Anda di halaman 1dari 14

Pembangunan Manusia: Filosofi dan Praksis Pembangunan yang Bermartabat

PEMBANGUNAN MANUSIA
Filosofi dan Praksis Pembangunan yang Bermartabat1

Irwan Abdullah2

Abstract
Indonesia has infrastructure constraints, such as the need for food, health, and education.
Limitation in improving the infrastructure has raised many problems, such as bad nutrition and
the spreading of disease. In return, this condition has caused low life quality of Indonesian people
compared to other Asean countries. The richness in nature resources has not yet became the
basic element to develop the man resources in competing with other countries. The gap between
the rich and poor, East and West, rural and urban, local people and outsider, gender imbalance
became another constraints in building human capital in Indonesia.
Keywords: human capital, culture, structure and infrastructure

Pendahuluan mulai goyah, terutama pada saat begitu banyak


Tahun-tahun belakangan ini kita kerusakan terjadi akibat pembangunan, muncul
dihadapkan pada persoalan kependudukan pula ketimpangan sosial, dan konflik dalam
yang pelik, dari kesehatan dan gizi penduduk berbagai bentuk. Baiquni dan Susilawardani
yang buruk, kelaparan, pendidikan yang morat- (2002), misalnya, mencatat kerusakan
marit, pengangguran, hingga konflik, krisis, dan lingkungan yang parah yang diakibatkan oleh
bencana. Berbagai indeks pun dipasang untuk pembangunan kemudian menciptakan
mengukur sejauh mana kita telah bergeser dari pembangunan yang tidak berkelanjutan;
tingkat kualitas tertentu ke tingkat kualitas yang Revrisond Baswir (Baswir, dkk., 2003)
lain walaupun sejak awal Amartya Sen sudah menegaskan betapa pembangunan terjadi
mempertanyakan, “what is the relationship tanpa perasaan karena ia tidak mampu
between our wealth and our ability to live as memenuhi hak sipil dan politik, sebaliknya
we would like?”. Tidak banyak yang mampu menguntungkan kaum elite dan penguasa;
membantu menjelaskan bagaimana atau Herbert Marcuse (2000) yang melihat
sesungguhnya pembangunan itu harus dominasi berlebihan telah menyebabkan
dijalankan. Keyakinan kita tentang masyarakat kehilangan arti dalam proses
pembangunan akan membawa kesejahteraan perubahan ekonomi yang dilakukan. Hal-hal

1
Keynote Speech Seminar Ulang Tahun Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM dan Penghormatan
atas Purna Tugas Prof. Drs. Kasto, M.A., “Pembangunan Manusia: Tantangan Masa Depan”, Yogyakarta, 5
April 2007
2
Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.

Populasi, 18(1), 2007, ISSN: 0853 - 0262 1


Irwan Abdullah

semacam ini pula yang menyebabkan Mansur lebih menempatkan manusia di depan, dan
Fakih (2006:87) akhirnya sampai kepada suatu yang kedua adalah bagaimana praktik
kesimpulan bahwa teori pembangunan itu telah pembangunan yang ideal yang dibutuhkan
runtuh yang salah satunya disebabkan oleh untuk mencapai suatu, bukan hanya, Indeks
moral hazard. Pembangunan Manusia (IPM) yang lebih baik
Pembangunan di satu sisi memang tidak dari waktu ke waktu dan tidak tertinggal
dapat dihindari untuk mengambil suatu dibandingkan dengan negara-negara Asia
pemihakan terhadap manusia yang menerima lainnya, tetapi juga untuk menjamin suatu
akibat-akibat dari pembangunan itu, terlepas kesejahteraan publik yang dibayangkan oleh
dari suatu keyakinan bahwa pembangunan Amartya Sen (1993). Sebelum kedua hal
harus dijalankan dengan metode dan indikator- tersebut dibicarakan, akan dipaparkan
indikator ekonomi dan teknis dengan tingkat kendala-kendala objektif yang dihadapi dalam
akurasi yang tinggi. Persoalan penting di sini proses pembangunan tersebut yang meliputi
adalah bagaimana manusia bisa memberikan kendala struktural, kultural, dan infrastruktural.
suatu konfigurasi bagi model pembangunan Sebelum tulisan ini ditutup akan dibicarakan
yang dijalankan? Di sisi lain, pembangunan pilihan-pilihan agenda penelitian yang dapat
terikat pada kepentingan-kepentingan yang dikembangkan di masa yang akan datang.
lebih besar, ekonomi politik global dan nasional, Hambatan infrastruktural di Indonesia dapat
dengan pilihan-pilihan nilainya sendiri dilihat pada berbagai bidang kehidupan, seperti
walaupun orang-orang seperti Soedjatmoko kebutuhan makan, kesehatan, dan pendidikan.
(1983:21) pastilah tidak sepakat karena ia Selain itu, bidang yang menjadi kebutuhan
pernah dengan tegas mengatakan bahwa sekunder manusia, seperti hiburan, sarana
“pembangunan ekonomi itu bukanlah suatu penunjang kerohanian, taman kota, fasilitas
proses ekonomi semata-mata, melainkan suatu rekreasi, dan pusat-pusat hiburan lainnya, juga
penjelmaan dari perubahan sosial dan menjadi bagian yang penting dan langka.
kebudayaan yang meliputi bangsa kita di dalam Demikian juga kebutuhan tersier atau
kebulatannya”. Kesadaran tentang pergeseran kebutuhan fasilitas hidup masyarakat, seperti
ini kemudian semakin memberikan fasilitas jalan, transportasi publik, dan fasilitas
kesempatan pada perspektif alternatif dalam pendukung lainnya untuk publik, yang juga
mempelajari perubahan umat manusia dan mengalami keterbatasan. Bentuk-bentuk
bagaimana menatanya melalui kebijakan yang keterbatasan infrastruktural yang tidak
lebih tepat untuk mencapai tujuan-tujuan ditangani secara arif akan menyebabkan
kesejahteraan dan kualitas hidup umat banyak permasalahan. Contoh yang
manusia yang lebih baik. sederhana adalah terpuruknya kualitas
Untuk sampai kepada diskusi tersebut, dua kesehatan masyarakat, seperti kasus gizi buruk
hal akan menjadi kunci pembahasan makalah dan penyebaran penyakit menular, termasuk
ini, pertama adalah landasan filosofi avian influenza. Kondisi ini mengakibatkan
pembangunan untuk mencoba melihat rendahnya kualitas hidup masyarakat kita
kebutuhan-kebutuhan pembangunan yang

