Sali Susiana
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN:
DIMENSI SOSIAL, EKONOMI,
DAN LINGKUNGAN
Diterbitkan oleh:
P3DI Setjen DPR RI dan Azza Grafika
2015
Judul:
Pembangunan Berkelanjutan: Dimensi Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan
Perpustakaan Nasional:
Katalog Dalam Terbitan (KDT)
xii+226 hlm.; 15.5x23 cm
ISBN: 978-602-1247-52-5
Cetakan Pertama, 2015
Penulis:
Mohammad Mulyadi
Tri Rini Puji Lestari
Faridah Alawiyah
Dinar Wahyuni
Herlina Astri
Dina Martiany
Edmira Rivani
Sri Nurhayati Qodriyatun
Editor:
Sali Susiana
Desain Sampul:
Abue
Tata Letak:
Zaki
Penyelia Aksara:
Helmi Yusuf
Diterbitkan oleh:
Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
Gedung Nusantara I Lt. 2
Jl. Jenderal Gatot Subroto Jakarta Pusat 10270
Telp. (021) 5715409 Fax. (021) 5715245
Bersama:
Azza Grafika, Anggota IKAPI DIY, No. 078/DIY/2012
Kantor Pusat:
Jl. Seturan II CT XX/128 Yogyakarta
Telp. +62 274-6882748
Perwakilan Jabodetabek:
Perum Wismamas Blok E1 No. 43-44, Cinangka, Sawangan, Kota Depok
Telp. (021) 7417244
Prolog v
Kemunculan konsep ini berkaitan erat dengan kesadaran tentang
tatanan sosial dalam kehidupan bermasyarakat, dengan inti pada
kepentingan ekonomi. Konsep ini mengandung asumsi bahwa sifat
sebuah pembangunan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat
harus didasarkan atau sesuai dengan perencanaan infrastrukturnya.
Beberapa dimensi ruang wilayah dari pembangunan
berkelanjutan antara lain:
1. Pengentasan Kemiskinan. Merupakan masalah mendasar
yang harus segera ditanggulangi. Kemiskinan adalah salah
satu penyebab kemerosotan lingkungan dan dampak
negatif dari pembangunan. Sebaliknya kemerosotan daya
dukung lingkungan dapat menjadi penyebab muncul dan
berkembangnya kemiskinan.
2. Pola Konsumsi dan Pola Produksi. Pola konsumsi kebutuhan
dasar dan pola hidup melalui pola produksi yang tidak
berkelanjutan merupakan salah satu penyebab utama kerusakan
lingkungan. Selama ini belum ada kebijakan yang secara
eksplisit mendorong pola konsumsi dan pola produksi yang
berkelanjutan. Di kalangan masyarakat kota, telah berkembang
gaya hidup konsumtif yang tidak lagi mengonsumsi atas dasar
nilai guna dan nilai pakai, tetapi berdasarkan simbol, citra, atau
image.
3. Dinamika Kependudukan. Dalam perencanaan pembangunan,
dilakukan upaya untuk memahami keterkaitan antara variabel
kependudukan dan lingkungan, serta dalam kaitannya dengan
pembangunan berkelanjutan. Hal ini sebagai upaya untuk
mengatasi kemerosotan sumber daya alam, yakni dengan
menekan angka kelahiran, sehingga tercipta keseimbangan
antara penduduk dan lingkungan dalam satu wilayah dan/atau
antarwilayah.
4. Pengelolaan dan Peningkatan Kesehatan. Merupakan hal yang
penting, sebab tingkat kesehatan masyarakat berhubungan erat
dengan kondisi sosial ekonomi dan lingkungan. Hubungan ini
bersifat timbal balik, terkadang pembangunan sosial ekonomi
akan memengaruhi kualitas lingkungan, terkadang kualitas
lingkungan akan memengaruhi kesehatan, dan kesehatan
yang merupakan modal dasar dalam pembangunan akan
memengaruhi proses pembangunan itu sendiri. Pemenuhan
Prolog vii
bahasan Herlina Astri, yang menulis tentang “Pembangunan
Berkelanjutan dan Penanggulangan Kemiskinan” yang merupakan
tulisan pada Bab V. Bagian pertama buku ini ditutup oleh sebuah
tulisan berperspektif gender berjudul “Kesetaraan Gender dalam
Sustainable Development Goals” yang ditulis oleh Dina Martiany.
Bagian kedua buku ini menampilkan kaitan antara aspek
ekonomi dengan pembangunan berkelanjutan. Edmira Rivani
menuliskannya dalam Bab VII melalui tulisan berjudul “Peran
Sektor Pertanian dalam Pembangunan Berkelanjutan”. Sebagai
penutup buku ini, dimensi lingkungan sebagai salah satu dimensi
dalam pembangunan berkelanjutan juga menjadi fokus bahasan.
Hal itu dituangkan oleh Sri Nurhayati Qodriyatun ke dalam tulisan
berjudul “Upaya Mitigasi dan Adaptasi Pemerintah Daerah dalam
Menghadapi Perubahan Iklim”.
Sali Susiana
BAGIAN PERTAMA:
DIMENSI SOSIAL
BAB I PEMBANGUNAN:
ANALISIS KRITIS UPAYA MENINGKATKAN
KUALITAS HIDUP MANUSIA
oleh: Mohammad Mulyadi..................................................................................... 3
I. Pendahuluan............................................................................................ 3
II. Konsep Pembangunan......................................................................... 5
III. Paradigma Pembangunan Sosial..................................................... 9
IV. Paradigma Pembangunan yang
Berpusat pada Rakyat........................................................................11
V. Realitas Masalah Pembangunan dan
Upaya Peningkatan Kualitas Hidup Manusia
di Indonesia............................................................................................18
VI. Penutup....................................................................................................29
Daftar Pustaka................................................................................................31
BAB II PEMBANGUNAN KESEHATAN DAN
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
oleh: Tri Rini Puji Lestari.....................................................................................33
I. Pendahuluan..........................................................................................33
II. Konsep Pembangunan Berkelanjutan.........................................35
III. Pembangunan Kesehatan dalam
Pencapaian Target SDGs...................................................................44
IV. Simpulan..................................................................................................50
Daftar Pustaka................................................................................................52
Daftar isi ix
BAB III PROGRAM INDONESIA PINTAR DAN
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
oleh: Faridah Alawiyah........................................................................................55
I. Pendahuluan..........................................................................................55
II. Program Indonesia Pintar................................................................61
III. Tujuan, Kriteria Sasaran, dan
Mekanisme Program Indonesia Pintar.......................................66
IV. Impelementasi PIP dan Permasalahannya................................71
V. Penutup....................................................................................................78
Daftar Pustaka................................................................................................80
BAB IV PENANGGULANGAN KEMISKINAN
BERBASIS PEMBERDAYAAN
KOMITE SEKOLAH MENUJU
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
oleh: Dinar Wahyuni..............................................................................................85
I. Pendahuluan..........................................................................................85
II. Memaknai Konsep Kemiskinan......................................................87
III. Kemiskinan dan Pendidikan dalam
Pembangunan Berkelanjutan.........................................................89
IV. Pemberdayaan Komite Sekolah.....................................................91
V. Kemiskinan dan Pemberdayaan
melalui Pendidikan..............................................................................94
VI. Komite Sekolah sebagai Wujud Partisipasi
Masyarakat dalam Pendidikan.......................................................96
VII. Gambaran Komite Sekolah di Indonesia.................................100
VIII. Strategi Pemberdayaan Komite Sekolah.................................101
IX. Penutup.................................................................................................105
Daftar Pustaka.............................................................................................107
BAB V PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DAN
PENANGGULANGAN KEMISKINAN
oleh: Herlina Astri................................................................................................111
I. Pendahuluan.......................................................................................111
II. Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia............................112
III. Kondisi Kemiskinan di Indonesia...............................................116
IV. Penanganan Kemiskinan................................................................118
V. Penutup.................................................................................................122
Daftar Pustaka.............................................................................................124
BAGIAN KEDUA
DIMENSI EKONOMI
BAGIAN KETIGA
DIMENSI LINGKUNGAN
Daftar isi xi
II. Kota Berketahanan Iklim:
Kebijakan Pemerintah dan
Partisipasi Masyarakat Menghadapi
Perubahan Iklim................................................................................182
III. Upaya Mitigasi dan Adaptasi Daerah dalam
Menghadapi Perubahan Iklim.....................................................188
IV. Penutup.................................................................................................205
Daftar Pustaka.............................................................................................208
EPILOG....................................................................................................................211
INDEKS...................................................................................................................217
BIOGRAFI PENULIS..........................................................................................222
DIMENSI SOSIAL
BAB I
PEMBANGUNAN:
ANALISIS KRITIS UPAYA MENINGKATKAN
KUALITAS HIDUP MANUSIA
Mohammad Mulyadi
I. Pendahuluan
Isu pembangunan tidak lepas dari konsep pembangunan
berkelanjutan, di mana proses pembangunan yang berprinsip
“memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan
kebutuhan generasi masa depan” menjadi sangat penting karena
berkaitan erat dengan bagaimana mencari jalan untuk memajukan
ekonomi dalam jangka panjang, tanpa menghabiskan modal
alam. Munculnya isu pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) seiring dengan gagasan merebaknya masalah
lingkungan. Hal ini ditandai dengan paradigma pembangunan
ekonomi konvensional dengan mengejar pertumbuhan ekonomi
semata, namun melahirkan kerusakan lingkungan dan sumber daya
alam (SDA). Karena itu, pembangunan berwawasan lingkungan
hidup yangberkelanjutan menjadi penting untuk dikaji oleh berbagai
negara di dunia.
