Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH KELOMPOK

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (SUSTAINABLE


DEVELOPMENT)

RAHMI AULIA PUTRI 1606822346


ANISSA YUSHA AMALIA 1606823065

KELAS HUKUM DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM -


REGULER

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA


DEPOK
FEBRUARI 2019
I. PENDAHULUAN

Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi yang terjadi menimbulkan banyak


perubahan dari berbagai segi kehidupan. Di bidang ekonomi tentunya menimbulkan
eskalasi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi suatu negara. Setiap negara
berlomba-lomba untuk memanfaatkan sumber daya yang dimiliki untuk menunjang
keberhasilan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi.

Sejak Revolusi Industri pada tahun terjadi banyak teknologi-teknologi dan usaha
yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan ekonomi. Terutama bagi negara-
negara yang sudah maju semakin mengembangkan sayapnya dalam perekonomian.
Tidak hanya negara maju, negara-negara yang baru merdeka pun turut berusaha
melakukan peningkatan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi untuk menunjang
stabilitas negara pasca kemerdekaan, karena pasca kemerdekaan banyak hal yang
harus diperbaiki dan hal tersebut akhirnya membuat negara-negara untuk sesegera
mungkin menggunakan sumber daya yang ada di negaranya.

Namun tidak disadari seiring berjalannya pertumbuhan dan pembangunan ekonomi


yang mengeksplorasi dan mengeksploitasi sumber daya alam menimbulkan dampak
lingkungan yang tak terelakkan. Eksplorasi dan eksploitasi yang dilakukan tidak
memperhatikan lingkungan, karena sesuai dengan teori ekonomi konvensional zaman
dahulu hanya mengejar keuntungan sebesar-besarnya. Kondisi tersebut pun kian
diperparah dengan pesatnya teknologi yang tidak kearah ramah lingkungan. Namun
baik negara maju dan negara berkembang mulai merasakan dampak dari eksploitasi
dan eksplorasi yang dilakukan terutama negara maju. Hal ini karena negara maju
terlebih dahulu yang menggunakan teknologi yang lebih canggih dalam melakukan
industri. Oleh karena itulah tercetus “sustainability” dan “sustainable development”
sebagai titik tolak kekhawatiran akan masalah lingkungan namun tidak menutup
celah akan terus berlangsungnya pertumbuhan dan perkembangan ekonomi.
Kata keberlanjutan dan pembangunan berkelanjutan sebenarnya telah lama tercetus
terutama pada tahun 1987 yaitu publikasi dari “United Nations-sponsored World
Commission on Environment and Development (WCED) report”.1 Laporan ini seakan
membuka mata dunia untuk mulai mengubah perilaku yang sebelumnya tidak peduli
akan lingkungan menjadi perlindungan lingkungan dengan pembangunan
berkelanjutan. Pada tahun 1980-an “pembangunan berkelanjutan” dianggap bukan
hanya omong kosong belaka melainkan dilakukannya perkembangan teknologi yang
mengarah ke pembangunan berkelanjutan. Hal ini dimulai dengan semakin
berkembang dan diterimanya pembangunan berkelanjutan, perumusan kebijakan
terkait pembangunan berkelanjutan, organisasi antar negara maupun organisasi bisnis.
Selain itu diadakannya pertemuan-pertemuan yang membahas mengenai
pembangunan berkelanjutan semakin membuat pandangan dunia tidak hanya
berdasarkan ekonomi belaka melainkan turut memperhatikan lingkungan atas dampak
dari pertumbuhan dan pembangunan ekonomi yang tidak ramah lingkungan.

1
Desta Mebratu, “Sustainability and Sustainable Development: Historical and
Conceptual Review,” Environmental Impact Assessment Review, hlm. 493-520.
II. PEMBAHASAN

1. Apakah sesungguhnya yang dimaksud dengan "keberlanjutan"


(sustainability) dan "pembangunan berkelanjutan" (sustainable development)?

Keberlanjutan dalam KBBI adalah berlangsung terus-menerus; berkesinambungan.


Keberlanjutan dapat dilihat dari berbagai aspek, namun kata keberlanjutan
(sustainability) dihubungkan dengan lingkungan dimulai memang baru muncul
beberapa dekade yang lalu, meskipun keberlanjutan telah dimulai sejak Malthus pada
tahun 1798 yang mengkhawatirkan ketersediaan lahan di Inggris akibat ledakan
penduduk. Satu setengah abad kemudian, perhatian terhadap keberlanjutan ini
semakin dilihat setelah Meadow dan kawan-kawan pada tahun 1972 menerbitkan
publikasi yang berjudul The Limit to Growth, yang mengatakan bahwa pertumbuhan
ekonomi akan sangat dibatasi oleh ketersediaan sumber daya alam. Dengan
ketersediaan sumber daya alam yang terbatas, arus barang dan jasa yang dihasilkan
dari sumber daya alam tidak akan selalu bisa dilakukan secara terus menerus (on
sustainable basis).2

Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa


kini tanpa mengurangi kemampuan generasi yang mendatang untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri.3

Terlebih lanjut lagi pengertian di atas memiliki dua konsep:


1. Konsep kebutuhan, dalam arti kebutuhan pokok untuk orang yang
miskin yang seharusnya diprioritaskan.

2
Akhmad Fauzi dan Alex Oxtavianus, “The Measurement of Sustainable
Development In Indonesia,” Hukum dan Pembangunan 15 (Juni 2014), hlm. 69.
3
World Commission on Environment and Development, Report of the World
Commission on Environment and Development: Our Common Future.
2. Ide keterbatasan yang diciptakan teknologi dan organisasi sosial dalam
kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan masa kini dan
masa mendatang.4

Pembangunan berkelanjutan sendiri semakin dikukuhkan dengan diselenggarakannya


United Nations Conference on Environment and Development (UNCED) atau yang
kerap disebut Konferensi Rio di di Rio de Janeiro, Brazil pada 3-14 Juni 1992.
Konferensi ini menghasilkan 5 dokumen serta 1 institusi yang penting bagi
pembangunan berkelanjutan yaitu:5
1. Rio Declaration (Deklarasi Rio);
2. Agenda 21-sebuah blueprint bagi rencana kerja pengimplementasian
pembangunan berkelanjutan pada abad 21;
3. Forestry Principles (Prinsip-prinsip Kehutanan),
4. The UN Convention on Biodiversity (Konvensi tentang
Keanekaragaman Hayati);
5. The UN Framework Convention on Climate Change (Konvensi
mengenai perubahan iklim) serta;
6. Commission on Sustainable Development- sebuah komisi yang
diciptakan untuk memantau pelaksanaan kesepakatan-kesepakatan Rio
dan Agenda 21.