2 Populasi, 18(1), 2007, ISSN: 0853 - 0262


Pembangunan Manusia: Filosofi dan Praksis Pembangunan yang Bermartabat

dibandingkan dengan negara-negara ASEAN memengaruhi proses-proses pembangunan


lainnya. dalam berbagai bentuk.
Keterbatasan infrastruktural dalam
pembangunan di Indonesia bukanlah masalah
Faktor Struktural
ahistoris karena sesungguhnya masalah Proses pembangunan di Indonesia
seperti itu sudah berlangsung lama di mengalami banyak hambatan yang
Indonesia. Isu pembangunan yang menyangkut hubungan-hubungan kekuasaan
mengedepankan hajat hidup orang banyak antara penguasa (pemerintah) dengan rakyat
memang senantiasa menjadi perhatian yang menjadi sasaran pembangunan.
pemerintah di setiap tahunnya. Hanya saja Hubungan struktural ini telah menempatkan
langkah untuk menindaklanjuti ide bagus rakyat sebagai objek eksploitasi, marginalisasi
tersebut lagi-lagi terbentur oleh lemahnya karena pembangunan lebih berpihak pada
peran dan kendali pemerintah. Ketiadaan yang elite (Baswir, dkk., 2003) dan pihak yang
goodwill dari pemerintah untuk menyelamatkan memiliki kekuasaan dalam berbagai bentuk.
sumber-sumber yang ada itu juga seolah-olah Demikianlah selama Orde Baru hasil yang
menggambarkan ketidakberdayaan diperoleh justru memperbesar kelompok yang
infrastruktur pemerintah sendiri yang kaya/elite di dalam masyarakat yang sekaligus
mengakibatkan masyarakat tidak menciptakan jurang ketimpangan yang
mendapatkan pelayanan sebagaimana yang semakin lebar. Hambatan-hambatan struktural
diharapkan. Artinya, infrastruktural pemerintah tersebut tampak dalam berbagai bentuk, antara
yang digunakan untuk membangun kebutuhan lain pada hubungan Indonesia Timur dan Barat,
masyarakat luas masih saja gagap dalam desa-kota, Jawa-luar Jawa, pribumi-
memenuhi cita-citanya. Pada kenyataannya nonpribumi, ketimpangan gender, ketimpangan
sebuah negara yang memiliki kekayaan alam kelas, elite dan massa, dan dalam berbagai
yang melimpah justru memiliki 39 juta jiwa hubungan dan transaksi sosial lain.
penduduk miskin (2006). Secara umum bentuk-bentuk ketimpangan
Sumber daya alam yang berlimpah struktural tersebut paling tidak disebabkan oleh
memang belum cukup menjadi dasar bagi tiga faktor. Pertama, adanya sumber daya
pengembangan sumber daya manusia kita manusia yang hanya terkonsentrasi di bagian
untuk menghadapi situasi persaingan yang barat (mengacu pada pusat-pusat aktivitas
semakin ketat dewasa ini. Hal itu belum juga politik, ekonomi, pendidikan, dan sosial).
menjadi jaminan bagi kemampuan kita Kedua, ketimpangan struktural itu disebabkan
bersaing dengan negara-negara lain dalam oleh apa yang disebut sebagai “kebijakan
pasar bebas. Kita pun masih sangat lemah nasional” yang masih tersentralisasi, segala
dalam berbagai upaya “mempertahankan kebijakan masih menjadi urusan pusat,
kedaulatan” di bidang sumber daya alam, baik walaupun era desentralisasi sudah dimulai.
di hutan, di laut, maupun di wilayah domestik. Ketiga, goodwill dari para wakil rakyat dan
Kelangkaan akhirnya menjadi kata kunci yang peran serta masyarakat sendiri dapat dikatakan
masih jauh dari yang diharapkan. Seperti