Oleh karena itu, negara-negara yang tergabung dalam
UNCHE (United Nations Conference on the Human Environment)
melaksanakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pada tanggal 5–16
Juni 1972 di Stockholm Swedia. KTT ini merupakan pertemuan
pertama kali yang berupaya mendorong paradigma pembangunan
berkelanjutan dengan menghadirkan pemimpin-pemimpin dunia
dan pakar-pakar lingkungan. Fokus pertemuan adalah evolusi bagi
konsep perlindungan lingkungan hidup manusia sebagai elemen
krusial dalam agenda pembangunan.
1
Disahkan oleh Sidang Umum PBB tanggal 4 Desember 1986.
I. Pendahuluan
Kesehatan adalah hak setiap manusia. Deklarasi Universal
tentang Hak-hak Asasi Manusia artikel ke-25 menyebutkan bahwa
“tiap orang mempunyai hak untuk hidup pada standar yang layak
untuk kesehatan dan kesejahteraan mereka, dan keluarga mereka,
termasuk hak untuk mendapat makanan, perumahan, dan pelayanan
kesehatan” (“everyone has the right to a standard of living adequate
for the health and well-being of himself and of his family, including
food, clothing, housing, and medical care”). Artikel ini kemudian
digemakan dalam konstitusi WHO, dan diratifikasi oleh banyak
konvensi internasional lainnya.1
Di Indonesia, kesehatan sebagai hak asasi manusia secara
tegas diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, di mana
dinyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang
baik dan sehat, serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Hal
ini melandasi pemikiran bahwa sehat sebagai hak asasi manusia dan
sehat sebagai investasi.2
Pembangunan di bidang kesehatan pada hakikatnya diarahkan
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga
1
Farid Anfasa Moeloek, “Pembangunan Berkelanjutan dalam Peningkatan
Derajat Kesehatan Masyarakat”, Makalah Disajikan pada Seminar
Pembangunan Hukum Nasional VIII Tema Penegakan Hukum dalam Era
Pembangunan Berkelanjutan, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, Denpasar, 14–18 Juli 2003, hlm. 2.
2
Titin Slamet Kurnia, Hak atas Derajat Kesehatan Optimal sebagai HAM di
Indonesia, Bandung: PT. Alumni, 2007, hlm. 2.
3
Bappenas, Ringkasan Eksekutif. Strategi Akselerasi Pencapaian Target MDGs
2015, Jakarta: Bappenas, 2014. hlm. 1.
6
“United Nations Conference on Environment & Development“, http://
sustainabledevelopment.un.org/content/documents/Agenda21.pdf, diakses
10 Maret 2013.
7
Ibid.
8
Ibid.
9
“Portal Pembangunan Berkelanjutan“, http://en.wikipedia.org/wiki/
Portal:Sustainable_development, diakses 9 Juni 2015.
11
Askar Jaya, Konsep Pembangunan Berkelanjutan, Bogor: Program S3 Institut
Pertanian Bogor, 2004, hlm. 5.
12
Julissar An-N, “Pembangunan Berkelanjutan dan Elevansinya untuk Indonesia”,
Jurnal Madani Edisi II/Nopember 2005, hlm. 48.
13
Ibid, hlm. 50–54.
14
Koefisien Gini adalah ukuran ketidakseimbangan/ketimpangan (pendapatan,
kesejahteraan) agregat (keseluruhan) yang angkanya berkisar antara nol
(pemerataan sempurna) hingga satu (ketimpangan sempurna).
15
Rohim Miftahul, “Membandingkan MDGs dengan SDGs”, http://citiscope.org/
story/2014/comparing-mdgs-and-sdgs, diakses 24 Agustus 2015.
16
Ibid.
Ibid, hlm. 4.
19
21
Ibid, hlm. 118–119.
IV. Penutup
Pembangunan berkelanjutan merupakan bentuk
penyempurnaan dari pembangunan milenium yang dilakukan
melalui sejumlah pendekatan yang dipandang perlu dengan tetap
melibatkan peran aktif warga dunia bagi terciptanya kepentingan
22
Hapsara Habib Rachmat, Percepatan Pembangunan Kesehatan Di Indonesia,
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2013, hlm. 3.
23
Panji W Dhewantara, “Atasi Masalah Kesehatan Sesuai Kerangka Pembangunan
Berkelanjutan“, Buletin Inside, Edisi 10 Vol. VI No.01/Juni 2011, Ciamis:
Litbang P2B2, 2011, hlm. 49.
I. Pendahuluan
Pembangunan berkelanjutan adalah suatu proses pembangunan
yang berprinsip untuk memenuhi kebutuhan sekarang tanpa
mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan (World
Commission Environmental an Development, 1987).1 Pembangunan
berkelanjutan juga dapat diartikan sebagai pembangunan yang
menjaga keberlanjutan kehidupan sosial masyarakat, peningkatan
kesejahteraan masyarakat, dan pembangunan yang menjaga kualitas
lingkungan hidup masyarakat yang didukung oleh tata kelola yang
menjaga pelaksanaan pembangunan yang akan meningkatkan
kualitas kehidupan dari satu generasi ke generasi berikutnya.2
Namun, ruang lingkup pembangunan berkelanjutan tidak hanya
berkonsentrasi pada isu-isu lingkungan hidup, tetapi mencakup
tiga lingkup kebijakan yakni pembangunan ekonomi, pembangunan
sosial, dan perlindungan lingkungan.3 Khusus dalam pembangunan
sosial, pembangunan difokuskan untuk meningkatkan taraf hidup
1
United Nations (a), Report of the World Commission on Environment and
Development: Our Commen Future, (online), http://www.un-documents.net/
our-common-future.pdf, diakses tanggal 29 Juli 2015.
2
Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional, Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional 2015-2019: Buku II Agenda Pembangunan Bidang, Jakarta:
Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional, hlm. 1.
3
United Nations (b), Resolution adopted by the General Assembly 60/1. 2005
World Summit Outcome, (online), http://www.un.org/womenwatch/ods/A-
RES-60-1-E.pdf, diakses tanggal 29 Juli 2015.
4
James Midgley, Social Development: Theory and Practice, London: Sage
Publication, 2014, hlm 250.
5
Haryono Suyono, Membangun Manusia Indonesia Seutuhnya, http://www.
pelita.or.id/baca.php?id=85850, diakses tanggal 29 Juli 2015.
6
Teguh Wiyono, Rekontruksi Pendidikan Indonesia, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010, hlm, 6.
7
Mohammad Saroni (a), Orang Miskin Harus Sekolah, Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media Grup, 2010, hlm. 195-196.
8
Mohammad Saroni (b), Pendidikan Untuk Orang Miskin, Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media Grup, 2013, hlm. 77-88.
9
Metronews, “Di Brebes, Ribuan Anak Masih Putus Sekolah”, 5 Agustus 2015,
(online), http://jateng.metrotvnews.com/read/2015/08/05/418496/di-
brebes-ribuan-anak-masih-putus-sekolah, diakses tanggal 30 Juli 2015.
10
Okezone, “5.000 Anak di Bojonegoro Putus Sekolah”, 17 Juni 2015, (online),
http://news.okezone.com/read/2015/07/17/340/1182901/5-000-anak-di-
bojonegoro-putus-sekolah, diakses tanggal 30 Juli 2015.
11
Unicef, Indonesia: Laporan Tahunan 2012, (online), http://www.unicef.org/
indonesia/id/UNICEF_Annual_Report_(Ind)_130731.pdf, diakses tanggal 17
Juni 2015.
12
Ni Ayu Krisna Dewi, Anjuman Zukhri, dan I Ketut Dunia, Analisis Faktor-Faktor
Penyebab Anak Putus Sekolah Usia Pendidikan Dasar Di Kecamatan Gerokgak
Tahun 2012-2013, E-Journal Undiksha Vol.4 No.1 Tahun 2014, (online),
http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPE/article/viewFile/1898/1650,
diakses tanggal 30 Juni 2015.
13
Resi Anggun Sutiasnah, Faktor-Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah: Studi
Madrasah Ibtidayah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) Nurul Wathan
Pusaran 8 Kecamatan Enok Kabupaten Indragiri Hilir, Jurnal Jom Fisip, Vol. 2
No. 1, Februari 2015.
14
World Economic Forum, The Global Competitiveness Report 2014-2015,
(online), http://www3.weforum.org/docs/WEF_GlobalCompetitivenessRepo
rt_2014-15.pdf, diakses tanggal 30 Juni 2015.
15
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (a), Pendidikan Menengah
Universal 12 Tahun, disampaikan dalam rapat kerja Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, Jakarta, 6 Maret 2012.
16
Antaranews, “Kemendikbud: Wajib Belajar 12 Tahun dimulai 2016”, 23 Juni
2015, http://www.antaranews.com/berita/503076/kemendikbud-wajib-
belajar-12-tahun-dimulai-2016, diakses tanggal 30 Juli 2015.
17
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (b), “Siapa saja sasaran penerima
KIP”, (online), http://pengaduanpip.kemdikbud.go.id/index.php, diakses
tanggal 29 Juli 2015.
18
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (c), Program Indonesia Pintar (PIP)
Melalui Pelaksanaan Wajib Belajar 12 Tahun, disampaikan dalam kegiatan
Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan, Depok, 29-31 Maret 2015.
19
Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional, op. cit, hlm. 2-3.
Udiutomo, P., Syafi’ie, M., & Puspitasari, D., Bagai Pungguk Merindukan
21
Pendidikan Gratis, Bogor: Dompet Dhuafa – Makmal Pendidikan, 2015, hlm. 119.
22
PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Penyaluran Dana Bantua Siswa
Miskin/Program Indonesia Pintar (PIP), disampaikan dalam Rapat Dengar
Pendapat dengan Panitia Kerja Program Indonesia Pintar Komisi X DPR RI,
tanggal 15 Juni 2015.
25
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (d), Op.cit.
26
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (e), Op.Cit.
27
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (d), Op. cit.
28
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (c), Op. Cit.
29
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (f), “Dapodik”, (online), http://
dapodik.data.kemdikbud.go.id/ diakses tanggal 2 Agustus 2015.
30
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (g), Penjelasan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan pada Rapat Kerja Komisi X DPR RI, disampaikan pada rapat
kerja antara Menteri Keuangan dengan Komisi X DPR RI tanggal 10 Juni 2015.
31
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (g), Ibid.
32
Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia, National Strategy for Financial
Inclusion Fostering Economic Growth and Accelerating Poverty Reduction,
Jakarta: Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia, 2012, hlm. 3.
33
Bank Indonesia, Financial Inclusion Development Policy in Indonesia, (online),
http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-
jakarta/documents/presentation/wcms_216688.pdf, diakses tanggal 2
Agustus 2015.
34
Suhardan, Dadang, Riduwan, dan Enas, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan,
Bandung: Alfabeta, 2012, hlm. 16.
35
Dharmaningtyas, “Guru Kontrak Memboroskan Anggaran”, Kompas, 22
Agustus 2002.
36
Chan, S.M. & Sam, T.T., Op. Cit, hlm. 57-58.
37
Antaranews, “Dua Gedung Sekolah di Sampang Ambruk”, 29 November 2014,
(online), http://www.antaranews.com/berita/466869/dua-gedung-sekolah-
di-sampang-ambruk, diakses tanggal 2 Agustus 2015.
38
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (h), “Target 2014, Seluruh Ruang
Kelas Berat Direhabilitasi”, 31 Desember 2013, (online), http://www.
kemdiknas.go.id/kemdikbud/node/1981, diakses tanggal 2 Agustus 2015.
39
Teguh Wiyono, Rekontruksi Pendidikan Indonesia, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010, hlm. 107.
V. Penutup
Pendidikan merupakan salah satu modal dalam membangun
suatu bangsa selain modal ekonomi dan modal sosial. Selain itu,
pendidikan juga merupakan hak dasar bagi setiap warga negara
Indonesia sebagaimana telah dituangkan dalam UUD 1945 yang
menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan
pendidikan serta warga negara wajib mengikuti pendidikan
dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Dalam rangka untuk
melaksanakan kewajibannya, pemerintahan baru telah meluncurkan
program penanggulangan kemiskinan di mana di dalamnya terdapat
Program Indonesia Pintar.
Program ini adalah suatu program pemberian bantuan tunai
pendidikan kepada anak usia sekolah yang berasal dari keluarga
kurang mampu yang ditujukan salah satunya untuk meningkatkan
akses bagi anak-anak berusia sekolah (6-21 tahun) guna mendapatkan
layanan pendidikan sampai tamat satuan pendidikan menengah.
I. Pendahuluan
Munculnya gagasan pembangunan berkelanjutan bermula ketika
sistem perekonomian global mengakibatkan munculnya kesenjangan
sosial, kemiskinan, dan kerusakan lingkungan. Ancaman kehancuran
ekosistem diperparah dengan perubahan iklim global akibat aktivitas
industri yang terus berlangsung. Sistem perekonomian tidak dapat
berhenti, namun dapat berganti arah sehingga keberlanjutan
lingkungan masih terjaga untuk generasi yang akan datang. Dalam
kondisi demikian, pembangunan berwawasan lingkungan yang
berkelanjutan menjadi penting untuk dikaji.
Dalam perkembangannya, peta jalan menuju pembangunan
berkelanjutan mulai menunjukkan hasil. Konferensi Tingkat Tinggi
(KTT) Bumi yang berlangsung di Rio de Jeneiro tahun 1992 telah
menghasilkan lima dokumen yang terdiri dari dua kesepakatan
internasional, yakni dua pernyataan tentang prinsip dan sebuah
agenda langkah utama tentang pembangunan berkelanjutan di
seluruh dunia.1 Wujud dokumen tersebut adalah Deklarasi Rio
tentang lingkungan dan pembangunan dengan 27 asas serta Agenda
21 tentang cara mengupayakan pembangunan berkelanjutan dari
segi sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup menjelang abad 21.
Seruan untuk menginternalisasi lingkungan ke dalam
pembangunan terus dilakukan dalam berbagai pertemuan
1
Surna Tjahja Djajadiningrat dan Sutanto Hardjolukito, Demi Bumi, Demi Kita,
Dari Pembangunan Berkelanjutan Menuju Ekonomi Hijau, Jakarta: Media
Indonesia Publishing, 2013, hlm. 34.
2
Open Working Group proposal for Sustainable Development Goals, https://
sustainabledevelopment.un.org/sdgsproposal, diakses 4 September 2015.
3
Raskin, Beras Bersubsidi Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah, http://
www.tnp2k.go.id/id/tanya-jawab/klaster-i/beras-bersubsidi-bagi-
masyarakat-berpenghasilan-rendah-raskin/, diakses 25 Agustus 2015.
4
Program BLT Tak Menekan Angka Kemiskinan, http://www.indosiar.com/
fokus/program-blt-tak-menekan-angka-kemiskinan_69766.html, diakses 25
Agustus 2015.
5
Chambers dalam Bagong Suyanto, Anatomi Kemiskinan dan Strategi
Penanganannya; Fakta Kemiskinan Masyarakat Pesisir, Kepulauan, Perkotaan
dan Dampak dari Pembangunan di Indonesia, Malang: Intrans Publishing,
2013, hlm. 2.
6
Oos M. Nawas, Pemberdayaan Masyarakat Di Era Global, Bandung: Alfabeta,
2014, hlm. 84.
