Anda di halaman 1dari 16

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/343129436

MERUMUSKAN INDEKS KESEJAHTERAAN SOSIAL (IKS) DI INDONESIA

Article · December 2019


DOI: 10.33007/inf.v5i3.1786

CITATION READS

1 3,790

1 author:

Hari Harjanto Setiawan


National Research and Innovation Agency (BRIN) Indonesia
39 PUBLICATIONS 72 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Hari Harjanto Setiawan on 19 November 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


MERUMUSKAN INDEKS KESEJAHTERAAN SOSIAL (IKS) DI INDONESIA

DEFINING SOCIAL WELFARE INDEX (SWI) IN INDONESIA

Hari Harjanto Setiawan


Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Kementerian Sosial RI
Jl. Dewi Sartika No. 200, Cawang III, Jakarta Timur
Email: hari_harjanto@yahoo.com

Abstrak
Pembangunan sosial merupakan proses perubahan yang terencana dan terarah. Di Indonesia, tujuan
pembangunan sosial adalah untuk menciptakan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat. Apabila
kesejahteraan sosial menjadi tujuan yang akan dicapai dari sebuah pembangunan, maka diperlukan suatu
yang dapat mengukur tingkat kesejahteraan sosial. Tulisan ini akan memberi informasi tentang tiga hal yang
berhubungan dengan ukuran kesejahteraan antara lain; pertama, makna Indeks Kesejahteraan Sosial bagi
pembangunan kesejahteraan sosial di Indonesia. Kedua, peluang perumusan Indeks Kesejahteraan Sosial di
Indonesia. Ketiga, model Indeks Kesejahteraan Sosial yang cocok diterapkan di Indonesia. Indeks
Kesejahteraan Sosial (IKS) diharapkan dapat mengukur capaian pembangunan Kesejahteraan Sosial. Sebagai
ukuran kualitas hidup, IKS dibangun melalui 2 (dua) dimensi dasar yaitu kesejahteraan sosial objektif dan
subyektif. Tulisan ini menggunakan studi pustaka yaitu metode pengumpulan data dengan mencari informasi
melalui jurnal ilmiah, buku dan dokumentasi lainnya. Indikator Kesejahteraan Sosial yang dihasilkan dari
tulisan ini diharapkan dapat dijadikan ukuran pembangunan sosial di Indonesia, sehingga dapat dievaluasi
dan ada perbaikan program dari tahun ke tahun.
Kata Kunci : Indeks, Kesejahteraan Sosial, Pembangunan Sosial

Abstract
Social development is a process of planned and directed change. In Indonesia, the aim of social development
is to create social welfare for all people. If social welfare is a goal to be achieved from a development, then
we need something that can measure the level of social welfare. This paper will provide information about
three things related to welfare measures, among others; first, the meaning of the Social Welfare Index for the
development of social welfare in Indonesia. Second, the opportunity for the formulation of the Social Welfare
Index in Indonesia. Third, the Social Welfare Index model is suitable to be applied in Indonesia. The Social
Welfare Index (IKS) is expected to measure the achievement of Social Welfare development. As a measure of
quality of life, IKS is built through 2 (two) basic dimensions, namely objective and subjective social welfare.
This paper uses literature study, a method of collecting data by searching for information through scientific
journals, books and other documentation. The Social Welfare Indicators resulting from this paper are
expected to be used as a measure of social development in Indonesia, so that they can be evaluated and there
are improvements to the program from year to year.
Keywords: Index, Social Welfare, Social Development

PENDAHULUAN dalam rangka mewujudkan keadilan sosial bagi


seluruh rakyat Indonesia. Secara tegas tercantum
Penyelenggaraan kesejahteraan sosial di
pada (a) Pasal 27 ayat (2) bahwa “tiap-tiap
Indonesia dilandasi oleh Undang-Undang Dasar
warga negara berhak atas pekerjaan dan
1945, mengamanatkan negara mempunyai
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan; (b)
tanggung jawab melindungi segenap bangsa
Pasal 33 ayat (3), bahwa “bumi dan air dan
Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum

208 Sosio Informa Vol. 5, No. 03, September – Desember, Tahun 2019. Kesejahteraan Sosial
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya antara asistensi reguler dan asistensi temporer
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk bagi penduduk mskin dan rentan. 3)
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; dan (c) Permasalahan sosial yang berkaitan dengan
Pasal 34 ayat (1), bahwa “fakir miskin dan anak ketimpangan akses dan penjangkauan pelayanan
telantar dipelihara oleh negara” dan ayat (2) dasar. 4) Permasalahan sosial yang berkaitan
negara mengembangkan sistem jaminan sosial dengan terbatasnya akses penduduk miskin dan
bagi seluruh rakyat dan memberdayakan rentan dalam mengembangkan penghidupan
masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai secara berkelanjutan. 5) Permasalahan yang
dengan martabat kemanusiaan. Ayat (3) Negara berkaitan dengan sumber daya manusia dan
bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas kelembagaan penyelenggara kesejahteraan
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan sosial.
umum yang layak. UU No. 11 th 2009 pada Pasal 1 Ayat (2)
Ruang lingkup tugas pemerintah dalam menyebutkan bahwa Penyelenggaraan
melaksanakan pembangunan kesejahteraan kesejahteraan sosial dimaknai sebagai upaya
sosial tertuang dalam UU No. 11 Tahun 2009 terarah, terpadu dan berkelanjutan yang
tentang Kesejahteraan Sosial dan UU No. 13 dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah
Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin. daerah dan masyarakat dalam bentuk pelayanan
UU tersebut selanjutnya diperkuat dengan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar setiap
turunan PP No. 39 Tahun 2012 tentang warga negara, yang meliputi rehabilitasi sosial,
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial dan PP jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan
No. 63 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Upaya perlindungan sosial. Penyelenggaraan
Penanganan Fakir Miskin Melalui Pendekatan kesejahteraan sosial merupakan usaha
Wilayah, serta UU No. 23 Tahun 2014 tentang perubahan secara terencana, sistematis dan
Pemerintahan Daerah dan PP No. 38 Tahun terarah, dilaksanakan untuk menterjemahkan
2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan visi dan misi pembangunan nasional ke dalam
Antara Pemerintah, Pemerintahan Provinsi dan kebijakan dan program-program untuk
Pemerintahan Kabupaten/Kota. mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Merujuk pada usulan Rencana Strategi
Kementerian Sosial Tahun 2015-2019 memuat Undang-undang dan agenda pembangunan
substansi pengembangan sistem perlindungan nasional tersebut di atas, merupakan dasar
sosial yang mapan, komprehensif, hukum dan landasan opersional
berkesinambungan dan merupakan perpaduan penyelenggaraan kesejahteraan sosial di
sinergis antara pemerintah pusat dan pemerintah Indonesia, di mana negara dan pemerintah
daerah serta antar sektoral untuk meringankan sebagai pihak pertama yang bertanggung jawab
dampak kemiskinan dan kemelaratan. Sejalan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial bagi
dengan penjelasan diatas, secara umum seluruh rakyat Indonesia. Penyelenggaraan
permasalahan sosial dapat dikelompokkan kesejahteraan sosial dimaksud dilakukan secara
sebagai baerikut: 1) Permasalahan sosial yang terencana, terarah, dan berkelanjutan dalam
berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi bentuk pelayanan sosial guna memenuhi
penduduk miskin dan rentan serta kelompok kebutuhan dasar. Penyelenggaraan
marjinal lainnya. 2) Permasalahan sosial yang kesejahteraan sosial masih dihadapkan dengan
berkaitan dengan perlindungan sosial yang berbagai tantangan. Tidak dapat dipungkiri,
belum komprehensif, termasuk membedakan bahwa kemajuan teknologi dan informasi