Populasi, 18(1), 2007, ISSN: 0853 - 0262 3


Irwan Abdullah

dikatakan Polanyi (2003:317) bahwa mereka menyelesaikan pendidikan di pusat-


bagaimanapun juga, pemerintah, seperti pusat perkembangan pendidikan di Jawa.
halnya industri, memiliki fungsi formal yang Kebijakan nasional sudah saatnya berpihak
harus diperankan dalam masyarakat. pada rakyat kecil dalam artian yang
Peralihan dari masa Orde Baru ke Orde sebenarnya, bukan sekadar kamuflase
Reformasi tampaknya belum memberikan “kebijakan yang ecek-ecek”. Bagaimanapun
perubahan sesuai harapan masyarakat permasalahan-permasalahan keadilan di
Indonesia. Berbagai bentuk ketimpangan Indonesia masih menjadi isu hangat sebelum
struktural masih menjadi persoalan penting. maupun pascareformasi digulirkan. Yang
Gerakan pengarusutamaan gender belum dinamakan sebagai kesetaraan atau
menunjukkan dampak yang mendasar pengarusutamaan gender kerap kali hanya
walaupun harus diakui bahwa pemahaman menjadi isu hangat di meja persidangan.
masyarakat tentang keberadaan hak-hak Aktualisasi di tingkat praktis kerap kali
perempuan sudah lebih baik. Namun demikian, berbanding terbalik dengan apa yang telah
persoalan klasik pengingkaran peran, diputuskan. Berbagai kelompok masyarakat
kekerasan, dan trafficking masih menghantui selain perempuan, seperti anak-anak, para
sehingga IPM dan Indeks Kesejahteraan lansia, atau kelompok miskin dan marginal,
Gender masih sangat rendah. hidup dalam kondisi yang rentan yang bukan
Faktor struktural yang menjadi hambatan saja menunjukkan ketidakberdayaan, tetapi
dalam berbagai proses pembangunan tidak juga memperlihatkan ancaman-ancaman bagi
direspons dengan baik dan akhirnya tidak kemanusiaan mereka.
tertangani secara baik oleh elite sebagai
penyelenggara negara. Hambatan-hambatan
Faktor Kultural
struktural tersebut akan berdampak luas bagi Dalam banyak pandangan dikatakan
kelangsungan pembangunan di Indonesia. bahwa kekayaan budaya dan keragaman etnik
Yang dikatakan sebagai kebijakan untuk adalah ibarat pisau bermata dua. Terkelolanya
menaikkan anggaran pendidikan guna berbagai perbedaan tersebut sudah barang
memperbaiki SDM melalui peningkatan tentu akan memberikan manfaat. Sebaliknya,
kualitas pendidikan di Indonesia sampai saat apabila keanekaragaman itu tidak terkelola,
ini belum terealisasi sebagaimana mestinya. maka akan berakibat buruk bagi proses
Alasan tidak tercukupinya anggaran adalah pembangunan sendiri. Bercermin dari kasus
argumen klasik dan semua itu melanggar kerusakan yang mengatasnamakan etnik,
amanat konstitusi. Ketimpangan pendidikan agama, dan ras yang kerap terjadi di Indonesia,
telah menyebabkan perkembangan terpusat, semua itu merupakan potret buram tidak
tidak menyebar, sehingga pengembangan terkelolanya berbagai kemajemukan yang ada
sumber daya manusia di daerah (luar Jawa) tersebut. Kultur majemuk dalam berbagai sisi
mengalami hambatan yang serius. Apalagi buruknya akan menampakkan apa yang
sumber daya manusia luar Jawa yang baik disebut sebagai “praduga” yang bersifat
kemudian tidak kembali ke daerah pada saat perorangan maupun kelompok. Prejudice yang

4 Populasi, 18(1), 2007, ISSN: 0853 - 0262


Pembangunan Manusia: Filosofi dan Praksis Pembangunan yang Bermartabat

muncul itu adalah hasil kesimpulan pribadi dalam setiap proses pembangunan itu.
terhadap kelompok lainnya. Praduga seperti itu Pembangunan tidak akan pernah dapat
kerap membuahkan petaka perselisihan berjalan apabila tidak ada kesalingpemahaman
apabila tidak dicegah dengan membangun dalam berbagai aktivitas kultural dimaksud.
komunikasi yang intens terhadap kelompok Sistem kultural yang di dalamnya terdapat
dimaksud. norma, nilai, ide, dan gagasan peraturan-
Dengan kata lain, hambatan kultural adalah peraturan apabila tidak dipahami secara
hambatan yang ditimbulkan sebagai akibat terintegrasi bisa saja mereduksi heterogenitas
adanya faktor-faktor kultural tersebut. Suatu menjadi sebuah penghambat dalam relasi
hambatan bisa saja datang sebagai akibat dari antarbudaya. Heterogenitas sistem ini perlu
sistem budaya sendiri, dari sistem sosial yang dikenali, dipahami, dan kemudian nilai apa
ada ataupun dari wujud fisik kultur itu. yang perlu diinternalisasi ke dalam kehidupan
Sebagaimana dikatakan Koentjaraningrat dan masyarakat hingga konflik antarbudaya tidak
Emmerson (1985), dimensi kultural terdiri dari perlu dialami. Hambatan kultural yang
tiga bagian: pertama adalah cultural system, disebabkan oleh sistem budaya, agama, dan
kedua adalah social system, dan ketiga adalah yang lainnya masih mewarnai adanya proses
artifacts atau yang berwujud kebudayaan fisik. pembangunan di Indonesia. Beberapa kasus
Ketiga wujud tersebut dapat menjadi kerusuhan etnis, dan budaya kiranya menjadi
penghambat pembangunan apabila tidak bahan internalisasi bagi langkah ke depan
terkelola dengan baik sebagai kekuatan. masyarakat Indonesia. Kasus pribumi dan
Hambatan kultural dalam hal ini dapat saja nonpribumi di Solo, kasus etnis Dayak dan
berupa adanya norma adat yang berbeda-beda Sampit di Kalimantan, kasus agama di Ambon
dalam menginterpretasikan berbagai faktor dan Poso adalah bagian yang mewarnai
kehidupan di masyarakat. Nilai, peraturan, dan human development di Indonesia.
gagasan yang muncul dari satu komunitas yang Eksklusifisme adalah salah satu faktor
berbeda sudah barang tentu akan berbeda penyebab tumbuh suburnya hambatan kultural
dengan komunitas lainya, akibatnya apa yang dimaksud. Sikap untuk menutup diri,
dilihat dari seting yang berbeda akan memandang rendah budaya lain, dan
menghasilkan interpretasi yang berlainan. Hal menganggap peradaban kota lebih baik
ini apabila tidak terpecahkan dengan daripada di desa adalah salah satu
komunikasi lintas kultural sudah barang tentu penghambatnya. Perbedaan budaya, adat
akan mengakibatkan hambatan bagi istiadat, dan agama dapat menjadi sebuah
pembangunan itu sendiri. Aktivitas-aktivitas anugerah yang tiada terkira yang dapat menjadi
kolektif dari kelompok masyarakat yang sumber bagi penataan sosial yang lebih baik.
berbeda, apalagi jaraknya ribuan kilometer, Heterogenitas sistem budaya dan sistem sosial
seperti Jakarta dan Papua, dapat menimbulkan sesungguhnya dapat dijadikan sebagai faktor
hambatan pula. Wujud fisik sebagai wujud penguat atas adanya relasi silang budaya, dan
paling dekat dan nyata dari suatu kebudayaan itu artinya dapat menjadi penguat bagi proses
juga akan memberikan nuansa yang berbeda pembangunan tersebut.

