Anda di halaman 1dari 13

PENGANTAR ILMU LINGKUNGAN

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

KELOMPOK 10
Mochamad Deja Mauludin 41205425122018
Ahmad Fajar 41205425122046
Salman Alfarisi Pasilia 41205425122024
Destya Aulia Rohani 41206120122004
Muhammad Itsbatullah Munir 41206120122016

UNIVERSITAS NUSA BANGSA


2022-2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development merupakan gerakan global untuk
mensejahterakan kehidupan manusia masa kini hingga di masa yang akan
datang.Pembangunan berkelanjutan di aklamasikan oleh 193 negara anggota Perserikatan
Bangsa-Bangsa sebagai tindak lanjut dari Milenium Development Goals.
Di negara Indonesia pembangunan berkelanjutan ini tercantum dalam undang-undang no.32
tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,yang berbunyi
“Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek
lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin
keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup
generasi masa kini dan generasi masa depan”.
Pembangunan berkelanjutan menuntut peran umat manusia yang merupakan makhluk yang
memiliki potensi besar menghancurkan sekaligus menggerakkan pembangunan.Oleh karena
itu, kami dalam tulisan ini akan menyajikan apa itu pembangunan berkelanjutan, manfaat
pembangunan berkelanjutan, permasalahan dalam pembangunan berkelanjutan dan segala
yang ber-keterkaitan dengan hal tersebut.
1.2 Tujuan
Tujuan daripada makalah ini adalah mengetahui secara lebih lanjut mengenai pembangunan
berkelanjutan,juga untuk mengulas dan menjawab beberapa persoalan didalamnya dan juga
menyajikannya secara ilmiah.
1.3 Rumusan Masalah
• Apa itu pembangunan berkelanjutan
• Mengapa kita perlu mengetahui pembangunan berkelanjutan dan ikut serta mengambil
peran dalam pelaksanaannya
• Bagaimana isu pembangunan berkelanjutan di Indonesia
• Apa dampak positif dan negatif dari pembangunan berkelanjutan
1.4 Metodologi
Metodologi penulisan kali ini disajikan secara deskriptif,secara runut akan menjelaskan dan
menjawab persoalan-persoalan yang muncul dengan merujuk pada literatur yang membahas
persoalan yang sama sebelumnya.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pembangunan dapat diartikan secara dinamis dari waktu ke waktu. Secara tradisional,
pembangunan hanya diartikan secara sederhana sebagai upaya-upaya yang dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan manusia dengan memanfaatkan keterbatasan sumber daya yang ada.
Seiring dengan berjalannya waktu, pada tahun 1970an pembangunan diartikan sebagai upaya
untuk mencapai tingkat pertumbuhan per kapita sehingga masalah-masalah yang berkaitan
dengan kemiskinan,diskriminasi, pengangguran dan distribusi pendapatan kurang mendapat
perhatian. Padatahun 1990an pengertian pembangunan berkembang pada perhatian terhadap
upaya peningkatan kualitas hidup dibanding semata-mata peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Pada tahun 2000an dikenal konsep pembangunan berkelanjutan yang merupakan
perkembangan pengertian pembangunan yang tidak hanya menekankan pada pemenuhan
kebutuhan jangka pendek, tetapi juga mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan pada masa
yang akan datang.
Definisi yang paling umum digunakan adalah definisi pembangunan berkelanjutan sesuai
dengan Brundtland Report dalam WCED (1987) yaitu pembangunan yang memenuhi
kebutuhan generasi saat ini tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi yang akan
datang yang konsepnya terdiri dari tiga aspek yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan. (Tanguay
et al., 2009; Yang, Xu, & Shi, 2016).
Pembangunan berkelanjutan merupakan salah satu tahapan pembangunan jangka panjang yang
kompleks dan melibatkan berbagai disiplin ilmu (Yang et al., 2016). Pada jangka panjang,
diperlukan strategi pembangunan yang seimbang antara aspek ekonomi, aspek sosial dan aspek
lingkungan dengan didukung oleh aspek kelembagaan yang baik. Menurut Heal dalam Fauzi
& Octavianus (2014) setidaknya terdapat dua dimensi dalam konsep pembangunan
berkelanjutan yaitu dimensi waktu yang menyangkut apa yang terjadi pada masa kini dan masa
yang akan datang; dan dimensi interaksi yang menyangkut sistem ekonomi dan sistem
lingkungan karena pemenuhan kebutuhan manusia pada dasarnya selalu berhubungan dengan
ketersediaan dan keterbatasan sumber daya alam. Pembangunan berkelanjutan adalah
penjajaran dua elemen utama yang penting yaitu pembangunanyang bertujuan untuk selalu
mengembangkan potensi menuju kondisi yang lebih baik, dan berkelanjutan yang mewakili
makna ketahanan dan kelestarian (Cristian, Maria, Artene, & Duran, 2015).
Interaksi antara ekonomi dan sosial disebut sebagai equitable yang dapat diartikan dalam istilah
keadilan; interaksi antara lingkungan dan sosial disebut sebagai livable atau dikenal juga
sebagai konsep kualitas hidup yang dapat pula diartikan dalam istilah kenyamanan; interaksi
antara ekonomi dan lingkungan disebut sebagai viableatau dalam artian usaha dalam
meningkatkan kondisi ekonomi harus memperhatikan daya dukung lingkungan dan
menghindari terjadinya kerusakan lingkungan yang dapat juga diartikan dalam istilah
kelestarian; sedangkan interaksi antara ekonomi, sosial danlingkungan disebut sebagai
sustainable (WCED ,1987 dalam Tanguay et al., 2009).
Dalam interaksi antar aspek dalam pembangunan berkelanjutan banyak muncul tanggapan
pesimis dari para ahli baik ekonom maupun environmentalis. Para ahli tersebut menganggap

