Anda di halaman 1dari 22

Membangun Indonesia melalui

pengelolaan sumber daya alam


berkeadilan, berkelanjutan, dan
berkearifan lokal

KERANGKA
KONSEP
Tegakan pohon Dipterocarpaceae
merupakan salah satu komponen inti
ekosistem hutan hujan tropis Indonesia.
Foto: Mongabay Indonesia

Latar Belakang
INDONESIA: REALITA KITA SAAT INI
Indonesia saat ini dipandang sebagai salah satu negara yang sedang bertumbuh menjadi
kekuatan ekonomi sangat signifikan. Sebagai negara berpenduduk keempat terbanyak di
dunia yang juga menikmati keberlimpahan sumber daya alam, apapun yang dilakukan
Indonesia berpotensi untuk berkontribusi besar terhadap pencapaian umat manusia
secara global. Lembaga audit PricewaterhouseCoopers memperkirakan Indonesia akan
menjadi perekonomian keempat tebesar di dunia di tahun 2050,1 berbekal pertumbuhan
ekonomi yang stabil di kisaran 5% sejak bangkit dari krisis moneter Asia 1997-1998.
Pertumbuhan ini telah berhasil mendorong Indonesia menjadi golongan negara
berpendapatan menengah dan membawa berbagai kemajuan seperti tingginya tingkat
pengguna Internet dan tumbuh pesatnya sektor perdagangan barang dan jasa berbasis
teknologi (e-commerce).
Namun pertumbuhan ekonomi yang sebagian besar dimotori oleh keberlimpahan
sumber daya alam minyak dan gas bumi, batu bara, serta komoditas agrikultur
(utamanya kelapa sawit, kayu, dan bubur kertas) menjadi berkat sekaligus kutukan
karena selain manfaat ekonomi, ia juga menimbulkan berbagai “jurang” yang
menandakan terputusnya berbagai hubungan manusia:

Kerangka Konsep BEKAL Pemimpin 1


1. Jurang ekologis mencerminkan keterputusan antara manusia dengan alam yang
memberinya hidup. Jurang ini tampak dari tingginya emisi gas rumah kaca,2 laju
deforestasi hutan,3 serta perusakan ekosistem terumbu karang4 dan kawasan
mangrove5 yang mengancam berbagai spesies dan bahkan membahayakan
kelangsungan hidup umat manusia sendiri.6
2. Jurang sosial-ekonomi merupakan cerminan terputusnya hubungan antara manusia
dengan sesamanya. Jurang ini tampak, misalnya, dari miskinnya kaum petani dan
nelayan7 yang padahal sektor industrinya berkontribusi terhadap 12% PDB negara,8
serta kekerasan struktural terhadap masyarakat adat yang kehilangan hak-haknya
akibat akuisisi lahan untuk produksi agrikultur.9
3. Jurang spiritual adalah terputusnya hubungan antara manusia dengan dirinya sendiri
dan nilai-nilai kemanusiaan yang membuatnya manusiawi. Jurang ini tercermin
dalam maraknya praktik korupsi dan kolusi seputar tata kelola sumber daya alam,10
rendahnya kesadaran ataupun kepedulian masyarakat terhadap isu lingkungan dan
sosial yang timbul dari praktik pengelolaan sumber daya alam,11 serta pergeseran
nilai-nilai masyarakat menjadi semakin materialistik-konsumtif dan individualis-
egosentrik seiring dengan “kemajuan” memasuki era modern-industrialis.

Realita kita saat ini: Tiga Jurang Kesenjangan

Manusia =/= Alam Manusia =/= Sesama Manusia =/= diri sendiri

1.7
TRANSFORMASI SOSIAL DI SKALA SISTEM 8 40
Ketiga jurang tersebut jelas menandakan bahwa tanpa ada perubahan drastis, kita
sebagai bangsa Indonesia
Jumlah planet Bumisedang Jumlah
mengarah kepada
orang terkaya kehancuran
di dunia Hitunganbersama.
dalam detikHal ini sudah
mulai disadari
yangoleh berbagai
dibutuhkan untuk pihak yang terlibat dalam
yang kekayaannya setara sistemsampaipengelolaan sumber daya
seseorang di dunia
menopang gaya hidup dengan separuh penduduk mengakhiri nyawanya
alam Indonesia dan dunia—bukan
kolektif umat manusia saja aktivis lingkungan
dunia terbawah (3.5 miliar jiwa) dan sosial, namun juga
sendiri (800,000 kematian
pemerintah12 dan bahkan pelaku-pelaku industri sendiri.13 Namun karena kompleksnya
per tahun)
isu yang dihadapi, jalan menuju pengelolaan alam yang berkeadilan dan berkelanjutan
tidak mudah dan memerlukan transformasi mendalam di seluruh bagian sistem.
Tuntutan ini jauh melebihi kemampuan dan otoritas satu institusi ataupun satu sektor
mana pun untuk menggerakkannya.14
Oleh karena itu, bekerja sendiri sambil saling menuding dan menyalahkan pihak-pihak
lain bukan lagi solusi yang cukup untuk menciptakan hasil nyata. Sebaliknya, kegentingan
situasi saat ini menuntut kita untuk mampu bergotong royong dengan semua pelaku
dalam sistem, bahkan dengan pihak-pihak yang selama ini dianggap sebagai sumber
permasalahan. Dan terlebih lagi, meminjam kata-kata yang konon diucapkan oleh Albert
Einstein, “Kita tidak dapat memecahkan masalah menggunakan cara pikir yang sama
yang menyebabkan masalah tersebut terjadi.” Artinya untuk dapat mencapai keadilan
dan keberlanjutan yang hakiki, kita dituntut untuk mempertanyakan kembali paradigma
kita sebagai umat manusia: cara pikir, cara pandang, cara bertindak, dan tolok ukur yang
kita gunakan selama ini yang tanpa disadari telah menciptakan realita yang ada.

Kerangka Konsep BEKAL Pemimpin 2


PERSPEKTIF SISTEM: MODEL GUNUNG ES
Salah satu cara memahami kompleksitas sistem yang dihasilkan peradaban manusia
adalah dengan menggunakan kerangka kerja gunung es untuk memetakan situasi yang
ada. Puncak gunung es yang tampak di atas permukaan air (yaitu permasalahan yang kita
rasakan) sebetulnya hanya satu bagian kecil; sebuah keniscayaan dari apa yang ada di
bawah permukaan air. Sejauh mana kemampuan kita untuk melihat di bawah permukaan
air akan menentukan pilihan respon yang dapat kita ambil.

