Anda di halaman 1dari 14

Model Pembangunan Konvensional (Pertumbuhan) dan

Pembangunan Alternatif (Pemberdayaan)


Makalah
diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi dan Metode Pemberdayaan
Masyarakat dosen pengampu Dr. Sutarjo, Drs., M.M. Pd.

disusun oleh
Kelas 5C
Devina Nindyanti 1910631040029
Sela Ayuni 1910631040052
Soliha 1910631040081

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan
berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Model
Pembangunan Konvensional (Pertumbuhan) dan Pembangunan Alternatif
(Pemberdayaan)” ini bisa selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Sejalannya kurikulum dan materi kuliah Strategi dan Metode


Pemberdayaan Masyarakat, maka mahasiswa ditugaskan untuk membuat
presentasi dan makalah demi memenuhi penilaian.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
kesempurnaan, baik dari segi fisik maupun bahasanya, dikarenakan keterbatasan
kemampuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
akan penulis terima. Akhirnya penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca pada umumnya.

Jakarta, 05 Oktober 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada era modern ini, pembangunan dan segala aspek sangat pesat,
pembangunan mengutamakan kesejahteraan bersama atau kesejahteraan
masyarakat, tetapi pembangunan sebagian besar hanya terpusat di kota-kota besar
saja sedangkan pembangunan untuk daerah-daerah pedesaan atau terpencil belum
maksunal, hal tersebut dapat terlihat dan struktur pembangunan infrastruktur di
daerah-daerah yang masih jauh dan kata layak bahkan daerah terpencil belum
tersentuh dengan pembangunan

Pembangunan merupakan segala upaya yang terus-menerus ditujukan


untuk memperbaiki kehidupan masyarakat dan bangsa yang belum baik, atau
untuk memperbaiki kehidupan yang sudah baik menjadi lebih baik lagi
(Mardikanto dan Soebianto, 2012 2)

Program pembangunan bertujuan untuk memperbaiki kehidupan seluruh


lapisan masyarakat agar menjadi lebih baik tetapi kegiatan pembangunan saat ini
belum merata atau belum mencakup semua lapisan masyarakat Segala cara akan
ditempuh oleh agen perubahan atau pembangunan walaupun belum merata karena
pembangunan membutuhkan waktu yang lama, tenaga ata agen perubahan dana
dan lain-lain Pembangunan yang tidak merata atau belum merata mengakibatkan
kesenjangan sosial yang sangat jauh. Daerah perkotaan masyarakatuya sangat
maju, mudah memperoleh sesuatu yang dunginkan sedangkan masyarakat

Konsep pembangunan biasanya melekat dalam konteks kajian suatu


perubahan, pembangunan disini diartikan sebagai bentuk perubahan yang sifatnya
direncanakan; setiap orang atau kelompok orang tentu akan mengharapkan
perubahan yang mempunyai bentuk lebih baik bahkan sempurna dari keadaan
yang sebelumnya; untuk mewujudkan harapan ini tentu harus memerlukan suatu

1
perencanaan. Pembangunan secara berencana lebih dirasakan sebagai suatu usaha
yang lebih rasional dan teratur bagi pembangunan masyarakat yang belum atau
baru berkembang. (Subandi: 2011:9-11)

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pembangunan Masyarakat


Pembangunan masyarakat, menurut Dirjen Bangdes pada hakikatnya
merupakan proses dinamis yang berkelanjutan dari masyarakat untuk
mewujudkan keinginan dan harapan hidup yang lebih sejahtera dengan strategi
menghindari kemungkinan tersudutnya masyarakat desa sebagai penanggung
ekses dari pembangunan regional/daerah atau nasional.
Berkaitan dengan batasan pengertian di atas ada beberapa unsur dalam pengertian
pembangunan masyarakat, yaitu 1) menitikberatkan pada komunitas sebagai suatu
kesatuan, 2) mengutamakan prakarsa dan sumberdaya setempat, 3) sinergi antara
sumber daya internal dan eksternal serta 4) terintegrasinya masyarakat lokal dan
nasional.
Menurut Korten (Moeljarto, 1987) konsep pembangunan masyarakat pada
hakikatnya memiliki beberapa aspek sebagai berikut :
1. Keputusan dan inisiatif untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dibuat di
tingkat lokal.
2. Fokus utama adalah memperkuat kemampuan masyarakat miskin dalam
mengawasi dan mengerahkan aset-aset untuk memenuhi kebutuhan sesuai
dengan potensi daerah mereka sendiri.
3. Memiliki toleransi terhadap perbedaan dan mengakui arti penting pilihan
nilai individu dan pembuatan keputusan yang telah terdistribusi.
4. Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan sosial dilakukan melalui
proses pembelajaran sosial (social learning), dimana individu berinteraksi
satu sama lain menembus batas-batas organisatoris dan dituntun oleh
kesadaran kritis individual.
5. Budaya kelembagaan ditandai dengan adanya organisasi yang mengatur
diri sendiri (adanya unit-unit lokal) yang mengelola dirinya sendiri.