2
bahwa pembangunan berkelanjutan merupakan retorika yang tidak dapat dilakukan tanpa
adanya trade off antar aspek (Drews & Bergh, 2017; Fauzi, 2009; Moore, 2017).
Kurva Kuznets merupakan kurva multidimensi berbentuk U terbalik yang menunjukkan
hipotesis hubungan jangka panjang antara pendapatan per kapita dengan degradasi lingkungan
dan ketimpangan (Kuznets, 1954; Panayotou, 2003; Todaro & Smith, 2011a). Seiring dengan
keberhasilan pembangunan ekonomi yang diukur dengan meningkatnya pertumbuhan
ekonomi/pendapatan per kapita akan terjadi peningkatan degradasi lingkungan/ketimpangan
sampai pada titik belok (turning point) tertentu. Setelah melewati titik belok (turning point)
tersebut maka peningkatan pertumbuhan ekonomi/ pendapatan per kapita akan diikuti dengan
penurunan degradasi lingkungan/ ketimpangan.
Secara konsep itu sendiri, pembangunan di Indonesia dimulai sejak tahun 1969 dalam program
Rapetalita atau Rencana Pembanginan Lima tahun, dalam Repelita yang pertama ini, aspek
lingkungan yang terkait dengan pembangunan berkelanjutan, namun pada saat itu belum masuk
dalam konsep pembangunan.
Pengaruh dari konsep sustainable development juga berlanjut pada tahun 1982, yaitu dengan
diberlakukannya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan- Ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH 1982) dan dilanjutkan dengan diberlakukannya
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH
1997). Baik UUPLH 1982 maupun UUPLH 1997 pada dasarnya memiliki asas dan sasaran
yang sama. Yang membedakan antara UUPLH 1982 dengan UUPLH 1997 yaitu karena adanya
perkembangan di dunia.
Pengelolaan lingkungan hidup yang diselenggarakan dengan asas tanggung jawab negara, asas
berkelanjutan, dan asas manfaat bertujuan untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan
yang berwawasan lingkungan hidup dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya
dan pembangunan masyarakat Indonesia.
Ketiga prinsip di atas, yaitu prinsip tanggung jawab negara (state responsibility), prinsip
pembangunan berkelanjutan (sustainable development), prinsip manfaat dengan tujuan
mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan saling terkait erat dan
mencerminkan kepentingan-kepentingan yang terpadu (holistic) dalam berbagai
dimensi(Ekonomi & Indonesia, 2020).
World Commission On Enviromental Development (WCED) pada tahun 1987 merumuskan
bahwa pengertian pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang berusaha memenuhi
kebutuhan hari ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi
kebutuhannya. Sedangkan menurut Sudharta P. Hadi dalam bukunya yang berjudul "Opcit"
tahun 2007 menyebutkan pengertian pembangunan berkelanjutan adalah konsep pembangunan
yang menyelaraskan kepentingan pembangunan dengan pengelolaan lingkungan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang
dapat berlangsung secara terus menerus dan konsisten dengan menjaga kualitas hidup
masyarakat dengan tidak merusak lingkungan dan mempertimbangkan cadangan sumber daya
yang ada untuk kebutuhan masa depan.

