Anda di halaman 1dari 14

TUGAS PANCASILA

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM PEMBUATAN KEBIJAKAN


NEGARA DALAM BIDANG POLITIK, EKONOMI, SOSIAL BUDAYA
DAN HANKAM

Anggota Kelompok:

Paramudibta Lungit 161610101021/ Absen 10


Nia Nurmayanti 161610101022/ Absen 11
Dheamira Rosida 161610101023/ Absen 12

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2018

i
DAFTAR ISI
Halaman Sampul
Daftar Isi ................................................................................................. ii
Bab 1. Pendahuluan ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 2
1.3 Tujuan ............................................................................................... 2
Bab 2. Landasan Teori .......................................................................... 3
2.1 Definisi Implementasi ...................................................................... 3
2.2 Definisi Kebijakan Negara ............................................................... 4
Bab 3. Pembahasan ................................................................................
Implementasi Pancasila dalam Pembuatan Kebiajakan Negara di bidang:
3.1 Bidang Politik.................................................................................... 5
3.2 Bidang Ekonomi ............................................................................... 7
3.3 Bidang Sosial Budaya ...................................................................... 8
3.4 Bidang Hankam ................................................................................ 9
Bab 4. Penutup ....................................................................................... 10
Kesimpulan ............................................................................................. 11
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari
dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas.
Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara
bagi seluruh rakyat Indonesia. Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah
Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,
dan tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-undang Dasar
1945.
Secara yuridis-konstitusional kedudukan Pancasila sudah jelas, bahwa
Pancasila adalah pandangan hidup bangsa, dasar negara Republik Indonesia, dan
sebagai ideologi nasional. Sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila merupakan
kristalisasi nilai-nilai yang kebenarannya diakui, danmenimbulkan tekad untuk
dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Sejarah telah mengungkapkan bahwa
Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia,yang memberi kekuatan hidup
kepada bangsa Indonesia sertamembimbingnya dalam mengejar kehidupan lahir
batin yang makin baik, didalam masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.
Menyadari bahwa untuk kelestarian kemampuan dan kesaktian Pancasila itu, perlu
diusahakan secara nyata dan terus menerus penghayatan dan pengamalan nilai-
nilai luhur yang terkandung di dalamnya oleh setiap warga negara Indonesia,
setiap penyelenggara negara serta setiap lembaga kenegaraan dan lembaga
kemasyarakatan, baik di pusat maupun di daerah.
Seluruh warga negara kesatuan Republik Indonesia sudah seharusnya
mengetahui, mempelajari, mendalami, mengembangkan serta mengamalkan
pancasila dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara sesuai dengan kemampuan masing-masing individu.
Implementasi pancasila dalam kehidupan bermasyarakat pada hakikatmya
merupakan suatu realisasi praksis untuk mencapai tujuan bangsa.

1
Pengimplementasian tersebut di rinci dalam berbagai macam bidang seperti
politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan negara.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana Implemetasi pancasila dalam pembuatan kebijakan publik di
bidang politik, ekonomi, sosial budaya, dan hankam?

1.3 Tujuan
Memahami Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan publik di
bidang politik, ekonomi, sosial budaya, dan hankam
BAB 2. LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Implementasi


