Kelompok 9 :
Jurusan Sosiologi
Universitas Brawijaya
Malang
2020
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................6
1.3 Tujuan......................................................................................................................6
1.4 Urgensi Kajian.........................................................................................................6
1.5 Metode Pengkajian...................................................................................................7
1.5.1 Teknik Pengumpulan Data...........................................................................7
1.5.2 Teknik Analisis Data..................................................................................13
BAB II KARAKTERISTIK WILAYAH KAJIAN.........................................................20
2.1 Karakteristik Wilayah............................................................................................20
2.2 Karakteristik Subyek..............................................................................................22
BAB III GAMBARAN OBYEKTIF..................................................................................24
3.1 Kebijakan Pembangunan Bandara Kediri..............................................................24
3.2 Proses Pelaksanaan Pembangunan Bandara Kediri...............................................25
BAB IV KAJIAN DAMPAK SOSIAL..............................................................................29
4.1 Dampak Terhadap Aspek Fisik..............................................................................29
4.1.1 Fasilitas Pendidikan...................................................................................29
4.1.2 Fasilitas Kesehatan.....................................................................................29
4.2 Dampak Terhadap Aspek Budaya..........................................................................30
4.3 Dampak Terhadap Aspek Sosial............................................................................31
BAB V MODEL PERENCANAAN SOSIAL.................................................................33
5.1 Landasan Teori.......................................................................................................33
5.2 Model Perencanaan Sosial.....................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................34
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
atas ke bawah (top-down planning). Perencanaan dari bawah ke atas dianggap sebagai
pendekatan perencanaan yang seharusnya diikuti karena dipandang lebih didasarkan
pada kebutuhan nyata. Pandangan ini timbul karena perencanaan dari bawah ke atas
ini dimulai prosesnya dengan mengenali kebutuhan di tingkat masyarakat yang secara
langsung yang terkait dengan pelaksanaan dan mendapat dampak dari kegiatan
pembangunan yang direncanakan.
2
Salah satu upaya pemerintah dalam mewujudkan pembangunan di Indonesia
adalah melalui program Nawa Cita. Nawa Cita diwujudkan menjadi strategi yang
memiliki tiga dimensi pembangunan, yaitu pembangunan manusia, pembangunan
sektor unggulan, serta pemerataan dan kewilayahan. Ketiga dimensi ini didukung
dengan Kondisi Perlu yang meliputi Kepastian dan Penegakan Hukum, Keamanan
dan Ketertiban, Politik dan Demokrasi, serta Tata Kelola dan Reformasi Birokrasi.
Dengan strategi ini digantungkanlah harapan pertumbuhan ekonomi mencapai
delapan persen pada akhir tahun 2019 (Bappenas, 2017).
Selain infrastruktur fisik, program Nawa Cita juga tetap memperhatikan sektor
SDM. Presiden Jokowi meminta agar sektor SDM memiliki pemetaan. Dengan
demikian, kebutuhan dalam bidang SDM akan terinci. Anggaran pendidikan harus
sesuai untuk meningkatkan SDM kita. Pentingnya alokasi anggaran untuk kegiatan
pendanaan vocational supaya mereka memiliki keahlian dan bisa kompetitif di pasar
kerja ASEAN. Kementerian Perindustrian dan Kementerian Tenaga Kerja sedang
merevitalisasi kegiatan di SMK, termasuk perluasan pemberian beasiswa LPDP.
Pemerintah juga sedang berupaya melakukan assesment untuk kebutuhan SDM 5 - 10
tahun ke depan. Dengan demikian, kebutuhannya menjadi jelas dan
pengembangannya menjadi tepat. Vocational harus disusun sesuai dengan
kebutuhannya sebagai hasil assesment dan itu yang dilakukan di luar negeri
(Bappenas, 2017).
Salah satu target yang dijadikan sebagai lokasi pembangunan yakni Jawa
Timur. Jawa Timur memiliki banyak potensi daerah seperti pada sektor pariwisata,
3
industri, pertambangan, dll. Hal ini membuat provinsi Jawa Timur menjadi target
pembangunan dengan harapan dapat menunjang kegiatan perekonomian masyarakat
Jawa Timur serta pengembangan potensi – potensi daerah yang ada di provinsi
tersebut. Oleh sebab itu, Jawa Timur termasuk ke dalam salah satu provinsi di
Indonesia yang akan menjadi target lokasi pembangunan Proyek Strategis Nasional
(PSN) di tahun 2020.
Kabupaten Kediri terdiri atas 26 kecamatan, serta 343 desa dan satu kelurahan
yakni dengan jumlah penduduk sebesar 1.603.041 jiwa. Bandara ini memiliki jarak
kurang lebih 120 kilometer dari barat daya kota Surabaya dan letaknya yang
berbatasan dengan Jombang, Malang, Blitar, Tulungagung, dan Nganjuk. Dari
letaknya yang diapit oleh beberapa kabupaten, maka pembangunan ini difungsikan
untuk membantu mobilisasi mulai dari Kabupaten Kedirinya sendiri sampai dengan
Nganjuk. Sehingga Kabupaten Kediri sangat berpotensi untuk menjadi alternatif
penerbangan ke Jawa Timur dikarenakan lokasinya yang cukup strategis untuk akses
ke kabupaten atau kota lainnya.