7
Moch. Nurhasim, et al., Model Kebijakan yang Memihak Kelompok/Orang
Miskin Berbasis Good Governance, Jakarta: LIPI Press, 2014, hlm. 19.
8
Ibid.
III.
Kemiskinan dan Pendidikan dalam Pembangunan
Berkelanjutan
Sebelum membahas tentang kaitan antara pemberdayaan dan
pembangunan berkelanjutan, terlebih dahulu akan didefinisikan
konsep pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan
didefinisikan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan
masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang. Dalam
pengertian tersebut terdapat dua gagasan penting, yakni kebutuhan
terkait kebutuhan esensial untuk memberlanjutkan kehidupan
manusia, dan gagasan keterbatasan yang bersumber pada kondisi
teknologi dan organisasi sosial terhadap kemampuan lingkungan
untuk memenuhi kebutuhan kini dan hari depan.10 Karena itu,
pemanfaatan sumber daya alam harus didasarkan pada pemahaman
akan kompleksnya keterkaitan antara sistem alam dan sistem sosial.
Pembangunan dilaksanakan dengan pendekatan integratif antara
ketiga elemen, yakni ekonomi, sosial, dan lingkungan secara dinamis.
9
Bagong Suyanto, Anatomi Kemiskinan dan Strategi Penanganannya; Fakta
Kemiskinan Masyarakat Pesisir, Kepulauan, Perkotaan dan Dampak dari
Pebangunan di Indonesia, Malang: Intrans Publishing, 2013, hlm. 8.
10
Surna Tjahja Djajadiningrat&Sutanto Harjdjolukito, Demi Bumi Demi Kita, Dari
Pembangunan Berkelanjutan Menuju Ekonomi Hijau, Jakarta: Media Indonesia
Publishing, 2013, hlm. 60.
16
Karna Sobahi & Cucu Suhana, ohlm. cit., hlm. 104.
17
Ibid., hlm. 96.
18
Pergeseran Isu Kemiskinan Global Dari BRICS Ke AS dan UE, http://
www.kompasiana.com/www.kalimbuang.blogspot.com/pergeseran-isu-
kemiskinan-global-dari-briics-ke-as-dan-ue_5529544e6ea834a5628b456d,
diakses 1 September 2015.
19
Kemiskinan Di Indonesia, http://www.indonesia-investments.com/id/
keuangan/angka-ekonomi-makro/kemiskinan/item301, diakses 25 Agustus
2015.
koran/pareto/15/01/02/nhjny6-tantangan-kemiskinan-pada-2015, diakses
1 September 2015.
24
Ibid.
IX. Penutup
Isu penanggulangan kemiskinan dan lingkungan hidup akhir-
akhir ini berkembang di dunia internasional. Asumsinya adalah
kemiskinan akan menjadi penyebab utama kerusakan lingkungan
hidup. Karena itu, penanggulangan kemiskinan menjadi poin penting
yang menentukan keberhasilan pembangunan berkelanjutan.
Tanpa strategi penanggulangan kemiskinan yang komprehensif,
maka upaya masyarakat internasional melaksanakan agenda
pembangunan berkelanjutan akan sia-sia.
29
Ibid, hlm. 26-27.
Buku
Adi, Isbandi Rukminto. Intervensi Komunitas Pengembangan
Masyarakat Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta:
Rajawali, 2008.
Alfitri. Community Development: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2011.
Suyanto, Bagong. Anatomi Kemiskinan dan Strategi Penanganannya;
Fakta Kemiskinan Masyarakat Pesisir, Kepulauan, Perkotaan
dan Dampak dari Pebangunan di Indonesia. Malang: Intrans
Publishing, 2013.
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah. Pemberdayaan Dewan
Pendidikan dan Komite Sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah, 2007.
Djajadiningrat, Surna Tjahja dan Sutanto Hardjolukito. Demi Bumi,
Demi Kita, Dari Pembangunan Berkelanjutan Menuju Ekonomi
Hijau. Jakarta: Media Indonesia Publishing, 2013.
Nawas, Oos M. Pemberdayaan Masyarakat Di Era Global. Bandung:
Alfabeta, 2014.
Nurhasim, Moch., et al. Model Kebijakan yang Memihak Kelompok/
Orang Miskin Berbasis Good Governance. Jakarta: LIPI Press,
2014.
Sobahi, Karna&Cucu Suhana. Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Pendidikan Di Era Otonomi Daerah. Bandung: Cakra, 2011.
Peraturan Perundang-undangan
Republik Indonesia. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.
Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1992
tentang Peran Serta Masyarakat Dalam Pendidikan Nasional.
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
Republlik Indonesia. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Program Pembangunan Nasional 2000-2004.
I. Pendahuluan
Pembangunan berkelanjutan merupakan bentuk baru dalam
pembangunan, yang mengedepankan aspek lingkungan dan
pemanfaatan sumber daya untuk jangka panjang. Pembangunan
berkelanjutan juga terkait dengan aspek ekonomi untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, terutama dalam penanganan
kemiskinan, sebab saat ini di Indonesia kemiskinan menjadi fokus
utama dalam perbaikan kondisi ekonomi masyarakat. Banyak
sekali kebijakan pemerintah yang dilakukan untuk mencapai tujuan
tersebut, khususnya untuk menurunkan tingkat kemiskinan.
Kemiskinan banyak dikaitkan dengan peningkatan ekonomi,
yang kadang dalam pelaksanaannya kurang memerhatikan keadaan
untuk jangka panjang. Oleh karena itu, pembangunan berkelanjutan
dapat menjadi suatu bentuk rancangan yang dapat digunakan.
Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu pembangunan yang
memerhatikan keberlanjutan untuk jangka panjang. Pembangunan
berkelanjutan menjadi model pembangunan yang memerhatikan
segi sumber daya dan lingkungan.
Pembangunan yang dilakukan di Indonesia berubah seiring
dengan perubahan sistem pemerintahan yang terjadi. Sisa-sisa
pembangunan di setiap pemerintahan ada yang memberikan dampak
pada kenaikan tingkat kemiskinan. Pembangunan sebagai penyebab
kemiskinan terkait dengan adanya utang yang belum dilunasi dan
pihak terkait yang lepas tangan akan keadaan tersebut. Pelaksanaan
kebijakan dan pembangunan untuk mengatasi kemiskinan pun
menjadi hal yang banyak menjadi sorotan untuk segera dibenahi.
1
Salim, Emil.2003. “Orasi Ilmiah Pada Peringatan Hari Lingkungan Hidup”.
Kampus IPB Baranangsiang, SainsDan Pembangunan Berkelanjutan, hlm. 2.
2
Marlina, Ani. 2009. Karakteristik Untuk Mendefinisikan Sustainable. Wordpress:
Jakarta, hlm. 20.
3
Soemarwoto, Otto. 2004. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan.
Djambatan: Jakarta, hlm. 161.
4
Kusumaatmadja, Sarwono. “Pembangunan Berkelanjutan untuk Mengatasi
Kemiskinan dan Pengembangan Sikap Masyarakat terhadap Produk Ramah
Lingkungan”. Lihat: http://www.lfip.org/english/pdf/bali-seminar/Mengatasi
kemiskinan dan pengembangan sikap masyarakat – sarwono kusumaatmadja.
pdf, diakses tanggal 10 Juni 2015.
5
“Prinsip-Prinsip Pembangunan Berkelanjutan atau Principle of Sustainability
Development” lihat: http://www.bangazul.com/prinsip-prinsip-
pembangunan-berkelanjutan/, diakses tanggal 22 Juni 2015.
6
Djody Gondokusumo, Madrim. 2005. Bunga Rampai: Pembangunan Kota
Indonesia Dalam Abad 21, Konsep dan Pedekatan Pembangunan Perkotaan di
Indonesia. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI, hlm. 405.
7
Kemiskinan di Indonesia. op. cit.
9
Tontowi, Ahmad. 2010. Tesis: Studi Implementasi Program Penanggulangan
Kemiskinan Perkotaan (P2KP) di Desa Purbayan Kecamatan Baki Kabupaten
Sukoharjo. Surakarta: Program Pasca Sarjana Magister Administrasi Publik
UNS, hlm. 4.
10
Ibid., hlm. 6.
11
Yang dimaksud “keduanya” dalam pernyataan tersebut adalah mengenai
kesejahteraan sosial yang dapat dicapai dengan kemakmuran dan keadilan
dengan prasyarat demokrasi.
12
Basri, Faisal. 2002. Perekonomian Indonesia: Tantangan dan Harapan Bagi
Kebangkitan Ekonomi Indonesia. Jakarta: Erlangga, hlm. 113.
V. Penutup
Konsep pembangunan berkelanjutan merupakan konsep yang
sederhana namun kompleks. Pengertian keberlanjutan pun sangat
“Gender equality is more than a goal in itself. It is a precondition for meeting the
challenge of reducing poverty, promoting sustainable development and building
good governance.” (Kofi Annan)
I. Pendahuluan
Millennium Development Goals (MDGs) sebagai kerangka kerja
pembangunan global telah berakhir pada September 2015 yang lalu.
Sejak dicanangkan dalam United Nation Millennium Summit tahun
2000, sebanyak 189 negara di dunia berupaya untuk mencapai
delapan target pembangunan yang dituangkan dalam MDGs.
Profesor Jeffrey. D. Sachs1 menyebutkan bahwa MDGs telah menjadi
tonggak metode mobilisasi global yang historis dan efektif dalam
mencapai rangkaian prioritas pembangunan sosial yang penting
di seluruh dunia. Negara-negara di dunia secara bersama-sama
menunjukkan kepedulian global mengenai kemiskinan, kelaparan,
angka pendidikan dasar, ketidaksetaraan gender, dan kerusakan
lingkungan. Berbagai prioritas penting dalam pembangunan
dikemas dalam delapan target MDGs yang mudah dipahami, dengan
menetapkan indikator dan jangka waktu tertentu. MDGs menjadi
lebih mendorong pencapaian kesadaran global (global awareness),
akuntabilitas politik (political accountability), peningkatan metrik
1
Profesor Jeffrey D. Sachs merupakan ekonom dan pakar Sustainable
Development Goals dari Earth Institute, Universitas Columbia, Amerika dan
Direktur the Sustainable Development Solutions Network (SDSN) United
Nations.
2
Jeffrey.D.Sachs.“FromMillenniumDevelopmentGoalstoSustainableDevelopment
Goals”, Lancet 2012, Volume 379, Juni 2012, http://www.sciencedirect.
com/science?_ob=PdfExcerptURL&_imagekey=1s2.0S014067361260685
0main.pdf&_piikey=S0140673612606850&_cdi=271074&_orig=article&_
zone=centerpane&_fmt=abst&_eid=1s2.0S0140673612606850&_user=129755
12&md5=bc3c0176a904607405eba89298d67e76&ie=/excerpt.pdf
3
“Pemerintah Nyerah Kejar Target Kemiskinan MDG”. Berita pada http://
economy.okezone.com/read/2015/08/12/320/1194840/pemerintah
nyerah kejar target kemiskinan mdgs, 12 Agustus 2015, diakses pada tanggal
18 Agustus 2015.
4
United Nations. The Millennium Development Goals Report: 2015 (Summary),
New York: United Nations. 2015.
5
“Ringkasan Eksekutif Penelitian Kebijakan Efektivitas Jaminan Kesehatan
Nasional untuk Menurunkan Angka Kematian Ibu”. Women Research Institute
pada http://wri.or.id/166 current project id/perempuan kesehatan/angka
kematian ibu/654 ringkasan eksekutif penelitian kebijakan efektivitas
jaminan kesehatan nasional untuk menurunkan angka kematian ibu#.VdLoz_
nKFY8, Jakarta, tanpa tahun.
6
UN Women. A transformative Stand Alone Goal on Achieving Gender Equality,
Women’s Rights and Women’s Empowerment: Imperative and Key Components.
New York: UN Women, 2013.
7
UN Women. The World Survey on the Role of Women in Development: Gender
Equality and Sustainable Development, 2014, hlm. 12.
8
Berita Tempo online, “Jokowi Didesak Datang ke Sidang Umum PBB
Lanjutkan Misi Ini”, tanggal 9 Agustus 2015, http://nasional.tempo.co/read/
news/2015/08/09/078690254/jokowi didesak datang ke sidang umum pbb
lanjutkan misi ini, diakses pada 18 Agustus 2015.
9
Hamong Santono dan Sugeng Bahagijo. Pembangunan Global Baru:
Perkembangan Penyusunan Agenda Pembangunan Pasca-2015, Briefing Paper.
Jakarta: INFID (International NGO Forum on Indonesian Development), Januari
2015.
10
Presiden Republik Indonesia periode 2004–2009 dan 2009–2014.
11
“Transforming Our World: The 2030 Agenda for Sustainable Development”, 2015.
Dokumen final dalam proses penyusunan SDGs ini merupakan agenda aksi bagi
masyarakat, planet dan kesejahteraan. Dikeluarkan oleh UN pada 1 Agustus 2015,
https://sustainabledevelopment.un.org/post2015/transformingourworld,diakses
pada tanggal 18 Agustus 2015.
12
Rio Declaration adalah dokumen hasil United Nations Conference on
Environment and Development, Rio de Janeiro, 3 14 Juni 1992. Berisikan
27 prinsip dasar yang menekankan keterkaitan antara pembangunan dan
lingkungan. Dokumen dapat dilihat pada http://www.unep.org/Documents.
Multilingual/Default.asp?documentid=78&articleid=1163, diakses tanggal 20
Agustus 2015.
13
Agenda 21, Dokumen hasil United Nations Conference on Environment and
Development, Rio de Janeiro, 3 14 Juni 1992, dokumen dapat diakses pada
https://sustainabledevelopment.un.org/content/documents/Agenda21.pdf.
Beijing Declaration Platform for Action, merupakan hasil dari Fourth World
14
15
“Realizing the Future We Want For All: Report to the Secretary General.
2012”. UN Task Team, http://www.un.org/millenniumgoals/pdf/Post_2015_
UNTTreport.pdf, diakses pada tanggal 20 Agustus 2015.
16
The Future Women Want: a Vision of Sustainable Development for All. 2012. UN
Women, United States, hlm. 9.
17
Caroline. O. N. Moser. Gender Planning and Development: Theory, Practice, &
Training. London dan New York, Routledge: 1995.
18
United Nations (UN) Water. 2005. “Water for Life Decade 2005 2015”. Dalam
rangka mendukung percepatan pencapaian MDGs, Sidang Umum UN juga
menetapkan Tahun 2005 2015 sebagai periode Ïnternational Decade for
Action: “Water for Life”. Dasawarsa ini dimulai pada tanggal 22 Maret 2005,
yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Air Sedunia (World Water Day).www.
un.org/waterforlifedecade/pdf/waterforlifebklt e.pdf.
rumah tangga. Menurutnya, bahkan sampai tahun 2014 ini masih belum
banyak perubahan kondisi. Penjelasan ini diperoleh dari http://www.who.int/
features/2014/clean household energy/en/, diakses pada tanggal 27 Agustus 2015.
22
United Nations (UN). World Urbanization Prospects: The 2009 Revision. United
Nations Population Division. https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=
&esrc=s&source=web&cd=5&cad=rja&uact=8&ved=0CDEQFjAEahUKEwjZ
loOY6tLHAhVNHo4KHbOVDnQ&url=http%3A%2F%2Fwww.ctchealth.org.
cn%2Ffile%2F2011061610.pdf&ei=bAbkVdmwDc28uASzq7qgBw&usg=A
FQjCNElSlnSjsiLp3IRkTi88eirehFKfQ, New York: 2010, hlm. 1. Diakses pada
tanggal 26 Agustus 2015.
VI. Penutup
Pada tanggal 25–27 September 2015, dalam 69th UN General
Assembly telah disahkan suatu kerangka pembangunan global
yang baru, Sustainable Development Goals (SDGs). Negara negara
peserta akan segera mengadopsi dan mengimplementasikannya
di tingkat nasional dan daerah. Konsep sustainable development
ini dibutuhkan untuk mengakomodasi perubahan perubahan yang
terjadi pasca-MDGs 2015. Salah satu tujuan yang diharapkan dapat
dicapai melalui SDGs adalah kesetaraan gender dan pemberdayaan
perempuan. Tujuan ini masih dianggap sebagai unfinished bussines
dari MDGs. Goal 5 mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan
perempuan dan anak perempuan merupakan katalisator yang dapat
mempercepat pencapaian SDGs dalam berbagai bidang lainnya.