3
6. Jaringan koalisi dan komunikasi pelaku (aktor) lokal dan unit-unit lokal
yang mengelola diri sendiri mencakup kelompok penerima manfaat lokal,
organisasi pelayanan daerah, pemerintah daerah, bank-bank pedesaan dan
lain-lain akan menjadikan basis tindakan-tindakan lokal yang diserahkan
untuk memperkuat pengawasan lokal yang mempunyai dasar luas atas
sumber-sumber dan kemampuan lokal untuk mengelola sumber daya
mereka.
2.2 Model Pembangunan Konvensional (Pertumbuhan)
Pembangunan pada abad 20 yang lalu adalah pola pembangunan
konvensional yang bersifat linier mengutamakan kemajuan ekonomi semata-mata,
subyek pembangunan adalah manusia dan orientasi pembangunan tertuju hanya
pada manusia. Pola ini  mengabaikan pembangunan lingkungaan dan sosial
budaya.
            Pola pembangunan ini mempunyai tiga kelemahan pokok (Salim, 2010),
yaitu  kegagalan pasar, kegagalan institusi dan kegagalan kebijakan. Selain itu,
pembangunan konvensional hanya mengedepankan pembangunan ekonomi yang
berjangka pendek, sementara pembangunan sosial dan lingkungan yang berjangka
panjang sangat diabaikan. Pola pembangunan ini meskipun dalam jangka pendek
mampu meningkatkan pendapatan nasional sangat fantastis, namun pada
kenyataannya masih banyak penduduk yang miskin. Hal ini disebabkan oleh tidak
meratanya pembangunan konvensional.
            Selain itu, saat ini sudah kita rasakan betapa peningkatan pendapatan
nasional itu dibarengi oleh rusaknya  lingkungan hidup. Rusaknya lingkungan
hidup ini sangat tidak seimbang. Artinya rusaknya lingkungan hidup jauh lebih
tinggi daripada tingkat pendapatan nasional. Jika pembangunan konvensional
terus dilanjutkan, maka kerusakkan lingkungan hidup akan semakin parah
(Weisman, 2009). Akibatnya bukan saja berbagai bencana melanda bumi ini,
tetapi juga generasi yang akan dating tidak akan mewarisi bumi ini. Berbagai
bencana yang melanda bumi ini pun akhirnya meluluhlantakkan pembangunan 
berbasis ekonomi ini. Berbagai polusi baik udara, air, tnah dll telah dihasilkan
oleh pembangunan konvensional, yang akhirnya bumi ini menjadi tidak nyaman

4
untuk dihumi. Akhirnyanya yang diperoleh kerugian ganda, yaitu rusaknya
sumber daya pembangunan sekaligus rusaknya lingkungan hidup.  Di Aceh pada
khususnya dan Sumatera pada umunya telah banyak kerusakan  lingkungan hidup
dikarenakan oleh pembangunan yang tidak terkendali.
            Perubahan  iklim mulai dirasakan oleh penduduk dunia. Jika tidak segera
dilakukan berbagai upaya, maka perubahan iklim global semakin tidak terkendali
dan akan mengancam bumi. Dampak perubahan iklim global sangat lamban tapi
bersifat pasti dan permanen (Diposaptono et al., 2009). Indonesia yang memiliki
belasan ribu pulau-pulau kecil akan sangat menderita akibat perubahan  iklim,
sebab pulau-pulau itu terancam tenggelam bersama semua yang ada di atasnya.  
            Menurut Salim (2010) terdapat lima tantangan yang dihadapi , yaitu: a)
penyelamatan air dari eksploitasi  secara berlebihan dan pencemaran yang kian
meningkat; b) merosotnya kualitas tanah dan hutan akibat tekanan penduduk dan
eksploitasi besar-besaran untuk keperluan pembangunan; c) menciutnya
keanekaragaman hayati  akibat rusaknya lingkungan hidup  berbagai tumbuh-
tumbuhan dan hewan; d) perubahan iklim yang menurut para ilmuwan sudah
mulai saat ini, dan; e)  meningkatnya kota-kota berpenduduk banyak.
Kelemahan Model Pembangunan Konvensional:
Pembangunan ekonomi secara konvensional yang hanya berkutat pada
modal dan keuntungan dinilai gagal bertahan dalam menghadapi kemajuan
zaman. Konsep pembangunan hijau yang memberi perhatian besar terhadap
lingkungan dan masyarakat membuat terjaminnya pembangunan yang
berkelanjutan. Sejak zaman revolusi industri, perhatian hanya pada modal tinggi
dan keuntungan. Lingkungan dan sosial dianggap bukan urusan pengusaha,” kata
Prof Surna T Djajadiningrat, Guru Besar School of Business and Management
Institut Teknologi Bandung, Rabu (28/9/2011), di Jakarta. Ia mengatakan, sejarah
membuktikan pengabaian terhadap masalah lingkungan menyebabkan perubahan
cuaca yang mengancam kelangsungan industri dan aktivitas perusahaan, misalnya,
angin topan dan banjir yang membuat industri berhenti bekerja. Sementara itu,
pengabaian masalah sosial pun membuat berbagai gangguan, seperti protes dari