4
Pedoman dari kebijakan pembangunan bandara ini mengacu pada Rencana
Pembangunan Jangan Menengah Daerah (RPJMD). Berdasarkan website resmi
Kabupaten Kediri, RPJMD Kabupaten Kediri tahun 2016-2021 meliputi bidang : (1)
Peningkatan Kualitas Kehidupan Beragama; (2) Pembangunan Pertanian, Peternakan,
Perikanan, Perkebunan untuk Memperkuat Kemandirian Menuju Swasembada
Pangan; (3) Peningkatan Kesejahteraan Lahir Batin di Masyarakat; (4)
Pendidikan Berkualitas dengan Biaya Murah (Terjangkau); (5) Masyarakat Mandiri
Dan Berkeadilan di bidang Kesehatan; (6) Mengembangkan Kreatifitas, Produktifitas
Dan Pendapatan Masyarakat Melalui Kebijakan Ekonomi Kerakyatan; (7)
Mengembangkan industri pariwisata untuk mendorong kreatifitas dan produktifitas
masyarakat memajukan ekonomi masyarakat dan melestarikan budaya daerah; (8)
Pengembangan Koperasi; (9) Mempermudah Perizinan sebagai Pendorong Investasi
dan Dunia Usaha; (10) Membangun Kehidupan Masyarakat yang Tertata, Taat
Hukum, Tertib Berbasis Kependudukan; (11) Mewujudkan Aparatur Pemerintah
Yang Profesional; (12) Pembangunan Infrastruktur Penunjang Percepatan
Pembangunan; (13) Mengembangkan Jaringan Komunikasi dan Informasi; (14)
Pengembangan Lingkungan Hidup yang Seimbang dan Sehat; (15) Pembangunan
Sektor Ketenagakerja.
Berdasarkan potensi yang dimiliki serta lokasi yang paling strategis diantara
kabupaten di sekitarnya, maka dipilihlah Kabupaten Kediri sebagai lokasi
pembangunan bandara. Dipilihnya Kabupaten Kediri sebagai lokasi pembangunan
bandara baru diharapkan dapat berpengaruh pada semakin berkembangnya ekonomi
lokal. Bandara ini juga akan menjadi bandara pengumpan dan akan menjadi jalur
tersendiri untuk mobilisasi di jalur selatan jawa yang dirasa padat penduduk.
Pembangunan bandara ini sendiri memotong lahan di empat desa dari tiga kecamatan.
Salah satu wilayah yang terdampak untuk pembangunan ini, adalah Desa Bulusari,
Kecamatan Tarokan, Kabupaten Kediri.
5
lebih baik di masa yang akan datang, sekaligus juga dapat meminimalisir dampak-
dampak sosial dari adanya pembangunan bandara di Kabupaten Kediri.
1.3 Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari kajian ini adalah
sebagai berikut :
Peneliti merasa penting untuk melakukan kajian ini dikarenakan beberapa hal
berikut ini :
1. Hasil dari kajian ini dapat memberikan masukan bagi pihak pembangunan.
Sehingga dapat digunakan sebagai bahan evaluasi untuk meminimalisir dampak
negatif dan dapat memaksimalkan dampak positif dari adanya pembangunan
bandara di Kabupaten Kediri.
2. Sebagai bahan pertimbangan kepada pemerintah pusat dan daerah untuk
melakukan perencanaan pembangunan yang baik kedepannya.
6
1.5 Metode Pengkajian
Berikut ini langkah kerja yang dilakukan dalam kajian ini yang terbagi
menjadi dua teknik, yaitu :
Teknik Pengumpulan
Sumber Data Topik Pencarian
Data
7
Data primer Wawancara Mekanisme proses
Dinas PUPR Dokumen Perda pembangunan bandara
Data Sekunder (perizinan, anggaran, dll)
Bappeda
DPRD
DPM Daerah
Website
Kemenhub
Data primer Wawancara Mekanisme pengelolaan
Dinas bandara
Perhubungan
Dinas PUPR
PT. Gudang
Garam
Data sekunder Dokumen RPJMD Dasar hukum
Peraturan Dokumen Perda pembangunan bandara
Presiden no. 56 Dokumen tentang
Bappeda Perencanaan
Pelaksanaan Proyek
Strategis Nasional
8
penunjang aktivitas
ekonomi (pasar,
dll)
7. Kesejahteraan
warga
8. Permasalahan
ekonomi
(pengangguran, dll)
beserta upaya
Data Primer Wawancara Struktur Sosial
Perangkat desa mendalam Masyarakat :
Masyarakat FGD dengan 1. Tingkat pendidikan
9
menyampaikan
asiprasi
2. Partisipasi warga
dalam proses
pembangunan
3. Peran stakeholder
setempat
4. Permasalahan
politik (birokrasi,
transparansi dll)
beserta upaya
Datar Primer Wawancara Struktur Kesehatan
Tenaga mendalam Masyarakat :
kesehatan Dokumen kesehatan 1. Fasilitas kesehatan
tingkat desa Obervasi 2. Penyakit yang
masyarakat diderita
Data Sekunder 3. Pengaruh penyakit
Polindes terhadap aktivitas
4. Upaya pengobatan
5. Jaminan kesehatan
6. Permasalahan
kesehatan (wabah
penyakit, dll) dan
upayanya
Data primer Wawancara Nilai dan norma :
Masyarakat mendalam 1. Tradisi rutin
Observasi 2. Kepercayaan lokal
3. Keyakinan
mayoritas
4. Tata tertib yang
berlaku
10
Berdasarkan pada tabel matriks di atas, diketahui bahwa dalam tabel
matriks terdapat dua bagian untuk menjelaskan matriks dengan sumber data,
teknik pengumpulan data dan topik pencarian data. Kemudian pada matriks
tersebut terdiri dari fokus terhadap pembangunan Bandara Kediri dan fokus
untuk melihat kondisi terkait masyarakat Desa Bulusari. Berikut ini
merupakan penjabaran beberapa matriks yang terdiri dari penjelasan mengenai
pembangunan Bandara di Kediri :
11
menggunakan sumber data yang didapat secara primer melalui Dinas PUPR
dan data sekunder berasal dari Bappeda, DPRD, DPM Daerah, website
Kementrian Perhubungan. Topik pencarian terkait mekanisme pengelolaan
bandara dapat dilihat dan diketahui dengan menggunakan teknik pengumpulan
data berupa wawancara yang dituju untuk mendapatkan data primer dengan
sumber data yang berasal dari dinas perhubungan, Dinas PUPR dan PT.
Gudang Garam. Metode lainnya yang digunakan untuk mengetahui tentang
dasar hukum pembangunan bandara dapat dilihat melalui teknik pengumpulan
data berupa data dokumen RPJMD, dokumen peraturan daerah, ataupun
dokumen terkait dengan perencanaan pelaksanaan proyek strategis nasional
dengan menghasilkan data sekunder dari sumber data berdasarkan Peraturan
Presiden No. 56, dan Bappeda.
12
yang terdapat di masyarakat dan upaya yang dilakukan sebagai bentuk solusi.
Untuk mengetahui itu semua dapat dilakukan dengan menggunakan metode
teknik pengumpulan data berupa wawancara, melakukan FGD dengan
kelompok warga dan para stakeholder dan melakukan observasi. Sumber data
yang didapat berupa data primer yang berasal dari perangkat desa, masyarakat,
stakeholder, dan beberapa kelompok masyarakat.
13
1.5.2 Teknik Analisis Data
14
pembangunan Bandara Kediri". Kategorisasi data ini nantinya akan
membantu peneliti dalam proses analisa data.
- Langkah keempat adalah penjelasan atau deskripsi kategori data.
Pada langkah ini, masing-masing kategori data yang telah dibuat
kemudian dideskripsikan. Tujuan dari langkah ini adalah memberikan
gambaran secara rinci mengenai kondisi berdasarkan kategori yang
telah dibuat. Contohnya berdasarkan data-data yang telah terkumpul
pada kategori “Tujuan pembangunan Bandara Kediri”, peneliti
kemudian mendeskripsikan secara rinci kategori tersebut yaitu dengan
cara menjelaskan apa saja yang menjadi tujuan dibangunnya Bandara
Kediri ini.
- Langkah kelima yaitu penjelasan atau deskripsi secara utuh. Deskripsi
secara utuh dilakukan dengan cara menghubungkan penjelasan antar
kategori yang telah dideskripsikan sebelumnya. Contohnya adalah
menjelaskan hubungan antara tujuan pembangunan Bandara Kediri
dengan lokasi pembangunan bandara. Pada langkah kelima, akan
terlihat bagaimana kebijakan pembangunan Bandara Kediri secara
komprehensiv baik dari tujuan pembangunan, lokasi pembangunan,
pihak-pihak yang terlibat, dll, yang semuanya saling berkaitan satu
sama lain.
Kemudian, data yang akan dianalisa pada tahap kedua adalah data-
data mengenai kondisi masyarakat Desa Bulusari, Kecamatan Tarokan,
Kabupaten Kediri. Tahap kedua ini hanya difokuskan pada kondisi masyarakat
Desa Bulusari sebelum adanya rencana pembangunan Bandara Kediri. Pada
tahap dua, terdapat lima langkah yang dilakukan dalam proses menganalisa
data.
15
data sekunder seperti data dari jurnal, data statistik dari BPS, artikel
resmi dari pemerintah daerah setempat, dll.
- Langkah kedua yaitu pemberian kode pada data yang telah
terkumpul. Pemberian kode tersebut dilakukan pada data yang serupa
dan kemudian dikumpulkan dalam satu kode yang sama. Pemberian
kode ini dapat dicontohkan yaitu jika peneliti menemukan data
mengenai ketersediaan ruang publik masyarakat Desa Bulusari dalam
menyampaikan pendapat, maka peneliti akan memberikan kode berupa
“partisipasi”. Contoh lainnya adalah jika peneliti mendapat data
mengenai transparansi kegiatan pemerintahan Desa Bulusari, maka
peneliti akan memberi kode berupa “birokrasi”. Pemberian kode ini
akan dilakukan pada semua data yang telah terkumpul.