4
Ibid.
5
Andri G. Wibisana, “Pembangunan Berkelanjutan: Status Hukum dan
Pemaknaannya,” Hukum dan Pembangunan 43 (Januari-Maret 2013), hlm. 58.
2. Bagaimanakah perkembangan, hubungan dan implikasi logis di antara kedua
konsep tersebut?

Konsep keberlanjutan yang tercipta dari kekhawatiran mengenai pertumbuhan


ekonomi dan pembangunan berkelanjutan yang memikirkan tidak hanya generasi
sekarang melainkan generasi yang mendatang mempunyai hubungan yang erat dan
saling berhubungan. Dimulai dengan mulai dijadikannya masalah lingkungan menjadi
isu penting untuk diperjuangkan. Deklarasi Rio dapat dikatakan sebagai pijakan
utama dalam pembangunan berkelanjutan. Konsep pembangunan tertuang dalam
Deklarasi Rio seperti;6

Prinsip 1. Human beings are at the centre of concerns for sustainable development.
They are entitled to a healthy and productive life in harmony with nature.
Prinsip 3. The right to development must be fulfilled so as to equitably meet
developmental and environmental needs of present and future generations.
Prinsip 4. In order to achieve sustainable development, environmental protection
shall constitute an integral part of the development process and cannot be considered
in isolation from it.

Deklarasi ini mengukuhkan pernyataan yaitu manusia harus hidup harmonis dengan
alam dan dalam melakukan pembangunan harus memperhatikan lingkungan baik
generasi sekarang maupun mendatang. Selanjutnya pembangunan berkelanjutan harus
diintegrasikan dengan kebijakan di negara. Pembangunan berkelanjutan adalah hal
yang tepat untuk dilakukan dalam rangka pembangunan yang tetap memikirkan
keadaan lingkungan. Tidak hanya Deklarasi Rio namun masih ada beberapa
pertemuan yang membahas mengenai lingkungan yaitu The World Summit on
Sustainable Development dan selanjutnya diadopsi menjadi Johannesburg
Declaration on Sustainable Development.

6
Perserikatan Bangsa-Bangsa, Deklarasi Rio, (1992), Prinsip I, III, IV.
The World Summit on Sustainable Development diselenggarakan di Johannesburg,
Afrika Selatan pada 26 Agustus-4 September 2002. Pertemuan ini menghasilkan:7

1. Adopts the Johannesburg Declaration on Sustainable Development, which


is annexed to the present resolution;
2. Recommends to the General Assembly that it endorse the Johannesburg
Declaration on Sustainable Development as adopted by the Summit.

Dengan pertemuan itu menegaskan kembali bagi negara-negara untuk melakukan


pembangunan yang berkelanjutan dalam bentuk Deklarasi Johannesburg.
Adapun prinsip-prinsip yang dianut dalam pembangunan berkelanjutan;8
1. The duty of States to ensure sustainable use of natural resources.
Inilah yang dikenal dengan prinsip pemanfaatan secara berkelanjutan
(sustainable use).
2. The principle of equity and the eradication of poverty
Termasuk di dalamnya prinsip keadilan intra dan antar generasi.
3. The principle of common but differentiated responsibilities
Prinsip tanggungjawab bersama tetapi dengan beban yang berbeda.
4. The principle of the precautionary approach to human health, natural
resources and ecosystems
Yang juga dikenal dengan prinsip kehati-hatian (the precautionary principle).
5. The principle of public participation and access to information and justice,
Yaitu prinsip partisipasi publik serta akses atas informasi dan keadilan.
6. The principle of good governance.
Yaitu prinsip tata pemerintahan yang baik.
7. The principle of integration and interrelationship, in particular in relation to
human rights and social, economic and environmental objectives, yang sering
juga disingkat sebagai prinsip integrasi (the integration principle).

7
Ibid., hlm.1.
8
Wibisana, Pembangunan Berkelanjutan, hlm. 86-86.
Konsep berkelanjutan dengan pembangunan berkelanjutan berhubungan dengan
kaitannya dengan lingkungan. Sebelumnya konsep pembangunan yang dikenal adalah
pembangunan ekonomi neo-klasik namun seiring berjalannya waktu mulai dikaitkan
pula dengan pembangunan berkelanjutan yang menggunakan prinsip-prinsip diatas.

