Abstrak
Kalimantan sampai saat ini masih dibilang sebagai pulau yang aktif dalam
pembangunan dan budayanya. Tetapi pada kenyataannya pembangunan
dikalimantan masih masih jauh dari kemerataan yang diharapkan khususnya
dibidang pembangunan jalan raya ataupun jalan perhubungan antar kabupaten,
maupun antar kecamatan. Dampak dari tidak meratanya pembangunan di
Kalimantan memang tidak terlalu dirasakan oleh lapisan masyarakat yang tinggal
didaerah yang mendapat pembangunan yang cukup pesat tetapi ketidak merataan
pembangunan ini dirasakan oleh masyarakat yang tinggal didaerah terpencil
dengan fasilitas pembangunan khususnya jalan raya yang masih kurang memadai
yang dampaknya dapat menghambat aktivitas dan kelancaran lalu lintas
masyarakat. Keberadaan infrastruktur pada sebuah Negara merupakan hal yang
mutlak diperlukan. Namun, dalam membangun dan mengembangkan infrastruktur
tidaklah mudah, ada banyak masalah yang dapat menghambat. Berbagai
permasalahan pembangunan infrastruktur seperti kurangnya koordinasi dalam
membangun infrastruktur, kurangnya dana, kendala pembebasan lahan, lembaga
pembangun infrastruktur yang kurang berkompeten, dan lambatnya penyusanan
peraturan. Dengan adanya permasalahan tersebut haruslah memikirkan solusi
yang terbaik akan akar permasalahan dengan memperbaiki kerjasama antar
lembaga, merencanakan pembangunan infrastruktur secara matang, mengajak
keterlibatan masyarakat, dan memperbaiki birokrasi Indonesia.
I. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Mengetahui permasalahan terkait pembangunan infrastruktur.
2. Bagaimana cara mengatasi permasalahan terkait pembangunan infrastruktur.
2.1 Hipotesis
Hipotesis yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu:
1. Dalam pembangunan infrastruktur tidak terlepas dari adanya berbagai
permasalahan seperti kurangnya koordinasi dalam membangun infrastruktur,
kurangnya dana, kendala pembebasan lahan, lembaga pembangun
infrastruktur yang kurang berkompeten, dan lambatnya penyusanan peraturan..
2. Dengan adanya permasalahan haruslah memikirkan solusi yang terbaik akan
akar permasalahan dengan memperbaiki kerjasama antar lembaga,
merencanakan pembangunan infrastruktur secara matang, mengajak
keterlibatan masyarakat, dan memperbaiki birokrasi Indonesia
II. LITERATUR
II.1. Pembangunan
Istilah pembangunan dapat diartikan berbeda dari orang ke orang. Namun,
ada kesepakatan umum bahwa pembangunan adalah proses perubahan
(Riyandi dan Deddy, 2005). Menurut Lewis (1994), pembangunan adalah
proses perubahan yang mencakup seluruh sistem sosial seperti politik,
ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, institusi dan
budaya. Dengan demikian, proses pembangunan berlangsung dalam segala
aspek kehidupan masyarakat, ekonomi, sosial, budaya, dan politik, baik
secara makro maupun mikro. Makna penting pembangunan adalah
kemajuan/peningkatan, pertumbuhan dan diversifikasi.
II.2. Infrastruktur
Pengertian Infrastruktur, menurut American Public Works Association
(Stone, 1974 dalam Kodoatie, R.J., 2005) infrastruktur adalah fasilitas-
fasilitas fisik yang dikembangkan atau dibutuhkan oleh agen-agen publik
untuk fungsifungsi pemerintahan dalam penyediaan air, tenaga listrik,
pembuangan limbah, transportasi dan pelayanan-pelayanan similar untuk
memfasilitasi tujuan-tujuan sosial dan ekonomi. Berdasarkan pengertian
infrastruktur tersebut maka infrastruktur merupakan sistem fisik yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial
dan ekonomi.
III. METODE
Metode yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini yaitu studi
pustaka atau metode kualitatif dengan penjabaran deskriptif, yaitu suatu
penelitian yang bertujuan untuk memperoleh gambaran untuk mengevaluasi
kebijakan yang ada. Penelitian Kualitatif ini bertujuan untuk mendapatkan
pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial yang menjadi
fokus penelitian. Pemahaman tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu,
tetapi didapat setelah melakukan analisis tersebut, kemudian ditarik
kesimpulan berupa pemahaman umum yang sifatnya abstrak tentang
kenyataan-kenyataan. Data diambil melalui proses wawancara, studi
pustaka, dokumentasi, dan observasi.
IV. HASIL
Visi Kabupaten Kutai Timur yaitu “Menata Kutai Timur Sejahtera untuk
Semua”. Untuk mewujudkan visi tersebut, maka diciptakanlah misi
sebagaimana yang disebutkan dibawah :
1. Mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia, berbudaya dan bersatu.
2. Mewujudkan daya saing ekonomi masyarakat berbasis sektor pertanian.
3. Mewujudkan pelayanan dasar bagi masyarakat secara proporsional dan
merata.
4. Mewujudkan pemerintahan yang partisipatif berbaris penegakan hokum
dan teknologi informasi.
5. Mewujudkan sinergitas pengembangan wilayah dan intergrasi
pembangunan yang berwawasan lingkungan.
Strategi pembangunan infrastruktur Kabupaten Kutai Timur terdapat pada
poin kelima misi diatas, yaitu mewujudkan sinergitas pengembangan
wilayah dan intergrasi pembangunan yang berwawasan lingkungan.
V. PEMBAHASAN
Kalimantan Timur sebagai salah satu provinsi yang sedang berkembang dan
ada beberapa kabupaten yang menjadi provinsi baru, penilaian infrastruktur
sangatlah penting. Infrastruktur yang masih ada masih terbatas, penelitian
ini diharapkan dapat membantu pemerintah Provinsi Kalimantan Timur
untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dan potensi infrastrukturnya
dalam menghadapi perkembangan dimasa mendatang. Total panjang jalan
negara yang berada di Provinsi Kalimantan Timur adalah 2.118,18 yang
mana sekitar 83% sudah beraspal, sedangkan sisanya belum. Jalan negara
dalam kondisi yang baik sekitar 42,03%. Total panjang jalan kabupaten/kota
yang berada di Provinsi Kalimantan Timur adalah 10,533,84 km yang terdiri
dari permukaan aspal sepanjang 2570,99 km atau 24,41% sedangkan
sisanya belum. Berdasarkan kondisinya, jalan kabupaten/kota dalam kondisi
baik sepanjang 4.129,21 km atau 31,20 % sedangkan sisanya dalam keadaan
sedang, rusak, dan rusak berat. Di Kalimantan Timur, terdapat 12 Pelabuhan
Udara seperti Sepinggan Balikpapan, Temindung Samarinda, bandara
bontang, Datah Dawai Mahakam Ulu, Kota 4 Bangun Kutai Kartanegara,
Long Apari Kutai Barat, Maratua Kepulauan Derawan, Melalan Merak
Barong Tongkok, Muara Wahau Kutai Timur, Paser Tanah Grogot, Tanjung
Bara Sangata, dan Kalimarau Berau. Bandar Udara Internasional
Balikpapan, pada tahun 2013 telah memberangkatkan dan menurunkan
penumpang paling banyak. Pada tahun 2013 telah memberangkatkan
sebanyak 3,33 juta lebih penumpang dan telah menurunkan sekitar 3,35 juta
penumpang.
Kabupaten Kutai Timur merupakan salah satu wilayah hasil pemekaran dari
Kabupaten Kutai yang di bentuk berdasarkan UU. 47 Tahun 1999, tentang
pemekaran wilayah Provinsi dan Kabupaten yang diresmikan oleh Mendagri
pada tanggal 12 Oktober 1999. Ibukota Kabupaten ini terletak di Sangattha
Utara. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 35.747,50 km2 atau 17% dari
luas Provinsi Kalimantan Timur dan berpenduduk sebanyak 424.334 jiwa
(hasil Sensus Penduduk Indonesia 2020) dengan kepadatan 12 jiwa/km2.
Di Kalimantan Timur masih terdapat sekiat 102 desa yang belum tersentuh
infrastruktur yang memadai seperti listrik bahkan jalan. Memang sebagian
besar desa di Kalimantan Timur sudah berlistrik. Hasil survey Potensi Desa
BPS menunjukkan sebanyak 1.319 desa sudah tersentuh layanan tersebut.
Namun, tak seluruhnya diusahakan oleh PT. PLN, sebagian penduduk
menggunakan fasilitas listrik yang dibangun perusahaan tambang. Carita ini
sebenenrnya ironis sebab Kalimantan Timur ditenggarai memiliki sumber
daya mineral dan energy minyak sebanyak 1,17 million metric stock tank
barrel (MMSTB), gas bumi 48.680 billion standard cubic feet (BSCF), batu
bara 21 miliar ton, dan emas 60,5 juta ton. Data tersebut diambil dari bahan
presentasi mantan Wali Kota Tarakan Yusuf SK terkait rencana pemekaran
Kalimantan Utara di Komisi II DPR. Kalimantan Timur kaya sumber alam
dan sumber energy. Penghasilan di sector tambang batu bara yang telah
dikeruk seharusnya cukup memadai untuk menerangi seluruh Kalimantan
Timur. Namun, faktanya penduduk Kalimantan Timur di daerah yang
menjadi sentra pengerukan, seperti Kutai Timur, Paser, Kutai Kartanegara,
Kutai Barat, dan Samarinda, masih kesulitan sumber energi.
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan diatas, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut : Perencanaan pembangunan jalan sudah
dilakukan sesuai prosedur. Kendala-kendala yang dihadapi Dinas Pekerjaan
Umum dalam Proses Pelaksanaan Pembangunan tidak membuat proyek
pembangunan jalan terbengkalai dan tetap diselesaikan sesuai dengan
jadwal dan waktu yang telah ditentukan Dalam pembangunan infrastruktur
tidak terlepas dari adanya berbagai permasalahan dengan adanya
permasalahan tersebut haruslah memikirkan solusi yang terbaik akan akar
permasalahan seperti memperbaiki kerjasama antar lembaga, merencanakan
pembangunan infrastruktur secara matang, mengajak keterlibatan
masyarakat, dan memperbaiki birokrasi Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA