Anda di halaman 1dari 5

Tipologi Masyarakat Pulau-Pulau Kecil

Di Susun Oleh

Nama : Maria Nifanngelyau


Tabita Warayaan
Melania Songubun
Kelompok : 5
Tugas Mata Kuliah: Sosiologi Masyarakat Kepulauan
Tipelogi Masyarakat Pulau-pulau Kecil

Pengertian Tipologi. berasal dari kata “Tipo” yang berarti pengelompokan dan “Logos” yang
berati ilmu. Dan dapat disimpulkan bahwa Tipologi adalah sebuah pengetahuan yang berusaha
untuk membagi/mengelompokkan/menggolongkan manusia berdasarkan tipe-tipe tertentu,
baik secara karakteristik fisik, psikis, maupun nilai-nilai budaya, dll. Secara Umum Tipologi
adalah pengklasifikasian/pembagian suatu objek berdasarkan karateristik/kelas-kelas tertentu.
Konsepsi pulau-pulau kecil
Berdasarkan pengertian pulau-pulau kecil dalam UU no 27 thn 2007, adalah sebuah daratan
yang luasnya kurang-lebih 2000km. Dan karakteristik dari pulau-pulau kecil secara ekologis
terpisah dari pulau induknya, yang batasannya lebih terpencil. Berdasakan tipenya, pulau-
pulau kecil dibedakan menjadi pulau benua, pulau vulkanik dan pulau karang. Yang ketiganya
mempunyai kekhasan kondisi lingkungan biofisik, hal ini juga berpengaruh pada permukiman
yang berkembang di pulau-pulau kecil berdasarkan aktifitas yang sesuai dengan kondisi
lingkungan biofisik tersebut. Misalnya, apabila tipologi pulau kecil lebih dominan kearah
perkembangan budidaya perikanan, maka kemungkinan besarnya penduduk setempat lebih
dominan bekerja sebagai nelayan. Wilayah pulau-pulau kecil ini juga memiliki peluang untuk
dikembangkan sebagai wilayah bisnis yang mempunyai potensi di bagian sumber daya, yaitu
industry perikanan, pariwisata, indutri olahan dan industry-industri lain. Dan juga seacara
ekologis, ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil berfungsi sebagai pengatur iklim global,
penyerap limbah, sumber energy alternative dan sistim penunjang lainnya. Hal ini berkaitan
erat dengan adanya potensi/karakteristik penting yang disediakan oleh pulau-pulau kecil yang
merupakan habitat dan ekosistem yang menyediakan barang dan jasa lingkungan bagi
masyarakat seperti (terumbu karang, mangrove, ikan, minyak, mineral logam, wisata bahari
dll).
Tipologi dari masyarakat pulau-pulau kecil

pulau kecil selain memiiki ukuran dan karakteristik khusus, ternyata juga memiliki
format social yang berbeda dengan format social yang ada di pulau-pulau besar. Masyarakat
yang ada di pulau-pulau kecil cenderung berkelompok-kelompok yang membentuk mereka
sebagai satuan social yang terbentuk dalam ciri social yang sama, dalam lingkungan
kepulauannya yang sama. Definisi pulau-pulau kecil yang secara nasional bersumber pada
keputusan mentri kelautan dan perikanan bahwa pulau yang berukuran kurang/sama dengan
10.000 km dengan jumlah penduduk kurang/sama dengan 200.000 jiwa. Pada kenyataannya
banyak komunitas masyarakat di pulau kecil yang tinggal dan mendiami daratan tersebut di
bawah ukuran nasional yang disebut dan jumlah populasinya tidak sama seperti yang di
prediksikan. Sehingga dari situasi dan kondisi inilah yang membentuk adanya tipologi social
dengan ciri dan karakter yang unik dari masyarakat pulau-pulau kecil.
Selain itu, ada pula cara pandang masyakat pulau-pulau kecil yang pada umumnya
menempati wilayah pesisir setelah proses perpindahan mereka dari negeri bagian dalam/di
sekitaran gunung. Dan karena itulah mereka memiliki cara pandang ciri kehidupan social yang
sama dengan masyarakat pesisir, yaitu mereka lebih terbuka terhadap sesama, kecuali bagi
mereka yang memang kehidupannya jauh dan tidak tersentuh dengan sistim perubahan. Selain
itu pola pergerakan dan perubahan social pada masyarakat yang berada di pulau besar dan
sedang, berbeda dengan masyarakat yang ada pada pulau kecil. Masyarakat pada pulau besar
dan sedang memiliki rentan social yang tinggi, sedangkan sebaliknya untuk masyarakat pesisir
dan pulau-pulau kecil memiliki kepekaan social yang tinggi.
Pulau-pulau besar dan sedang pada umumnya memang memiliki wilayah yang luas
dan kompleks, namun pergerakan serta perubahan social mereka cenderung lemah dan
tertutup dengan kemungkinan-kemungkinan sosialnya yang terpelihara. Sedangkan sebaliknya
dengan masyarakat yang ada pada pulau-pulau kecil, mereka dibatasi dengan wilayah yang
terbatas (kecil)/sempit membuat mereka memiliki ruang lingkup pada akses komunikasi,
pranata social, ekonomi, bahkan kebudayaan yang terbatas juga. Namun cara pandang
masyarakat yang ada pada pulau kecil ini sangat terbuka, cair dan mengalir sehingga
membentuk watak intelektual yang tanggap (peka) untuk melakukan pertukaran-pertukaran
social budaya.
Selain itu, mereka juga biasa melakukan transaksi serta pertukaran budaya secara
bebas, terbuka dan dinamis. Dari situlah masyarakat pada pulau-pulau kecil cenderung
menunjukan sikap positif terhadap berbagai perubahan serta menunjukan pola perubahan
social yang begitu cepat. Meskipun masyarakat pulau-pulau kecil dalam cirri kehidupannya
mereka sangat terbuka, namun mereka bukanlah orang-orang yang meninggalkan niai-nilai
adat yang melekat pada kebudayaan mereka, malah sebaliknya mereka menempatkan nilai-
nilai adatnya sebagai sebuah identitas dan norma pengembangan hidup secara beradab.
Organisasi social
Cirri kehidupan social masyarakat pulau-pulau kecil terbagi dalam kelompok-
kelompok yang kecil serta distribusi penduduk yang tidak merata bila dibandingkan dengan
masyarakat yang ada pada pulau-pulau besar dan pinggiran perkotaan. Sperti halnya di pulau-
pulau kecil di wilayah kepulauan Maluku di bagian Aru, kepulauan Maluku Barat Daya
(MBD) dan sebelah tenggara Seram Bagian Timur (SBT), serta wilayah kepulauan Kei.
Penduduk-penduduk setempat di sini mendiami kondisi kepulauan yang kecil dengan
dikelilingi karang dan pasir serta batasan tanah dan hutan untuk pertanian.
Pola pendidikan
Pendidikan pada masyarakat pulau-pulau kecil bila dibandingkan dengan yang ada
pada masyarakat pesisir di pulau besar dan sedang, di pulau kecil pendidikannya cukup
bermasalah hal ini disebabkan karena adanya akses yang terbatas pada mutu proses dan hasil,
serta kebutuhan biaya pendidikan yang mahal dan kelengkapan sarana-prasarana yang juga
terbatas. Sehingga dari pengalaman seperti inilah, masyarakat yang ada pada pulau kecil
memberikan dan membiarkan anak-anak mereka untuk melanjutkan pendidikan di perkotaan
dengan cara merantau.
Pola kesehatan
Secara umum, pola kesehatan pada masyarakat pulau-pulau kecil masih bersifat alami.
Berbeda dengan masyarakat pulau-pulau kecil yang umumnya telah mendapat pengaruh
agama-agama rasional seperti Kristen, Islam, Hindu maupun Budha, hal keselamatan yang
mereka percayai bersumber pada Tuhan yang memberikan jaminan keselamatan untuk di
hayati. Selain itu adapula yang masih memiliki keyakinan yang sama dengan masyarakat
pedalaman tentang hal yang berkaitan dengan kebahagiaan dan kesuksesan dalam
membangun hidup, lahan yang subur, hasil yang berlimpah, serta keamanan dan keselamatan
dalam perjalanan dan kerja bersumber pada hal-hal di luar diri yaitu dari dunia magis, Tuhan
dan leluhur.
Aksebilitas
Secara umum, masyarakat pulau-pulau kecil memiliki akses yang terbatas dan sulit.
Hal itu dikarenakan, mereka hanya mengandalkan jenis transportasi laut untuk membangun
transportasinya. Namun berbagai kewaspadaan terhadap rentannya bahaya juga masih
menghantui mereka ketika melakukan usaha-usaha di laut menggunakan transportasi tersebut ,
karena terbatasnya akses keamanan, baik itu berupa illegal fishing, illegal loging, dll.
Sehingga dari sinilah dibutuhkan kebijakan pembangunan terhadap akses transportasi,
ekonomi, pendidikan, kesehatan dll kepada masyarakat di pulau-pulau kecil.
Pola perekonomian
Secara umum, pola perekonomian di pulau-pulau kecil juga masih lemah, dikarenakan
dengan terbatasnya akses dan nilai tukar (harga jasa dan bahan produk lokal) karena jauh dari
pusat-pusat aktivitas perekonomian serta lembaga keuangan.

Anda mungkin juga menyukai