Pembangunan berkelanjutan disepakati sebagai pembangunan yang memenuhi


kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan hak pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
generasi yang akan datang. Pada intinya, pembangunan berkelanjutan adalah suatu
proses perubahan yang di dalamnya, seluruh aktivitas seperti eksploitasi sumber daya,
arah investasi, orientasi pengembangan teknologi, dan perubahan kelembagaan
berada dalam keadaan yang selaras serta meningkatkan potensi masa kini dan masa
depan untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia. Jadi tujuan pembangunan
ekonomi dan sosial harus diupayakan dengan keberlanjutan.9

Di Indonesia pembangunan berkelanjutan terlihat dari Undang-undang 32 Tahun


2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH). Dalam
Pasal 3 dan Pasal 4 UUPLH terutama Pasal 3 huruf (i) terdapat tujuan yang
menggambarkan keseriusan negara dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan.
Tidak hanya itu dalam UUPLH juga turut memperhatikan mengenai kebutuhan yang
tidak hanya sekarang melainkan memikirkan kebutuhan untuk generasi mendatang
yang terdapat dalam Pasal 3 huruf (f).10

Pengadopsian pembangunan berkelanjutan dalam peraturan negara merupakan


langkah nyata yang dilakukan oleh pemerintah, hal ini karena konferensi sebelumnya
mengenai pembangunan masih berupa soft laws yang tidak memiliki kekuatan
mengikat. Oleh karena itu dibutuhkannya ratifikasi atau pun memasukan konsepsi

9
Fauzi dan Oxtavianus, The Measurement of Sustainable Development In Indonesia,
hlm. 69.
10
Indonesia, Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
UU No. 32 Tahun 2009.
tersebut dalam peraturan negara. Pemasukan pembangunan berkelanjutan dalam
peraturan negara membuat adanya “enforcement” yang dapat dilakukan oleh
pemerintah apabila terdapat pembangunan yang tidak sesuai dengan pembangunan
berkelanjutan.
3. Mungkinkah "pembangunan berkelanjutan" diwujudkan? Apakah situasi
global dewasa ini kondusif bagi perwujudannya?

Sesuai dengan Deklarasi Rio, pembangunan berkelanjutan dapat diwujudkan namun,


perkembangan kebijakan ekonomi dan kebijakan lainnya dikatakan gagal untuk
mengarahkan kepada suatu pembangunan berkelanjutan. Hal ini dibuktikan dengan
adanya perubahan pada iklim global yang meningkat dan sumber daya alam mulai
terancam. Menurut United Nations Environment Programme and the
Intergovernmental Panel on Climate Change, pembangunan berkelanjutan masih jauh
dari kenyataan. 11

Salah satu kebijakan ekonomi yang gagal dalam mewujudkan pembangunan


berkelanjutan adalah kebijakan mengenai perdagangan bebas. Dalam Pembukaan
Perjanjian World Trade Organization (WTO), tujuan pembangunan berkelanjutan
merupakan kunci dari semua pekerjaan yang dilakukan oleh WTO. Sayangnya, belum
semua peraturan yang dibentuk oleh WTO mencerminkan adanya tujuan
pembangunan berkelanjutan tersebut. Seperti contohnya perdagangan bebas yang
dipimpin oleh korporasi dikatakan tidak kondusif dalam pembangunan
12
berkelanjutan. Pasalnya, dalam mengejar pertumbuhan ekonomi melalui
perdagangan bebas, dilakukan dengan biaya berapapun dan dengan cara apapun.
Perdagangan bebas, yang merupakan salah satu bagian dari ideologi neoliberalisme
memiliki beberapa dampak negatif. Yang mana model neoliberalisme ekonomi ini
justru tidak mengarahkan pasar menuju pembangunan yang berkelanjutan karena
permintaan pasar akan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui maupun yang
dapat diperbaharui serta tingkat konsumsi masyarakat menjadi meningkat.

Maka dari itu dapat dikatakan bahwa situasi global saat ini cenderung belum kondusif
dan untuk mewujudkan suatu pembangunan berkelanjutan dan dibutuhkan sebuah
11
Friends of the Earth International. "Presentation of Tony Juniper, Vice Chairman
of Friends of the Earth International in WTO Symposium, Geneva April 29th 2002." hlm. 2
12
Ibid., hlm. 2.
model pendekatan ekonomi dan sosial yang baru yang dapat mendorong
diwujudkannya pembangunan berkelanjutan yang dapat menyesuaikan atau dapat
merubah pandangan dan cara hidup manusia saat ini untuk memastikan bahwa
sumber daya alam yang ada sekarang terjaga untuk generasi yang akan datang.

Namun keberlangsungan pembangunan berkelanjutan tidak dapat berhenti begitu


saja, diperlukannya pendekatan-pendekatan lain yang dapat menunjang pembangunan
berkelanjutan bagi generasi sekarang maupun generasi mendatang. Adapun beberapa
poin yang sekiranya dapat dilakukan untuk menunjang pembangunan berkelanjutan:13

1. Tujuan Ekonomi Baru


Menaikkan GDP suatu negara sudah tidak cukup lagi, terlebih dengan adanya
kebebasan dalam perdagangan ditambah dengan produksi dan konsumsi yang
bertambah mengarah kepada kenaikan kesenjangan ekonomi antara yang kaya
dan miskin, menambah kerusakan lingkungan dan menambah limbah dan
polusi.

Sistem yang kredibel dan produktif harus dilakukan dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan manusia melalui distribusi yang adil dan berkelanjutan
yang sesuai dengan kapasitas lingkungan. Pemberantasan kemiskinan,
keberlanjutan sosial dan budaya, keadilan antar generasi dan martabat
manusia, perlindungan lingkungan harus menjadi kunci utama dalam tujuan
ekonomi yang baru ini.

2. Keragaman Ekonomi
Poin lainnya berasal dari persepsi skeptis dari satu-ukuran-cocok-semua
pendekatan yang digunakan dalam ekonomi liberal. Poin dalam hal ini adalah
keragaman ekonomi harus ditingkatkan dan dilindungi sebagai alternatif dari

13
Ibid., hlm. 8-10.
pengenaan aturan dunia. Dengan peningkatan dukungan dan penguatan
keragaman ekonomi dapat mengangkat kondisi ekonomi.

3. Penyeimbangan Kembali Perdagangan


Penyeimbangan kembali dalam hal ini adalah penyeimbangan yang membuat
aktivitas ekonomi lokal dapat dipromosikan dan ditingkatkan. Dengan
penyeimbangan ini semakin membuka peluang untuk menghapuskan
kesenjangan.