3
BAB III
PERSOALAN LINGKUNGAN

Isu pencemaran udara di bogor dan pembangunan berkelanjutan nya Wilayah perkotaan adalah
pusat pemukiman dan tempat aktivitas non pertanian masyarakat dilaksanakan, termasuk kota
Bogor. Selain karna penduduknya yang lebih padat, pada umumnya polusi udara di perkotaan
lebih tinggi dibandingkan di pedesaan. Sebagian besar polusi udara di perkotaan disebabkan
oleh emisi karbondioksida (CO2) atau dengan kata lain emisi gas rumah kaca.
Emisi karbon sendiri adalah proses karbon dioksida ke atmosfer yang terjadi secara alami
maupun dipicu aktivitas manusi sehingga menyebabkan memanasnya kondisi bumi karena
mengalami pemanasan suhu secara terus menerus secara global. Emisi karbon sendiri bisa di
sebabkan oleh penggunaan listrik, penggunaan kendaraan, membakar sampah secara terbuka,
deforestasi hingga kegiatan industri manufaktur. Bahaya emisi karbon sangatlah tidak baik bagi
sistem pernafasan, hal ini karena bisa menjadi penyebab rusaknya sistem pernapasan. Emisi
karbon juga bersifat karsinogenik, yaitu zat yang bisa memicu kanker dan terakhir emisi karbon
berbahaya bagi sistem peredaran darah. Karna itu juga emisi karbon adalah salah satu
kontribusi terhadap pencemaran udara.
Kota bogor dikenal sebagai kota heritage city, smart city dan green city. Ini dikarenakan bogor
adalah kota yang memiliki tanah yang subuh, dimana pepohonan bisa tumbuh dengan baik
sehingga menciptakan suasana sejuk dan udara yang segar.
Namun pada hari selasa, 6 September 2022 tepatnya pukul 8, ISPU atau sebuah alat Indeks
Standar Pencemaran Udara dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLHK) menunjukan status
tidak sehat dengan angka PM 2.5 sebesar 102.
Adapun Indikator PM 2.5 sebagai berikut :
0-50 status baik
51-100 status sedang
101-200 status tidak sehat
> 201 status bahaya +nanti bagian ini tabelin aja, note hapus+
Dengan apa yang terjadi jika kita hidup di lingkungan yang memiliki udara yang tidak baik.
Terntu akan menimbulkan berbagai penyakit bagi warga yang tinggal di daerah tersebut. Maka
dari itu, upaya pembangunan berkelanjutan apa yang bisa di lakukan?
Pembangunan berkelanjutan yang bisa di lakukan antara lain :
1. Dengan mengurangi pemakaian kendaraan pribadi serta mulai menggunakan bahan bakar
yang lebih ramah lingkungan, hal ini bisa dilakukan dan pemerintah kota bogor sudah
menginteplementasi kannya dalam aksi nyata. Contohnya adalah Bis Kita bogor ataupun
Bis Transpakuan yang memiliki lebih sedikit asap yang menyebabkan terjadinya
pencemaran idara di Bogor dibandingankan dengan bis lainnya
2. Membatasi jalur kendaraan guna mewujudkan udara yang lebih segar, hal ini terealisasikan
dengan pemerintah yang sudah mengatur jadwal car-free pada weekend

4
3. Guna mengurangi polusi yang disebabkan oleh kendaraan, pemerintah melakukan
pembangunan berkelanjutan dengan mebangun dan merenovasi taman kota, memperbaiki
kualitas pedestrian dan memperbaiki jogging track agar warga nya nyaman beraktivitas
tanpa harus menggunakan kendaraan pribadi.
4. Melindungi hutan kota dan melakukan reboisasi sebagai upaya penyerapan emisi karbon
dengan Co2 atau oksigen
Dan sebagai hasil sekarang pada tahun 2023 Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) kota
bogor adalah 57, yang mana menunjukkan udara di kota Bogor ini dalam status sedang.
Beruntung, kondisi Kota Bogor dengan curah hujan yang tinggi dan masih banyak pepohonan
disebut-sebut sebagai penyelamat kualitas udara, karena ber-dasarkan hasil penelitian,
kecepatan angin dan curah hujan serta pohon bisa mempercepat penurun-an pencemaran udara.

5
BAB IV
PEMBAHASAN

Isu-isu tentang sustainability telah banyak berkembang beberapa waktu terakhir. Upaya-upaya
menjaga keberlangsungan kehidupan jangka panjang, hingga generasi-generasi berikutnya
dalam segala aspek telah dikembangkan (Conn, 1977). Sumber daya yang terus tergerus demi
kepentingan, keuntungan, atau gaya hidup telah menjadi fenomena biasa yang dianggap orang
sebagai bagian dari gaya hidup modern. Padahal, semakin banyak bencana yang timbul justru
berakibat pada manusia sendiri, itupun hanya menjadi bencana yang disesalkan tanpa ada
tindak lanjut optimal untuk memperbaikinya.
Banyaknya kebakaran hutan yang akhirnya menimbulkan kekeringan, sehingga tanah sulit
ditanami lagi, banyaknya gas CO2 yang dilepaskan ke udara sebagai bagian dari akibat
pertumbuhan industri yang menyebabkan tidak stabilnya curah hujan dan bencana badai,
sampah yang semakin menumpuk, namun dengan kurang optimalnya upaya-upaya pengolahan
sampah, dan juga yang lebih penting dari semua itu adalah sikap manusia sendiri yang tidak
terlalu menyadari pentingnya kehidupan bagi generasigenerasi berikutnya yang notabene
adalah kehidupan bagi generasi manusia sendiri.
Isu sustainability yang ingin diangkat dalam artikel ini adalah tentang sustainable packaging
yang merupakan upaya melakukan pengemasan produk industri dengan bahan-bahan yang
ramah lingkungan. Selain itu, ingin pula disinggung tentang isu pengolahan sampah sebagai
salah satu isu sustainability untuk mencegah semakin parahnya global warming dewasa
ini,serta bagaimana sikap masyarakat umum dan masyarakat industri dalam
mengintegrasikannya,khususnya kedua isu ini, sehingga tidak hanya menjadi isu sesaat yang
hanya menjadi pembahasan saja.
Selama abad 20 terjadi 2 (dua) revolusi terkait dengan peranan lingkungan hidup dalam
pembangunan ekonomi dan sosial. Revolusi pertama (1) antara 1960’s -1970’s saat munculnya
paradigma bahwa terdapat konflik antara konsep pertumbuhan dan konservasi sumberdaya
alam dan lingkungan di mana setiap terjadi pembangunan yang dimaksudkan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat selalu dibarengi dengan eksploitasi sumberdaya alam
dan terjadinya kerusakan lingkungan (Meadows, Donella dan Meadows, Nancy, 1972 ).
Meadows dan Meadows yang tergabung dalam Kelompok Roma menulis buku mengenai
“Batas-Batas Pertumbuhan”. Dalam buku tersebut dikemukakan bahwa kalau tidak ada
pengurangan tingkat konsumsi dalam masyarakat kala itu, maka dalam waktu 100 tahun lagi
dunia akan collaps, karena sumberdaya alam akan habis dan lingkungan mengalami
pencemaran yang tinggi dan kerusakan yang sangat parah.
Konsep pembangunan berkelanjutan yang dimaknai sebagai pembangunan untuk masa kini dan
yang tidak memerlukan kompromi generasi yang akan datang muncul pada pertemuan bangsa-
bangsa di Norwegia yang diketuai oleh Perdana Menteri Norwegia Gro Harlem
Brundtlandpada tahun 1987. Di saat itulah seolah-olah terjadi revolusi ke 2 (dua) di bidang
pembangunan nasional yang menyatakan bahwa pembangunan ekonomi tidak semata-mata
merusak lingkungan, tetapi justru pembangunan ekonomi dan pembangunan lingkungan dapat
bersinergi satu sama lain, sehingga suatu kesejahteraan yang sebenarnya dan diidam-idamkan
akan sunguh dapat tercapai. Pembangunan ekonomi akan menciptakan kenaikan penghasilan