Implementasi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah
pelaksanaan atau penerapan. Menurut Majone dan Wildavsky, implementasi
merupakan sebuah evaluasi. Sedangkan menurut Daniel A. Mazmanian dan Paul
Sabatier, dalam buku Wahab, implementasi adalah memahami sesuatu yang nyata
terjadi sesudah berlakunya suatu program Wahab. Daniel A. Mazmanian dan Paul
A. Sabatier juga menjelaskan makna implementasi, yaitu pelaksanaan keputusan
kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula
berbentuk perintah atau keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan
peradilan (Rusli, 2013). Menurut Purwanto dan Sulistyastuti, implementasi adalah
kegiatan pendistribusian keluaran kebijakan (to deliver policy output) yang
dilakukan oleh para implementor kepada kelompok sasaran (target group) sebagai
upaya untuk mewujudkan kebijakan (Purwanto dan Sulistiyani, 1991). Menurut
Agustino, implementasi merupakan suatu proses yang dinamis, dimana pelaksana
kebijakan melakukan suatu aktivitas atau kegiatan, sehingga nantinya akan
mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan
tersebut (Agustiono, 2010).
Ripley dan Franklin menyatakan bahwa implementasi adalah apa yang
terjadi setelah undang-undang ditetapkan yang memberikan otoritas program,
kebijakan, keuntungan, atau suatu jenis keluaran yang nyata. Implementasi
mencakup tindakan-tindakan oleh sebagai aktor, khususnya para birokrat yang
dimaksudkan untuk membuat program berjalan. Grindle, berpendapat bahwa
tugas implementasi adalah membentuk suatu kaitan (linkage) yang memudahkan
tujuan-tujuan kebijakan bisa direalisasikan sebagai dampak dari suatu kegiatan
pemerintah (Ripley, 1986).
Pancasila merupakan cita hukum bagi bangsa Indonesia yang harus
dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Cita
hukum tersebut berupa prinsip dasar, konsep dasar yang menjadi acuan dalam
merumuskan konstitusi, filsafat seperti konsep-konsep tentang kebenaran,
keadilan, dan kesejahteraan. Implementasi pancasila harus datang dari masyarakat
itu sendiri. Bangsa Indonesia yang plural, jika dibiarkan pasti akan terjerumus ke
dalam perpecahan, sehingga perlu adanya pegangan yang mengikat bangsa
Indonesia yang pluralistic tersebut, yaitu Pancasila (Soeprapto, 2005).

2.2 Definisi Kebijakan Publik atau Kebijakan Negara


Kebijakan merupakan sebagai serangkaian rencana program, aktivitas,
aksi, keputusan, sikap, untuk bertindak maupun tidak bertindak yang dilakukan
oleh para pihak (aktor-aktor), sebagai tahapan untuk penyelesaian masalah yang
dihadapi (Ramadhani dkk, 2017). Pada prinsipnya sebuah kebijakan tidak terlepas
dari keterlibatan seluruh element yang ada baik itu masyarakat sebagai bagian
yang terikat dalam hasil putusan kebijakan sampai pada tahap pemerintah sebagai
badan pembuat kebijakan tersebut. Kebijakan publik adalah sebagai segala
sesuatu yang dikerjakan pemerintah baik untuk melakukan sesuatu maupun untuk
tidak melakukan sesuatu(Afifah dkk, 2016).
Pelaksanaan kebijakan merupakan kegiatan lanjutan dari proses
perumusan dan penetapan kebijakan. Sehingga pelaksanaan kebijakan dapat
dimaknai sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan, baik oleh individu maupun
kelompok pemerintah, yang diorientasikan pada pencapaian tujuan-tujuan yang
telah digariskan dalam keputusan kebijakan (Rusli, 2013). Kebijakan negara akan
efektif apabila dilaksanakan dan memberikan dampak positif bagi masyarakat atau
perbuatan masyarakat bersesuaian dengan yang diinginkan oleh pemerintah atau
negara (Ramadhani dkk, 2017).
BAB 3. PEMBAHASAN

Pembangunan merupakan realisasi untuk mencapai tujuan yang mendasar


pada hakikat manusia sebagai subjek pelaksana sekaligus tujuan pembangunan.
Hakikat manusia adalah monopluralis artinya meliputi berbagai unsur yaitu
rokhani-jasmani, individu-makhluk sosial serta manusia sebagai makhluk pribadi-
makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu manusia merupakan sumber
nilai bagi pengembangan POLEKSOSBUD HANKAM (Kaelan, 2001).
Implementasi Pancasila dalam Pembuatan Kebijakan Publik di bidang:
3.1 Bidang Politik
Pembangunan dan pengembangan politik harus berdasarkan atas dasar
ontologis atau keberadaan manusia. Manusia adalah sebagai subjek negara, oleh
karena itu kehidupan politik dalam negara harus benar-benar untuk merealisasikan
tujuan demi harkat dan martabat manusia (Kaelan, 2001).
Dalam sistem politik negara harus berdasarkan pada tuntutan hak dasar
kemanusiaan yang disebut hak asasi manusia. Hal ini sebagai perwujudan hak atas
mertabat kemanusiaan sehinga sistem politik suatu negara harus mampu
menciptakan sistem yang menjamin hak-hak tersebut (Kaelan, 2001).
Sila-sila dalam pancasila tersusun atas urutan yang sistematis, bahwa
dalam politik negara harus berdasarkan asas kerakyatan (sila ke-4), adapun
pengembangan dan aktualisasi politik negara berdasarkan pada moralitas
Ketuhanan (sila ke-1), moral kemanusiaan (sila ke-2), moral persatuan sebagai
suatu bangsa (sila ke-3), dan aktualisasi pengembangan politik negara demi
tercapainya keadilan dalam hidup bersama (sila ke-5) (Kaelan, 2001; Yudistira,
2012).
Pembuatan kebijakan Negara yang bertujuan untuk mengembangkan
kehidupan politik di Indonesia terutama pada masa reformasi ini harus
berdasarkan pada nilai-nilai sebagaimana tertuang dalam Pancasila, sehingga
kegiatan politik yang tidak berpihak pada rakyat dan/atau yang hanya berorientasi
pada kekuasaan semata dapat dihilangkan. Praktek politik yang menghalalkan
segala cara dengan memfitnah, memprovokasi, penghasut rakyat yang tidak
berdosa untuk diadu domba harus segera diakhiri (Aminullah, 2012).
Penjabaran keempat pokok pikiran Pembukaan ke dalam pasal-pasal UUD
NRI tahun 1945 mencakup empat aspek kehidupan bernegara, yaitu: politik,
ekonomi, social budaya, dan pertahanan keamanan yang disingkat menjadi
POLEKSOSBUD HANKAM. Aspek politik dituangkan dalam pasal 26, pasal 27
ayat (1), dan pasal 28 (.
1. Pasal 26
a. Pasal 26 ayat (1) dengan tegas mengatur siapa-siapa saja yang dapat
menjadi warga negara Republik Indonesia. Selain orang berkebangsaan
Indonesia asli, orang berkebangsaan lain yang bertempat tinggal di
Indonesia, mengakui Indonesia sebagai tanah airnya dan bersikap setia
kepada Negara Republik Indonesia yang disahkan oleh undang-undang
sebagai warga negara dapat juga menjadi warga negara Republik Indonesia.
b. Pasal 26 ayat (2) menyatakan bahwa penduduk ialah warga Negara
Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia.
2. Pasal 27
Pasal 27 ayat (1) menyatakan kesamaan kedudukan warga negara di dalam
hukum dan pemerintahan dengan tidak ada kecualinya. Ketentuan ini
menunjukkan adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban, dan tidak ada
diskriminasi di antara warga negara baik mengenai haknya maupun mengenai
kewajibannya.
3. Pasal 28
Pasal 28 menetapkan hak warga negara dan penduduk untuk berserikat dan
berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya,
yang diatur dengan undang-undang. Dalam ketentuan ini, ditetapkan adanya
tiga hak warga negara dan penduduk yang digabungkan menjadi satu, yaitu:
hak kebebasan berserikat, hak kebebasan berkumpul, dan hak kebebasan untuk
berpendapat.
Pasal 26, 27 ayat (1), dan 28 di atas adalah penjabaran dari pokok-pokok
pikiran kedaulatan rakyat dan kemanusiaan yang adil dan beradab yang masing-
masing merupakan pancaran dari sila keempat dan kedua Pancasila. Kedua pokok
pikiran ini adalah landasan bagi kehidupan nasional bidang politik di negara
Republik Indonesia (Damanhuri dkk, 2016).
3.2 Bidang Ekonomi
Ancaman terhadap eksistensi Pancasila adalah globalisasi. Pendefinisian
globalisasi akan lebih dekat dengan persoalan ekonomi politik yang mengalami
perkembangan yang pesat pada awal dekade 1990-an. Globalisasi bisa menjadi
peluang dan bisa menjadi ancaman untuk bangsa ini karena globalisasi
mempunyai makna yang negatif dan positif. Ideologi mulai dihancurkan dengan
paham praktis pragmatis yang mengesampingkan idealisme dan mementingkan
pertumbuhan ekonomi. Kapitalisme global mementingkan individualisme untuk
menghancurkan nilai sosial dan Pancasila. Sedangkan Pancasila mempunyai nilai
Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, dan kerakyatan Indonesia dengan mewujudkan keadilan sosial. Melihat
pernyataan tentang pertentangan Pancasila dengan globalisasi, tentunya akan
menghasilkan semacam antitesis globalisasi dari Pancasila, lalu dengan
menggunakan Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia yang sudah pakem dan
tidak dapat lagi diganggu gugat oleh ideologi lain (Supriyanto, 2014).
Ekonomi Indonesia pada masa rezim Orde Baru lebih dikenal dengan
nama Ekonomi Pancasila namun karena Ekonomi Pancasila itu lekat
hubungannya dengan Orde Baru sehingga pasca masa Reformasi para pakar lebih
sering menyebutnya sebagai Ekonomi Kerakyatan. Namun dalam perjalanannya
Ekonomi Kerakyatan tidak pernah berjalan sebagaimana mestinya sesuai dengan
apa yang di cita-citakan oleh Pancasila (Supriyanto, 2014).
Perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi
ekonomi dengan prinsip kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan
ekonomi nasional dan ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini
diatur dalam undang-undang (UUD 1945, Pasal 33) (Bawazier, 2017).
Terdapat istilah di dalam ilmu ekonomi yaitu ‘Yang kuat yang menang’,
sehingga pengembangan ekonomi mengarah pada persaingan bebas dan
mengesampingkan moralitas kemanusiaan. Hal ini tidak sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila yang lebih mengarah kepada ekonomi kerakyatan yang mendasarkan
pada tujuan demi kesejahteraan rakyat secara luas, atau bisa disebut ekonomi
humanistik (Mubyarto, 1999). Pengembangan ekonomi harus demi kemanusiaan
dan kesejahteraan masyarakat, bukan hanya mengejar pertumbuhan (Yudistira,
2016).
Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara di bidang
ekonomi dituangkan dalam pasal 27 ayat (2), pasal 33 dan pasal 34. Pasal-pasal
tersebut merupakan penjabaran dari pokok pikiran kedaulatan rakyat dan keadilan
sosial. Kedua pokok pikiran ini adalah landasan bagi pembangunan sistem
ekonomi pancasila dan kehidupan ekonomi nasional. Berdasarkan penjabaran
pokok-pokok pikiran tersebut, maka pembuatan kebijakan negara dalam bidang
ekonomi di indonesia dimaksudkan untuk menciptakan sistem perekonomian yang
bertumpu pada kepentingan rakyat dan berkeadilan (Kaelan, 2000).

3.3 Bidang Sosial Budaya


Pengembangan pembangunan seharusnya disesuaikan dengan nilai- nilai
budaya yang sesuai yang dimiliki masyarakat. Terutama dalam rangka reformasi.
Pengembangan sosial budaya harus mengangkat nilai-nilai bangsa indonesia
sebagai nilai dasar yaitu nilai-nilai pancasila (Yudhanegara, 2015). Pada dasarnya
prinsip etika pancasila bersifat humanistik yaitu nilai pancasila bersumber pada
harkat dan martabat sebagai makhluk yang berbudaya hal tersumber pada sila
kedua pancasila yaitu “Kemnusiaan yang Adil dan Beradab”. Hal ini menjadikan
pancasila sebagai dua sumber pokok yaitu sebagai unervesalisasi dan
trasendetalisasi. Universalisasi artinya yaitu melepaskan simbol-smbol dari
keterkaitan struktur sedangkan trasendetalisasi yaitu meningkatkan derajat
kemerdekaan (kaelan, 2001).
Proses reformasi ini sering terjadi gejolak masyarakat yang jauh dari nilai-
nilai kemanusiaan yang beradab. Pengembangan sosial budaya harus dilakukan
dengan menjunjung tinggi nilai-nilai pancasila (Roziq, 2016). Hal ini tidak dapat
dilepaskan dari fungsi pancasila sebagai sebuah sistem etika yang keseluruhan
nilainya bersumber dari harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang
beradab (Yudistira, 2016). Selain itu meningkatnya fanatisme etnis di berbagai
daerah mengakibatkan lumpuhnya keberadaban masyarakat. Oleh karena itu perlu
pengembangan aspek sosial budaya dengan berdasar nilai pancasila yang
berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan, nilai ketuhanan serta nilai
keberadaban(Sutaryo dkk, 2013).

3.4 Bidang Hankam


Negara Indonesia pada prinsipnya berdasarkan masyarakat hukum, baik
dalam mengatur ketertiban negara maupun melindungi hak-hak warganya. Oleh
karena itu negara wajib melindungi segenap wilayah negara dan bangsanya. Oleh
karena itu syarat mutlak tercapainya kesejahteraan negara yaitu terciptanya
keamanan. Sehingga diperlukan aparat keamanan negara dan aparat penegak
hukum negara (Tim Pusat Studi Pancasila UGM, 2015). Oleh karena pancasila
sebagai dasar negara maka pertahanan dan keamanan negara dikembalikan pada
tercapainya harkat dan martabat manusia sebagai pendukung pokok negara. Basis
moralitas pertahanan dan keamanan negara yaitu dasar-dasar kemanusiaan yang
beradab. Oleh karena itu pertahanan dan keamanan negara harus mendasarkan
pada tujuan demi terjaminnya harkat dan martabat manusia. Tetapi pertahanan dan
keamanan bukan menjadi kekuasaan karena apabila hal ini terjadi akan melanggar
hak asasi manusia (Kaelan, 2001).
Pertahanan dan keamanan negara tidak hanya ditujukan pada kelompok
tertentu karena akan bersifat otoriter, tetapi pertahanan dan keamanan negara
harus dikembangkan berdasarkan nilai-nilai pancasila. Pertahanan dan keamanan
negara harus mampu menciptakan sila kedua pancasila yaitu harus mampiu
mendasarkan tujuan kesejahteraan hidup manusia. Selain itu pertahanan dan
keamanan negara harus berdasarkan tujuan demi kepentingan warga sebagai
warga negara seperti terkandung dalam pancasila sila ketiga. Pertahanan dan
keamanan harus mampu menjamin hak – hak dasar, persamaan derajat serta
kebebasan kemanusiaan (sila keempat pancasila). Pada akhirnya pertahanan dan
keamanan harus diperuntukkan demi terwujudnya keadilan dalam hidup
masyarakat supaya benar-benar berdasarkan hukum bukan berdasarkan kekuasaan
(Kaelan, 2001).
BAB 4. PENUTUP