Merumuskan Indeks Kesejahteraan Sosial (IKS) Di Indonesia, Hari Harjanto Setiawan 209
memberikan keuntungan bagi peningkatan merencanakam suatu program, karena akan
kesejahteraan masyarakat. Tetapi pada sisi yang menghasilkan data dan informasi tentang status
lain, kemajuan-kamajuan tersebut membawa kesejahteraan sosial keluarga di Indonesia
dampak yang tidak menguntungkan bagi sebagai baseline data nasional dan provinsi yang
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan dapat dipergunakan untuk merumuskan
bernegara. kebijakan dan program selanjutnya.
Penyelenggaraan kesejahteraan sosial Tampaknya memang ada semacam kesulitan
dihadapkan dengan berbagai permasalahan dan untuk mendifinisikan kesejahteraan sosial. Hal
tantangan yang sangat kompleks, baik dari ini karena konsep kesejahteraan sosial memilki
dalam maupun luar. Situasi ini memerlukan aspek subyektif juga obyektif, dan juga dapat
respon yang cepat dan tepat, agar permasalahan didefinisikan baik dengan istilah kualitatif
dan tantangan tersebut tidak mengganggu deskriptif atau menggunakan ukuran-ukuran
penyelenggaraan kesejahteraan sosial. empiris. Oleh karena itu para pakar ilmu sosial
Sehubungan dengan itu, maka kebijakan dan yang telah mencoba untuk mengembangkan
program yang dikembangkan dalam pendekatan kuantitatif dengan ukuran-ukuran
penyelenggaraan kesejahteraan sosial harus statistik untuk menggambarkan kondisi sosial
berbasis pada isu-isu strategis, sehingga mampu yang terjadi seperti tingkat pengangguran, angka
menjawab kebutuhan yang dirasakan oleh kematian bayi, angka kriminalitas, tingkat buta
masyarakat. Sehingga kebijakan dan program huruf, dan angka statisktik tentang ekspektasi
kesejahteraan sosial harus berbasis pada sebuah hidup, pendaftaran murid pada sekolah,
penelitian. kemiskinan dan kondisi sosial yang lain.
Tingginya angka kriminalitas, pengangguran,
Untuk mengetahui kebijakan dan program
kemiskinan dan masalah serupa menjadi
kesejahteraan sosial sudah menjawab status
indikasi rendahnya tingkat kesejahteraan sosial.
kesejahteraan sosial masyarakat Indonesia
Sebaliknya, masyarakat yang memiliki angka
secara utuh, dan apakah kebijakan dan program
penggangguran, kemiskinan dan kriminalitas
itu sudah menjelaskan kehadiran negara dalam
yang rendah, serta angka ekpektasi hidup dan
mengatasi permasalahan, maka dalam kerangka
tingginya orang yang dapat membaca dikatakan
inilah penelitian dan pengembangan
memiliki taraf kesejahteraan sosial yang tinggi.
kesejahteraan sosial itu menempati posisi yang
sangat penting. Data dan informasi yang Teknik yang lain dimana para pakar ilmu
dihasilkan melalui penelitian, dapat menjadi sosial mendefinisikan kesejahteraan sosial
inspirasi dan bahan rujukan dalam dengan merujuk tinggi rendahnya tingkat hidup
penyempurnaan program kesejahteraan sosial. pada suatu masyarakat. Selanjutnya diciptakan
metode agar dapat mengetahui indikator
Sedangkan dalam rangka perumusan dan
kesejahteraan sosial, seperti indeks kualitas
pengembangan kebijakan nasional, diperlukan
hidup secara fisik atau PQLI (Physical Quality
data dan informasi yang dapat menjelaskan
of life indeks) yang diprakarsai oleh D.M Morris
status atau kondisi kesejahteraan sosial keluarga
(1979), dan indeks kemajuan sosial (The index
Indonesia. Sementara ini untuk mengukur
of social progress) diciptakan oleh Richard
keberhasilan suatu program masih pada input
Estes (1985), dan yang terbaru adalah indikator
proses maupun output sebuah program.
pembangunan manusia (Human development
Indikator Kesejahteraan Sosial ini merupakan
langkah strategis untuk mengevaluasi maupun indicator) yang dikembangkan oleh program
program pembangunan dari PBB (1990).

210 Sosio Informa Vol. 5, No. 03, September – Desember, Tahun 2019. Kesejahteraan Sosial
Kemudian untuk mengetahui aspek Rakyat. Publikasi ini menyajikan delapan
subyektifitas kesejahteraan sosial, para pakar bidang yang mencakup, kependidikan,
menggunakan tehnik survey yang dilakukan kesehatan dan gizi, pendidikan,
pada komunitas dan masyarakat dari bermacam ketenagakerjaan, taraf dan pola konsumsi,
negara yang berbeda dan daerah yang berbeda perumahan dan lingkungan, kemiskinan serta
untuk dibandingkan agar dapat menjaring sosial lainnya yang menjadi acuan dalam upaya
pendapat dari penduduk secara subyektif tentang peningkatan kualitas hidup (BPS, 2015).
kondisi kesejahteraan sosial. Selain berbagai pengukuran tersebut ada
Berdasarkan pemikiran tersebut, tulisan ini yang memodifikasi dengan mengusulkan suatu
bertujuan untuk memberi informasi atas indeks kesejahteraan yang diturunkan dari
beberapa pertanyaan berikut: 1) Apa makna fungsi kesejahteraan dengan mengakomodir
Indeks Kesejahteraan Sosial bagi pembangunan tingkat kebahagiaan masyarakat sebagai faktor
kesejahteraan sosial di Indonesia? 2) Bagaimana adjustment. Berbagai indikator tersebut
peluang perumusan Indeks Kesejahteraan Sosial pengukurannya bersifat obyektif. Sedangkan
di Indonesia? 3) Model Indeks Kesejahteraan kesejahteraan sosial bukan hanya obyektif saja
Sosial seperti apa yang cocok diterapkan di tetapi juga menyangkut subyektif atau yang
Indonesia? dirasakan oleh masyarakat. Beberapa kelemahan
pengukuran tersebut adalah belum
Diharapkan temuan kajian ini bermanfaat
mempertimbangkan kesejahteraan dari berbagai
bagi instansi yang terlibat dalam pembangunan
daerah.
kesejahteraan sosial dalam mengukur
keberhasilan dari program yang telah dijalankan. Mengingat wilayah indonesia adalah sangat
luas dan budaya yang beragam, tentu
PEMBAHASAN
mempunyai ukuran kesejahteraan yang sangat
1. Makna Indeks Kesejahteraan Sosial beragam dan bahkan masing-masing daerah
Indeks menurut Kamus Besar Bahasa punya slogan yang berbeda-beda. Misalnya di
Indonesia versi daring adalah rasio antara dua daerah jawa “Gemah ripah loh jinawi”
unsur kebahasaan tertentu yang mungkin mempunyai arti “tenteram dan makmur serta
menjadi ukuran suatu ciri tertentu. Sehingga sangat subur tanahnya”. Kesejahteraan sosial
yang dimaksud Indeks Kesejahteraan Sosial menurut dalam kultur masyarakat Batak,
adalah rasio antara dua unsur kebahasaan pencapaian manusia terdiri dari 3 tingkatan 3H,
tertentu yang mungkin menjadi ukuran yaitu Hamoraon (memiliki banyak harta) dan
kesejahteraan sosial suatu negara. Ukuran ini hasangapon (sangat dihormati) dan Hagabeon
sangat tinggi maknanya dalam pelaksanaan (kesuburan, memiliki banyak turunan), begitu
pembangunan kesejahteraan sosial di Indonesia pula dengan masyarakat dari daerah lain juga
karena yang menjadi tujuan penyelenggaraan mempunyai makna kesejahteran masing-
negara yang dirumuskan sejak tahun 1945 masing.
adalah kesejahteraan bagi seluruh rakyat Tulisan ini akan menelusuri definisi
Indonesia. Berbagai pengukuran indeks terkait kesejahteraan dari berbagai definisi
kesejahteraan telah dilakukan antara lain tingkat kesejahteraan untuk menemukan indikator
pengangguran, tingkat kemiskinan koefisien kesejahteraan yang cocok untuk diterapkan di
gini, serta indeks pembangunan manusia. Selain Indonesia. Dari penelusuran nanti diharapkan
itu BPS juga setiap tahun mengeluarkan akan ditemukan model pengukuran Indeks
publikasi tentang Indikator Kesejahteraaan