Populasi, 18(1), 2007, ISSN: 0853 - 0262 5


Irwan Abdullah

Filosofi Pembangunan: produktif yang cukup drastis, yaitu dari 62


Memanusiakan Manusia persen pada tahun 1971 menjadi hanya 50
Dalam kosakata Indonesia, kata persen pada tahun 1990. Implikasinya adalah
development mengacu pada tiga hal, yakni terjadi peningkatan jumlah pengangguran
perkembangan, dengan metafora seperti terselubung dari 19 juta jiwa atau 38 persen
bunga yang tengah mekar; pembangunan, dari angkatan kerja pada tahun 1971 meningkat
dengan metafora seperti akar yang tumbuh; menjadi 31 juta jiwa atau mendekati 50 persen
dan kemajuan, yang mengacu kepada ide dari angkatan kerja 1990. Kondisi ini
politik, ide ekonomi liberal dan rasional (Hobart, menunjukkan pembangunan yang dilakukan
1993:7). Dengan demikian, pembangunan selama periode tersebut ternyata gagal
bertujuan memampukan masyarakat dan memperluas kesempatan kerja seiring dengan
individu sedapat mungkin menumbuhkan dan pertambahan angkatan kerja. Dari jumlah 107,2
mengembangkan potensi intelektual, juta angkatan kerja (48,7 persen dari jumlah
kerohanian, kognisi, dan mental. Definisi yang penduduk pada tahun 2005), diperkirakan 9,6
diberikan Mark Hobart ini membuka ruang yang juta adalah pengangguran atau para pencari
lebih luas bagi berbagai dimensi pembangunan kerja (Pitoyo, 2007: 181).
dan bahkan memberikan penekanan pada Kedua, the social minimum yang menunjuk
aspek-aspek human capital yang sangat pada batas minimal bagi pembangunan
dibutuhkan dalam proses pembangunan. manusia, dalam artian terpenuhinya setiap
Dalam Human Development Report (2006) keperluan mendasar setiap manusia. Batasnya
ditekankan lima landasan bagi tercapainya adalah kemampuan untuk bertahan hidup,
suatu pembangunan yang berorientasi pada terhindar dari rasa terasing, dan terhindar dari
manusia. rasa duka. Pada kebutuhan badaniah
Pertama, equal citizenship yang menunjuk misalnya, manusia minimal mendapatkan
pada suatu kesetaraan antarwarga, baik dalam asupan air sebanyak 20 liter per hari untuk
arti kesempatan maupun dalam memenuhi segala kebutuhannya. Social
pengembangan kapasitas dan keahlian serta minimum terjadi ketika manusia mengalami
hak-hak yang mengikutinya sebagai warga kekurangan dan melakukan pengurangan
negara. Penganut pandangan stuktural terhadap berbagai pilihan, hingga pada batas
berpendapat pemenuhan hak-hak ekonomi, kebutuhan subsisten, tidak adanya saving,
termasuk di dalamnya hak atas pekerjaan, investasi untuk keberlanjutan hari depan.
hanya akan tercipta jika dalam proses Tanda kehidupan di bawah batas sosial
pembangunan yang dilakukan oleh negara, minimum adalah ketika orang mengorbankan
diawali dengan prakondisi sosial yang kondusif salah satu pilihan yang krusial (kebutuhan
yang sekaligus berfungsi sebagai landasan mendasar) demi sebuah kebutuhan mendasar
bagi terlaksananya perubahan sosial lainnya. Misalnya seorang anak tidak sekolah
(Budiman, 1993). Pembangunan berimplikasi karena bekerja mencari uang yang
pada persoalan pengangguran, indikatornya menyebabkan hilangnya hak intelektual si
adalah terjadinya penurunan jumlah pekerja anak. Demi keselamatan, seorang pemuda

6 Populasi, 18(1), 2007, ISSN: 0853 - 0262


Pembangunan Manusia: Filosofi dan Praksis Pembangunan yang Bermartabat

tidak bisa mendapatkan akses kesehatan yang bersifat horizontal, maka distribusi
karena fasilitas rumah sakit yang baik berada merupakan pertukaran vertikal
di seberang daerah konflik yang bukan wilayah antarmasyarakat dengan struktur yang
yang dapat diakses yang menyebabkan mempunyai jabatan lebih tinggi. Sebagai misal
hilangnya hal sekuritas. Oleh karena itu, adalah hubungan antara masyarakat dengan
pembangunan sangat terkait dengan rasa negara. Bentuk kerja sama dalam bentuk pajak
nyaman, aman, ketenangan, dan kepastian. yang diberikan rakyat diputar kembali dalam
Ketiga, equality of opportunity, yang bentuk subsidi silang. Distribusi juga digunakan
menegaskan bahwa setelah the social untuk pertukaran barang dan jasa yang ditandai
minimum terpenuhi, setiap masyarakat berhak dengan adanya pemusatan wewenang (ketua
mendapatkan kesejajaran kesempatan untuk adat, kepala desa hingga lembaga agama).
nutrisi, udara, air, perlindungan, perubahan Bulog (Badan Urusan Logistik) dan BAZIS
cuaca yang tiba-tiba, bencana, penyakit. Pada (Badan Amal Zakat Infaq dan Shadaqoh) yang
kondisi material, sebagai warga negara berhak menangani distribusi harus menganut prinsip-
mendapatkan lima hal, yakni economic prinsip inklusif, bukan berdasarkan
resources (pendapatan dan kesejahteraan), kepentingan-kepentingan yang
housing condition (kondisi ruang rumah yang menguntungkan segelintir orang.
memenuhi syarat kebersihan dan kesehatan); Kelima, social trust yang merupakan
working condition (diukur dari standar harapan yang muncul dalam sebuah komunitas
kebisingan temperatur di tempat kerja dan jam yang berperilaku normal, jujur, kooperatif,
kerja yang dijalani); health (variasi gejala stres berdasarkan norma-norma yang dimiliki
dan hilangnya sakit dan penyakit serta bersama demi kepentingan anggota yang lain
tersedianya bantuan medis bagi masyarakat); dari komunitas tersebut. Masyarakat low social
dan education (pencapaian pendidikan formal). trust terindikasi dari kerja sama dalam bentuk-
Pendekatan di atas merupakan modal dasar bentuk kebijakan formal yang dilaksanakan
bagi pemberdayaan manusia. Semua orang dengan cara wajib, bahkan koersif, seperti
berhak menerima pendidikan, akses pajak yang tidak harus dibayar oleh komunitas
kesehatan, sarana permukiman, dan sanitasi yang mempunyai high social trust. Filosofi
yang layak. Equality of opportunity merupakan pembangunan sebenarnya menyangkut
kunci dari keadilan sosial. Hilangnya keadilan pertanyaan yang mendasar bukan hanya
disebabkan oleh beberapa hal, seperti tentang ‘untuk apa’ pembangunan itu
sentralisasi negara, diskriminasi struktural yang dilakukan, tetapi juga ‘dari siapa’ pembangunan
diberlakukan oleh pemerintah, dan konflik yang itu berasal. Kepentingan manusia harus pula,
tidak terkendali dan berkepanjangan. selain dipahami sungguh-sungguh,
Keempat, fair distribution, semua diperhatikan di dalam ‘pelaksanaan’
masyarakat berhak mendapatkan akses pembangunan itu. Tingkat kepercayaan yang
distribusi sumber daya dan kekayaan publik pada gilirannya akan menjadi sumber bagi
dengan adil. Jika resiprositas merupakan pembangunan dan keberlanjutan
pertukaran antara individu atau antarkelompok pembangunan itu.