- Langkah ketiga yaitu kategorisasi data. Proses ini dilakukan dengan
cara mengelompokkan data-data berdasarkan kode yang sama atau
saling berkaitan. Setelah dikelompokkan berdasarkan kode yang sama,
maka data-data tersebut akan menjadi beberapa kategori. Contohnya
pada kode “partisipasi” dan “birokrasi” yang telah peneliti buat,
selanjutnya peneliti akan mengelompokkan kode tersebut ke dalam
kategori “struktur politik”. Kategorisasi data ini nantinya akan
membantu peneliti dalam proses analisa data.
- Langkah keempat adalah penjelasan/deskripsi kategori data. Pada
langkah ini, masing-masing kategori data yang telah dibuat kemudian
dideskripsikan. Tujuan dari langkah ini adalah memberikan gambaran
secara rinci mengenai kondisi berdasarkan kategori yang telah dibuat.
Contohnya berdasarkan data-data yang telah terkumpul pada kategori
“struktur politik”, peneliti kemudian mendeskripsikan secara rinci
kategori tersebut yaitu dengan cara menjelaskan bagaimana kondisi
struktur politik pada masyarakat Desa Bulusari.
- Langkah kelima yaitu deskripsi secara utuh. Deskripsi secara utuh
dilakukan dengan cara menghubungkan penjelasan antar kategori yang
telah dideskripsikan sebelumnya. Contohnya adalah menjelaskan
hubungan kondisi ekonomi dengan kondisi politik pada masyarakat
Desa Bulusari. Pada langkah kelima, akan terlihat bagaimana kondisi
secara komprehensif masyarakat Desa Bulusari baik itu kondisi politik,
16
kondisi ekonomi, kondisi sosial, dll, yang semuanya saling berkaitan
satu sama lain.
17
“mata pencaharian” dan “kesejahteraan masyarakat” akan digabungkan
pada kategori “kondisi perekonomian”.
- Langkah keempat, yaitu deskripsi penjelasan masing-masing kategori
yang didapatkan dari langkah ketiga. Misalnya kategori nilai dan
norma menjelaskan tentang bagaimana kondisi nilai dan norma pada
masyarakat setelah adanya pembangunan bandara di desa mereka dan
juga menjelaskan tentang apakah terdapat perbedaan nilai dan norma
yang mereka miliki sebelumnya. Selain itu permasalahan yang
diakibatkan perbedaan ekonomi dalam masyarakat dapat dilihat dari
penjabaran kategori kondisi perekonomian. Hal serupa juga berlaku
untuk penjabaran kategori – kategori lainnya.
- Langkah kelima, yaitu pendeskripsian dan penjabaran utuh yang
menghubungkan penjelasan satu kategori dengan kategori lain, hal ini
nantinya akan menghasilkan sebuah narasi besar tentang bagaimana
kondisi masyarakat baik dalam segi ekonomi ataupun sosial yang
terjadi setelah pembangunan Bandara di Kabupaten Kediri dilakukan.
18
pembangunan bandara atau tidak. Pada langkah ini, dapat ditampilkan
kembali hasil data dari Unit A yang telah dideskripsikan secara rinci.
- Langkah keempat yaitu mencatat faktor apa saja yang kemudian
menyebabkan perubahan kondisi masyarakat Desa Bulusari. Untuk
dapat mengetahui faktor-faktor tersebut, masing-masing kategori pada
Unit A diamati kembali, kategori manakah yang kemudian
mempengaruhi perubahan pada kategori Unit B. Contohnya adalah,
kategori struktur ekonomi masyarakat Desa Bulusari mengalami
penuruan. Hal ini diakibatkan adanya investor masuk sehingga
masyarakat terpaksa menjual aset berupa sawah. Tujuan dilakukannya
langkah ke empat adalah untuk memudahkan peneliti dalam memilah
dampak sosial yang muncul di masyarakat, yang hanya diakibatkan
oleh pembangunan bandara saja.
- Langkah kelima yaitu memastikan kembali bahwa kategori dari Unit
A menghasilkan dampak sosial pada kategori Unit B. Langkah ini
merupakan langkah paling akhir sehingga dampak sosial yang muncul
telah dapat dipastikan berasal dari kategori Unit A. Hal ini mengingat
bahwa tidak semua kategori pada Unit A berdampak bagi kategori Unit
B.
19
BAB II
Desa Bulusari memiliki kondisi geografis yang berada di 104 meter di atas
permukaan laut. Desa Bulusari berada di sisi timur Kecamatan Tarokan Kabupaten
Kediri dengan luas 11.40 km². Pada tahun 2019, jumlah penduduk di Desa Bulusari
sebanyak 7.458 jiwa yang terdiri dari 3.807 penduduk berjenis kelamin perempuan
dan 3.651 penduduk yang berjenis kelamin laki-laki (Pemerintah Kabupaten Kediri,
2019). Desa Bulusari memiliki topografi dominan berupa lembah. Selain memiliki
lembah yang dominan, wilayah ini juga memiliki peruntukan tanah yang digunakan
untuk sawah sebagai lahan pertanian, ladang dan tegalan. Dengan kondisi
geografisnya yang sebagian besar merupakan area sawah irigasi dan tanah ladang,
membuat masyarakat Desa Bulusari mayoritas memiliki profesi sebagai petani.
Pemukiman di Desa Bulusari terletak menyebar dan sebagian besar berada di sisi
Timur yaitu berada di dekat jalur masuk Desa Bulusari. Desa Bulusari terdiri atas 6
dusun, yakni Pojok, Bulusari Utara, Bulusari Selatan, Selang, Sawur, dan Talang.
Mayoritas masyarakat yang memiliki lahan luas adalah masyarakat di Dusun Selang
dan Dusun Sawur yang berada di tengah Desa Bulusari, yang dikelilingi oleh sawah
dan tanah ladang atau tegalan.
Desa Bulusari Kecamatan Tarokan memilki sangat banyak potensi yang perlu
dikembangkan lebih lanjut. Salah satu potensi desanya yaitu dari julukan Kampung
Kerupuk. Julukan tersebut didapat karena sebagian besar warganya memproduksi
kerupuk yang dijadikan sebagai mata pencaharian utama. Bahan baku yang
dibutuhkan pun dapat diproduksi oleh warga lokalnya sendiri yakni berasal dari
tepung tapioka yang diproduksi sebanyak lima sampai delapan ton perharinya. Hasil
dari produksi kerupuk ini didistribusikan ke wilayah-wilayah yang ada di Jawa Timur
dan Jawa Tengah dan untuk wilayah Kedirinya sendiri disalurkan ke toko oleh-oleh di
sekitar Alun-alun Kediri, Jalan Pattimura, Jalan Yos Sudarso, dan toko oleh-oleh
lainnya.
Selain produksi kerupuk, warga Bulusari juga mengolah ketela pohon menjadi
olahan-olahan seperti menjadi tepung tapioka, keripik, dan olahan lainnya. Potensi-
20
potensi tersebut menjadikan Desa Bulusari ini perlahan-lahan berkembang untuk
menjadi desa industri yang mana desa ini dapat menyerap tenaga kerja sekitar melalui
usaha-usaha mandiri yang begitu produktif dari warga aslinya sendiri. Hal tersebut
berkaitan erat dengan terdapatnya 44 home industry disana yang sebagian besar
mengolah ketela pohon. Perlu diketahui juga bahwasanya industri rumahan ini
merupakan usaha yang telah ada secara turun temurun, sehingga secara tidak langsung
usaha ini menjadi kewajiban bagi para warga Bulusari untuk terus melanjutkan
warisan usaha ini. Sehingga dengan adanya keanekaragaman pangan selain beras,
Kabupaten Kediri khususnya Desa Bulusari diproyeksikan tidak akan kekurangan
pangan ketika tanaman padi sedang berada di musim panceklik. Maka dari itu, usaha-
usaha ini diharapkan mewujudkan stabilitas ketahanan pangan di Desa Bulusari
sendiri.
Selain itu, struktur kesehatan Desa Bulusari juga dapat dilihat dari adanya
fasilitas kesehatan seperti klinik KPRIPMD Paramitha Medika yang berada di Jl.
Raya Bulusari No. 35. Kemudian terdapat juga beberapa puskesmas pembantu seperti
Balai Pengobatan Husada di Jl. Raya Bulusari dan juga terdapat praktik tenaga
kesehatan di Jl. Raya Kediri Nganjuk, Desa Bulusari (Pemerintah Kabupaten Kediri,
21
2015). Kemudian, ditemukan juga kegiatan rutin desa seperti kegiatan keagamaan dan
juga perayaan-perayaan hari besar. Hal ini ditunjukkan dari adanya kegiatan perayaan
kemerdekaan dan juga bersih desa yang bertemakan "Mengedepankan kesejahteraan
dan kerukunan masyarakat desa" dengan tujuan untuk menjadikan desa agar lebih
mandiri dan sejahtera serta membangun di segala bidang seperti kebudayaan, sosial,
ekonomi, dsb. Selain itu, rangkaian perayaan kemerdekaan ini dimeriahkan juga oleh
barisan kreasi, karnaval, pentas seni dan bazar rakyat, dan juga doa bersama lintas
agama. Kemudian, kegiatan tersebut ditutup dengan senam massal dan jalan santai
yang diikuti kurang lebih sepuluh ribu peserta warga Desa Bulusari
(detikbhayangkara.com, 2019).
22
karang taruna, Pembina Kesejahteraan Keluarga (PKK), kelompok tani, dll) dan juga
stakeholder terkait sebagai perwakilan dari masyarakat Desa Bulusari. Penjabaran
mengenai karakteristik subyek dilakukan untuk memberikan fokus kepada kajian ini
sehingga data dan hasil yang didapatkan pun akan akurat dan lebih menyeluruh
karena kajian ini memiliki fokus.
23
BAB III
GAMBARAN OBYEKTIF
24
peningkatan perekonomian, meningkatkan jumlah wisatawan, mempermudah
masyarakat sekitar untuk bepergian, hingga memberikan lapangan pekerjaan
masyarakat di Kediri dan sekitarnya (Sumber : CNBC).