Selama proses perumusan SDGs, para stake holders sangat meyakini
bahwa selain sebagai a stand alone goal (tujuan yang berdiri sendiri),
kesetaraan gender, dan pemberdayaan perempuan tetap harus
diintegrasikan atau mainstreaming melalui tujuan SDGs lainnya.
Implementasi bidang bidang SDGs dengan berperspektif
gender, selain akan mendorong pemenuhan target spesifik SDGs,
tujuan kesetaraan gender pun akan tercapai. Tujuan yang berdiri
sendiri dibutuhkan untuk mengarahkan perubahan lebih lanjut dan
mendorong transformasi penyelesaian permasalahan ketidakadilan
gender. Sementara itu, sinergitas antara tujuan kesetaraan gender
dan tujuan lainnya akan mempercepat pemenuhan indikator yang
telah ditetapkan sebagai ukuran dari masing masing tujuan.
Segala bentuk kerangka kerja pembangunan global, termasuk
SDGs, harus didukung dengan implementasi yang berperspektif
gender, termasuk pembiayaan pembangunan, peningkatan sharing
pengetahuan, capacity building, pengembangan dan transfer teknologi,
serta pengumpulan dan pertukaran data. Perspektif gender harus
menjadi pusat dari setiap area pembangunan, dan partisipasi
perempuan sebagai kunci dari desain, implementasi, monitoring, dan
evaluasi. Hal ini akan membantu memastikan bahwa perempuan dan
laki–laki sama sama berkontribusi dan mendapatkan manfaat yang
sama dari pembangunan, dan ketidaksetaraan akan dapat diselesaikan.
Dokumen Internasional
United Nations. The Millennium Development Goals Report: 2015
(Summary). New York, United States of America: 2015.
United Nations (UN). Transforming Our World: The 2030 Agenda for
Sustainable Development. 1 Agustus 2015, https://sustainable
development.un.org/post2015/transformingourworld, diakses
pada tanggal 18 Agustus 2015.
United Nations (UN). Beijing Declaration Platform for Action. Beijing,
Cina: 1995, http://www.un.org/womenwatch/daw/beijing/
pdf/BDPfA%20E.pdf, diakses tanggal 17 Agustus 2015.
DIMENSI EKONOMI
BAB VII
PERAN SEKTOR PERTANIAN
DALAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Edmira Rivani
I. Pendahuluan
Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting
dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi
yang dominan, baik secara langsung maupun secara tidak langsung
dalam pencapaian tujuan pembangunan perekonomian nasional.
Kontribusi dominan sektor pertanian khususnya dalam pemantapan
ketahanan pangan, pengentasan kemiskinan, penciptaan lapangan
kerja, dan pemerataan pendapatan. Secara garis besar kebijakan
pembangunan pertanian diprioritaskan kepada beberapa program
kerja yang dijabarkan ke dalam beberapa kegiatan, dengan tujuan
untuk mencapai sasaran dari pembangunan pertanian.
Perhatian terhadap pembangunan berkelanjutan dimulai sejak
munculnya kekhawatiran R. Malthus atas ketersediaan lahan di Inggris
akibat ledakan penduduk tahun 1798. Kemudian pada tahun 1972,
Meadow, dkk menerbitkan buku yang berjudul The Limit to Growth.
Dalam buku tersebut dikemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi
akan sangat dibatasi oleh ketersediaan sumber daya alam sehingga
penyediaan barang dan jasa yang berasal dari sumber daya alam tidak
akan dapat dilakukan secara terus-menerus.1 Pertanian berkelanjutan
(sustainable agriculture) merupakan implementasi dari konsep
pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di sektor
pertanian. Konsep pembangunan berkelanjutan dimulai akhir tahun
1980 an sebagai respon terhadap strategi pembangunan sebelumnya
yang terfokus pada tujuan pertumbuhan ekonomi tinggi yang terbukti
1
A. Fauzi, Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan: Teori dan aplikasi,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2006, hlm. 23.
2
M. Kuncoro, Strategi, Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif ?, Erlangga.
Jakarta, 2005, hlm.42.
3
S. Friyatno, Analisis Penerapan Intensifikasi Usahatani Padi Sawah Pasca
Krisis Ekonomi (Kasus di Kabupaten Subang, Jawa Barat). Makalah. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian RI, 2001.
4
Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN/
Bappenas), Pemikiran dan Permasalahan Ekonomi di Indonesia dalam
Setengah Abad Terakhir, Penerbit Kanisius, Jakarta, 2005, hlm. 305 – 309.
5
D. A Santosa, Kedaulatan Petani Mengatasi Dampak Perubahan Iklim. Jakarta:
Agrimedia, 2011, hlm. 37–41.
6
Badan Pusat Statistik. Sensus Pertanian 2013, Jakarta 2014.
7
Center Of Reform On Economics (CORE) Indonesia, Kebijakan Ekonomi dan
Sektor Strategis Nasional, Seperti disampaikan dalam workshop Kebijakan
Ekonomi dan Sektor Strategis Nasional yang diselenggarakan oleh Sekretariat
Jenderal DPR RI bekerja sama dengan CORE Indonesia, 2015.
8
Dirjen SDA Kementerian PU, Jakarta 2014.
9
D. A. Santosa, Politik Pangan Global, Kompas, Opini 30 Desember 2013, hlm. 6.
10
Laporan keuangan pemerintah pusat tahun 2004.
11
Pusat kebijakan APBN – Badan Kebijakan Fiskal, 2014.
12
CORE Indonesia, Op. Cit.
Agrimedia, 2011.
V. Penutup
Pembangunan berkelanjutan bukan hanya bertumpu pada
aspek lingkungan hidup, tetapi juga pada pembangunan ekonomi
dan sosial, yang satu sama lain saling berkaitan. Dalam kaitan itu,
implementasi pembangunan pertanian berkelanjutan bukan hanya
tugas dari Kementerian Pertanian atau Kementerian Lingkungan
14
CORE Indonesia, op. Cit.
DIMENSI LINGKUNGAN
BAB VIII
UPAYA MITIGASI DAN ADAPTASI PEMERINTAH DAERAH
DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN IKLIM
Sri Nurhayati Qodriyatun
I. Pendahuluan
Hasil Sensus BPS tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia
mencapai 234,2 juta jiwa dengan penyebaran 60% (140 juta jiwa)
tinggal di Pulau Jawa dan 50% (114 juta jiwa) tinggal di kawasan
perkotaan. Tingkat pertumbuhan penduduk di perkotaan pun cukup
signifikan, 5,89% per tahun, jauh di atas tingkat pertumbuhan rata-
rata nasional (1,17% per tahun). Kondisi ini diperkirakan akan terus
meningkat. Pada tahun 2025 diperkirakan jumlah penduduk perkotaan
akan mencapai 152 juta jiwa (65%).1 Pertumbuhan penduduk
perkotaan yang tinggi ini akan menimbulkan permasalahan perkotaan
seperti kemacetan, banjir, permukiman kumuh, kesenjangan sosial,
dan berkurangnya luasan ruang terbuka hijau.
Akhir-akhir ini, permasalahan kota-kota di Indonesia juga
diperberat dengan hadirnya fenomena perubahan iklim. Perubahan
iklim berdampak signifikan terhadap pembangunan perkotaan.
Dampak yang sangat serius berkaitan dengan kesehatan masyarakat,
penghidupan penduduk (livelihoods), dan penyelamatan asset yang
ada. Dampak tersebut semakin buruk dirasakan oleh penduduk
miskin. Perubahan iklim telah menimbulkan cuaca ekstrim yang
mengakibatkan kekeringan yang amat sangat di musim kemarau dan
curah hujan yang tinggi di musim penghujan. Bahkan pada kota-kota
yang berada di kawasan pesisir, perubahan iklim juga mengakibatkan
1
Direktorat Perkotaan Perdesaan Bappenas dan Direktorat Bina Program
Cipta Karya PU, Kebijakan dan Strategi Pembangunan Perkotaan Nasional
(KSPN) 2010 – 2025, (Jakarta: Direktorat Perkotaan Perdesaan Bappenas dan
Direktorat Bina Program Cipta Karya PU, 2010), p.1.
2
The World Bank, Guide to Climate Change Adaptation in Cities, (Washington:
Urban Development and Local Government Unit, Sustainable Development
Netword, The world Bank, 2011), p.3.
3
Neeraj Prasad, Federica Ranghieri, Fatima Shah, Zoe Trohanis, Earl Kessler,
Ravi Sinha, Kota Berketahanan Iklim: Pedoman Dasar Pengurangan Kerentanan
terhadap Bencana, (Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2010), p. 9.
4
Teddy Kurniawan, “Studi Perubahan Iklim Mengancam Pembangunan
Indonesia”, (http://www.beritasatu.com/iptek/120929-studi-perubahan-
iklim-mengancam-pembangunan-indonesia.html, diakses 1 Agustus 2013).
12
Doni J. Widiantono, Kota Berkelanjutan: Membangun Kota Tanpa Luka, (http://
bulletin.penataanruang.net/upload/data_artikel/Kota%20Berkelanjutan%20
Membangun%20Kota%20Tanpa%20Luka-DR.Ir.Doni%20J.Wididantono,M.
Eng.Sc.PDF, diakses 12 April 2013).
13
Hayu Parasati, “Kebijakan Perkotaan Terkait Perubahan Iklim”, Buletin
Tataruang, Edisi Januari-Februari, 2012, p. 15-18.
14
Wahyu Mulyana, “Kota dan Perubahan Iklim: Strategi Ketahanan Kota
Menghadapi Dampak Perubahan Iklim” dalam Urban and Regional Development
Institute (URDI) dan Yayasan Sugijanto Soegijoko, Bungai Rampai Pembangunan
Kota Indonesia dalam Abad 21, Konsep dan Pendekatan Pembangunan Perkotaan
di Indonesia, Edisi 2, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, 2011), p.71-90.
15
Neeraj Prasad dkk, Op.Cit, p. xvii.
16
Kementerian Lingkungan Hidup, 2007, Op.Cit., p.27.
17
Direktorat Perkotaan Perdesaan Bappenas dan Direktorat Bina Program Cipta
Karya PU, Op.Cit,, p. 27.
18
Ibid
19
Mulyana, Wahyu., David Dodman, Sainan Zhang, dan Daniel Schensul.
“Kerentanan dan Adaptasi Perubahan Iklim di Kawasan Metropolitan
Semarang, Analisis Spasial dan Kependudukan”. Technical Briefing UNFPA.
Oktober 2013.
20
Gunawan Wicaksono, Sekretaris Badan Lingkungan Hidup Kota Semarang,
Wawancara, Kantor BLH Kota Semarang, 8 Oktober 2013.
30
Ibid.
32
Gunawan Wicaksono, Sekretaris Badan Lingkungan Hidup Kota Semarang,
Wawancara, Kota Semarang, 8 Oktober 2013.
33
Akademisi Undip dan LSM Bintari, FGD, Fakultas Ilmu Lingkungan Universitas
Diponegoro, 10 Oktober 2013; masyarakat di DAS Beringin, wawancara,
Kecamatan Ngaliyan, 11 Oktober 2013.
34
Desti Mega Putri, Kabid Fisik dan Prasarana Bappeda Kota Bandar, Wawancara,
Kantor Bappeda Kota Bandar Lampung, 26 September 2013.
35
Sekretaris BPLD, Kasie Penataan Lingkungan Hidup, Kabid Konservasi, Kabid
Pertambangan, Kabid Pengawasan dan Pengendalian, dan Kasub Program
BPLD Kota Bandar Lampung, Wawancara, Kantor BPLD Kota Bandar Lampung,
24 September 2013.
38
Ibid.
39
Pejabat di Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Bandar Lampung, Wawancara,
Kantor Dinas KP Kota Bandar Lampung, 27 September 2013; Pejabat Badan
Lingkungan Hidup Daerah Kota Bandar Lampung, Wawancara, Kantor BLHD
Kota Bandar Lampung, 24 September 2013; dan Pejabat Dinas Pekerjaan
Umum dan Sumber Daya Air Provinsi Lampung, Wawancara, Kantor Dinas PU
dan SDA Provinsi Lampung, 26 September 2013.
IV. Penutup
Perubahan iklim berdampak terhadap kehidupan masyarakat
di daerah perkotaan, terutama perkotaan yang memiliki kawasan
pesisir. Perubahan iklim telah meningkatkan intensitas angin
puting beliung, gelombang panas, dan kekeringan yang sulit
ditanggulangi. Kota Semarang dan Kota Bandar Lampung adalah
dua kota di Indonesia yang terkena dampak buruk dari perubahan
iklim. Dampak perubahan iklim bagi Kota Semarang terlihat dari
terjadinya kenaikan suhu permukaan, meningkatnya intensitas
hujan, kenaikan muka air laut dan perubahan pola cuaca yang
ekstrim. Akibat perubahan iklim tersebut antara lain, banjir baik
banjir kiriman, banjir lokal maupun banjir rob yang semakin
meningkat luasan dan intensitasnya, kekeringan dan krisis air
bersih, serta erosi pantai (abrasi). Sedangkan bagi Kota Bandar
Lampung perubahan iklim mengakibatkan meluasnya kawasan yang
terkena banjir (bertambahnya lokasi banjir), kenaikan air laut dan
abrasi, kekeringan ketika musim kemarau, erosi dan longsor, serta
puting beliung. Untuk masyarakat di kawasan pesisir yang sebagian
besar nelayan, perubahan iklim berdampak terhadap kehidupan
40
Pejabat di Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Bandar Lampung, Wawancara,
Kantor Dinas KP Kota Bandar Lampung, 27 September 2013.
Buku
Conyers, Diana., Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga. Yogyakarta:
UGM Press, 1991.
Mulyana, Wahyu., “Kota dan Perubahan Iklim: Strategi Ketahanan
Kota Menghadapi Dampak Perubahan Iklim” dalam Urban and
Regional Development Institute (URDI) dan Yayasan Sugijanto
Soegijoko, Bungai Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam
Abad 21, Konsep dan Pendekatan Pembangunan Perkotaan di
Indonesia, Edisi 2, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, 2011), p.71–90.
Murdiyarso, Daniel., Sepuluh Tahun Perjalanan Negosiasi Konvensi
Perubahan Iklim. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2003.
Prasad, Neeraj., Federica Ranghieri, Fatima Shah, Zoe Trohanis, Earl
Kessler, Ravi Sinha, Kota Berketahanan Iklim: Pedoman Dasar
Pengurangan Kerentanan terhadap Bencana, Jakarta: Penerbit
Salemba Empat, 2010.
Saputro, M. Seno., Muhammad Nawawi, “Analisis Abrasi Pantai
Semarang Bagian Barat,” Tesis, Semarang: Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro, 2010.
Dokumen
Badan Lingkungan Hidup Kota Semarang, Laporan Akhir Kegiatan
Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Kota Semarang
Tahun 2011, tidak diterbitkan.
Epilog 211
kesehatan dalam pencapaian target SDGs perlu dipecahkan dengan
memerhatikan keterkaitan berbagai dimensi yaitu sosial, ekonomi,
dan lingkungan serta menggunakan pendekatan interdisiplin.
Aspek sosial lain yang tidak kalah penting dalam pembangunan
adalah pendidikan. Tulisan dalam Bab III yang ditulis oleh Faridah
Alawiyah menunjukkan kaitan antara aspek pendidikan dengan
pembangunan berkelanjutan. Penulis fokus pada Program Indonesia
Pintar yang diluncurkan oleh pemerintah, sebuah program
pemberian bantuan tunai pendidikan kepada anak usia sekolah yang
berasal dari keluarga kurang mampu untuk meningkatkan akses bagi
anak-anak berusia sekolah (6–21 tahun) guna mendapatkan layanan
pendidikan sampai tamat satuan pendidikan menengah. Menurut
penulis, pemerintah telah berupaya mengatasi berbagai kendala
dalam program ini. Namun demikian, terdapat beberapa catatan
yang perlu mendapat perhatian sebagai upaya untuk perbaikan
program ini ke depan, antara lain pendidikan nonformal, kondisi
geografis Indonesia, akses ke sektorperbankan, serta penyiapan
guru, sarana, dan prasarana pendidikan.
Kemiskinan sebagai salah satu “musuh” pembangunan juga
perlu mendapat perhatian jika kita membicarakan masalah
pembangunan. Untuk melawan kemiskinan, berbagai sektor
dikerahkan, melalui berbagai kebijakan, program, dan kegiatan
masing-masing sektor. Salah satunya adalah penanggulangan
kemiskinan berbasis pemberdayaan Komite Sekolah. Isu ini diangkat
oleh Dinar Wahyuni dan tampil pada Bab IV. Penulis berasumsi
kemiskinan menjadi penyebab utama kerusakan lingkungan hidup,
sehingga penanggulangan kemiskinan menjadi poin penting yang
menentukan keberhasilan pembangunan berkelanjutan. Kelompok
miskin di Indonesia membutuhkan kebijakan yang diarahkan
langsung pada akar permasalahannya, yakni meningkatkan
kemampuan individu melalui pemberdayaan. Pemberdayaan ini
dapat diwujudkan dalam bentuk partisipasi dalam pendidikan.
Dalam hal ini, partisipasi ditekankan pada keterlibatan aktif dari
masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui Komite
Sekolah, karena lembaga ini merupakan representasi dari berbagai
unsur pendidikan yang bertanggung jawab terhadap peningkatan
mutu pendidikan.
Epilog 213
melalui tulisan Edmira Rivani yang memaparkan peran sektor
pertanian dalam pembangunan berkelanjutan. Penulis menyatakan
bahwa salah satu penyebab kegagalan dalam implementasi
pembangunan berkelanjutan adalah pendekatan penerapan
secara sektoral dan parsial. Pendekatan yang egosektoral tersebut
mengakibatkan banyak komitmen Indonesia pada banyak konvensi
dan kesepakatan internasional tidak dapat dilaksanakan secara
penuh di lapangan. Pendekatan egosektoral tersebut juga yang
menyebabkan dalam era persaingan global saat ini, Indonesia selalu
ketinggalan dan belum memperlihatkan komitmen tinggi terhadap
berbagai kesepakatan global. Oleh karena itu dibutuhkan penerapan
secara terpadu, lintas sektoral, dan lintas disiplin ilmu, baik pada
tingkat pusat dan/atau daerah.
Last but not least, dimensi lingkungan sebagai salah satu
dimensi dalam pembangunan berkelanjutan juga menjadi fokus
bahasan dalam buku ini. Sri Nurhayati Qodriyatun pada akhir
buku ini menekankan pentingnya upaya mitigasi dan adaptasi
dalam menghadapi perubahan iklim, terutama yang dilakukan
oleh pemerintah daerah. Hasil penelitian penulis di dua kota yaitu
Semarang dan Lampung menunjukkan bahwa perubahan iklim telah
membawa berbagai dampak dalam kehidupan masyarakat. Dampak
perubahan iklim bagi Kota Semarang terlihat dari terjadinya
kenaikan suhu permukaan, meningkatnya intensitas hujan, kenaikan
muka air laut dan perubahan pola cuaca yang ekstrim. Sementara
bagi Kota Bandar Lampung perubahan iklim mengakibatkan
meluasnya kawasan yang terkena banjir (bertambahnya lokasi
banjir), kenaikan air laut dan abrasi, kekeringan ketika musim
kemarau, erosi dan longsor, serta puting beliung. Oleh karena itu
ke depan, pemerintah daerah seharusnya melibatkan masyarakat
dalam kebijakan mitigasi dan adaptasi, baik dalam perencanaan
kebijakan maupun dalam pelaksanaannya.
Dari delapan tulisan yang ada dalam buku ini, ada satu benang
merah yang dapat kita tarik sebagai kesimpulan, yaitu bahwa
pembangunan berkelanjutan adalah sebuah konsep yang memiliki
beragam aspek, dan keseluruhan aspek tersebut harus mendapat
perhatian jika kita menginginkan tujuan pembangunan berkelanjutan
dapat tercapai. Untuk itu, prinsip pembangunan berkelanjutan yaitu
“memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan
Sali Susiana
Epilog 215
INDEKS
Indeks 217
E HIV/AIDs , 34, 48, 128
Edi Suharto, 10 Human development, 7, 11, 15, 36,
Economic overtone, 21 43, 45, 56
Ekonomi, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, Human capital , 9, 11
14, 15, 16, 17, 18, 20, 21, 26, 28, Human Development Index/HDI, 43
29, 30, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, Human trafficking, 22
41, 42, 44, 45, 46, 48, 50, 51, 55,
56, 58, 59, 60, 63, 66, 67, 78, 85, I
88, 89, 90, 92, 111, 112, 113, 114, I Ketut Dunia, 59
115, 116, 119, 121, 122, 123, India, 15, 94, 165, 171, 184
126, 127, 129, 130, 132, 133, Indonesia, 4, 5, 14, 15, 18, 20, 21, 22,
135, 137, 138, 138, 139, 140, 23, 26, 28, 30, 33, 40, 45, 46, 47,
142, 144, 145, 148, 149, 157, 48, 49, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61,
158, 159, 160, 161, 163, 172, 63, 64, 65, 66, 67, 73, 74, 75, 76,
173, 186, 187, 188, 197, 199 77, 78, 79, 86, 88, 91, 94, 95, 100,
Environmental development, 14, 36 106, 111, 112, 114, 116, 117,
Equity and Justice, 38 119, 121, 123, 127, 130, 131,
Eropa Selatan, 46 148, 158, 160, 164, 165, 167,
169, 173, 179, 180, 181, 183,
F 184, 185, 186, 187, 188, 206
Filipina, 59 Infant Mortality Rate, 42
Freedom, 7, 143 Inflasi , 4
Inpres Desa Tertinggal (IDT), 120
Integrative Approach, 38
G
Interdisipliner, 12
GBHN, 4 Internasional , 4, 13, 18, 33, 41, 58,
GNP, 4, 40 85, 86, 106, 114, 123, 149, 161,
Geografis, 18, 75, 79, 143, 182, 183, 173
188 Investasi, 5, 7, 9, 16, 23, 24, 25, 27,
Gerokgak, 59 33, 45, 56, 114
Gross Domestic Product (GDP), 40 Infeksi Menular Seksual (IMS), 48
Gro Harlem Brundtland, 36 IPM, 15
Gross National Product/GNP, 40
growth and equity of strategy
J
development, 7
Gustav Ranis, 15 Jawa Tengah, 58, 166
Jaminan Kesehatan Masyarakat
(Jamkesmas), 26
H
Jaminan Kesehatan Daerah
Hak Asasi Manusia (HAM), 13 (Jamkesda), 26
HDR, 15 Jepang, 46
Indeks 219
56, 62, 64, 66, 72, 73, 76, 85, 86, Q
87, 88, 89, 90, 91, 94, 97, 101, Quintiles atau deciles, 41
106, 111, 112, 113, 114, 115, Quality Control , 73
116, 117, 118, 119, 120, 121,
122, 123, 125, 126, 127, 128,
R
129, 130, 131, 132, 133, 136,
137, 138, 139, 142, 143, 146, Rencana Aksi Nasional Perubahan
148, 149, 150, 151, 157, 158, Iklim (RAN-PI), 187
160, 161, 162, 172, 173, 179, Rencana Anggaran Pendapatan dan
181, 184, 187, 188, 192, 193, Belanja Sekolah (RAPBS), 101
194, 195, 196, 197, 198, 199, Revolusi industri , 46
200, 201, 202, 203, 204, 206, Rio de Jeneiro, 85, 86
207, 208 Rochman, 13
Pendapatan Domestik Bruto (PDB), Rogers, 4
40 RPJMN , 46, 47, 86, 187
People centered development, 14, 16 RPJPK, 46, 47, 86, 187, 192
Persatuan Orang Tua Murid dan Rusia, 94
Guru (POMG), 98
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), S
13, 35 Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), 63,
Prayitno, 13 66
Presiden, 4, 61, 64, 65, 131 Sekolah Dasar (SD), 72, 103
Profit oriented, 14 Sekolah Menengah Atas (SMA), 72
Program Indonesia Pintar (PIP), 61 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK),
Program Keluarga Harapan (PKH), 67 72
Program Penanggulangan Kemiskinan Sekolah Menengah Pertama (SMP) ,
Perkotaan (P2KP), 120 72, 103
Program Pengembangan Kecamatan Singapura, 18, 59
(PPK), 120 Social capital, 11, 56
Politik global 4 Social deprivation, 21
POM (Persatuan Orang Tua Murid), Social functioning, 11
98 Social welfare development , 11
Poverty trap, 21 Social welfare services, 12
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat South Afrika, 94
(PKBM), 63, 66 Suwandi, 7
Pusat Data dan Statistik Pendidikan Sriharini, 22, 29
(PDSP), 73 Stockholm Swedia, 3
Puskesmas, 25, 27, 28, 196 Stockholm Conference, 37
Stockholm Declaration, 4
Indeks 221
BIOGRAFI