Ketika kita hanya melihat puncak gunung es, maka pilihan respon kita terbatas pada
membiarkan, melawan dengan konfrontasi langsung, atau pergi meninggalkan
permasalahan. Bila kita terus menilik di bawah permukaan air, maka kita akan
menemukan bahwa masalah yang ada saat ini sebetulnya memiliki pola-pola atau tren
tertentu, yang hanya akan tampak bila kita menarik mundur atau memperluas perspektif
kita. Menyadari pola-pola dan tren ini memungkinkan kita untuk merespon dengan cara
mengantisipasi atau beradaptasi terhadap situasi yang ada.

Namun hanya beradaptasi atau mengantisipasi sesungguhnya belum mengubah


penyebab timbulnya pola dan tren tersebut. Untuk itu kita perlu melihat lebih dalam lagi
di bawah permukaan air, untuk menemukan hal-hal yang bersifat mengakar, struktural
dan sistemik. Kesadaran akan hal-hal struktural ini memungkinkan kita untuk menata
ulang bagaimana bagian-bagian sistem saling terhubung, sehingga akhirnya dapat
menghasilkan pola-pola dan hasil yang berbeda pula.

Kerangka Konsep BEKAL Pemimpin 3


Lalu apa yang menghasilkan atau mempengaruhi struktur sistem? Mungkin lebih
tepatnya, siapa. Sistem sosial-budaya-politik-perekonomian kita adalah hasil buatan
manusia, dibangun berdasarkan paradigma, cara pikir, cara bertindak, dan tolok ukur
tertentu, dan diwariskan turun-temurun melalui tata nilai sosial dan sistem pendidikan
kita. Karena itu untuk dapat mentransformasikan sistem, semua bagian dari sistem perlu
merenungkan kembali paradigma dan cara pikir yang ada, supaya struktur yang ditata
ulang tidak mengulangi kembali pola-pola yang tidak diinginkan.

Memahami betapa kompleksnya isu pengelolaan sumber daya alam di Indonesia,


United in Diversity bersama dengan The David dan Lucile Packard Foundation
menyadari bahwa intervensi yang diusung tidak bisa sekedar merespon atau
beradaptasi terhadap permasalahan yang ada. Mengubah trajektori Indonesia
menuju pengelolaan alam yang lebih baik memerlukan intervensi di skala yang lebih
fundamental, yaitu menata ulang struktur sistem menggunakan paradigma-
paradigma yang berbeda pula. Karena itulah program BEKAL Pemimpin terlahir.

“Mengubah trajektori Indonesia menuju


pengelolaan alam yang lebih baik
memerlukan intervensi di skala yang lebih
fundamental, yaitu menata ulang struktur
sistem menggunakan paradigma-
paradigma yang berbeda pula.”
Kerangka Konsep BEKAL Pemimpin 4
Selama berabad-abad, nelayan di Indonesia
bagian timur menangkap ikan dengan
praktik “huhate” atau pole and line fishing
yang diajarkan secara turun temurun.
Foto: IG+Twitter @bakpaumono

BEKAL Pemimpin
KOMPLEKSITAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA
ALAM INDONESIA
“BEKAL” di dalam nama BEKAL Pemimpin merupakan singkatan dari Bersama Kelola Alam
Adil Lestari. Kerangka pikir awal yang mendasari intervensi program tertuang dalam
model gunung es berikut. Model ini tentunya bukan penggambaran yang 100% tepat
dan komprehensif atas realita kita, namun diharap cukup dapat mengekplisitkan
pemikiran yang ada supaya dapat dicermati, diselami, dan dievolusikan bersama seiring
dengan perjalanan implementasi program.
Puncak gunung es yang tampak di atas permukaan air adalah realita yang ingin kita
hadirkan melalui program ini, yaitu Pengelolaan Sumber Daya Alam Indonesia Yang
Berkeadilan, Berkelanjutan, dan Berkearifan Lokal. Visi ini menawarkan masa depan
alternatif: “Berkelanjutan” sebagai alternatif dari jurang ekologis; “berkeadilan” sebagai
alternatif dari jurang sosioekonomi, dan “berkearifan lokal” sebagai alternatif dari jurang
spiritual. Ia mengajak kita menghargai secara berimbang pencapaian umat manusia
bukan saja dari sisi Pertumbuhan Ekonomi, namun juga aspek lain yang menandakan
pembangunan holistik: Kesehatan Ekosistem, Kesejahteraan Manusia, serta Kekayaan
Inspirasional dan Spiritual.

Kerangka Konsep BEKAL Pemimpin 5


Indikator yang dapat menandakan apakah kita sedang mengarah ke masa depan ini
dapat dilihat dari pola perilaku berbagai variabel spesifik, misalnya bertambahnya stok
ikan di laut, penyehatan ekosistem, peningkatan tutupan hutan, meningkatnya
kebahagiaan manusia, peningkatan pendapatan masyarakat, dan sebagainya.

Perilaku variabel-variabel sendiri dipengaruhi oleh bagaimana bagian-bagian dari sistem


saling terhubung dan berinteraksi. Misalnya, pertumbuhan ekonomi akan dipengaruhi
antara lain oleh akses pemodalan, akses pasar, rantai nilai, dan jenis komoditas yang
diproduksi. Demikian pula, integritas dalam masyarakat dipengaruhi oleh pola
pengasuhan, pendidikan karakter, dan tata nilai.