4. Mengatur Perusahaan Internasional


Bermula dari Deklarasi Johannesburg sudah tepat waktunya untuk memeriksa
hubungan antara perusahaan internasional, lingkungan dan masyarakat.
Friends of Earth International menyarankan untuk para pemimpin negara
untuk berkomitmen untuk membicarakan yang hasil akhirnya berupa konvensi
akuntabilitas perusahaan yang dapat mengikat perusahaan. Dalam konvensi
tersebut juga dikenal hak untuk mengakses sumber daya alam dari masyarakat
lokal dan membuat upaya hukum bagi masyarakat lokal yang merasa
mendapat akibat buruk, sehingga bisa meminta kompensasi dan ganti rugi dari
perusahaan yang berskala internasional.

5. Mengakui adanya utang ekologis


Hal ini dilakukan dengan negara diperbolehkan untuk lebih berinvestasi di
kebijakan pembangunan berkelanjutan dan diizinkan untuk mengganti pola
produksi dan konsumsinya.

Meskipun pembangunan berkelanjutan terancam dengan kegagalan, namun


konsep pembangunan berkelanjutan harus tetap dijunjung. Pembangunan
berkelanjutan merupakan konsep yang sangat mungkin untuk diwujudkan asal
beberapa pendekatan ekonomi dilakukan, dengan intervensi pada bidang
ekonomi maka pembangunan berkelanjutan dapat diwujudkan. Meskipun
dengan adanya pembangunan berkelanjutan hasil yang didapat tidak sebanyak
sebelumnya, namun hal ini berarti bagi generasi yang akan mendatang
sehingga dapat merasakan kenikmatan atas sumber daya.
4. Dapatkah "pembangunan berkelanjutan" diwujudkan dengan
mempertahankan pandangan-hidup dan cara-hidup manusia dewasa ini,
ataukah harus diadakan berbagai perubahan dan penyesuaian?

Saat ini, sumber daya alam yang terbarukan maupun yang tidak terbarukan sudah
terancam habis karena tingkat penggunaannya yang cukup banyak. Hal ini masih
berkaitan dengan penjelasan sebelumnya bahwa permintaan pasar atau tingkat
konsumsi yang tinggi mengganggu adanya pembangunan yang berkelanjutan. Seperti
contohnya 13 dari 15 area laut dunia dengan populasi ikan yang sengaja dipanen
untuk nilai komersialnya, saat ini sudah berlebihan intensitas penangkapannya. Selain
itu, penggunaan bahan bakar fosil secara berlebihan juga dapat mengakibatkan suatu
perubahan iklim yang tidak stabil dan masih banyak dampak lainnya.14

Dari fakta-fakta tersebut, diketahui bahwa penggunaan sumber daya alam yang
berlebih harus segera dikurangi dan membutuhkan beberapa perubahan atau
penyesuaian dari cara-hidup manusia saat ini. Perubahan maupun penyesuaian yang
dapat dilakukan dalam mendorong pembangunan berkelanjutan sudah dikemukakan
oleh Friends of Earth International sejak tahun 2003 yang kurang lebih seperti
15
mengurangi penggunaan sumber daya dan memperbanyak lapangan pekerjaan
Banyak sekali lapangan pekerjaan yang mengklaim bahwa kegiatan yang merusak
lingkungan merupakan hal yang diperlukan untuk menjaga pekerjaan yang ada karena
aktivitas-aktivitas yang dilakukan dapat menghasilkan keuntungan yang tinggi.
Pandangan-hidup yang merugikan ini tentunya harus diubah karena masih banyak
lapangan pekerjaan lain yang dapat menghasilkan keuntungan dan tidak merusak
lingkungan atau mengganti energi dan material yang digunakan dengan tenaga kerja
dan investasi dalam konservasi sumber daya dibandingkan eksploitasi akan tetap
memberikan lapangan pekerjaan yang banyak dan mendukung kualitas hidup yang
lebih baik.
14
Friends of the Earth International. “Towards sustainable economies. Challenging
Neoliberal Economic Globalisation.” hlm. 12
15
Ibid., hlm. 12
Contoh lain yang dapat dilakukan oleh untuk mendorong pembangunan berkelanjutan
adalah dengan cara mengganti kebijakan WTO mengenai perdagangan bebas atau
digantikan oleh lembaga lain yang sekiranya tidak mendukung perdagangan bebas
yang berdampak buruk bagi lingkungan. Hal tersebut tentunya bisa termasuk
menyesuaikan atau merubah pandangan-hidup serta cara-hidup manusia dewasa ini
yang mana, perdagangan bebas yang dilakukan dengan cara apapun untuk menambah
keuntungan yang sebesar-besarnya dan mengkonsumsi secara terus menerus sumber
daya yang ada tanpa menghiraukan keberlangsungan hidup generasi yang akan
datang haruslah diubah.

Perubahan pola pikir manusia merupakan hal yang penting dalam kelangsungan
pembangunan berkelanjutan. Apabila manusia telah sadar bahwa pentingnya
pembangunan ekonomi dengan perlindungan dan kelestarian lingkungan merupakan
hal yang mutlak. Niscaya pembangunan berkelanjutan dapat menjadi harmoni antara
pembangunan ekonomi dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan.

