Anda di halaman 1dari 19

Qa

MAKALAH

SOSIOLOSI PEDESAAN
STRATEGI DAN MODEL PEMBANGUNAN
MASYARAKAT DESA (2)

DISUSUN OLEH:

BOY KELVIN Y. SIHOMBING

NIM:

05041282126064

PRODI PETERNAKAN

JURUSAN TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PETERNAKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

TAHUN 2021/2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................

..............................................................................................................................

1.1 LATAR BELAKANG....................................................................................................................................


1.2 RUMUSAN MASALAH........................................................................................................................

PEMBAHASAN....................................................................................................

2.1 pendekatan modernisasi.........................................................................................


2.2 community development..........................................................................................
2.3 pendekatan partisipatif...................................................................................................
2.4 pemberdayaan masyarakat.......................................................................................
2.5 teori pembangunan desa................................................................................................
2.6 ketahanan pangan isu pokok abad ke-21

BAB 3 KESIMPULAN...............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan merupakan hal yang tidak asing lagi bagi suatu Negara. Tujuan
pembangunan sendiri adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan
begitu, pembangunan dilaksanakan secara terus-menerus sebagai suatu proses agar
mampu tercapai keadaan masyarakat yang semakin baik. Pembangunan pedesaan
merupakan bagian yang penting dari pembangunan Nasional. Selama ini banyak
program pembangunan yang dilakukan di Desa dirancang oleh Pemerintah. Dalam
rangka menyelenggarakan pemerintahan, Negara Indonesia terdiri atas daerah
Provinsi yang terdiri dari beberapa Kabupaten/ Kota, sedangkan daerah Kabupaten/
Kota terbagi atas Desa dan Kelurahan yang merupakan satuan pemerintahan
terendah. (Nurcholis, 2011: 1). Desa merupakan kesatuan geografis terdepan dimana
hampir sebagian besar penduduk bermukim. Desa yang merupakan kesatuan
masyarakat hukum juga memiliki kewenangan sekalipun kewenangannya tidak seluas
kewenangan milik pemerintah daerah. (Eko et al, 2014: 91). Desa mempunyai
kedudukan yang sangat penting di Negara Indonesia baik sebagai alat untuk
mencapai tujuan Negara maupun sebagai sebuah lembaga yang memperkuat struktur
pemerintahan Negara. Sebagai alat dalam mencapai tujuan Nasional, Desa dapat
menjangkau sasaran yang akan disejahterakan karena merupakan agen terdepan
pemerintah. (Nurcholis, 2011: 2). Posisi desa yang strategis yaitu berhubungan
langsung dengan masyarakat, dapat dipastikan bahwa setiap program pembangunan
yang berasal dari pemerintah akan kembali ke Desa. Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1974 pada masa pemerintahan Orde Baru, sistem sentralisasi masih
terlihat kuat dalam kebijakan yang dibuat terkait dengan Desa. Dengan sistem
sentralistik ini perencanaan pembangunan berada di tangan pemerintah pusat. Proses
dalam perencanaan pembangunan dan kebijakan ini dilakukan dari atas ke bawah
atau top-down planning and development. (Adisasmita, 2011: 1).
1.2 RUMUSAN MASALAH
a. Pendekatan Modernisasi
b. Community Development
c. Pendekatan Partisipatif
d. Pemberdayaan Masyarakat
e. Teori Pembangunan Desa
f. Ketahanan Pangan Isu Pokok Abad ke 21
PEMBAHASAN