Merumuskan Indeks Kesejahteraan Sosial (IKS) Di Indonesia, Hari Harjanto Setiawan 211
Kesejahteran Sosial yang mempertimbangkan Kebutuhan dasar berkaitan dengan pendapatan,
faktor obyektif dan subyektif masyarakat pendidikan dan kesehatan. Peranan sosial
Indonesia. dimaksud sesuai dengan status sosial, tugas-
tugas dan tunutan norma lingkungan sosialnya.
Kesejahteraan sosial didefinisikan dalam
Kemudian, goncangan dan tekanan terkait
berbagai perspektif, yaitu (1) kesejahteraan
dengan masalah psikososial dan krisis ekonomi.
sosial sebagai sebuah aktivitas atau sistem yang
terorganisasi, (2) sebagai kondisi sejahtera dan Berdasarkan konsep tersebut maka konotasi
(3) sebagai disiplin ilmu (Suharto, 2005; Adi, kesejahteraan sosial lebih luas, merujuk pada
2008; Fahrudin, 2013). Memperhatikan satu kondisi sosial dan bukan pada kegiatan
perspektif dalam mendefinisikan kesejahteraan amal yang dilakukan oleh kelompok-kelompok
sosial, maka definisi kesejahteraan sosial yang filantropi, dan juga bukan bantuan publik yang
digunakan di dalam survei ini, yaitu diberikan oleh pemerintah. Kesejahteraan sosial
kesejahteraan sebagai kondisi sejahtera (well- akan terjadi ketika keluarga, masyarakat semua
being). Konsep kesejahteraan sosial yakni suatu mengalami sebuah kondisi kesejahteraan sosial.
keadaan yang lebih baik, kebahagiaan dan Pemerintah Indonesia mengeluarkan
kemakmuran yang terdiri dari tiga elemen yang kebijakan dalam Undang Undang No. 11 Tahun
sangat penting yaitu: 2009, tentang Kesejahteraan Sosial, sebagai
A condition of social welfare (or social well- berikut: “Kesejahteraan Sosial adalah kondisi
being) is conceived of as comprising three terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan
elements. They are, first, the degree to which sosial warga negara agar dapat hidup layak dan
social problems are to managed, second, the mampu mengembangkan diri, sehingga dapat
extent to which needs are met and finally, the melaksanakan fungsi sosialnya”. Mengacu pada
degree to which opportunities for advancement konsep tersebut, maka kesejahteraan merupakan
a provided. These three elements apply to suatu hal ideal yang ingin dicapai oleh setiap
individuals, families, groups, communities and orang. Usaha untuk mencapai kesejahteraan tak
even whole societies. (Midgley, 1995, p. 14) dapat berjalan secara mulus, tetapi terdapat
bebagai hambatan dan kendala. Demikian pula
Dikemukakan oleh Midgley et.al. bahwa
untuk mengukur sejauh mana tingkat
kesejahteraan sosial sebagai “a condition or
kesejahteraan seseorang atau sekelompok orang
state of human well-being”. Kondisi sejahtera
agak sulit untuk menentukan indikatornya.
terjadi manakala kehidupan manusia aman dan
Meskipun demikian pemerintah berusaha
bahagia karena kebutuhan dasar akan gizi,
memberikan garis kebijakan sebagai kerangka
kesehatan, pendidikan, tempat tinggal dan
acuan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan
pendapatan dapat dipenuhi; serta manakala
seseorang.
manusia memperoleh perlindungan dari risiko-
risiko utama yang mengancam kehidupannya. Sejalan dengan hal tersebut diatas, tujuan
Suharto, dkk. (2003), mendefinisikan kesejahteraan sosial adalah :
kesejahteraan sosial sebagai kemampuan orang “The goal of social welfare is to fulfill the
(individu, keluarga, kelompok dan masyarakat) social, financial, health, and recreational
dan sistem sosial (lembaga dan jaringan sosial) requierements of all individuals in a society.
dalam memenuhi/merespon kebutuhan dasar, Social welfare seeks to enhance the social
melaksanakan peranan sosial, serta menghadapi functioning of all age groups, both rich and
goncangan dan tekanan (shocks and stresses). poor.When nother institutions in our society,

212 Sosio Informa Vol. 5, No. 03, September – Desember, Tahun 2019. Kesejahteraan Sosial
such as the market economy and the family, fail Selanjutnya, konsep keberfungsian sosial
at times to meet the basic needs of individuals or dikemukakan oleh Siporin (Fahrudin, 2012)
groups of people, then social services are mendefinisikan keberfungsian sosial sebagai
needed and demanded (Zastrow, 2010). berikut: social functioning refers to the way
individuals or collectivities (families,
Jadi, kesejahteraan menurut Zastrow (2010)
associaktions, communities and soon) behave in
adalah memenuhi kebutuhan sosial, finansial
order to carry out their life task and meer their
kesehatan dan rekreasional bagi individu dalam
needs. Kemudian, Skidmore, Thakeray and
masyarakat. Haryanto dan Tomagola (1997),
Fakey (Suharto, 2005), bahwa keberfungsian
menjelaskan bahwa setiap manusia memiliki
sosial merupakan resultante dari interaksi
kebutuhan dasar (basic needs), dan yang
individu dengan berbagai sistem sosial di
termasuk ke dalam jenis-jenis kebutuhan dasar,
masyarakat, seperti sistem pendidikan, sistem
yaitu: pangan, sandang, papan dan kesehatan.
keagamaan, sistem keluarga, sistem politik,
Kemudian, Undang-Undang Nomor 13 Tahun
sistem pelayanan sosial dan seterusnya.
2011 tentang Penanganan Fakir Miskin
mendefinisikan kebutuhan dasar adalah Kesejahteraan sosial dan keberfungsian
kebutuhan pangan, sandang, perumahan, sosial dapat direalisasikan melalui usaha yang
kesehatan, pendidikan, pekerjaan dan / atau terencana, sistematis dan berkelanjutan serta
pelayanan sosial. Berdasarkan pengertian melembaga dalam bentuk pelayanan sosial.
tersebut, kebutuhan material merupakan Berbagai terminologi digunakan untuk
kebutuhan manusia yang berkaitan dengan menjelaskan usaha yang terencana tersebut.
aspek fisiologis. Suharto (2007), menggunakan terminologi
pembangunan kesejahteraan sosial. Menurut dia,
Kesejahteraan dalam perspektif lain bahwa,
Pembangunan kesejahteraan sosial adalah usaha
apabila manusia sudah mampu memenuhi
yang terencana dan melembaga yang meliputi
kebutuhannya, maka akan dapat mencapai hidup
berbagai bentuk intervensi sosial dan pelayanan
layak. Menurut Payne (2007), bahwa yang
sosial untuk memenuhi kebutuhan manusia,
dimaksud dengan hidup layak, yaitu: 1)
mencegah dan mengatasi masalah sosial, serta
Economic wellbeing: memiliki pendapatan
memperkuat institusi-institusi sosial. Tujuan
cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar, 2)
pembangunan kesejahteraan sosial adalah untuk
Being Healthy: fisik , mental sehat dan hidup
meningkatkan kualitas hidup manusia secara
sehat. 3) Staying Safe: hidup aman, dari bahaya
menyeluruh yang mencakup:
dan eksploitasi dan mampu memelihara
keamanan diri. Selain mampu hidup layak, a. Peningkatan standar hidup, melalui
manusia yang sudah mampu memenuhi seperangkat pelayanan sosial dan jaminan
kebutuhan akan mampu mengembangkan sosial segenap lapisan masyarakat, terutama
dirinya. Dikemukakan oleh Payne (2007), kelompok-kelompok masyarakat yang
bahwa yang dimaksud dengan mampu kurang beruntung dan rentan yang sangat
mengembangkan diri, yakni: 1) Enjoying dan memerlukan perlindungan sosial.
achieving: hidup bahagia dan mengembangkan b. Peningkatan keberdayaan melalui
keterampilan-keterampilan yang berguna bagi penetapan sistem dan kelembagaan
kehidupannya, 2) Making positive contribution: ekonomi, sosial dan politik yang
kemampuan berpartisipasi dalam kegiatan menjunjung harga diri dan martabat
kemasyarakatan dan kontribusi pada kemanusiaan.
masyarakat.

Merumuskan Indeks Kesejahteraan Sosial (IKS) Di Indonesia, Hari Harjanto Setiawan 213
c. Penyempurnaan kebebasan melalui b. Pemerintah, pemerintah daerah dan
perluasan aksesibilitas dan pilihan-pilihan masyarakat sebagai pelaku.
kesempatan sesuai dengan aspirasi, c. Bentuk kegiatannya, yakni pelayanan sosial
kemampuan dan standar kemanusiaan. dan pemenuhan kebutuhan dasar.
Lebih lanjut dikemukakan oleh Suharto d. Sasarannya setiap warga negara Indonesia.
(1997), bahwa ciri utama pembangunan
kesejahteraan sosial adalah komprehensif, e. Pendekatan yang digunakan meliputi
dalam arti setiap pelayanan sosial yang rehabilitasi sosial, jaminan sosial,
diberikan senantiasa menempatkan penerima pemberdayaan sosial, dan perlindungan
pelayanan (beneficiaries) sebagai manusia, baik sosial.
dalam arti individu maupun kolektivitas yang Pada perkembangannya kesejahteraan bukan
tidak terlepas dari sistem lingkungan pada pemenuhan kebutuhan saja tetapi juga
sosiokulturalnya. Prioritas utama pembangunan merupakan pemenuhan hak seorang warga
kesejahteraan sosial adalah kelompok-kelompok negara. Hak asasi manusia adalah a claim right
yang kurang beruntung (disadvantage groups), held by individuals in virtue of the fact that they
khususnya terkait dengan masalah kemiskinan. are human beings. Human rights are not tied to
Kemudian, Adi (2005) menggunakan a particular social class, professional group,
terminologi usaha kesejahteraan sosial. Menurut cultural collective, racial group, gender, or any
ia, usaha kesejahteraan sosial merupakan suatu other exclusive category (Ward & Birgden,
program atau pun kegiatan yang didesain secara 2007, p. 630) . Secara ringkas Ward dan Birgden
kongkrit untuk menjawab masalah, kebutuhan menjelaskan bahwa ada dua nilai dalam hak
masyarakat atau pun meningkatkan taraf hidup asasi manusia yaitu kebebasan (freedom) dan
masyarakat, yang ditujukan pada individu, kesejahteraan (well being). Selain dari definisi
keluarga, kelompok-kelompok dalam kesejahteraan menurut undang-undang, juga
komunitas, atau pun komunitas secara akan diperkuat dengan teori dan konsep menurut
keseluruhan (lokal, regional dan nasional). para ahli. Dengan demikian diharapkan unsur
Selanjutnya, Undang-Undang Nomor 11 kesejahteraan dalam definisi tersebut sangat
Tahun 2009 (Pasal 1, ayat 2) menggunakan komprehensif.
terminologi penyelenggaraan kesejahteraan Adapun dimensi kesejahteraan sosial adalah
sosial. Menurut UU tersebut, Penyelenggaraan sebagai berikut :
Kesejahteraan Sosial adalah upaya yang terarah,
a. Quality of life (objective living condition dan
terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan
subjective well-beeing)
Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat
dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi b. Social cohesion (disparities, inequalities,
kebutuhan dasar setiap warga negara, yang social exclusion dan social ties/social
meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, capital)
pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial. c. Sustainability (human capital dan natural
Dari pengertian tersebut diketahui unsur-unsur capital)
penyelenggaraan kesejahteraan sosial, yaitu:
d. Dimensions of social change
a. Sebagai upaya yang terarah, terpadu dan (Sociodemographic and economic structure
berkelanjutan. and values and attitudes)
(Noll, 2004).

214 Sosio Informa Vol. 5, No. 03, September – Desember, Tahun 2019. Kesejahteraan Sosial
Berdasarkan konsep kesejahteraan sosial dan disesuaikan dengan kondisi di Indonesia.
diatas yang dimaksud kualitas hidup adalah Dimensi yang akan diukur berdasarkan berbagai
kombinasi dari kehidupan objective yang baik definisi diatas antara lain :
dan apresiasi terhadap kehidupan secara
subjectif (Zapt, 1984). Selain itu salah satu Tabel 1: Kerangka Konseptual Indikator
dimensi kesejahteraan adalah kohesi sosial. Kesejahteraan Sosial
Kohesi sosial mencakup perasaan kebersamaan
(sense of belonging), kepercayaan sosial (social NO DIMENSI KOMPONEN
trust), dan kerjasama timbal balik (generalised 1. Kebutuhan Penghasilan dan
fisiologis perumahan
reciprocity and cooperation), serta
Kesehatan
keharmonisan sosial (social harmony) Hak-hak dasar
(Harpham, Grant, & Thomas, 2002). Kohesi tentang kesehatan dan
sosial itu ditandai kehidupan yang terhindar pendapatan
pada hal berikut: kesenjangan, ketidaksetaraan 2. Keamanan Keamanan fisik
keselamatan dan politik
dan eksklusivitas sosial. Kesejahteraan juga Keamanan
semestinya bersifat berkelanjutan yang ekonomi terkait
didalamnya menyangkut human capital dan dengan pendidikan /
natural capital. Keberlanjutan kesejahteraan keterampilan dan
keamanan pekerjaan
sosial sudah barang tentu dipengaruhi oleh Lingkungan fisik
dimensi perubahan sosial terutama menyangkut 3. Kegiatan Otonomi dan
pada perubahan struktur ekonomi dan individu yang kebebasan
sosiodemografi serta perubahan sikap dan nilai. dihargai
4. Keterkaitan Interaksi Sosial
Menurut OECD kesejahteraan yang akan - milik Hak-hak dasar
diukur antara lain; 1) kebutuhan fisik, 2) sosial
keamanan dan keselamatan, 3) otonomi dan 5. Kompetensi Kompetensi dan
dan harga diri harga diri
kebebasan, 4) keterkaitan - milik dan 5)
kompetensi dan harga diri. Sumber : OECD, 2018
2. Peluang Perumusan Indeks Kesejahteraan
a. Kebutuhan Fisiologis
Sosial di Indonesia
Kebutuhan fisiologis menurut Maslow
Berbagai definisi diatas dapat diambil
merupakan hierarki kebutuhan manusia yang
indikator kesejahteraan yang akan diukur.
paling dasar yang merupakan kebutuhan untuk
Berdasarkan hal tersebut dalam mengukur
dapat hidup meliputi sandang, pangan, papan
kesejahteraan harus mengintegrasikan
seperti makan, minum, perumahan, tidur, dan
kesejahteraan objektif dan subyektif karena
lain sebagainya (Sari dan Dwiarti, 2018).
kesejahteraan menyangkut perasaan seseorang.
Dengan demikian dimensi ini penting sekali
Diharapkan dengan menggabungkan kedua
untuk dimasukkan dalam dimensi kesejahteraan
pendekatan ini akan menjadi lebih lengkap dan
sosial karena merupakan kebutuhan dasar yang
relevan. Dimensi kesejahteraan dalam tulisan ini
harus dipenuhi. Ada tiga komponen yang
mengacu pada kesejahteraan menurut OECD
termasuk kebutuhan fisiologis antara lain;
(Organisation for Economic Co-operation and
penghasilan dan perumahan, kesehatan, hak
Development) yang akan dikembangkan dengan
dasar tentang kesehatan dan pendapatan.
berbagai referensi untuk lebih memperkaya ide

Merumuskan Indeks Kesejahteraan Sosial (IKS) Di Indonesia, Hari Harjanto Setiawan 215
1. Penghasilan & perumahan setinggi-tingginya dapat terwujud melalui peran
serta berbagai pihak (Yustina, E W, 2015).
Komponen ini mencakup, satu atau lebih
variabel antara lain: (i) "mengatasi pendapatan" 3. Hak-hak dasar tentang kesehatan dan
(pendapatan, kepuasan dengan pendapatan, & pendapatan
ketidaksetaraan) dan (ii) sejauh mana orang Yang dimaksud dengan hak dasar kesehatan
hidup dengan baik dalam hal aset finansial dan dan pendapatan antara lain adalah keberadaan
material (termasuk hutang yang mencerminkan dan aksesibilitas sistem jaminan sosial.
potensi kekhawatiran saat ini tentang masalah Bagaimanapun, variabel menangkap fakta
keuangan di masa depan). bahwa pengaturan sosial menyediakan akses
Kualitas perumahan merupakan variabel aset yang memadai ke pendapatan dan kesehatan
penting. Kualitas perumahan bisa berkorelasi penting ketika berbicara tentang kesejahteraan
dengan pendapatan tetapi tidak selalu demikian individu/keluarga.
karena bisa saja diperoleh dari warisan. Karena b. Keamanan Keselamatan
itu mengadvokasi untuk membedakan dengan
jelas antara pendapatan dan aspek perumahan 1. Keamanan fisik dan politik
dan tidak pertimbangkan pertanyaan "kepuasan Komponen ini terdiri dari dua sub-tema, yaitu
dengan standar hidup" yang terlalu umum. (i) keselamatan fisik, dan (ii) keamanan politik.
Jawabannya pertanyaan itu akan berasal dari Pada komponen keselamatan fisik, masalah data
kombinasi perasaan tentang pendapatan dan statistik kejahatan diketahui dengan baik:
kepuasan dengan tempat tinggal. Mengutip kurang konsisten definisi, masalah dengan
dalam sebuah jurnal dari Malaysia tentang pelaporan dan pendaftaran. Akibatnya untuk
kualiti perumahan dan kualiti hidup bahwa keamanan fisik saat ini sangat sulit ditemukan
“Individu dan keluarga yang tinggal di rumah secara objektif statistik terukur. Untuk
dan persekitaran yang ‘baik’ lengkap dengan keamanan fisik, sebaiknya menggunakan
kemudahan dan perkhidmatan didapati analisis (lebih subyektif) “seberapa aman yang
mempunyai kualiti hidup yang lebih tinggi anda rasakan ketika berjalan sendirian.
(Yahaya, 1998). Selain itu salah satu fungsi
Pada sub-komponen 'keamanan politik',
rumah adalah perlindungan dari berbagai aspek
disarankan untuk mempertahankan beberapa
baik perlindungan fisik maupun psikis dalam
variabel kunci tentang kepercayaan pada sistem
melangsungkan hidupnya.
(bukan kepuasan dengan sistem), yaitu sistem
2. Kesehatan hukum, polisi, dan pemerintah. Kepercayaan
Pada komponen kesehatan, perlu lebih disukai karena itu adalah penilaian yang
memasukkan faktor-faktor penting tentang lebih penting daripada kepuasan.
kesehatan, khususnya kesehatan fisik dan 2. Keamanan ekonomi terkait dengan
kesehatan mental. Hak atas kesehatan, pendidikan/keterampilan dan keamanan
merupakan hak dasar setiap insan yang dijamin pekerjaan
dalam konstitusi dan berbagai perundang-
Pendidikan merupakan kunci ketika
undangan. Hal ini menjadi tugas dan tanggung
berbicara tentang keamanan sosial ekonomi,
jawab semua pihak, baik Pemerintah, Pengusaha
oleh karena itu memberi peluang seseorang
maupun seluruh anggota masyarakat untuk
dalam kehidupan profesinya. Hal itu bisa saja
mewujudkannya. Derajad kesehatan yang
ditetapkan dengan variabel kepuasan

216 Sosio Informa Vol. 5, No. 03, September – Desember, Tahun 2019. Kesejahteraan Sosial
pendidikan, bukan dengan tingkat variabel menggunakan pertanyaan yang luas seperti ini,
pencapaian. Indikator pencapaian kami percaya, bukan hanya kepuasan dengan pekerjaan
adalah baik variabel analitik tambahan untuk seseorang, karena banyak orang tidak dalam
keseluruhan populasi. Namun apa yang relevan pekerjaan yang dibayar. Dalam konteks
untuk pembuatan kebijakan adalah tingkat pekerjaan berbayar, variabel pengangguran
pendidikan kaum muda (tingkat pendidikan dari menyediakan hubungan yang lebih baik
mereka yang telah menyelesaikan pendidikan kesejahteraan dari variabel ketenagakerjaan.
formal kurang lunak untuk perubahan). Salah Tingkat pengangguran didefinisikan sebagai
satu ukuran potensial dari hal ini adalah rasio pengangguran terhadap angkatan kerja.
persentase usia muda 15-19 yang tidak dalam Pekerjaan itu didefinisikan sebagai rasio yang
pendidikan, pekerjaan atau pelatihan. Variabel digunakan untuk orang-orang di bawah usia
ini mengukur juga “Apakah Anda menerima kerja. Dengan demikian, tingkat pengangguran
pendidikan atau pelatihan dalam empat minggu mungkin lebih penting (negatif) daripada tingkat
sebelum survei ini diambil. pekerjaan karena tingkat pengangguran yang
tinggi mengacu pada orang-orang yang
Keamanan kerja adalah suatu kesejahteraan
menganggur yang menginginkan pekerjaan,
penting dalam komponen 'keselamatan &
sedangkan tingkat pekerjaan yang rendah dapat
keamanan ekonomi'. Alangkah lebih baik dalam
mencerminkan banyak hal orang-orang di usia
keamanan pekerjaan, juga melihat dimensi dan
kerja lebih suka untuk tidak bekerja (mis.
indikator ILO tentang kualitas pekerjaan.
pensiunan atau siswa).
3. Lingkungan Fisik
Bagi orang yang dipekerjakan, jam kerja
Lingkungan fisik mengacu pada ruang tempat yang panjang dapat merugikan kesejahteraan
orang tinggal, dan hal itu termasuk infrastruktur. individu, dan anak-anak mereka. Mengingat
Lingkungan alami termasuk dalam komponen bahwa hubungan antara kesejahteraan dan jam
keselamatan/keamanan. Komponen ini kerja tidak linier, mungkin lebih masuk akal
mencakup faktor-faktor yang menjamin untuk melihat persentase orang yang bekerja
kebutuhan fisiologis di masa depan. Dalam berjam-jam, daripada rata-rata jam kerja.
analisis yang dilakukan, tidak ada hubungan Misalnya, seseorang dapat mempertimbangkan
antara variabel lingkungan dan kebijakan negara persentase orang yang bekerja lebih dari 48-jam
dalam kesejahteraan. Namun, cukup banyak seminggu. Apa yang benar-benar relevan bagi
bukti dari studi yang fokus pada hubungan di kesejahteraan adalah kemungkinan untuk
antara keduanya. Misalnya, ada bukti bahwa, memiliki (kebebasan) pilihan antara pekerjaan
saat mengendalikan polusi udara berkorelasi berbayar atau aktivitas lain (lihat pertanyaan
dengan kesejahteraan diri setiap orang. apakah Anda punya mobil atau tidak tidak
c. Kegiatan individu yang dihargai untuk relevan lagi apakah ada angkutan umum yang
otonomi dan kebebasan memadai).

Pada komponen 'kegiatan yang produktif dan d. Keterkaitan - Milik


dihargai' (memberikan kontribusi untuk 1) Interaksi sosial
keduanya otonomi & kebebasan; dan untuk
Ada banyak bukti tentang hubungan sosial
kompetensi & harga diri), hal ini penting untuk
dengan kesejahteraan. Seseorang dapat
menangkap kepuasan keseluruhan dengan
mengidentifikasi setidaknya dua hal penting
aktivitas "utama" (apakah yang dibayar bekerja
Dimensi: keintiman hubungan (dari mitra dan
atau tidak). Ini menekankan pentingnya

Merumuskan Indeks Kesejahteraan Sosial (IKS) Di Indonesia, Hari Harjanto Setiawan 217
keluarga dekat, melalui teman, kenalan, dan untuk hal apa pun alasan, karena beberapa orang
komunitas yang lebih luas); dan sifat mungkin termasuk dalam kelompok yang
hubungannya (dari yang terutama memberi, didiskriminasi, tanpa merasa didiskriminasi
sampai yang paling banyak menerima, melalui terhadap dirinya sendiri.
saling hubungan). Hal ini menyoroti empat e. Kompetensi dan harga diri
dimensi: (i) mendukung (dekat) hubungan, (ii)
kegiatan dengan orang, (iii) kegiatan untuk Komponen ini berkaitan dengan kebutuhan
orang; dan (iv) modal sosial yang lebih luas psikologis akan kompetensi – personal
(kohesi, kepemilikan, dan kepercayaan). efektivitas atau self-efficacy (masalah yang
berfungsi), serta perasaan makna atau tujuan
2) Hak-hak dasar di tingkat sosial hidup. Ini juga terkait erat dengan harga diri
Hak-hak dasar di tingkat sosial termasuk hak (yang mungkin yang terbaik dipahami sebagai
suara dan partisipasi dan undang-undang anti- sumber daya pribadi). Salah satu faktor penentu
diskriminasi. Pada prinsipnya, hak-hak dasar utama kompetensi adalah pekerjaan dan
dijamin oleh hukum dan perbedaan antar negara kegiatan lainnya, yang mungkin menyiratkan
lebih terletak pada faktual implementasi hukum kita harus memasukkan indikator kerja di bagian
dan strategi daripada hak-hak 'tertulis' itu ini. Pekerjaan lebih lanjut perlu dilakukan untuk
sendiri. Akibatnya, akan lebih banyak informasi memastikan set indikator terbaik untuk ini
untuk kesejahteraan disediakan dengan menilai serangkaian konsep.
apakah sistem atau struktur hukum itu ada dalam 3. Model Pengukuran
kenyataan menjamin hak-hak dasar yang
"diterima" itu. Oleh karena itu, orang dapat Tulisan ini menggunakan ukuran statistik
memilih untuk mengganti nama komponen ini dalan mengukur indeks kesejahteraan sosial.
sebagai "peluang yang sama" (untuk gender / Sebaiknya pengukuran dilakukan secara
agama / budaya). periodik sehingga dapat terlihat perkembangan
setiap periode. Untuk melakukan evaluasi secara
Satu-satunya variabel yang relevan adalah periodik mempergunakan pendekatan metode
gender dan politik representasi (jumlah kuantitatif dengan pengukuran Skala Likert.
perempuan dalam pemerintahan). Namun Skala Likert adalah suatu skala psikometrik yang
demikian variabel mencerminkan juga pilihan umum digunakan dalam kuesioner (angket), dan
yang dibuat perempuan, tidak hanya hak dasar merupakan skala yang paling banyak digunakan
untuk perempuan. Akibatnya, variabel yang dalam riset berupa survei. Metode ini
paling berpotensi menarik yang sekarang di dikembangkan oleh Rensis Likert. Skala likert
identifikasi sebagai relevan (terutama tentang adalah skala yang dapat dipergunakan untuk
ketidaksetaraan gender atau ras, tidak terkait mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
dengan kegiatan profesional) mengungkapkan seseorang atau sekelompok orang terhadap suatu
informasi tentang perasaan-diskriminasi. Itu jenis layanan. Pada skala likert responden
Survei Sosial Eropa saat ini-pertanyaan ‘apakah diminta untuk menentukan tingkat persetujuan
Anda termasuk dalam kelompok karena itu mereka terhadap suatu pernyataan dengan
didiskriminasi 'berpotensi bagus karena memilih salah satu dari yang tersedia.
merupakan pertanyaan yang relevan tanpa
menentukan jenis diskriminasi. Namun, ini a. Bentuk jawaban
mungkin menarik ulangi dengan kata as apakah Desain bentuk jawaban dalam setiap
Anda merasa didiskriminasi dalam masyarakat pertanyaan unsur pelayanan dalam kuesioner,