Namun pola yang dihasilkan struktur sistem ditentukan oleh paradigma atau mental
model para pelaku sistemnya. Ketika “alam” dipersepsikan sebagai sumber daya yang
dapat dieksploitasi, dan “sukses” diartikan sebagai kemakmuran finansial semata, maka
pembukaan lahan hutan secara masif demi pertumbuhan ekonomi menjadi sesuatu yang
dapat dibenarkan. Sebaliknya, ketika “alam” dipersepsikan sebagai sumber kehidupan,
dan sukses didefinisikan sebagai hidup berkualitas, maka kita akan berpikir mendalam
sebelum mengorbankan tutupan hutan demi mengembangkan komoditas tertentu.
Karena itu ada beberapa paradigma mendasar yang perlu kita pikirkan kembali untuk
dapat mengarahkan penataan ulang struktur sistem, di antaranya:

Kerangka Konsep BEKAL Pemimpin 6


Mental model/paradigma Realita saat ini Yang perlu ditumbuhkan

Sebagai sumber daya untuk


Persepsi terhadap alam Sebagai sumber hidup dan penghidupan
dieksploitasi

Menuju masyarakat Ditentukan oleh masyarakat berdasarkan potensi


Orientasi pembangunan
modern-industrialis dan tata nilai setempat dan aspirasi bersama

Kemakmuran Kualitas hidup yang holistik (harmoni dengan


Cara mendefinisikan sukses
finansial/material alam, sesama, diri sendiri)

Persepsi terhadap kearifan Sebagai aturan yang Sebagai aset dan bagian dari identitas diri individu
lokal mengikat, kuno, kolot, tabu maupun kolektif

TRANSFORMASI SISTEM SOSIAL BERAWAL DARI


TRANSFORMASI DIRI
Ketidakmampuan kita untuk bertransformasi seringkali berakar dari ketidakmampuan
melihat di bawah permukaan air hingga ke dasar gunung es. Dengan kata lain,
ketidakmampuan untuk menghubungkan hasil yang tampak di permukaan dengan cara-
cara kita mempersepsikan dan memahami dunia di sekeliling kita. Observasi inilah yang
mendasari pemikiran Profesor C. Otto Scharmer dari MIT Sloan School of Management
ketika beliau menuliskan bahwa “Kualitas hasil yang diciptakan sebuah sistem sosial
ditentukan oleh kualitas kesadaran yang mendasari tindakan para pelaku di dalam
sistem tersebut.” Observasi ini juga yang mendasari teknologi sosial yang beliau hasilkan
dalam karyanya “Theory U”: Kita memerlukan kerangka kerja dan metodologi tertentu
yang dapat membantu sebuah sistem untuk merasakan dan menyadari dirinya sendiri.

Karena itu BEKAL Pemimpin bermaksud untuk membekali para pelaku pengelolaan
sumber daya alam Indonesia dengan kapasitas yang diperlukan untuk meningkatkan
kualitas kesadaran dirinya dan pelaku-pelaku lainnya di dalam sistem terhadap hasil yang
diciptakan bersama. Termasuk di antaranya: (1) kualitas niatan untuk melayani
kepentingan bersama dengan tulus; (2) kualitas kepemimpinan yang mampu
mempertemukan berbagai pelaku di dalam sistem; (3) kualitas hubungan yang autentik
antara pelaku sistem; (4) kualitas kesadaran yang berorientasi bukan hanya pada diri
sendiri (ego-sentris) namun juga berorientasi pada seluruh sistem (ekosistem-sentris);
dan (5) kemampuan memahami kompleksitas di dalam sistem. Dan kami menyadari
bahwa supaya proses transformasi ini bisa terus berlanjut, maka masyarakat lokal
sendirilah yang harus menjadi sumber sekaligus penggerak perubahan menuju masa
depan yang ingin diwujudkan.

“Kualitas hasil yang diciptakan sebuah


sistem sosial ditentukan oleh kualitas
kesadaran yang mendasari tindakan para
pelaku di dalam sistem tersebut.”
— C. Otto Scharmer

Kerangka Konsep BEKAL Pemimpin 7


MISI PROGRAM
Perjalanan membangunkan dan menumbuhkan kapasitas kepemimpinan menuju
transformasi sosial memerlukan lebih dari sekedar serangkaian pelatihan. Karena itu
BEKAL Pemimpin mengemban sebagai misinya dua fungsi inti:

1. Menumbuhkan dan mendukung generasi baru pengelola sumber daya alam di


semua sektor masyarakat melalui penguatan kapasitas kepemimpinan lokal
dan nasional.
BEKAL Pemimpin akan secara kontinu mempertemukan berbagai pemangku
kepentingan di seluruh Indonesia baik lokal maupun nasional yang hidupnya dan
bidang kerjanya memiliki dampak dan pengaruh yang cukup berarti terhadap cara-
cara kita mengelola sumber daya alam Indonesia. BEKAL Pemimpin berkomitmen
menumbuhkan kapasitas kepemimpinan mereka untuk dapat melakukan
transformasi sosial menuju visi yang dicita-citakan.
Selain itu, BEKAL Pemimpin juga akan menumbuhkan ekosistem pendukung yang
akan terus membantu pertumbuhan para alumninya dengan memberi akses
terhadap para ahli dan pembuat kebijakan, pembinaan kompetensi teknis, akses
pemodalan, mentoring, maupun aktivasi jejaring alumni untuk memungkinkan
terjadinya pembelajaran antarsesama alumni (peer learning).

2. Mengakselerasi penciptaan kebijakan dan inovasi model-model pengelolaan


alam yang berkeadilan, berkelanjutan, dan berkearifan lokal yang digerakkan
oleh alumni bersama dengan para pemangku kepentingan terkait.
Menyadari bahwa skala dan kompleksitas isu yang kita hadapi sangat rumit dan
besar, dukungan yang diberikan BEKAL Pemimpin tidak berhenti di saat kelulusan.
BEKAL Pemimpin akan memberi kesempatan inkubasi beberapa inisiatif intervensi
yang dihasilkan para alumninya bersama dengan para pemangku kepentingan
terkait, sehingga dapat menjaga momentum dan kontinuitas proses transformasi
yang digulirkan.

CAPAIAN/OUTCOME
Beberapa capaian yang diharapkan dari program BEKAL Pemimpin:

Tumbuhnya jejaring Pertumbuhan kapasitas Munculnya berbagai


pemimpin lokal dan kepemimpinan serta inovasi sistemik
nasional di bidang pergeseran mental model pengelolaan sumber
pengelolaan sumber daya dan paradigma peserta daya alam Indonesia
alam untuk saling yang kemudian meriak ke yang berorientasi
mendukung, belajar, dan ranah keluarga, organisasi, pada keadilan,
berkolaborasi, hingga dan masyarakat tentang keberlanjutan, dan
mencapai massa kritis untuk pengelolaan sumber daya kearifan lokal.
melakukan transformasi alam berkeadilan,
sistemik pengelolaan sumber berkelanjutan, dan
daya alam Indonesia. berkearifan lokal.