2.1. Pendekatan Modernisasi

Teori Modernisasi lahir sekitar tahun 1950-an di Amerika Serikat sebagai wujud
respon kaum intelektual atas Perang Dunia II yang telah menyebabkan munculnya
negara-negara Dunia Ketiga. Kelompok negara miskin yang ada dalam
istilah Dunia Ketiga adalah negara bekas jajahan perang yang menjadi bahan rebutan
pelaku Perang Dunia II. Sebagai negara yang telah mendapatkan pengalaman sekian
waktu sebagai negara jajahan, kelompok Dunia Ketiga berupaya melakukan
pembangunan untuk menjawab pekerjaan rumah mereka yaitu kemiskinan,
pengangguran, gangguan kesehatan, pendidikan rendah, rusaknya lingkungan,
kebodohan, dan beberapa problem lain.
Secara etimologis, ada beberapa tokoh yang mengajukan pendapat tentang makna
modernisasi. Everett M. Rogers dalam “Modernization Among Peasants: The 10
Impact of Commu-nication” menyatakan bahwa modernisasi merupakan proses
dimana individu berubah dari cara hidup tradisional menuju gaya hidup lebih
kompleks dan maju secara teknologis serta cepat berubah. Cyril E. Black dalam
“Dinamics of Modernization” berpendapat bahwa secara historis modernisasi adalah
proses perkembangan lembaga-lembaga secara perlahan disesuaikan dengan
perubahan fungsi secara cepat dan menimbulkan peningkatan yang belum pernah
dicapai sebelumnya dalam hal pengetahuan manusia. Dengan pengetahuan tersebut,
akan memungkinkan manusia untuk menguasai lingkungannya … makin tinggi rasio
tersebut, maka modernisasi akan semakin mungkin terjadi. Dari beberapa definisi
tersebut, modernisasi dapat dipahami sebagai sebuah upaya tindakan menuju
perbaikan dari kondisi sebelumnya. Selain upaya, modernisasi juga berarti proses
yang memiliki tahapan dan waktu tertentu dan terukur. Sebagaimana sebuh teori,
Modernisasi memiliki asumsi dasar yang menjadi pangkal hipotesisnya dalam
menawarkan rekayasa pembangunan. Pertama, kemiskinan dipandang oleh
Modernisasi sebagai masalah internal dalam sebuah negara (Arief Budiman,2000:18).
Kemiskinan dan problem pembangunan yang ada lebih merupakan akibat dari
keterbelakangan dan kebodohan internal yang berada dalam sebuah negara, bukan
merupakan problem yang dibawa oleh faktor dari luar negara. Jika ada seorang warga
yang miskin sehingga ia tidak mampu mencukupi kebutuhan gizinya, maka
penyebab utama dari fakta tersebut adalah orang itu sendiri dan negara dimana orang
tersebut berada, bukan disebabkan orang atau negara lain. Artinya, yang paling
pantas dan layak melakukan penyelesaian masalah atas kasus tersebut adalah
orang dan negara dimana orang itu berada, bukan negara lain. Kedua, muara segala
problem adalah kemiskinan, pembangunan berarti perang terhadap kemiskinan. Jika
pembangunan inginTeori Modernisasi adalah teori pembangunan yang menyatakan
bahwa pembangunan dapat dicapai melalui mengikuti proses pengembangan yang
digunakan oleh negara-negara berkembang saat ini. Teori tindakan Talcott Parsons
'mendefinisikan kualitas yang membedakan "modern" dan
"tradisional" masyarakat. Pendidikan dilihat sebagai kunci untuk menciptakan
individu modern. Teknologi memainkan peran kunci dalam teori pembangunan
karena diyakini bahwa teknologi ini dikembangkan dan diperkenalkan kepada
negara-negara maju yang lebih rendah akan memacu pertumbuhan
ekonomi. Salah satu faktor kunci dalam Teori Modernisasi adalah keyakinan bahwa
pembangunan memerlukan bantuan dari negara-negara maju untuk membantu
negara-negara berkembang untuk belajar dari perkembangan mereka. Dengan
demikian, teori ini dibangun di atas teori bahwa ada kemungkinan untuk
pengembangan yang sama dicapai antara negara maju dan dikembangkan lebih
rendah.