Adapun apabila memikirkan hanya untuk masa kini maka hal itu tidak sesuai dengan
salah satu prinsip pembangunan berkelanjutan yaitu melindungi sumberdaya antar
generasi. Sudah sepatutnya manusia turut menjaga keberlangsungan tidak hanya
untuk generasi sekarang melainkan generasi mendatang juga.
5. Kasus-Kasus Mengenai Pembangunan Berkelanjutan

5.1 Gabcikovo-Nagymaros (Hungaria v. Slovakia)

Perjanjian yang dilakukan antara Hungaria dan Slovakia pada 16 September 1977
menyepakati pembangunan di daerah Gabcikovo dan Nagymaros. Perjanjian ini
dimaksudkan untuk pengoperasian sistem bendungan pembangkit listrik tenaga air.
Dalam perjanjiannya kedua negara telah bersepakat untuk saling menjaga lingkungan
dengan menjaga sungai dari pencemaran terutama kualitas air dan mengedepankan
perlindungan atas lingkungan.16 Namun pada tahun 1989 Hungaria secara sepihak
menunda pekerjaan di Nagymaros dan selanjutnya memutuskan untuk menghentikan
pengerjaan di Nagymaros yang merupakan kewajibannya dengan dalih untuk
melindungi lingkungan. Selain itu Slovakia memilih untuk mengoperasikan alternatif
dalam perjanjian yaitu variant C. ICJ berpendapat bahwa Hungaria tidak memiliki
hak untuk menunda dan membatalkan karena tidak sesuai dengan perjanjian, dan
Slovakia juga tidak memiliki hak untuk mengoperasikan alternatif sementara.17

Permasalahan yang berkaitan dengan pembangunan berkelanjutan dalam hal ini


adalah apakah harus mengikuti klaim Hungaria yang berdalih atas perlindungan
lingkungan atau klaim Slovakia yang merasa penghentian pekerjaan. Dalam hal ini
ICJ menggunakan pembangunan berkelanjutan sebagai sebuah konsep untuk
mendamaikan dua kebutuhan yang saling bertentangan. Terdapat dissenting opinion
dari Hakim Weeramantry yang menyatakan bahwa seandainya saja pertimbangan
lingkungan adalah satu-satunya pertimbangan yang digunakan dalam kasus
Gabcikovo-Nagymaros, maka langkah yang diambil oleh Hungaria (yaitu
menghentikan secara sepihak pelaksanaan pembangunan berdasarkan Perjanjian
tahun 1977) menjadi dapat dibenarkan. Namun, menurut Weeramantry, ICJ haruslah

16
Mahkamah Internasional, Case Concerning The Gabcikovo-Nagymaros Project
(1997).
17
Wibisana, Pembangunan Berkelanjutan, hlm. 68.
memberikan pertimbangan yang seimbang bagi kebutuhan akan pembangunan di satu
sisi (dalam hal ini kepentingan dari Slovakia) dan kebutuhan akan perlindungan
lingkungan di sisi lain (dalam hal ini kepentingan dari Hungaria). Dalam pandangan
Weeramantry, prinsip hukum yang dapat menjembatani dua kebutuhan yang saling
bertentangan ini adalah pembangunan berkelanjutan.18

5.2 Pulp Mills on the River Uruguay (Argentina v. Uruguay)19

Contoh kedua mengenai pembangunan berkelanjutan adalah kasus Pulp Mills on the
River Uruguay antara Argentina dan Uruguay. Pada 4 Mei 2006. Argentina
mengajukan gugatan kepada ICJ karena diduga bahwa Uruguay telah melakukan
pelanggaran atas Perjanjian ‘Statue of the river Uruguay’ yang ditandatangani oleh
Argentina dan Uruguay karena Uruguay telah memberikan izin secara sepihak
pembangunan pabrik kertas (pulp mills) di pinggir Sungai Uruguay yang tentunya
akan mencemari kualitas air Sungai uruguay dan sekitarnya. Pihak Uruguay
menyatakan bahwa Argentina tidak mampu menunjukan bukti adanya bahaya atau
resiko yang dapat terjadi di Sungai Uruguay. Uruguay juga menyatakan bahwa
penutupan dan pembongkaran pabrik tersebut akan mengakibatkan dampak ekonomi
yang serius bagi Uruguay. ICJ menganggap bahwa pemberian izin lingkungan yang
dilakukan Pemerintah uruguay juga dilakukan tanpa keterlibatan The Uruguay river's
binational administration commission (CARU) yang dalam hal ini Uruguay
dinyatakan telah gagal memenuhi kewajiban prosedural berdasarkan Perjanjian
Sungai Uruguay Tahun 1975.

ICJ lalu menyatakan bahwa Argentina tidak memiliki cukup bukti untuk
membuktikan bahwa Uruguay telah melakukan pelanggaran yakni menjamin bahwa
pengelolaan tanah dan hutan di sekitar Sungai Uruguay tidak mengganggu Sungai
Uruguay dan kualitas airnya.

18
Ibid., hlm. 68-69.
19
Ibid., hlm. 71-77.
ICJ menjelaskan bahwa penaatan atas kewajiban untuk menghindari perubahan atas
keseimbangan ekosistem tidak dapat ditaati hanya oleh salah satu pihak (negara) saja.
Penaatan kewajiban ini, menurut ICJ membutuhkan adanya skema bersama dan
tindakan yang terkoordinasi di antara para pihak, dalam rangka mewujudkan
pengelolaan dan perlindungan Sungai Uruguay secara berkelanjutan. Dalam
kesimpulannya, ICJ menyatakan bahwa Argentina tidak mampu menunjukkan bukti
bahwa Uruguay telah menolak untuk melakukan kerja sama dalam rangka
pengelolaan Sungai Uruguay secara bersama. Atas dasar pertimbangan di atas, ICJ
memutuskan-dengan sebelas hakim menyetujui, dan tiga menolak-bahwa Uruguay
tidak melakukan pelanggaran atas kewajiban substantifnya menurut Perjanjian Sungai
Uruguay.

III. PENUTUP

Kian berkembangnya ekonomi di dunia memang bukanlah hal yang salah, namun
cara pandang dari segi ekonomi konvensional yang mengeksplorasi dan
mengeksploitasi sumber daya alam dengan tidak memperhatikan dampak lingkungan
merupakan suatu pemahaman yang salah. Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
adalah hal yang mudah dicapai dengan menggunakan sumber daya yang tersedia
secara besar-besaran. Namun akibat lingkungan yang ditimbulkan tidak dapat
direstorasi dalam waktu yang singkat, terkadang ada dampak lingkungan yang tidak
dapat dikembalikan ke kondisi yang semula.
Hal inilah yang mulai disadari bahwa kelestarian lingkungan harus dijaga. Namun
dalam penjagaan lingkungan tidak bisa serta merta menghentikan pembangunan
karena tonggak dari suatu negara tetaplah berada pada bagaimana ekonominya
berjalan. Oleh karena itu dihadirkan suatu konsepsi yang berusaha menyeimbangkan
di antara keduanya yaitu negara tetap dapat mencapai pembangunan dan disaat yang
bersamaan turut melindungi lingkungan dari kerusakan yang kian parah. Konsepsi
tersebut adalah pembangunan berkelanjutan.

Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa


kini tanpa mengurangi kemampuan generasi yang mendatang untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri. Terdapat keadilan tidak hanya intragenerasi melainkan antar
generasi. Adapun prinsip-prinsip di dalamnya untuk menunjang pembangunan
berkelanjutan sangat tepat untuk mewujudkan pembangunan ekonomi sekaligus
perlindungan akan lingkungan. Di Indonesia sendiri dianut dalam regulasi yang ada
yaitu UUPPLH yang memfasilitasi perlindungan lingkungan.
PERTANYAAN DISKUSI

1. Gabrielle Jane
Pertanyaan: Konsep Sustainable Development sentralnya adalah apa yang
ingin dilakukan negara, sebenarnya apakah ada pihak ketiga yang dapat
menerapkan sustainable development tanpa menunggu pemerintah untuk
memerintahkan sesuatu?

Jawaban:
Pihak ketiga dapat melakukan pembangunan yang berkelanjutan tentu saja,
namun pemerintah tetap melakukan regulasi untuk memberikan payung
hukum bagi pembangunan berkelanjutan. Banyak pihak ketiga seperti
perusahaan yang menggunakan momentum ramah lingkungan untuk
memperbaiki citranya dengan melabeli perusahaannya sebagai perusahaan
yang ramah lingkungan untuk menarik simpati masyarakat dalam membeli
produknya selain itu adanya sistem yang dinamakan PROPER (Penilaian
Peringkat Kinerja Perusahaan) yang dikembangkan oleh Kementerian
Lingkungan Hidup sejak tahun 1995 yang memberikan penghargaan bagi
perusahaan-perusahaan yang telah melakukan pengelolaan lingkungan
terdapat warna-warna yang mengindikasikan tingkat perusahaan tersebut
dalam mengelola lingkungan.

Namun tetap pemerintah sebagai pembuat regulasi memang mengambil peran


sentral untuk mengelola lingkungan karena apabila tidak ada payung hukum
yang kuat belum tentu pihak ketiga tergerak untuk turut ikut mengelola
lingkungan. Adapun organisasi non-pemerintah yang turut concern terhadap
masalah lingkungan seperti WALHI, ICEL dll. turut ikut menyosialisasikan
pengelolaan lingkungan.
2. Difa Shafira
Pertanyaan: Adakah opsi organisasi selain World Trade Organization yang
mengatur mengenai perdagangan dan tolong jelaskan kembali mengenai kasus
Pulp Mills dikaitkan dengan sustainable development

Jawaban:
Dalam jurnal yang kami baca belum menyebutkan organisasi yang sekiranya
dapat mengatur mengenai perdagangan bebas selain WTO, namun dalam
jurnal tersebut disebutkan bahwa dengan WTO yang terus menggunakan
prinsip perdagangan bebas akan berdampak buruk bagi lingkungan sehingga
diperlukannya organisasi lain untuk memayungi hal tersebut.

“Sustainable economies, based on the principle of economic subsidiarity and


economic diversity, will still require multilateral rules and intergovernmental
institutions, but these institutions will not be based on out-of-date neoliberal
economics. Debates concerning the continued existence of the WTO are
therefore academic. Either it adapts to support sustainable economies, losing
its mandate to promote ‘free trade’, or it is replaced by a more suitable
institution.”20.

Menurut kami, cara efektif yang dapat dilakukan dibandingkan dengan


menggantikan organisasi sebesar WTO adalah dengan memasukkan prinsip-
prinsip kelola lingkungan dalam WTO sehingga perdagangan bebas dapat
dilakukan namun tetap memperhatikan lingkungan yang ada. Sehingga
pembangunan ekonomi tetap terlaksana dengan baik.
Mengenai kasus Pulp Mills yang berkaitan dengan sustainable development
adalah menurut Argentina, pembangunan pabrik tersebut akan mengancam
konservasi lingkungan sungai dan area sekitarnya serta seberapa banyak

20
Friends of the Earth International. “Towards sustainable economies. Challenging
Neoliberal Economic Globalisation.” hlm. 18.
limbah yang akan dibuang oleh pabrik-pabrik ini dan tidak cukupnya langkah
yang diajukan dalam pencegahan dan pengurangan dampak potensial dari
pembuangan limbah, emisi gas dan limbah padat. Terlihat bahwa penolakan
Argentina akan pembangunan kedua pabrik ini sangat berkaitan dengan
sustainable development. Argentina sangat mengkhawatirkan adanya
pencemaran, dan gangguan atas kelangsungan hidup warganya yang
bermukim di sekitar Sungai Uruguay. Namun ternyata pembangunan pabrik
tersebut akan menggunakan teknologi yang disebut Elemental Chlorine Free
(ECF) dalam proses bleaching, yang bahkan oleh Amerika Serikat dan Uni
Eropa disebut sebagai best available technology dalam regulasi pemrosesan
pulp.

