikan inflasi. Sukses operasi pasar terbuka tergantung
pada ; (a) keberadaan pasar efek yang terorganisir baik; (b) Pemeliharaan rasio
cadangan kas tetap oleh bank- bank
fasilitas
rediskonto dari bank sentral. Pada negara- negara yang seang berkembang
open market operation tidak bekerja efektif, karena pasar amat kecil dan tidak
brkembang. Hal ini disebabkan karena tingkat suku bunga obligasi pemerintah
relatif rendah, dan mereka lebih suka menyimpan cadangan dalam bentuk liquid
seperti emas, valuta asing dan uang kontan. Kebijaksanaan moneter ini sangat
memegang peranan penting dalam mendorong prkembangan ekonomi terutama
untuk
surat
cadangan yang
Keadaan pasar uang dan pasar modal masih belum sempurna, ini
Dengan
semakin
banyak
pendapatan
masyarakat sebagai
penduduk
dan
makin
tingginya
maka
penawaran uang harus ditambah dari waktu ke waktu. Dimasa inflasi penawaran
uang harus dikurangi, yaitu dengan menarik uang dari masyarakat, sehingga
akan mengeluarkan pengeluarannya. Caranya dengan menaikkan tingkat bunga
kepada para penyimpan deposito berjangka. Langka ini dapat mengurangi
pengeluaran rumah tangga dan dapat membantu menyediakan dana untuk
digunakan dalam menanam modal. Tugas kebijaksanaan moneter di negaranegara yang sedang berkembang pada umumnya lebih
Kekurangan
modal
dan
terbatasnya
pendapatan
kebijaksanaan
mempercepat
moneter
proses
yang
lain
pembangunannya
adalah
membantu
dengan
cara
6.4.
produksi
nasional
tidak bertambah,
Hendaknya
kebijaksanaan invesatsi
para perencanaan
pembangunan
terdapat
suatu
pertentangan
Keinginan untuk
Referensi
-
Arief,Sritua
dan
Adi
Sasono,
Ketergantungan
dan
A Critique of Radical
Djojohadi Kusumo,
Sumitro, Perkembangan
Pemikiran Ekonomi:
Kuztnets Simon,
___________,
The
Principles
of
Economic
Planning
and
Oh mae, Kenichi, The End of The Nation State: The Rise of Regional
Economies, The free Press, New York, 1995
Schoort j.w. modernisasi, pengantar sosiologi pembangunan negaranegara sedang berkembang, jakarta, gramedia, ..