2.2. Community Development

Pembangunan Masyarakat adalah suatu kegerakkan yang direncanakan untuk


meningkatkan taraf kehidupan yang lebih baik dari segenap anggota masyarakat
melalui partisipasi aktif, dan jika memungkinkan, merupakan inisiatif dari
komunitasnya … Hal ini meliputi dari keseluruhan kemampuan pencapaian atas
aktivitas pembangunan di daerah yang bersangkutan entah dibawah pengawasan oleh
pemerintah atau lembaga-lembaga non-birokrat … <Pembangunan Masyarakat>
harus memberdayakan kegerakkan masyarakat yang bekerjasama
dan harus menjadi satu kesatuan kerja dengan lembaga-lembaga pemerintahan
lokalbahwa pembangunan masyarakat (community development) haruslah
dicanangkan untuk tujuan meningkatkan taraf kehidupan suatu masyarakat secara
menyeluruh (holistic) melalui cara mendorong masyarakat agar lebih berperan aktif
dan juga terus berusaha membuka peluang agar pembangunan masyarakat
(community development) tersebut dilakukan berdasarkan atau lahir dari prakarsa
masyarakat itu sendiri. Dengan kata lain, pembangunan masyarakat (community
development) harus merupakan suatu kegerakan masyarakat yang meliputi berbagai
program-program kerja pembangunan masyarakat dari tingkat distrik, entah yang
dimotori oleh pemerintahan setempat atau oleh lembaga-lembaga non-pemerintahan.
usaha-usaha yang terorganisir untuk memperbaiki kondisi dari suatu kehidupan
komunitas, dan yang memperbaiki kapasitas bagi integrasi dan arah tujuan diri dari
komunitas yang bersangkutan. Upaya utama dari Pembangunan Masyarakat adalah
bekerja melalui pendataan dan pengorganisasian secara mandiri dan usaha-usaha
kerjasama dari pihak penduduk dari komunitas yang bersangkutan, tetapi juga
mendapat bantuan secara teknis dari pemerintah atau lembaga sukarela maka
dapatlah ditekankan bahwa pemberdayaan masyarakat berarti suatu upaya yang
disengaja dan terencana untuk meningkatkan martabat dan harkat masyarakat
melalui dan sekaligus menggunakan potensi masyarakat tersebut. Karena
pemberdayaan masyarakat adalah suatu konsep pembangunan ekonomi yang
mencakup pembangunan sosial budaya masyarakat yang harus merefleksikan
paradigma pembangunan masyarakat yang berorientasi kepada pembanguan
masyarakat yang berorintasi pada people-centered, pembangunan masyarakat yang
dijalankan dariparticipatory masyarakat setempat, dan suatu implementasi
pembangunan masyarakat yang mampu meningkatkan daya yang mendorong adanya
empowering bagi semua anggota masyarakat, dan suatu pembangunan masyarakat
yang sustainable sehingga mampu menyediakan ketersediaan sumber daya alam yang
cukup dan memadai bagi generasi mendatang.

2.3 Pendekatan Partisipatif

Pendekatan partisipatif merupakan salah satu cara merumuskan kebutuhan


pembangunan daerah dan desa yang menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama
pembangunan. Konsep ini menempatkan masyarakat lapisan bawah sebagai
perencana dan penentu kebijakan pembangunan di tingkat lokal (Nurman, 2015).
Pendekatan partisipatif dalam pembangunan desa merupakan suatu paduan atau
model penggalian potensi dan gagasan pembangunan desa yang menitikberatkan pada
partisipasi atau peranserta masyarakat dalam keseluruhan proses pembangunan.
Konsep ini dilandasi oleh nilai-nilai dan semangat gotong royong yang telah
mengakar dan budaya masyarakat Indonesia. Gotong royong bertumpu pada
keyakinan bahwa setiap warga masyarakat memiliki hak untuk memutuskan dan
merencanakan apa yang terbaik bagi diri dan lingkungan serta cara terbaik dalam
upaya mewujudkannya Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan UU.No.6 Tahun 2014, yang antara lain menyebutkan : (1)
Pembangunan desa mengedepankan kebersamaan, kekeluargaan, dan
kegotongroyongan. (2) Perencanaan pembangunan desa diselenggarakan dengan
mengikutsertakan masyarakat desa; (3) Dalam menyusun rencana pembangunan desa
(rencana pembangunan jangka menengah desa atau RPJM-Desa, dan rencana
pembangunan tahunan desa atau yang disebut rencana kerja pemerintah desa atau
RKP-Desa), pemerintah desa wajib menyelenggarakan musyawarah perencanaan
pembangunan desa secara partisipatif, yang diikuti oleh Badan Permusyawaratan
Desa dan unsur masyarakat desa; (4) Pembangunan desa dilaksanakan oleh
pemerintah desa dengan melibatkan seluruh masyarakat desa dengan semangat
gotong royong, dan dengan memanfaatkan kearifan lokal dan sumber daya alam desa;
(5) Masyarakat desa berhak mendapatkan informasi mengenai rencana dan
pelaksanaan pembangunan desa; (6) Masyarakat desa berhak melakukan pemantauan
terhadap pelaksanaan pembangunan desa.
Agar pendekatan partisipatif dalam pembangunan desa dapat berjalan efektif, maka
pemerintah desa dibantu oleh lembaga kemasyarakatan desa (seperti Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat atau LPM, Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga atau
PKK, dan lainnya). Disebutkan dalam UU. No.6 Tahun 2014 dan PP. No.43 Tahun
2014, bahwa lembaga kemasyarakatan desa mempunyai tugas dan fungsi antara lain
ikut serta menyusun rencana, melaksanakan, mengendalikan, melestarikan dan
mengembangkan hasil pembangunan desa secara partisipatif; serta sebagai wadah
partisipasi masyarakat, penampung dan menyalurkan asprasi masyarakat dalam
pembangunan desa.