3. Ersyam
Pertanyaan: Prinsip-prinsip dalam sustainable development apakah mungkin
untuk diterapkan? Kalau bidang industri menggunakan teknologi ramah
lingkungan yang harganya mahal apakah bisa untuk mengatasi permasalahan
dana? Apabila tidak bagaimana dengan tujuan yang hendak dicapai?

Jawaban:
Prinsip-prinsip yang telah disebutkan dalam presentasi tentunya tidak
semuanya dapat diaplikasikan dengan efektif, tentunya terdapat beberapa
permasalahan yang dihadapi. Dalam teknologi ramah lingkungan biasanya
banyak dana yang dikeluarkan dalam jumlah besar. Pemerintah terus
mendorong penggunaan teknologi ramah lingkungan dengan tentunya
memberikan bantuan seperti subsidi apabila industri tersebut telah
melaksanakan prinsip kelola lingkungan.

Tujuan yang hendak dicapai ke arah pembangunan yang berkelanjutan terus


dilakukan sesuai dengan prinsip yang ada meskipun adanya keterlambatan
maupun halangan namun tetap diarahkan ke pembangunan yang
berkelanjutan. Komitmen pemerintah untuk mendorong industri ke arah
pembangunan yang berkelanjutan harus tetap didukung oleh masyarakat dan
pihak ketiga agar prinsip-prinsip yang ada dapat tercapai.

4. Besafina
Pertanyaan: Bagaimana kasus lingkungan yang terjadi di Indonesia?

Jawaban:
Dalam mata kuliah hukum lingkungan semester lalu dibahas mengenai kasus
PT KPSS. yaitu PT Karawang Prima Sejahtera Steel yang terbukti melakukan
pencemaran dengan pembuangan dumping limbah industri. Terdapat baku
mutu air limbah yang dilanggar dalam pembuangan limbah tersebut. Baku
mutu air limbah yang dilanggar tidak sesuai dengan izin yang telah dibuat
sebelumnya. Dengan perkembangan yang selanjutnya PT KPSS. dinyatakan
bersalah dan harus mendapat hukuman serta denda.

Selain itu ada beberapa kasus seperti kasus pencemaran di Sungai Cikijing
yang membuang limbah industri dan kasus seperti PT. Kalista Alam yang
menyebabkan kebakaran hutan yang merusak lingkungan. Banyak kasus
lingkungan yang dilakukan oleh pihak swasta yang tidak bertanggung jawab
dalam mengelola apa yang telah diperjanjikan sebelumnya. Dengan tidak
bertanggung jawabnya ini, Indonesia banyak dirugikan sehingga harus
melakukan perbaikan lingkungan dan masih banyak kasus perusakan
lingkungan yang belum selesai penyelesaiannya.

5. Arfa
Pertanyaan: Dalam sustainable development disebutkan ada no poverty.
Bagaimana pelaksanaan sustainable development goals di Indonesia?
Jawaban:
Di Indonesia terakhir update mengenai keberhasilan sustainable development
goals yang kami dapatkan dari presentasi Kementerian PPN/Bappenas pada
tahun 2017 dalam High Political Forum on Sustainable Development di
United Nations, New York. Dalam kesempatan itu dijabarkan mengenai
prioritas Indonesia untuk mengedepankan pertumbuhan ekonomi yang
berkesejahteraan untuk seluruh rakyat Indonesia yang salah satunya berfokus
pada no poverty. No poverty menjadi salah satu goals utama Indonesia karena
sebagai negara yang masih berkembang masih banyak ketimpangan sosial
yang menimbulkan kemiskinan. Namun seiring berjalannya waktu terdapat
perkembangan-perkembangan kearah yang lebih baik dengan menurunnya
persentase kemiskinan Indonesia dari tahun ke tahun yang sebelumnya pada
tahun 2006 sebesar 17.75% menjadi 10.70% di tahun 2016. Hal ini
membuktikan bahwa komitmen pemerintah dalam penurunan angka
kemiskinan di Indonesia mencapai kemajuan yang bagus dan sesuai dengan
sustainable development goals.

6. Artahsasta
Pertanyaan: Pengelolaan SDA tujuannya untuk kesejahteraan umum dengan
didasari oleh Pasal 28H ayat (1) dan Pasal 33 ayat (3) UUD NRI 1945 dan
selanjutnya Pembukaan UUD alinea ke-4. Apakah sustainable development
ini telah sesuai?

Jawaban:
Hal ini sesuai dengan Pasal 28H ayat (1) dan Pasal 33 ayat (3) UUD NRI
1945 yaitu dalam Pasal 28H ayat (1) disebutkan bahwa :

(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan.**)
Dalam hal tersebut disebutkan bahwa setiap orang berhak atas sejahtera dan
Lingkungan hidup yang baik dan sehat. Hal ini tentunya sejalan dengan
pembangunan berkelanjutan yang bertujuan untuk menyelaraskan
pembangunan tanpa lupa untuk melihat kondisi lingkungan untuk masa yang
akan lanjut. Tidak hanya aspek ekonomi saja yang dilihat. Selanjutnya di
Pasal 33 UUD NRI 1945 ayat (3)

(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Dalam Pasal tersebut segala bumi, air dan kekayaan alam untuk kemakmuran
rakyat yang berkaitan dengan ekonomi namun selanjutnya dalam Pasal 33
UUD NRI 1945 ayat (4) turut dinyatakan

(4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi


ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.****)

Ada kata-kata berkelanjutan dan berwawasan lingkungan yang sejalan dengan


pembangunan ekonomi. Sehingga tepat apabila kami bilang bahwa baik itu
Pasal 28H ayat (1) maupun Pasal 33 ayat (3) UUD NRI 1945 memang turut
menunjang adanya pembangunan berkelanjutan.

7. Josephine
Pertanyaan: Aspek sustainable development goals ada 17, dari ke-17 tersebut
yang mana yang menjadi prioritas Indonesia? Sebagai mahasiswa bagaimana
cara untuk terlibat dalam mewujudkan sustainable development goals?