5
masyarakat setempat, mogok kerja dari pekerja yang tak dipenuhi hak-haknya,
serta berbagai hal lain.
Sudah saatnya arah pembangunan menuju langkah-langkah yang ramah
lingkungan dan masyarakat. Hal ini bisa tercapai jika dilakukan secara holistik
antara pemerintah, pengusaha, dan masyarakat yang memiliki paradigma sama.
Untuk mengatasi hal itu maka mulai abad ke 21, pembangunan diarahkan kepada
pembangunan yang berwawasan lingkungan hidup yang dikenal dengan
“Pembangunan Berkelanjutan”.
2.3 Model Pembangunan Alternatif (Pemberdayaan)
Proses pemberdayaan masyarakat bertitik tolak untuk memandirikan
masyarakat agar dapat meningkatkan taraf hidupnya sendiri dengan menggunakan
dan mengakses sumber daya setempat sebaik mungkin. Sasaran utama
pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat miskin. Dalam prosesnya perlu
diperhatikan bahwa perempuan akan terlibat secara aktif. Proses pemberdayaan
masyarakat didampingi oleh suatu tim fasilitator yang bersifat multi disiplin. Tim
pemberdayaan masyarakat sebaiknya terdiri dari laki-laki dan perempuan. Peran
utama tim pemberdayaan masyarakat adalah mendampingi masyarakat dalam
melaksanakan proses pemberdayaan. Peran tim pemberdayaan masyarakat pada
awal proses sangat aktif tetapi akan berkurang selama proses berjalan sampai
masyarakat sudah mampu melanjutkan kegiatannya secara mandiri.
Pemberdayaan masyarakat dilaksanakan melalui beberapa tahapan sebagai
berikut:
1. Tahap pertama seleksi lokasi
Seleksi wilayah dilakukan sesuai dengan kriteria yang disepakati
oleh lembaga, pihak-pihak terkait, dan masyarakat. Penetapan kriteria ini
penting agar tujuan lembaga dalam pemberdayaan masyarakat akan
tercapai serta pemilihan lokasi dilakukan dengan sangat baik.
2. Tahap kedua sosialisasi pemberdayaan masyarakat
Sosialisasi pemberdayaan masyarakat adalah suatu kegiatan yang
sangat penting untuk menciptakan komunikasi serta dialog dengan
masyarakat. Sosialisasi pemberdayaan masyarakat pada masyarakat

6
membantu untuk meningkatkan pengertian pada masyarakat dan pihak
terkait tentang program. Proses sosialisasi sangat menentukan ketertarikan
masyarakat untuk berperan dan terlibat di dalam program.
3. Tahap ketiga proses pemberdayaan masyarakat
Tahap ini terdiri dari kegiatan:
a. kajian keadaan pedesaan partisipatif,
b. pengembangan kelompok,
c. penyusunan rencana dan pelaksanaan kegiatan, serta
d. monitoring dan evaluasi partisipatif.
Maksud pemberdayaan masyarakat adalah meningkatkan kemampuan dan
kemandirian masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya (tujuan
umum).
4. Tahap keempat pemandirian masyarakat
Proses pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses
pembelajaran terus menerus bagi masyarakat dengan tujuan kemandirian
masyarakat dalam upaya-upaya peningkatan taraf hidupnya. Artinya,
bahwa peran tim pemberdayaan masyarakat akan pelan-pelan dikurangi
dan akhirnya berhenti. Peran tim pemberdayaan kelompok sebagai
fasilitator akan dipenuhi oleh pengurus kelompok atau pihak lain yang
dianggap mampu oleh masyarakat. Waktu yang diperlukan untuk
pelaksanaan pemberdayaan masyarakat tidak tentu. Pemberdayaan
masyarakat adalah suatu proses yang akan berjalan terus menerus.
Seringkali kegiatan memerlukan waktu dan tidak dapat dilakukan secara
terburu-buru.
2.4 Perbedaan Model Pembangunan
Ada beberapa asumsi dasar yang dikembangkan dalam pembangunan
alternatif, yang berbeda dengan pembangunan konvensional.
Pembangunan Pembangunan
Konvensional Alternatif
Asumsi - Berangkat dari pandangan - Masyarakat dibangun bukan
tentang bahwa masyarakat karena mereka bodoh dan tidak

7
Masyarakat terbelakang, mampu, akan tetapi
pengetahuannnya rendah, kemampuan yang tersedia
tradisional, dan bodoh. perlu dioptimalkan agar
- Untuk memajukan mereka mereka berkembang sesuai
diperlukan pengetahuan dari dengan pengetahuan mereka.
luar. - Pengetahuan lokal (local
knowledge) dan teknologi tepat
guna sebagai basis
pengembangan mereka.
-
Konsekuensi - Perencanaan bersifat top - Lebih menekankan pada
Perencanaan down dan sentralistis. aspek lokalitas.
- Direncanakan oleh tenaga - Perencanaan dilakukan secara
ahli atau akademisi tanpa otonomi, berdasarkan potensi
mempertimbangkan apa lokalitas dengan menyertakan
yang dimiliki masyarakat. masyarakat untuk
- Lebih mengutamakan berpartisipasi dalam
perencanaan untuk perencanaan.
pertumbuhan ekonomi. Hal - Pemikiran otonomi lebih
ini didasarkan pada ditekankan dalam perencanaan
keyakinan bahwa kemajuan kegiatan berdasarkan
masyarakat diukur menurut kebutuhan masing-masing.
kemajuan ekonomi semata.
Orientasi - Pertumbuhan ekonomi - Pertumbuhan ekonomi tidak
secepatnya, rakyat terabaikan, tetapi masyarakat
mengikuti pemerintah diberi kebebasan berinisiatif
melalui mobilisasi, pada partisipatif.
umumnya dilakukan dengan
paksaan.
Pelayanan - Birokrasi melayani - Birokrasi melayani kebutuhan
masyarakat melalui birokrat. masyarakat, kontrol dilakukan
oleh masyarakat

8
Konsekuensi - Menempatkan birokrat - Menempatkan birokrat
Perlakukan ataupun tenaga ahli dari luar ataupun tenaga ahli dari luar
terhadap sebagai pihak yang dilayani sebagai pengatur kepentingan
Masyarakat masyarakat karena mereka masyarakat dan sebagai aktor
dianggap telah berbuat yang melakukan fungsi
banyak untuk kepentingan pelayanan sesuai kebutuhan
masyarakat. masyarakat.
Implikasi bagi - Menjadikan masyarakat - Sejak awal mengakomodir
Kehidupan sangat bergantung kepada daya kritis masyarakat.
Sosial pemerintah. - Masyarakat mampu menolak
- Memendam konflik semu jika terjadi tekanan atau
yang setiap saat bisa eksploitasi dari luar yang tidak
menjadi ledakan konflik menguntungkan mereka.
interest.

9
BAB III

PENUTUP

10
DAFTAR PUSTAKA

Erni Susilawati. (2014). ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN


LINGKUNGAN SOSIAL KOMUNITAS ADAT TERPENCIL (KAT) SUKU
BONAI KABUPATEN ROKAN HULU. Skripsi thesis, Universitas Islam
Negeri Riau Sultan Syarif Kasim Riau.

Puspaningrum, D., & Agustina, T. (2014). Model Pembangunan Alternatif


Berbasis Masyarakat Pada Taman Nasional Meru Betiri [Alternative Model
of Community Development in Meru Betiri National Park]. Agritrop: Jurnal
Ilmu-Ilmu Pertanian (Journal of Agricultural Science), 12(2).

Tanjung, M. Zaelani (2017) Peranan Dinas Sosial Dalam Meningkatkan


Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat Ditinjau Dari Perspektif Ekonomi
Islam (Studi Pada Pemberdayaan Perempuan Melalui Program Uep-Km
Di Kecamatan Way Halim Kota Bandar Lampung). Undergraduate thesis,
UIN Raden Intan Lampung.

Wulandari, C. Y. (2017). Strategi Pemberdayaan Masyarakat Berwawasan


Konservasi Lingkungan Melalui Usaha Kerajinan Tangan Ban Bekas Di
Dusun Tetep, Kelurahan Randuacir, Kecamatan Argomulyo, Kota
Salatiga (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Semarang).

Zubaedi, M. A. (2016). Pengembangan masyarakat: wacana dan praktik.


Kencana.

11

Anda mungkin juga menyukai