Populasi, 18(1), 2007, ISSN: 0853 - 0262 7


Irwan Abdullah

Praktik Pembangunan: suatu mobilisasi seperti yang sering kali


Mengedepankan Martabat Manusia menjadi praktik yang umum dalam berbagai
Setiap usaha pengelolaan pembangunan bentuk. Manusia dalam hal ini bukan hanya
masyarakat itu paling tidak mensyaratkan sebagai objek pembangunan, melainkan
empat hal berikut. (1) Usaha itu mengharuskan subjek pelaku pembangunan. Manusia sebagai
pengenalan karakter yang khas secara subjek atau aktor yang terlibat dalam
seksama sehingga pendekatan yang pembangunan dimulai sejak tahap identifikasi
digunakan dapat sejalan dengan sifat-sifat dari masalah, perumusan program, pengelolaan
masyarakat. Banyak kasus kegagalan dan pelaksanaan program, evaluasi, hingga
pembangunan yang bersumber dari hasil akhir program. Dengan partisipasi akan
pengabaian karakter setempat sehingga timbul rasa memiliki (sense of belonging)
pembangunan menjadi suatu proses intervensi terhadap apa yang telah dibangun. Kunci
dari luar yang kerap kali menimbulkan keberhasilan masyarakat terletak pada
resistensi. (2) Usaha pengelolaan kesadaran masyarakat untuk siapa
pembangunan masyarakat itu mensyaratkan pembangunan itu dilakukan dan terletak pada
adanya partisipasi dari masyarakat yang keterlibatan masyarakat di dalam mendukung
bersangkutan karena masyarakat memiliki berbagai proses pembangunan yang
preferensi-preferensi dalam berbagai berlangsung. Partisipasi di sini bermakna aktif,
bentuknya. (3) Upaya pengelolaan baik dalam merencanakan program dan
pembangunan masyarakat mensyaratkan mengimplementasikannya sehingga menjadi
adanya suatu pembelaan terhadap status sesuatu yang jauh lebih berguna bagi
marginal, khususnya atas dominasi pusat dan kepentingan umum.
negara dalam berbagai bentuk yang kurang Pembangunan yang humanis mengakui
menguntungkan komunitas. Kelompok atau keberadaan manusia sebagai makhluk yang
masyarakat yang dibangun pada hakikatnya aktif dan kreatif. Oleh karena itu, manusia
merupakan pihak yang memiliki kekurangan, mampu menentukan nasibnya sendiri
tergantung dan bahkan tidak memiliki posisi (menentukan kebutuhan, menentukan apa
tawar-menawar yang sebanding. (4) yang harus dilakukan, menentukan langkah
Pengembangan masyarakat mensyaratkan yang sudah diputuskan). Pandangan ini untuk
pemanfaatkan sumber daya dan kekuatan dari mencegah intervensi pembangunan yang
dalam untuk proses perubahan. Selain untuk merugikan dan memaksa; menumbuhkan
menjamin partisipasi lokal yang sebesar- sikap otonom, dan menghindarkan sikap
besarnya dalam proses pembangunan, ketergantungan. Pembangunan dalam hal ini
pemanfaatan sumber daya dan kekuatan dari harus mengandalkan human capital, yang
dalam akan menjamin keberlanjutan dari suatu mencakup intelectual capital, sebagai kekuatan
proses pembangunan (Abdullah, 2007:13). pembangunan yang mandiri yang
Dari uraian di atas tampak bahwa memungkinkan suatu rumah tangga untuk
sesungguhnya pembangunan itu lebih menghadapi berbagai tantangan dan ancaman
merupakan suatu proses “partisipasi”, bukan (Narayan, 2002: 53).