6
nasional yang memberikan kemampuan suatu negara untuk memelihara lingkungannya agar
tidak mengalami kerusakan; sebaliknya kondisi lingkungan yang baik akan tidak menyerap
dana pembangunan tetapi justru mendukung atau menopang kehidupam manusia dan makhluk
hidup lainnya.(Pearce and Warford, 1993).
Adapun pilar-pilar pembangunan berkelanjutan berupa berkelanjutan ekonomi, berkelanjutan
sosial dan berkelanjutan lingkungan, yang ketiganya harus berkembang secara seimbang; kalau
tidak pembangunan akan terjebak pada model pembangunan konvensional yang menekankan
pertumbuhan ekonomi saja dan meninggalkan perkembangan sosial dan lingkungan.
Hasil pembangunan konvensional anara lain pemerataan hasil-hasil pembangunan menjadi
sangat timpang dengan 20 persen penduduk dunia di negara maju menguasai 80 persen
pendapatan dunia dan 80 persen penduduk dunia (negara sedang berrkembang) hanya
menguasai 20 persen pendapatan dunia. Akibatnya pembangunan konvensional menjadi
terhambat atau terkendala oleh kondisi sosial (kesehatan, pendidikan, dan kemiskinan) dan
menyusutnya cadangan sumberdaya alam (energi BBM fosil dan batubara yang tak terbarukan
serta memburuknya kualitas lingkungan akibat pencemaran udara, air, sungai dan danau, serta
kekurangan air di musim kemarau dan banjir di musim hujan di banyak tempat di Indonesia
maupun di negara-negara sedang berkembang lainnya dan juga di negara maju. (Emil Sallim,
dalam Iwan Jaya Aziz, dkk, 2010).
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Pada bulan Agustus 2015, 193 negara menyepakati 17
tujuan berikut ini:
1. Tanpa Kemiskinan
Pengentasan dari segala jenis kemiskinan di semua tempat.
2. Tanpa kelaparan
Mengakhiri kelaparan untuk mencapai ketahanan pangan serta untuk perbaikan
nutrisi, dan menggalakkan pertanian yang berkelanjutan.
3. Kehidupan sejahtera dan sehat
Mendukung kesejahteraan serta menggalakkan hidup sehat untuk semua usia.
4. Pendidikan berkualitas
Mendorong kesempatan belajar seumur hidup serta memastikan pendidikan
berkualitas yang layak dan inklusif bagi semua orang.
5. Kesetaraan gender
Memberdayakan semua perempuan serta mencapai kesetaraan gender.
6. Air bersih dan sanitasi layak
Menjamin akses atas air serta sanitasi untuk semua.
7. Energi bersih dan terjangkau
Memastikan akses pada energi yang bisa diandalkan, yang terjangkau, modern dan
berkelanjutan untuk semua.
8. Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi
Mempromosikan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan lapangan pekerjaan serta
pekerjaan yang layak untuk semua.
9. Industri, inovasi dan infrastruktur
Mempromosikan industrialisasi berkelanjutan, membangun infrastruktur yang kuat
dan mendorong inovasi.
10. Berkurangnya kesenjangan

