KERANGKA
KONSEP
Tegakan pohon Dipterocarpaceae
merupakan salah satu komponen inti
ekosistem hutan hujan tropis Indonesia.
Foto: Mongabay Indonesia
Latar Belakang
INDONESIA: REALITA KITA SAAT INI
Indonesia saat ini dipandang sebagai salah satu negara yang sedang bertumbuh menjadi
kekuatan ekonomi sangat signifikan. Sebagai negara berpenduduk keempat terbanyak di
dunia yang juga menikmati keberlimpahan sumber daya alam, apapun yang dilakukan
Indonesia berpotensi untuk berkontribusi besar terhadap pencapaian umat manusia
secara global. Lembaga audit PricewaterhouseCoopers memperkirakan Indonesia akan
menjadi perekonomian keempat tebesar di dunia di tahun 2050,1 berbekal pertumbuhan
ekonomi yang stabil di kisaran 5% sejak bangkit dari krisis moneter Asia 1997-1998.
Pertumbuhan ini telah berhasil mendorong Indonesia menjadi golongan negara
berpendapatan menengah dan membawa berbagai kemajuan seperti tingginya tingkat
pengguna Internet dan tumbuh pesatnya sektor perdagangan barang dan jasa berbasis
teknologi (e-commerce).
Namun pertumbuhan ekonomi yang sebagian besar dimotori oleh keberlimpahan
sumber daya alam minyak dan gas bumi, batu bara, serta komoditas agrikultur
(utamanya kelapa sawit, kayu, dan bubur kertas) menjadi berkat sekaligus kutukan
karena selain manfaat ekonomi, ia juga menimbulkan berbagai “jurang” yang
menandakan terputusnya berbagai hubungan manusia:
Manusia =/= Alam Manusia =/= Sesama Manusia =/= diri sendiri
1.7
TRANSFORMASI SOSIAL DI SKALA SISTEM 8 40
Ketiga jurang tersebut jelas menandakan bahwa tanpa ada perubahan drastis, kita
sebagai bangsa Indonesia
Jumlah planet Bumisedang Jumlah
mengarah kepada
orang terkaya kehancuran
di dunia Hitunganbersama.
dalam detikHal ini sudah
mulai disadari
yangoleh berbagai
dibutuhkan untuk pihak yang terlibat dalam
yang kekayaannya setara sistemsampaipengelolaan sumber daya
seseorang di dunia
menopang gaya hidup dengan separuh penduduk mengakhiri nyawanya
alam Indonesia dan dunia—bukan
kolektif umat manusia saja aktivis lingkungan
dunia terbawah (3.5 miliar jiwa) dan sosial, namun juga
sendiri (800,000 kematian
pemerintah12 dan bahkan pelaku-pelaku industri sendiri.13 Namun karena kompleksnya
per tahun)
isu yang dihadapi, jalan menuju pengelolaan alam yang berkeadilan dan berkelanjutan
tidak mudah dan memerlukan transformasi mendalam di seluruh bagian sistem.
Tuntutan ini jauh melebihi kemampuan dan otoritas satu institusi ataupun satu sektor
mana pun untuk menggerakkannya.14
Oleh karena itu, bekerja sendiri sambil saling menuding dan menyalahkan pihak-pihak
lain bukan lagi solusi yang cukup untuk menciptakan hasil nyata. Sebaliknya, kegentingan
situasi saat ini menuntut kita untuk mampu bergotong royong dengan semua pelaku
dalam sistem, bahkan dengan pihak-pihak yang selama ini dianggap sebagai sumber
permasalahan. Dan terlebih lagi, meminjam kata-kata yang konon diucapkan oleh Albert
Einstein, “Kita tidak dapat memecahkan masalah menggunakan cara pikir yang sama
yang menyebabkan masalah tersebut terjadi.” Artinya untuk dapat mencapai keadilan
dan keberlanjutan yang hakiki, kita dituntut untuk mempertanyakan kembali paradigma
kita sebagai umat manusia: cara pikir, cara pandang, cara bertindak, dan tolok ukur yang
kita gunakan selama ini yang tanpa disadari telah menciptakan realita yang ada.