8 Populasi, 18(1), 2007, ISSN: 0853 - 0262


Pembangunan Manusia: Filosofi dan Praksis Pembangunan yang Bermartabat

Pendekatan ini kemudian menunjukkan dalam masyarakat sehingga kontrol


yang terpenting di sini adalah manusia yang pelaksanaan pembangunan tidak berada pada
menggerakkan “proses pembangunan”, bukan tingkat lokal. Masyarakat lokal tinggal
material yang menjadi landasan bagi proses menerima dalam bentuk jadi dan tidak terlibat
pembangunan yang berkelanjutan. Dengan dalam perumusan dan identifikasi masalah
demikian, pembangunan harus terkait dengan pembangunan. Kecenderungan ini tentu saja
usaha-usaha memberdayakan dan mengandung risiko sehingga pelibatan
memperhatikan martabat manusia yang juga masyarakat harus menjadi suatu komitmen
menunjukkan bagaimana kapasitas intelektual dalam proses pembangunan karena ini yang
manusia juga mendapat pengakuan. akan menjamin keberlanjutan pembangunan
Pembangunan manusia, karenanya, tersebut.
berorientasi proses dan cenderung melibatkan
banyak orang walaupun berisiko pada Agenda Penelitian Human
perbedaan pendapat dan kepentingan yang Development Masa Depan
lebih banyak pula dan memakan waktu yang Asumsi dasar dari agenda penelitian human
panjang pula. Namun demikian, dalam develepoment adalah perkembangan manusia
prosesnya pelaksanaan pembangunan seperti modern menghasilkan bentuk dualisme antara
ini mempunyai pola hubungan manusia yang negara yang berkembang dan negara yang
bersifat horizontal intra dan antarmasyarakat. tidak berkembang; negara industri dan negara
Proses pengambilan keputusan melibatkan agraris; negara maju dan negara terbelakang.
semua yang ada sehingga pembangunan ini Penelitian sosial seyogianya melihat
menjalin proses internal yang menjadi siklus bagaimana posisi manusia dalam
hubungan sinergis antarmanusia di dalamnya. pembangunan pada masyarakat yang
Pembangunan yang menekankan proses mengalami perubahan terus-menerus dalam
dapat menghindari kecenderungan segala bidang. Wilayah penelitian tersebut,
perencanaan program pembangunan yang antara lain, meliputi isu-isu kolonialisme dalam
seragam yang dirancang di tingkat pusat dan bentuk baru; perang sipil dan konflik dalam
diterapkan di tingkat lokal tanpa memandang negara; konflik antarmiliter dan terorisme
keragaman karakteristik masyarakat di internasional; perdagangan obat-obatan,
dalamnya. Pembangunan yang seragam imigrasi, pertolongan terhadap bencana alam;
dikendalikan dengan alasan integrasi nasional. gerakan pengungsian; atau epidemik seperti
Oleh karena itu, masyarakat telah banyak AIDS. Kajian penelitian pembangunan masa
mencatat sisi negatif dari pembangunan yang kini bukan semata didasarkan pada manusia
bersifat seragam. Program pembangunan yang telah mapan, melainkan pada manusia
terpusat mempunyai kerendahan relevansi yang tengah bergelut dengan masa-masa
pada skala prioritas kebutuhan lokal. Yang krisis, penuh kerentanan seperti berbagai
terjadi kemudian adalah kesenjangan antara contoh kasus di atas. Aksi-aksi penelitian ini
program-program pembangunan dengan menekankan pada penyembuhan pihak
permasalahan dan kebutuhan riil yang ada manusia sebagai aktor dan diagnosis
pembangunannya di tengah-tengah krisis.

Populasi, 18(1), 2007, ISSN: 0853 - 0262 9


Irwan Abdullah

Namun demikian, banyak kasus tidak bisa disepelekan mengingat ada


pembangunan di atas masih dijalankan pada konstruksi bahwa masyarakat di lereng
mainstream kebijakan dan rencana Gunung Merapi adalah manusia yang pasif,
pembangunan dengan berlandaskan kekuatan irasional, penuh takhayul, emosional, dan tidak
saintifik dan manajemen rasionalitas, yang pintar. Sementara itu, yang meletakkan
bukan didasarkan pada sisi pengetahuan lokal kebijakan pembangunan dikonstruksikan
masyarakat. Produksi pengetahuan dan sebagai pelaku yang aktif, rasional, bijaksana,
identifikasi masih didasarkan pada bagaimana ilmiah, dan bisa diandalkan. Ini membawa
penguasa memaknai pembangunan. Pelaku sebuah dilema tersendiri karena pembangunan
pembangunan yang diidentifikasikan berada menjadi usaha mendobrak suatu yang seakan
dalam krisis sering dikeluarkan dalam agenda beroposisi, antara sains dalam kebijakan
politik dan agenda diskusi. Sebagai misal pembangunan dengan pengetahuan lokal
Alberto Race dan Norman Lonh (2000:22) yang dalam masyarakat setempat.
mengilustrasikan tindakan pemerintah Bolivia Dua oposisi biner ini seharusnya
yang melarang dan membakar tanaman Koka menghasilkan sebentuk negosiasi baru.
karena dianggap sebagai tanaman yang Negosiasi baru yang gagal berpotensi
mengandung obat-obatan terlarang, sementara menimbulkan sebuah eskalasi baru
petani melihatnya hanya pada dua perspektif. pascakrisis. Sejalan dengan ini, ada dua
Koka adalah tanaman petani Bolivia yang karakter teoretikus yang melihat human
dijalankan secara turun-temurun dan koka development sebagai modal. Pertama, kaum
hanya dipandang sebagai tanaman pertanian, ultramodernist yang memandang
tidak lebih dari itu. Permasalahan politik pembangunan manusia dimulai dengan posisi
kemudian muncul antara petani lokal dan mengembangkan ekonomi pasar secara liberal
otoritas pemerintah. Di Indonesia terjadi hal dan peran kebijakan negara dalam mengurusi
yang serupa. Penduduk Gunung Merapi, oleh manusia sudah seharusnya dikurangi. Kedua,
perspektif pemerintah setempat, harus kaum postmodernist yang berargumen
diungsikan, sementara penduduk lokal di pembangunan tidak lebih dari sebuah wacana
lereng selatan dan timur tidak merasa harus justifikasi kontrol dan pengawasan terhadap
mengungsi karena mempunyai tolok ukur praktik-praktik institusi kekuasaan. Kekuasaan
tingkat kekritisan Gunung Merapi secara lokal. diasosiasikan dengan rezim power knowledge
Hal semacam ini sering kali terjadi di berbagai barat yang mempunyai kapasitas untuk
tempat untuk kasus yang beragam. memanipulasi kehidupan dan kondisi sosial
Dengan demikian, ada dua posisi manusia.
pandangan yang tidak sejajar, bahkan Oleh karena itu, yang diperlukan dalam
bertentangan meskipun sesungguhnya tampak model riset kekinian mengenai human
sejajar dan searah dalam satu kerangka development mengarah pada dua hal pokok.
pembangunan: antara yang membangun Pertama, pada analisis formulasi dan
dengan yang dibangun. Dua pandangan ini implementasi kebijakan nasional dan proyek-

10 Populasi, 18(1), 2007, ISSN: 0853 - 0262


Pembangunan Manusia: Filosofi dan Praksis Pembangunan yang Bermartabat

proyeknya yang dikaitkan dengan respons Penutup: Menuju Human Post-


lokal, transformasi lokal, perjuangan lokal, Development
hingga resistensi lokal sebagai akibat respons Orientasi pembangunan pada manusia
terhadap pembangunan. Agenda baru yang dengan mengakomodasikan human capital ke
selayaknya dikembangkan antara yang dalam formulasi dan tindakan kebijakan akan
membangun dengan yang dibangun merupakan suatu cita-cita yang sulit untuk
menyangkut: value negotiation, membangun dicapai tanpa adanya suatu perubahan
proses dan nilai-nilai negosiasi antara negara paradigma di dalam melihat pembangunan
dengan individu; pengetahuan barat dengan tersebut. Pembangunan yang bias pada
pengetahuan lokal dan seterusnya; planning kekuasaan dan bersifat top-down serta
and evaluation, mengecek ulang rencana mendefinisikan penduduk sebagai objek tidak
pembangunan yang tengah dijalankan dan akan mampu mengubah ideologinya untuk,
dianggap mapan pada kurun waktu yang telah misalnya, berpihak pada kepentingan
ditentukan; listen and learn, yang membangun penduduk sebagai publik yang memiliki potensi
bukan yang memberi pelajaran, dan yang dan kekuatan di dalam mendefinisikan apa
dibangun bukan orang yang sedang diberi kebutuhan dan bagaimana kebutuhan itu harus
pelajaran. Oleh karena itu, dua pihak di atas dicapai. Untuk perubahan itu, dibutuhkan suatu
sama-sama saling mendengarkan dan belajar. paradigma yang dapat disebut sebagai post-
Kedua, studi cenderung menekankan development yang memiliki dua dasar
penempatan produksi dan reproduksi wacana pemikiran sebagai berikut.
pembangunan, khususnya pada signifikansi Pertama, sudah waktunya kecenderungan
wacana saintifik barat dan hegemoni oposisi biner (top-down; barat-timur; rasional-
pemerintah yang memandang masyarakat irasional; modern-tradisional) dihilangkan
sebagai “problem”, bukan sebagai manusia dalam sistem pembangunan karena telah
yang memiliki capital. Oleh karena itu, penting terjadi bias pada pemaknaan tunggal dan
melakukan riset dan analisis berdasarkan bersifat satu arah. Kelompok yang berkuasa
konfigurasi kekuasaan lokal, pengetahuan telah mengambil posisi sebagai yang memberi
lokal, tradisi kultural dan memori kolektif. Fokus makna pada suatu kelompok yang dimaknai
riset dimulai dengan asumsi dasar mengenai yang dalam hal ini adalah penduduk.
kemajemukan masyarakat lokal dan adanya Kekuasaan sesungguhnya tidak lagi bersifat
diskontinuitas relevansi pengetahuan barat tunggal, tetapi ada di mana-mana karena setiap
dengan pengetahuan lokal. Penelitian manusia mempunyai modal (human capital)
pembangunan bukan lagi didasarkan pada dan manusia dapat membangun kemajuan diri
pandangan dengan oposisi biner, melainkan dan lingkungannya berdasarkan modal yang
pada multi-vocal dan multi-sided development. dimilikinya.
Dengan perspektif semacam ini berbagai topik
Kedua, pembangunan bukan lagi bersifat
penelitian yang selama ini telah menjadi
top-down, melainkan bersifat horizontal yang
perhatian dapat diartikulasikan kembali.

Populasi, 18(1), 2007, ISSN: 0853 - 0262 11


Irwan Abdullah

menyangkut hubungan-hubungan yang praktik, dan sumber-sumber pembangunan


sinergis dan kemitraan. Pembangunan bukan dari barat. Selain itu, pemihakan terhadap
lagi harus berasal dari barat, melainkan dari manusia dengan segala martabatnya hanya
masyarakat sehingga manusia itulah yang mungkin dicapai jika ruang teori dan politik
bertindak sebagai pelaku. Mengonstruksi tipe memungkinkan manusia dengan segala capital
pengetahuan lokal dan individu sebagai agensi yang dimilikinya terlibat dalam setiap tahap
yang majemuk dan bukan tidak memiliki modal perubahan.
apapun. Setiap individu harus diberlakukan
sebagai conservation personal, yakni manusia Daftar Pustaka
patut dilindungi karena tiap-tiap mereka Abdullah, Irwan. 1999. “Dari rakyat atau untuk
memiliki modal positif dalam dirinya. Dengan rakyat? Peminggiran suara orang kecil
kata lain, yang dikonservasi bukan saja hutan, dalam wacana pembangunan”, Wacana,
daerah penghasil minyak dan energi, 1(1): 22-35.
melainkan juga manusia sebagai aktor utama
———————. 2007. “Pemberdayaan
dalam pembangunan, negara dalam hal ini
masyarakat lemah dan tertinggal”, dalam
tidak lagi melihat manusia sebagai aktor yang
Tukiran, P. M. Kutanegara, Agus Joko
dikenai proyek pembangunan, namun sebagai
Pitoyo, M. Syahbudin Latief (ed.), Sumber
mitra yang bekerja sama untuk mencapai
Daya Manusia: Tantangan Masa Depan.
tujuan-tujuan yang didefinisikan dan ditentukan
Yogyakarta: Kerja sama Pustaka Pelajar
oleh masyarakat. Pembangunan bukan lagi
dan Pusat Studi Kependudukan dan
gerakan alienasi, melainkan gerakan
Kebijakan Universitas Gadjah Mada.
keterlibatan.
Baiquni, M. dan Susilawardani. 2002.
Post-developmentalism ini merevisi
Pembangunan yang Tidak Berkelanjutan:
kecenderungan yang menganggap pemerintah
Refleksi Kritis Pembangunan Indonesia.
adalah pihak yang memproduksi kebijakan
Yogyakarta: Trans Media Global Wacana.
pembangunan secara tunggal. Proses
pembangunan menjadi suatu kegiatan yang Baswir, Revrisond, dkk. 2003. Pembangunan
bersifat partisipatif yang melibatkan berbagai Tanpa Perasaan: Evaluasi Pemenuhan Hak
unsur yang beragam dan akomodatif terhadap Ekonomi, Sosial dan Budaya. Jakarta:
berbagai suara para pihak, baik pada tataran Elsam.
formulasi, implementasi, maupun evaluasi dari Budiman, Arief. 1993. “Stabilitas politik dan
suatu kebijakan. Post-developmentalism, pertumbuhan ekonomi”, dalam INFID,
dengan demikian, bukan sinisme Pembangunan di Indonesia: Memandang
pembongkaran (dekonstruksi semata), dari Sisi Lain. Jakarta: Yayasan Obor
melainkan suatu pemikiran ulang terhadap Indonesia dan INFID.
makna development yang dibangun selama ini. Burt, Ronald S. 2000. “The network strukture
Paradigma ini, menurut hemat kami, dapat of social capital”, Research in
menjadi salah satu alternatif jalan keluar dari Organizational Behavior. Greenwich, CT:
ketergantungan terhadap ide-ide, konsep, JAI Press.

12 Populasi, 18(1), 2007, ISSN: 0853 - 0262


Pembangunan Manusia: Filosofi dan Praksis Pembangunan yang Bermartabat

Effendi, Sofian, Sjafri Sairin, M. Alwi Dahlan capital” dalam HDCA Conference Paper.
(ed.). 1992. Membangun Martabat manusia Groningen, The Netherlands: Faculty of
Perananan Ilmu-Ilmu Sosial dalam Philosophy
Pembangunan. Yogyakarta: Gadjah Mada Marcuse, Herbert. 2000. Manusia Satu-
University Press. Dimensi. Yogyakarta: Bentang Budaya.
Fakih, M. 2001. Runtuhnya Teori Masinambow, E. K. M. 1997. Koentjaraningrat
Pembangunan dan Globalisasi. dan Anthropologi di Indonesia. Jakarta:
Yogyakarta: Insist dan Pustaka Pelajar. Yayasan Obor Indonesia.
———————. 2006. Runtuhnya Teori Narayana, Deepa. 2002. Voices of the Poor:
Pembangunan dan Globalisasi. Can Everyone Hear Us?. New York: Oxford
Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan Insist University Press.
Press.
Nezar Patria and Andi Arief. 1999. Negara dan
Foucault, M. 2002. Other of Thing: Arkeologi Hegemoni. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ilmu-Ilmu Kemanusiaan. Yogyakarta:
Peet, Richard and Elaine Hartwick. 1999.
Pustaka Pelajar.
Theories of Development. London: The
Fukuyama, Francis. 2002. Trust: Kebajikan Guilford Press.
Sosial dan Penciptaan Kemakmuran.
Perangin-Angin, Robert dan Irawati
Yogyakarta: Qalam.
Singarimbun (eds.). 1999. Matahari di Hati
Harrison, Lawrence E. 2005. “Culture and Kami: Mengenang Prof. Dr. Masri
human culture progress: the values, Singarimbun, HonLLD.b. Jakarta: Yayasan
attitudes and beliefs that work and don’t Merga Silima.
work”, Occasional Papers on Global, 2(3):
Pitoyo, Agus Joko. 2007. “Pengangguran dan
1-9.
kebijakan penanganan”, dalam Tukiran, P.
Hobart, M. 1993. Anthropological Critique of M. Kutanegara, Agus Joko Pitoyo, M.
development: The Growth of Ignorance. Syahbudin Latief (ed.), Sumber Daya
London and New York: Routledge. Manusia: Tantangan Masa Depan.
Kalangie, Nico S. 1999. “Akankah Yogyakarta: Kerja sama Pustaka Pelajar
pembangunan nasional di Indonesia dan Pusat Studi Kependudukan Kebijakan
berkembang?”, Antropologi Indonesia, Mei- Universitas Gadjah Mada.
Agustus, 23(59). Polanyi, K. 2003. Transformasi Besar: Asal-
Koentjaraningrat dan Donald K. Emmerson. Usul Politik dan Ekonomi Zaman Sekarang.
1995. Aspek Manusia dalam Penelitian Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Masyarakat. Jakarta: Gramedia. Race, Alberto and Long Norman. 2002.
Kuntowijoyo. 2006. Budaya dan Masyarakat. Anthropologi, Development and
Yogyakarta: Tiara Wacana. Modernities. New York: Routlegde.
Ledoswki, Joseph D. 2006. “Explaining social
poverty: human development and social

Populasi, 18(1), 2007, ISSN: 0853 - 0262 13


Irwan Abdullah

Rahardjo, M. Dawam. 1999. Tantangan Soetrisno, Loekman.1995. Menuju Masyarakat


Indonesia sebagai Bangsa. Yogyakarta: UII Partisipatif. Yogyakarta: Kanisius.
Press. Tukiran, P. M. Kutanegara, Agus Joko Pitoyo,
Sen Amartya. 1993. “Capability and well-being”, M. Syahbudin Latief (ed.). 2007. Sumber
in M. Nussbaum and Amrtya Sen (ed.), The Daya Manusia: Tantangan Masa Depan.
Quality of Life. Oxford: Clarendon Press. Yogyakarta: Kerja sama Pusat Studi
Shore, C. and Wright, S. 1997. Anthropology Kependudukan dan Kebijakan Universitas
of Policy: Critical Perspectives on Gadjah Mada dengan Pustaka Pelajar.
Governance and Power. New York: United Nations Development Program. Human
Routledge. development report 2006: Beyond Scarcity
Soedjatmoko. 1980. Pembangunan dan Power, Poverty and the Global Water Crisis.
Kebebasan. Jakarta: LP3ES. New York: UNDP Home.

———————. 1983. Dimensi Manusia dalam Voinovich, George. 2000. “The crisis in human
Pembangunan. Jakarta: LP3ES. capital”, Committee on Governmental
Affairs United State Senate. December.
Soetomo. 2006. Strategi-Strategi
Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

14 Populasi, 18(1), 2007, ISSN: 0853 - 0262

Anda mungkin juga menyukai