Pemerintah Kabupaten Kediri juga tidak tinggal diam akan adanya keberadaan
bandara baru ini. Hal ini dibuktikan dengan kesigapan Pemkab Kediri dalam
menyiapkan destinasi wisata baru di wilayah barat sungai. Di antaranya adalah
kawasan Besuki dan Sumberpodang, dua destinasi wisata alam pegunungan yang
masuk area Lereng Gunung Wilis. Selain itu, kehadiran bandara baru juga membuat
Pemerintah Daerah Kabupaten Kediri akan mempersiapkan warganya agar mampu
menangkap tantangan dan peluang untuk bekerja di bandara tersebut. Salah satunya
adalah dengan memberikan pembekalan berupa pelatihan dan peningkatan pelatihan.
Pemerintah akan memberikan pelatihan guna menambah skill mereka agar pada saat
mendaftar dan seleksi bisa diterima. Hal tersebut menunjukkan bahwa Pemerintah
Kabupaten Kediri berharap banyak akan tenaga kerja bandara yang diserap oleh
warga Kediri itu sendiri (Sumber : JatimTimes).
25
proses pembangunan bandara. Dengan hal itu, proyek ini merupakan proyek pertama
kali yang mana pihak swasta mendanai secara penuh pembangunan ini, sehingga
artinya PT. Gudang Garam Tbk akan mendapatkan konsesi dari pemerintah sekitar 25
sampai 30 tahun lamanya. Selain itu, pembangunan bandara ini tentu bekerja sama
dengan pemerintah yang membantu dalam alur perizinannya melalui Kementrian
Perhubungan. Sedangkan dalam pengelolaan dan pengoperasiannya dilaksanakan oleh
PT. Angkasa Pura I (Persero).
Selain itu, rapat koordinasi yang telah dilaksanakan pada 15 Februari 2020
pun telah melibatkan berbagai pihak terkait. Pihak-pihak tersebut diantaranya seperti
Menteri Perhubungan bersama Sekretaris Kabinet serta juga Menteri Umum dan
Perumahan Rakyat. Selain itu juga dalam memutuskan pelaksaan ground breaking
juga telah melibatkan antara Pemerintah Daerah Tingkat I, Pemerintah Daerah
Tingkat II, dan juga tentunya dari PT. Gudang Garam Tbk sendiri. Ground breaking
Bandara Kediri rencananya akan dilaksanakan dalam waktu beberapa minggu ke
depan yaitu pada tanggal 16 April 2020. Hal tersebut disampaikan langsung oleh
Polana B. Pramesti selaku Direktur Jendral Perhubungan Udara, Kementerian
Perhubungan. Sementara itu, target pembangunan Bandara Kediri ini disebut akan
selesai pada tanggal 16 April 2022.
26
Untuk sistem mekanisme pembangunan bandara ini, melalui tahapan yang
sangat panjang dan memerlukan waktu yang cukup lama selama perencanaannya.
Wacana terkait pembangunan bandara ini telah ada sejak tahun 2007 lalu yaitu pada
masa jabatan Bupati Kediri, Sutrisno. Namun, wacana tersbut baru dapat diwujudkan
pada tahun 2020 ini. Direktur PT. SDI, Susanto Widyatmoko mengatakan bahwa
pembangunan bandara di Kediri akan dibangun diatas lahan seluas 376,57 hektare yang
memotong tiga kecamatan di Kabupaten Kediri, yaitu Desa Jatirejo Kecamatan
Banyakan, Desa Grogol Kecamatan Grogol, serta Desa Bulusari dan Desa Tarokan di
Kecamatan Tarokan. Sejumlah alat berat yang digunakan untuk menunjang
pembangunan ini sudah mulai beroperasi di wilayah yang menjadi lokasi pembangunan
bandara. Proses ini dikabarkan telah sampai tahap pengerukan tanah untuk jalur menuju
lokasi bandara.
Pembangunan Bandara Kediri akan dilakukan di atas lahan seluas 450 hektare.
Pembangunan Bandara Kediri yang rencananya akan mulai dilaksanakan pada April
2020 mendatang memiliki tiga tahap. Pembangunan tahap pertama akan ditargetkan
selesai hingga dua tahun mendatang yaitu pada April 2022. Pada pembukaan nantinya,
Bandara Kediri tahap satu dapat menampung sekitar 1,5 juta penumpang dan runway
movement menampung delapan air traffic movement pada jam sibuk. Bandara Kediri
direncanakan memiliki fasilitas runway seluas 3300 x 45 m2 dan dilengkapi fasilitas
penunjang (kategori PKP-PK) serta fasilitas sisi darat (terminal penumpang, terminal
kargo, parkir kendaraan). Pihak PUPR juga akan membangun infrastruktur penunjang
lainnya di Bandara Kediri seperti contohnya pembangunan drainase dan akses jalan
nasional menuju bandara (Sumber : Detik.com). Sementara itu, konsep yang diusung
dalam pembangunan bandara ini adalah “Smart and Green Airport”. Konsep ini
27
merupakan implementasi dari adanya ketersediaan Ruang Terbuka Hijau atau RTH di
dalam bandara. Selain ketersediaan RTH, pada pembangunan bandara ini akan
memperhatikan pencahayaan dan suhu sehingga nantinya dapat terkendali dengan baik
dan dapat menunjang kenyamanan bagi masyarakat pengguna Bandara Kediri
(Sumber : IDNTimes).
28
BAB IV
29
4.2 Dampak Terhadap Aspek Budaya
Kemudian berjarak 400 meter dari punden, terdapat lokasi yang dinamakan
Puthuk Kucing yang juga dianggap sakral oleh warga sekitar. Bentuk Puthuk Kucing
yaitu berupa gundukan batuan mirip bukit. Selain itu, di Desa Bulusari juga terdapat
kawasan yang dinamakan Batik Madrim. Batik Madrim merupakan kompleks
kawasan yang areanya cukup luas dan diyakini warga sekitar sebagai tempat
30
petilasan. Di dalam Batik Madrim, banyak ditemukan bongkahan bata merah lengkap
dengan pecahan gerabah dan keramik dan beberapa di antaranya masih utuh (Jawa
Pos Radar Kediri, 2020).
31
Bambang selaku ketua PPD tersebut, menjelaskan bahwa aksi ini digelar
sebagai wujud dari dukungan masyarakat terhadap perencanaan pembangunan
Bandara Kediri. Sementara pembentukan PPD sendiri dilakukan untuk memberikan
identitas kepada mereka sebagai putra daerah sehingga mereka dapat mengambil hak-
haknya dan tidak akan ada lagi intervensi dari pihak eksternal yang mengaku sebagai
putra daerah (Saputra, 2019). Adanya fakta tersebut, memperlihatkan bahwa
pembangunan bandara ini ternyata mampu meningkatkan kohesivitas sosial diantara
warga Kabupaten Kediri.
32
BAB V
Model perencanaan transaktif ini diibaratkan sebagai media yang mana posisi
perencana berperilaku sebagai mediator atau fasilitator. Pada dasarnya, fungsi
fasilitator yakni guna memfasilitasi berbagai macam kepentingan baik kepentingan
dari pemerintah maupun apa yang menjadi kepentingan masyarakat. Sehingga
pencapaian kesepakatan dengan melakukan forum mediasi (perundingan) adalah
strategi yang paling efektiv dikarenakan akan menghasilkan solusi yang dapat
menguntungkan sesama (Nurdin, 2017). Oleh karena itu, kesepakatan tersebut akan
ditaati oleh berbagai pihak dikarenakan pada dasarnya mereka dilibatkan dalam
proses perundingan. Forum perundingan yang biasa digunakan yakni Alternative
Dispute Resolution (ADR) yakni sebuah media penyelesaikan yang berlandaskan pada
interest atau kepentingan sehingga bukan berasal dari pada power dalam bentuk
kekuataan dan kekuasaan atau bahkan berlandaskan pada right base yang berarti
benar atau salah melalui jalur pengadilan (Wibowo, 2009).
33
suatu hal yang bisa diberikan oleh masing-masing pihak untuk menciptakan sebuah
perencanaan yang tepat sasaran. Dalam jurnal lain milik Taufiq dkk (2019),
disebutkan bahwa perencanaan transaktif melihat posisi seorang perencana sebagai
pihak yang dapat berkontribusi melalui keahlian yang ia miliki, seperti ilmu
pengetahuan, keahlian menganalisis permasalahan, perspektif baru dan juga prosedur
sistematis. Sedangkan klien dilihat sebagai pihak yang dapat berkontribusi terhadap
pengetahuan lokal dan tujuan yang mereka inginkan (mencangkup norma, nilai,
prioritas, penilaian kelayakan dan detail oprasional). Perencanaan transaktif berfokus
pada kontak tatap muka antara perencana dan pihak yang terkena dampak, dan lebih
menekankan pada proses beberapa hal yaitu dialog, kolaborasi, partisipatif dan
pembelajaran bersama (Taufiq dkk, 2019). Dengan begitu, kedua pihak tersebut dapat
saling bersinergi untuk menentukan sebuah perencanaan yang tepat untuk
permasalahan yang klien miliki.
Implementasi dari teori transaktif dalam kasus ini adalah, tim peneliti
merupakan pihak yang membuat rencana sedangkan klien yang dimaksud adalah
masyarakat Desa Bulusari. Tim peneliti telah melakukan proses identifikasi terhadap
Desa Bulusari sebagai salah satu lokasi yang terdampak pembangunan Bandara
Kediri. Melalui proses pencarian dan identifikasi tersebut, peneliti telah menemukan
beberapa dampak-dampak yang dialami oleh masyarakat Desa Bulusari akibat
pembangunan bandara tersebut seperti yang telah dijabarkan pada Bab V laporan ini.
Berdasarkan hasil temuan tim peneliti, terdapat aspek penting yang menjadi prioritas
dalam perencanaan di Desa Bulusari adalah aspek ekonomi masyarakat yaitu sistem
mata pencaharian
34
bagaimana caranya memenuhi kebutuhan hidup ke depannya. Hal ini membuat
peneliti memfokuskan kajian pada dampak tersebut dan kemudian membentuk suatu
model perencanaan sosial yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan tersebut.
35
Pemberdayaan lain yang peneliti usulkan yaitu pemberdayaan produksi oleh-
oleh khas Kabupaten Kediri baik itu makanan ringan maupun kerajinan tangan eperti
gantungan kunci, berbagai hiasan magnet kulkas, dompet atau tas. Bahan baku utama
untuk produk makanan didapat dari hasil pertanian mandiri yang telah dijelaskan
sebelumnya. Selain menciptakan inovasi produk baru, pemberdayaan ini natinya akan
berfungsi sebagai pelatihan peningkatan kualitas terhadap produk yang sebelumnya
menjadi potensi Desa Bulusari yaitu produk kerupuk. Pemberdayaan ini akan
dilakukan secara serius dengan harapan dapat menghasilkan kualitas dan mutu produk
yang baik sehingga nantinya produk-produk lokal ini dapat dijual di dalam kawasan
bandara. Pemberdayaan ini nantinya akan berkolaborasi dengan organisasi setempat
seperti PKK.
36
aplikasi sehingga semua hasil karya mereka dapat diperlihatkan kepada umum
sehingga dapat menarik wisatawan lokal maupun mancanegara untuk datang
mengunjungi Kabupaten Kediri.
Kawasan ini akan memiliki satu gedung utama. gedung tersebut yaitu gedung
trade center. Selain dijual di dalam bandara, nantinya produk-produk lokal buatan
warga Desa Bulusari akan dijual di gedung trade center ini. Bangunan utama berupa
trade center akan didesain modern layaknya mall sehingga di dalamnya akan terdapat
beberapa tenant. Tenant yang tersedia juga hanya boleh disewa oleh warga Desa
Bulusari dengan tarif yang tentunya tidak memberatkan. Selain itu, di gedung trade
center nantinya akan diadakan event-event rutin berbasis kearifan lokal masyarakat
Desa Bulusari seperti fashion show dengan menggunakan baju daerah, atau bazaar
rutin setiap tahun sehingga kegiatan kemasyarakatan tetap berjalan
37
memiliki keahlian, dan beberapa diantaranya sengaja ditunjuk dari warga asli Desa
Bulusari. Produk yang telah selesai dibuat kemudian disetorkan kepada para pengepul
untuk ditampilkan dan dijual di gedung trade center. Selain itu, pemanfaatan gedung
pemberdayaan ini juga akan digunakan sebagai destinasi wisata edukasi sehingga
masyarakat biasa dapat melihat serta mempelajari proses pembuatan suatu produk.
Rencananya, gedung ini akan dibuka untuk umum namun dalam rentang waktu
tertentu seperti misalnya setiap hari Sabtu dan Minggu saja sehingga fungsi utamanya
sebagai tempat pemberdayaan tetap optimal.
Bangunan ketiga yaitu area food court atau sentra kuliner. Konsep yang
digunakan pada food court ini adalah kawasan outdoor yang tetap memperhatikan
keasrian lingkungan dan mengusung kenyamanan bagi para pengunjungnya. Tenant-
tenant di area food court nantinya akan diisi berbagai variasi kuliner dan diupayakan
berbeda-beda tiap tenant-nya sehingga mengurangi kemungkinan munculnya
kecemburuan dalam persaingan. Tenant ini rencananya akan menggunakan sistem
sewa tahunan dengan tarif yang disesuaikan dengan kondisi ekonomi namun tetap
tidak memberatkan masyarakat. Tenant-tenant tersebut juga hanya boleh diisi oleh
warga asli Desa Bulusari sehingga dapat optimal dalam mensejahterakan warganya.
Model perencanaan sosial yang peneliti usulkan tentunya tidak lepas dari
kelemahan yang ada. Beberapa poin yang menjadi kelemahan tersebut adalah :
38
- Pembangunan kawasan yang berskala besar tentunya membutuhkan nominal
anggaran yang besar pula.
- Apabila telah direalisasikan, maka akan membutuhkan durasi yang lama dalam
proses pembangunannya.
- Pembangunan yang diusulkan tentunya dapat mengubah pola perilaku warganya
dan tidak menutup kemungkinan dapat menghilangkan unsur paguyuban yang
semula ditemukan dalam Desa Bulusari.
- Berpotensi memunculkan konflik yaitu kecemburuan sosial.
39
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
Berbagai hal yang kami solusikan diatas tentunya tidak lepas dari adanya
peran pemerintah dengan berbagai pihak yang terlibat dalam pembangunan
Bandara Kediri. Penggunaan lahan masyarakat yang tergusur tentunya harus
terpikirkan dan terencana dalam artian tidak hanya dalam jangka pendek dengan
cara memberikan ganti rugi dalam hal materil atau uang yang secara tidak
langsung ditakutkan tidak dapat dimanfaatkan secara baik oleh masyarakat
ditengah arus modernisasi yang ada di masyarakat. Pemberian ganti rugi dalam
jangka waktu yang panjang dan juga berkelanjutan tentu juga harus diberikan
kepada masyarakat terdampak. Dalam hal ini, pihak stakeholder harus
mengidentifikasi potensi dan skill yang dimiliki masyarakat lokal serta
menyiapkan “ladang” pekerjaan pengganti. Contohnya yaitu dengan cara
40
memberikan pelatihan kerajinan industri kecil kreatif dalam hal pangan ataupun
kerajinan cinderamata. Hal ini dilakukan agar perekonomian masyarakat dapat
terkelola dengan baik sehingga jika perekonomian maju maka kesejahteraan
masyarakat juga dapat berada di tingkat yang jauh lebih baik.
41