218 Sosio Informa Vol. 5, No. 03, September – Desember, Tahun 2019. Kesejahteraan Sosial
berupa jawaban pertanyaan pilihan berganda. Teknik penarikan saampel dapat disesuaikan
Bentuk pilihan jawaban pertanyaaan kuesioner dengan tujuan dan data yang ingin diperoleh.
bersifat kualitatif untuk mencerminkan tingkat Responden dipilih secara acak yang ditentukan
kesejahteraan. Tingkat kesejahteraan dimulai sesuai dengan cakupan kesejahteraan sosial
dari sangat baik/puas sampai dengan tidak yang diukur. Sedangkan besaran sampel dan
baik/puas. Pembagian jawaban dibagi dalam 4 populasi dapat menggunakan tabel dari Krejcie
(empat) kategori, yaitu : a) Tidak baik, diberi and Morgan.
nilai 1; b) Kurang baik, diberi nilai 2; c) Baik, Domain survei ini adalah nasional dan
diberi nilai 3; d) Sangat baik, diberi nilai beberapa provinsi di Indonesia, dengan level
persepsi 4. Sekala ini bisa dikembangkan sesuai penyajian hasil penelitian adalah nasional dan
dengan pertanyaan penelitian. provinsi. Survei yang secara umum meneliti dan
b. Penetapan Jumlah Responden mencakup aspek kesejahteraan di bidang
material, spritual, dan aspek sosial. Sebaran
Kerangka sampel disusun berdasarkan unit
sampel diutamakan dapat mewakili daerah
sampel yang dipilih dalam survei ini. Unit
perkotaan dan pedesaan, kepadatan/jumlah
sampel yang akan dipilih dalam survei ini adalah
penduduk, dan daerah pantai/bukan pantai,
provinsi, kabupaten/kota,blok sensus Susenas,
karena aspek kesejahteraan berkorelasi dengan
dan rumah tangga hasil pemutakhiran Susenas
aspek lingkungan dan kewilayahan.
tahun terakhir.
Pemilihan provinsi harus mewakili 5 regional
Provinsi selanjutnya disebut sebagai
wilayah yaitu: Sumatera, Jawa Bali, Kalimantan,
Primary Sampling Unit (PSU) adalah daftar
Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.
provinsi di setiap strata regional wilayah
Untuk menjamin keterwakilan wilayah sesuai
dilengkapi dengan jumlah rumah tangga hasil
domain penelitian setiap provinsi, maka sebaran
pencacahan SP tahun terakhir. Kabupaten/kota
Kabupaten/Kota akan dikelompokkan
selanjutnya disebut sebagai Secondary Sampling
berdasarkan populasi blok sensus atau rumah
Unit (SSU) adalah daftar kabupaten/kota yang
tangga menurut: Desa dan kota, Tingkat
dilengkapi dengan jumlah rumah tangga hasil
kepadatan penduduk, Jumlah rumah tangga,
pencacahan SP tahun terakhir. Blok Sensus
Daerah pantai bukan pantai.
Susenas tahun terakhir adalah daftar blok
sensus terpilih Susenas Maret 2015, yang c. Pengisian Quesioner
dipisahkan menurut daerah perkotaan dan Pengisian kuesioner dapat dilakukan dengan
pedesaan. Rumah tangga adalah daftar rumah wawancara oleh unit independen yang sudah
tangga dalam setiap blok sensus terpilih hasil berpengalaman dan mempunyai reputasi dan
pemutahiran rumah tangga Susenas. Rumah kredibilitas di bidang penelitian dan survei, baik
tangga terpilih tidak akan sama dengan rumah untuk tingkat pusat, provinsi maupun
tangga Susenas. Keluarga adalah unit terkecil Kabupaten/kota. Independensi ini perlu
dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, ditekankan untuk menghindari jawaban yang
atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan subyektif. Unit independen dalam kementerian
anaknya, atau ibu dan anaknya (UU No. 52 sosial adalah Puslitbangkesos.
Tahun 2009 Tentang Perkembangan
Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga). d. Pengolahan Data
Aapabila seseorang yang pernah kawin (tanpa Pengolahan data dapat dilakukan dengan 2
pasangan atau anak) disebut sebagai keluarga. (dua) cara yaitu : a) Pengolahan data dengan

Merumuskan Indeks Kesejahteraan Sosial (IKS) Di Indonesia, Hari Harjanto Setiawan 219
komputer, Data entry dan penghitungan indeks berupa data statistik, seperti : frekuensi
dapat dilakukan dengan program distribusi, tabulasi data dan prosentase yang
komputer/sistem base. b) Pengolahan secara diwujudkan dalam grafik atau gambar serta
manual. Data Isian kuesioner dari setiap perhitungan-erhitungan deskriptif dari masing-
responden dimasukkan kedalam formulir mulai masing unsur yang disurvei. Proses analisa
dari unsur 1 (U1) sampai dengan unsur X (UX). univariat dapat dilakukan dengan menggunakan
Langkah selanjutnya, untuk mendapatkan nilai perhitungan analisa deskriptif program SPSS
rata-rata perunsur kesejahteraan sosial, sebagai (Statistical Package for Social Sciences) atau
berikut : a) Nilai rata-rata per unsur Structural Equation Modeling (SAM)
kesejahteraan sosial, Nilai masing-masing unsur 2) Analisa Bivariat
dijumlahkan sesuai dengan jumlah kuesioner
yang diisi oleh responden. Selanjutnya, untuk Analisa bivariat dilakukan untuk
mendapatkan nilai rata-rata perunsur menjelaskan hubungan yang kompleks antara
kesejahteraan, maka jumlah nilai masing- satu unsur dengan unsur lain. Contoh : hubungan
masing unsur pelayanan dibagi dengan jumlah antara unsur Kebutuhan fisiologis dengan unsur
responden yang mengisi. b) Nilai indeks Keamanan keselamatan, atau unsur Kegiatan
Kesejahteraan sosial, Untuk mendapatkan nilai individu yang dihargai dengan unsur
kesejahteraan, dengan cara menjumlahkan x Keterkaitan – milik. Tujuan dari analisa bivariat
unsur. c) Pengujian kuantitas data, Data ini adalah ntuk melihat hubungan satu unsur
pendapat responden yang telah dimasukkan dengan unsur lain sebagai dasar untuk
dalam masing-masing kuesioner, disusun menjelaskan suatu mmasalah.
dengan mengkompilasikan data responden yang f. Pelaporan
dihimpun berdasarkan kelompok umur, jenis
Hasil akhir penyusunan Indeks kesejahteraan
kelamin, pendidikan terakhir dan pekerjaan
sosial disusun sebagai berikut:
utama. Informasi ini dapat digunakan untuk
mengetahui profil responden dan kecenderungan 1) Setiap indikator
kesejahteraan sosial. Berdasarkan hasil penghitungan indeks,
e. Analisa Hasil jumlah nilai dari setiap unsur diperoleh dari
jumlah nilai rata-rata setiap unsur kesejahteraan
Setelah diperoleh hasil pengolahan data,
sosial. Sedangkan nilai indeks komposit
maka perlu dilakukan analisa terhadap unsur
(gabungan) untuk setiap unsur, merupakan
kesejahteraan sosial yang dinilai, baik yang
jumlah nilai rata-rata dari setiap unsur dikalikan
bersifat teknis dan non teknis secara
dengan penimbang yang salah, yaitu 1 : X unsur.
keseluruhan, sehingga akan menggambarkan
hasil yang objektif dari survei itu sendiri. Misal; 0,11 (untuk 9 unsur). Maka untuk
Analisa masing-masing unsur dapat dilakukan mengetahui nilai indeks kesejahteraan sosial
dengan cara: dihitung dengan cara sebagai berikut: (a x 0,11)
+ (b x 0,11) +(c x 0,11) + (d x 0,11) + (e x 0,11)
1) Analisa Univariat
+ (f x 0,11) + (g x 0,11) + (hx 0,11) + (i x 0,11)
Analisa ini untuk menggambarkan data = Nilai Indeks X. Dengan demikian nilai indeks
variabel yang terkumpul (memaparkan hasil (x) hasilnya dapat disimpulkan sebagai berikut:
temuan) tanpa bermaksud memberikan Nilai Indeks setelah dikonversi = Nilai Indeks x
kesimpulan. Hasil analisa ini merupakan Nilai Dasar X x 25 = y
diskripsi (penjabaran) temuan hasil evaluasi