Kerangka Konsep BEKAL Pemimpin 8


Wajah ceria anak-anak dusun
nelayan di kampung Barangkalang,
Kabupaten Kepulauan Sangihe.
Foto: Shobi Lawalata

KELUARAN/OUTPUT PROGRAM
Beberapa keluaran yang dihasilkan dari proses pembelajaran BEKAL Pemimpin adalah:
1. Enam puluh pemimpin muda lokal dan nasional di bidang pengelolaan sumber
daya alam Indonesia yang mampu memahami kompleksitas dan menggerakkan
transformasi sosial.
2. Potensi terjalinnya hubungan autentik antara berbagai institusi lintas sektor,
daerah, dan lembaga.
3. Sepuluh purwarupa solusi inovatif pengelolaan sumber daya alam Indonesia yang
menyentuh akar permasalahan secara lebih fundamental.
4. Terciptanya pemahaman holistik dan sistemik mengenai kompleksitas pengelolaan
sumber daya alam Indonesia di antara para peserta.
5. Laporan pelaksanaan program yang dapat menjadi pengetahuan dan referensi bagi
institusi dan lembaga yang diwakili peserta untuk melakukan inovasi di ruang
pengaruhnya.
6. Materi pembelajaran kepemimpinan dan sertifikat.

BIDANG ISU YANG DIANGGAP STRATEGIS


BEKAL Pemimpin berfokus pada praktik pengelolaan sumber daya alam yang berperan
sangat penting dalam menentukan kualitas lingkungan hidup Indonesia, antara lain:

Akuakultur, Pemanfaatan Agrikultur Intervensi Lintas- Isu-isu lain


Perikanan & Lahan Produksi komoditas Bidang yang
Kelautan Perhutanan, berkelanjutan, Mis. advokasi berdampak
Manajemen lahan gambut, model-model kebijakan, terhadap
perikanan, komoditas sawit penghidupan pendampingan pengelolaan
perlindungan dan kertas, hak- alternatif, inovasi masyarakat, sumberdaya
ekosistem hak masyarakat model agro- pemanfaatan alam
kelautan, lokal dan industri, teknologi untuk berkeadilan dan
kesejahteraan masyarakat adat, agroforestry, pengelolaan sumber berkelanjutan.
masyarakat dsb. agroekologi, dsb. daya alam, dsb.
pesisir, dsb.

Kerangka Konsep BEKAL Pemimpin 9


PROFIL PEMIMPIN YANG DITUJU
Walaupun BEKAL Pemimpin memvisikan praktik pengelolaan sumber daya alam yang
berorientasi lokal, namun keterlibatan pemangku kepentingan non-lokal seperti
kementerian terkait, NGO/LSM internasional, perusahaan multinasional, perusahaan
rintisan teknologi yang relevan, dsb. sangat mempengaruhi perilaku sistem secara
keseluruhan. Lebih jauh, BEKAL Pemimpin memfokuskan diri pada pemimpin muda yang
memiliki trajektori yang cukup panjang dalam pertumbuhan kepemimpinannya, serta
dipadu dengan optimisme, idealisme, dan daya juang yang tinggi.

Karena itu profil pemimpin yang dituju adalah sbb:


• Berusia 25-40 tahun, atau memiliki 5-10 tahun pengalaman kepemimpinan dan
organisasi.
• Bekerja di bidang isu yang berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya alam,
• Mewakili berbagai sektor masyarakat, baik pemerintahan pusat, propinsi, maupun
kabupaten; pelaku bisnis lokal, nasional, maupun multinasional; NGO/LSM lokal
maupun internasional; wirausaha sosial (social enterprise); akademisi; dan media.
• Memiliki pengalaman bergelut dengan isu kompleks yang melibatkan berbagai
pemangku kepentingan dalam konteks pengelolaan sumber daya alam.
• Memiliki visi yang jernih terkait pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan dan
berkeadilan bagi Indonesia serta kesadaran akan potensi kontribusinya terhadap visi
tersebut baik secara pribadi maupun profesional/institusional.
• Diperkirakan akan bertumbuh pesat dalam hal pengaruh kepemimpinannya dalam 5-
10 tahun mendatang.

KAPASITAS DASAR YANG INGIN DITUMBUHKAN


Kapasitas mendasar yang perlu diperkuat untuk meningkatkan kemampuan memimpin
sistem antara lain termasuk:
1. Listening: Mendengar dan menyimak secara mendalam;
2. Awareness: Memperluas cakrawala kesadaran dari egosentris (hanya sadar diri
sendiri) menjadi ecosystem-sentris (menyadari seluruh bagian sistem);
3. Mindfulness: Memfokuskan atensi pada saat sekarang tanpa menghakimi, terutama
memperhatikan dan menyadari cara-cara diri beroperasi dan merespon berbagai
situasi yang dihadapi;
4. Intention & purpose: Memperluas batasan niatan dan tujuan hidup untuk melayani
sesuatu yang jauh lebih besar daripada diri dan golongan sendiri;
5. Curiosity & open mind: Kemauan mencari tahu lebih dalam dan membuka diri untuk
menerima berbagai pandangan yang tidak sesuai dengan apa yang sebelumnya kita
ketahui dan pahami;
6. Compassion & open heart: Kemauan membuka hati untuk berempati dan menerima
kelemahan dan kekurangan pihak lain maupun diri sendiri dengan penuh kasih dan
welas asih;
7. Courage & open will: Keberanian membuka diri serta ketulusan niatan untuk
melepaskan ego agar dapat menyambut masa depan bersama yang ingin
diwujudkan.

Kerangka Konsep BEKAL Pemimpin 10


Kesederhanaan cara hidup masyarakat desa adat
Kasepuhan Ciptagelar di lereng Gunung Halimun, Jawa
Barat. Mereka hidup menyatu dengan alam, dan hal-
hal yang menyangkut kepentingan bersama seperti
pemeliharaan jalan dikerjakan secara komunal.
Foto: Shobi Lawalata

KOMPETENSI KEPEMIMPINAN SISTEM


Ketika kapasitas-kapasitas di atas terbangun dengan baik, ia akan menjadi fondasi kokoh
untuk pembentukan beberapa kompetensi yang diperlukan seorang pemimpin untuk
menggerakkan perubahan di skala sistem masyarakat, termasuk:

1. Sharing vision: Kemampuan mengartikulasikan dengan jernih niatan dan cita-cita


besar kepada pemangku kepentingan lainnya agar dapat mempersatukan bagian-
bagian dari sistem secara inklusif menuju masa depan bersama.
2. Container work: Kemampuan menciptakan dan memelihara wadah yang dapat
mempertemukan dan mempersatukan bagian-bagian dari sistem, dengan segala
kepentingan, rasa takut, kekuatiran, dan aspirasi yang berbeda-beda atau bahkan
saling bertentangan.
3. Holding space: Kemampuan dan stamina untuk menempatkan atensi terhadap
keseluruhan proses yang sedang dijalankan bersama; ketekunan untuk senantiasa
menempatkan apa yang terjadi sekarang ke dalam konteks cita-cita besar yang ingin
dicapai; memberi perhatian terhadap detil terkecil nan samar hingga gambaran
besar/makro; mampu memberi dukungan/dorongan yang tepat untuk membantu
sistem berproses.
4. Presencing: Kemampuan memilah hal-hal yang esensial untuk dipertahankan dari
hal-hal yang dapat/perlu ditinggalkan ketika melangkah menuju masa depan yang
ingin diwujudkan, dipandu oleh aspirasi terdalam dan/atau cita-cita tertinggi diri dan
sistem.
5. Action research & prototyping: Kemampuan mengeksplorasi masa depan yang
diimpikan dengan cara menghadirkannya dalam sebuah “laboratorium aksi” di masa
sekarang, sehingga memberi umpan-balik yang bermakna untuk mengevolusikannya.
6. Understanding complexities: Kepiawaian memetakan berbagai insights mengenai
kompleksitas di atas kerangka pemikiran yang dapat membantu menciptakan
pemahaman bersama, dan disertai dengan pemahaman atas teknologi sosial yang
diperlukan untuk memandu proses transformasi yang dijalankan bersama.

Kerangka Konsep BEKAL Pemimpin 11


DESAIN PROGRAM
Program BEKAL Pemimpin berdurasi 5 bulan dan terbagi menjadi enam pertemuan tatap
muka (total 15 hari pembelajaran). Di antara pertemuan tatap muka, peserta diarahkan
untuk melakukan pembelajaran mandiri di konteks pribadi maupun institusional masing-
masing. Program ini juga memberi kesempatan bagi peserta untuk menyelami
laboratorium kolaborasi lintas sektor bersama peserta lain untuk mengatasi tantangan
riil pengelolaan sumber daya alam bersama para pemangku kepentingan terkait.

FINAL WORKSHOP
& KELULUSAN
FOUNDATION JAKARTA
WORKSHOP 4 – 5 Desember 2019
JAKARTA
17 – 21 Juli 2019
Ruang Belajar
Mandiri #5
Ruang Belajar PROTOTYPE
Mandiri #1
CHECKPOINT #2
JAKARTA
5 November 2019
SENSING
WORKSHOP Ruang Belajar
BALI Mandiri #4
13 – 15 Agustus 2019
PROTOTYPE CHECKPOINT #1
JAKARTA
8 Oktober 2019
Ruang Belajar
Mandiri #2 Ruang Belajar
Mandiri #3
DEEP DIVE RETREAT
JOGJA/LOMBOK
9 - 12 September 2019

METODE PEMBELAJARAN
Untuk dapat menyentuh bukan saja kapasitas kognitif-teknis tapi juga kapasitas
emosional dan spiritual peserta, program BEKAL Pemimpin menggunakan beberapa
pendekatan dalam proses pembelajaran, antara lain:

Kerangka Konsep BEKAL Pemimpin 12


TUJUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN
Keseluruhan proses pembelajaran terangkum dalam tabel di bawah, beserta tujuan dari
masing-masing sesi/proses.

AKTIVITAS PEMBELAJARAN TUJUAN


Foundation Workshop Bersama menginisiasi perjalanan pembelajaran
Jakarta, 17-21 Juli 2019 (1) Menciptakan wadah pembelajaran yang aman supaya setiap peserta
Pertemuan tatap muka dapat menghadirkan dirinya dengan autentik;
(2) Mempertemukan keberagaman niatan para peserta dan menemukan
aspirasi bersama yang didasari pemahaman atas kompleksitas
pengelolaan sumber daya alam Indonesia;
(3) Mengenal dan mencobakan kerangka dasar metodologi Theory U dan
Berpikir Sistem;
(4) Mengenal dan mencoba beberapa alat bantu dan praktik-praktik yang
mendasari pengembangan kapasitas kepemimpinan.

Ruang belajar mandiri #1 Berlatih memahami dan bekerja dengan kompleksitas sistem di konteks
22 Juli – 8 September 2019 pribadi
(1) Mulai membangun kedisiplinan menjalankan latihan-latihan pribadi
untuk meningkatkan kapasitas kepemimpinan;
(2) Mempraktikkan beberapa alat bantu untuk memahami kompleksitas
dan mentransformasikan sistem dalam konteks pribadi masing-masing
peserta.

Sensing Workshop Bersama mengindera kompleksitas sistem kemasyarakatan


Bali, 13 – 15 Agustus 2019 (1) Memperdalam kapasitas mengobservasi dan memahami apa yang
Pertemuan tatap muka tidak langsung tampak mata dari sebuah sistem kemasyarakatan
(perspektif model gunung es);
(2) Mengenal beberapa inisiatif pengelolaan sumber daya alam Indonesia
yang lebih berkeadilan dan berkelanjutan;
(3) Mengenal dan mencoba alat bantu dan praktik-praktik untuk
mengakses kecerdasan emosional-spiritual dan kecerdasan pikiran-
raga untuk mendapatkan pemahaman mendalam tentang
kompleksitas sistem kemasyarakatan.

Ruang belajar mandiri #2 Berlatih memahami dan bekerja dalam kompleksitas sistem di konteks
16 Agustus – 8 September pribadi
2019 (1) Melanjutkan kedisiplinan menjalankan latihan-latihan pribadi untuk
meningkatkan kapasitas kepemimpinan;
(2) Mempraktikkan beberapa alat bantu lainnya untuk memahami lebih
dalam kompleksitas sistem sosial di masing-masing konteks pribadi
peserta.