2.4 Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat, secara lugas dapat diartikan sebagai suatu


proses yang membangun manusia atau masyarakat melalui pengembangan
kemampuan masyarakat, perubahan perilaku masyarakat, dan
pengorganisasian masyarakat. Dari definisi tersebut terlihat ada 3 tujuan
utama dalam pemberdayaan masyarakat yaitu mengembangkan kemampuan
masyarakat, mengubah perilaku masyarakat, dan mengorganisir diri
masyarakat.

Kemampuan masyarakat yang dapat dikembangkan tentunya banyak sekali


seperti kemampuan untuk berusaha, kemampuan untuk mencari informasi,
kemampuan untuk mengelola kegiatan, kemampuan dalam pertanian dan
masih banyak lagi sesuai dengan kebutuhan atau permasalahan yang
dihadapi oleh masyarakat.  

Perilaku masyarakat yang perlu diubah tentunya perilaku yang merugikan


masyarakat atau yang menghambat peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Pengorganisasian masyarakat dapat dijelaskan sebagai suatu upaya


masyarakat untuk saling mengatur dalam mengelola kegiatan atau program
yang mereka kembangkan. Disini masyarakat dapat membentuk panitia
kerja, melakukan pembagian tugas, saling mengawasi, merencanakan
kegiatan, dan lain-lain.

Pemberdayaan masyarakat muncul karena adanya suatu kondisi Kondisi


sosial ekonomi masyarakat yang rendah mengakibatkan mereka tidak mampu
dan tidak tahu. Ketidakmampuan dan ketidaktahuan masyarakat
mengakibatkan produktivitas mereka rendah.

Pemberdayaan masyarakat dilaksanakan melalui : (1) Pengembangan


masyarakat, (2) Pengorganisasian masyarakat

Apa yang dikembangkan dari masyarakat yaitu potensi atau kemampuannya


dan sikap hidupnya. Kemampuan masyarakat dapat meliputi antara lain
kemampuan untuk bertani, berternak, melakukan wirausaha, atau
ketrampilan-ketrampilan membuat home industri; dan masih banyak lagi
kemampuan dan ketrampilan masyarakat yang dapat dikembangkan.

Dalam rangka mengembangkan kemampuan dan ketrampilan masyarakat,


dapat dilakukan dengan berbagai cara. Contoh dengan mengadakan
pelatihan atau mengikutkan masyarakat pada pelatihan-pelatihan
pengembangan kemampuan dan ketrampilan yang dibutuhkan. Dapat juga
dengan mengajak masyarakat mengunjungi kegiatan ditempat lain dengan
maksud supaya masyarakat dapat melihat sekaligus belajar, kegiatan ini
sering disebut dengan istilah studi banding.

Dapat juga dengan menyediakan buku-buku bacaan yang sekiranya sesuai


dengan kebutuhan atau peminatan masyarakat. Masih banyak bentuk lainnya
yang bias diupayakan.

Sikap hidup yang perlu diubah tentunya sikap hidup yang merugikan atau
menghambat peningkatan kesejahteraan hidup. Merubah sikap bukan
pekerjaan mudah. Mengapa ? karena masyarakat sudah bertahun-tahun
bahkan puluhan tahun sudah melakukan hal itu. Untuk itu memerlukan waktu
yang cukup lama untuk melakukan perubahan sikap.  

Caranya adalah dengan memberikan penyadaran bahwa apa yang mereka


lakukan selama ini merugikan mereka. Hal ini dapat dilakukan dengan
memberikan banyak informasi dengan menggunakan berbagai media, seperti
buku-buku bacaan, mengajak untuk melihat tempat lain, menyetel film
penerangan, dan masih banya cara lain.

Pada pengorganisasian masyarakat, kuncinya adalah menempatkan


masyarakat sebagai pelakunya. Untuk itu masyarakat perlu diajak mulai dari
perencanaan kegiatan, pelaksanaan, sampai pemeliharaan dan pelestarian.

Pelibatan masyarakat sejak awal kegiatan memungkinkan masyarakat


memiliki kesempatan belajar lebih banyak. Pada awal-awal kegiatan
mungkin “Pendamping” sebagai pendamping akan lebih banyak memberikan
informasi atau penjelasan bahkan memberikan contoh langsung. Pada tahap
ini masyarakat lebih banyak belajar namun pada tahap-tahap
berikutnya “Pendamping” harus mulai memberikan kesempatan kepada
masyarakat untuk mencoba melakukan sendiri hingga mampu atau bisa. Jika
hal ini terjadi maka dikemudian hari pada saat “Pendamping” meninggalkan
masyarakat tersebut, masyarakat sudah mampu untuk melakukannya sendiri
atau mandiri.