220 Sosio Informa Vol. 5, No. 03, September – Desember, Tahun 2019. Kesejahteraan Sosial
2) Prioritas peningkatan kualitas Melalui penyesuaian dengan kondisi
kesejahteraan sosial. Indonesia, diharapkan pengukuran ini cocok
dengan pembangunan kesejahteraan di
Peningkatan kualitas kesejahteraan sosial
Indonesia. Hasil pengukuran akan menunjukan
diprioritaskan kepada unsur yang mempunyai
tingkat kesejahteraan pada penduduk.
nilai paling rendah untuk lebih dahulu
Pengukuran dengan menggabungkan antara
diperbaiki, sedangkan unsur unsur yang
kondisi objektif dan subjektif kesejahteraan
mempunyai nilai yang tinggi minimal harus
sosial diharapkan memberikan gambaran secara
tetap dipertahankan.
komprehensif.
g. Tindak Lanjut
SARAN
Hasil pengolahan data tidak hanya
Berdasarkan kajian perumusan Indeks
dimunculkan analisa kuantitatif saja (indeks atau
Kesejahteraan Sosial tersebut, maka ada
angka), tetapi juga analisa ini sangat penting
beberapa saran yang dapat dijadikan perbaikan
untuk perbaikan kualitas kesejahteraan sosia
untuk mewujudkan indeks kesejahteraan sosial
maupun pengambilan kebijakan dalam rangka
di Indonesia sebagai berikut :
penyusunan progran. Oleh karena itu, hasil
analisa ini perlu dibuatkan dan direncanakan 1. Indeks Kesejahteraan Sosial harus ada
tindak lanjut perbaikan. Rencana tindak lanjut dalam pelaksanan pembangunan.
perbaikan dapat dilakukan dengan prioritas Diharapkan pemerintah melalui
dimulai dari unsur yang paling buruk hasilnya. Kementerian Sosial merumuskan indeks
Penentuan perbaikan harus direncanakan tindak kesejahteraan sosial dengan menghadirkan
lanjut dengan prioritas perbaikan jangka pendek pakar kesejahteraan sosial dan praktisi agar
(kurang dari 12 bulan), jangka menengan (lebih indikator ini lebih komprehensif.
dari 12 bulan, kurang dari 24 bulan), atau jangka 2. Perumusan indikator kesejahteraan sosial
panjang (lebih dari 24 bulan). sebaiknya segera dirumuskan untuk
KESIMPULAN mengukur tingkat keberhasilan dalam
program pembangunan dan dapat dijadikan
Indikator Kesejahteraan Sosial merupakan
sebagai dokumen perencanaan baik
langkah strategis untuk mengevaluasi maupun
pemerintah pusat maupun daerah.
merencanakam suatu program pembangunan
kesejahteraan sosial. Pengukurn ini akan 3. Agar model ini sesuai dengan kondisi di
menghasilkan data dan informasi tentang status Indonesia, maka dalam mengukur Indeks
kesejahteraan sosial di Indonesia. Kesejahteraan Sosial harus melibatkan
berbagai pihak baik antar kementerian
Peluang pengukuran indeks kesejahteraan
maupun pemerintah daerah.
sosial sebagai baseline data nasional dan
provinsi yang dapat dipergunakan untuk
merumuskan kebijakan dan program DAFTAR PUSTAKA
selanjutnya. Indeks Kesejahteraan Sosial Adi, I.R, (2005), Ilmu Kesejahteraan Sosial dan
merupakan alat untuk mengukur tingkat Pekerjaan Sosial: Pengantar pada
kesejahteraan sosial suatu masyarakat. Angka Pengertian dan Beberapa Pokok Bahasan,
hasil pengukuran ini dapat digunakan sebagai Jakarta: UI Press.
evaluasi terhadap program program BPS, (2015) Indikator Kesejahteraan Rakyat,
kesejahteraan yang digulirkan pemerintah. Badan Pusat Statistik, Jakarta

Merumuskan Indeks Kesejahteraan Sosial (IKS) Di Indonesia, Hari Harjanto Setiawan 221
Fahrudin, A, (2012), Pengantar Kesejahteraan Ward, T., & Birgden, A. (2007). Human rights
Sosial, Bandung: Rafika Aditama. and correctional clinical practice. Elsevier,
12 (Aggresion and Violent Behavior),
Harpham, T., Grant, E., & Thomas, E.
628-643.
(2002).Measuring social capital within
health surveys: key issues.Health Policy Yahaya, N (1998), Kualiti Perumahan dan
and Planning, 17(1), 106–111. Kualiti Hidup, ANALISIS 5 (1 & 2), 133
– 149 tahun 1998.
Kementerian Dalam Negeri (2014), UU No. 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Yustina, EW (2015)Hak Atas Kesehatan Dalam
Program Jaminan Kesehatan Nasional
Kementerian Sosial (2009) Undang-Undang
Dan Corporate Social Responsibility
Nomor 11 Tahun 2009 tentang
(CSR),
Kesejahteraan Sosial
http://journal.unika.ac.id/index.php/kh/art
Kementerian Sosial (2011) Undang-Undang icle/view/461.
Nomor 13 Tahun 2011 tentang
Zapf, W.: 1984, ‘Individuelle Wohlfahrt:
Penanganan Fakir Miskin
Lebensbedingungen und wahrgenom-
Midgley, J. (1995). Social Development, The mene Lebensqualität’, in W. Glatzer and
Developmental Perspektive In Social W. Zapf (Hg.), Lebensqualität in
Welfare. London: SAGE Publications. derBundesrepublik (Objektive
Noll, Heinz-Herbert (2004), The European Lebensbedingungen und subjektives
System of Social Indicators : A Tool for Wohlbefinden, Frankfurt a.M./New York,
Welfare Measurement and Monitoring S. 13–26).
Social Change, Workshop on Zastrow, C. (2010). Introduction To Social Work
Measurement of Wellbeing in Developing and Social Welfare (Tenth Edition ed.).
Countries Hanse Kolleg, Delmenhorst, USA: Thomson Brooks/Cole.
july 2-4, 2004.
.
OECD (Organisation for Economic Co-
.
operation and Development), Diakses
tanggal 15 Mei 2019,
https://unstats.un.org/unsd/broaderprogres
s/pdf/Feasibility_study_Well-
Being_Indicators.pdf
Payne, M. (2002). The Politics Of Systems
Theory Within Social Work. Journal Of
Social Work, 262-292.
Republik Indonesia (1945) Undang-Undang
Dasar 1945
Sari, E dan Dwiarti R, (2018), Pendekatan
Hierarki Abraham Maslow Pada Prestasi
Kerja Karyawan Pt. Madubaru (Pg
Madukismo), JPSB Vol.6 No.1, 2018
Yogyakarta.
Suharto, (2005), Membangun Masyarakat,
Memberdayakan Masyarakat: Kajian
Strategis Pembangunan Kesejahteraan
Sosial dan Pekerjaan Sosial, Bandung:
Rafika Aditama.

222 Sosio Informa Vol. 5, No. 03, September – Desember, Tahun 2019. Kesejahteraan Sosial

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai