Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH GEOGRAFI

“ PEMBANGUNAN EKONOMI DALAM KONSEP


PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN”

DSUSUN

KELOMPOK IV

1. ADRIAN MUSTAPA

2. RIJAL DJAFAR

3. DEWI TISNA

KELAS XI IPA 3
SMA NEGERI 1 GORONTALO UTARA
TAHUN AJARAN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyanyang. saya
panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-NyA
kepada saya sehingga saya bisa menyelesaikan makalah tentang "Pembangunan Ekonomi Dalam
Konsep Pembangunan Berkelanjutan"
Makalah ini sudah saya susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai
pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya sayadengan lapang dada
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ilmiah tentang "Pembangunan Ekonomi
Dalam Konsep Pembangunan Berkelanjutan" ini bisa memberikan manfaat maupun inspirasi
untuk pembaca.

Kwandang, 20 November 2021

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………...…….….1


DAFTAR ISI ………………………………………………………………………2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Pengertian Pembangunan berkelanjutan.......................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Prinsip-Prinsip Pembangunan Berkelanjutan..................7
2.2 Pokok-pokok Pembangunan Berkelanjutan..................9
2.3 Pengelolaan Lingkungan Hidup Menuju Pembangunan Berkelanjutan....... 10
2.4 Implementasi Pembangunan Berkelanjutan di Dunia dan di Indonesia....... 11
2.5 Pembangunan Berkelanjutan Sebagai Sebuah Solusi................14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 17
3.2 Saran 18
DAFTAR PUSTAKA 19

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pengertian Pembangunan berkelanjutan


Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan,kota, bisnis,masyarakat, dsb)
yang berprinsip memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan
generasi masa depan, (Menurut Brundtland Report dari PBB, (1987). Pembangunan
berkelanjutan adalah terjemahan dari Bahasa Inggris, sustainable development. Salah satu faktor
yang harus dihadapi untuk mencapai pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana
memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi
dan keadilan sosial. Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah
upaya sadar dan terencana yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya, ke dalam
proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa
kini dan generasi masa depan (Sugandhy, Hakim 2009).
pembangunan yang dilakukan dengan tidak menurunkan kapasitas generasi yang akan datang,
meskipun terdapat penyusutan cadangan suberdaya alam dan memburuknya lingkungan, tetapi
keadaan tersebut dapat digantikan oleh sumberdaya lain baik sumberdaya manusia maupun oleh
sumberdaya kapital. Oleh karena itu untuk menjamin adanya pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan, harus dicari titik keseimbangan antara kebijakan pembangunan dan kebijakan
lingkungan, sehingga akan tercapai kebijakan pembangunan ekonomi yang benar-benar
menjamin peningkatan kesejahteraan manusia dalam jangka panjang.
Ide saat ini mengenai pembangunan berkelanjutan dapat dikilas balik pada waktu atau era
modern (modern times). Pertimbangan pada kebutuhan bagi generasi mendatang, akan tetapi,
merupakan pandangan lama. Bukti-bukti awal yang terdokumentasi telah ditemukan pada sejarah
suku Irokeses di Amerika Utara. Kepala suku mereka diharapkan memperhatikan kebutuhan
generasi mendatang.
Di Eropa, ide pembangunan berkelanjutan pertama kali dikembangkan di bidang kehutanan.
Seawal abad ke 13, di sana ada beberapa aturan tentang kesinambungan penggunaan kayu
(Hukum kehutanan Nuremberg dari 1294)Masalah penebangan bersih (clear cut) tanpa
memperhatikan penghutanan kembali telah didiskusikan oleh Carlowitz, seorang bangsawan dari
Saxony dalam papernya: "Sylvicultura Oeconomica-instruksi untuk penanaman alamiah dari