Prinsip dasar pemberdayaan untuk mewujudkan masyarakat yang berdaya


atau mandiri:

a.   Penyadaran

Untuk dapat maju atau melakukan sesuatu, orang harus dibangunkan dari
tidurnya. Demikian masyarakat juga harus dibangunkan dari “tidur”
keterbelakangannya, dari kehidupannya sehari-hari yang tidak
memikirkan masa depannya. Orang yang pikirannya tertidur merasa tidak
mempunyai masalah, karena mereka tidak memiliki aspirasi dan tujuan-
tujuan yang harus diperjuangkan.

Penyadaran berarti bahwa masyarakat secara keseluruhan menjadi sadar


bahwa mereka mempunyai tujuan-tujuan dan masalah-masalah.
Masyarakat yang sadar juga mulai menemukan peluang-peluang dan
memanfaatkannya, menemukan sumberdaya-sumberdaya yang ada
ditempat itu yang barangkali sampai saat ini tak pernah dipikirkan orang.

Masyarakat yang sadar menjadi semakin tajam dalam mengetahui apa


yang sedang terjadi baik di dalam maupun diluar masyarakatnya.
Masyarakat menjadi mampu merumuskan kebutuhan-kebutuhan dan
aspirasinya.

b.   Pelatihan

Pendidikan di sini bukan hanya belajar membaca,menulis dan berhitung,


tetapi juga meningkatkan ketrampilan-ketrampilan bertani,
kerumahtanggaan, industri dan cara menggunakan pupuk. Juga belajar
dari sumber-sumber yang dapat diperoleh untuk mengetahui bagaimana
memakai jasa bank, bagaimana membuka rekening dan memperoleh
pinjaman. Belajar tidak hanya dapat dilakukan melalui sekolah, tapi juga
melalui  pertemuan-pertemuan informal dan diskusi-diskusi kelompok
tempat mereka membicarakan masalah-masalah mereka.
Melalui pendidikan, kesadaran masyarakat akan terus berkembang. Perlu
ditekankan bahwa setiap orang dalam masyarakat harus mendapatkan
pendidikan, termasuk orangtua dan kaum wanita. Ide besar yang
terkandung dibalik pendidikan kaum miskin adalah bahwa pengetahuan
menganggarkan kekuatan.
c.   Pengorganisasian

Agar menjadi kuat dan dapat menentukan nasibnya sendiri, suatu


masyarakat tidak cukup hanya disadarkan dan dilatih ketrampilan, tapi
juga harus diorganisir.

Organisasi berarti bahwa segala hal dikerjakan dengan cara yang teratur,
ada pembagian tugas diantara individu-individu yang akan
bertanggungjawab terhadap pelaksanaan tugas masing-masing dan ada
kepemimpinan yang tidak hanya terdiri dari beberapa gelintir orang tapi
kepemimpinan diberbagai tingkatan.

Tugas-tugas harus dibagikan pada berbagai kelompok, termasuk kaum


muda, kaum wanita, dan orangtua. Pembukuan yang sehat juga sangat
penting. Semua orang harus mengetahui penggunaan uang dan berapa
sisanya. Pembukuan harus dikontrol secara rutin misalnya setiap bulan
untuk menghindari adanya penyelewengan.

d.   Pengembangan kekuatan

Kekuasaan berarti kemampuan untuk mempengaruhi orang lain. Bila


dalam suatu masyarakat tidak ada penyadaran, latihan atau organisasi,
orang-orangnya akan merasa tak berdaya dan tak berkekuatan. Mereka
berkata “kami tidak bisa, kami tidak punya kekuatan”.

e.   Membangun Dinamika

Dinamika masyarakat berarti bahwa masyarakat itu sendiri yang


memutuskan dan melaksanakan program-programnya sesuai dengan
rencana yang sudah digariskan dan diputuskan sendiri. Dalam konteks ini
keputusan-keputusan sedapat mungkin harus diambil di dalam masyarakat
sendiri, bukan diluar masyarakat tersebut.

Lebih jauh lagi, keputusan-keputusan harus diambil dari dalam masyarakat


sendiri. Semakin berkurangnya kontrol dari masyarakat terhadap
keputusan-keputusan itu, semakin besarlah bahaya bahwa orang-orang
tidak mengetahui keputusan-keputusan tersebut atau bahkan keputusan-
keputusan itu keliru. Hal prinsip bahwa keputusan harus diambil sedekat
mungkin dengan tempat pelaksanaan atau sasaran.