Ketika kita hanya melihat puncak gunung es, maka pilihan respon kita terbatas pada
membiarkan, melawan dengan konfrontasi langsung, atau pergi meninggalkan
permasalahan. Bila kita terus menilik di bawah permukaan air, maka kita akan
menemukan bahwa masalah yang ada saat ini sebetulnya memiliki pola-pola atau tren
tertentu, yang hanya akan tampak bila kita menarik mundur atau memperluas perspektif
kita. Menyadari pola-pola dan tren ini memungkinkan kita untuk merespon dengan cara
mengantisipasi atau beradaptasi terhadap situasi yang ada.
BEKAL Pemimpin
KOMPLEKSITAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA
ALAM INDONESIA
“BEKAL” di dalam nama BEKAL Pemimpin merupakan singkatan dari Bersama Kelola Alam
Adil Lestari. Kerangka pikir awal yang mendasari intervensi program tertuang dalam
model gunung es berikut. Model ini tentunya bukan penggambaran yang 100% tepat
dan komprehensif atas realita kita, namun diharap cukup dapat mengekplisitkan
pemikiran yang ada supaya dapat dicermati, diselami, dan dievolusikan bersama seiring
dengan perjalanan implementasi program.
Puncak gunung es yang tampak di atas permukaan air adalah realita yang ingin kita
hadirkan melalui program ini, yaitu Pengelolaan Sumber Daya Alam Indonesia Yang
Berkeadilan, Berkelanjutan, dan Berkearifan Lokal. Visi ini menawarkan masa depan
alternatif: “Berkelanjutan” sebagai alternatif dari jurang ekologis; “berkeadilan” sebagai
alternatif dari jurang sosioekonomi, dan “berkearifan lokal” sebagai alternatif dari jurang
spiritual. Ia mengajak kita menghargai secara berimbang pencapaian umat manusia
bukan saja dari sisi Pertumbuhan Ekonomi, namun juga aspek lain yang menandakan
pembangunan holistik: Kesehatan Ekosistem, Kesejahteraan Manusia, serta Kekayaan
Inspirasional dan Spiritual.
Namun pola yang dihasilkan struktur sistem ditentukan oleh paradigma atau mental
model para pelaku sistemnya. Ketika “alam” dipersepsikan sebagai sumber daya yang
dapat dieksploitasi, dan “sukses” diartikan sebagai kemakmuran finansial semata, maka
pembukaan lahan hutan secara masif demi pertumbuhan ekonomi menjadi sesuatu yang
dapat dibenarkan. Sebaliknya, ketika “alam” dipersepsikan sebagai sumber kehidupan,
dan sukses didefinisikan sebagai hidup berkualitas, maka kita akan berpikir mendalam
sebelum mengorbankan tutupan hutan demi mengembangkan komoditas tertentu.
Karena itu ada beberapa paradigma mendasar yang perlu kita pikirkan kembali untuk
dapat mengarahkan penataan ulang struktur sistem, di antaranya:
Persepsi terhadap kearifan Sebagai aturan yang Sebagai aset dan bagian dari identitas diri individu
lokal mengikat, kuno, kolot, tabu maupun kolektif
Karena itu BEKAL Pemimpin bermaksud untuk membekali para pelaku pengelolaan
sumber daya alam Indonesia dengan kapasitas yang diperlukan untuk meningkatkan
kualitas kesadaran dirinya dan pelaku-pelaku lainnya di dalam sistem terhadap hasil yang
diciptakan bersama. Termasuk di antaranya: (1) kualitas niatan untuk melayani
kepentingan bersama dengan tulus; (2) kualitas kepemimpinan yang mampu
mempertemukan berbagai pelaku di dalam sistem; (3) kualitas hubungan yang autentik
antara pelaku sistem; (4) kualitas kesadaran yang berorientasi bukan hanya pada diri
sendiri (ego-sentris) namun juga berorientasi pada seluruh sistem (ekosistem-sentris);
dan (5) kemampuan memahami kompleksitas di dalam sistem. Dan kami menyadari
bahwa supaya proses transformasi ini bisa terus berlanjut, maka masyarakat lokal
sendirilah yang harus menjadi sumber sekaligus penggerak perubahan menuju masa
depan yang ingin diwujudkan.