Kesimpulan
Pembuatan kebijakan publik di bidang politik, ekonomi, sosial budaya, dan
hankam didasarkan pada Pancasila. Implementasi Pancasila dalam bidang Politik
yaitu pengembangan politik negara terutama dalam bidang reformasi harus
mendasarkan pada moralitas yang tertuang dalam pancasila. Implementasi
Pancasila dalam bidang ekonomi yaitu Pancasila yang lebih mengarah kepada
ekonomi kerakyatan yang mendasarkan pada tujuan demi kesejahteraan rakyat
secara luas, atau bisa disebut ekonomi humanistik. Pada bidang sosial budaya
pada dasarnya prinsip etika pancasila bersifat humanistik yaitu nilai pancasila
bersumber pada harkat dan martabat sebagai makhluk yang berbudaya.
Implementasi pancasila dalam bidang hankam yaitu pancasila sebagai dasar
negara maka pertahanan dan keamanan negara dikembalikan pada tercapainya
harkat dan martabat manusia sebagai pendukung pokok negara. Basis moralitas
pertahanan dan keamanan negara yaitu dasar-dasar kemanusiaan yang beradab.
Oleh karena itu pertahanan dan keamanan negara harus mendasarkan pada tujuan
demi terjaminnya harkat dan martabat manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Afifah, Dian F., Neneng Yani Yuningsih. 2016. Analisis Kebijakan Pemerintah
tentang Pencegahan dan Penanganan Korban Perdagangan (Trafficking)
Perempuan dan Anak di Kabupaten Cianjur. Jurnal Imu Pemerintahan Vol.
2 (2): 330-360

Agostiono. Implementasi Kebijakan Publik Model Van Meter dan Van Horn.
Diakses 29 September 2018
Aminullah, 2012. Inplementasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Kehidupan
Bermasyarakat. Jurnal Ilmiah IKIP Mataram. 3(1); 620-628

Bawazier, Fuad. 2017. Sistem Ekonomi Pancasila: Memaknai Pasal 33 UUD


1945. Jurnal Keamanan Nasional Vol. III, No. 2

Damanhuri, Wika, H.L., Febrian A, Ikman N.R. 2016. Implementasi Nilai-Nilai


Pancasila Sebagai Upaya Pembangunan Karakter Bangsa. Untirta Civic
Education Journal. 1(2);185-198

Kaelan. 2001. Pendidikan Pnacasila. Yogyakarta: Penerbit Paradigma Yogyakarta

Ramdhani A., Muhammad Ali Ramdhani. 2017. Konsep Umum Pelaksanaan


Kebijakan Publik. Jurnal Publik Vol.11 (1): 1-12

Purwanto dan Sulistyastuti. 1991. Analisis Kebijakan dari Formulasi ke


Implementasi Kebijakan. Jakarta: Bumi Aksara
Ripley, Rendal B. and Grace A. Franklin. 1986. Policy Implementation and
Bureaucracy, second edition. Chicago: The Dorsey Press.
Roziq, A. 2016. Integrasi Nilai – Nilai Pancasila dalam Pendidikan Karakter dan
Budaya Bangsa yang Berbasis pada lingkungan Sekolah. Jurnal Rontal dan
keilmuan PPKN Vol 2(1): 1-11
Rusli, B. 2013. Kebijakan Publik: Membangun Pelayanan Publik yang Responsif.
Bandung: Hakim Publishing
Soeprapto. 2005. Implementasi Pancasila Dalam Kehidupan Bermasyarakat ,
Berbangsa, dan Bernegara, Jurnal Ketahanan Nasional X(2)
Supriyanto, Eko E. 2014. Penerapan Nilai-nilai Pancasila dalam Kebijakan
Ekonomi di Kabupaten Tegal 2009-2014. Politika: Jurnal Ilmu Politik
(UNDIP) 4(1):80-88
Sutaryo, dkk. 2013. Prosiding Kongres Pancasila V. Yogyakarta: UGM
Tim Pusat Studi Pancasila UGM. 2015. Membangun Kedaulatan Bangsa
Berdasarkan Nilai-nilai Pancasila: Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Kawasan Terluar, Tedepan, Tertinggal (3T). Yogyakarta: UGM
Yudhanegara, F. 2015. Pancasila Sebagai Filter Pengaruh Globalisasi terhadap
Nilai- Nilai Nasionalisme. Jurnal administrasi Negara vol 8 (2): 165-180
Yudistira. 2016. Aktualisasi & Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam
Menumbuh Kembangkan Karakter Bangsa. Jurnal Semianr Nasional
Hukum 2(1): 421-436

Anda mungkin juga menyukai