7
Mengurangi kesenjangan di antara negara-negara dan di dalam.
11. Kota dan komunitas berkelanjutan
Membuat perkotaan menjadi aman, inklusif, kuat, serta berkelanjutan.
12. Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab
Memastikan pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan
13. Penanganan perubahan iklim
Mengambil langkah penting untuk melawan perubahan iklim serta dampaknya.
14. Ekosistem laut
Penggunaan serta perlindungan samudera, laut dan sumber daya kelautan secara
berkelanjutan
15. Ekosistem daratan
Memelihara hutan secara berkelanjutan, menghentikan serta memperbaiki kerusakan
lahan, melawan perubahan lahan menjadi gurun, menghentikan kepunahan
keanekaragaman hayati.
16. Perdamaian, keadilan dan kelembagaan yang tangguh
Mendorong masyarakat adil, damai, serta inklusif
17. Kemitraan untuk mencapai tujuan
Menghidupkan kembali kerjasama global untuk pembangunan berkelanjutan.

Konsep Pembangunan Berkelanjutan sudah biasa kita dengar, akan tetapi, hanya sebagian
stakeholders yang memahami, dan sebagian kecil sudah melaksanakan. Hal ini karena
Pembangunan berkelanjutan ini mudah diucapkan, akan tetapi sukar untuk dilaksanakan.
Penyebab lainnya adalah banyaknya stakeholders yang memiliki kepentingan yang berbeda
dalam pembangunan. kegagalan penerapan konsep pembangunan berkelanjutan di suatu
wilayah bukan alasan untuk meninggalkan konsep ini dalam pembangunan. Pembangunan
berkelanjutan masih merupakan sesuatu yang hal yang harus diterapkan jika menginginkan
generasi mendatang menikmati lingkungan yang baik untuk ditempati. Untuk itu, Konsep
Pembangunan berkelanjutan ini di terapkan oleh United NationsDevelopment Programme
(UNDP) sebagai tujuan global 2016-2030 dengan sebutan Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan/ Sustainable Development Goals (SDG’s) menggantikan Millenium
Development Goals (MDG’S).
Sejarah Konsep Pembangunan Berkelanjutan Manusia berinteraksi dengan lingkungan dimulai
sejak adanya manusia pertama sampai sekarang, seperti berburu, bertani, industri, pemukiman
dan sebagainya. Pandangana manusia terhadap alam dan lingkungan dimulai dengan
pandangan bahwa sumber daya alam dan lingkungan harus digunakan untuk memenuhi
kebutuhan manusia atau yang lebih dikenal dengan anthropocentric vision.sumber daya alam
dan lingkungan adalah untuk keuntungan dan kenyamanan manusia. Sumber daya alam dan
lingkungan dianggap sebagai komoditas belaka. Dunia ini cukup luas untuk seluruh manusia
dan kebutuhannya.
Kemudian berkembang beberapa pandangan manusia mengenai Alam dan lingkungan, seperti
yang diutarakan oleh Hanley dan buchal pada tahun 2002. Mereka membagi perspektif manusia
terhadap lingkungan menjadi 4 perspektif yaitu:
1. Stewardship