Pendamping dalam pemberdayaan masyarakat antara lain kabupaten,


Fasilitator Kecamatan, Asisten Fasilitator Kecamatan, Fasilitator Desa, Camat,
atau nama pendamping lainnya. Pada dasarnya siapa saja yang berperan
mendampingi masyarakat dikategorikan sebagai pendamping.

Secara garis besar pendamping masyarakat memiliki 3 peran yaitu:


pembimbing, enabler, dan ahli.

Sebagai pembimbing, pendamping memiliki tugas utama yaitu membantu


masyarakat untuk memutuskan/menetapkan tindakan. Disini pendamping
perlu memberikan banyak informasi kepada masyarakat, agar masyarakat
memiliki pengetahuan yang memadai untuk dapat memilih dan menetapkan
tindakan yang dapat menyelesaikan masalah mereka.

Sebagai enabler, dengan kemampuan fasilitasinya pendamping mendorong


masyarakat untuk mengenali masalah atau kebutuhannya berikut potensinya.
Mendorong masyarakat untuk mengenali kondisinya, menjadi begitu penting
karena hal ini adalah langkah awal untuk memulai kegiatan yang berorientasi
pada peningkatan kemampuan masyarakat. Ketrampilan fasilitasi dan
komunikasi sangat dibutuhkan untuk menjalankan peran ini.

Sebagai ahli, pendamping dengan ketrampilan khusus yang diperoleh dari


lingkup pendidikannya atau dari pengalamannya dapat memberikan
keterangan-keterangan teknis yang dibutuhkan oleh masyarakat saat mereka
melaksanakan kegiatannya.

Keterangan-keterangan yang diberikan oleh pendamping bukan bersifat


mendikte masyarakat melainkan berupa penyampaian fakta-fakta saja.
Biarkan masyarakat yang memutuskan tindakan yang akan diambil. Untuk itu
pendamping perlu memberikan banyak fakta atau contoh-contoh agar
masyarakat lebih mudah untuk mengambil sikap atau keputusan dengan
benar.

Pendamping dalam ruang lingkup pemberdayaan  masyarakat perlu


menyadari, bahwa peran utamanya melakukan pembelajaran kepada
masyarakat.

Berdasarkan peran pendamping sebagaimana telah dijelaskan diatas, maka


dapat diidentifikasi persyaratan pendamping adalah sebagai berikut :

Mampu membangun kepercayaan bersama masyarakat.


1. Mampu mengenali potensi masyarakat
2. Mampu berkomunikasi dengan masyarakat.
3. Profesional dalam pendekatan kepada masy.
4. Memahami kondisi masyarakat.
5. Punya ketrampilan dasar untuk peningkatan kesejahteraan masy.
6. Mengetahui keterbatasan diri sehingga tahu :
 Kapan meminta nasehat
 Dimana mendapatkan nasehat tenaga ahli
 Siapa yang harus didekati
 Ruang lingkup tugas dari berbagai dinas
 Sumber-sumber bantuan tambahan.

2.5. Teori Pembangunan Desa


Adapun definisi pembangunan desa menurut para ahli adalah sebagai
berikut : Menurut Katarsasmita (2001) mengatakan bahwa hakekat
pembangunan nasional adalah manusia itu sendiri yang merupakan titik
pusat dari segala upaya pembangunan dan yang akan dibangun adalah
kemampuan dan kekuatannya sebagai pelaksana dan penggerak
pembangunan. Pada hakekatnya pembangunan desa dilakukan oleh
masyarakat bersama-sama pemerintah terutama dalam memberikan
bimbingan, pengarahan, bantuan pembinaan, dan pengawasan agar dapat
dtingkatkan kemampuan masyarakat dalam usaha menaikan taraf hidup
dan kesejahteraannya. Suparno (2001) menegaskan bahwa pembangunan
desa dilakukan dalam rangka imbang sewajarnya antara 14 pemerintah
dengan masyarakat. Kewajiban pemerintah adalah menyediakan prasarana-
prasarana, selebihnya disandarkan kepada kemampuan masyarakat itu
sendiri. Proses pembangunan desa merupakan mekanisme dari keinginan
masyarakat yang dipadukan dengan masyarakat. Perpaduan tersebut
menentukan keberhasilan pembangunan seperti yang dikemukakan oleh
Ahmadi (2001) mekanisme pembangunan desa adalah merupakan
perpaduan yang serasi antara kegiatan partisipasi masyarakat dalam pihak
dan kegiatan pemerintah di satu pihak. Bahwa pada hakekatnya
pembangunan desa dilakukan oleh masyarakat sendiri. Sedangkan
pemerintah 24 memberikan bimbingan, bantuan, pembinaan, dan
pengawasan. Pembangunan desa dapat dilihat dari berbagai segi yaitu
sebaga suatu proses, dengan suatu metode sebagai suatu program dan
suatu gerakan, sebagaimana pendapat para pakar berikut ini : 1. Sebagai
suatu Proses adalah memperhatikan jalannya proses perubahan yang
berlangsung dari cara hidup yang lebih maju/modern. Sebagai suatu
proses, maka pembangunan desa lebih menekaankan pada aspek
perubahan, baik yang menyangkut segi sosial, maupun dari segi
psikologis. Hal ini akan terlihat pada perkembangan masyarakat dari suatu
tingkat kehidupan tertentu ketingkat kehidupan yang lebih tinggi, dengan
memperhatikan didalamnya masalah perubahan sikap, serta perubahan
lainnya yang apabila diprogramkan secara sistematis akan usaha penelitian
dan pendidikan yang sangat baik. 2. Sebagai suatu Metode, yaitu suatu
metode yang mengusahakan agar rakyat mempunyai kemampuan untuk
mengelola potensi yang mereka miliki. Pembangunan desa juga
merupakan metode untuk mencapai pemerataan pembangunan desa dan
hasili-hasilnya dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan
makmur berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. 3.
Sebagai suatu Program adalah berusaha untuk meningkatkan taraf hidup
dan kesejahteraan masyarakat pedesaan baik lahir maupun batin dengan
perhatian ditunjukan pada kegiatan dan bidang-bidang tertentu seperti
pendidikan, kesehatan, pertanian, industri rumah tangga, koperasi,
perbaikan kampung halaman dan lain-lain. 4. Sebagai suatu Gerakan
karena pada hakekatnya semua gerakan atau usaha kegiatan pembangunan
diarahkan ke desa-desa. Sebagai suatu gerakan dimana pembangunan desa
15 mengusahakan mewujudkan masyarakat sesuai dengan citacita
Nasional Bangsa Indonesia yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan
makmur berdasarkan Pancasila Dan Undang-Undang Dasar 1945 5.
Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa pembangunan desa meliputi
beberapa faktor dan berbagai program yang dilaksanankan oleh aparat
departemen, pemerintah daerah dan seluruh masyarakat.

2.6 Ketahanan Pangan Isu Pokok Abad ke 21


. Ketahanan pangan berdimensi sangat luas dan melibatkan banyak sektor
pembangunan, keberhasilan pembangunan ketahanan pangan sangat
ditentukan tidak hanya oleh performa salah satu sektor saja tetapi juga oleh
sektor lainnya (Siswono, 2001). Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2002
tentang ketahanan pangan pasal 9 menyebutkan: (1) penganekaragaman
pangan diselenggarakan untuk meningkatkan ketahanan pangan dengan
memperhatikan sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal, (2)
penganekaragaman pangan sebagaimana dimaksudkan dalam ayat 1
dilakukan dengan, meningkatkan keragaman pangan, mengembangkan
teknologi pengolahan dan produk pertanian dan meningkatkan kesadaran
masyarakat untuk mengkonsumsi anekaragam pangan dengan prinsip gizi
berimbang. Strategi yang dikembangkan dalam upaya pengembangan
ketahanan pangan secara absolut dalam peningkatan kapasitas produksi
pangan nasional secara berkelanjutan (minimum setara dengan laju
pertumbuhan penduduk) melalui intensifikasi, ekstensifikasi dan
diversifikasi sub bidang pertanian maupun sub bidang peternakan yang
masuk kedalam sub sitem sebagai berikut: a. Strategi revitalisasi industri
hulu produksi pertanian (benih, pupuk, pestisida dan alat dan mesin
pertanian). Untuk peternakan (bibit, IB, perkandangan, hijauan pakan dan
konsentrat) 16 Revitalisasi Industri Pasca Panen dan Pengolahan Pangan
hasil pertanian dan peternakan. Revitalisasi dan restrukturisasi
kelembagaan pangan yang ada; koperasi, UKM dan lumbung desa b.
Strategi pengembangan kebijakan yang kondusif untuk terciptanya
kemandirian pangan yang melindungi pelaku bisnis pangan dari hulu
hingga hilir meliput penerapan technical barrier for Trade (TBT) pada
produk pangan, insentif, alokasi kredit, dan harmonisasi tarif bea masuk,
pajak resmi dan tak resmi. c. Strategi partisipasi masyarakat (petani,
nelayan dll) dimulai dari proses produksi, pengolahan, distribusi dan
pemasaran serta jasa pelayanan di bidang pangan dan fasilitasi pemerintah
diimplementasikan dalam bentuk kebijakan ekonomi makro dan mikro di
bidang perdagangan, pelayanan dan pengaturan serta intervensi untuk
mendorong terciptanya kemandirian pangan. d. Strategi mengenai output
dan input dari pengembangan kemandirian pangan yang dapat
terpenuhinya pangan, SDM berkualitas, ketahanan pangan, ketahanan
ekonomi dan ketahanan secara nasional. Startegi tersebut di dalam sub
sistem merupakan satu kesatuan yang didukung oleh adanya berbagai
input sumber daya alam, kelembagaan, budaya, dan teknologi dan proses
hasil dan berjalan dengan efisien adanya partisipasi masyarakat dan
fasilitasi pemerintah atau lembaga, penyuluh dalam mendukung kebutuhan
pangan. Ketahanan pangan diwujudkan oleh hasil kerja sistem ekonomi
pangan yang terdiri dari sub sistem ketersediaan meliput produksi, pasca
panen dan pengolahan, subsistem distribusi dan sub sistem konsumsi yang
saling berinteraksi secara berkesinambungan
KESIMPULAN