Jawaban:
Dalam sumber yang sama seperti pertanyaan Arfa terdapat beberapa concern
utama Indonesia untuk dibahas karena sustainable development goals turut
disesuaikan pula dengan kondisi dan kebutuhan di negara masing-masing. Di
Indonesia terdapat yang disebut Interconnected Goals berupa:
1. Gender Equality disandingkan dengan Partnership for the Goals.
2. Kedua SDGs tersebut mendukung
- Health, Fisheries, Food Security & Sustainable Agriculture
and Education.
- Industry, Innovation & Infrastructure, and Sustainable
Management.
3. Health, Fisheries, Food Security & Sustainable Agriculture and
Education untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia.
4. Industry, Innovation & Infrastructure, and Sustainable Management
untuk menambah peluang ekonomi dan kehidupan yang berkelanjutan.
5. SDGs tersebut bersatu untuk menjadi tema: Memberantas Kemiskinan
dan Mempromosikan Kesejahteraan di Dunia yang terus Berubah.
Jadi itulah prioritas utama Indonesia dalam sustainable development
goals. Sebagai mahasiswa hal yang dapat kita lakukan bisa memulai dari hal
yang mudah seperti pengurangan penggunaan kantong plastik, penggunaan
botol minum dibandingkan minuman kemasan, penggunaan sedotan stainless,
penggunaan produk-produk ramah lingkungan dan masih banyak lagi.

8. Salsabila Hana
Pertanyaan: Dalam 5 dokumen yang terdapat dalam Konferensi Rio adakah
yang berhasil selain ketidakberhasilannya institusi? Adakah konferensi lain
yang mendukung pembangunan berkelanjutan?

Jawaban:
Ada. Terdapat keberhasilan yang saya ketahui terutama di bagian prinsip-
prinsip kehutanan yaitu dengan tidak ditebangnya primary trees dan
pelarangan penggunaan areal gambut. Hal ini merupakan keberhasilan
pengimplementasian dari deklarasi rio. Selanjutnya mengenai
keanekaragaman hayati turut dilakukan dan yang selanjutnya adanya UNFCC
yang membahas secara utama mengenai perubahan iklim. Konferensi Rio
seperti yang telah dibilang yaitu berhasil untuk menjadi pijakan dalam
masalah lingkungan dengan didukung komitmen dari negara-negara yang
menyetujui Deklarasi Rio.

Konferensi lainnya seperti The World Summit on Sustainable Development


dan selanjutnya diadopsi menjadi Johannesburg Declaration on Sustainable
Development.

9. Hida Lazuardi
Tambahan: Mau menambahkan mengenai keterlibatan pihak ketiga. Pihak
ketiga ikut berwenang dalam pembangunan berkelanjutan dan ada beberapa
pasal yang mengindikasikan hal tersebut. Ada SLAPP yaitu Strategic Lawsuit
Against Public Participation dll. Sehingga pihak ketiga turut terlibat dalam
masalah pembangunan berkelanjutan.

10. Ayu Nandini


Pertanyaan: Adakah badan khusus yang mengumpulkan dana khusus untuk
mendanai teknologi yang ramah lingkungan?

Jawaban:
Kami tidak menemukan badan khusus yang terkait pendanaan teknologi
ramah lingkungan namun dari Kementerian-kementerian terkait ada program
yang sekiranya dapat menunjang teknologi yang ramah lingkungan.
Contohnya dalam Kementerian Industri didorong adanya Industri Pulp dan
Kertas. Jadi dikembalikan lagi ke kementerian terkait untuk menunjang
teknologi yang ramah lingkungan dan program-program yang dapat
mendorong ke arah teknologi yang ramah lingkungan.

11. Nabila
Pertanyaan: Bagaimana agar sustainable development Indonesia dapat terus
berjalan namun tetap memperhatikan masyarakat hukum adat?

Jawaban:
Mengenai masyarakat hukum adat masih banyak perdebatan karena adanya
keinginan untuk tidak menganggu daerahnya dengan dilaksanakannya
pembangunan. Pemerintah pun harus menghargai masyarakat hukum adat
yang telah bertempat tinggal lama dengan sosial budaya yang masih erat.
Sehingga pembangunan ekonomi tidak dapat dilakukan secara serta merta
harus turut memperhatikan masyarakat hukum adat setempat tidak hanya
berlandaskan pembangunan untuk kesejahteraan.
DAFTAR PUSTAKA

JURNAL
Fauzi Akhmad dan Alex Oxtavianus. “The Measurement of Sustainable Development
In Indonesia.” Hukum dan Pembangunan 15 (Juni 2014). Hlm. 69.
Friends of the Earth International. "Presentation of Tony Juniper, Vice Chairman of
Friends of the Earth International in WTO Symposium, Geneva April 29th
2002." Hlm. 2.
Friends of the Earth International. “Towards sustainable economies. Challenging
Neoliberal Economic Globalisation.” Hlm. 12.
Mebratu, Desta. “Sustainability and Sustainable Development: Historical and
Conceptual Review.” Environmental Impact Assessment Review. Hlm. 493-
520.
Wibisa, G. Andri. “Pembangunan Berkelanjutan: Status Hukum dan Pemaknaannya.”
Hukum dan Pembangunan 43 (Januari-Maret 2013). Hlm. 58.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Indonesia, Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU
No. 32 Tahun 2009, LN No. 140 Tahun 2009, TLN No. 5059

DOKUMEN INTERNASIONAL
Commission on Environment and Development: Our Common Future.
Perserikatan Bangsa-Bangsa, Deklarasi Rio, (1992), Prinsip I, III, IV.
World Commission on Environment and Development, Report of the World .

KASUS
Case Concerning the Gabcikovo-Nagymaros Project (Hungary v. Slovakia), 1997 ICJ
7.

Anda mungkin juga menyukai