8
Manusia memegang hak istimewa dan tanggung jawab tertentu sehubungan dengan
lingkungannya, sebagai pelayan alam. Adalah tugas mereka untuk menjaga semua makhluk
hidup dan memperlakukan mereka dengan hormat.
2. Imperialism
Manusia memiliki hak yang diberi tuhan untuk mengendalikan alam. Dengan menundukkan
Bumi dan mengendalikan alam, Tuhan akan menghargai (misalnya pengorbanan hewan dan
hewan kepada Tuhan). Dominan selama abad 18 dan 19 (misalnya Francis Bacon 1561-1626).
3. Romanticism
Alam paling indah saat berada dalam keadaan paling murni, tidak terpengaruh oleh manusia.
Menghormati alam dengan status hampir tuhan, yang seharusnya tidak terpengaruh oleh
'kontrol' manusia. Akhir abad ke-18, sekelompok seniman, penyair dan penulis.
4. Utilitarianism
Hewan, sadar akan kesenangan dan rasa sakit, mungkin memiliki nilai tertentu, tapi pepohonan
dan tumbuhan, tanpa perasaan sama sekali, tidak memiliki nilai kecuali nilai mereka bagi
manusia. Lingkungan dinilai hanya karena menjalankan peran mendasar, seperti penyediaan
rantai makanan dan pembentukan lanskap yang kaya dan beragam, untuk digunakan dan
dinikmati oleh sejumlah orang.
Paham utilitarianisme mendasari munculnya revolusi industri yang mendorong penggunaan
sumber daya alam secara masif. Manusia dapat memiliki kontrol penuh atas alam. Manusia
bukan bagian dari alam, mereka adalah tuan. Pertumbuhan ekonomi merupakan tujuan yang
paling utama. Akan tetapi, revolusi industri ternyata menyisakan pekerjaan rumah untuk
diselesaikan seperti banyaknya asap dari cerobong sehingga mengakibatkan udara yang baik
untuk dihirup berkurang, sumber-sumber air mulai tercemar, pestisida yang memakan korban
dsb.
Akibat dari revolusi industri tersbut diatas, melahirkan environmentalism yang puncaknya
terjadi pada tahun 1960an. Hal ini diawali dengan diterbitkannya buku silent spring karya
Rachel carson. Dikutip dari intisari online, lebih dari setengah abad silam, buku Silent Spring
karya biolog kelautan Rachel Carson diterbitkan. Sejak itu, Environmental Protection Agency
(EPA) dibentuk dan pemerintah AS memperketat penggunaan serta mengatur bahan kimia
beracun terutama pestisida. Karya yang terbit pada 1962 itu fokus pada efek pestisida DDT
terhadap kehidupan liar dan pengaruh jangka panjang pada rantai makanan misalnya,
menyalahkan penurunan populasi elang botak akibat mangsa sarat DDT. Gareth Hardin pada
tahun 1968 menulis buku yang berjudul tragedy of the commons. Buku ini menceritakan
tentang penggunaan sumber daya alam. Dikutip dari wikipedia, Tragedi Kepemilikan Bersama
timbul saat setiap manusia berusaha mengambil kekayaan alam yang menjadi milik bersama
untuk kepentingan pribadinya sehingga merugikan mahkluk hidup lain. Oleh karena itu,
Tragedi Kepemilikan Bersama ini umumnya terjadi pada sumber daya yang merupakan milik
umum.
Strategi pembangunan berkelanjutan Dari berbagai konsep yang ada maka dapat dirumuskan
prinsip dasar dari setiap elemen pembangunan berkelanjutan. Dalam hal ini ada empat
komponen yang perlu diperhatikan yaitu pemerataan, partisipasi, keanekaragaman, integrasi,
dan perspektif jangka panjang. Pembangunan yang Menjamin Pemerataan dan Keadilan Sosial

9
Pembangunan yang berorientasi pemerataan dan keadilan sosial harus dilandasi hal-hal seperti;
meratanya distribusi sumber lahan dan faktor produksi, meratanya peran dan kesempatan
perempuan, meratanya ekonomi yang dicapai dengan keseimbangan distribusi kesejahteraan.
Namun pemerataan bukanlah hal yang secara langsung dapat dicapai. Pemerataan adalah
konsep yang relatif dan tidak secara langsung dapat diukur. Dimensi etika pembangunan
berkelanjutan adalah hal yang menyeluruh, kesenjangan pendapatan negara kaya dan miskin
semakin melebar, walaupun pemerataan dibanyak negara sudah meningkat. Aspek etika
lainnya yang perlu menjadi perhatian pembangunan berkelanjutan adalah prospek generasi
masa datang yang tidak dapat dikompromikan dengan aktivitas generasi masa kini. Ini berarti
pembangunan generasi masa kini perlu mempertimbangkan generasi masa datang dalam
memenuhi kebutuhannya.

10
BAB V
KESIMPULAN

Pembangunan dapat diartikan secara dinamis dari waktu ke waktu. Secara tradisional,
pembangunan hanya diartikan secara sederhana sebagai upaya-upaya yang dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan manusia dengan memanfaatkan keterbatasan sumber daya yang ada.
Pembangunan berkelanjutan merupakan salah satu tahapan pembangunan jangka panjang yang
kompleks dan melibatkan berbagai disiplin ilmu (Yang et al., 2016). Pada jangka panjang,
diperlukan strategi pembangunan yang seimbang antara aspek ekonomi, aspek sosial dan aspek
lingkungan dengan didukung oleh aspek kelembagaan yang baik.
Pembangunan berkelanjutan memiliki banyak tujuan antara lain melindungi, memulihkan, dan
mendukung penggunaan yang berkelanjutan terhadap ekosistem darat, pengelolaan hutan
secara berkelanjutan, memerangi desrtifikasi, menghambat dan mengembalikan degedrasi
tanah, menghambat hilangnya keaneka ragaman hayati.
Salah satu contoh pembangunan berkelanjutan pada kota bogor. Isu pencemaran udara di bogor
dan pembangunan berkelanjutan nya Wilayah perkotaan adalah pusat pemukiman dan tempat
aktivitas non pertanian masyarakat dilaksanakan, termasuk kota Bogor. Selain karna
penduduknya yang lebih padat, pada umumnya polusi udara di perkotaan lebih tinggi
dibandingkan di pedesaan. Sebagian besar polusi udara di perkotaan disebabkan oleh emisi
karbondioksida (CO2) atau dengan kata lain emisi gas rumah kaca.
Dengan adanya upaya pembangunan berkelanjutan ini, sekarang pada tahun 2023 Indeks
Standar Pencemaran Udara (ISPU) kota bogor adalah 57, yang mana menunjukkan udara di
kota Bogor ini dalam status sedang. Beruntung, kondisi Kota Bogor dengan curah hujan yang
tinggi dan masih banyak pepohonan disebut-sebut sebagai penyelamat kualitas udara, karena
ber-dasarkan hasil penelitian, kecepatan angin dan curah hujan serta pohon bisa mempercepat
penurun-an pencemaran udara.

11
DAFTAR PUSTAKA

AJIE - Asian Journal of Innovation and Entrepreneurship (e-ISSN: 2477- 0574; p-ISSN:
2477-3824) Vol. 04, Issue. 03, September 2019
Armida Salsiah Alisjahbana1, Endah Murniningtyas2 - TUJUAN PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN DI INDONESIA: KONSEP TARGET DAN STRATEGI
IMPLEMENTASI. 2018
Fitri Yanni Dewi Siregar - Peran Masyarakat dalam Pembangunan Berkelanjutan
Berwawasan Lingkungan pada Sektor Industri Kehutanan. Februari 2022
Gro Harlem Brundtland - Report of the World Commission on Environment and
Development: Our Common Future. 20 Maret 1987
Hadi, S.P-. Dimensi Lingkungan Perencanaan Pembangunan. 2005
Jumita1, Muhamad Naufal Indrawan2, Devita Hidayu3 - PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN “Partnership For The Goal”. 2021
Prof. Emil Salim - Menuju Indonesia Tinggal Landas 2045. 8 Juni 2020
Rizka Permatayakti Rasyidta Nur1 , Herry Purnomo2- Model Simulasi Emisi dan
Penyerapan CO2 di Kota Bogor (Model Simulation of CO2 Emission and Absorption in
Bogor City). April 2015
Riza Yenni Lestari Astuti1 , Eko Priyo Purnomo2 - ANALISIS DAMPAK
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN TERHADAP STRATEGI KETAHANAN
PERKOTAAN (Studi Kasus: Perubahan Iklim di Kota Malang). 28 Februari 2021
Theresia Liris Windyaningrum- ISU-ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN. Juli
2010

12

Anda mungkin juga menyukai