Pembangunan masyarakat desa diartikan sebagai aktivitas yang dilakukan


oleh masyarakat, sehingga mereka mampu mengindentifikasikan
kebutuhan dan masalah secara bersama. Pembangunan masyarakat
diartikan sebagai aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat, dimana
mereka mampu mengidentifikasikan kebutuhan dan maslaah secara
bersama (Raharjo Adisasmita, 2006 : 116). Pembangunan Pedesaan
didasarkan pada pendekatan modernisasi dan dilakukan melalui penerapan
satuan produksi yang padat modal ke dalam sektor pertanian tradisional
yang padat karya dengan harapan mendorong distribusi pendapatan
melalui “trickling down effect” dan pemanfaatan teknologi modern.
Community development dapat didefinisikan sebagai kegiatan
pengembangan masyarakat yang diarahkan untuk memperbesar akses
masyarakat untuk mencapai kondisi sosial-ekonomi-budaya yang lebih
baik apabila dibandingkan dengan sebelum adanya kegiatan pembangunan.
Pendekatan partisipatif merupakan salah satu cara merumuskan kebutuhan
pembangunan daerah dan desa yang menempatkan masyarakat sebagai
pelaku utama pembangunan. Pemberdayaan adalah upaya untuk
membangun daya itu, dengan mendorong, memotivasikan, dan
membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya
untuk mengembangkannya. Pembangunan desa adalah manusia itu sendiri
yang merupakan titik pusat dari segala upaya pembangunan dan yang akan
dibangun adalah kemampuan dan kekuatannya sebagai pelaksana dan
penggerak pembangunan Ketahanan pangan merupakan isu multidimensi
dan sangat kompleks, meliputi aspek sosial, ekonomi, politik, dan
lingkungan. Aspek politik seringkali menjadi faktor dominan dalam proses
pengambilan keputusan untuk menentukan kebijakan pangan
DAFTAR PUSTAKA
Fagi.A.M., S. Partoharjono dan E.E. Amanto. 2002. Strategi
Pemenuhan Kabutuhan Pangan Beras 2010. Prosiding Seminar
Nsional Tanaman Pangan, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan Bogor: 45-52 Korten, David C.,1987,
Community Management, Connectitut : Kumarian Press,
Westaharford. Ife, Jim. 2006. Community Developtment.
Australia Sarimudanas, I. (2019, February 6). Pengertian
Community Development,Konsep Community
Development,Tujuan Community Development,Tahapan
Community Developemnt. DuniaKuMu. Retrieved March 6, 2022,
from https://duniakumu.com/pengertiancommunity-
developmentkonsep-community-developmenttujuan-
communitydevelopmenttahapan-community-developemnt/2/
Kurniasih, W. (2021). Teori Modernisasi: Pengertian, Syarat Dan
Contoh-contohnya. Gramedia.com. Retrieved March 6, 2022,
from https://www.gramedia.com/literasi/teorimodernisasi/
Prayitno, G., & Subagiyo, A. (2018). Membangun desa:
merencanakan desa dengan pendekatan partisipatif dan
berkelanjutan. UB Press

Anda mungkin juga menyukai