CAPAIAN/OUTCOME
Beberapa capaian yang diharapkan dari program BEKAL Pemimpin:
KELUARAN/OUTPUT PROGRAM
Beberapa keluaran yang dihasilkan dari proses pembelajaran BEKAL Pemimpin adalah:
1. Enam puluh pemimpin muda lokal dan nasional di bidang pengelolaan sumber
daya alam Indonesia yang mampu memahami kompleksitas dan menggerakkan
transformasi sosial.
2. Potensi terjalinnya hubungan autentik antara berbagai institusi lintas sektor,
daerah, dan lembaga.
3. Sepuluh purwarupa solusi inovatif pengelolaan sumber daya alam Indonesia yang
menyentuh akar permasalahan secara lebih fundamental.
4. Terciptanya pemahaman holistik dan sistemik mengenai kompleksitas pengelolaan
sumber daya alam Indonesia di antara para peserta.
5. Laporan pelaksanaan program yang dapat menjadi pengetahuan dan referensi bagi
institusi dan lembaga yang diwakili peserta untuk melakukan inovasi di ruang
pengaruhnya.
6. Materi pembelajaran kepemimpinan dan sertifikat.
FINAL WORKSHOP
& KELULUSAN
FOUNDATION JAKARTA
WORKSHOP 4 – 5 Desember 2019
JAKARTA
17 – 21 Juli 2019
Ruang Belajar
Mandiri #5
Ruang Belajar PROTOTYPE
Mandiri #1
CHECKPOINT #2
JAKARTA
5 November 2019
SENSING
WORKSHOP Ruang Belajar
BALI Mandiri #4
13 – 15 Agustus 2019
PROTOTYPE CHECKPOINT #1
JAKARTA
8 Oktober 2019
Ruang Belajar
Mandiri #2 Ruang Belajar
Mandiri #3
DEEP DIVE RETREAT
JOGJA/LOMBOK
9 - 12 September 2019
METODE PEMBELAJARAN
Untuk dapat menyentuh bukan saja kapasitas kognitif-teknis tapi juga kapasitas
emosional dan spiritual peserta, program BEKAL Pemimpin menggunakan beberapa
pendekatan dalam proses pembelajaran, antara lain:
Ruang belajar mandiri #1 Berlatih memahami dan bekerja dengan kompleksitas sistem di konteks
22 Juli – 8 September 2019 pribadi
(1) Mulai membangun kedisiplinan menjalankan latihan-latihan pribadi
untuk meningkatkan kapasitas kepemimpinan;
(2) Mempraktikkan beberapa alat bantu untuk memahami kompleksitas
dan mentransformasikan sistem dalam konteks pribadi masing-masing
peserta.
Ruang belajar mandiri #2 Berlatih memahami dan bekerja dalam kompleksitas sistem di konteks
16 Agustus – 8 September pribadi
2019 (1) Melanjutkan kedisiplinan menjalankan latihan-latihan pribadi untuk
meningkatkan kapasitas kepemimpinan;
(2) Mempraktikkan beberapa alat bantu lainnya untuk memahami lebih
dalam kompleksitas sistem sosial di masing-masing konteks pribadi
peserta.
Deep Dive Retreat Bersama menyelami potensi tertinggi masa depan dan menginisiasi
Workshop perwujudannya
Jogja/Lombok, (1) Menyelami dan merasakan potensi tertinggi pribadi masing-masing
9 – 12 September 2019 dalam mewujudkan pengelolaan sumber daya alam Indonesia yang
lebih baik;
(2) Menginisiasi purwarupa (prototype) untuk menghadirkan potensi
tertingi pengelolaan sumber daya alam Indonesia di masa sekarang;
(3) Membentuk kelompok kolaboratif pengusung purwarupa;
(4) Mengidentifikasi asumsi awal theory of change (model gunung es)
atas kompleksitas yang ada untuk masing-masing inisiatif purwarupa.
Ruang belajar mandiri #4 Menyelami kompleksitas purwarupa bersama para pemangku kepentingan
9 Oktober – 4 November (1) Melanjutkan proses inisiasi bersama para pemangku kepentingan terkait.
2019 (2) Menyelami kompleksitas sistem melalui pengalaman belajar yang dijalani
bersama para pemangku kepentingan terkait;
(3) Bersama pemangku kepentingan terkait, memaknai hasil pembelajaran
untuk mengidentifikasi potensi titik intervensi berdaya ungkit tinggi.
Ruang belajar mandiri #5 Menguji coba intervensi purwarupa bersama pemangku kepentingan
6 November – 3 (1) Bersama pemangku kepentingan terkait, merumuskan bagaimana ide
Desember 2019 intervensi dapat diujicobakan dalam skala kecil yang dapat memberi
umpan balik dengan cepat atas ide yang ada.
(2) Melakukan uji coba ide bersama para pemangku kepentingan terkait
sesuai perumusan yang ada.
Kerangka Teori
BERPIKIR SISTEM (SYSTEMS THINKING)
Systems Thinking adalah kedisiplinan memandang dan memahami dunia bukan saja
dari sudut pandang sempit, sesaat, dan linear, namun dengan holistik,
memperhatikan pola historis, dan mencoba memahami bagaimana keterkaitan dan
interaksi bagian-bagian sistem mempengaruhi perilaku sistem secara keseluruhan.
Disiplin ilmu ini diawali tahun 1956 ketika Profesor Jay Forrester mendirikan
Kelompok Dinamika Sistem (System Dynamics Group) di MIT Sloan School of
Management untuk menyelidiki bagaimana bagian-bagian dari sistem berinteraksi
membentuk jejaring lingkar umpan balik (feedback loop) yang menyebabkan
perilaku sistem semakin tereskalasi atau malah menjadi setimbang.
Penerapan ilmu ini sebagai alat bantu diagnostik dan prediktif telah menghasilkan
beberapa karya yang cukup berpengaruh dalam perjalanan perkembangan manusia.
Misalnya buku The Limits to Growth karya Donella dan Dennis Meadows (1972)15
menggunakan Systems Thinking untuk menunjukkan bahwa pola perkembangan
ekonomi dunia yang terus bertumbuh suatu saat akan menuju kepada kehancuran
bersama akibat keterbatasan daya dukung planet Bumi. Karya lainnya yang cukup
berpengaruh adalah The Fifth Discipline karya Peter M. Senge (1990)16. Buku ini
berhasil mengarusutamakan Systems Thinking dalam narasi manajemen dalam
rangka menciptakan organisasi yang mampu belajar sehingga senantiasa adaptif
terhadap perubahan.
TEORI U (THEORY U)
Penggagas Theory U, Profesor C. Otto Scharmer, juga merupakan seorang jebolan dari
“mazhab” Dinamika Sistem di MIT Sloan School of Management. Berbekal ratusan
wawancara dengan para pemimpin perubahan institusional-sistemik di berbagai belahan
dunia, Prof. Scharmer menemukan bahwa sesungguhnya “hasil yang diciptakan suatu
sistem ditentukan oleh kesadaran orang-orang di dalam sistem itu sendiri.” Artinya,
transformasi mendalam sebuah sistem hanya dapat terjadi ketika pelaku-pelaku di dalam
sistem akhirnya memahami bagaimana sesungguhnya kita menciptakan sendiri realita
yang kita hadapi sekarang, dan berhenti menghakimi dan menyalahkan pihak-pihak lain
atas “kebobrokan” sistem.
Demikian pula, Prof. Scharmer mendapati bahwa “Kesuksesan sebuah intervensi
[sistemik] sangat bergantung pada suasana interior (kebatinan/spiritualitas) sang
pengintervensi.” Dimensi spiritual yang didominasi oleh pola beroperasi yang habitual-
reaktif cenderung hanya mengulangi kembali pola-pola dan dinamika yang sudah ada di
dalam sistem. Oleh karena itu masing-masing dari kita pelaku sistem dituntut untuk
menumbuhkan kapasitas kebatinan yang mampu saling membuka diri terhadap
perspektif dan paradigma lain di dalam sistem. Keterbukaan ini akan memberi ruang bagi
terbentuknya pemahaman bersama, kepedulian, dan kemauan untuk mengubah diri
demi terciptanya masa depan yang diinginkan.
Pemahaman ini melahirkan Theory U sebagai sebuah teknologi sosial berbasis kesadaran
untuk mendorong pembaharuan kemasyarakatan umat manusia secara mendalam
menuju masa depan yang tidak lagi beroperasi secara egosentris, namun ekosistem-
sentris: yaitu kesadaran bahwa keberlangsungan jangka panjang setiap bagian sistem
sesungguhnya bergantung pada kesehatan sistem secara keseluruhan.
Para Penyelenggara
UNITED IN DIVERSITY
United in Diversity (UID/Yayasan Upaya Indonesia Damai, www.unitedindiversity.org)
adalah organisasi nirlaba Indonesia yang didirikan tahun 2003 untuk membangun
kepercayaan dan menginspirasi para pemimpin dari tiga sektor (pemerintah, bisnis, dan
masyarakat sipil). UID bergerak sebagai sebuah wadah pendidikan untuk membangun
kepercayaan dan sebagai katalis kerja sama antara ketiga sektor masyarakat melalui
proses pembelajaran multi-pihak untuk mencapai masa depan yang berkelanjutan.
Selama 15 tahun perjalanannya, UID terus menumbuhkan kapasitas kepemimpinan
dalam berbagai konteks dan profil demografi yang kami percayai akan membantu
mewariskan Indonesia yang lebih baik, melalui beberapa program di antaranya:
• IDEAS (Innovative, Dynamic, Education and Action for Sustainability) Indonesia,
bersama MIT Sloan School of Management dan Presencing Institute. Mempertemukan
para pemimpin tri-sektor untuk mengaplikasikan Teori U menuju pembangunan
perekonomian Indonesia yang bertanggung jawab sosial dan ekologis;
• Co-CLASS (Collaborative Creative Learning & Action for Sustainable Solutions), sebuah
program kepemimpinan yang mengaplikasikan Teori U untuk mempertemukan para
pemimpin multi-pihak seputar isu-isu spesifik yang dihadapi negara Indonesia;
• Peningkatan Kapasitas Pemimpin untuk Mencapai Indonesia 4.0, bertujuan
mempersiapkan pemimpin Indonesia menghadapi era Revolusi Industri 4.0. Bekerja
sama dengan Lembaga Ketahanan Nasional, Kementerian Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi, dan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman;
• Youth Action Forum, sebuah program peningkatan kapasitas pemuda Indonesia usia
16 – 30 tahun untuk mengakselerasi penciptaan aksi kolaboratif menuju Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan.
Misi Packard Foundation difokuskan pada isu-isu yang menjadi kepedulian utama kedua
pendirinya, yaitu:
• Meningkatkan kualitas hidup anak;
• Mendorong dan memungkinkan upaya-upaya kreatif untuk memajukan sains;
• Memajukan kesehatan reproduktif;
• Melindungi dan memulihkan sistem-sistem alami planet Bumi;
• Mendukung dan memperkuat berbagai organisasi nirlaba lokal.
Di Indonesia sendiri Packard Foundation telah berkontribusi selama 12 tahun untuk
memperkuat berbagai inisiatif lokal dan nasional di bidang kelautan dan perikanan
berkelanjutan, agrikultur, konservasi dan mata pencaharian, serta kelapa sawit dan
keberlanjutan ekosistem terestrial Indonesia.
Program BEKAL Pemimpin merupakan terobosan baru dalam struktur strategi Packard
Foundation karena sifat intervensinya yang lintas-bidang dan lintas-sektor untuk
mendukung kapasitas pemimpin lingkungan lokal Indonesia terlepas dari isu tematik
yang dihadapi.
Dr. Ben Chan adalah Senior Faculty di UID dan pengajar materi
Entrepreneurship and Business Creation di Singapore Management
University. Bersama dengan Frans, Dr. Chan merupakan perancang
program IDEAS Indonesia. Dr. Chan juga seorang Executive Director
di Singapore’s Young Enterprise Centre, pusat pemberdayaan
tempat para wirausahawan muda dapat datang untuk mendapatkan
bimbingan, pembelajaran, pelatihan dan konsultasi terkait ide
perubahan dan perusahaan sosial yang mereka bangun.