4
pohon liar" (1713). Calrowitz meminta untuk mempelajari "world’s book of nature". Ia meminta
bahwa manusia harus menyelidiki aturan-aturan alam, dan selalu, secara terus menerus dan
"perpetuirlich". Carlowitz memohon di dalam bukunya beberapa hal pada konstruksi rumah
seperti peningkatan isolasi melawan panas dan dingin, ia meminta penggunaan tungku pelebur
dan kompor hemat energi, dan penghijauan terjadwal dengan penanaman dan penebangan.
Akhirnya, ia meminta "surrogata" atau "penggantian" fungsi daripada kayu
Berdasarkan ide-ide ini Georg Ludwig Hartig mempublikasikan sebuah paper pada tahun 1795
yang berjudul, "Instructions for the taxation and characterization of forests", untuk menggunakan
kayu seefektif mungkin, tetapi juga mempertimbangkan kebutuhan generasi yang akan
datang Ide mengenai pembangunan berkelanjutan telah lahir. Akan tetapi, tujuan ini sebenarnya
lebih cenderung kepada ekonomi dan sosial alamiah. Perlindungan daripada lingkungan dan
alam adalah melebihi atau diluar ruang lingkup akhir-akhir ini. Prinsip-prinsip awal ini mengenai
pembangunan berkelanjutan hanya dibatasi pada bidang kehutanan dan tidak diperluas di bidang
lainnya.
Istilah kesinambungan di dalam konteks perlindungan alam and biosfer dunia pertama kali
digunakan pada tahun 1980-an, di dalam program "World Nature Protection for Conservation of
Nature (IUCN)" dan "World Wide Fund for Nature (WWF)". Ini artinya dan tujuannya adalah
penggunaan sistem biologi yang ada tanpa mengubah karakterisktik esensialnya 
Ide dari konsep ini kemudian lebih lanjut diperluas dengan penggunaan "pembangunan
berkelanjutan". Aspek ekonomi ditambahkan pada aspek ekologi dan sosial terdahulu seperti
dinyatakan oleh the Brundtland Report pada 1987. Dari asal muasalnya pada istilah dan ide telah
digunakan dan disempurnakan. Tanda kemajuan berikut dibentuk badan PBB "United Nations’s
Conference on Environment and development" (UNCED) yang diselenggarakan di Rio de
Janeiro. Sekitar 170 negara menandatangani Agenda 21 dengan "pembangunan berkelanjutan"
sebagai tujuan global (dunia) .Karena karakter global dari Agenda 21 tidak terlalu jelas pada
beberapa aspek. Ini menggambarkan hanya pada tujuan global tetapi tidak menunjukkan jalan
untuk mencapainya. Dengan demikian, ’spirit’ daripada Agenda 21 kelihatannya lebih penting
daripada kata-kata dari dokumen: hanya kerja sama dan kemitraan global antar negara dapat
memecahkan masalah ekologi dan sosial dunia yang sangat penting. Di laporan akhir "Concept
Sustainability, from Theory to Application" atau "Konsep Kesinambungan, dari Teori sampai
Aplikasi", aturan-auran umum telah didefinisikan .

5
Komisi juga menyatakan "pelestarian dan peningkatan ekologi, ekonomi, dan barang-barang
sosial" sebagai tujuan utama pembangunan berkelanjutan. Itu menunjuk pada tiga kolom yang
sama mengenai kesinambungan bertumpu pada ekologi, ekonomi, dan masyarakat. Laporan juga
mendefinisikan langkah praktis dan cara-cara pada bagaimana mencapai tujuan kesinambungan.
Pada bulan Juni 2001, anggota Uni Eropa bertemu di Goetheburg, Swedia untuk mendiskusikan
masa depan Eropa dan mempertimbangkan petunjuk umum, pada kebijakan dengan hasil sebagai
berikut:

Pembangunan berkesimbungan berarti memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa


membahayakan kebutuhan generasi yang akan datang. Dengan demikian, adalah penting untuk
membangun kebijakan ekonomi, ekologi, dan kebutuhan sosial dengan cara sinergis yang mana
mereka saling kuat-menguatan satu sama lain. Jika ini tidak mungkin untuk memberhentikan
kencenderungan yang mengancam kualitas hidup yang akan datang, kebutuhan biaya dari
masyarakat akan meningkat secara dramatik dan tendensi negatif akan menjadi tidak dapat balik.
Konsul Eropa menerima dengan baik pengumuman Komisi Pembangunan Berkelanjutan dengan
solusi penting untuk memberhentikan kecenderungan negatif.

BAB II
 PEMBAHASAN

2.1 Prinsip-Prinsip Pembangunan Berkelanjutan

6
Menindaklanjuti publikasi Our Common Future, banyak upaya telah dilakukan untuk
mengembangkan pedoman dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Hal ini dengan
pertimbangan bahwa tanpa pedoman atau prinsip, tidak mungkin menentukan apakah suatu
kebijakan atau kegiatan dapat dikatakan berkelanjutan, atau apakah suatu prakarsa konsisten
dengan pembangunan berkelanjutan. Membuat pedoman atau prinsip-prinsip tersebut merupakan
suatu tantangan yang menarik, karena sistem sosial dan ekonomi serta kondisi ekologi tiap
negara sangat beragam. Jadi tidak ada model solusi umum yang dapat dibuat. Setiap negara harus
menyusun model solusinya sendiri, yang disesuaikan dengan konteks, kebutuhan, kondisi dan
peluang yang ada (Mitchell et al., 2003).

Beberapa prinsip pembangunan berkelanjutan pilihan dari Deklarasi Rio pada tahun 1992 adalah
sebagai berikut (UNCED, The Rio Declaration on Environment and Development, 1992 dalam
Mitchell et al., 2003):

 Prinsip 1: Manusia menjadi pusat perhatian dari pembangunan berkelanjutan. Mereka


hidup secara sehat dan produktif, selaras dengan alam.
 Prinsip 2: Negara mempunyai, dalam hubungannya dengan the Charter of the United
Nations dan prinsip hukum internasional, hak penguasa utnuk mengeksploitasi
sumberdaya mereka yang sesuai dengan kebijakan lingkungan dan pembangunan mereka.
 Prinsip 3: Hak untuk melakukan pembangunan harus diisi guna memenuhi kebutuhan
pembangunan dan lingkungan yang sama dari generasi sekarang dan yang akan datang.
 Prinsip 4: Dalam rangka pencapaian pembangunan berkelanjutan, perlindungan
lingkungan seharusnya menjadi bagian yang integral dari proses pembangunan dan tidak
dapat dianggap sebagai bagian terpisah dari proses tersebut.
 Prinsip 5: Semua negara dan masyarakat harus bekerjasama memerangi kemiskinan yang
merupakan hambatan mencapai pembangunan berkelanjut.
 Prinsip 6: Untuk mencapai pembangunan berkelanjutan dan kualitas kehidupan
masyarakat yang lebih baik, negara harus menurunkan atau mengurangi pola konsumsi
dan produksi, serta mempromosikan kebijakan demografi yang sesuai.

7
 Prinsip 7: Negara harus memperkuat kapasitas yang dimiliki untuk pembangunan
berlanjut melalui peningkatan pemahaman secara keilmuan dengan pertukaran ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta dengan meningkatkan pembangunan, adapatasi, alih
teknologi, termasuk teknologi baru dan inovasi teknologi.
 Prinsip 8: Penanganan terbaik isu-isu lingkungan adalah dengan partisipasi seluruh
masyarakat yang tanggap terhadap lingkungan dari berbagai tingkatan. Di tingkat
nasional, masing-masing individu harus mempunyai akses terhadap informasi tentang
lingkungan, termasuk informasi tentang material dan kegiatan berbahaya dalam
lingkungan masyarakat, serta kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan
keputusan. Negara harus memfasilitasi dan mendorong masyarakat untuk tanggap dan
partisipasi melalui pembuatan informasi yang dapat diketahui secara luas.
 Prinsip 9: Dalam rangka mempertahankan lingkungan, pendekatan pencegahan harus
diterapkan secara menyeluruh oleh negara sesuai dengan kemampuannya. Apabila
terdapat ancaman serius atau kerusakan yang tak dapat dipulihkan, kekurangan ilmu
pengetahuan seharusnya tidak dipakai sebagai alasan penundaan pengukuran biaya untuk
mencegah penurunan kualitas lingkungan.
 Prinsip 10: Penilaian dampak lingkungan sebagai instrumen nasional harus dilakukan
untuk kegiatan-kegiatan yang diusulkan, yang mungkin mempunyai dampak langsung
terhadap lingkungan yang memerlukan keputusan di tingkat nasional.
 Prinsip 11: Wanita mempunyai peran penting dalam pengelolaan dan pembangunan
lingkungan. Partisipasi penuh mereka perlu untuk mencapai pembangunan berlanjut.
 Prinsip 12: Penduduk asli dan setempat mempunyai peran penting dalam pengelolaan dan
pembangunan lingkungan karena pemahaman dan pengetahuan tradisional mereka.
Negara harus mengenal dan mendorong sepenuhnya identitas, budaya dan keinginan
mereka serta menguatkan partisipasi mereka secara efektif dalam mencapai
pembangunan berkelanjutan.

2.2 Pokok-pokok Pembangunan Berkelanjutan


Menurut Barrow (1999) pembangunan berkelanjutan berpijak pada pokok-pokok sebagai
berikut:

 Pelestarian keutuhan ekologis

8
 Perpaduan antara pembangunan dan pelestarian lingkungan
 Pengadopsian pandangan internasionalis (saling ketergantungan)
 Pelestarian termanfaatkan
 Memeperhatikan kesetaraan antar generasi, kelompok, dan spesies
 Penerapan ilmu teknologi dan pengetahuan lingkungan pada  pelaksanaan pembangunan
diseluruh dunia
 Pertumbuhan ekonomi terlanjutkan
 Pengadopsian pandangan jangka panjang dalam pembangunan

Faktor Penghambat terjadinya Pembangunan Berkelanjutan

 Kontrofersi antar negara


 Kesulitan dalam mengubah perilaku manusia dalam berinteraksi dan mengeksploitasi
lingkungannya
 Lambatnya kebijkan pembangunan

2.3 Pengelolaan Lingkungan Hidup Menuju Pembangunan Berkelanjutan

Menghadapi tantangan kualitas lingkungan global saat ini memerlukan budaya kearifan
lingkungan. Masyarakat diharapkan sadar dan cinta kondisi lingkungan yang bersih dan sehat.
Dunia usaha berperan aktif dalam menciptakan lapangan kerja dengan sebagian keuntungan
dipergunakan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup. Pemerintah menciptakan program
pembangunan yang berkelanjutan dengan skala prioritas pada green development. Sehingga
indicator pembangunan makro yang diperoleh merupakan The Green Gross Domestic Product

9
Indicator (Green GDP).
Pembangunan yang berkelanjutan sangat berkaitan erat dengan program, kebijakan pengelolaan
lingkungan hidup. Terpenuhinya konsepsi pembangunan yang berkelanjutan memerlukan nilai-
nilai dasar dalam pelestarian lingkungan yang terdiri dari butir-butir sebagai berikut:
1.Pelestarian lingkungan dilaksanakan berdasarkan konsep Pembangunan Berkelanjutan yaitu
pembangunan yang memenuhi aspirasi dan kebutukan manusia saat ini, tanpa mengurangi
potensi pemenuhan aspirasi dan kebutuhan manusia pada generasi-generasi mendatang.
Pembangunan berkelanjutan didasarkan atas kesejahteraan masyarakat serta keadilan dalam
jangka waktu pendek, menengah dan panjang dengan keseimbangan pertumbuhan ekonomi,
dinamika sosial dan pelestarian lingkungan hidup.
2.Fungsi lingkungan perlu dilestarikan demi kepentingan manusia baik dalam jangka pendek,
menengah maupun jangka panjang. Pengambilan keputusan dalam pembangunan perlu
memperhatikan pertimbangan daya dukung lingkungan sesuai fungsinya. Daya dukung
lingkungan menjadi kendala (constraint) dalam pengambilan keputusan dan prinsip ini perlu
dilakukan secara kontinyu dan konsekuen.
3.Pemanfaatan sumber daya alam tak terpulihkan perlu memperhatikan kebutuhan antar generasi.
Pemanfaatan sumber daya alam terpulihkan perlu mempertahankan daya pemulihannya.
4.Setiap warga negara mempunyai hak untuk mendapatkan lingkungan yang baik dan sehat dan
berkewajiban untuk melestarikan lingkungan. Oleh karenanya, setiap warga negara mempunyai
hak untuk mendapatkan informasi lingkungan yang benar, lengkap dan mutakhir.
5.Dalam pelestarian lingkungan, usaha pencegahan lebih diutamakan daripada usaha
penanggulangan dan pemulihan.
6.Kualitas lingkungan ditetapkan berdasarkan fungsinya. Pencemaran dan kerusakan lingkungan
perlu dihindari bila sampai terjadi pencemaran dan perusakan lingkungan, maka diadakan
penanggulangan dan pemulihan dengan tanggung jawab pada pihak yang menyebabkannya
2.4 Implementasi Pembangunan Berkelanjutan di Dunia dan di Indonesia

Pelaksanaan pembangunan berkelanjutan saat ini telah menjadi agenda internasional. Dapat
dikatakan bahwa hampir semua negara di dunia, baik negaranegara maju maupun negara-negara
berkembang telah menyadari betapa pentingnya melaksanakan konsep pembangunan

10
berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, baik untuk saat ini
maupun untuk masa mendatang.
Komisi Bruntland menegaskan bahwa tidak ada sebuah cetak biru untuk pembangunan
berkelanjutan. Setiap negara harus mengembangkan pendekatannya sendiri. Dalam konteks ini,
tidak mengejutkan jika muncul anggapan dan penekanan yang berbeda antara negara maju dan
berkembang (Mitchell et al., 2003).
Di negara maju, penekanan utama pembangunan berkelanjutan lebih pada bagaimana
memadukan pertimbangan ekonomi dan lingkungan dalam pengambilan keputusan. Perhatian
yang lebih juga diberikan pada persoalan pemerataan lintas-generasi. Lebih lanjut, negara maju
juga menekankan bahwa dalam memadukan pertimbangan lingkungan tersebut pada akhirnya
tidak mengacaukan daya saing ekonomi mereka, khususnya untuk menandingi tenaga murah
yang tersedia di negara-negara berkembang. Negara maju juga menyarankan bahwa negara
berkembang harus merubah kegiatan ekonomi mereka untuk menghindari kerusakan hutan tropis
misalnya dan sumberdaya alam lain dengan nilai-nilai global.
Sebaliknya, negara berkembang memberikan prioritas pembangunan berkelanjutan pada
pemenuhan kebutuhan dasar manusia saat ini, serta menjamin kelangsungan pembangunan
ekonomi. Dengan demikian, penekanannya lebih pada pemerataan antar generasi daripada lintas
generasi. Ada keengganan yang dapat dipahami dari negara berkembang ketika negara maju
menyarankan mereka untuk meninggalkan peluang pembangunan melalui penebangan hutan
tropis untuk melindungi lingkungan global. Para pemimpin di negara berkembang meyakini
bahwa rakyat mereka mempunyai hak yang sama untuk memenuhi kebutuhan dasar, dan mereka
seharusnya tidak dilarang melakukan sesuatu yang dulu juga dilakukan masyarakat negara maju
untuk mencapai satu tingkat kemapanan ekonomi seperti sekarang.
Munculnya isu-isu seperti perubahan iklim global, penipisan lapisan ozon, menurunnya
keanekaragaman hayati, menurunnya kualitas lingkungan dan masalah kemiskinan menjadi bukti
tentang bagaimana pentingnya melaksanakan konsep pembangunan berkelanjutan.
Perubahan iklim yang dicirikan oleh peningkatan suhu udara dan perubahan besaran dan
distribusi curah hujan telah membawa dampak yang luas dalam banyak segi kehidupan manusia
dan diperkirakan akan terus memburuk jika emisi gas rumah kaca (GRK) tidak dapat dikurangi
dan distabilkan.

11
Hal ini terjadi karena perubahan suhu dan curah hujan secara langsung dan tidak langsung
mempengaruhi sistem produksi pangan, sumberdaya air, pemukiman, kesehatan, energi, dan
sistem keuangan. Pengaruh lain yang terjadi adalah kenaikan permukaan laut (Murdiyarso,
2003).
Gas Rumah Kaca (GRK) menimbulkan pengaruh yang dikenal dengan efek rumah kaca, yang
selanjutnya menimbulkan pemanasan global dan perubahan iklim. Untuk mengatasi dampak
negatif GRK, pada tanggal 11 Desember 1987 negara-negara di dunia mengadopsi suatu
Protokol yang merupakan dasar bagi negara-negara industri untuk mengurangi emisi GRK
gabungan mereka paling sedikit 5 persen dari tingkat emisi tahun 1990 menjelang periode 2008-
2012.
Indonesia sangat rentan terhadap dampak yang ditimbulkan oleh perubahan iklim. Suhu udara
yang meningkat secara langsung akan mempengaruhi produksi serealia termasuk padi, makanan
pokok penduduk Indonesia. Daerah yang padat penduduk akan rentan terhadap wabah penyakit
seperti malaria dan demam berdarah. Demikian juga akibat tingginya curah hujan akan langsung
berpengaruh terhadap meluasnya daerah genangan banjir di dataran rendah. Sebaliknya,
kekeringan akan mempengaruhi daerah lahan kering dan dataran tinggi. Kenaikan permukaan
laut setinggi 60 cm akan berpengaruh langsung terhadap jutaan penduduk yang hidup di daerah
pesisir. Panjang garis pantai Indonesia yang lebih dari 80.000 km memiliki konsentrasi penduduk
dan kegiatan sosial-ekonomi masyarakat yang tinggi, termasuk kota pantai dan pelabuhan.
Demikian juga ekosistem alami seperti mangrove akan banyak mengalami gangguan dari
pelumpuran dan penggenangan yang makin tinggi (Murdiyarso, 2003).
Pada kenyataannya, pembangunan yang dijalankan di Indonesia selama ini dirasakan kurang atau
bahkan dapat dikatakan, tidak memperhatikan kaidahkaidah konsep pembangunan berkelanjutan,
baik dari sisi ekonomi, ekologi, maupun sosial. Banyak hal yang dapat dijadikan bukti atas
kegagalan Indonesia dalam menjalankan pembangunan berkelanjutan.
Kerusakan hutan merupakan salah satu indikator dari tidak dijalankannya konsep pembangunan
berkelanjutan, yang tidak memperhatikan kepentingan generasi yang akan datang. Saat ini
kerusakan hutan di Indonesia sangat parah. Dari 112 juta hektar hutan di Indonesia saat ini
kerusakan mencapai 59,2 juta hektar atau 2,83 juta hektar per tahun. Kerusakan hutan sebesar ini
sangat parah. Kalau dibiarkan dan tidak ada aksi apa-apa maka dalam 10-15 tahun mendatang
Indonesia menjadi negara yang tidak berhutan. Dengan kerusakan seluas itu, sekarang

12
dampaknya sangat terasa. Waduk yang dibangun dengan biaya yang sangat mahal di pulau Jawa
sekarang mengalami penurunan umur (daya tahan) waduk dari yang seharusnya 100 tahun
tinggal 50 tahun. Sawah-sawah yang dulu tidak kekeringan, sekarang banyak yang kekeringan.
Sungai-sungai menjadi tidak normal, ketika musim hujan banjir, ketika musim kemarau kering.
Dampak langsung dengan adanya kerusakan hutan ini adalah turunnya produksi pertanian. Input
apapun yang dilaksanakan tidak akan berarti bila tidak ada air. Jadi dampak kerusakan hutan
sangat berpengaruh pada produksi padi (Suntoro, 2005).

Hal lain adalah masalah konversi lahan, yang pelaksanaannya seringkali tidak memperhatikan
daya dukung lingkungan dan kesejahteraan masyarakat setempat dan pihak-pihak lain yang
terkait (stakeholders).
Proyek sejuta hektar lahan gambut di Propinsi Kalimantan Tengah pada tahun 1996 mungkin
merupakan satu contoh nyata mega-proyek yang sangat kontroversial dan merepresentasikan
kompleksitas, ketidakpastian dan perubahan persoalan lingkungan di Indonesia. Proyek ini
dilatarbelakangi oleh pertimbangan sosial dan politis pemerintahan Orde Baru di bawah Presiden
Suharto untuk mempertahankan swasembada pangan, satu program yang cukup prestisius bagi
Presiden waktu itu terutama karena penghargaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terhadap
keberhasilan Indonesia untuk mewujudkan swasembada pangan.
Upaya mempertahankan swasembada pangan ini juga mulai mendapatkan perhatian yang serius,
terutama ketika proses urbanisasi dan perkembangan kota di Jawa semakin mengancam
eksistensi lahan-lahan persawahan subur di Jawa.
2.5 Pembangunan Berkelanjutan Sebagai Sebuah Solusi
Pembangunan “Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu proses pembangunan yang
mengoptimalkan manfaat sumber daya alam dan sumber daya manusia secara berkelanjutan,
dengan cara menyerasikan aktivitas manusia sesuai dengan kemampuan sumber daya alam yang
menopangnya dalam suatu ruang wilayah daratan, lautan, dan udara sebagai suatu kesatuan”
(Sugadhy, 2000)
Konsep Pembangunan Berkelanjutan ini kemudian dipopulerkan melalui laporan WCED
berjudul “Our Common Future” (Hari Depan Kita Bersama) yang diterbitkan pada 1987.
Laporan ini mendefinisikan Pembangunan Berkelanjutan sebagai pembangunan yang memenuhi

13
kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi
kebutuhan mereka sendiri.
Pembangunan berkelanjutan hadir sebagai sebuah solusi dari pembangunan konvensional yang
hanya mengejar pertumbuhan ekonomi semata. Pembangunan konvensional yang selama ini
dikejar melalui industrialisasi dan eksplotasi sumberdaya alam, tentunya hanya mengedepankan
keuntungan pembangunan sesaat tanpa mengedepankan kemampuan alam dan lingkungan untuk
tetap mendukung keberlangsungan proses pembangunan kedepan.
Pada intinya pembangunan berkelanjutan memiliki dua unsur pokok, yaitu kebutuhan yang wajib
dipenuhi terutama bagi kaum miskin, dan kedua adanya keterbatasan sumber daya dan teknologi
serta kemampuan organisasi sosial dalam memanfaatkan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan
masa kini dan masa mendatang. Untuk itu, Komisi Brandtland memberikan usulan penting dalam
pembangunan berkelanjutan yaitu adanya keterpaduan konsep politik untuk melakukan
perubahan yang mencakup berbagai masalah baik sosial, ekonomi maupun lingkungan.
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan sendiri mencakup tiga dimensi yaitu ekonomi, sosial dan
lingkungan. Dalam dimensi ekonomi terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai antara lain
upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi, memerangi kemiskinan, serta mengubah produksi
dan konsumsi ke arah yang seimbang. Sedangkan dimensi sosial berhubungan dengan
pemecahan masalah kependudukan, perbaikan pelayanan masyarakat, peningkatan kualitas
pendidikan, dan lain-lain. Adapun dimensi lingkungan memiliki tujuan-tujuan antara lain upaya
pengurangan dan pencegahan terhadap polusi, pengelolaan limbah serta konservasi/preservasi
sumber daya alam. Dengan demikian tujuan pembangunan berkelanjutan terfokus pada ketiga
dimensi di atas yaitu keberlanjutan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi (economic growth),
keberlanjutan kesejahteraan sosial yang adil dan merata (social progress) serta keberlanjutan
ekologi dalam tata kehidupan yang serasi dan seimbang (ecological balance).
Menurut Brandtland langkah-langkah yang dapat diambil untuk mewujudkan pembangunan
berkelanjutan, yaitu:

1. Menata kembali pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan kualitasnya


2. Memenuhi kembali kebutuhan pokok warga akan pekerjaan, makanan, energy, air, dan
sanitasi.

14
3. Menjada perkembangan penduduk agar tetap seimbang dengan daya dukung lingkungan
untuk menghasilkan produksi.
4. Melakukan konservasi dan menambah sumber daya yang tersedia.
5. Reorientasi penggunaan teknologi dan manajemen resiko, juga
mengintegrasikan kebijakan ekonomi dengan kebijakan lingkungan dalam pengambilan
keputusan.

Apabila langkah-langkah pembangunan berkelanjutan tersebut dilaksanakan dengan baik,


niscaya akan memberikan manfaat yang nyata bagi pemerintah, usaha swasta dan masyarakat,
yang ketiganya merupakan pilar utama dalam pemerintahan baru yang lebih baik (Good
Governance). Hal ini terjadi karena dapat menjaga kesinambungan pembangunan, menjamin
ketersediaan sumber daya, menjunjung tinggi harkat dan martabat warga serta meningkatkan
pemerintahan yang lebih baik. Pembangunan yang terkendali dengan baik tidak akan merusak
sumber daya alamnya. Penggunaan sumber daya alam harus dilakukan dengan bijak dan penuh
kehati-hatian agar persediaan sumber daya terjamin guna mendukung pembangunan.
Sehingga pembangunan yang berlangsung saat ini tidak hanya upaya industrialisasi dan
eksplotasi sumberdaya alam untuk mengejar pertumbuhan ekonomi semata. Hal ini juga
merupakan pembangunan ekonomi yang tetap mempedulikan kelangsungan lingkungan agar
proses pembangunan yang ada dapat terus dilakukan hingga generasi yang akan datang

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengertian pembangunan berkelanjutan yang telah disepakati oleh Komisi Brundtland adalah
pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan
generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Banyak upaya telah dilakukan untuk mengembangkan pedoman dan prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan. Membuat pedoman atau prinsip-prinsip tersebut merupakan suatu
tantangan yang menarik, karena sistem sosial dan ekonomi serta kondisi ekologi tiap negara
sangat beragam. Jadi tidak ada model solusi umum yang dapat dibuat. Setiap negara harus
menyusun model solusinya sendiri, yang disesuaikan dengan konteks, kebutuhan, kondisi dan
peluang yang ada.
Dari sisi etika lingkungan, pembangunan berkelanjutan lebih mengikuti pandangan
ekosentrisme, dan bukan pandangan anthroposentrisme. Pelaksanaan pembangunan
berkelanjutan dewasa ini telah menjadi agenda internasional, termasuk Indonesia. Walaupun
demikian, tidak ada sebuah cetak biru untuk pembangunan berkelanjutan. Setiap negara harus
mengembangkan pendekatannya sendiri. Dalam konteks ini, muncul anggapan dan penekanan
yang berbeda antara negara maju dan berkembang.
Pada kenyataannya, pembangunan yang dijalankan di Indonesia selama ini dirasakan kurang atau
bahkan dapat dikatakan, tidak memperhatikan kaidahkaidah

16
konsep pembangunan berkelanjutan. Hal ini dapat terlihat antara lain dalam masalah kerusakan
hutan, konversi lahan, pencemaran udara, pembuangan limbah, kesenjangan sosial, tingginya
jumlah penduduk miskin dan menjamurnya budaya korupsi.
Dalam mengimplementasikan konsep pembangunan berkelanjutan, diperlukan adanya segitiga
kemitraan antara pemerintah, dunia bisnis dan masyarakat madani dalam hubungan kesetaraan
dengan mengindahkan hokum ekonomi, alam-ekologi dan peradaban.

3.2 Saran
Dalam kehidupan manusia dan setiap mahluk hidup, makanan mempunyai peranan pentingan
dan peranan tersebut dapat digambarkan bahwa setiap manusia memerlukan makanan untuk
kelangsungan hidupnya, manusia yang terpenuhi kebutuhan makannya akan terlindung dan
terjamin kesehatannya dan memiliki tenaga kerja yang produktif, dan bahan makanan dapat
merupakan media perkembangbiakan kuman penyakit atau dapat juga merupakan media
perantara dalam penyebaran suatu penyakit.

Demikianlah kesimpulan dan saran saya sampaikan, apabila ada kesalahan mohon diberikan
saran dan kritik dari dosen dan teman-temanku tersyang sekalian yang sifatnya membangun agar
makalah ini menjadi lebih baik.

                                                                             

17
DAFTAR PUSTAKA
Djajadiningrat, Surna T. 2001. Pemikiran, Tantangan dan Permasalahan Lingkungan. Studio
Tekno Ekonomi, Fakultas Teknologi Industri ITB Bandung.
Soemarwoto, Otto. 2001. Atur-Diri-Sendiri Paradigma Baru Pengelolaan Ligkungan Hidup.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Soerjani, M., R. Ahmad, dan R. Munir. 1987. Lingkungan: Sumberdaya Alam dan
Kependudukan dalam Pembangunan. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Hmjanfisipunsoed.blogspot.com Blog Prinsip-Prinsip dan Implementasi
kriemhild.uft.uni-bremen.com Blog Latar belakang Informasi pada Pembangunan Berkelanjutan
Rizkiamaliafebriani.wordpress.com Blog Pembangunan Ekonomi dalam konsep Pembangunan
Berkelanjutan
Barber, dkk. 2005. Meluruskan Arah Pelestarian Keanekaragaman Hayati dan Pembangunan di
Indonesia . Jakarta : Obor Indonesia.
Sugandhy,dkk.2000. Prinsip Dasar Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Smith C Stephen, Todaro P. Michael. 2006. Pembangunan Ekonomi. Munandar, dkk,
penerjemah. Jakarta: PT Erlangga. Terjemahan dari: Economic Development.
Wardhana, Wisnu Arya.2008.Dampak Pencemaran Lingkungan.Penerbit Andi:Yogyakarta.
Medizton.wordpress.com Blog Contoh Kasus Amdal Kawasan Lingkungan Industri Kecil di
Semarang 

18

Anda mungkin juga menyukai