Deep Dive Retreat Bersama menyelami potensi tertinggi masa depan dan menginisiasi
Workshop perwujudannya
Jogja/Lombok, (1) Menyelami dan merasakan potensi tertinggi pribadi masing-masing
9 – 12 September 2019 dalam mewujudkan pengelolaan sumber daya alam Indonesia yang
lebih baik;
(2) Menginisiasi purwarupa (prototype) untuk menghadirkan potensi
tertingi pengelolaan sumber daya alam Indonesia di masa sekarang;
(3) Membentuk kelompok kolaboratif pengusung purwarupa;
(4) Mengidentifikasi asumsi awal theory of change (model gunung es)
atas kompleksitas yang ada untuk masing-masing inisiatif purwarupa.

Kerangka Konsep BEKAL Pemimpin 13


Ruang belajar mandiri #3 Menginisiasi ide purwarupa bersama para pemangku kepentingan terkait
13 September – 7 Oktober (1) Menguji asumsi model gunung es melalui percakapan autentik dengan
2019 berbagai pelaku dalam sistem menggunakan alat-alat bantu yang sudah
diperkenalkan;
(2) Membentuk tim inti bersama pemangku kepentingan yang memiliki
aspirasi dan kepedulian yang sama;
(3) Bersama pemangku kepentingan terkait, mempertajam dan
mengevolusikan theory of change yang ada.

Prototype Checkpoint #1 Memahami lebih dalam kompleksitas inisiatif purwarupa, #1


Jakarta, 8 Oktober 2019 (1) Mengidentifikasi paradigma dan arkatipe (pola-pola interaksi dan
keterhubungan) yang tampak sedang terjadi dalam sistem;
(2) Menemukan akar permasalahan dari isu yang sedang diintervensi, serta
memetakan solusi yang lebih fundamental untuk menghadapinya;
(3) Mengidentifikasi titik-titik berdaya ungkit tinggi yang berpotensi dijadikan
intervensi atas situasi yang ada.

Ruang belajar mandiri #4 Menyelami kompleksitas purwarupa bersama para pemangku kepentingan
9 Oktober – 4 November (1) Melanjutkan proses inisiasi bersama para pemangku kepentingan terkait.
2019 (2) Menyelami kompleksitas sistem melalui pengalaman belajar yang dijalani
bersama para pemangku kepentingan terkait;
(3) Bersama pemangku kepentingan terkait, memaknai hasil pembelajaran
untuk mengidentifikasi potensi titik intervensi berdaya ungkit tinggi.

Prototype Checkpoint #2 Memahami lebih dalam kompleksitas inisiatif purwarupa, #2


Jakarta, 5 November 2019 (1) Saling belajar dari pengalaman kelompok purwarupa lainnya;
(2) Meningkatkan kesadaran atas batasan-batasan yang ada di dalam sistem
dan cara-cara menghadapinya.

Ruang belajar mandiri #5 Menguji coba intervensi purwarupa bersama pemangku kepentingan
6 November – 3 (1) Bersama pemangku kepentingan terkait, merumuskan bagaimana ide
Desember 2019 intervensi dapat diujicobakan dalam skala kecil yang dapat memberi
umpan balik dengan cepat atas ide yang ada.
(2) Melakukan uji coba ide bersama para pemangku kepentingan terkait
sesuai perumusan yang ada.

Final Workshop & Menutup perjalanan pembelajaran


Kelulusan (1) Merefleksikan kembali keseluruhan perjalanan pembelajaran yang telah
Jakarta, 4 – 5 Desember ditempuh dalam program BEKAL Pemimpin;
2019 (2) Mempersiapkan materi purwarupa yang akan diceritakan di upacara
kelulusan.
Menghubungkan inovasi skala kecil (inisiatif purwarupa) dengan sistem skala
makro
(1) Memberi ruang bagi model-model yang ditumbuhkan melalui berbagai
purwarupa yang dihasilkan untuk dikenal lebih luas, terutama oleh jajaran
pembuat keputusan dan kebijakan dengan ruang pengaruh lebih luas;
(2) Merayakan kelulusan angkatan pertama BEKAL Pemimpin.

Kerangka Konsep BEKAL Pemimpin 14


Peserta program UID menyimak kegelisahan pemuka
desa adat Tenganan, Kab. Karangasem, Bali, dikelilingi
lahan persawahan masyarakat. UID meyakini
kompleksitas sistem hanya dapat dipahami dengan cara
merasakan dan menyelaminya secara langsung.
Foto: Cokorda Istri Dewi

Kerangka Teori
BERPIKIR SISTEM (SYSTEMS THINKING)
Systems Thinking adalah kedisiplinan memandang dan memahami dunia bukan saja
dari sudut pandang sempit, sesaat, dan linear, namun dengan holistik,
memperhatikan pola historis, dan mencoba memahami bagaimana keterkaitan dan
interaksi bagian-bagian sistem mempengaruhi perilaku sistem secara keseluruhan.
Disiplin ilmu ini diawali tahun 1956 ketika Profesor Jay Forrester mendirikan
Kelompok Dinamika Sistem (System Dynamics Group) di MIT Sloan School of
Management untuk menyelidiki bagaimana bagian-bagian dari sistem berinteraksi
membentuk jejaring lingkar umpan balik (feedback loop) yang menyebabkan
perilaku sistem semakin tereskalasi atau malah menjadi setimbang.
Penerapan ilmu ini sebagai alat bantu diagnostik dan prediktif telah menghasilkan
beberapa karya yang cukup berpengaruh dalam perjalanan perkembangan manusia.
Misalnya buku The Limits to Growth karya Donella dan Dennis Meadows (1972)15
menggunakan Systems Thinking untuk menunjukkan bahwa pola perkembangan
ekonomi dunia yang terus bertumbuh suatu saat akan menuju kepada kehancuran
bersama akibat keterbatasan daya dukung planet Bumi. Karya lainnya yang cukup
berpengaruh adalah The Fifth Discipline karya Peter M. Senge (1990)16. Buku ini
berhasil mengarusutamakan Systems Thinking dalam narasi manajemen dalam
rangka menciptakan organisasi yang mampu belajar sehingga senantiasa adaptif
terhadap perubahan.

Kerangka Konsep BEKAL Pemimpin 15


BEKAL Pemimpin menggunakan pendekatan sistem untuk membantu para
pesertanya memahami bagaimana bagian-bagian dan pelaku-pelaku pengelolaan
sumber daya alam Indonesia saling berinteraksi hingga menciptakan realita yang
ada saat ini. Dengan demikian diharapkan akan terbentuk pemahaman kolektif yang
holistik sebagai basis inovasi yang lebih fundamental dan inklusif dalam
mentransformasikan pengelolaan sumber daya alam.

TEORI U (THEORY U)
Penggagas Theory U, Profesor C. Otto Scharmer, juga merupakan seorang jebolan dari
“mazhab” Dinamika Sistem di MIT Sloan School of Management. Berbekal ratusan
wawancara dengan para pemimpin perubahan institusional-sistemik di berbagai belahan
dunia, Prof. Scharmer menemukan bahwa sesungguhnya “hasil yang diciptakan suatu
sistem ditentukan oleh kesadaran orang-orang di dalam sistem itu sendiri.” Artinya,
transformasi mendalam sebuah sistem hanya dapat terjadi ketika pelaku-pelaku di dalam
sistem akhirnya memahami bagaimana sesungguhnya kita menciptakan sendiri realita
yang kita hadapi sekarang, dan berhenti menghakimi dan menyalahkan pihak-pihak lain
atas “kebobrokan” sistem.
Demikian pula, Prof. Scharmer mendapati bahwa “Kesuksesan sebuah intervensi
[sistemik] sangat bergantung pada suasana interior (kebatinan/spiritualitas) sang
pengintervensi.” Dimensi spiritual yang didominasi oleh pola beroperasi yang habitual-
reaktif cenderung hanya mengulangi kembali pola-pola dan dinamika yang sudah ada di
dalam sistem. Oleh karena itu masing-masing dari kita pelaku sistem dituntut untuk
menumbuhkan kapasitas kebatinan yang mampu saling membuka diri terhadap
perspektif dan paradigma lain di dalam sistem. Keterbukaan ini akan memberi ruang bagi
terbentuknya pemahaman bersama, kepedulian, dan kemauan untuk mengubah diri
demi terciptanya masa depan yang diinginkan.

Pemahaman ini melahirkan Theory U sebagai sebuah teknologi sosial berbasis kesadaran
untuk mendorong pembaharuan kemasyarakatan umat manusia secara mendalam
menuju masa depan yang tidak lagi beroperasi secara egosentris, namun ekosistem-
sentris: yaitu kesadaran bahwa keberlangsungan jangka panjang setiap bagian sistem
sesungguhnya bergantung pada kesehatan sistem secara keseluruhan.

BEKAL Pemimpin memadukan pendekatan Theory U dan Systems Thinking sebagai


kerangka utama yang memandu proses intervensi perubahan sistemik dalam pola-pola
pengelolaan sumber daya alam Indonesia, menggabungkan pengembangan diri sang
pemimpinan dengan pemahaman akan kompleksitas.

Kerangka Konsep BEKAL Pemimpin 16


Suasana UID Learning Hub di Jakarta dipenuhi
warna-warni yang merayakan keberagaman dan
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Foto: Shobi Lawalata

Para Penyelenggara
UNITED IN DIVERSITY
United in Diversity (UID/Yayasan Upaya Indonesia Damai, www.unitedindiversity.org)
adalah organisasi nirlaba Indonesia yang didirikan tahun 2003 untuk membangun
kepercayaan dan menginspirasi para pemimpin dari tiga sektor (pemerintah, bisnis, dan
masyarakat sipil). UID bergerak sebagai sebuah wadah pendidikan untuk membangun
kepercayaan dan sebagai katalis kerja sama antara ketiga sektor masyarakat melalui
proses pembelajaran multi-pihak untuk mencapai masa depan yang berkelanjutan.
Selama 15 tahun perjalanannya, UID terus menumbuhkan kapasitas kepemimpinan
dalam berbagai konteks dan profil demografi yang kami percayai akan membantu
mewariskan Indonesia yang lebih baik, melalui beberapa program di antaranya:
• IDEAS (Innovative, Dynamic, Education and Action for Sustainability) Indonesia,
bersama MIT Sloan School of Management dan Presencing Institute. Mempertemukan
para pemimpin tri-sektor untuk mengaplikasikan Teori U menuju pembangunan
perekonomian Indonesia yang bertanggung jawab sosial dan ekologis;
• Co-CLASS (Collaborative Creative Learning & Action for Sustainable Solutions), sebuah
program kepemimpinan yang mengaplikasikan Teori U untuk mempertemukan para
pemimpin multi-pihak seputar isu-isu spesifik yang dihadapi negara Indonesia;
• Peningkatan Kapasitas Pemimpin untuk Mencapai Indonesia 4.0, bertujuan
mempersiapkan pemimpin Indonesia menghadapi era Revolusi Industri 4.0. Bekerja
sama dengan Lembaga Ketahanan Nasional, Kementerian Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi, dan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman;
• Youth Action Forum, sebuah program peningkatan kapasitas pemuda Indonesia usia
16 – 30 tahun untuk mengakselerasi penciptaan aksi kolaboratif menuju Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan.

Kerangka Konsep BEKAL Pemimpin 17


THE DAVID AND LUCILE PACKARD FOUNDATION
The David and Lucile Packard Foundation (Packard Foundation, www.packard.org)
adalah yayasan keluarga berbasis di Amerika Serikat yang dipandu oleh filosofi bisnis dan
nilai-nilai pribadi pendirinya, yaitu Lucile dan David Packard. Selama setengah abad,
Packard Foundation telah berkecimpung dalam kegiatan filantropi di seluruh dunia
mendukung inisiatif-inisiatif di bidang lingkungan, pendidikan, riset, dan penguatan
kelembagaan.

Misi Packard Foundation difokuskan pada isu-isu yang menjadi kepedulian utama kedua
pendirinya, yaitu:
• Meningkatkan kualitas hidup anak;
• Mendorong dan memungkinkan upaya-upaya kreatif untuk memajukan sains;
• Memajukan kesehatan reproduktif;
• Melindungi dan memulihkan sistem-sistem alami planet Bumi;
• Mendukung dan memperkuat berbagai organisasi nirlaba lokal.
Di Indonesia sendiri Packard Foundation telah berkontribusi selama 12 tahun untuk
memperkuat berbagai inisiatif lokal dan nasional di bidang kelautan dan perikanan
berkelanjutan, agrikultur, konservasi dan mata pencaharian, serta kelapa sawit dan
keberlanjutan ekosistem terestrial Indonesia.

Program BEKAL Pemimpin merupakan terobosan baru dalam struktur strategi Packard
Foundation karena sifat intervensinya yang lintas-bidang dan lintas-sektor untuk
mendukung kapasitas pemimpin lingkungan lokal Indonesia terlepas dari isu tematik
yang dihadapi.

Kantor pusat The David & Lucile Packard


Foundation di Los Altos, California, adalah
gedung terbesar di dunia yang tersertifikasi
Kerangka Konsep BEKAL Pemimpin sebagai pengguna energi neto nol. 18
Foto: Living Future
PARA FASILITATOR PROGRAM
Cokorda Istri Dewi saat ini berperan sebagai Executive Advisor of
Special Programs di UID. Dewi berpengalaman selama lebih dari 10
tahun mengawal proses penyusunan Rencana Strategis Nasional
untuk Ekonomi Kreatif di Kementerian Perdagangan dan
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Bersama Shobi, Dewi
adalah konseptor dan arsitek di belakang program Co-CLASS binaan
UID. Sesuai dengan akar budaya etnisnya, dalam memfasilitasi
transformasi sosial Dewi berguru pada filosofi Tri Hita Karana “Tiga
Jalan Menuju Kebahagiaan” yang dipercayai masyarakat Bali, yaitu
harmoni manusia dengan alam, sesamanya, dan dengan Pencipta.

Frans Ade Nugraha Sugiarta merupakan Direktur Akademik UID.


Frans lulus dari ELIAS Leadership Program di MIT Sloan School of
Management, dan pendiri sekaligus perancang program IDEAS
Indonesia. Ia mengembangkan ketertarikan dalam bidang Learning
Organization. Frans adalah seorang pengajar, fasilitator dan mentor
bagi banyak peserta, mulai dari pemuda hingga para pemimpin di
banyak organisasi di Indonesia dan global.

Dr. Ben Chan adalah Senior Faculty di UID dan pengajar materi
Entrepreneurship and Business Creation di Singapore Management
University. Bersama dengan Frans, Dr. Chan merupakan perancang
program IDEAS Indonesia. Dr. Chan juga seorang Executive Director
di Singapore’s Young Enterprise Centre, pusat pemberdayaan
tempat para wirausahawan muda dapat datang untuk mendapatkan
bimbingan, pembelajaran, pelatihan dan konsultasi terkait ide
perubahan dan perusahaan sosial yang mereka bangun.

Shobi Lawalata, Ph.D. adalah Learning Facilitator di United in


Diversity. Shobi memperoleh gelar doktor di bidang Integrative
Biology dari University of California, Berkeley tahun 2011 dan
kemudian mendedikasikan dirinya terhadap transformasi sosial
Indonesia melalui program-program kepemimpinan UID. Shobi
adalah alumni program IDEAS Indonesia angkatan keempat, dan
telah bekerja dengan berbagai pihak baik pemerintah, bisnis, dan
organisasi sipil kemasyarakatan untuk memfasilitasi proses
pembelajaran menuju transformasi sistemik.

Kerangka Konsep BEKAL Pemimpin 19


Catatan & Referensi
1 PricewaterhouseCooper. 2017. The Long View: How will the global economic order
change by 2050? http://tiny.cc/onih6y
2 World Resource Institute climate tracker data: http://cait.wri.org/
3 Margono, B.A., P.V. Potapov, S. Turubanova, F. Stolle & M.C. Hansen. 2014. Primary
forest cover loss in Indonesia over 2000-2012. Nature Climate Change 4 (2014): 730-
735.
4 Hadi, T.A., Giyanto, B. Prayudha, M. Hafizt, A. Budiyanto, & Suharsono. 2018. Status
Terumbu Karang Indonesia 2018. Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia, Jakarta: viii+26 hal.
5 Onrizal. 2018. Mangrove, Ekosistem Penting Langka Yang Semakin Terancam.
Mongabay Indonesia, 13 Agustus 2018.
6 IPBES, 2019. Global Assessment Summary for Policy Makers. http://tiny.cc/ecbh6y
7 Food and Agriculture Organization. 2018. Small Family Farms Country Factsheet:
Indonesia. http://tiny.cc/zlqh6y
8 Badan Pusat Statistik. 2018. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan IV-2018.
9 Colchester, M. 2011. Palm oil and indigenous peoples in South East Asia.
International Land Coalition. http://tiny.cc/gvio6y
10 The Gecko Project. 2018. How corrupt elections fuel the sell-off of Indonesia’s natural
resources. http://tiny.cc/29ll6y
11 WALHI. 2019. Pemilu 2019 dan Agenda Mewujudkan Keadilan Ekologis.
https://walhi.or.id/pemilu-2019-dan-agenda-mewujudkan-keadilan-ekologis/
12 Misalnya dengan diluncurkannya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dan lolosnya
Paris Agreement sebagai kesepakatan 192 negara anggota PBB untuk mengatasi isu
keberlanjutan dan perubahan iklim.
13 Tampak dari terbitnya laporan Better Business Better World yang memetakan nilai
ekonomis praktik bisnis berkelanjutan.
14 Bovarnick, A., S. Newport, & T. Uno. 2015. Multinationals cannot prevent palm oil
deforestation on their own. The Guardian. 13 Mei 2015. http://tiny.cc/3yvo6y
15 Meadows, D., D. Meadows, J. Randers, & W.W. Behrens. 1972. The Limits to Growth.
Potomac Associates, London: 205pp.
16 Senge, P.M. 1990. The Fifth Discipline: The Art and Practice of the Learning
Organization. Doubleday/Currency: 424pp.

Kerangka Konsep BEKAL Pemimpin 20


United in Diversity Foundation
Graha Ganesha Lt. 3
Jl. Hayam Wuruk No. 28,
DKI Jakarta 10120
Tel. +62-21-3521928
www.unitedindiversity.org
21

Anda mungkin juga menyukai